Anda di halaman 1dari 102

Spesifikasi Teknis

Volume I : Umum
Bagian - 1: Pekerjaan Tanah

1.1. RUANG LINGKUP


Spesifikasi ini menetapkan ketentuan dan persyaratan, metode kerja pelaksanaan,
pengendalian mutu serta pengukuran dan pembayaran.
Spesifikasi ini mencakup kegiatan penggalian, penanganan, pembuangan atau penumpukan
tanah atau batu atau bahan lain dari sumber bahan yang diperlukan untuk penyelesaian dari
pekerjaan dalam Kontrak ini untuk pekerjaan galian.
Pekerjaan ini mencakup kegiatan pengadaan, pengangkutan, penghamparan dan
pemadatan tanah atau bahan berbutir yang disetujui untuk pembuatan timbunan, untuk
penimbunan kembali galian pipa atau struktur dan untuk timbunan umum yang diperlukan
untuk membentuk dimensi timbunan sesuai dengan garis, kelandaian, dan elevasi
penampang melintang yang disyaratkan atau disetujui untuk penyelesaian dari pekerjaan
dalam Kontrak ini untuk pekerjaan timbunan.
1.2. ACUAN NORMATIF
Standar Nasional Indonesia (SNI) :
- SNI 03-1742-1989 : Metode Pengujian Kepadatan Ringan untuk Tanah
- SNI 03-1743-1989 : Metode Pengujian Kepadatan Berat Untuk Tanah.
- SNI 03-1966-1989 : Metode Pengujian Batas Plastis.
- SNI 03-1965-1990 : Metode Pengujian Kadar Air Tanah.
- SNI 03-1967-1990 : Metode Pengujian Batas Cair dengan Alat Casagrande.
- SNI 03-1976-1990 : Metode Koreksi untuk Pengujian Pemadatan Tanah yang
mengandung Butir Kasar
- SNI 03-2636-1992 : Tata Cara Perhitungan Harga Satuan Pekerjaan Tanah Untuk
Bangunan Sederhana
- SNI 03-2828-1992 : Metode Pengujian Kepadatan Lapangan dengan Alat Konus
Pasir
- SNI 03-2832-1992 : Metode Pengujian untuk Mendapatkan KepadatanTanah
Maksimum
- SNI 03-3422-1994 : Metode Pengujian Batas Susut Tanah
- SNI 03-3423-1994 : Metode Pengujian Analisis Ukuran Butir Tanah dengan Alat
Hidrometer.
- SNI 03-3637-1994 : Metode Pengujian Berat Isi Tanah Berbutir Halus dengan
Cetakan Benda Uji
- SNI 13-6425-2000 : Metode Pengujian Indeks Pengembangan Tanah

1.3. ISTILAH DAN DEFINISI


1.3.1 Galian biasa adalah mencakup seluruh galian yang tidak diklasifikasikan sebagai galian
batu, galian bangunan, galian sumber bahan (borrow excavation) dan galian perkerasan
beraspal, dan masih dapat dilakukan dengan penggaru (ripper) tunggal yang ditarik oleh
traktor dengan berat maksimum 15 ton dan tenaga kuda netto maksimum sebesar 180
PK (tenaga kuda).
1.3.2 Galian biasa sebagai bahan buangan adalah bahan galian yang tidak memenuhi
persyaratan sebagai bahan timbunan atau material galian dianggap tidak diperlukan dalam
konstruksi
1.3.3 Galian bangunan adalah galian pada segala jenis tanah dalam batas pekerjaan yang
disebut atau ditunjukkan dalam gambar untuk bangunan.
1.3.4 Galian tanah berbatu adalah galian tanah pada lapisan tanah yang mengandung batu
1.3.5 Galian tanah biasa adalah galian tanah pada lapisan tanah yang dapat digali dengan
cangkul.

1 - 1
Spesifikasi Teknis

1.3.6 Galian tanah cadas adalah galian tanah pada lapisan tanah keras yang dapat digali dengan
bantuan alat pemecah.
1.3.7 Galian tanah keras adalah galian tanah pada lapisan tanah padat tidak mudah pecah yang
dapat dikerjakan dengan bantuan alat pemecah.
1.3.8 Galian tanah lumpur adalah galian tanah pada lapisan tanah lunak dan berair.
1.3.9 Kupasan (striping) adalah pengupasan lapisan tanah bagian atas.
1.3.10 Lump Sum (LS) adalah biaya yang dibayarkan langsung tanpa membutuhkan rincian
berbagai jenis pekerjaan atau komponennya.
1.3.11 Tebas tebang adalah memotong dan membersihkan segala macam tumbuh-tumbuhan
besar dan kecil.
1.3.12 Nilai aktif adalah perbandingan antara indexs plastisitas dengan prosentase kadar lempung
1.3.13 Timbunan tanah adalah proses penimbunan tanah baik secara manual atau secara
mekanis
1.3.14 Timbunan biasa adalah timbunan yang terdiri dari bahan tanah atau bahan galian batu yang
disetujui oleh Direksi Pekerjaan Pekerjaan Pekerjaan sebagai bahan yang memenuhi syarat
untuk digunakan dalam pekerjaan permanen
1.3.15 Timbunan pilihan adalah timbunan yang terdiri dari bahan tanah atau tanah berbatu yang
memenuhi semua ketentuan timbunan biasa dan sebagai tambahan harus memiliki sifat-sifat
tertentu yang tergantung dari maksud penggunaannya.

1.4. KETENTUAN DAN PERSYARATAN


1.4.1 Umum
Lingkup dari pekerjaan tanah akan meliputi semua pekerjaan yang berkaitan sebagai berikut
:
Pembersihan
Galian termasuk pembentukan dan saluran
Timbunan kembali, bedding dan pekerjaan pelapisan
Pembuangan, stok dan penggunaan kembali material dari galian
Penimbunan
Pekerjaan lain yang mungkin diarahkan oleh Direksi
Metode untuk setiap pekerjaan tertentu secara tertulis harus diusulkan kepada Direksi untuk
mendapatkan persetujuan paling tidak tiga puluh (30) hari sebelum pelaksanaan pekerjaan.
Penyedia Jasa akan menyimpan setiap material pekerjaan galian dari beberapa tempat dan
akan membuang material galian seperti yang telah ditentukan dalam gambar atau seperti
yang diarahkan oleh Direksi.
1.4.2 Ketelitian Dalam Pekerjaan Tanah
Ketelitian mengenai tinggi dan ukuran dapat diizinkan sebagai diterangkan dibawah ini,
apabila luas rata-rata penampang basah saluran untuk panjang 500 m, seperti yang tertera
pada gambar atau yang diperintahkan oleh Direksi.
• Dasar Saluran : + 0.05 m atau - 0.10 m vertikal
• Level Puncak Timbunan : + 0.10 m atau – 0.10 m vertikal
• Dasar Kemiringan : + 0.05 m horisontal
• Puncak Kemiringan Timbunan : + 0.10 m horisontal
Garis sumbu dari saluran, tanggul dan jalan harus diletakkan dengan teliti dan tidak boleh
dipengaruhi oleh toleransi tersebut diatas.
Semua permukaan harus diselesaikan dengan rapi dan halus.
1.4.3 Pekerjaan Galian
Semua pekerjaan tanah dari beberapa bagian harus dilaksanakan menurut ukuran
ketinggian yang ditunjukkan dalam gambar, atau menurut ukuran dan ketinggian lain, yang
mungkin akan diperintahkan oleh Direksi. Ukuran yang berdasarkan atau berhubungan
dengan ketinggian tanah, atau jarak terusan harus ditunjukkan kepada Direksi lebih dahulu,

1 - 2
Spesifikasi Teknis

sebelum memulai pekerjaan tanah pada setiap tempat. Yang dimaksud dengan “ketinggian
tanah” dalam spesifikasi adalah tinggi “permukaan tanah” sesudah pembersihan lapangan
dan sebelum pekerjaan tanah dimulai.
Hal yang membedakan jenis galian tersebut di atas hanyalah material yang akan digali yang
berimplikasi terhadap jenis peralatan dan produktifitas hasil galian.
Pekerjaan galian dibedakan atas 4 (empat) kelompok pembayaran sebagai berikut :
1) Galian tanah biasa.
Galian tanah biasa adalah pekerjaan galian dengan material hasil galian berupa tanah
pada umumnya, yang dengan mudah dapat dilakukan dengan Excavator.
Seluruh galian dikerjakan sesuai dengan garis-garis dan bidang-bidang yang
ditunjukkan dalam gambar atau sesuai dengan yang ditunjukkan dalam gambar kerja
atau sesuai dengan yang diarahkan / ditunjukkan oleh Direksi. Galian tanah biasa
dimaksudkan untuk daerah yang bahan hasil galiannya terdiri dari tanah, pasir dan
kerikil.
Bila ada galian yang perlu disempurnakan seharusnya diinformasikan ke Direksi untuk
ditinjau.
Tidak ada galian yang langsung / ditutupi dengan tanah / beton tanpa diperiksa terlebih
dahulu oleh Direksi. seluruh proses pekerjaan menjadi tanggung-jawab Penyedia Jasa.
Kemiringan yang rusak atau berubah, karena kesalahan pelaksanaan harus diperbaiki
oleh dan atas biaya Penyedia Jasa.
Apabila pada saat pelaksanaan penggalian terdapat batu-batu besar dengan diameter
lebih besar dari 1.00 m yang tidak dapat disingkirkan dengan alat Excavator, maka
pembayaran volume ini akan termasuk kedalam pembayaran item Galian Batu atas
sepengetahuan Direksi pekerjaan.
Pengukuran untuk pembayaran pada galian tanah biasa akan dibuat dalam meter kubik
dimana tanah galian dari permukaan kupasan sampai yang sesuai ditunjukan dalam
garis-garis bidang yang sesuai dalam gambar. Pembayaran untuk galian tanah biasa
dibuat dalam meter kubik untuk item dalam BoQ.
Selama proses penggalian tanah agar secara langsung dipisahkan dan ditumpuk pada
suatu tempat yang disetujui Direksi, material yang layak/bisa dipakai untuk timbunan
dan material yang tidak layak. Material yang layak selanjutnya akan dipakai untuk
timbunan tanah biasa dan timbunan kembali, sedangkan material yang tidak layak
selanjutnya akan dibuang keluar daerah irigasi atau kesuatu tempat yang tidak akan
mengganggu areal pertanian dan fungsi jaringan.
Penyedia Jasa harus menguasai medan kerja sehingga penumpukan material yang
bisa dipakai untuk timbunan ditempatkan pada lokasi yang sedekat- dekatnya dengan
lokasi yang memerlukan timbunan dan bisa langsung ditebar pada bagian yang akan
ditimbun.
Harga satuan termasuk upah buruh, bahan dan peralatan yang diperlukan untuk
penggalian, perapihan dan kemiringan talud temasuk usaha pencegahan bahaya
longsor, pembuatan tanggul kecil pada bahu galian dan timbunan kecil apabila
dianggap perlu oleh Direksi. Peralatan pengangkutan diperhitungkan terhadap
pemindahan material hasil galian ke suatu tempat penimbunan sementara yang
disetujui Direksi sejauh ± 1 km.
Khusus untuk jaringan tersier yang dimensinya relatif kecil dan berada didaerah
persawahan, agar diperhitungkan terhadap tingkat kesukaran peggalian atau alternatif
lain berupa galian secara manual.
2) Galian Deposit Sungai
Galian deposit sungai adalah pekerjaan galian dengan material berupa deposit sungai
yang terdiri dari pasir, kerikil dan kerakal/boulder, yang dapat dilakukan dengan
excavator tetapi dengan tingkat produktifitasnya lebih rendah dibandingkan dengan
galian tanah biasa, karena kondisi lapisan endapan relatif lebih padat.
Yang dimaksud dengan galian deposit sungai adalah suatu kegiatan penggalian pada
badan sungai atau daerah tertentu yang material galiannya merupakan endapan sungai

1 - 3
Spesifikasi Teknis

yang terdiri tanah berbatu kerikil dan kerakal yang padat, sehingga alat excavator tidak
dapat bekerja secara maksimal.
Harga satuan yang diperhitungkan untuk pekerjaan ini termasuk tenaga kerja dan
alat/excavator, sedangkan untuk keperluan pengangkutan dan pembuangan ke lokasi
diluar daerah kerja yang disetujui oleh direksi sejauh ± 1 km. Untuk jarak pembuangan
yang lebih jauh maka akan diperhitungkan dalam pekerjaan pembuangan sisa galian.
Kecuali untuk material bahan galian yang selanjutnya akan dipergunakan oleh
Penyedia Jasa untuk pekerjaan lain, maka pekerjaan pembuangan tidak
diperhitungkan.
3) Galian Batu Lapuk
Galian batu lapuk adalah pekerjaan galian dengan material galian berupa batu yang
sudah lapuk. Pekerjaan ini hanya bisa dilakukan dengan kombinasi alat excavator dan
pick hammer.
4) Galian Batu
Galian batu termasuk semua batu-batuan padat dan keras di tempat yang tidak dapat
disingkirkan dengan mudah baik dengan mempergunakan pacul, excavator biasa
maupun Pick Hammer, kecuali dengan Excavator yang diperlengkapi dengan Breaker
atau dengan Peledakan. Apabila menggunakan peledakan, maka Penyedia Jasa harus
sudah memperhitungkan segala peralatan dan material yang diperlukan berikut
perizinan dan penanganan peledakannya.
5) Galian untuk pekerjaan pasangan beton
Dasar dan sisi miring dari galian untuk pondasi di atas atau terhadap dimana beton
akan ditempatkan akan digali sesuai yang diperlukan seperti ketinggian, garis dan
ukuran seperti ditunjukkan dalam gambar atau seperti diarahkan oleh Direksi. Tidak ada
material akan diijinkan untuk ditambahkan dalam garis baku dari struktur beton.
Jika di beberapa titik dalam galian, material galian berdasarkan permintaan tertulis dari
Direksi diantara batas yang diperlukan untuk menerima struktur penambahan galian
akan segera diisi penuh dengan beton tipe K-100 atau diisi dengan tanah yang sesuai
dan dipadatkan atas biaya Penyedia Jasa.
1.4.4 Pekerjaan Galian Tanah Yang Tidak Akan Ditimbun Kembali
Semua pekerjaan galian tanah yang tidak akan ditimbun kembali akan dilaksanakan sesuai
pasal ini, harus dilaksanakan hingga mencapai elevasi dengan tingkatan dan dimensi yang
ditunjukan dalam gambar-gambar atau ditentukan oleh Direksi. Selama dalam pekerjaan ini
mungkin akan dijumpai dan diperlukan untuk merubah kemiringan (slope) atau dimensi dari
penggalian dari yang ditentukan. Setiap penambahan atau pengurangan dari volume
pekerjaan galian tanah sebagai akibat dari perubahan- perubahan tersebut akan
diperhitungkan sesuai petunjuk dan persetujuan Direksi.
Semua tindakan pencegahan yang perlu dilakukan guna melindungi material yang ada
dibawah galian dalam keadaan yang memungkinkan, kerusakan pada pekerjaan yang
disebabkan oleh Penyedia Jasa dalam melaksanakan pekerjaan, termasuk hancurnya
material dibawah batas penggalian yang diperlukan, harus diperbaiki atas biaya Penyedia
Jasa.
Galian yang melebihi dari ketentuan baik yang dilakukan sengaja maupun akibat kelalaian
Penyedia Jasa tidak akan diperhitungkan dalam pembayaran. Penyedia Jasa harus mengisi
kembali dengan material yang sesuai dan dilaksanakan atas biaya Penyedia Jasa.
1.4.5 Luasnya Penggalian
Luasnya penggalian harus sekecil mungkin menurut Direksi. Penggalian dimulai dari muka
tanah dengan harus mengambil lebar yang cukup sesuai gambar atau ditentukan lain oleh
Direksi.
Tidak ada galian yang langsung/ditutupi dengan tanah/ beton tanpa diperiksa terlebih dahulu
oleh Direksi. Seluruh proses pekerjaan menjadi tanggung-jawab Penyedia Jasa. Kemiringan
yang rusak atau berubah, karena kesalahan pelaksanaan harus diperbaiki oleh dan atas
biaya Penyedia Jasa.
Selama proses penggalian tanah agar secara langsung dipisahkan dan ditumpuk pada suatu
tempat yang disetujui Direksi, material yang layak/bisa dipakai untuk timbunan dan material

1 - 4
Spesifikasi Teknis

yang tidak layak. Material yang layak selanjutnya akan dipakai untuk timbunan tanah biasa
dan timbunan kembali, sedangkan material yang tidak layak selanjutnya akan dibuang
keluar atau kesuatu tempat yang tidak akan mengganggu areal pekerjaan dan dirapihkan.
Penyedia Jasa harus menguasai medan kerja sehingga penumpukan material yang bisa
dipakai untuk timbunan ditempatkan pada lokasi yang sedekat-dekatnya dengan lokasi yang
memerlukan timbunan dan bisa langsung ditebar pada bagian yang akan ditimbun.
Semua galian untuk pondasi bangunan / struktur akan dilaksanakan dalam kondisi kering
(dimana dalam kondisi kering akan dibangun seperti dalam Sub-bag 1.6.1 Pekerjaan
Pengeringan). Tidak ada tambahan biaya terhadap harga satuan tender dalam BoQ untuk
galian yang disebabkan material menjadi basah.
Galian akan dibuat sepenuhnya sesuai dengan ukuran yang diperlukan dan akan
diselesaikan terhadap garis dan ketinggian yang ditentukan kecuali terdapat batu menonjol
sendiri akan diijinkan untuk melebar dalam garis yang telah ditentukan tidak lebih dari 20
(dua puluh) sentimeter dimana permukaan tidak dilindungi dengan beton. Jika permukaan
dilindungi dengan beton secara umum harus rata seperti ditentukan oleh Direksi.
Kecuali seperti secara rinci ditunjukkan dalam gambar atau sebaliknya yang diarahkan oleh
Direksi, keperluan pengukuran untuk pembayaran galian terbuka terhadap kemiringan
seperti disebutkan dibawah ini:

KEMIRINGAN GALIAN

MATERIAL KEMIRINGAN (V : H) DISKRIPSI

Batu 1: 0.5 Untuk kemiringan permanen


Batu Lapuk 1: 0.8 Untuk kemiringan permanen
Tanah 1: 1.0 Untuk kemiringan permanen
Galian Deposit Sungai 1: 1.0 Untuk kemiringan permanen

Dimana diperlukan dan diinstruksikan oleh Direksi, Penyedia Jasa akan menggali saluran
terbuka / parit untuk mengalihkan air mengalir keluar dari galian terbuka. Biaya keseluruhan
dari pekerjaan ini akan ditanggung oleh Penyedia Jasa kecuali dimana saluran tersebut
adalah merupakan bagian dari pekerjaan permanen yang mana pembayaran untuk galian
akan dihitung dari harga satuan tender dalam BoQ.
Penggalian tanah untuk bangunan termasuk pekerjaan galian dari semua tanah, kerikil, dan
batuan kasar. Penggalian untuk bangunan harus dilaksanakan dengan cara yang paling
aman hingga mencapai elevasi yang disetujui Direksi. Kecuali ditunjukkan dengan jelas
pada gambar atau telah ditetapkan oleh Direksi.
Apabila terdapat material alam pada lokasi galian pondasi yang mengganggu selama
pelaksanaan penggalian, maka hal tersebut harus dipadatkan ditempat atau disingkirkan
atau diganti dengan tanah timbunan yang sesuai atau beton K100 atas biaya Penyedia
Jasa.
Pekerjaan galian tanah untuk bangunan akan diukur sebagai dasar pembayaran hingga
mencapai elevasi yang diperlihatkan dalam gambar atau bila tidak diperlihatkan dalam
gambar sampai mencapai garis elevasi sesuai dengan syarat- syarat yang ditentukan.
1.4.6 Pekerjaan Timbunan
Penyedia Jasa akan mengerjakan beberapa macam material timbunan dan penutupan
kembali di lokasi yang ditunjukkan oleh gambar atau ditempat lain seperti arahan Direksi.
Kualitas dari material harus mendapatkan ijin dari Direksi dan tidak termasuk bahan organik
atau bahan lain yang tidak diijinkan.
Penyedia Jasa harus semaksimal mungkin menggunakan material hasil galian sebagai
bahan untuk timbunan sejauh secara kualitas memenuhi syarat.
Tidak diizinkan adanya semak, akar, rumput atau material tidak memenuhi syarat lain yang
akan dipakai sebagai bahan timbunan. Kelayakan dari setiap bagian pondasi untuk
penempatan material timbunan dan semua material yang digunakan dalam konstruksi
timbunan adalah sesuai dengan spesifikasi teknik.

1 - 5
Spesifikasi Teknis

Penyedia Jasa harus melaksanakan test uji timbunan (trial embankment) untuk menentukan
efektifitas dari beberapa metode pemadatan dari material yang tersedia untuk pekerjaan
timbunan. Sasaran hasil dari uji test timbunan adalah untuk mengkonfirmasi efektifitas dari
metode pemadatan yang berkaitan dengan jenis dan ukuran dari alat pemadat, jumlah
lintasan untuk ketebalan lapisan yang disyaratkan, efek getaran terhadap kadar air dan
aspek lain dari pemadatan. Pekerjaan ini termasuk penempatan/penghamparan dari material
dari borrow area, galian dan stockpile dengan perbedaan kadar air dan dalam lajur terpisah
untuk pemadatan dengan peralatan pemadat, kecepatan, frekuensi dan jumlah lintasan yang
berbeda. Hasil percobaan ini tidak membebaskan Penyedia Jasa dalam segala hal
kewajibannya untuk mendapatkan batas pemadatan sebagai yang ditentukan dalam kontrak.
Apabila ditemukan/dijumpai tanah yang berbeda pada waktu pelaksanaan dikemudian hari,
maka percobaan-percobaan lebih lanjut harus dilaksanakan terlebih dahulu. Bila hasil
percobaan pemadatan tanah dilaksanakan untuk tanggul pada bangunan yang permanen,
percobaan tersebut akan dianggap sebagai suatu bagian pekerjaan dalam penyelesaian
pekerjaan tersebut, dan apabila pekerjaan tersebut gagal dan tidak memenuhi persyaratan-
persyaratan yang ditentukan Direksi, maka Penyedia Jasa harus membongkar kembali
pekerjaan permanen yang didasarkan pada percobaan yang gagal tersebut atas biaya
Penyedia Jasa tidak ada pembayaran terpisah atas percobaan tanah yang dilaksanakan di
tempat lain.
Penyedia Jasa akan memberikan informasi kepada Direksi paling tidak 30 (tiga puluh) hari
sebelum pelaksanaan test uji timbunan (trial embankment).
Jenis test yang harus dilaksanakan untuk uji timbunan (trial embankment) adalah sebagai
berikut :
• Kepadatan Lapangan (field density)
• Permeability lapangan (field permeability)
• Berat Jenis (specific gravity)
• Kadar Air (water content)
• Konsistensi (consistency/Atterberg Limit)
• Gradasi (gradation) Lapangan dan Laboratorium
• Kepadatan Laboratorium (proctor compaction)
Tidak ada pembayaran terpisah yang akan dibuat untuk test uji timbunan (trial
embankment). Semua biaya untuk pelaksanaan test uji timbunan sudah termasuk uji
pemadatan, penghamparan, dan berikut pembongkaran material serta berkaitan dengan
pengujian, pengambilan contoh uji (sample) adalah sudah termasuk dalam harga satuan
yang dapat diterapkan untuk pekerjaan timbunan dalam BoQ.
1.4.7 Jenis Pekerjaan Timbunan
Sesuai dengan kebutuhan dan spesifikasi di lapangan maka kegiatan timbunan tanah yang
akan diberlakukan dalam pekerjaan ini terdiri dari :
• Timbunan tanah kembali dari galian
• Timbunan tanah dengan material dari borrow area
• Timbunan lolos air.
1) Timbunan tanah kembali dari hasil galian.
Yang dimaksud dengan pekerjaan timbunan tanah kembali dari hasil galian adalah
kegiatan penimbunan baik untuk tanggul maupun untuk di belakang bangunan dengan
mempergunakan bahan timbunan dari hasil galian yang secara spesifikasi teknis bahan
tersebut dapat dipertangung jawabkan.
Penimbunan dan pemadatan tanah isian di bangunan boleh dilakukan setelah umur
bangunan sudah dinilai cukup oleh Direksi. Pelaksanaan harus dilakukan secara hati-
hati dengan menggunakan alat yang diijinkan oleh Direksi. Penimbunan dilaksanakan
secara lapis perlapis dengan ketebalan hamper sesuai dengan spesifikasi alat yang
digunakan. Bila tidak ada instruksi lain dari Direksi maka Penyedia Jasa wajib
menggunakan tanah hasil galian untuk penimbunan tanah isian. Bila material tanah
hasil galian bangunan tidak cukup maka Kotraktor dibolehkan menggunakan material
timbunan dari luar (borrow area) atas ijin Direksi.
2) Timbunan tanah dengan material dari borrow area

1 - 6
Spesifikasi Teknis

Yang dimaksud dengan pekerjaan timbunan tanah dengan material dari borrow area
adalah kegiatan penimbunan baik untuk tanggul maupun untuk di belakang bangunan
dengan mempergunakan bahan timbunan dari galian pada suatu lokasi borrow dengan
jenis dan kualitas tanah yang tertentu dan Penyedia Jasa mengeluarkan biaya untuk
pengadaan material tanah timbunan tersebut.
Sumber dari material borrow untuk setiap timbunan harus sesuai dengan borrow area
yang telah disetujui oleh Direksi. Semua bagian dari timbunan akan dihitung dan
dibayar terhadap material terpasang dalam lokasi timbunan dengan dasar setelah
pekerjaan pemadatan.
3) Timbunan Lolos Air
Timbunan kembali lolos air harus ditempatkan berdasarkan garis, ketinggian dan
ukuran seperti ditunjukkan dalam gambar atau seperti arahan Direksi.
Material harus ditangani dan diletakkan sedemikian rupa untuk menghindari segregasi.
Metode dari pelaksanaan timbunan kembali lolos air harus diusulkan dan mendapat
persetujuan dari Direksi.
Timbunan kembali lolos air harus ditimbun secara lapis horisontal dengan ketebalan
tidak lebih dari 50 (lima puluh) cm sentimeter sebelum dipadatkan dan dipadatkan
secara menyeluruh dengan alat pemadat kapasitas 10 ton (vibratory roller) atau
berdasarkan kepadatan dari uji timbunan yang telah mendapatkan persetujuan dari
Direksi.
Material filter dapat diperoleh dari sungai setempat, galian pondasi bendung/bangunan
air atau lokasi yang telah disetujui Direksi. Material filter harus terdiri dari material yang
layak, awet, pasir dan kerikil bergradasi baik dengan ukuran partikel kurang dari 8
(delapan) sentimeter. Juga material tidak boleh mengandung fraksi lolos saringan no.4
dalam jumlah lebih dari 50% (limapuluh persen) begitu juga lolos saringan no. 200 tidak
lebih atau kurang dari 10 % (sepuluh persen).

1.5. PELAKSANAAN PEKERJAAN


Pelaksanaan pekerjaan yang perlu diperhatikan dalam pedoman penyusunan spesifikasi
teknis pekerjaan tanah harus memuat :
1.5.1 Pekerjaaan Persiapan
Dari gambar rencana (dokumen kontrak), maka dapat diketahui volume dan lokasi galian,
serta volume dan lokasi timbunan.
a. Penetapan Disposal area :
i. Dilakukan survey awal untuk mencari daerah-daerah tempat pembuangan hasil
galian yang tidak dapat dipakai sebagai material timbunan
ii. Dari beberapa alternatif yang ada, pilih dan tetapkan daerah-daerah pembuangan
yang menguntungkan ditinjau dari segi biaya dan waktu. Dalam banyak hal daerah
yang terdekat biasanya menjadi pilihan yang baik.
iii. Ukur jarak tempat pembuangan (Disposal Area) dari tempat galian. Untuk dapat
menghitung jumlah dump truck yang diperlukan (ingat cara menghitung kebutuhan
Dump Truck didasarkan atas volume lepas) dan menghitung biaya angkutan.
b. Penetapan Quarry Tanah Timbunan
i. Bila diperlukan quarry tanah, maka perlu survey awal untuk mencari daerah- daerah
yang tanahnya dapat diambil dan memenuhi syarat untuk material timbunan.
ii. Dari beberapa alternatif yang ada, pilih dan tetapkan daerah yang menguntungkan
dengan pertimbangan biaya, waktu dan mutu tanahnya. Usahakan letaknya searah
dengan disposal area (atau sebaliknya) sehingga dump truck yang balik dalam
keadaan kosong dapat dimanfaatkan
iii. Ambil sampel tanahnya, untuk dapat dihitung berat volume kering maksimumnya di
laboratorium, untuk dipergunakan sebagai standar pengukuran kepadatan dalam
pelaksanaan. Karena standar hanya berlaku untuk jenis tanah yang sama, maka
harus diberi tanda supaya tidak tertukar dengan yang lain.

1 - 7
Spesifikasi Teknis

iv. Agar pengambilan tanah dapat berjalan secara efektif, maka jalan kerja jalan kerja
menuju quarry dan disposal area, perlu dapat perhatian yang serius serta dilengkapi
dengan drainase lingkungan.
c. Penetapan Base Camp
Tetapkan letak base camp, sedekat mungkin dengan lokasi pekerjaan. Hendaknya
diperhatikan juga lingkungan sosial yang ada.
d. Dokumentasi
Perlu dibuat dokumentasi untuk daerah quarry, disposal area, jalan kerja dan kondisi
sepanjang saluran
1.5.2 Pembersihan Medan
Sebelum memulai pelaksanaan pekerjaan tanah, pembersihan lokasi pekerjaan dari semua
tumbuhan harus dikerjakan oleh Penyedia Jasa setelah mendapat persetujuan dari Direksi.
Pembersihan terdiri dari penebangan pohon-pohon perdu, semak belukar dan pembabatan
rumput liar yang tumbuh sepanjang dasar saluran, talud luar dan dalam, serta di atas
tanggul saluran, sehingga profil saluran terlihat rapih kembali seperti sebelumnya.
Sampah yang berasal dari pembersihan harus diatur dan disebar disekitar lokasi yang
dijamin tidak akan mengganggu kegiatan pertanian. Pengaturan dari semua sampah
tersebut harus sesuai petunjuk Direksi. Kemudian Penyedia Jasa harus membongkar akar-
akar, mengisi lubang-lubangnya dengan tanah dan dipadatkan kemudian membuang dari
tempat pekerjaan semula bahan-bahan hasil pembersihan lapangan.
Untuk semua pohon dan semak-semak yang tidak harus dibersihkan / tidak harus ditebang
dan tetap berada di tempatnya, maka Penyedia Jasa harus melindunginya dari kerusakan.
Semua bahan yang akan dibakar harus ditumpuk dengan rapi dan apabila keadaan
mengijinkan harus dibakar sampai habis. Penumpukan untuk pembakaran harus dikerjakan
dengan cara dan pada tempat-tempat tertentu agar tidak menimbulkan resiko terhadap
bahaya kebakaran. Semua pembakaran harus sesempurna mungkin sehingga bahan yang
dibakar akan menjadi abu. Penyedia Jasa setiap saat harus mengambil langkah-langkah
pencegahan secara khusus untuk mencegah penyebaran api dan harus mempunyai
peralatan sesuai untuk digunakan dalam pencegahan dan pemadaman.
Pembersihan lokasi pekerjaan termasuk penebangan pohon dan semak belukar, dimana
lokasi tersebut akan dipakai untuk bangunan-bangunan permanen, jalan masuk, tanggul-
tanggul dan saluran-saluran. Sedangkan bidang lain yang diperlukan untuk menunjang
pekerjaan tidak diperhitungkan dalam pembayaran. Luas areal yang akan dibayar untuk
pekerjaan ini adalah dihitung berdasarkan luasan seperti dalam tabel berikut :

Luas Area (konversi)


No Diameter Batang (cm)
m2
1 10 – 15 4
2 15 – 20 9
3 20 – 25 16
4 > 25 25

1.5.3 Kupasan / Stripping


1) Kupasan adalah penggalian humus (tanah organik) berikut rumput, yang akan dilakukan
pada semua dasar tanggul, pada lokasi material galian yang dipakai kembali sebagai
bahan timbunan, pada semua dasar jalan, pada lokasi borrow area yang disetujui, semua
lokasi yang tercantum pada Gambar dan seperti yang diperintahkan Direksi Pekerjaan.
2) Pelaksanaan kupasan harus dilakukan dengan cara mengupas semua material yang
tidak cocok untuk timbunan atau untuk pondasi dan semua bahan organik seperti rumput,
tanah lapis atas dan sisa akar, yang tidak termasuk didalam pembersihan medan.
Kedalaman minimum pekerjaan kupasan adalah 0,20 meter.
3) Bahan hasil kupasan harus ditumpuk. Tumpukan semua material/sampah hasil kupasan
harus mendapat persetujuan Direksi Pekerjaan.

1 - 8
Spesifikasi Teknis

1.5.4 Penggalian Pada Bangunan


Penggalian harus dilaksanakan sedemikian hingga memungkinkan dikerjakan dengan baik,
dapat membuat penyokong bagi tebing galian, dan masih cukup ruangan untuk pembuatan
acuan, pengecoran beton, memasang pasangan batu dan melaksanakan timbunan,
termasuk pemadatan dan kegiatan pekerjaan lainnya.

1) Pekerjaan Pengeringan
Sebelum melaksanakan pekerjaan bangunan yang membutuhkan pengeringan
(dewatering) dengan alat pompa, Penyedia Jasa harus mengajukan rencana kerja
lengkap yang memuat metode, tahap-tahap pekerjaan dan kebutuhan waktu
pengeringan dan dimintakan persetujuan Direksi paling lambat 15 hari sebelum
pelaksanaan pembangunan. Penyedia Jasa harus menjaga agar galian bebas dari air
selama masa pembangunan dan menjamin adanya peralatan pompa yang cukup dan
siap dioperasikan di lapangan setiap waktu guna menghindari terputusnya kontinuitas
pengeringan air. Cara menjaga galian bebas dari air, pengeringan dan pembuangan air
harus dilaksanakan dengan cara yang dapat disetujui oleh Direksi.
Penyedia Jasa harus menjamin setiap waktu adanya peralatan yang baik dan cukup
dilapangan guna menghindari terputusnya pekerjaan pengeringan.
2) Cara Penggalian
Penyedia Jasa harus menyampaikan usul mengenai cara-cara penggalian, termasuk
detail dari konstruksi penahan yang mungkin diperlukan, guna mendapat persetujuan
Direksi secara tertulis sekurang-kurangnya 14 hari sebelum dimulainya pekerjaan,
sehingga keamanan penggaliannya terjamin.
3) Kelebihan Penggalian
Penggalian yang melebihi batas yang ditentukan pada gambar atau yang tidak
diperintahkan oleh Direksi harus diisi kembali oleh Penyedia Jasa dengan tanah yang
dipadatkan sebagaimana yang dikehendaki Direksi, tanpa menuntut suatu tambahan
pekerjaan.
4) Perapihan Permukaan Galian
Setiap permukaan galian harus dirapihkan dengan cara manual atau alat lain yang
disetujui oleh Direksi, sehingga bidang pondasi atau bagian lain dari bangunan atau
timbunan ang berhubungan lansung dengan tanah asli bisa berhubungan baik. Apabila
tanah dasar pondasi atau bagian lain yang dianggap peka oleh Direksi rusak akibat
berlangsungnya pekerjaan maka Penyedia Jasa wajib memperbaikinya sesuai dengan
petunjuk Direksi atas biaya Penyedia Jasa.
Dasar galian yang akan menerima beton, pasangan batu atau isian dipadatkan, 0,15 m
yang terakhir dari galian harus dirapikan dengan tangan, atau dengan cara yang
mungkin dibenarkan atau diperintahkan oleh Direksi. Hal ini dilakukan setelah
pembersihan semua lumpur pada waktu akan menempatkan konstruksi diatasnya.
1.5.5 Pekerjaan Galian Dengan Menggunakan Alat Berat
1) Di Lokasi Saluran
a. Untuk menetapkan letak batas-batas galian, dapat dipasang patok-patok
pembantu dan atau tali rafia yang menghubungkan dua profil yang berdekatan.
b. Berpedoman pada tali batas galian, maka galian kasar dapat dilaksanakan dengan
Excavator. Jumlah Excavator yang diperlukan dihitung berdasarkan kapasitas alat
dan waktu yang tersedia.
c. Galian dari Excavator langsung dimuat ke Dump Truck yang telah disiapkan
(jumlah kebutuhan Dump Truck harus disesuaikan dengan kapasitas Excavator),
dan kemudian diangkut ke tempat yang ditentukan. Usahakan posisi Dump Truck
sedemikian rupa sehingga swing dari Excavator bersudut kecil.
d. Bila karena suatu hal profil rusak atau berubah posisi, maka sebelum galian
finishing dilakukan, profil tersebut diperbaiki dengan pedoman patok-patok bantuan
yang selalu terjaga.

1 - 9
Spesifikasi Teknis

e. Galian finishing dilakukan oleh tenaga orang dengan cangkul. Sebenarnya dengan
kerjasama yang baik antara pelaksana dan operator excavator yang mahir, dapat
langsung dilakukan penggalian sampai garis/bidang finishing.
f. Dalam hal desain saluran terdapat saluran gendong, seperti sket di bawah,
sebaiknya pembuatan saluran tersebut didahulukan, karena dapat berfungsi
sebagai saluran drainase.
2) Di Lokasi Quarry
a. Setelah lokasi quarry di stripping dengan bersih, maka tanah dikupas dan di stock
dengan Bulldozer.
b. Bila musim hujan, sebaiknya stock tanah lepas dibatasi seperlunya saja, dan
dilindungi/ditutupi dengan terpal/plastik .
c. Stock tanah yang ada dimuat ke dalam Dump Truck dengan pelayanan Wheel
Loader untuk diangkut ke tempat pekerjaan timbunan
d. Alternatif komposisi alat di quarry dapat biasanya berupa : bulldozer dan loader
dan Excavator
1.5.6 Pembuangan Sisa Galian Yang Tidak Terpakai
Material sisa galian yang tidak bisa dipergunakan untuk timbunan akan dibuang disuatu
tempat didalam dan/atau diluar daerah irigasi yang disetujui oleh pemilik sesuai yang
ditunjukan dalam gambar atau Direksi. Penyedia Jasa harus merapihkan dan mengatur
ketinggian serta meratakannya dengan rapi dan tinggi maksimum 3.00 m.
Penyedia Jasa harus memelihara tanpa mengganggu aliran air disaluran dan jalan masuk
serta yang berhubungan dengan hal tersebut. Sisa galian dari pekerjaan galian di bendung,
mata air dan pompa akan dibuang pada lokasi sekitar lokasi pekerjaan tersebut diratakan
dan dirapihkan dengan tingginya penimbunan sesuai dengan persetujuan Direksi.
Sedangkan sisa galian dari pekerjaan jaringan irigasi bisa dibuang disekitar lokasi asalkan
tidak mengganggu fungsi jaringan dan stabilitas tanggul/lereng dan material tersebut tidak
akan masuk/turun kembali kesaluran yang mengakibatkan pendangkalan dan penyumbatan
saluran. Kalau lokasi setempat tidak memungkinkan maka material sisa tersebut harus
dibuang kesuatu tempat diluar Daerah irigasi, diratakan dan dirapihkan. Lokasi pembuangan
harus mendapat persetujuan Direksi dan mendapat ijin pemilik tanah.
Material dari galian saluran pembuang atau saluran yang tidak pergunakan akan diangkut
untuk dibuang ke suatu tempat pembuangan yang telah ditentukan seperti yang disetujui
oleh Direksi.
Sebagian material yang layak pakai akan dtempatkan sementara di lokasi memenuhi syarat
yang akan dipergunakan nantinya atau langsung dipergunakan sebagai bahan timbunan
untuk konstruksi permanen seperti ditentukan oleh Direksi. Penyedia Jasa harus
menyediakan/membuat jadwal rincian rencana kerja dari pekerjaan tanah seperti lokasi dan
program galian dari saluran dan penggunaan material galian untuk pekerjaan timbunan.
Bila diminta seperti ditentukan oleh Direksi, lokasi pembuangan harus di ratakan, untuk
menghindari dari erosi akibat hujan.
Perubahan atau penambahan dari luasan lokasi pembuangan untuk kenyamanan dari
Penyedia Jasa sendiri adalah merupakan tanggung jawab dan atas biaya dari Penyedia
Jasa serta harus mendapatkan persetujuan dari Direksi.
Penyedia Jasa harus mengajukan proposal kepada Direksi paling tidak tiga puluh (30) hari
untuk mendapatkan persetujuan berkenaan dengan pembuangan material di tempat lain
selain dari lokasi yang telah disetujui dan untuk perlindungan material dari erosi.
Biaya pengangkutan pembuangan material galian ke tempat pembuangan dan untuk
perawatan dari lokasi pembuangan yang ditentukan disini harus sudah terangkum dalam
harga satuan per meter kubik untuk pekerjaan galian.

1 - 10
Spesifikasi Teknis

1.5.7 Longsoran di Talud


Penyedia Jasa harus mengambil tindakan pencegahan, yang diperlukan, untuk mencegah
terjadinya longsoran dari talud dan tanggul. Dalam hal terjadinya longsoran, Penyedia Jasa
harus memperbaiki semua pekerjaan dan kerusakan yang bersangkutan dan melaksanakan
setiap perubahan yang diperlukan sampai memuaskan Direksi.
1.5.8 Gebalan Rumput
Dimana diharuskan atau ditunjukkan dalam gambar, lereng dari saluran, dan saluran
gendong harus digebal dengan rumput. Sebelum gebalan rumput dipasang, permukaan
harus diratakan dan digemburkan bila perlu dan dilapisi dengan humus 2 cm. Permukaan
gebalan rumput harus rata dengan permukaan lereng saluran.
Setelah gebalan rumput dipasang harus disiram dengan air secukupnya sampai gebalan itu
tumbuh dengan baik, sedang gebalan rumput yang tidak tumbuh harus dibuang dan diganti.
Daerah yang harus digebal adalah sebagai berikut :
• Selebar 0,30 m pada kedua tepi tanggul bagian atas.
• Lereng dalam dari saluran mulai tepi atas sampai 0.20 m dibawah muka air rencana
untuk saluran tanah dan sampai tepi atas pasangan untuk saluran pasangan.
• Lereng luar saluran dari tepi atas sampai kaki tanggul.
Persyaratan gebalan rumput.
• Rumput gebalan tebal 4 cm dan bersama akar-akarnya
• Bukan berasal dari tanah yang susut besar
• Ukuran-ukuran 25 cm x 25 cm
• Cerucuk untuk Gebalan
Cerucuk bambu atau kayu harus dipakai untuk memasang gebalan rumput. Ukuran dari
cerucuk tadi paling tidak panjangnya 15 cm dengan diameter 2-3 cm dan dipasang 2 buah
cerucuk untuk setiap gebalan ukuran 25 cm x 25 cm x 4 cm.
1.5.9 Pelaksanaan Penimbunan
Permukaan tanah pada lokasi rencana pembuatan tanggul harus dibersihkan dan dikupas
atau digali hingga mencapai kedalaman yang ditunjukan dalam gambar.
Permukaan tanah yang telah dikupas atau digali tersebut, sebelum pekerjaan timbunan
untuk tanggul saluran maupun tanggul banjir harus dibuat alur-alur terbuka sedalam 20.00
cm dengan jarak antara alur lebih kurang 1.00 meter.
Sebelum mulai menimbun, permukaan tanahnya digaruk sampai kedalaman yang lebih
besar dari retak-retak tanah yang ada dan paling tidak sampai kedalaman 0.15 m, dan kadar
air tanah yang digaruk harus dijaga, baik secara pengeringan alami atau pembasahan
dengan alat semprot.
Kalau pelaksanaan pemadatan terhenti, permukaan dari timbunan harus digaruk kembali
dan kadar airnya diperiksa kembali sebelum pekerjaan timbunan atau pemadatan
dilanjutkan.
Sebelum pekerjaan penimbunan dilakukan, semua lubang-lubang dan bekas-bekas yang
terjadi pada permukaan tanah, harus diratakan.
Untuk semua pekerjaan tanggul harus dibangun hingga mencapai garis elevasi yang
ditunjukan pada gambar atau yang ditentukan oleh Direksi. Tanah timbunan untuk tanggul
harus bersih dari tunggul-tunggul pohon, akar, rumput, humus-humus dan unsur lain yang
bisa membusuk.
Penyedia Jasa harus memperhitungkan tambahan pengisian pemadatan sendiri, dan
penurunan dari tanggul, baik disebutkan atau tidak, maka tinggi, lebar dan ukuran yang
ditunjuk dalam gambar-gambar, harus dilebihkan (freeboard), sehingga setelah penurunan
selesai dan tanggul dirapihkan maka akan tercapai dimensi/ukuran sesuai dengan gambar.
Secara berurutan material harus ditempatkan agar supaya menghasilkan distribusi material
yang baik sesuai dengan yang disetujui oleh Direksi dan dimana diperlukan untuk mencapai
tujuan ini Direksi akan menunjuk lokasi di area timbunan dimana material akan ditempatkan.

1 - 11
Spesifikasi Teknis

Penimbunan harus dilakukan lapis perlapis dengan ketebalan maksimum hamparan material
sebelum dipadatkan adalah 30 cm. Penghamparan dan pemadatan material pada sisi
kemiringan luar atau dalam supaya dilebihkan minimal 30 cm dari garis rencana agar pada
saat setelah perapihan didapat kepadatan yang sama diseluruh bidang rencana. Bila
dianggap perlu, Direksi bisa meminta pada Penyedia Jasa untuk melasanakan pemadatan
khusus di tempat-tempat tertentu tanpa mengubah harga satuan.
Hasil akhir pekerjaan timbunan untuk saluran diatas tanah asli harus rapat air dan tidak
boleh ada rembesan pada tanah timbunan yang dianggap membahayakan oleh
/Direksi, maka Penyedia Jasa wajib memperbaikunya tanpa ada biaya penggantian.
Ketika masing-masing lapisan material telah dikondisikan untuk kadar air yang diperlukan,
kepadatan kering lapangan yang dihasilkan minimal 90 % (sembilan puluh persen) dari
kepadatan kering maksimum laboratorium.
Setiap lapis dari material timbunan harus memenuhi kadar air untuk pemadatan yang
dibutuhkan dengan menggunakan alat vibrator roller dengan berat lebih dari 9 (sembilan) ton
atau alat pemadat lain yang telah disetujui. Ini akan dapat dipenuhi dengan dilewati alat
pemadat kira-kira 6 (enam) lintasan setiap lapis (sama dengan lebar kepadatan yang
dibutuhkan, bagaimanapun Direksi boleh mengubah jumlah lintasan dari alat vibrator roller
tergantung dari uji coba timbunan/trial embankment.
Untuk mendapatkan acuan kerja lapangan diperlukan uji coba (trial test) timbunan dengan
menggunakan peralatan yang akan digunakan Penyedia Jasa di lapangan. Uji percobaan ini
harus disaksikan oleh Direksi dan dibuat berita acaranya. Selanjutnya tes kepadatan
dilakukan per 50 meter panjang saluran per lapis timbunan.
Pembayaran pekerjaan timbunan sudah termasuk penggalian di tempat asal material,
pengangkutan, penghamparan, penyiraman (bila perlu), pemadatan dan tes kepadatan
dihitung dalam meter kubik timbunan terlaksana sesuai garis rencana atau sesuai perintah
Direksi.
Penyedia Jasa harus merawat timbunan yang telah disetujui hingga akhir penyelesaian dan
penerimaan dari pekerjaan. Penyedia Jasa harus bertanggungjawab terhadap erosi dari
permukaan timbunan dan setiap material timbunan yang hilang akibat erosi harus diganti
oleh biaya Penyedia Jasa.
Penyedia Jasa harus hati-hati dalam pemadatan material timbunan yang berdekatan /
berada di sekitar struktur beton. Kerusakan apapun yang berakibat pada struktur beton oleh
peralatan Penyedia Jasa harus diperbaiki dengan biaya Penyedia Jasa.
Untuk material yang ditempatkan berdekatan dengan struktur beton, penempatannya harus
ditunda atau menunggu hingga struktur telah mencapai umur 28 hari atau seperti arahan
Direksi. Material akan ditempatkan sepanjang mungkin disekitar struktur beton untuk
memperkecil pembebanan tidak seimbang pada struktur, yang mana telah
dipertimbangkan dalam perencanaan.
1) Kontrol Pengendalian Pengujian untuk Pekerjaan Timbunan
Semua pengujian rutin yang penting bagi pengendalian mutu dari pekerjaan timbunan
harus dilaksanakan oleh Penyedia Jasa seperti yang ditetapkan sesudah ini atau
seperti arahan Direksi.
Penyedia Jasa akan bertanggungjawab penuh terhadap pengendalian mutu dari
pekerjaan yang dilaksanakan. Direksi akan melakukan pemeriksaan dan meneliti
semua pekerjaan yang dilaksanakan oleh Penyedia Jasa dalam rangka bahwa
Penyedia Jasa dapat memenuhi kualitas yang dibutuhkan dan melaksanakan tes dan
pengambilan contoh uji (sample) agar dapat memenuhi spesifikasi teknik. Direksi akan
dan berhak untuk menolak semua atau sebagian dari pekerjaan yang dilakukan oleh
Penyedia Jasa jika pekerjaan tidak dapat memenuhi kebutuhan yang ditetapkan dalam
spesifikasi teknik. Dalam kasus demikian Penyedia Jasa akan membongkar dan
mengerjakan ulang dari pekerjaan yang tidak memenuhi dengan biaya sendiri.
Penyedia Jasa akan menyediakan peralatan dan perlengkapan uji dan menyediakan
semua tenaga ahli yang dibutuhkan untuk melaksanakan semua uji yang diperlukan
untuk memenuhi kewajiban menurut spesifikasi dibawah pengawasan dari Direksi.

1 - 12
Spesifikasi Teknis

Tidak ada pembayaran terpisah untuk pengujian pengendalian mutu. Semua biaya
untuk pelaksanaan uji pengendalian mutu termasuk semua tenaga, material, peralatan
konstruksi dan peralatan, pengambilan contoh dan pengujiannya harus sudah
termasuk dalam harga satuan dalam BoQ.
2) Operasi dari Borrow area
Penyedia Jasa harus bertanggungjawab penuh terhadap operasi di borrow area
dibawah pengawasan dan instruksi Direksi.
Apabila secara teknis, bahan timbunan dari hasil galian setempat tidak memungkinkan
untuk dipakai, maka harus diambil dari tanah luar (Borrow area) sesuai yang ditunjukan
dalam gambar atau atas perintah Direksi. Penyedia Jasa harus membayar ganti rugi
kepada pemilik daerah tersebut dalam memperoleh tanah timbunan sebagaimana yang
ditunjukan oleh Direksi. Biaya ganti rugi tanah timbunan, biaya pengupasan dan
penggalian tanah telah termasuk dalam harga satuan penawaran.
Sedapat mungkin kadar air dari bahan tanah timbunan harus diatur dan dijaga sebelum
digali dari lokasi borrow-area, dengan cara memberi atau menambah air dengan
mengalirkannya (bila kurang basah) atau dengan menggali saluran atau parit
pembuang untuk mengurangi kelebihan air.
Material akan di dapatkan dari kebutuhan galian dan borrow area seperti yang
ditunjukkan dalam gambar kerja dan dari kebutuhan dengan galian, jika demikian
mendapat persetujuan tertulis dari Direksi.
Garis batas dari borrow area seperti ditunjukkan dalam gambar kerja hanya kira-kira
dan mungkin akan meluas jika diperlukan dengan persetujuan dari Direksi. Pada saat
perluasan Penyedia Jasa tidak akan mengajukan tambahan biaya terhadap harga
satuan untuk material tersebut dalam BoQ.
Tidak kurang dari 30 (tiga puluh) hari sebelum dimulainya pengoperasian di lokasi
tersebut Penyedia Jasa harus mengajukan kepada Direksi untuk mendapat persetujuan
mengenai kelengkapan dari usulan metode pengoperasian di borrow area, termasuk
urutan pengoperasian, kedalaman pengambilan material dan uraian dari rencana
borrow area yang diusulkan. Apabila terdapat perbedaan tinggi dalam pengoperasian di
borrow area horisontal berm akan dibentuk dan borrow area akan ditinggalkan dalam
keadaan rapi dan dalam kondisi aman untuk kepuasan Direksi. Dengan demikian
Penyedia Jasa tidak diizinkan untuk memulai melaksanakan pekerjaan tersebut
sebelum mendapat persetujuan Direksi.
Lokasi galian pengambilan tanah timbunan harus dibersihkan terlebih dahulu dan bebas
dari kotoran dan sisa-sisa akar pohon, dan secara seksama dikupas dan dihilangkan
bahan-bahan organiknya seperti rumput, lapisan tanah permukaan dan akar pohon,
dengan demikian tanah timbunan tidak mengandung tunggul, semak belukar, akar,
rumput, humus, gumpalan- gumpalan tanah dan unsur lain yang mudah membusuk.
Borrow area harus dioperasikan sehingga tidak merusak kegunaan dari segala bagian
dari pekerjaan. Apabila terdapat material yang mempunyai ukuran lebih dari tiga puluh
(30 cm) sentimeter di lokasi borrow area maka material tersebut harus di pisahkan atau
dibuang oleh Penyedia Jasa atau pada saat material sebelum dipadatkan.
Setelah penggalian selesai di borrow area, material kupasan (stripped) (termasuk
material humus dan material tidak dipergunakan yang mungkin akan ditimbunkan
kembali) harus dikembalikan ke borrow area di mana pada saatnya akan ditutup seperti
arahan Direksi untuk memelihara kesuburan lahan dan mencegah resiko terhadap
ternak dan orang.
Jika dilokasi manapun di borrow area (sebelum atau selama operasi penggalian)
terdapat daerah yang terlalu basah, akan diambil langkah yang memungkinkan untuk
mengurangi kandungan air dengan jalan pemilihan daerah galian untuk menjamin
material dalam kondisi tidak jenuh air atau dengan cara di jemur atau material di
tempatkan dilokasi stock yang telah di setujui oleh Direksi dan apabila ditemukan
kelebihan kandungan air diijinkan untuk dikeringkan atau dengan menggunakan alat
lain yang telah disetujui.
Pada akhir penyelesaian dari pelaksanaan pekerjaan pembuatan tanggul, Penyedia
Jasa harus mengatur dalam borrow area tersebut dengan suatu cara sedemikian rupa
agar elevasi permukaan tanah disekitarnya dan permukaan tanah borrow area sama

1 - 13
Spesifikasi Teknis

tinggi, sehingga air hujan tidak tergenang di lokasi tersebut kecuali ditentukan lain oleh
Direksi.
Untuk menghindari terbentuknya kolam air di borrow area, parit saluran dari borrow
area ke pengeluaran terdekat harus di buat oleh Penyedia Jasa dimana jika parit
saluran tersebut diperlukan.
Penyedia Jasa tidak diijinkan memindahkan atau membawa material dari borrow area
untuk keperluan Penyedia Jasa dan atas kemauan sendiri tanpa persetujuan dari
Direksi.
Kecuali ditentukan lain, tidak ada pembayaran langsung untuk biaya persiapan, operasi
dan pemeliharaan borrow area termasuk pembersihan, pengupasan, penggalian dan
pekerjaan-pekerjaan lain yang diperlukan hingga syarat-syarat timbunan tersebut
sesuai untuk digunakan dalam pekerjaan pembuatan tanggul.
Akan tetapi biaya tersebut akan diperhitungkan dalam harga satuan pada sub pasal
yang ada sangkut pautnya untuk pekerjaan pembuatan tanggul, dimana tanah timbunan
diambil dari Borrow area.
Pemadatan timbunan tanah harus dilaksanakan hanya jika kadar air bahan berada
dalam rentang 3 % di bawah kadar air optimum sampai 1% di atas kadar air optimum.
Kadar air optimum harus didefinisikan sebagai kadar air pada kepadatan kering
maksimum yang diperoleh jika tanah dipadatkan sesuai dengan SNI 03-1742-1989
tentang Metode Pengujian Kepadatan Ringan untuk Tanah.
Timbunan harus dipadatkan mulai dari tepi luar dan bergerak menuju ke arah sumbu
tanggul sedemikian rupa sehingga setiap ruas akan menerima jumlah energi
pemadatan yang sama.
1.5.10 Pekerjaan Timbunan Dengan Menggunakan Alat Berat
Di dalam praktek tidak mudah menetapkan berapa banyak air yang diperlukan pada saat
pemadatan, kecuali pelaksana yang sudah berpengalaman sekali. Tetapi untuk pedoman
kasar, adalah sebagai berikut :
a. Bila selama pemadatan timbul debu, berarti kadar air kurang;
b. Bila selama pemadatan, tanah keluar airnya (becek) berarti kadar airnya terlalu tinggi.
Hal-hal yang berpengaruh terhadap kepadatan adalah :
1. Tebal lapisan tanah lepas, yang akan dipadatkan;
2. Berat dan energi alat pemadat;
3. Banyaknya lintasan pemadatan;
4. Kadar air.
Urutan pelaksanaan, sebagai berikut :
a) Percobaan Pemadatan
• Hamparkan tanah lepas setebal yang kita kehendaki, diatas permukaan yang telah
dipadatkan seperlunya (biasanya dalam spesifikasi teknik ditetapkan tidak boleh
lebih dari 30 cm)
• Semprotkan air, bila dirasakan hamparan tanah kadar airnya masih kurang (tetapi
lebih baik agak kurang daripada kelebihan)
• Kemudian dipadatkan dengan alat pemadat Vibro Roller atau Sheep Foot Roller dan
dicoba misalnya dengan 6 lintasan. Sesudah itu diambil sampel tanah dan diukur
kepadatannya (berat volume keringnya). Bila ternyata masih kurang padat, maka
lintasan pemadatan ditambah lagi, misalnya ditambah dua lintasan. Bila tingkat
kepadatannya telah dicapai, maka cara-cara tersebut dipakai sebagai pedoman
selanjutnya.
b) Pemadatan Timbunan
• Dasar tanah yang akan ditimbun, dipadatkan seperlunya, sesuai persyaratannya.
• Tanah timbunan yang diambil dari quarry atau lokasi galian, dibawa dengan Dump
Truck, ditumpahkan di lokasi tempat timbunan yang telah dipersiapkan. Jarak

1 - 14
Spesifikasi Teknis

tumpukan diatur sedemikian, sehingga bila dihampar dengan ketebalan 30 cm


seluruh permukaan dapat tertimbun.
• Tumpahan tanah dari Dump Truck digusur/diratakan dengan Bulldozer atau Grader
untuk mencapai ketebalan hamparan kurang lebih 30 cm. Perhatikan kadar airnya
secara visual.
• Bila musim hujan, sebaiknya hamparan tanah dibatasi seperlunya saja, dan
dilindungi/ditutupi dengan terpal. Bila hujan cukup deras, pekerjaan harus
dihentikan.
• Lapisan pertama tersebut sebaiknya melebihi lebar kaki timbunan kurang lebih 50
cm, dikanan dan dikiri. Kemudian setelah kadar air dinilai cukup, langsung
dipadatkan dengan Vibro Roller atau Sheep Foot Roller dengan lintasan sebanyak
percobaan pemadatan yang telah dilakukan.
• Bidang pemadatan harus overlapping kurang lebih 15 cm, agar seluruh permukaan
terpadatkan. Lapisan pertama yang telah selesai dipadatkan, diambil sampelnya
setiap jarak 50 meter (atau sesuai spesifikasi), dan diperiksa kepadatannya.
• Bila kepadatannya telah memenuhi syarat, maka lapisan berikutnya baru
diperbolehkan untuk dihampar.
• Pemadatan lapisan pertama dan kedua dilakukan diantara dua profil yang ada
(daerah profil dilewati dulu) Sesudah dua lapisan selesai dan dapat dipakai sebagai
pedoman, maka profil dapat dibongkar untuk ditimbun mengikuti lapisan-lapisan
yang telah selesai.
• Timbunan dan pemadatan harus dilakukan lapis demi lapis. Untuk menjamin mutu
timbunan (yang berbentuk tanggul) penimbunan diteruskan sampai separuh
kedalaman saluran (untuk saluran yang tidak lebar).
• Sisa kepala tanggul (di kanan-kiri) ditimbun dari hasil galian profil saluran, dan juga
dipadatkan lapis demi lapis. Dalam proses pembentukan tanggul harus dipedomani
lagi dengan profil saluran.
• Agar diingt bahwa apabila lebar tanggul kurang dari rencana (desain), penambahan
akan sulit, tidak boleh langsung ditambal dari samping.
• Tambahan/pelebaran tanggul yang sudah jadi harus lapis demi lapis dari bawah dan
dengan sambungan bertangga.

1.6. PENGENDALIAN MUTU


Pengendalian mutu yang perlu diperhatikan dalam pedoman penyusunan spesifikasi teknis
pekerjaan tanah harus memuat :
1.6.1 Pekerjaan Galian
a) Penerimaan bahan
1) Pengujian contoh harus dilakukan untuk setiap lapisan tanah dan batuan yang
berbeda.
2) Bahan yang diterima sudah diklasifikasikan ke dalam galian biasa, galian batu,
galian bangunan.
b) Pemeriksaan mutu bahan
1) Untuk pekerjaan galian lereng tanah harus dilakukan pemeriksaan sudut geser
dalam, φ dan kohesi tanah beserta informasi mengenai sumber mata air dan
ketinggian muka air tanah.
2) Untuk pekerjaan galian batu harus dilakukan pemeriksaan tingkat pelapukan (slake
durability) dan informasi batuan yang meliputi kekar, kemiringan.
3) Galian bangunan.
(a) Untuk galian lantai pondasi, tembok beton penahan tanah dan bangunan
pemikul beban lainnya, harus dilakukan pemeriksaan klasifikasi tanah, tingkat
kepadatan (konsistensi) dan informasi kedalaman muka air tanah.

1 - 15
Spesifikasi Teknis

(b) Pekerjaan yang berhubungan dengan drainase sebaiknya dilakukan analisa


butir tanah.
(c) Pekerjaan yang berhubungan dengan pemompaan, harus dilakukan
pemeriksaan berkaitan dengan kemungkinan bahaya piping, terutama untuk
data ketinggian muka air, jenis tanah tempat pemompaan dan analisa butir.
(d) Pekerjaan yang memerlukan penimbunan kembali harus memperhatikan
mengenai pengendalian mutu timbunan.
(e) Pekerjaan yang berhubungan dengan galian buangan , pemeriksaan dilakukan
pada lokasi tempat pembuangan, yakni pemeriksaan “kestabilan”, parameter
longsoran dan parameter daya dukung tanah setempat.
1.6.2 Pekerjaan Timbunan
a) Penerimaan bahan
1) Jumlah data pendukung hasil pengujian yang diperlukan untuk persetujuan awal
mutu bahan akan ditetapkan oleh Direksi Pekerjaan, tetapi bagaimanapun juga
harus mencakup seluruh pengujian yang disyaratkan dalam dengan paling sedikit
tiga contoh yang mewakili setiap sumber bahan yang diusulkan, yang dipilih
mewakili rentang mutu bahan yang mungkin terdapat pada sumber bahan.
2) Setelah persetujuan mutu bahan timbunan yang diusulkan, Direksi Pekerjaan dapat
memintakan pengujian mutu bahan ulang lagi agar perubahan bahan atau sumber
bahannya dapat diamati.
b) Pengujian mutu bahan
Suatu program pengendalian pengujian mutu bahan rutin harus dilaksanakan untuk
mengendalikan perubahan mutu bahan yang dibawa ke lapangan. Jumlah pengujian
harus seperti yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan tetapi untuk setiap 1000 meter
kubik bahan timbunan yang diperoleh dari setiap sumber bahan paling sedikit harus
dilakukan suatu pengujian untuk menentukan ekspansif tidaknya bahan timbunan, yang
ditentukan oleh nilai aktif.
c) Percobaan Pemadatan di lapangan
Penyedia Jasa harus bertanggungjawab dalam memilih metode dan peralatan untuk
mencapai tingkat kepadatan yang disyaratkan. Jika Penyedia Jasa tidak sanggup
mencapai kepadatan yang disyaratkan, prosedur pemadatan berikut ini harus diikuti.
Percobaan lapangan harus dilaksanakan dengan variasi jumlah lintasan peralatan
pemadat dan kadar air sampai kepadatan yang disyaratkan tercapai sehingga dapat
diterima oleh Direksi Pekerjaan. Hasil percobaan lapangan ini selanjutnya dapat
digunakan Penyedia Jasa untuk menetapkan pola lintasan pemadatan, jumlah lintasan,
jenis alat pemadat dan kadar air untuk seluruh pemadatan berikutnya.

1.7. PENGUKURAN DAN PEMBAYARAN


Pengukuran dan pembayaran yang perlu diperhatikan dalam pedoman penyusunan
spesifikasi teknis pekerjaan tanah harus memuat :
1.7.1 Pengukuran
1. Pekerjaan Pembersihan
Volume untuk dasar pembayaran pekerjaan pembersihan adalah harga satuan per
meter persegi, kecuali ditentukan lain oleh Direksi sampai batas yang wajar.
Pembayaran pekerjaan pembersihan termasuk upah pekerja, harga-harga bahan dan
perlengkapan lain yang diperlukan untuk menebang, membabat dan menebar disekitar
lokasi.
2. Pekerjaan Kupasan/stripping
Volume untuk dasar pembayaran pekerjaan kupasan/stripping adalah harga satuan per
meter persegi, kecuali ditentukan lain oleh Direksi sampai batas yang wajar.
Pembayaran pekerjaan pembersihan termasuk upah pekerja, harga-harga bahan dan

1 - 16
Spesifikasi Teknis

perlengkapan lain yang diperlukan untuk menggali, dan mengangkutnya disekitar


lokasi.
3. Pekerjaan Galian
Harga satuan untuk pekerjaan galian ini termasuk tenaga kerja dan alat/excavator
dengan jarak angkut ke lokasi stockpile/lokasi timbunan dan pembuangan ke lokasi di
luar daerah kerja sejauh kurang dari 1.00 km tidak diperhitungkan Untuk jarak
pembuangan yang lebih jauh maka akan diperhitungkan dalam pekerjaan pembuangan
sisa galian. Kecuali untuk material bahan galian yang selanjutnya akan dipergunakan
oleh Penyedia Jasa untuk pekerjaan lain, maka pekerjaan pembuangan tidak
diperhitungkan.
Galian saluran dan struktur lain yang terkait akan termasuk semua kebutuhan galian
untuk mencapai garis, ketinggian dan ukuran seperti ditunjukan dalam gambar atau
seperti diarahkan oleh Direksi, termasuk galian di tempat/local atau dental, perawatan
pondasi dan semua galian yang lain dalam area kerja.
Pekerjaan galian di luar ketentuan seperti di atas harus diukur untuk pembayaran
sebagai volume di tempat dalam meter kubik bahan yang dipindahkan, setelah
dikurangi bahan galian yang digunakan dan dibayar sebagai timbunan biasa atau
timbunan pilihan dengan faktor penyesuaian berikut ini :
(1) Bahan Galian Biasa yang dipakai sebagai timbunan harus dibagi dengan
penyusutan (shrinkage) sebesar 0,85 yang mengacu pada SNI 03-3422-1994,
tentang Metode Pengujian Batas Susut Tanah.
(2) Bahan Galian Batu yang dipakai sebagai timbunan harus dibagi dengan faktor
pengembangan (swelling) sebesar 1,2 yang mengacu pada SNI 13-6425-2000
tentang Metode Pengujian Indeks Pengembangan Tanah.
Dasar perhitungan ini haruslah gambar penampang melintang profil tanah asli sebelum
digali yang telah disetujui dan gambar pekerjaan galian akhir meliputi garis, kelandaian
dan elevasi sebagai yang disyaratkan atau diterima. Metode perhitungan haruslah
metode luas ujung rata-rata, menggunakan penampang melintang pekerjaan dengan
jarak tidak lebih dari 25 meter.
(a) Pekerjaan galian yang dapat dimasukkan untuk pengukuran dan pembayaran
menurut Bagian ini akan tetap dibayar sebagai galian hanya jika bahan galian
tersebut tidak digunakan dan dibayar dalam Bagian lain dari Spesifikasi ini.
(b) Jika bahan galian dinyatakan secara tertulis oleh Direksi Pekerjaan dapat
digunakan sebagai bahan timbunan, namun tidak digunakan oleh Penyedia Jasa
sebagai bahan timbunan, maka volume bahan galian yang tidak terpakai ini dan
terjadi semata-mata hanya untuk cadangan Penyedia Jasa dengan exploitasi
sumber bahan (borrow area) tidak akan dibayar.
(c) Pekerjaan galian bangunan yang diukur adalah volume dari prisma yang dibatasi
oleh bidang-bidang sebagai berikut :
(1) Bidang atas adalah bidang horisontal seluas bidang dasar pondasi yang
melalui titik terendah dari terain tanah asli. Di atas bidang horisontal ini
galian tanah diperhitungkan sebagai galian biasa atau galian batu sesuai
dengan sifatnya
(2) Bidang bawah adalah bidang dasar pondasi.
(3) Bidang tegak adalah bidang vertikal keliling pondasi.
(4) Pengukuran volume tidak diperhitungkan di luar bidang-bidang yang
diuraikan di atas atau sebagai pengembangan tanah selama pemancangan,
tambahan galian karena kelongsoran, bergeser, runtuh atau karena sebab-
sebab lain.
(d) Pengangkutan hasil galian ke lokasi pembuangan akhir atau lokasi timbunan
sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan dengan jarak yang
melebihi 300 meter harus diukur untuk pembayaran sebagai volume di tempat
dalam kubik meter bahan yang dipindahkan per jarak tempat penggalian sampai
lokasi pembuangan akhir atau lokasi timbunan dalam kilometer.

1 - 17
Spesifikasi Teknis

(e) Harga satuan yang diperhitungkan untuk keperluan pembuangan kelebihan


volume galian ke luar daerah kerja yang disetujui oleh Direksi adalah sejauh > 1
km. Kecuali untuk material bahan galian yang selanjutnya akan dipergunakan
oleh Penyedia Jasa untuk pekerjaan lain maka pekerjaan pembuangan tidak
diperhitungkan.
4. Pekerjaan Timbunan
Untuk timbunan yang tidak diukur dan dibayar dari volume galian maka :
1) Timbunan harus diukur sebagai jumlah kubik meter bahan terpadatkan yang
dilaksanakan, diselesaikan di tempat dan diterima.
Volume yang diukur harus berdasarkan gambar penampang melintang profil
tanah asli yang disetujui atau profil galian sebelum setiap timbunan ditempatkan
dan sesuai dengan garis, kelandaian dan elevasi pekerjaan timbunan akhir yang
disyaratkan dan diterima.
Metode perhitungan volume bahan haruslah metode luas bidang ujung, dengan
menggunakan penampang melintang pekerjaan yang berselang jarak tidak lebih
dari 25 m.
2) Timbunan yang ditempatkan di luar garis dan penampang melintang yang
disetujui, termasuk setiap timbunan tambahan yang diperlukan sebagai akibat
penggalian bertangga pada atau penguncian ke dalam lereng lama, atau sebagai
akibat dari penurunan pondasi, tidak akan dimasukkan kedalam volume yang
diukur untuk pembayaran kecuali bila :

3) Timbunan tambahan yang diperlukan untuk memperbaiki pekerjaan yang tidak


stabil atau gagal jika Penyedia Jasa tidak dianggap bertanggung-jawab.

4) Timbunan yang digunakan dimana saja di luar batas Kontrak pekerjaan, atau
untuk mengubur bahan sisa atau yang tidak terpakai, atau untuk menutup
sumber bahan, tidak boleh dimasukkan dalam pengukuran timbunan.

1.7.2 Dasar Pembayaran


1. Pekerjaan Galian
Kuantitas galian yang diukur menurut ketentuan di atas, akan dibayar menurut satuan
pengukuran dengan harga yang dimasukkan dalam Daftar Kuantitas dan Harga untuk
masing-masing Mata Pembayaran yang terdaftar di bawah ini, dimana harga dan
pembayaran tersebut merupakan kompensasi penuh untuk seluruh pekerjaan yang
berkaitan, dan biaya yang diperlukan dalam melaksanakan pekerjaan galian
sebagaimana diuraikan dalam Bagian ini.
2. Pekerjaan Timbunan
Kuantitas timbunan yang diukur seperti diuraikan di atas, dalam jarak angkut berapapun
yang diperlukan, harus dibayar untuk per satuan pengukuran dari masing- masing
harga yang dimasukkan dalam Daftar Kuantitas dan Harga untuk Mata Pembayaran
terdaftar di bawah, dimana harga tersebut harus sudah merupakan kompensasi penuh
untuk pengadaan, pemasokan, penghamparan, pemadatan, penyelesaian akhir dan
pengujian bahan, seluruh biaya lain yang perlu atau biaya untuk penyelesaian yang
sebagaimana mestinya dari pekerjaan yang diuraikan dalam Bagian ini.

1 - 18
Spesifikasi Teknis

Nomor Satuan
Uraian
Pembayaran Pengukuran
1. Pekerjaan Galian :
a) Pembersihan Medan Meter Persegi
b) Kupasan / stripping Meter Persegi
c) Galian Biasa Meter Kubik
d) Galian Batu Meter Kubik
e) Galian Bangunan dengan Kedalaman 0 - 2 M Meter Kubik
f) Galian Bangunan dengan Kedalaman 2 - 4 M Meter Kubik
g) Galian Bangunan dengan Kedalaman 4 - 6 M Meter Kubik
h) Galian Bangunan dengan Kedalaman > 6 M Meter Kubik
i) Biaya Tambahan untuk Pengangkutan Bahan Meter Kubik
Hasil Galian dengan Jarak melebihi 300 meter
j) Biaya Tambahan untuk Pengangkutan Meter Kubik
Kelebihan Hasil Galian dengan Jarak melebihi
1000 meter
2.
Pekerjaan Timbunan : Meter Kubik
a) Timbunan Biasa Dari Selain Galian Sumber Meter Kubik
Bahan
b) Timbunan Pilihan

1 - 19
Spesifikasi Teknis

LAMPIRAN – A
(Informatif)

Tabulasi Eksplorasi Tanah untuk Perencanaan dan Pelaksanaan Pekerjaan Tanah

a. Survei Lapangan dan Pengujian b. Pengujian laboratorium


Tujuan Survei Jenis survei Jenis survei dan
Metode Jenis pengujian Metode
pengujian

1. Pemilihan borrow area (1) Penentuan volume tanah Pembuatan penampang geologis Penyelidikan seismik
(survei bahan - bahan Pengeboran atau pendugaan
urugan) (2) Penentuan kualitas lapisan bawah
bahan borrow area Pengumpulan contoh tanah yang Pengumpulan hasil Klasifikasi contoh bahan yang (1) Pengukuran kadar air
dominan. pengeboran, penggalian dari terkumpul. aslinya.
lubang-lubang pengujian dan
pengumpulan lapisan tanah Karakteristik pemadatan. (2) Pengujian berat jenis.
yang muncul ke permukaan.
(3) Pengujian gradasi.
(4) Pengujian konsistensi.
Contoh bahan.
Kemudahan lalu lintas untuk alat Penentuan kekuatan tanah Menentukan kemudahan lalu Penentuan kekuatan tanah
berat. dengan pengujian penetrasi. lintas di atas tanah yang yang sudah dipadatkan
dipadatkan. dengan konis penetrasi.
Pemeriksaan cara pemadatan di Percobaan lapangan
lapangan. pekerjaan (percobaan
pelaksanaan pemadatan)

2. Penggalian/Pemotongan (1) Sesuai konfigurasi Pembuatan penampang (1) Penyelidikan seismik


lapisan tanah memanjang dan melintang geologi
(kondisi batuan dasar atau (2) Pengeboran dengan
(2) Penetapan kemudahan susunan lapisan tanah) mesin atau dengan bor
pengerjaan dan metode tangan
pelaksanaannya
- Sama seperti 1 (untuk tanah)
3. Stabilitas Lereng (1) Stabilitas lereng urugan Pengumpulan contoh bahan yang Pengeboran dengan mesin Penggolongan dari contoh - Pengujian kompresi
(bahan yang kurang baik dominan atau bor tangan yang terkumpul dan unconfined
dengan urugan yang Pengeboran tanah atau penentuan tegangan geser - Pengujian kompresi triaxial
lebih landai) penggalian dari lubang- atau pengujian geser
lubang pengujian langsung

(2) Stabilitas lereng dinding Penggalian tanah di sekitarnya,


penggalian pengamatan permukaan lereng,
percobaan penggalian tanah

1 - 20
Spesifikasi Teknis

a. Survei lapangan dan pengujian b. Pengujian laboratorium


Tujuan Survei Jenis survei Jenis survei dan
Metode Jenis pengujian Metode
pengujian

4. Pengamanan untuk (1) Penyelidikan stabilitas Pembuatan penampang geologi (1) Pengeboran mesin,
tanah lapisan pondasi urugan pendugaan lapisan
bangu- nan urugan bawah dengan metode
(untuk tanah pondasi (2) Memperkirakan Swedia dan pengujian
yang lemah) besarnya penurunan penetrasi standar

(3) Pemilihan cara (2) Pengujian


perbaikannya
Pengumpulan contoh tanah asli Pengumpulan contoh tanah Klasifikasi contoh yang (1) Pengukuran kadar air
yang belum terusik terkumpul aslinya
(2) Pengukuran berat isi
basah
(3) Pengujian berat jenis
Penentuan kekuatan geser (4) Pengujian gradasi
tanah (5) Pengujian konsistensi
(6) Pengujian bahan-bahan
Karakteristika konsolidasi organis
tanah (7) Pengujian kompresi
unconfined
(8) Pengujian kompresi
triaxial
(9) Pengujian konsolidasi

5. Perencanaan drainase Survey permukaan air tanah Survey air tanah di lapangan Pengamatan permukaan air
pada lubang bor.

Survey pada sumur dan pada


air permukaan.

Penentuan permeabilitas Pengukuran koefisien filtrasi Pengujian permeabilitas Pengukuran koefisien filtrasi Pengujian permeabilitas
tanah dengan pengujian permeabilitas di lapangan dari contoh-contoh tanah
lapangan

1 - 21
Spesifikasi Teknis

LAMPIRAN – B
(Informatif)

Penggunaan Alat Berat untuk Pekerjaan Tanah

Tabel Jenis Tanah dan Penggunaan Alat Berat yang Sesuai

Jenis Pekerjaan Jenis Alat Berat

Penggalian Alat berat penggali bertubuh shovel (shovel, back hoe, dragline,
clamshell)

Pemuatan Alat berat penggali bertubuh shovel (shovel, back hoe, dragline,
clamshell)

Penggalian, Pemuatan Alat berat penggali bertubuh shovel (shovel, back hoe, dragline,
clamshell) tractor shovel, bucket wheel,exavator

Penggalian, pengangkutan Bulldozer, scraperdozer, carryallscraper, motorscraper,


tractor shovel

Pengangkutan Bulldozer, dump truck, belt conveyor

Perataan Bulldozer, motor grader

1 - 22
Spesifikasi Teknis

LAMPIRAN – C
(Informatif)

Metode Pelaksanaan Pekerjaan Tanah

Gambar C – 1 Patok Bench Mark Sementara

Profil Galian

Patok As

Profil Timbunan

PatokAs

Stripping

Gambar C – 2 Contoh Pemasangan Profil

1 - 23
Spesifikasi Teknis

Volume I : Umum
Bagian - 2 : Pengukuran Topografi dan Pemetaan

TIDAK DIGUNAKAN DALAM PEKERJAAN INI

2 - 1
Spesifikasi Teknis

Volume I : Umum
Bagian - 3 : Pekerjaan Geoteknik

TIDAK DIGUNAKAN DALAM PEKERJAAN INI

3 - 1
Spesifikasi Teknis

Volume I : Umum
Bagian - 4 : Pekerjaan Beton dan Bekisting

4.1. RUANG LINGKUP


Pedoman ini menetapkan ketentuan dan persyaratan, metode kerja pelaksanaan,
pengendalian mutu serta pengukuran dan pembayaran dalam pelaksanaan pekerjaan beton.
Pedoman ini mencakup kegiatan pelaksanaan seluruh bangunan beton bertulang, beton
tanpa tulangan, beton pracetak, beton untuk bangunan baja komposit dan waterstop.
Pedoman ini mencakup penyiapan tempat kerja untuk pengecoran beton, pengadaan
penutup beton, lantai kerja dan pemeliharaan pondasi seperti pemompaan atau tindakan lain
untuk mempertahankan agar pondasi tetap kering.

4.2. ACUAN NORMATIF


Standar Nasional Indonesia (SNI) :
- SNI 03-1968-1990 : Metode Pengujian tentang Analisis Saringan Agregat Halus
dan Kasar.
- SNI 03-1969-1990 : Metode Pengujian Berat Jenis dan Penyerapan Air
Agregat Kasar
- SNI 03-1972-1990 : Metode Pengujian Slump Beton
- SNI 03-1973-1990 : Metoda Pengujian Berat Isi Beton
- SNI 03-1974-1990 : Metode Pengujian Kuat Tekan Beton.
- SNI 03-2417-1991 : Metode Pengujian Keausan Agregat dengan Mesin Los
Angeles.
- SNI 03-2458-1991 : Metode Pengambilan Contoh Untuk Campuran Beton Segar.
- SNI 03-2460-1991 : Spesifikasi Abu Terbang sebagai Bahan Tambahan untuk
Campuran Beton
- SNI 03-2461-1991 : Spesifikasi Agregat Ringan untuk Beton Struktur
- SNI 03-2491-1991 : Metode Pengujian Kuat Tarik Belah Beton
- SNI 03-2492-1991 : Metode Pengambilan dan Pengujian Beton Inti
- SNI 03-2493-1991 : Metode Pembuatan dan Perawatan Benda Uji Beton di
Laboratorium.
- SNI 03-2495-1991 : Spesifikasi Bahan Tambahan untuk Beton
- SNI 03-2530-1991 : Metode Pengujian Kehalusan Semen Portland
- SNI 03-2531-1991 : Metode Pengujian Berat Jenis Semen Portland
- SNI 03-2816-1992 : Metode Pengujian Kotoran Organik Dalam Pasir untuk
Campuran Mortar dan Beton
- SNI 03-2823-1992 : Metode Pengujian Kuat Lentur Beton Memakai Gelagar
Sederhana Dengan Sistem Beban Titik di Tengah
- SNI 03-2834-1992 : Tata Cara Pembuatan Rencana Campuran Beton Normal
- SNI 03-2854-1992 : Spesifikasi Kadar Ion Klorida dalam Beton
- SNI 03-2914-1992 : Spesifikasi Beton Bertulang Kedap Air
- SNI 03-2915-1992 : Spesifikasi Beton Tahan Sulfat
- SNI 03-3402-1994 : Metode Pengujian Berat Isi Beton Ringan Struktural
- SNI 03-3407-1994 : Metode Pengujian Sifat Kekekalan Bentuk Agregat Terhadap
Natrium Sulfat dan Magnesium Sulfat.
- SNI 03-3418-1994 : Metode Pengujian Kandungan Udara Pada Beton Segar
- SNI 03-3419-1994 : Metode Pengujian Abrasi Beton di Laboratorium
- SNI 03-3421-1994 : Metode Pengujian Kuat Tekan Beton Isolasi Ringan di
Lapangan
- SNI 03-3449-1994 : Tata Cara Rencana Pembuatan Campuran Beton Ringan
dengan Agregat Ringan
- SNI 03-3976-1995 : Tata Cara Pengadukan Pengecoran Beton
- SNI 03-4141-1996 : Metode Pengujian Gumpalan Lempung dan Butir-butir Mudah
Pecah Dalam Agregat.
- SNI 03-4142-1996 : Metode Pengujian Jumlah bahan Dalam Agregat Yang Lolos
No.200 (0,075 mm).

4 - 1
Spesifikasi Teknis

- SNI 03-4154-1996 : Metode Pengujian Kuat Lentur Beton Dengan Balok


Uji Sederhana Yang dibebani Terpusat Langsung
- SNI 03-4155-1996 : Metode Pengujian Kuat Tekan Beton dengan Benda Uji
Patahan Balok Bekas Uji Lentur
- SNI 03-4156-1996 : Metode Pengujian Bliding dari Beton Segar
- SNI 03-4169-1996 : Metode Pengujian Modulus Elastisitas Statis Dan Rasio
Poison Beton dengan Kompresor Ekstensometer
- SNI 03-4430-1997 : Metode Pengujian Kuat Tekan Elemen Struktur Beton Dengan
Alat Palu Beton Tipe n dan nr
- SNI 03-4431-1997 : Metode Pengujian Kuat Lentur Beton Normal Dengan Dua
Titik Pembebanan
- SNI 03-4433-1997 : Spesifikasi Beton Siap Pakai
- SNI 03-4805-1998 : Metode Pengujian Kadar Semen Portland Dalam Beton Keras
Yang Memakai Semen Hidrolik
- SNI 03-4806-1998 : Metode Pengujian Kadar Semen Portland dalam Beton Segar
dengan Titrasi Volumetri
- SNI 03-4807-1998 : Metode Pengujian untuk Menentukan Suhu Beton Segar
Semen Portland
- SNI 03-4808-1998 : Metode Pengujian Kadar Air dalam Beton Segar Dengan Cara
Volumetri
- SNI 03-4809-1998 : Metode Pengujian untuk membandingkan berbagai Beton
Berdasarkan Kuat Lekat Yang Timbul Terhadap Tulangan
- SNI 03-4810-1998 : Metode Pembuatan dan Perawatan Benda Uji Beton di
Lapangan
- SNI 03-4811-1998 : Metode Pengujian Rangkak Pada Beton Yang Tertekan
- SNI 03-4812-1998 : Metode Pengujian Kuat Tarik Beton Secara Langsung
- SNI 03-4817-1998 : Spesifikasi Lembaran Bahan Penutup untuk Perawatan Beton
- SNI 03-4820-1998 : Tata Cara Penggunaan Peralatan Untuk Penentuan
Perubahan Panjang, Pasta, Mortar Dan Beton Semen Yang
Sudah Mengeras
- SNI 03-6369-2000 : Tata Cara Pembuatan Kaping Untuk Benda Uji Silinder Beton
- SNI 03-6429-2000 : Metode Pengujian Kuat Tekan Beton Silinder Dengan
Cetakan Silinder Di Dalam Tempat Cetakan
- SNI 06-6430-2000 : Metode Pengujian Ekspansi dan Bliding
- SNI 06-6430.1-2000 : Metode Pengujian Kuat Tekan Graut untuk Beton dengan
Agregat Praletak di Laboratorium
- SNI 03-6430.2-2000 : Metode Pengujian Waktu Pengikatan Graut Untuk Beton
dengan Agregat Praletak di Laboratorium
- SNI 03-6451-2000 : Metode Pengujian Kuat Lentur Adukan Semen Hidraulik
- SNI 03-6477-2000 : Metode Penentuan 10 % Kehalusan untuk Agregat
- SNI 03-6805-2002 : Metode Pengujian untuk Mengukur Nilai Kuat Tekan Beton
pada Umur Awal dan Memproyeksikan Kekuatan Pada Umur
Berikutnya
- SNI 03-6806-2002 : Tata Cara Perhitungan Beton Tidak Bertulang Struktural
- SNI 03-6807-2002 : Metode Pengujian Kemampuan Mempertahankan Air pada
Campuran Graut untuk Beton Agregat Praletak di
Laboratorium
- SNI 03-6808-2002 : Metode Pengujian Kekentalan Graut Untuk Beton Agregat
Praletak (Metode Pengujian Corong Alir)
- SNI 03-6809-2002 : Tata Cara Estimasi Kekuatan Beton dengan Metode Maturity
- SNI 03-6810-2002 : Metode Pengujian Kadar Bahan Padat Total dan Bahan
Anorganik dalam Air Untuk Campuran Beton
- SNI 03-6811-2002 : Spesifikasi Bahan Pencampur Untuk Beton Semprot
- SNI 03-6812-2002 : Spesifikasi Anyaman Kawat Baja Polos Yang Dilas Untuk
Tulangan Beton
- SNI 03-6814-2002 : Tata Cara Pelaksanaan Sambungan Mekanis untuk Tulangan
Beton
- SNI 03-6815-2002 : Tata Cara Mengevaluasi Hasil Uji Kekuatan Beton
- SNI 03-6816-2002 : Tata Cara Pendetailan Penulangan Beton
- SNI 03-6817-2002 : Metode Pengujian Mutu Air Untuk Digunakan Dalam Beton
- SNI 03-2461-2002 : Spesifikasi Agregat Ringan untuk Beton Ringan Struktur
- SNI 03-6817-2002 : Metode Pengujian Mutu Air untuk digunakan dalam Beton
- SNI 03-6717-2002 : Tata Cara Penyiapan Benda Uji Dari Contoh Agregat

4 - 2
Spesifikasi Teknis

- SNI 03-6889-2002 : Tata Cara Pengambilan Contoh Agregat

4.3. ISTILAH DAN DEFINISI


4.3.1 Agregat halus adalah agregat yang mempunyai diameter butir di atas 0,25 mm sampai 4
mm.
4.3.2 Agregat kasar adalah agregat yang mempunyai diameter butir di atas 4 mm sampai 31,5
mm.
4.3.3 Benda uji beton inti adalah benda uji beton berbentuk silinder hasil pengeboran beton pada
bangunan yang sudah dilaksanakan.
4.3.4 Beton adalah campuran antara semen portland atau semen hidrualik yang lain, agregat
halus, agregat kasar dan air, dengan atau tanpa bahan campuran tambahan membentuk
masa padat
4.3.5 Beton ringan adalah beton yang berat izin maksimum 1,9 ton/m3
4.3.6 Beton segar adalah campuran beton yang telah selesai diaduk sampai beberapa saat
karakteristiknya tidak berubah (masih plastis dan belum terjadi pengikatan).
4.3.7 Beton siklop adalah beton yang terdiri dari campuran mutu beton fc’=15 Mpa dengan batu-
batu pecah ukuran maksimum 25 cm.
4.3.8 Construction joint adalah sambungan konstruksi beton
4.3.9 Fly ash adalah residu halus yang dihasilkan dari sisa proses pembakaran batu bara.
4.3.10 Form in place merupakan salah satu metode perawatan beton dengan tetap
mempertahankan cetakan sebagai dinding penahan pada tempatnya selama waktu yang
diperlukan beton dalam masa perawatan.
4.3.11 Kaping adalah pemberian lapisan perata pada permukaan bidang tekan benda uji.
4.3.12 Kuat tekan beton adalah besarnya beban per satuan luas, yang menyebabkan benda uji
beton hancur bila dibebani dengan gaya tekan tertentu yang dihasilkan oleh mesin tekan.
4.3.13 Pozzolan adalah bahan yang mengandung silika atau silika dan alumunium yang bereaksi
secara kimia dengan kalsium hidroksida pada temperatur biasa membentuk senyawa
bersifat cementitious.
4.3.14 Segregasi adalah terpisahnya antara pasta semen dan agregat dalam suatu adukan.
4.3.15 Silica fume adalah bahan pozzolanic yang sangat halus yang mengandung silica amorf
yang dihasilkan dari elemen silica atau senyawa ferro-silica.
4.3.16 Slump beton adalah besaran kekentalan (viscosity) / plastisitas dan kohesif darI beton
segar
4.3.17 Super plasticizer adalah bahan tambah yang mengurangi air dalam campuran dengan
cukup banyak dan sangat berbeda

4.4. KETENTUAN DAN PERSYARATAN


Ketentuan dan persyaratan umum yang perlu diperhatikan dalam pedoman spesifikasi teknis
pekerjaan beton, bekisting dan waterstop harus memuat :
4.4.1 Toleransi
1) Bangunan Beton
(a) Batas penyimpangan pada gambar – gambar plat, balok mendatar dan
pengganti pagar
Terlihat : 1 cm setiap 3 m
Tertimbun : 5 cm setiap 3 m
(b) Penyimpangan dalam dimensi potongan melintang dari kolom, pilar, lantai, dinding,
balok dan sebagainya.
Minus : 1 cm
Plus : 5 cm

4 - 3
Spesifikasi Teknis

(c) Penyimpangan pada plat jembatan


Minus : 1 cm
Plus : 2 cm
(d) Dasar pondasi
Penyimpangan ukuran – ukuran dalam perencanaan
Minus : 1 cm
Plus : 5 cm
(e) Salah penempatan atau penyimpangan 2% dari lebar dasar pondasi, terhadap
rencana tidak lebih dari 5 cm.
(f) Pengurangan ketebalan : 5%
(g) Penyimpangan lokasi dan ukuran pada lantai dan dinding yang terbuka : 5 cm
(h) Penyimpangan dari garis unting pada sisi dinding tembok untuk pintu dan
bangunan–bangunan air yang serupa : 0,1%
(i) Penempatan tulangan baja
• Penyimpangan untuk beton pelindung : 10%
• Penyimpangan dari tempat yang seharusnya : 2 cm
(j) Perletakan beton pra cetak
• Penyimpangan terhadap trase yang seharusnya dibangun 1% dari panjang beton
pra cetak yang ada, dan tidak lebih dari 5 cm.
• Penyimpangan terhadap elevasi rencana adalah 1% dari panjang beton pra cetak
yang ada, dan tidak lebih dari 5 cm.
• Penyimpangan garis unting setiap beton pra cetak yang ditempatkan vertikal tidak
boleh lebih dari 1 cm setiap 3 m.
(2) Pekerjaan Water Stop
Penyimpangan pemasangan as dari water stop untuk kearah kanan dan kiri +5 mm.
4.4.2 Persyaratan Bahan
1) Bangunan Beton
a) Semen
(1) Semen yang digunakan untuk pekerjaan beton harus jenis semen portland
yang memenuhi SNI 15-2049-1994 kecuali jenis IA, IIA, IIIA dan IV. Apabila
menggunakan bahan tambahan yang dapat menghasilkan gelembung udara,
maka gelembung udara yang dihasilkan tidak boleh lebih dari 5 %, dan harus
mendapatkan persetujuan dari Direksi Pekerjaan.
(2) Dalam satu campuran, hanya satu merk semen portland yang boleh
digunakan, kecuali disetujui oleh Direksi Pekerjaan. Jika di dalam satu proyek
digunakan lebih dari satu merk semen, maka Penyedia Jasa harus
mengajukan kembali rancangan campuran beton sesuai dengan merk
semen yang digunakan.
b) Air
Air yang digunakan untuk campuran, perawatan, atau pemakaian lainnya harus
bersih, dan bebas dari bahan yang merugikan seperti minyak, garam, asam, basa,
gula atau organis. Air harus diuji sesuai dengan; dan harus memenuhi ketentuan
dalam SNI 03-6817-2002 Air yang diketahui dapat diminum dapat digunakan. Jika
timbul keraguan atas mutu air yang diusulkan dan pengujian air seperti di atas
tidak dapat dilakukan, maka harus diadakan perbandingan pengujian kuat tekan
mortar semen dan pasir dengan memakai air yang diusulkan dan dengan memakai
air suling. Air yang diusulkan dapat digunakan jika kuat tekan mortar dengan air
tersebut pada umur 7 hari dan 28 hari minimum 90 % kuat tekan mortar dengan air
suling pada periode perawatan yang sama.
c) Agregat
(1) Ketentuan Agradasi Agregat

4 - 4
Spesifikasi Teknis

Gradasi agregat kasar dan halus harus memenuhi ketentuan yang


diberikan, tetapi bahan yang tidak memenuhi ketentuan gradasi tersebut
harus diuji dan harus memenuhi sifat-sifat campuran yang disyaratkan.
Agregat kasar harus dipilih sedemikian rupa sehingga ukuran agregat
terbesar tidak lebih dari ¾ jarak bersih minimum antara baja tulangan atau
antara baja tulangan dengan acuan, atau celah-celah lainnya di mana
beton harus dicor.
(2) Sifat-sifat Agregat
Agregat yang digunakan harus bersih, keras, kuat yang diperoleh dari
pemecahan batu atau koral, atau dari pengayakan dan pencucian (jika
perlu) kerikil dan pasir sungai.
Agregat harus bebas dari bahan organik seperti yang ditunjukkan oleh
pengujian SNI 03-2816-1992 dan harus memenuhi sifat-sifat lainnya bila
contoh-contoh diambil dan diuji sesuai dengan prosedur yang
berhubungan.
d) Batu untuk Beton Siklop
Batu untuk beton siklop harus keras, awet, bebas dari retak, rongga dan tidak
rusak oleh pengaruh cuaca. Batu harus bersudut runcing, bebas dari kotoran,
minyak dan bahan-bahan lain yang mempengaruhi ikatan dengan beton.
Ukuran batu yang digunakan untuk beton siklop tidak boleh lebih besar dari 25 cm.
e) Bahan Tambah
Bahan tambah yang digunakan sebagai bahan untuk meningkatkan kinerja beton
dapat berupa bahan kimia atau bahan limbah yang berupa serbuk halus sebagai
bahan pengisi pori dalam campuran beton.
(1) Bahan Kimia
Bahan tambah yang berupa bahan kimia ditambahkan dalam campuran beton
dalam jumlah tidak lebih dari 5% berat semen selama proses pengadukan
atau selama pelaksanaan pengadukan tambahan dalam pengecoran beton.
Bahan tambah yang digunakan harus sesuai dengan standar spesifikasi yang
ditentukan dalam SNI 03-2495-1991.
Bahan tambah dapat diklasifikasikan sesuai dengan penggunaannya sebagai
berikut :
(a) Tipe A - bahan pengurang kadar air
Tipe A berfungsi untuk mengurangi air dalam campuran, dan
pengunaannya bertujuan untuk mengurangi water-cement rasio dalam
campuran sesuai dengan workability yang diinginkan, atau untuk
meningkatkan workability ada angka water-cement rasio yang telah
ditetapkan.
(b) Tipe B - bahan untuk memperlambat waktu pengikatan
Tipe B berfungsi untuk memperlambat waktu pengikatan pasta semen,
sehingga akan memperlambat pengerasan dari beton. Bahan tambah
jenis ini digunakan jika iklim di tempat pengecoran terlalu panas, dimana
waktu pengikatan pasta semen dalam keadaan normal menjadi sangat
pendek dikarenakan suhu yang tinggi.
(c) Tipe C - bahan untuk mempercepat waktu pengikatan
Tipe C berfungsi untuk mempercepat waktu pengikatan pasta semen,
yang akan mempercepat pengerasan dari beton sehingga mempercepat
kekuatan beton, dan dapat digunakan dalam pabrik pembuatan beton
precast (dimana perlu pelepasan bekisting secepatnya), atau pekerjaan
perbaikan yang sangat penting.
(d) Tipe D - campuran bahan pengurang kadar air dan bahan

4 - 5
Spesifikasi Teknis

memperlambat waktu pengikatan


Bahan tambah ini untuk menambah workability, dimana beton
mempunyai kekuatan tinggi dapat dibuat workabel tanpa mengurangi
density, ketahanan dan kekuatannya. Perlambatan waktu pengikatan
sangat berguna untuk waktu pengangkutan adukan beton yang lama ke
tempat pengecoran, pengecoran dalam kondisai yang sangat panas dan
menghindari cold joint.
(e) Tipe E - campuran bahan pengurang kadar air dan bahan mempercepat
waktu pengikatan.
Bahan tambah ini untuk menambah workability dan memberikan
kekuatan awal yang tinggi, atau memberikan kekuatan awal yang lebih
tinggi pada workability yang sama. Bahan tambah ini digunakan pada
precast karena memungkinkan pelepasan bekisting lebih awal dan
dipakai untuk pekerjaan perbaikan dimana kekuatan awal sangat
diperlukan.
(f) Tipe F - bahan pengurang kadar air dengan tingkat angka tinggi atau
super plasticizer.
Tipe F atau Superplasticizer adalah bahan tambah yang mengurangi air
dalam campuran dengan cukup banyak dan sangat berbeda dengan Tipe
A, D atau E. Penggunaan bahan ini digunakan membuat beton alir (flow
concrete) untuk menjangkau tempat yang tak terjangkau oleh pengetar
dan beton pompa (pumping concrete) pada jenis bangunan yang rumit.
(g) Tipe G - campuran bahan pengurang kadar air dengan tingkat angka
tinggi atau superplasticizer dan bahan memperlambat waktu pengikatan.
Bahan tambah ini merupakan campuran dari Tipe F dan Tipe B, tetapi
slump loss-nya lebih kecil bila dibandingkan dengan beton yang
menggunakan superplasticizer.
2) Pekerjaan Waterstop
(a) Waterstop yang dipergunakan harus terbuat dari bahan polyvinychlorida dalam
bentuk ukuran tertentu pada lokasi seperti yang diberikan pada gambar atau
petunjuk Direksi Pekerjaan.
(b) Waterstop harus diproduksi dengan proses pencampuran dari suatu campuran
plastik elastis dan bahan dasar polyvinychlorida (PVC) 100% didapat, homogen
dan tidak berlubang-lubang atau cacat lainnya.
4.4.3 Persyaratan Kerja
1) Pengajuan Kesiapan Kerja
(a) Penyedia Jasa harus mengirimkan contoh dari semua bahan yang akan digunakan
dan dilengkapi dengan data pengujian yang memenuhi seluruh sifat bahan sesuai
dengan Pasal ini.
(b) Penyedia Jasa harus mengirimkan rancangan campuran untuk masing-masing
mutu beton yang akan digunakan, 30 hari sebelum pekerjaan pengecoran beton
dimulai.
(c) Penyedia Jasa harus menyerahkan secara tertulis seluruh hasil pengujian
pengendalian mutu sesuai dengan ketentuan kepada Direksi Pekerjaan sehingga
data tersebut selalu tersedia apabila diperlukan.
(d) Pengujian kuat tekan beton yang harus dilaksanakan pada umur 3 hari, 7 hari, 14
hari, dan 28 hari setelah tanggal pencampuran
(e) Penyedia Jasa harus mengirimkan gambar detail dan perhitungan terinci untuk
seluruh perancah yang akan digunakan, dan harus memperoleh persetujuan dari
Direksi Pekerjaan sebelum setiap pekerjaan perancah dimulai.
(f) Penyedia Jasa harus memberitahu Direksi Pekerjaan secara tertulis mengenai
rencana pelaksanaan pencampuran atau pengecoran setiap jenis beton untuk

4 - 6
Spesifikasi Teknis

mendapatkan persetujuannya paling sedikit 24 jam sebelum tanggal pelaksanaan,


seperti yang disyaratkan disertai dengan metode pengecoran, kapasitas peralatan
yang digunakan, tanggung jawab personil dan jadwal pelaksanaannya.
2) Penyimpanan dan Perlindungan Bahan
(a) Untuk penyimpanan semen, Penyedia Jasa harus menyediakan tempat yang
terlindung dari perubahan cuaca dan diletakkan di atas lantai kayu dengan
ketinggian tidak kurang dari 30 cm dari permukaan tanah serta ditutup dengan
lembaran plastik (polyethylene) selama penyimpanan dan tidak lebih dari 3 bulan
sejak disimpan dalam tempat penyimpanan di lokasi pekerjaan. Semen tidak boleh
ditumpuk melebihi melebihi 8 sak ke arah atas.
(b) Penyedia Jasa harus menjaga kondisi tempat kerja terutama tempat penyimpanan
agregat, agar terlindung dan tidak langsung terkena sinar matahari dan hujan
sepanjang waktu pengecoran.
(c) Penyimpanan agregat harus dilakukan sedemikian rupa sehingga jenis agregat
atau ukuran yang berbeda tidak tercampur.
3) Kondisi Tempat Kerja
Setiap pelaksanaan pengecoran beton harus terlindung dari sinar matahari secara
langsung. Sebagai tambahan, Penyedia Jasa tidak boleh melakukan pengecoran jika:
a. Tingkat penguapan melampaui 1,0 mm/jam.
b. Selama turun hujan atau bila udara penuh debu atau tercemar.
4) Pencampuran dan Penakaran
(a) Rancangan Campuran
Proporsi bahan dan berat penakaran harus ditentukan sesuai dengan SNI 03-
2834-2000.
(b) Campuran Percobaan
Penyedia Jasa harus membuat dan menguji campuran percobaan dengan
rancangan campuran serta bahan yang diusulkan sesuai dengan SNI 03-2834-
2000, dengan disaksikan oleh Direksi Pekerjaan, yang menggunakan jenis
instalasi dan peralatan sebagaimana yang akan digunakan dalam pelaksanaan
pekerjaan.
5) Permukaan Tampak
(a) Semua permukaan beton yang telah selesai harus terlihat padat bersih dan tidak
keropos.
(b) Semua permukaan yang tampak harus rata atau bulat.
(c) Pekerjaan plesteran pada permukaan beton tidak diijinkan dan setiap beton yang
kelihatan cacat harus dibongkar hingga kedalaman tertentu dan diganti atau
diperbaiki dengan cara seperti yang diinginkan oleh Direksi Pekerjaan atas biaya
Penyedia Jasa.
6) Blockout
(a) Blockout harus dibuat jika akan memasang bagian–bagian bangunan dari
pekerjaan besi. Permukaan dimana beton block (blockout) akan dibuat,
dikasarkan, dibersihkan, dan dijaga agar tetap lembab untuk paling sedikit 4 jam.
Sesudah permukaan demikian disetujui Direksi Pekerjaan, maka pekerjaan logam
dan lainnya seperti tersebut diatas, dapat dilaksanakan. Penyedia Jasa dapat
memasang tulangan (jika diperlukan) dan adukan beton dengan 500 kg semen
atau lebih per meter kubik, atau beton dari tipe yang sama.
(b) Pada saat pengisian beton blockout, haruslah dilakukan berhati–hati, harus
bersatu dengan beton lama, mempunyai ikatan yang baik dengan beton lama dan
semua pekerjaan besinya.
7) Waterstop
(a) Untuk penempatan waterstop tipe split flange yang tepat, sebelum pengecoran

4 - 7
Spesifikasi Teknis

beton berakhir bagian split flange harus disambungkan dengan cara yang disetujui.
(b) Alur waterstop dibuat dengan memotong dan menyambung waterstop kearah
memanjang sesuai dengan kebutuhannya, memanaskan ujung–ujungnya sampai
meleleh dan menyambungkannya sampai membentuk sambungan yang
diinginkan.
(c) Pemanasan ujung material dikerjakan dengan menggunakan mesin penyambung
yang disarankan oleh pabrik yang membuat waterstop atau mesin listrik lain yang
disetujui.

4.5. PELAKSANAAN PEKERJAAN


Pelaksanaan pekerjaan yang perlu diperhatikan dalam pedoman spesifikasi teknis pekerjaan
beton, bekisting dan waterstop harus memuat :

4.5.1 Pekerjaan Beton


1) Pembetonan
a) Penyiapan tempat kerja
1) Penyedia Jasa harus membongkar bangunan lama yang akan diganti dengan
beton yang baru atau yang harus dibongkar untuk dapat memungkinkan
pelaksanaan pekerjaan beton yang baru. Pembongkaran tersebut harus
dilaksanakan sesuai dengan persyaratan dalam dari Spesifikasi ini.
2) Penyedia Jasa harus menggali atau menimbun kembali pondasi atau formasi
untuk pekerjaan beton sesuai dengan garis yang ditunjukkan dalam Gambar
Kerja atau sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan sesuai
dengan ketentuan dalam Spesifikasi ini, dan harus membersihkan serta
menggaru tempat di sekeliling pekerjaan beton yang cukup luas sehingga dapat
menjamin dicapainya seluruh sudut pekerjaan. Jika diperlukan harus disediakan
jalan kerja yang stabil untuk menjamin dapat diperiksanya seluruh sudut
pekerjaan dengan mudah dan aman.
3) Seluruh dasar pondasi, pondasi dan galian untuk pekerjaan beton harus dijaga
agar senantiasa kering. Beton tidak boleh dicor di atas tanah yang berlumpur,
bersampah atau di dalam air. Apabila beton akan dicor di dalam air, maka
harus dilakukan dengan cara dan peralatan khusus untuk menutup kebocoran
seperti pada dasar sumuran atau cofferdam dan atas persetujuan Direksi
Pekerjaan.
4) Sebelum pengecoran beton dimulai, seluruh acuan, tulangan dan benda lain
yang harus berada di dalam beton (seperti pipa atau selongsong) harus sudah
dipasang dan diikat kuat sehingga tidak bergeser pada saat pengecoran.
5) Bila disyaratkan atau diperlukan oleh Direksi Pekerjaan, maka bahan lantai
kerja untuk pekerjaan beton harus dihampar sesuai dengan ketentuan dari
Spesifikasi ini.
6) Direksi Pekerjaan akan memeriksa seluruh galian yang disiapkan untuk pondasi
sebelum menyetujui pemasangan acuan, baja tulangan atau pengecoran beton.
Penyedia Jasa dapat diminta untuk melaksanakan pengujian penetrasi
kedalaman tanah keras, pengujian kepadatan atau penyelidikan lainnya untuk
memastikan cukup tidaknya daya dukung tanah di bawah pondasi.
7) Jika dijumpai kondisi tanah dasar pondasi yang tidak memenuhi ketentuan,
maka Penyedia Jasa dapat diperintahkan untuk mengubah dimensi atau
kedalaman pondasi dan/atau menggali dan mengganti bahan di tempat yang
lunak, memadatkan tanah pondasi atau melakukan tindakan stabilisasi lainnya
sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan.
8) Penyedia Jasa harus memastikan lokasi pengecoran bebas dari resiko terkena
air hujan dengan memasang tenda seperlunya. Direksi Pekerjaan berhak
menunda pengecoran sebelum tenda terpasang dengan benar. Penyedia Jasa
juga harus memastikan lokasi pengecoran bebas dari resiko terkena air pasang
atau muka air tanah dengan penanganan seperlunya.

4 - 8
Spesifikasi Teknis

b) Cetakan Beton
i. Jika disetujui oleh Direksi Pekerjaan, maka acuan dari tanah harus dibentuk
dari galian, dan sisi-sisi samping serta dasarnya harus dipangkas secara
manual sesuai dimensi yang diperlukan. Seluruh kotoran tanah yang lepas
harus dibuang sebelum pengecoran beton.
ii. Cetakan harus digunakan, dimana perlu untuk membatasi dan membentuk
beton sesuai dengan keinginan. Cetakan dapat dibuat dari kayu, besi atau
bahan lainnya yang cukup kuat sesuai dengan ukuran–ukuran yang ada di
dalam gambar.
iii. Cetakan harus diperkuat dan ditopang agar mampu menahan berat sendiri
adukan beton, penggetaran beton, beban konstruksi, angin dan tekanan
lainnya dengan tidak berubah bentuk.
iv. Penyedia Jasa harus menyerahkan satu set yang lengkap, gambar cetakan
sesuai dengan ketentuan diatas, untuk mendapatkan persetujuan Direksi
Pekerjaan, sebelum memulai pekerjaan, walaupun demikian penyerahan
tersebut kepada Direksi Pekerjaan untuk disetujui, tidak mengurangi tanggung
jawab Kontraktor bagi keberhasilannya.
v. Permukaan cetakan beton yang berhubungan dengan beton harus bebas dari
sampah, paku, alur-alur, belahan, atau cacat-acat lainnya. Mengisi celah–
celah sambungan cetakan beton harus berhati–hati dan dilaksanakan
sedemikian rupa agar sanggup mengembang dibawah pengaruh kelembaban
beton tanpa menimbulkan perubahan bentuk cetakan, celah-celah harus diisi
secukupnya untuk mencegah hilangnya air semen. Bagaimanapun
penggunaan kertas dengan tegas dilarang.
vi. Pembuatan lubang bagian dalam cetakan untuk pemeriksaan, pembuangan
air dapat dilakukan untuk itu cetakan dapat dibuat sedemikian rupa hingga
dapat dengan mudah ditutup sebelum pengecoran dimulai.
vii. Sebelum pengecoran beton semua baut–baut harus dipasang pada posisinya,
semua yang diperlukan dan alat–alat lain untuk menutup lubang harus
dipasang pada cetakan. Tidak diperbolehkan membuat lubang didalam beton
tanpa persetujuan Direksi Pekerjaan.
viii. Penggunaan kawat yang diikat untuk menyangga cetakan tidak diijinkan
dilakukan pada dinding beton yang akan tampak.
ix. Lubang–bekas ikatan kawat harus ditutup dengan beton setelah cetakan
dibongkar.
x. Jika batangan logam digunakan untuk menyangga cetakan ujungnya tidak
boleh kurang dari 3 cm dari permukaan beton yang terbentuk. Semua
permukaan cetakan yang menempel dengan beton harus dilumasi dengan oli
untuk memastikan bahwa cetakan dapat dibuka dengan mudah.
xi. Pelumas harus diterapkan pada cetakan sebelum tulangan dipasang dan
harus berhati–hati mencegah pelumas jangan sampai mengenai besi
tulangan. Sebelum pengecoran dan pembesian semua celah–celah cetakan
yang telah diisi dengan dempul harus dibersihkan dan dikeringkan. Bila
cetakan beton dibuat dan siap untuk pengecoran maka harus diperiksa oleh
Direksi Pekerjaan. Tidak diperkenankan mengecor bila cetakan belum
disetujui Direksi Pekerjaan.
xii. Penyedia Jasa harus memberitahukan kepada Direksi Pekerjaan sekurang–
kurangnya 24 (dua puluh empat) jam sebelum cetakan siap untuk diperiksa.
c) Pencampuran Beton
1) Perbandingan Campuran
i. Beton harus mengandung semen, agregat bergradasi baik, air dan bahan
additive bila diperlukan, dicampurkan bersama – sama dan digunakan
untuk menghasilkan kekuatan yang diharapkan.

4 - 9
Spesifikasi Teknis

ii. Beton diklasifikasikan berdasarkan tekanan pada 7 hari dan umur 28 hari
dengan ukuran maksimum agregat dan dibuat mengikuti tabel di bawah ini
:
Tabel 1 Klasifikasi Beton berdasarkan Besarnya Tekanan
Kuat tekan Kuat tekan Ukuran Nilai faktor air Perkiraan
umur 7 hari umur 28 hari agregat semen kebutuhan
Tipe Campuran Beton 2
(kg/cm )
2
(kg/cm ) maksimum maksimum semen
3
( mm ) (%) (kg/m )
AR fc’ = 25 MPa (K-300) 195 300 20 50 400
A fc’ = 22,5 MPa (K-225) 147 225 40 (20) 50 330 (350)
B fc’ = 15 MPa (K-175) 114 175 40 50 310
C fc’ = 10 MPa (K-125) 82 125 40 57 250
D fc’ = 10 MPa (K-100 ) 65 100 40 60 200

Tabel 2 Klasifikasi Jenis Beton

Tipe Uraian

Beton bertulang untuk melapis permukaan lantai


AR
bendung, mercu dan tembok bendung
A Beton, pipa beton pra cetak, tiang beton pra cetak dan
B Beton bertulang untuk bangunan lainnya dan lining beton
C Beton tumbuk
D Beton tumbuk untuk lantai kerja dan pengisi

iii. Proporsi campuran untuk masing–masing klas beton diatas akan diberikan
oleh Direksi, berdasarkan hasil–hasil test percobaan campuran yang
dikerjakan Penyedia Jasa.
iv. Penyedia Jasa dapat merubah proporsi dari waktu ke waktu untuk
mendapatkan kepadatan maksimum dari beton, kemudahan pengerjaan,
kekentalan dan kekuatan dengan faktor air semen yang sekecil mungkin
dengan persetujuan Direksi tidak ada tambahan biaya atas perubahan
tersebut.
v. Kandungan air di dalam beton akan diatur oleh Direksi, dalam batas yang
ditetapkan untuk mendapatkan faktor air semen pada beton dengan
kekentalan yang benar. Tidak diperkenankan penambahan air untuk
mengatasi mengerasnya beton sebelum ditempatkan. Keseragaman
kekentalan beton pada setiap adukan adalah perlu. Slump dari pada
adukan beton harus mengikuti tabel di bawah ini, setelah beton
diendapkan.
Tabel 3 Nilai Slump Beton
Tipe Campuran Tipe Konstruksi Besaran Nilai Slump
Mercu lantai dan tembok
AR 7,5 – 2,5
bendung
A Unit beton pra cetak 12,5 – 5,0
Plat dan balok jembatan Klas I
15,0 – 7,5
dan Klas II
B Plat, dinding, balok dari tembok
12,5 – 5,0
dan dermaga
Talud pada transisi 5,0 – 2,5
C Konstruksi massal 7,5 – 2,5
D Trotoar, gorong – gorong 7,5 – 5,0
Pondasi 9,0 – 2,5

4 - 10
Spesifikasi Teknis

2) Penakaran
i. Penyedia Jasa harus menyediakan alat penakar yang disetujui Direksi
Pekerjaan dan harus memelihara serta mengoperasikan peralatan
seperti yang diperlukan agar secara tepat mengontrol dan menentukan
jumlah dari masing–masing bahan yang dicampurkan, sesuai dengan
petunjuk Direksi Pekerjaan.
ii. Peralatan harus mampu memproduksi beton sebanyak 1 (satu) hingga 5
(lima) meter kubik atau lebih per jam secara keseluruhan dengan
mencampurkan agregat, semen, bahan additive (bila perlu), dan air
menjadi suatu campuran yang merata tanpa pemisahan–pemisahan.
Juga mampu mengimbangi perubahan–perubahan kadar air dari agregat,
serta merubah berat material–material yang ikut tercakup.
iii. Jumlah masing–masing bahan yang membentuk beton tersebut dapat
ditentukan dengan timbangan kecuali jumlah air yang diukur dengan
takaran. Meskipun demikian material beton dapat juga diukur secara
volume, bilamana disetujui oleh Direksi Pekerjaan.
iv. Penyedia Jasa juga harus menyediakan penguji berat yang standar dan
peralatan lain yang diperlukan untuk mengecek operasi dan tiap – tiap
skala pengukuran pengaduk tersebut, serta melakukan pengujian
periodik terhadap perubahan harga pengukuran dalam pekerjaan–
pekerjaan adukan.
3) Mesin Pengaduk Beton
i. Material beton harus dimasukkan dalam pengaduk yang berpenakar
dalam waktu yang tidak lebih dari satu setengah menit, kecuali sejumlah
air yang diperlukan sudah ada dalam alat pengaduk tersebut.
ii. Seluruh air pencampur harus diberikan sebelum seperempat waktu
pencampuran terlampaui. Waktu pencampuran adukan yang volumenya
lebih besar dari 0,75 m3 harus ditambah seperempat menit pada setiap
penambahan 0,5 m3.
iii. Alat pencampur beton tidak boleh dibebani volume yang melebihi
kapasitas maksimum, atau dioperasikan melebihi kecepatan yang
dianjurkan pabrik pembuatnya. Alat tersebut dapat menghasilkan beton
dengan kekentalan dan warna yang merata secara menerus dan disetujui
Direksi Pekerjaan.
iv. Semua peralatan pencampur harus selalu dibersihkan sebelum
melakukan pekerjaan. Pencampuran pertama setelah pembersihan,
tidak boleh digunakan dalam pekerjaan. Blades penumbuk yang ada
dalam alat pencampur perlu diganti bila telah aus menjadi 2 cm.
4) Truk Pencampur
i. Material beton juga dicampur di dalam truk pencampur. Drum–drum yang
ada pada truk pencampur harus berputar dengan kecepatan yang
dianjurkan oleh Pabrik.
ii. Operasi pencampuran dapat dimulai dalam waktu 30 menit setelah
bahan–bahan pencampur tersebut berada di dalam pencampur, setelah
itu beton dapat diangkut menuju tempat pekerjaan dan satu jam setelah
penambahan air pengecoran harus selesai.
iii. Pada saat cuaca panas atau pada kondisi adukan beton yang cepat
mengeras, waktu pencampuran harus kurang dari 1 jam, sesuai dengan
petunjuk Direksi Pekerjaan.
5) Mencampur Beton dengan Tenaga Manusia
i. Pekerjaan mencampur beton dengan manual tidak diijinkan kecuali jika
situasi tidak memungkinkan untuk menggunakan mesin pencampur
setelah mendapat persetujuan Direksi Pekerjaan.

4 - 11
Spesifikasi Teknis

ii. Dalam keadaan seperti itu, beton harus diaduk dengan tangan, sedekat
mungkin ke lokasi dimana beton akan ditempatkan. Harus dilakukan
dibak pengaduk yang bersih dan kedap air. Jika bak dibuat dari kayu,
maka sela–sela kayu harus ditutup agar tidak ada kehilangan air dari
adukan.
iii. Semua agregat dan semen harus diaduk–aduk dalam keadaan kering
sekurang–kurangnya 3 kali. Kemudian air ditambahkan berangsur-
angsur dipuncak adukan, selanjutnya agregat kembali diaduk dalam
keadaan basah, sekurang–kurangnya 3 (tiga) kali sebelum adukan
diangkat ketempat pengecoran
2) Pengecoran
(a) Pelaksanaan Pengecoran
i. Penyedia Jasa harus memberitahukan Direksi Pekerjaan secara tertulis paling
sedikit 24 jam sebelum memulai pengecoran beton, atau meneruskan
pengecoran beton jika pengecoran beton telah ditunda lebih dari 6 jam (final
setting).
Pemberitahuan harus meliputi lokasi, kondisi pekerjaan, mutu beton dan
tanggal serta waktu pencampuran beton. Direksi Pekerjaan akan memberi
tanda terima atas pemberitahuan tersebut dan akan memeriksa acuan,
tulangan dan mengeluarkan persetujuan tertulis untuk memulai pelaksanaan
pekerjaan seperti yang direncanakan. Penyedia Jasa tidak boleh
melaksanakan pengecoran beton tanpa persetujuan tertulis dari Direksi
Pekerjaan.
ii. Walaupun persetujuan untuk memulai pengecoran sudah diterbitkan,
pengecoran beton tidak boleh dilaksanakan jika Direksi Pekerjaan atau
wakilnya tidak hadir untuk menyaksikan operasi pencampuran dan
pengecoran secara keseluruhan.
iii. Segera sebelum pengecoran beton dimulai, acuan harus dibasahi dengan air
atau diolesi pelumas di sisi dalamnya yang tidak meninggalkan bekas.
iv. Pengecoran beton harus dibuat sedemikian rupa hingga penempatan dan
penanganannya mudah dilakukan tanpa adanya pemisahan butiran.
v. Adukan beton dicor lapis demi lapis dengan ketebalan tertentu, berurutan
mulai dari bawah. Agar lapisan yang baru dapat menyatu dengan lapisan
dibawahnya, adukan beton digetar dari lapisan bawah dengan alat penggetar
(vibrator).

vi. Tidak diperkenankan melakukan pengecoran bila persiapan besi tulangan dan
bagian – bagian yang ditanam, cetakan dan perancah belum diperiksa dan
disetujui Direksi Pekerjaan secara tertulis.
vii. Dalam pengecoran beton bertulang, harus dijaga jangan sampai terjadi
pemisahan butiran. Apabila bentuk tulangan pada dasar cetakan cukup rapat,
dicor terlebih dahulu lapisan selimut beton setebal 3 cm, dengan spesi yang
sama dengan yang dibutuhkan oleh beton diatasnya.
viii. Jika pengeoran permukaan telah mencapai ketinggian lebih dari yang
ditentukan oleh Direksi, kelebihan ini harus segera dibuang. Semua
pengecoran harus selesai dalam waktu 60 menit telah keluar dari mesin
pengaduk, kecuali jika ditentukan lain oleh Direksi.
ix. Beton jangan dicor di dalam atau pada aliran kecuali jika ditentukan atau
disetujui sebelumnya. Air yang mengumpul selama pengecoran harus
segera dibuang. Beton jangan dicor diatas beton lain yang baru saja dicor
selama lebih dari 30 menit, kecuali jika ada konstruksi sambungan yang akan
ditentukan kemudian.
x. Jika pelaksanaan pengecoran dihentikan, lokasi sambungan harus

4 - 12
Spesifikasi Teknis

ditempatkan pada posisi yang benar secara vertikal maupun horizontal,


dengan permukaan dibuat kasar atau bergerigi untuk menahan gesekan dan
membentuk ikatan sambungan beton berikutnya, seperti yang diinginkan
oleh Direksi Pekerjaan .
xi. Sebelum pengecoran berakhir, permukaan beton harus dibuat kasar atau
disambungkan untuk menyingkap agregat. Permukaan beton harus tetap
lembab dan dilindungi dengan mortel semen (perbandingan berat) 1 : 2
setebal 1 cm.
xii. Beton harus dicor pada posisi dan urutan – urutan seperti yang ditunjukkan
dalam gambar, atau atas petunjuk Direksi Pekerjaan. Beton yang dicor
ditempatkan langsung pada cetakannya sedemikian rupa untuk menghindari
pemisahan butiran dan penggeseran tulangan beton, acuan, atau bagian –
bagian yang tertanam, serta membentuk lapisan – lapisan yang tidak lebih
tebal dari 40 cm padat.
xiii. Pengecoran harus secara menerus hingga mencapai sambungan ditentukan
pada gambar atau menurut petunjuk Direksi Pekerjaan.
xiv. Beton tidak boleh diangkut dengan peluncur atau dijatuhkan kereta dorong
lebih tinggi dari 1,5 m kecuali jika diijinkan oleh Direksi Pekerjaan untuk
menjatuhkan ketempat penampungan sementara dan kemudian diambil lagi
dengan sekop sebelum dicorkan.
xv. Pengecoran beton tumbuk/lantai kerja dikerjakan pada urutan sebelumnya
atau mengikuti petunjuk Direksi dan harus dikerjakan secara menerus
sampai dengan selesai. Bila perlu Penyedia Jasa harus bekerja lembur untuk
mencapai target tersebut.
(b) Pemadatan
i. Beton harus dipadatkan dengan penggetar mekanis dari dalam atau dari luar
acuan yang telah disetujui. Jika diperlukan dan disetujui oleh Direksi
Pekerjaan, penggetaran harus disertai penusukan secara manual dengan alat
yang cocok untuk menjamin kepadatan yang tepat dan memadai. Alat
penggetar tidak boleh digunakan untuk memindahkan campuran beton dari
satu titik ke titik lain di dalam acuan.
ii. Pemadatan harus dilakukan secara hati-hati untuk memastikan semua sudut,
di antara dan sekitar besi tulangan benar-benar terisi tanpa menggeser
tulangan sehingga setiap rongga dan gelembung udara terisi.
iii. Lama penggetaran harus dibatasi, agar tidak terjadi segregasi pada hasil
pemadatan yang diperlukan.
iv. Alat penggetar mekanis dari luar harus mampu menghasilkan sekurang-
kurangnya 5000 putaran per menit dengan berat efektif 0,25 kg, dan boleh
diletakkan di atas acuan supaya dapat menghasilkan getaran yang merata.
v. Posisi alat penggetar mekanis yang digunakan untuk memadatkan beton di
dalam acuan harus vertikal sedemikian hingga dapat melakukan penetrasi
sampai kedalaman 10 cm dari dasar beton yang baru dicor sehingga
menghasilkan kepadatan yang menyeluruh pada bagian tersebut. Apabila alat
penggetar tersebut akan digunakan pada posisi yang lain maka, alat tersebut
harus ditarik secara perlahan dan dimasukkan kembali pada posisi lain
dengan jarak tidak lebih dari 45 cm. Alat penggetar tidak boleh berada pada
suatu titik lebih dari 15 detik atau permukaan beton sudah mengkilap.
vi. Jumlah minimum alat penggetar mekanis

vii. Apabila kecepatan pengecoran 20 m3/jam, maka harus digunakan alat


penggetar yang mempunyai dimensi lebih besar dari 7,5 cm.
viii. Dalam segala hal, pemadatan beton harus sudah selesai sebelum terjadi
waktu ikat awal (initial setting).

4 - 13
Spesifikasi Teknis

3) Sambungan Pelaksanaan (Construction Joint)


a) Jadwal pengecoran beton yang berkaitan harus disiapkan untuk setiap jenis
bangunan yang diusulkan beserta lokasi sambungan pelaksanaan seperti yang
ditunjukkan pada Gambar Rencana untuk disetujui oleh Direksi Pekerjaan.
Sambungan pelaksanaan tidak boleh ditempatkan pada pertemuan elemen-
elemen bangunan kecuali ditentukan demikian.
b) Sambungan pelaksanaan pada tembok sayap tidak diijinkan. Semua sambungan
konstruksi harus tegak lurus terhadap sumbu memanjang dan pada umumnya
harus diletakkan pada titik dengan gaya geser minimum.
c) Jika sambungan vertikal diperlukan, baja tulangan harus menerus melewati
sambungan sedemikian rupa sehingga membuat bangunan tetap monolit.
d) Pada sambungan pelaksanaan harus disediakan lidah alur dengan ke dalaman
paling sedikit 4 cm untuk dinding, pelat serta antara dasar pondasi dan dinding.
Untuk pelaksanaan pengecoran pelat yang terletak di atas permukaan dengan
cara manual, sambungan konstruksi harus diletakkan sedemikian rupa sehingga
pelat-pelat mempunyai luas maksimum 40 m2.
e) Penyedia Jasa harus menyediakan pekerja dan bahan-bahan yang diperlukan
untuk kemungkinan adanya sambungan pelaksanaan tambahan jika pekerjaan
terpaksa mendadak harus dihentikan akibat hujan atau terhentinya pemasokan
beton atau penghentian pekerjaan oleh Direksi Pekerjaan.
f) Atas persetujuan Direksi Pekerjaan, bonding agent yang dapat digunakan untuk
pelekatan pada sambungan pelaksanaan dan cara pelaksanaannya harus sesuai
dengan petunjuk pabrik pembuatnya.
g) Pada lingkungan air asin atau korosif, sambungan pelaksanaan tidak
diperkenankan berada pada 75 cm di bawah muka air terendah atau 75 cm di atas
muka air tertinggi kecuali ditentukan lain dalam Gambar Kerja.
4) Beton Siklop
a) Batu-batu ini diletakkan dengan hati-hati dan tidak boleh dijatuhkan dari tempat
yang tinggi atau ditempatkan secara berlebihan yang dikhawatirkan akan merusak
bentuk cetakan atau pasangan-pasangan lain yang berdekatan.
b) Semua batu-batu pecah harus cukup dibasahi sebelum ditempatkan. Volume total
batu pecah tidak boleh melebihi sepertiga dari total volume pekerjaan beton siklop.
c) Untuk dinding penahan tanah dan pilar yang lebih tebal dari 60 cm, tiap batu harus
dilindungi dengan adukan beton setebal 15 cm; jarak antar batu pecah maksimum
30 cm dan jarak terhadap permukaan minimum 15 cm. Permukaan bagian atas
dilindungi dengan beton penutup (caping).
5) Lining Beton
a) Lining beton harus dilaksanakan ditempat yang telah ditunjukkan pada Gambar
atau ditentukan lain oleh Direksi.
b) Beton yang digunakan harus dicor ditempat itu juga dan harus sesuai dengan
ketentuan.
c) Lining harus dilaksanakan setelah penggalian saluran dan tanggul selesai
dilakukan, pada saat perapian sedang dikerjakan.
d) Pelaksanaan lining dibuat mengikuti Gambar atau petunjuk Direksi, dilaksanakan
sesuai dengan gambar–gambar detail yang ada terutama yang telah disetujui
Direksi Pekerjaan.
e) Sambungan lining harus diisi bitumen (aspal pasir) sesuai gambar atau petunjuk
Direksi Pekerjaan.
6) Pekerjaan Pondasi Beton
a) Sebelum menempatkan beton pada pondasi, Penyedia Jasa harus membersihkan
semua kotoran yang ada termasuk minyak, serpihan tanah, reruntuhan, plastik,

4 - 14
Spesifikasi Teknis

sisa kertas dan genangan air yang ada sesuai dengan permintaan Direksi
Pekerjaan.
b) Selama pengecoran Penyedia Jasa harus menjaga permukaan yang dicor bersih
dari genangan air.
c) Pengecoran beton belum boleh dilaksanakan sebelum Direksi Pekerjaan
memeriksa dan menyetujui persiapan pekerjaan pondasi tersebut.
d) Lapisan lantai kerja beton dapat dicor setelah pekerjaan persiapannya disetujui
oleh Direksi Pekerjaan. Ketebalan lapisan lantai kerja beton harus dibuat sesuai
dengan gambar atau atas petunjuk Direksi Pekerjaan.
e) Jika tidak ditentukan lain oleh Direksi Pekerjaan, sebelum melakukan pengecoran,
permukaan tanah atau kerikil harus disiram air semen setelah bersih.
f) Jika permukaan tersebut berupa cadas, permukaannya dibersihkan dan dibuat
bergerigi agar terbentuk ikatan yang kuat, baru adukan semen ditempatkan
diatasnya.
g) Adukan semen tersebut harus mempunyai perbandingan semen–pasir yang sama
dengan perbandingan semen pasir yang digunakan untuk beton.
h) Adukan semen tidak diperlukan pada pondasi, jika lantai kerja beton atau proteksi
pondasi dibuat dengan cara lain.
7) Pengerjaan Akhir
a) Pembongkaran Cetakan
- Acuan tidak boleh dibongkar dari bidang vertikal, dinding, kolom yang tipis dan
bangunan yang sejenis lebih awal 30 jam setelah pengecoran beton tanpa
mengabaikan perawatan. Acuan yang ditopang oleh perancah di bawah pelat,
balok, gelegar, atau bangunan busur, tidak boleh dibongkar hingga pengujian
kuat tekan beton menunjukkan paling sedikit 85 % dari kekuatan rancangan
beton.
- Untuk memungkinkan pengerjaan akhir, acuan yang digunakan untuk pekerjaan
yang diberi hiasan, tiang sandaran, tembok pengarah (parapet), dan
permukaan vertikal yang terekspos harus dibongkar dalam waktu paling sedikit
9 jam setelah pengecoran dan tidak lebih dari 30 jam, tergantung pada keadaan
cuaca dan tanpa mengabaikan perawatan.
b) Permukaan (Pengerjaan Akhir Biasa)
- Kecuali diperintahkan lain, permukaan beton harus dikerjakan segera setelah
pembongkaran acuan. Seluruh perangkat kawat atau logam yang telah
digunakan untuk memegang acuan, dan acuan yang melewati badan beton,
harus dibuang atau dipotong kembali paling sedikit 2,5 cm di bawah permukaan
beton. Tonjolan mortar dan ketidakrataan lainnya yang disebabkan oleh
sambungan cetakan harus dibersihkan.
- Direksi Pekerjaan harus memeriksa permukaan beton segera setelah
pembongkaran acuan dan dapat memerintahkan penambalan atas kekurang
sempurnaan minor yang tidak akan mempengaruhi bangunan atau fungsi lain
dari pekerjaan beton. Penambalan harus meliputi pengisian lubang-lubang kecil
dan lekukan dengan adukan semen.
- Jika Direksi Pekerjaan menyetujui pengisian lubang besar akibat keropos,
pekerjaan harus dipahat sampai ke bagian yang utuh (sound), membentuk
permukaan yang tegak lurus terhadap permukaan beton. Lubang harus
dibasahi dengan air dan adukan pasta (semen dan air, tanpa pasir) harus
dioleskan pada permukaan lubang. Selanjutnya lubang harus diisi dengan
adukan yang kental yang terdiri dari satu bagian semen dan dua bagian pasir
dan dipadatkan. Adukan tersebut harus dibuat dan didiamkan sekira 30 menit
sebelum dipakai agar dicapai penyusutan awal, kecuali digunakan jenis semen
tidak susut (non shrinkage cement).
c) Permukaan (Pekerjaan Akhir Khusus)

4 - 15
Spesifikasi Teknis

Permukaan yang terekspos harus diselesaikan dengan pekerjaan akhir berikut ini,
atau seperti yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan :
- Bagian atas pelat, kerb, dan permukaan horisontal lainnya sebagaimana yang
diperintahkan Direksi Pekerjaan, harus digaru dengan mistar bersudut untuk
memberikan bentuk serta ketinggian yang diperlukan segera setelah
pengecoran beton dan harus diselesaikan secara manual sampai rata dengan
menggerakkan perata kayu secara memanjang dan melintang, atau dengan
cara lain yang sesuai sebelum beton mulai mengeras.
- Perataan permukaan horisontal tidak boleh menjadi licin, seperti untuk trotoar,
harus sedikit kasar tetapi merata dengan penyapuan, atau cara lain
sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan, sebelum beton
mulai mengeras.
- Permukaan yang tidak horisontal yang telah ditambal atau yang masih belum
rata harus digosok dengan batu gurinda yang agak kasar (medium), dengan
menempatkan sedikit adukan semen pada permukaannya. Adukan harus terdiri
dari semen dan pasir halus yang dicampur sesuai dengan proporsi yang
digunakan untuk pengerjaan akhir beton. Penggosokan harus dilaksanakan
sampai seluruh tanda bekas acuan, ketidakrataan, tonjolan hilang, dan seluruh
rongga terisi, serta diperoleh permukaan yang rata. Pasta yang dihasilkan dari
penggosokan ini harus dibiarkan tertinggal di tempat.
d) Perawatan Beton
(1) Perawatan dengan Pembasahan
i. Segera setelah pengecoran, beton harus dilindungi dari pengering-an
dini, temperatur yang terlalu panas, dan gangguan mekanis. Beton harus
dijaga agar kehilangan kadar air yang terjadi seminimal mungkin dan
diperoleh temperatur yang relatif tetap dalam waktu yang ditentukan
untuk menjamin hidrasi yang sebagaimana mestinya pada semen dan
pengerasan beton.
ii. Pekerjaan perawatan harus segera dimulai setelah beton mulai
mengeras (sebelum terjadi retak susut basah) dengan menyelimutinya
dengan bahan yang dapat menyerap air. Lembaran bahan penyerap air
ini yang harus dibuat jenuh dalam waktu paling sedikit 7 hari. Semua
bahan perawatan atau lembaran bahan penyerap air harus menempel
pada permukaan yang dirawat.
iii. Jika acuan kayu tidak dibongkar maka acuan tersebut harus
dipertahankan dalam kondisi basah sampai acuan dibongkar, untuk
mencegah terbukanya sambungan-sambungan dan pengeringan beton.
iv. Permukaan beton yang digunakan langsung sebagai lapis aus harus
dirawat setelah permukaannya mulai mengeras (sebelum terjadi retak
susut basah) dengan ditutupi oleh lapisan pasir lembab setebal 5 cm
paling sedikit selama 21 hari.
v. Beton semen yang mempunyai sifat kekuatan awal yang tinggi, harus
dibasahi sampai kuat tekannya mencapai 70 % dari kekuatan rancangan
beton berumur 28 hari.
(2) Perawatan dengan Uap
i. Beton yang dirawat dengan uap untuk mendapatkan kekuatan awal yang
tinggi, tidak diperkenankan menggunakan bahan tambahan kecuali atas
persetujuan Direksi Pekerjaan.
ii. Perawatan dengan uap harus dikerjakan secara menerus sampai waktu
dimana beton telah mencapai 70 % dari kekuatan rancangan beton
berumur 28 hari. Perawatan dengan uap untuk beton harus mengikuti
ketentuan di bawah ini:
- Tekanan uap pada ruang uap selama perawatan beton tidak boleh

4 - 16
Spesifikasi Teknis

melebihi tekanan luar.


- Temperatur pada ruang uap selama perawatan beton tidak boleh
melebihi 380C selama 2 jam sesudah pengecoran selesai, dan
kemudian temperatur dinaikkan berangsur-angsur sehingga mencapai
650C dengan kenaikan temperatur maksimum 140C / jam secara
bertahap.
- Perbedaan temperatur pada dua tempat di dalam ruangan uap tidak
boleh melebihi 5,50C.
- Penurunan temperatur selama pendinginan dilaksanakan secara
bertahap dan tidak boleh lebih dari 110C per jam.
- Perbedaan temperatur beton pada saat dikeluarkan dari ruang
penguapan tidak boleh lebih dari 110C dibanding udara luar.
- Selama perawatan dengan uap, ruangan harus selalu jenuh dengan
uap air.
- Semua bagian bangunanal yang mendapat perawatan dengan uap
harus dibasahi selama 4 hari sesudah selesai perawatan uap
tersebut.
iii. Penyedia Jasa harus membuktikan bahwa peralatannya bekerja dengan
baik dan temperatur di dalam ruangan perawatan dapat diatur sesuai
dengan ketentuan dan tidak tergantung dari cuaca luar.
iv. Pipa uap harus ditempatkan sedemikian rupa atau balok harus dilindungi
secukupnya agar beton tidak terkena langsung semburan uap, yang akan
menyebabkan perbedaan temperatur pada bagian-bagian beton.
(3) Perawatan dengan Cara Lain
i. Membran cair
Perawatan membran dilakukan ketika seluruh permukaan beton segera
sesudah air meningggalkan permukaan (kering), terlebih dahulu setelah
beton dibuka cetakannya dan finishing dilakukan. Jika seandainya hujan
turun maka harus dibuat pelindung sebelum lapisan membran cukup
kering, atau seandainya lapisan membran rusak maka harus dilakukan
pelapisan ulang lagi.
ii. Selimut kedap air
Metode ini dilakukan dengan menyelimuti permukaan beton dengan bahan
lembaran kedap air yang bertujuan mencegah kehilangan kelembaban ari
permukaan beton. Beton harus basah pada saat lembaran kedap air ini
dipasang. Lembaran bahan ini aman untuk tidak terbang/pindah tertiup
angin dan apabila ada kerusakan/sobek harus segera diperbaiki selama
periode perawatan berlangsung.
iii. Form-In-Place
Perawatan yang dilakukan dengan tetap mempertahankan cetakan
sebagai dinding penahan pada tempatnya selama waktu yang diperlukan
beton dalam masa perawatan
4.5.2 Pekerjaan Waterstop
1) Penyedia Jasa harus menyediakan dan memasang waterstop dari bahan
polyvinychlorida dalam bentuk ukuran tertentu pada lokasi seperti yang diberikan pada
gambar atau petunjuk Direksi Pekerjaan. Untuk penempatan yang tepat, waterstop tipe
split flange, sebelum pengecoran beton berakhir bagian split flange harus
disambungkan dengan cara yang disetujui sehingga tidak ada beton atau mortel dapat
masuk kedalam celah–celah diantara dua bagian split dari flangenya tersebut.
2) Penyedia Jasa harus menyediakan semua material, peralatan dan tenaga listrik yang
diperlukan untuk menyambung dan memasang waterstop tersebut. Alur waterstop
dibuat dengan memotong dan menyambung waterstop kearah memanjang sesuai
dengan kebutuhannya, memanaskan ujung–ujungnya sampai meleleh dan
menyambungkannya sampai membentuk sambungan yang diinginkan. Pemanasan
ujung material tersebut dikerjakan dengan menggunakan mesin penyambung yang

4 - 17
Spesifikasi Teknis

disarankan oleh pabrik yang membuat waterstop atau mesin listrik lain yang disetujui.
3) Untuk mendapatkan as waterstop sesuai gambar, Penyedia Jasa harus memasangnya
dengan hati-hati dan tepat berikut menyambungnya.
4) Waterstop harus diproduksi dengan proses pencampuran dari suatu campuran plastik
elastis dan bahan dasar polyvinychlorida (PVC) 100% didapat, homogen dan tidak
berlubang-lubang atau cacat lainnya.
5) Waterstop harus diuraikan disini harus memenuhi kelayakan fisik sebagai berikut :

Berat jenis : 1,33 ± 0,03 pada suhu 230 c


Tegangan tarik : 155 sampai 176 kg/cm2 pada suhu 230 c
Kekenyalan : 360 % sampai 400 % pada suhu 230 c
Batas kerapuhan : - 480 c
Durometer : 65 - 75

4.6. PENGENDALIAN MUTU


Pengendalian mutu yang perlu diperhatikan dalam pedoman spesifikasi teknis pekerjaan
beton, bekisting dan waterstop harus memuat :
4.6.1 Penerimaan bahan
Bahan yang diterima (air, semen, agregat dan bahan tambah bila diperlukan) harus
diperiksa oleh pengawas penerimaan bahan dengan mengecek/memeriksa bukti tertulis
yang menunjukkan bahwa bahan-bahan yang telah diterima harus sesuai dengan ketentuan
persyaratan bahan pada Pekerjaan Beton, Bekisting dan Waterstop.
4.6.2 Pengawasan
Direksi pekerja harus menempatkan seorang personal khusus yang mempunyai keahlian
untuk melakukan pengawasan pekerjaan sesuai dengan persyaratan kerja.
4.6.3 Perencanaan Campuran
1) Ketentuan Sifat-sifat Campuran
a) Campuran beton yang tidak memenuhi ketentuan kelecakan (misalnya dinyatakan
dengan nilai “slump”) seperti yang diusulkan tidak boleh digunakan pada
pekerjaan, terkecuali bila Direksi Pekerjaan dalam beberapa hal menyetujui
penggunaannya secara terbatas. Kelecakan (workability) dan tekstur campuran
harus sedemikian rupa sehingga beton dapat dicor pada pekerjaan tanpa
membentuk rongga, celah, gelembung udara atau gelembung air, dan sedemikian
rupa sehingga pada saat pembongkaran acuan diperoleh permukaan yang rata,
halus dan padat.
b) Seluruh beton yang digunakan dalam pekerjaan harus memenuhi kuat tekan yang
disyaratkan, atau yang disetujui oleh Direksi Pekerjaan, bila pengambilan contoh,
perawatan dan pengujian sesuai dengan SNI 03-1974-1990, SNI 03- 4810-1998,
SNI 03-2493-1991, SNI 03-2458-1991.
c) Jika pengujian beton umur 7 hari menghasilkan kuat tekan beton di bawah
kekuatan yang disyaratkan, maka Penyedia Jasa tidak diperkenankan mengecor
beton lebih lanjut, sampai penyebab dari hasil yang rendah tersebut diketahui
dengan pasti dan diambil tindakan-tindakan yang menjamin bahwa produksi beton
berikutnya memenuhi ketentuan yang disyaratkan dalam Spesifikasi. Kuat tekan
beton umur 28 hari yang tidak memenuhi ketentuan yang disyaratkan harus
dipandang sebagai pekerjaan yang tidak dapat diterima dan pekerjaan tersebut
harus diperbaiki sebagaimana disyaratkan di atas. Kekuatan beton dianggap lebih
kecil dari yang disyaratkan jika hasil pengujian serangkaian benda uji dari suatu
bagian pekerjaan yang dilaksanakan lebih kecil dari kuat tekan beton karakteristik
yang diperoleh dari rumus yang diuraikan.
d) Direksi Pekerjaan dapat pula menghentikan pekerjaan dan/atau memerintahkan
Penyedia Jasa untuk mengambil tindakan perbaikan dalam meningkatkan mutu
campuran atas dasar hasil pengujian kuat tekan beton umur 3 hari. Dalam
keadaan demikian, Penyedia Jasa harus segera menghentikan pengecoran beton

4 - 18
Spesifikasi Teknis

yang diragukan tetapi dapat memilih menunggu sampai hasil pengujian kuat tekan
beton umur 7 hari diperoleh, sebelum menerapkan tindakan perbaikan, pada waktu
tersebut Direksi Pekerjaan akan menelaah kedua hasil pengujian umur 3 hari dan
7 hari, dan dapat segera memerintahkan tindakan perbaikan yang dipandang
perlu.
e) Perbaikan atas pekerjaan beton yang tidak memenuhi ketentuan dapat mencakup
pembongkaran dan penggantian seluruh beton. Tindakan tersebut tidak boleh
berdasarkan pada hasil pengujian kuat tekan beton umur 3 hari saja, kecuali bila
Penyedia Jasa dan Direksi Pekerjaan sepakat dengan perbaikan tersebut.
2) Penyesuaian Campuran
a) Penyesuaian Sifat Mudah Dikerjakan (Kelecakan atau Workability)
Jika sifat kelecakan pada beton dengan proporsi yang semula dirancang sulit
diperoleh, maka Penyedia Jasa boleh melakukan perubahan rancangan agregat,
dengan syarat dalam hal apapun kadar semen yang semula dirancang tidak
berubah, juga rasio air/semen yang telah ditentukan berdasarkan pengujian yang
menghasilkan kuat tekan yang memenuhi tidak dinaikkan. Pengadukan kembali
beton yang telah dicampur dengan cara menambah air atau oleh cara lain tidak
diijinkan. Bahan tambahan untuk meningkatkan sifat kelecakan hanya diijinkan bila
telah disetujui oleh Direksi Pekerjaan.
b) Penyesuaian Kekuatan
Jika beton tidak mencapai kekuatan yang disyaratkan, maka kadar semen dapat
ditingkatkan atau dapat digunakan bahan tambahan dengan syarat disetujui oleh
Direksi Pekerjaan.
c) Penyesuaian Untuk Bahan-bahan Baru
Perubahan sumber atau karakteristik bahan tidak boleh dilakukan tanpa
pemberitahuan tertulis kepada Direksi Pekerjaan. Bahan baru tidak boleh
digunakan sampai Direksi Pekerjaan menerima bahan tersebut secara tertulis dan
menetapkan proporsi baru berdasarkan atas hasil pengujian campuran percobaan
baru yang dilakukan oleh Penyedia Jasa.
d) Bahan Tambahan (admixture)
Bila perlu menggunakan bahan tambahan, maka Penyedia Jasa harus mendapat
persetujuan dari Direksi Pekerjaan. Jenis dan takaran bahan tambahan yang akan
digunakan untuk tujuan tertentu harus dibuktikan kebenarannya melalui pengujian
campuran di laboratorium. Ketentuan mengenai bahan tambahan ini harus
mengacu pada SNI 03-2495-1991. Bila akan digunakan bahan tambahan berupa
butiran yang sangat halus, sebagian besar berupa mineral yang bersifat
cementious seperti abu terbang (fly ash), mikrosilika (silicafume), atau abu slag
besi (iron furnace slag), yang umumnya ditambahkan pada semen sebagai bahan
utama beton, maka penggunaan bahan tersebut harus berdasarkan hasil
pengujian laboratorium yang menyatakan bahwa hasil kuat tekan yang dihasilkan
sesuai dengan persyaratan yang diinginkan pada Gambar Rencana dan disetujui
oleh Direksi Pekerjaan. Dalam hal penggunaan bahan tambahan dalam campuran
beton, maka bahan tersebut ditambahkan pada saat pengadukan beton. Bahan
tambahan ini hanya boleh digunakan untuk meningkatkan kinerja beton segar
(fresh concrete).
Penggunaan bahan tambahan ini dilakukan dalam hal-hal sebagai berikut:
- Meningkatkan kinerja kelecakan adukan beton tanpa menambah air;
- Mengurangi penggunaan air dalam campuran beton tanpa mengurangi
kelecakan;
- Mempercepat pengikatan hidrasi semen atau pengerasan beton;
- Memperlambat pengikatan hidrasi semen atau pengerasan beton;
- Meningkatkan kinerja kemudahan pemompaan beton;
- Mengurangi kecepatan terjadinya slump loss;
- Mengurangi susut beton atau memberikan sedikit pengembangan volume beton
(ekspansi);

4 - 19
Spesifikasi Teknis

- Mengurangi terjadinya bleeding;


- Mengurangi terjadinya segregasi.
Untuk tujuan peningkatan kinerja beton sesudah mengeras, bahan tambahan
campuran beton bisa digunakan untuk keperluan-keperluan sebagai berikut :

- Meningkatkan kekuatan beton (secara tidak langsung)


- Meningkatkan kekuatan pada beton muda
- Mengurangi atau memperlambat panas hidrasi pada proses pengerasan beton,
terutama untuk beton dengan kekuatan awal yang tinggi.
- Meningkatkan kinerja pengecoran beton di dalam air atau di laut
- Meningkatkan keawetan jangka panjang beton
- Meningkatkan kekedapan beton (mengurangi permeabilitas beton)
- Mengendalikan ekspansi beton akibat reaksi alkali agregat
- Meningkatkan daya lekat antara beton baru dan beton lama
- Meningkatkan daya lekat antara beton dan baja tulangan
- Meningkatkan ketahanan beton terhadap abrasi dan tumbukan
Walaupun demikian, penggunaan aditif dan admixture perlu dilakukan secara hati-
hati dan dengan takaran yang tepat sesuai manual penggunaannya, serta dengan
proses pengadukan yang baik, agar pengaruh penambahannya pada kinerja beton
bisa dicapai secara merata pada semua bagian beton. Dalam hal ini perlu
dimengerti bahwa dosis yang berlebih akan dapat mengakibatkan menurunnya
kinerja beton, atau dalam hal yang lebih parah, dapat menimbulkan kerusakan
pada beton.
3) Pelaksanaan Pencampuran
a) Penakaran Agregat
i. Seluruh komponen bahan beton harus ditakar menurut berat, untuk mutu
beton fc’ < 20 MPa diijinkan ditakar menurut volume sesuai SNI 03-3976-
1995. Bila digunakan semen kemasan dalam zak, kuantitas penakaran harus
sedemikian sehingga kuantitas semen yang digunakan adalah setara dengan
satu satuan atau kebulatan dari jumlah zak semen. Agregat harus ditimbang
beratnya secara terpisah. Ukuran setiap penakaran tidak boleh melebihi
kapasitas alat pencampur.
ii. Penakaran agregat harus dilakukan dalam kondisi jenuh kering permukaan
(SSD-saturated surface dry). Apabila hal tersebut tidak dilakukan maka harus
dilakukan koreksi penakaran sesuai dengan kondisi agregat di lapangan.
Untuk mendapatkan kondisi agregat yang jenuh kering permukaan dapat
dilakukan dengan cara menyemprot tumpukan agregat dengan air secara
berkala paling sedikit 12 jam sebelum penakaran untuk menjamin kondisi
jenuh kering permukaan.
iii. Penyedia Jasa harus dapat menunjukkan sertifikat kalibrasi yang masih
berlaku untuk seluruh peralatan yang digunakan untuk keperluan penakaran
bahan-bahan beton termasuk saringan agregat pada perangkat ready mix.
b) Pencampuran
i. Beton harus dicampur dalam mesin yang dijalankan secara mekanis dari jenis
dan ukuran yang disetujui sehingga dapat menjamin distribusi yang merata
dari seluruh bahan.
ii. Pencampur harus dilengkapi dengan tangki air yang memadai dan alat ukur
yang akurat untuk mengukur dan mengendalikan jumlah air yang digunakan
dalam setiap penakaran.
iii. Cara pencampuran bahan beton dilakukan sebagai berikut, pertama
masukkan sebagian air, kemudian seluruh agregat sehingga mencapai
kondisi yang cukup basah, dan selanjutnya masukkan seluruh semen yang
sudah ditakar hingga tercampur dengan agregat secara merata. Terakhir
masukkan sisa air untuk menyempurnakan campuran.
iv. Waktu pencampuran harus diukur mulai pada saat air dimasukkan ke dalam
campuran bahan kering. Seluruh sisa air yang diperlukan harus sudah

4 - 20
Spesifikasi Teknis

dimasukkan sekira seperempat waktupencampuran tercapai. Waktu


pencampuran untuk mesin berkapasitas ¾ m3 atau kurang harus sekira 1,5
menit; untuk mesin yang lebih besar waktu harus ditingkatkan 15 detik untuk
tiap penambahan 0,5 m3.

v. Bila tidak mungkin menggunakan mesin pencampur, Direksi Pekerjaan dapat


menyetujui pencampuran beton dengan cara manual dan harus dilakukan
sedekat mungkin dengan tempat pengecoran. Penggunaan pencampuran
beton dengan cara manual harus dibatasi hanya pada beton non-bangunanal.
4) Pengujian Campuran
a) Pengujian Untuk Kelecakan (Workability)
Satu pengujian "slump", atau lebih sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi
Pekerjaan, harus dilaksanakan pada setiap pencampuran beton yang dihasilkan,
dan pengujian harus dianggap belum dikerjakan kecuali disaksikan oleh Direksi
Pekerjaan atau wakilnya. Nilai slump pada setiap campuran tidak boleh berada
diluar rentang nilai slump (± 2 cm) yang disyaratkan .
b) Pengujian Kuat Tekan
i. Penyedia Jasa harus membuat sejumlah set benda uji (3 buah benda uji per
set) untuk pengujian kuat tekan berdasarkan jumlah beton yang dicorkan
untuk setiap kuat tekan beton dan untuk setiap jenis komponen bangunan
yang dicor terpisah pada tiap hari pengecoran.
ii. Untuk keperluan pengujian kuat tekan beton, Penyedia Jasa harus
menyediakan benda uji beton berupa silinder dengan diameter 150 mm dan
tinggi 300 mm, dan harus dirawat sesuai dengan SNI 03-4810-1998. Benda
uji tersebut harus dicetak bersamaan dan diambil dari contoh yang sama
dengan benda uji silinder yang akan dirawat di laboratorium.
iii. Jumlah set benda uji yang dibuat berdasarkan jumlah kuantitas pengecoran
atau komponen bangunan yang dicor secara terpisah dan diambil jumlah
terbanyak diantara keduanya.
iv. Pengambilan benda uji untuk pengecoran yang didapat dari pencampuran
secara manual, setiap 10 meter kubik beton harus dibuat 1 set benda uji dan
untuk setiap komponen bangunan yang dicor terpisah minimal diambil 3 set
benda uji.
v. Jumlah benda uji yang harus dibuat untuk pengecoran hasil produksi ready
mix, diambil pada setiap pengiriman (1 set untuk setiap truk). 1set = 3 buah
benda uji.
vi. Setiap set pengujian minimum tersebut harus diuji untuk kuat tekan beton
umur 28 hari.
vii. Apabila dalam pengujian kuat tekan benda uji tersebut terdapat perbedaan
nilai kuat tekan yang > 5% antara dua buah benda uji dalam set tersebut,
maka benda uji ketiga dalam set tersebut harus diuji kuat tekannya. Hasil kuat
tekan yang digunakan dalam perhitungan statistik adalah hasil dari 2 buah
benda uji yang berdekatan nilainya
viii. Kekuatan beton diterima dengan memuaskan bila fc karakteristik dari benda
uji lebih besar atau sama dengan fc rencana. fc karakteristik dihitung dengan
rumus sebagai berikut :
fc’= fcm ± k.S , di mana S menyatakan nilai deviasi standar dari hasil uji
tekan, dan k adalah konstanta yang tergantung pada jumlah hasil kuat tekan
dari benda uji (k=1,64 untuk jumlah hasil kuat tekan benda uji lebih besar atau
sama dengan dari 30)

4 - 21
Spesifikasi Teknis

n
2
∑(f ci − f cm )
S= i
n−1

dimana :
fc’ = Kuat tekan beton karakteristik
fci = Kuat tekan beton yang diuji
fcm = Kuat tekan beton rata-rata
ix. Nilai hasil uji tekan satupun tidak boleh mempunyai nilai di bawah 0,85 fc’.
x. Jika salah satu dari kedua syarat tersebut di atas tidak dipenuhi, maka harus
diambil langkah untuk meningkatkan rata-rata dari hasil uji kuat tekan
berikutnya, dan langkah-langkah lain untuk memastikan bahwa kapasitas
daya dukung dari bangunan tidak membahayakan.
xi. Jika dari hasil perhitungan dengan kuat tekan menunjukkan bahwa kapasitas
daya dukung bangunan berkurang, maka diperlukan suatu uji bor (core
drilling) pada daerah yang diragukan berdasarkan aturan pengujian yang
berlaku. Dalam hal ini harus diambil paling tidak 3 (tiga) buah benda uji bor inti
pada daerah yang tidak membahayakan bangunan untuk setiap hasil uji tekan
yang meragukan atau terindikasi bermutu rendah seperti disebutkan di atas.
xii. Beton di dalam daerah yang diwakili oleh hasil uji bor inti bisa dianggap
secara bangunan antara lain cukup baik bila rata-rata kuat tekan dari ketiga
benda uji bor inti tersebut tidak kurang dari 0,85 fc’, dan tidak satupun dari
benda uji bor inti yang mempunyai kekuatan kurang dari 0,75 fc’. Dalam hal
ini, perbedaan umur beton saat pengujian kuat tekan benda uji bor inti
terhadap umur beton yang disyaratkan untuk penetapan kuat tekan beton
(yaitu 28 hari, atau lebih bila disyaratkan), perlu diperhitungkan dan dilakukan
koreksi dalam menetapkan kuat tekan beton yang dihasilkan.
(a) Pengujian Tambahan
Penyedia Jasa harus melaksanakan pengujian tambahan yang diperlukan untuk
menentukan mutu bahan atau campuran atau pekerjaan beton akhir, sebagaimana
yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan. Pengujian tambahan tersebut meliputi :
i. Pengujian yang tidak merusak menggunakan alat seperti Impact Echo,
Ultrasonic Penetration Velocity atau perangkat penguji lainnya (hasil
pengujian tidak boleh digunakan sebagai dasar penerimaan);
ii. Pengujian pembebanan bangunan atau bagian bangunan yang
dipertanyakan;
iii. Pengambilan dan pengujian benda uji inti (core) beton;
iv. Pengujian lainnya sebagaimana ditentukan oleh Direksi Pekerjaan.
5) Perbaikan Atas Pekerjaan Beton Yang Tidak Memenuhi Ketentuan
i. Perbaikan atas pekerjaan beton yang tidak memenuhi kriteria toleransi yang
disyaratkan,atau yang tidak memiliki permukaan akhir yang memenuhi
ketentuan,atau yang tidak memenuhi sifat-sifat campuran yang disyaratkan, harus
mengikuti petunjuk yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan antara lain
ii. Perubahan proporsi campuran beton untuk sisa pekerjaan yang belum dikerjakan;
iii. Penanganan pada bagian bangunan yang hasil pengujiannya gagal;
iv. Perkuatan, pembongkaran atau penggantian sebagian atau menyeluruh pada
bagian pekerjaan yang memerlukan penanganan khusus.
v. Jika terjadi perbedaan pendapat dalam hal mutu pekerjaan beton atau adanya
keraguan dari data pengujian yang ada, Direksi Pekerjaan dapat meminta
Penyedia Jasa melakukan pengujian tambahan yang diperlukan untuk menjamin
bahwa mutu pekerjaan yang telah dilaksanakan dapat dinilai dengan adil dengan

4 - 22
Spesifikasi Teknis

meminta pihak ketiga untuk melaksanakannya.


vi. Perbaikan atas pekerjaan beton yang retak atau bergeser sesuai dengan
ketentuan dari Spesifikasi ini. Penyedia Jasa harus mengajukan detail rencana
perbaikan untuk mendapatkan persetujuan Direksi Pekerjaan sebelum memulai
pekerjaan.

4.7. PENGUKURAN DAN PEMBAYARAN


Pengukuran dan pembayaran yang perlu diperhatikan dalam pedoman spesifikasi teknis
pekerjaan beton harus memuat :
4.7.1 Pengukuran
1) Pekerjaan Beton
a) Cara Pengukuran
i. Beton akan diukur dengan jumlah meter kubik pekerjaan beton yang
digunakan dan diterima sesuai dengan dimensi yang ditunjukkan pada
Gambar Kerja atau yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan. Tidak ada
pengurangan yang akan dilakukan untuk volume yang ditempati oleh pipa
dengan garis tengah kurang dari 20 cm atau oleh benda lainnya yang
tertanam seperti "water stop", baja tulangan, selongsong pipa (conduit) atau
lubang sulingan (weephole).

ii. Tidak ada pengukuran tambahan atau yang lainnya yang akan dilakukan
untuk acuan, perancah untuk balok dan lantai pemompaan, penyelesaian
akhir permukaan, penyediaan pipa sulingan, pekerjaan pelengkap lainnya
untuk penyelesaian pekerjaan beton, dan biaya dari pekerjaan tersebut telah
dianggap termasuk dalam harga penawaran untuk Pekerjaan Beton.
iii. Kuantitas bahan untuk lantai kerja, bahan drainase porous, baja tulangan dan
mata pembayaran lainnya yang berhubungan dengan bangunan yang telah
selesai dan diterima akan diukur untuk dibayarkan seperti disyaratkan pada
Bagian lain dalam Spesifikasi ini.
iv. Beton yang telah dicor dan diterima harus diukur dan dibayar sebagai beton
bangunan atau beton tidak bertulang. Beton Bangunan harus beton yang
disyaratkan atau disetujui oleh Direksi Pekerjaan sebagai fc’=20 MPa (K-250)
atau lebih tinggi dan Beton Tak Bertulang harus beton yang disyaratkan
atau disetujui untuk fc’=15 MPa (K-175) atau fc’=10 Mpa (K- 125). Jika beton
dengan mutu (kekuatan) yang lebih tinggi diperkenankan untuk digunakan di
lokasi untuk mutu (kekuatan) beton yang lebih rendah, maka volumenya harus
diukur sebagai beton dengan mutu (kekuatan) yang lebih rendah.
b) Pengukuran Untuk Pekerjaan Beton Yang Diperbaiki
i. Jika pekerjaan telah diperbaiki, kuantitas yang akan diukur untuk pembayaran
harus sejumlah yang harus dibayar bila mana pekerjaan semula telah
memenuhi ketentuan.
ii. Tidak ada pembayaran tambahan akan dilakukan untuk tiap peningkatan
kadar semen atau setiap bahan tambah (admixture), juga tidak untuk tiap
pengujian atau pekerjaan tambahan atau bahan pelengkap lainnya yang
diperlukan untuk mencapai mutu yang disyaratkan untuk pekerjaan beton.
2) Pekerjaan Waterstop
Pengukuran pembayaran pekerjaan waterstop dibuat berdasarkan meter panjang
terpasang, sesuai as waterstop seperti terlihat pada gambar.
4.7.2 Dasar Pembayaran
Kuantitas yang diterima dari berbagai mutu beton yang ditentukan sebagaimana yang
disyaratkan di atas, akan dibayar pada Harga Kontrak untuk Mata Pembayaran dan
menggunakan satuan pengukuran yang ditunjukkan di bawah dan dalam Daftar Kuantitas.

4 - 23
Spesifikasi Teknis

Harga dan pembayaran harus merupakan kompensasi penuh untuk seluruh penyediaan dan
pemasangan seluruh bahan yang tidak dibayar dalam Mata Pembayaran lain, termasuk
"water stop", lubang sulingan, acuan, perancah untuk pencampuran, pengecoran, pekerjaan
akhir dan perawatan beton, dan untuk semua biaya lainnya yang perlu dan lazim untuk
penyelesaian pekerjaan yang sebagaimana mestinya, yang diuraikan dalam Bagian ini.

No. Uraian Satuan Pengukuran

1. Beton mutu sedang dengan fc’=30 MPa (K-350) Meter Kubik


2. Beton mutu sedang dengan fc’= 25 MPa (K-300) Meter Kubik
3. Beton mutu sedang dengan fc’= 20 MPa (K-250) Meter Kubik
4. Beton mutu rendah dengan fc’= 15 MPa (K-175) Meter Kubik
5. Beton Siklop fc’=15 MPa (K-175) Meter Kubik
6. Beton mutu rendah dengan fc’= 10 MPa (K-125) Meter Kubik
7. Waterstop Meter Panjang

4 - 24
Spesifikasi Teknis

LAMPIRAN – A

Beton
(Normatif)

Tabel A.1 Mutu Beton dan Penggunaan

Jenis Beton fc’ (MPa) σbk’ (Kg/cm2) Uraian

Mutu tinggi 35 – 65 K400 – K800 Umumnya digunakan untuk beton prategang


seperti tiang pancang beton prategang,
gelagar beton prategang, pelat beton
prategang dan sejenisnya.

Mutu sedang 20 – < 35 K250 – <K400 Umumnya digunakan untuk beton bertulang
seperti pelat lantai jembatan, gelagar beton
bertulang, diafragma, kerb beton pracetak,
gorong-gorong beton bertulang, bangunan
bawah jembatan.

Mutu rendah 15 – <20 K175 – <K250 Umumya digunakan untuk bangunan beton
tanpa tulangan seperti beton siklop, trotoar
dan pasangan batu kosong yang diisi
adukan, pasangan batu.

10 – <15 K125 – <K175 Digunakan sebagai lantai kerja, penimbunan


kembali dengan beton

Tabel A.2 Jumlah Pengambilan Contoh Tanah Segar

Volume contoh
No. Macam Pengujian
(liter)

1 Slump 8
2 Berat Jenis 6
3 Kadar Udara 9
4 Uji kuat tekan (3 contoh) 28
5 Uji kuat lentur (3 contoh) 28

6 Uji Kuat Tarik (3 contoh) 28


7 Uji Modulus Elastis (3 contoh) 28

4 - 25
Spesifikasi Teknis

LAMPIRAN – B

Agregat
(Normatif)

Tabel Ketentuan Agradasi Agregat

Ukuran Ayakan Persen Berat Yang Lolos Untuk Agregat

Standar Kasar
Inchi (in) Halus
(mm) # 467 # 57 # 67 #7
2 50.8 - 100 – – –
11/2 38.1 - 95 – 100 100 – –
1 25.4 - – 95 – 100 100 –
¾ 19 - 35 – 70 – 90 – 100 100
½ 12.7 - – 25 – 60 – 90 – 100
3/8 9.5 100 10 – 30 – 20 – 55 40 – 70
#4 4.75 95 – 100 0–5 0 – 10 0 – 10 0 – 15
#8 2.36 80 – 100 – 0–5 0–5 0–5
# 16 1.18 50 – 85 – – – –
# 50 0.300 10 – 30 – – – –
# 100 0.150 2 – 10 – – – –

4 - 26
Spesifikasi Teknis

LAMPIRAN – C

Proporsi dan Sifat Campuran


(Normatif)

Tabel C.1 Pedoman Awal Untuk Perkiraan Proporsi Takaran Campuran

Mutu Beton Rasio Air / Kadar Semen


Ukuran
Semen Maks. Min. (kg/m3
Jenis Beton Agregat
σ' (terhadap dari
fc’ (Mpa) 2 Maks (mm)
(kg/cm ) berat) campuran)
50 K600 19 0.35 450
37 0.40 395
45 K500 25 0.40 430
19 0.40 455
Mutu Tinggi 37 0.425 370
38 K450 25 0.425 405
19 0.425 430
37 0.45 350
35 K400 25 0.45 385
19 0.45 405
37 0.475 335
30 K350 25 0.475 365
19 0.475 385
37 0.50 315
Mutu Sedang 25 K300 25 0.50 345
19 0.50 365
37 0.55 290
20 K250 25 0.55 315
19 0.55 335
37 0.60 265
15 K175 25 0.60 290
19 0.60 305
Mutu Rendah
37 0.60 225
10 K125 25 0.60 245
19 0.60 260

Tabel C.2 Ketentuan Sifat Campuran

Kuat Tekan Minimum

Benda Uji Silinder Benda Uji Kubus


Mutu Beton
Jenis Beton (MPa) (Kg/cm2)
φ15 - 30 cm 15 x 15 x 15 cm3

fc’ (Mpa) σ'bk 7 hari 28 hari 7 hari 28 hari


(kg/cm2)
Mutu Tinggi 50 K600 32.5 50.0 390 600
45 K500 26.0 40.0 325 500
35 K400 24.0 33.0 285 400
Mutu Sedang 30 K350 21.0 29.0 250 350
25 K300 18.0 25.0 215 300
20 K250 15.0 21.0 180 250
15 K175 9.5 14.5 115 175
Mutu Rendah
10 K125 7.0 10.5 80 125

4 - 27
Spesifikasi Teknis

LAMPIRAN – D

Kuantitif Alat Penggetar Mekanis


(Normatif)

Tabel Jumlah Minimum Alat Penggetar Mekanis Dari Dalam

Kecepatan Pengecoran Beton (m3/ jam) Jumlah Alat

4 2
8 3
12 4
16 5
20 6
>20 >6

4 - 28
Spesifikasi Teknis

Volume I : Umum
Bagian - 5 : Pekerjaan Pasangan

5.1. RUANG LINGKUP


Pedoman ini menetapkan ketentuan dan persyaratan, metode pelaksanaan pekerjaan,
pengendalian mutu serta pengukuran dan pembayaran untuk pekerjaan pasangan batu dan
adukan semen.
Pedoman ini mencakup pekerjaan pasangan batu yang meliputi bronjong, pasangan batu
kali, pasangan batu kosong, plesteran dan siaran serta pekerjaan adukan semen.
Pedoman ini mencakup pekerjaan penyediaan baik batu yang diisikan ke dalam bronjong
kawat (gabion) maupun pasangan batu kosong pada landasan yang disetujui sesuai dengan
detail yang ditunjukkan dalam pada Gambar sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi
Pekerjaan.

5.2. ACUAN NORMATIF


Standar Nasional Indonesia (SNI) :
- SNI 15-0302-1989 : Semen Pozolan Kapur
- SNI 15-2049-1994 : Semen Portland
- SNI 15-0129-1994 : Semen Portland Putih
- SNI 15-0302-1999 : Semen Portland Pozolan
- SNI 03-2417-1991 : Metode Pengujian Keausan Agregat Dengan Mesin Abrasi
Los Angeles.
- SNI 03-3046-1992 : Kawat Bronjong dan Bronjong Berlapis PVC (Polivinil
Chlorida)
- SNI 15-3758-1995 : Semen Aduk Pasangan
- SNI 03-0090-1999 : Spesifikasi Bronjong Kawat
- SNI 03-6817-2002 : Metode Pengujian Mutu Air Untuk digunakan dalam Beton
- SNI 03-6882-2002 : Spesifikasi Mortar Untuk Pekerjaan Pasangan

American Standard Test Method :


- ASTM C 91 : Masonry cement
- ASTM C 207 : Hydrated Lime
- ASTM C 270 : Mortar for Unit Masonry
- ASTM C 476 : Mortar and Grout for Reinforcement of Masonry

5.3. ISTILAH DAN DEFINISI


5.3.1 Agregat halus adalah agregat yang mempunyai diameter butir di atas 0,25 mm sampai 4
mm yang biasa disebut pasir.
5.3.2 Agregat kasar adalah agregat yang mempunyai diameter butir di atas 4 mm sampai 31,5
mm yang biasa disebut kerakal.
5.3.3 Bahan tambahan adalah suatu bahan berupa bubukan atau cairan, yang dibubuhkan ke
dalam campuran beton selama pengadukan dalam jumlah tertentu untuk merubah beberapa
sifatnya.
5.3.4 Batu alam adalah suatu gabungan daripada hablur mineral yang bersatu dan memadat,
sehingga memiliki derajat kekerasan tertentu, yang berbentuk secara alamiah melalui
proses pelelehan, pembekuan, pengendapan dan perubahan alamiah.
5.3.5 Batu candi adalah batu kasar (granit, andesit dan sejenis) yang dibentuk secara khusus
untuk dipergunakan sebagai lapisan tahan gerusan
5.3.6 Batu pecah adalah hasil pecahan batu alam dalam bentuk butiran asli atau dibelah menjadi
ukuran butiran yang cukup besar untuk dipergunakan dalam pembuatan bangunan dasar
5.3.7 Bata tras kapur adalah suatu jenis bangunan berbentuk bata yang dibuat dari bahan utama
kapur pada air dan tras alam dengan atau tanpa bahan tambahan lainnya.
5.3.8 Benda uji adalah sejumlah semen dengan berat tertentu yang disiapkan dari contoh

5 - 1
Spesifikasi Teknis

portland semen
5.3.9 Berat isi semen portland adalah perbandingan antara berat kering semen pada suhu
kamar dengan satuan isi
5.3.10 Bronjong adalah suatu konstruksi yang tersusun dari batuan pecah dan di ikat oleh
anyaman kawat
5.3.11 Gips adalah bahan untuk membuat adukan plesteran atau pelapisan lainnya yang harus
mengandung minimum 66% berat senyawa Kalsium Sulfat hemihidrat (CaSO4 ½ H2O)
5.3.12 Kapur untuk bahan bangunan adalah kapur yang dibagi dalam dua macam berdasarkan
penggunaan yaitu kapurpemutih dan kapur aduk
5.3.13 Kehalusan semen portland adalah perbandingan berat benda uji yang tertahan di atas
saringan nomor 100 dan 200 dengan berat benda uji semula.
5.3.14 Papan gips adalah papan buatan yang bagian tengahnya terbuat dari bahan gips (gypsum),
sedang pada bagian permukaannya diberi kertas lapis dasar dengan atau tanpa lapisan luar
lainnya dan dapat digunakan untuk dinding, langit-langit dan dinding pemisah yang bersifat
dekoratif.
5.3.15 Pasangan batu kosong adalah suatu konstruksi yang disusun dengan bahan material yang
berupa batu kosong yang berfungsi untuk melindungi bahaya gerusan.
5.3.16 Semen Portland adalah semen hidrolis yang dihasilkan dengan cara menggiling terak
semen portland yang terutama, terdiri dari Kalsium Silikat Hidrat yang bersifat hidrolis dan
digiling bersama-sama dengan bahan tambahan satu atau lebih bentuk kristal senyawa
Kalsium Sulfat.
5.3.17 Semen Portland-pozolan adalah campuran semen Portland dengan pozolan antara 15% -
40% berat total campuran.

5.4. KETENTUAN DAN PERSYARATAN


Ketentuan dan persyaratan umum yang perlu diperhatikan dalam pedoman spesifikasi teknis
pekerjaan pasangan harus memuat :

5.4.1 Toleransi
1) Pasangan Batu, Pasangan Batu dengan Mortar, dan Adukan Semen.
(a) Sisi muka masing-masing batu dari permukaan pasangan batu dengan mortar
tidak boleh melebihi 1 cm dari profil permukaan rata-rata pasangan batu dengan
mortar di sekitarnya.
(b) Untuk pelapisan selokan dan saluran air, profil permukaan rata-rata selokan dan
saluran air yang dibentuk dari pasangan batu dengan mortar tidak boleh berbeda
lebih dari 2 cm dari profil permukaan lantai saluran yang ditentukan atau disetujui,
juga tidak bergeser lebih dari 5 cm dari profil penampang melintang yang
ditentukan atau disetujui.
(c) Tebal minimum setiap pekerjaan pasangan batu dengan mortar 10 cm.
(d) Profil akhir untuk struktur kecil yang tidak memikul beban seperti lubang
penangkap dan lantai golak tidak boleh bergeser lebih dari 2 cm dari profil yang
ditentukan atau disetujui.
2) Pasangan Batu Kosong dan Bronjong
(a) Ukuran batu, 85% minimal ukurannya sama.
(b) Rongga antara batu dalam bronjong tidak boleh lebih dari 40%.
(c) Lebar dan tinggi bronjong sebesar ± 5%, sedangkan terhadap panjangnya ±3%.
(d) Kelebihan / tambahan pada tepi pasangan batu kosong yang horizontal dibuat
selebar 30 cm dari batu-batu yang terpilih.
5.4.2 Persyaratan Bahan
1) Pasangan Batu

5 - 2
Spesifikasi Teknis

a. Batu
i. Batu harus bersih, keras, tanpa bagian yang tipis atau retak dan harus dari jenis
yang diketahui awet. Bila perlu, batu harus dibentuk untuk menghilangkan
bagian yang tipis atau lemah.
ii. Batu yang digunakan adalah batu belah atau batu bulat, batu kali yang dipecah
salah satu sisinya tidak rapuh tidak keropos, tidak berpori.
iii. Batu harus rata, lancip atau lonjong bentuknya dan dapat ditempatkan saling
mengunci bila dipasang bersama-sama.
iv. Untuk batu dari hasil galian, harus dibersihkan dari lapisan tanah yang
menyelimuti agar permukaan batu bersih.

v. Berat jenis batu yang digunakan tidak boleh kurang dari 2,5 t/m3 dengan
ukuran batu berkisar antara diameter 15-30 cm. Batu bulat atau batu kali hanya
boleh digunakan setelah salah satu sisinya dipecah atau sesuai persetujuan
Direksi Pekerjaan dan digunakan bersama-sama dengan batu belah.
vi. Terkecuali diperintahkan lain oleh Direksi Pekerjaan, batu harus memiliki
ketebalan yang tidak kurang dari 15 cm, lebar tidak kurang dari satu setengah
kali tebalnya dan panjang yang tidak kurang dari satu setengah kali lebarnya.
b. Pasir
i. Pasir yang dimaksud disini lebih diutamakan pasir alam yang diambil dari
sungai atau sumber lain yang telah disetujui oleh Direksi Pekerjaan.
ii. Tempat penimbunan penyimpanan harus bersih dari sampah organik, sampah
kimia, bebas dari banjir serta tidak terkontaminasi dengan bahan lainnya,
seperti air laut/garam dan lain-lainnya yang akan menurunkan mutu pasangan
batu.
c. Adukan
Adukan harus adukan semen yang memenuhi kebutuhan dari Bagian Adukan
Semen dari Spesifikasi ini.
2) Pasangan Batu Kosong dan Bronjong
a. Kawat Bronjong
i. Haruslah baja berlapis seng yang memenuhi AASHTO M279-03 tipe Z, dan
ASTM A641/AA641M. Lapisan galvanisasi minimum haruslah 0,26 kg/m2.
ii. Karakteristik kawat bronjong adalah :
Tulangan tepi, diameter : 5,0 mm, 6 SWG
Jaringan, diameter : 4,0 mm, 8 SWG
Pengikat, diameter : 2,1 mm, 14 SWG
Kuat Tarik : 4200 kg/cm2
Perpanjangan diameter : 10% (minimum)
iii. Anyaman : Anyaman haruslah merata berbentuk segi enam yang teranyam
dengan tiga lilitan dengan lubang kira-kira 80 mm x 60 mm yang dibuat
sedemikian rupa hingga tidak lepas-lepas dan dirancang untuk diperoleh
kelenturan dan kekuatan yang diperlukan. Keliling tepi dari anyaman kawat
harus diikat pada kerangka bronjong sehingga sambungan-sambungan yang
diikatkan pada kerangka harus sama kuatnya seperti pada badan anyaman.
iv. Keranjang haruslah merupakan unit tunggal dan disediakan dengan dimensi
yang disyaratkan dalam Gambar dan dibuat sedemikian sehingga dapat dikirim
ke lapangan sebelum diisi dengan batu.
b. Batu
Batu untuk pasangan batu kosong dan bronjong harus terdiri dari batu yang keras
dan awet dengan sifat sebagai berikut :
i. Keausan agregat dengan mesin Los Angeles harus kurang dari 35 %.

5 - 3
Spesifikasi Teknis

ii. Berat isi kering oven lebih besar dari 2,3.


iii. Peyerapan Air tidak lebih besar dari 4 %.
iv. Kekekalan bentuk agregat terhadap natrium sulfat atau magnesium sulfat
dalam pengujian 5 siklus (daur) kehilangannya harus kurang dari 10 %.
Batu untuk pasangan batu kosong haruslah bersudut tajam, berat tidak kurang dari
40 kg dan memiliki dimensi minimum 300 mm. Direksi Pekerjaan dapat
memerintahkan batu yang ukurannya lebih besar jika kecepatan aliran sungai cukup
tinggi.
c. Landasan
Landasan haruslah dari bahan drainase porous dengan gradasi yang dipilih
sedemikian hingga tanah pondasi tidak dapat hanyut melewati bahan landasan dan
juga bahan landasan tidak hanyut melewati pasangan batu kosong atau bronjong.
d. Adukan Pengisi (Grout)
Adukan pengisi untuk pasangan batu kosong yang diberikan harus beton fc’ 15 MPa
atau K-175 seperti yang disyaratkan.

3) Pasangan Batu dengan Mortar


a. Batu
- Batu harus terdiri atas batu alam atau batu dari sumber bahan yang tidak
terbelah, yang utuh (sound), keras, awet, padat, tahan terhadap udara dan air,
dan cocok dalam segala hal untuk fungsi yang dimaksud.
- Mutu dan ukuran batu harus disetujui oleh Direksi Pekerjaan sebelum
digunakan. Batu untuk pelapisan selokan dan saluran air sedapat mungkin
harus berbentuk
- Mutu batu harus sesuai dengan bahan batu pada Bagian Pekerjaan
Pasangan Batu Kosong dan Bronjong dari spesifikasi ini.
- Kecuali ditentukan lain oleh Gambar atau Spesifikasi, maka semua batu yang
digunakan untuk pasangan batu dengan mortar harus mempunyai dimensi lebih
besar dari 10 cm.
b. Mortar
Mortar harus merupakan adukan semen yang memenuhi ketentuan Bagian Adukan
Semen dari Spesifikasi ini.
4) Adukan Semen
i. Semen harus memenuhi ketentuan dalam SNI 15-2049-1994
ii. Agregat halus harus memenuhi ketentuan dalam AASHTO M45-04
Kapur tohor harus memenuhi ketentuan dalam jumlah residu, letupan dan lekukan
(popping & pitting), dan penahan air sisa untuk kapur jenis N dalam ASTM C207
iii. Air
Air yang digunakan untuk campuran, perawatan, atau pemakaian lainnya harus
bersih, dan bebas dari bahan yang merugikan seperti minyak, garam, asam, basa,
gula atau organis. Air harus diuji sesuai dengan; dan harus memenuhi ketentuan
dalam SNI 03-6817-2002 Air yang diketahui dapat diminum dapat digunakan. Jika
timbul keragu-raguan atas mutu air yang diusulkan dan pengujian air seperti di atas
tidak dapat dilakukan, maka harus diadakan perbandingan pengujian kuat tekan
mortar semen dan pasir dengan memakai air yang diusulkan dan dengan memakai
air suling. Air yang diusulkan dapat digunakan jika kuat tekan mortar dengan air
tersebut pada umur 7 hari dan 28 hari minimum 90 % kuat tekan mortar dengan air
suling pada periode perawatan yang sama.

5 - 4
Spesifikasi Teknis

5.4.3 Persyaratan Kerja


1) Pasangan Batu
a. Pengajuan Kesiapan Kerja
Penyedia Jasa harus mengirimkan contoh dari semua bahan yang akan digunakan
dan dilengkapi dengan data pengujian yang memenuhi seluruh sifat bahan sesuai
dengan pasal ini. Pekerjaan pasangan batu tidak boleh dimulai sebelum ada
persetujuan Direksi Pekerjaan.
b. Kondisi Tempat Kerja
Kondisi tempat kerja harus senantiasa kering dan menjamin fasilitas sanitasi cukup
tersedia untuk pekerja.
2) Pasangan Batu Kosong dan Bronjong
Pengajuan Kesiapan Kerja
i. Dua contoh batu untuk pasangan batu kosong (rip rap) dengan lampiran hasil
pengujian seperti yang disyaratkan di atas.
ii. Contoh dari keranjang kawat dengan sertifikat dari pabrik bila ada.
3) Pasangan Batu dengan Mortar
a. Pengajuan Kesiapan Kerja
i. Sebelum mulai menggunakan setiap bahan batu yang diusulkan untuk
pekerjaan pasangan batu dengan mortar, Penyedia Jasa harus mengajukan
kepada Direksi Pekerjaan dua contoh batu yang mewakili, masing-masing
seberat 50 kg. Satu dari contoh batu akan disimpan oleh Direksi Pekerjaan
untuk rujukan selama periode Kontrak. Hanya batu yang disetujui oleh Direksi
Pekerjaan akan digunakan dalam pekerjaan.
ii. Pekerjaan pasangan batu dengan mortar tidak boleh dimulai sebelum
Direksi Pekerjaan menyetujui formasi yang telah disiapkan untuk pelapisan.
b. Kondisi Tenaga Kerja
Ketentuan yang disyaratkan dalam Persyaratan Pelaksanan Bagian Pekerjaan
Timbunan dari Spesifikasi ini tentang menjaga tempat kerja agar senantiasa kering
dan menjamin fasilitas sanitasi yang memadai tersedia di lapangan untuk para
pekerja, harus juga berlaku untuk pekerjaan pasangan batu dengan mortar.
4) Adukan Semen
Dalam pengajuan kesiapan kerja Penyedia Jasa harus mengirimkan contoh dari semua
bahan yang akan digunakan dan dilengkapi dengan data pengujian yang memenuhi
seluruh sifat bahan sesuai dengan bagian ini.

5.5. PELAKSANAAN PEKERJAAN


Pelaksanaan pekerjaan yang perlu diperhatikan dalam pedoman spesifikasi teknis pekerjaan
pasangan harus memuat :
5.5.1 Pasangan Batu
1) Pengaturan Lokasi Pembuatan Adukan
(a) Lokasi pembuatan adukan perlu diatur sedemikian rupa agar dapat menjamin
kelancaran pekerjaan. Memudahkan bagi pengawas dan menjamin tercapainya
mutu adukan yang baik dan terlindung.
(b) Pengadukan dilakukan sedekat mungkin dengan lokasi konsrtruksi yang akan
dibangun. Pasir dan semen disiapkan terpisah ditempat kering (lebih tinggi dari
tanah sekitarnya ).
(c) Kotak pengaduk dipasang ditempat datar dilokasi yang memudahkan bagi petugas
pengaduk dan pengangkutan adukan ke lokasi bangunan.
(d) Drum air ditempatkan didekat kotak pengaduk kotak – kotak takaran disiapkan
secukupnya dilokasi timbunan pasir dan semen. Gerobak pengangkutan adukan

5 - 5
Spesifikasi Teknis

dan ember disiapkan dekat kotak adukan kearah konstruksi yang akan dibangun.
2) Persiapan Pondasi (Pasangan Batu)
(a) Pondasi untuk struktur pasangan batu harus disiapkan sesuai dengan syarat untuk
Bagian Galian Spesifikasi ini.
(b) Terkecuali disyaratkan lain atau ditunjukkan pada Gambar, dasar pondasi untuk
struktur dinding penahan harus tegak lurus, atau bertangga yang juga tegak lurus
terhadap muka dari dinding. Untuk struktur lain, dasar pondasi harus mendatar
atau bertangga yang juga horisontal.
(c) Lapis landasan yang rembes air (permeable) dan kantung penyaring harus
disediakan jika disyaratkan sesuai dengan ketentuan.
(d) Jika ditunjukkan dalam Gambar, atau yang diminta lain oleh Direksi Pekerjaan,
suatu pondasi beton mungkin diperlukan. Beton yang digunakan harus memenuhi
ketentuan dari Bagian Beton dari Spesifikasi ini.
3) Pelaksanaan Pemasangan Batu
(a) Lakukan dan periksa persiapan yang meliputi penyediaan batu, pasir dan air
dilokasi kerja, kelengkapan peralatan dan alat bantu seperti kotak penampung
adukan, penampung air, plastik pelindung hujan, tukang batu dan buruh pembantu,
tenaga dan sarana pengangkutan adukan.
(b) Ratakan lantai dasar bangunan, pasang profil sesuai gambar design bangunan.
Dalam kotak dan hamparkan serta ratakan pasir setebal 5 - 10 cm sebagai lantai
kerja.
(c) Periksa dimensi dan elevasi profil dengan alat ukur (oleh juru ukur) dan minta
persetujuan Direksi bila telah selesai gambar kontrak.
(d) Sebelum dipasang, batu harus dibersihkan dari lumpur atau tanah yang melekat
serta basahi dengan air agar ikatan dengan adukan menjadi kuat.
(e) Pemasangan lapis batu pertama, diawali dengan menghamparkan adukan
setebal 3 - 5 cm, kemudian menyusun batu diatas hamparan dengan jarak 2 - 3 cm
(tidak bersinggungan) pukul atau ketok-ketok batu tersebut agar terikat kuat
dengan adukan.
(f) Isi rongga diantara batu-batu dengan adukan sampai penuh/mampat dengan
menggunakan sendok adukan.
(g) Bila memerlukan suling-suling resapan sesuai design/kontrak (pada dinding
penahan, sayap bendung dan sebagainya). Suling dari pipa paralon yang
dibungkus ijuk diujung pipa bagian dalam dipasang bersamaan dengan pasangan
batu.
(h) Letak suling resapan merupakan barisan dalam arah horizontal dengan jarak
tertentu sesuai gambar kontrak. Baris pipa suling berikutnya (diatasnya) dipasang
berselang-seling arah vertikal.
(i) Apabila hujan atau setelah selesai, pasangan diitutup plastik agar pasangan yang
masih baru tersebut tidak rusak karena air hujan.
4) Pelaksanaan Kotak Adukan
(a) Sebelum pemasangan, batu harus dibersihkan dan dibasahi sampai merata dan
dalam waktu yang cukup untuk memungkinkan penyerapan air mendekati titik
jenuh. Landasan yang akan menerima setiap batu juga harus dibasahi dan
selanjutnya landasan dari adukan harus disebar pada sisi batu yang bersebelahan
dengan batu yang akan dipasang.
(b) Adukan dibuat dengan perbandingan 1 bagian semen dan 4 bagian pasir (1 Pc : 4
Ps)
(c) Masukkan dan ratakan 2 takar pasir dalam kotak pengaduk, disusul 1 takar semen
dan 2 takar pasir berikutnya.
(d) Adukan campuran kering (tanpa air) dengan cangkul sampai rata (homogen) .
(e) Tuangkan air sedikt demi sedikit sambil diaduk terus sampai diperoleh adukan

5 - 6
Spesifikasi Teknis

homogen. Adukan sudah baik apabila sudah terlihat lengket dan tidak terurai saat
dituang serta tidak ada yang tersisa diplat cangkul saat dituang tidak terlalu kering,
sehingga mudah digunakan.
(f) Pembuatan adukan harus mengimbangi kecepatan pelaksanaan pasangan batu.
Tidak terlambat dan tidak boleh di buat terlalu banyak, adukan harus sudah
dipasang paling lama 1 jam setelah selesai diaduk.
(g) Tebal dari landasan adukan harus pada rentang antara 2 cm sampai 5 cm dan
merupakan kebutuhan minimum untuk menjamin bahwa seluruh rongga antara
batu yang dipasang terisi penuh.
(h) Banyaknya adukan untuk landasan yang ditempatkan pada suatu waktu haruslah
dibatasi sehingga batu hanya dipasang pada adukan baru yang belum mengeras.
(i) Jika batu menjadi longgar atau lepas setelah adukan mencapai pengerasan awal,
maka batu tersebut harus dibongkar, dan adukannya dibersihkan dan batu
tersebut dipasang lagi dengan adukan yang baru.
5) Pelaksanaan Plesteran
(a) Bagian-bagian tertentu dari pasangan batu sesuai gambar design/kontrak harus di
plester. Plesteran dibuat dari campuran 1 bagian semen dan tiga bagian pasir
yang disaring atau sesuai dengan ketentuan dalam gambar kontrak.

(b) Tebal plesteran dibuat 2 - 3 cm dari permukaan batu, sebelum plesteran dipasang
diantara batu-batu harus dikorek sampai kedalaman 1 - 2 cm dibawah permukaan
batu. Kemudian permukaan pasangan dibersihkan dan disiram air agar terjadi
ikatan yang kuat antara pasangan dan plesteran.
6) Pelaksanaan Siaran
(a) Bagian permukaan pasangan batu yang terlihat, sesuai kontrak atau petunjuk
Direksi harus disiar.
(b) Siaran dibuat dari campuran 1 bagian semen dan 2 bagian pasir yang disaring
atau sesuai dengan ketentuan dalam gambar.
(c) Sebelum siaran dipasang adukan pasangan diantara batu–batu halus dikorek
sampai kedalaman 1-2 cm dibawah permukaan batu untuk jenis siar rata dan siar
timbul, dan 2-3 cm untuk jenis siar tenggelam, kemudian pasangan dibersihkan
dan disiram air agar terjadi ikatan yang kuat antara pasangan siaran.
5.5.2 Pasangan Batu Kosong dan Bronjong
1) Persiapan
Galian harus memenuhi ketentuan dari Bagian Pekerjaan Galian, termasuk kunci pada
tumit yang diperlukan untuk pasangan batu kosong dan bronjong. Landasan harus
dipasang sesuai dengan ketentuan. Seluruh permukaan yang disiapkan harus disetujui
oleh Direksi Pekerjaan sebelum penempatan pasangan batu kosong atau bronjong.
2) Penempatan Bronjong
(a) Keranjang bronjong harus dibentangkan dengan kuat untuk memperoleh bentuk
serta posisi yang benar dengan menggunakan batang penarik atau ulir penarik
kecil sebelum pengisian batu ke dalam kawat bronjong. Sambungan antara
keranjang haruslah sekuat seperti anyaman itu sendiri. Setiap segi enam harus
menerima paling sedikit dua lilitan kawat pengikat dan kerangka bronjong antara
segi enam tepi paling sedikit satu lilitan. Paling sedikit 15 cm kawat pengikat harus
ditinggalkan sesudah pengikatan terakhir dan dibengkokkan ke dalam keranjang.
(b) Batu harus dimasukkan satu demi satu sehingga diperoleh kepadatan maksimum
dan rongga seminimal mungkin. Bilamana tiap bronjong telah diisi setengah dari
tingginya, dua kawat berlebihan agar terjadi penurunan (settlement). Sisi luar batu
yang berhadapan dengan kawat harus mempunyai permukaan yang rata dan
bertumpu pada anyaman.
(c) Setelah pengisian, tepi dari tutup harus dibentangkan dengan batang penarik atau
ulir penarik pada permukaan atasnya dan diikat.

5 - 7
Spesifikasi Teknis

(d) Bilamana keranjang dipasang satu di atas yang lainnya, sambungan vertikal harus
dibuat berselang seling.
3) Penempatan Pasangan Batu Kosong
(a) Pasangan batu kosong harus dibuat pada pondasi yang kuat dan pada garis dan
arah yang tercantum dalam gambar atau sesuai petunjuk Direksi Pekerjaan.
(b) Lubang-lubang pada pondasi harus diisi oleh bahan yang baik dan dipadatkan
lapis per lapis setebal 15 cm. Bila pondasinya telah disetujui oleh Direksi
Pekerjaan, maka lapisan dasar berupa lapisan saringan pasir setebal 7,5 cm dan
lapis saringan kerikil diatasnya setebal 12,5 cm atau seperti tercantum dalam
gambar, harus dibuat.
(c) Bahan saringan pasir dan kerikil harus menurut Spesifikasi Teknik. Lapisan dasar
harus diletakkan dengan tebal yang sama dan cukup rata, meskipun demikian
menjadi pondasi yang kuat untuk pemasangan batu belah dan batu pecah.
(d) Batu belah dan batu pecah yang dipakai dalam pasangan batu kosong harus
diletakkan pada lapisan dasar dengan cara sedemikian rupa sehingga pasangan
batu kosong yang selesai dikerjakan menjadi stabil dan tidak akan longsor.
(e) Rongga besar yang terbuka diantara batu pecah harus dihindari. Harus
diusahakan agar semua batu belah dapat dijamin dan dipasang dengan baik pada
bidang yang datar. Batu belah harus diletakkan demikian rupa sehingga tidak
menonjol diatas garis yang dicantumkan dalam gambar atau menurut petunjuk
Direksi Pekerjaan. Semua celah dalam pasangan batu kosong harus diisi (dikunci)
dengan batu pecah yang baik. Banyaknya batu pecah yang dipakai tidak boleh
melebihi volume yang dibutuhkan untuk mengisi rongga diantara batu belah.
(f) Lapisan ijuk diatas pondasi dapat dipakai sebagai lapisan dasar sesuai dengan
persyaratan atau menurut petunjuk Direksi Pekerjaan.
(g) Lapisan penutup harus dibuat pada bagian atas pasangan batu kosong dengan
kemiringan yang layak sehingga dapat memperkuat lapisan atas pasangan batu
kosong. Lapisan penutup harus terdiri dari batu pelat pilihan yang lebar diletakkan
pada jalur dan arah yang sesuai dengan gambar atau menurut petunjuk Direksi
Pekerjaan.
4) Penimbunan Kembali
Seperti ketentuan dari Pekerjaan Bagian Timbunan.
5) Penempatan Pasangan Batu Kosong yang Diisi Adukan
(a) Seluruh permukaan batu harus dibersihkan dan dibasahi sampai jenuh sebelum
ditempatkan. Beton harus diletakkan di atas batu yang telah dipasang sebelumnya
selanjutnya batu yang baru akan diletakkan di atasnya. Batu harus ditanamkan
secara kokoh pada lereng dan dipadatkan sehingga bersinggungan dengan batu-
batu yang berdekatan sampai membentuk ketebalan pasangan batu kosong yang
diperlukan.
(b) Celah-celah antar batu dapat diisi sebagian dengan batu baji atau batu-batu kecil,
sedemikian hingga sisa dari rongga-rongga tersebut harus diisi dengan beton
sampai padat dan rapi dengan ketebalan tidak lebih dari 10 mm dari permukaan
batu-batu tersebut.
(c) Lubang sulingan (weep holes) harus dibuat sesuai dengan yang diperintahkan oleh
Direksi Pekerjaan.
(d) Pekerjaan ini harus dilengkapi peneduh dan dilembabi selama tidak kurang dari 3
hari setelah selesai dikerjakan.
5.5.3 Pasangan Batu dengan Mortar
1) Metode Pekerjaan
(a) Metoda pekerjaan saluran pasangan batu dengan mortar yang dilaksanakan setiap
satuan waktu harus dibatasi sesuai dengan tingkat kecepatan pemasangan yang
menjamin agar seluruh pekerjaan pasangan batu hanya dipasang dengan adukan
yang baru.

5 - 8
Spesifikasi Teknis

(b) Jika pasangan batu dengan mortar digunakan pada lereng sebagai pelapisan
selokan, maka pembentukan penampang selokan pada tahap awal harus dibuat
seolah-olah seperti tidak akan ada pasangan batu dengan mortar. Pemangkasan
tahap akhir hingga batas-batas yang ditentukan harus dilaksanakan sesaat
sebelum pemasangan pasangan batu dengan mortar.
2) Penyiapan Formasi atau Pondasi
(a) Formasi untuk pelapisan pasangan batu dengan mortar harus disiapkan sesuai
dengan ketentuan.
(b) Pondasi atau galian parit untuk tumit (cut off wall) dari pasangan batu dengan
mortar atau untuk struktur harus disiapkan sesuai dengan ketentuan Bagian
Galian.
(c) Landasan tembus air dan kantung saringan (filter pocket) harus disediakan jika
disyaratkan, sesuai dengan ketentuan.
3) Penyiapan Batu
(a) Batu harus dibersihkan dari bahan yang merugikan, yang dapat mengurangi
kelekatan dengan adukan.
(b) Sebelum pemasangan, batu harus dibasahi seluruh permukaannya dan diberikan
waktu yang cukup untuk proses penyerapan air sampai jenuh.
4) Pemasangan Lapisan Batu
(a) Suatu landasan dari adukan semen paling sedikit setebal 3 cm harus dipasang
pada formasi yang telah disiapkan. Landasan adukan ini harus dikerjakan sedikit
demi sedikit sedemikian rupa sehingga permukaan batu akan tertanam pada
adukan sebelum mengeras.
(b) Batu harus ditanam dengan kuat di atas landasan adukan semen sedemikian rupa
sehingga satu batu berdekatan dengan lainnya sampai mendapatkan tebal
pelapisan yang diperlukan di mana tebal ini akan diukur tegak lurus terhadap
lereng. Rongga yang terdapat di antara satu batu dengan lainnya harus diisi
adukan dan adukan ini harus dikerjakan sampai hampir sama rata dengan
permukaan lapisan tetapi tidak sampai menutupi permukaan lapisan.
(c) Pekerjaan harus dimulai dari dasar lereng menuju ke atas, dan permukaan harus
segera diselesaikan setelah pengerasan awal dari adukan dengan cara
menyapunya dengan sapu yang
(d) Permukaan yang telah selesai dikerjakan harus dirawat seperti yang disyaratkan
untuk Pekerjaan Beton dalam Pengerjaan Akhir dari Bagian Beton dari Spesifikasi
ini.
(e) Lereng yang bersebelahan dengan bahu jalan harus dipangkas dan dirapikan
untuk memperoleh bidang antar muka yang rapat dan halus dengan pasangan
batu dengan mortar sehingga akan memberikan drainase yang lancar dan
mencegah gerusan pada tepi pekerjaan pasangan batu dengan mortar.
(f) Pemasangan batu kali harus dilaksanakan dengan cara pemasangan adukan
mortar kemudian diikuti dengan batu sedemikian sehingga semua batu akan
terlapisi dengan adukan mortar. Dalam hal apapun pelaksanaan pemasangan batu
tidak boleh dilakukan dengan cara menumpuk batu terlebih dahulu batu kemudian
dituangkan adukan mortar ke atasnya.
5) Pelaksanaan Pasangan Batu Dengan Mortar Untuk Pekerjaan Struktur
(a) Tumit (cut off wall) dan struktur lainnya yang dibuat dalam galian parit di mana
terdapat kestabilan akibat daya lekat tanah atau akibat disediakannya cetakan,
harus dilaksanakan dengan mengisi galian atau cetakan dengan adukan setebal
60 % dari ukuran maksimum batu yang digunakan dan kemudian dengan segera
memasang batu di atas adukan yang belum mengeras. Selanjutnya adukan harus
segera ditambahkan dan proses tersebut diulangi sampai cetakan tersebut terisi
penuh. Adukan berikutnya harus segera ditambahkan lagi sampai ke bagian
puncak sehingga memperoleh permukaan atas yang rata.
(b) Jika bentuk batu sedemikian rupa sehingga dapat saling mengunci dengan kuat,

5 - 9
Spesifikasi Teknis

dan jika digunakan adukan yang liat, pekerjaan pasangan batu dengan mortar
untuk struktur dapat pula dibuat tanpa cetakan, sebagaimana yang diuraikan untuk
Pasangan Batu dalam Bagian Pasangan Batu dari Spesifikasi ini.
(c) Permukaan pekerjaan pasangan batu dengan mortar untuk struktur yang
terekspos harus diselesaikan dan dirawat seperti yang disyaratkan di atas untuk
pelapisan batu.
(d) Penimbunan kembali di sekeliling struktur yang telah selesai dirawat harus
ditimbun sesuai dengan ketentuan Bagian Timbunan.
5.5.4 Adukan Semen
1) Pencampuran
(a) Seluruh bahan kecuali air harus dicampur, baik dalam kotak yang rapat atau dalam
alat pencampur adukan yang disetujui, sampai campuran menunjukkan warna
yang merata, kemudian air ditambahkan dan pencampuran dilanjutkan lima
sampai sepuluh menit. Jumlah air harus sedemikian sehingga menghasilkan
adukan dengan konsistensi (kekentalan) yang diperlukan tetapi tidak boleh
melebihi 70 % dari berat semen yang digunakan.
(b) Adukan semen dicampur hanya dalam kuantitas yang diperlukan untuk
penggunaan langsung. Jika diperlukan, adukan semen boleh diaduk kembali
dengan air dalam waktu 30 menit dari proses pengadukan awal. Pengadukan
kembali setelah waktu tersebut tidak diperbolehkan.
(c) Adukan semen yang tidak digunakan dalam 45 menit setelah air ditambahkan
harus dibuang.
2) Pemasangan
(a) Permukaan yang akan menerima adukan semen harus dibersihkan dari minyak
atau lempung atau bahan terkontaminasi lainnya dan telah dibasahi sampai
merata sebelum adukan semen ditempatkan. Air yang tergenang pada permukaan
harus dikeringkan sebelum penempatan adukan semen.
(b) Jika digunakan sebagai lapis permukaan, adukan semen harus ditempatkan pada
permukaan yang bersih dan lembab dengan jumlah yang cukup sehingga
menghasilkan tebal adukan minimum 1,5 cm dan harus dibentuk menjadi
permukaan yang halus dan rata.

5.6. PENGENDALIAN MUTU


Pengendalian mutu yang perlu diperhatikan dalam pedoman spesifikasi teknis pekerjaan
pasangan harus memuat :
5.6.1 Pasangan Batu
1) Penerimaan Bahan
Bahan yang diterima harus diperiksa oleh pengawas penerimaan bahan dengan
mengecek/memeriksa bukti tertulis yang menunjukkan bahwa bahan-bahan yang telah
diterima harus sesuai dengan ketentuan persyaratan bahan.
2) Ketentuan Lubang Sulingan dan Delatasi (Pasangan Batu)
(a) Dinding dari pasangan batu harus dilengkapi dengan lubang sulingan. Kecuali
ditunjukkan lain pada Gambar atau diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan, lubang
sulingan harus ditempatkan dengan jarak antara tidak lebih dari 2 m dari sumbu
satu ke sumbu lainnya dan harus berdiameter 50 mm.
(b) Pada struktur panjang yang menerus seperti dinding penahan tanah, maka
delatasi harus dibentuk untuk panjang struktur tidak lebih dari 20 m. Delatasi harus
30 mm lebarnya dan harus diteruskan sampai seluruh tinggi dinding. Batu yang
digunakan untuk pembentukan sambungan harus dipilih sedemikian rupa sehingga
membentuk sambungan tegak yang bersih dengan dimensi yang disyaratkan di
atas.
(c) Timbunan di belakang delatasi haruslah dari bahan Drainase Porous berbutir kasar
dengan gradasi menerus yang dipilih sedemikian hingga tanah yang ditahan tidak

5 - 10
Spesifikasi Teknis

dapat hanyut jika melewatinya, juga bahan Drainase Porous tidak hanyut melewati
sambungan.
3) Pekerjaan Akhir Pasangan Batu
(a) Sambungan antar batu pada permukaan harus dikerjakan hampir rata dengan
permukaan pekerjaan, tetapi tidak sampai menutup batu, sebagaimana pekerjaan
dilaksanakan.
(b) Terkecuali disyaratkan lain, permukaan horisontal dari seluruh pasangan batu
harus dikerjakan dengan tambahan adukan tahan cuaca setebal 2 cm, dan
dikerjakan sampai permukaan tersebut rata, mempunyai lereng melintang yang
dapat menjamin pengaliran air hujan, dan sudut yang dibulatkan. Lapisan tahan
cuaca tersebut harus dimasukkan ke dalam dimensi struktur yang disyaratkan.
(c) Segera setelah batu ditempatkan, dan sewaktu adukan masih baru, seluruh
permukaan batu harus dibersihkan dari bekas adukan.
(d) Permukaan yang telah selesai harus dirawat seperti yang disyaratkan untuk
Pekerjaan Beton
(e) Jika pekerjaan pasangan batu yang dihasilkan cukup kuat, dan dalam waktu yang
tidak lebih dini dari 14 hari setelah pekerjaan pasangan selesai dikerjakan,
penimbunan kembali harus dilaksanakan seperti disyaratkan, atau seperti
diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan, sesuai dengan ketentuan yang berkaitan
dengan Bagian Pekerjaan Timbunan.
(f) Lereng yang bersebelahan dengan bahu jalan harus dipangkas dan untuk
memperoleh bidang antar muka rapat dan halus dengan pasangan batu sehingga
akan memberikan drainase yang lancar dan mencegah gerusan pada tepi
pekerjaan pasangan batu.
4) Perbaikan dari Pekerjaan yang Tidak memuaskan atau Rusak
(a) Pekerjaan pasangan batu yang tidak memenuhi toleransi yang diberikan di atas
harus diperbaiki oleh Penyedia Jasa dengan biaya sendiri, dengan cara yang
diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan.
(b) Penyedia Jasa harus bertanggung jawab atas kestabilan dan keutuhan dari semua
pekerja yang telah diselesaikannya dan harus dengan biayanya sendiri untuk
menukar dan mengganti setiap bagian yang rusak atau tidak baik, yang menurut
Direktur Pekerjaan disebabkan oleh kelalaian Penyedia Jasa. Penyedia Jasa tidak
diminta pertanggungjawabannya terhadap kerusakan akibat bencana alam, seperti
angin topan atau tanah longsor yang tidak dapat dihindari di tempat pekerjaan,
asalkan pekerjaan tersebut telah diterima dan dinyatakan secara tertulis bisa
diterima alasannya oleh Direksi Pekerjaan.
5.6.2 Pasangan Batu Kosong dan Bronjong
Bahan yang diterima harus diperiksa oleh pengawas penerimaan bahan dengan
mengecek/memeriksa bukti tertulis yang menunjukkan bahwa bahan-bahan yang telah
diterima harus sesuai dengan ketentuan persyaratan bahan di atas
5.6.3 Pasangan Batu dengan Mortar
1) Penerimaan Bahan
Bahan yang diterima harus diperiksa oleh pengawas penerimaan bahan dengan
mengecek/memeriksa bukti tertulis yang menunjukkan bahwa bahan-bahan yang telah
diterima sesuai dengan ketentuan persyaratan bahan di atas.
2) Perbaikan Terhadap Pekerjaan Yang Tidak Memenuhi Ketentuan
(a) Pekerjaan pasangan batu dengan mortar yang tidak memenuhi toleransi yang
disyaratkan dalam persyaratan bahan di atas dari Spesifikasi ini harus diperbaiki
oleh Penyedia Jasa dengan biaya sendiri dan dengan cara yang diperintahkan
oleh Direksi Pekerjaan.
(b) Jika kestabilan dan keutuhan dari pekerjaan yang telah diselesaikan terganggu
atau rusak, yang menurut pendapat Direksi Pekerjaan diakibatkan oleh kelalaian
Penyedia Jasa, maka Penyedia Jasa harus mengganti dengan biayanya sendiri

5 - 11
Spesifikasi Teknis

untuk setiap pekerjaan yang terganggu atau rusak. Penyedia Jasa tidak
bertanggungjawab atas kerusakan yang timbul berasal dari alam seperti angin
topan atau pergeseran lapisan tanah yang tidak dapat dihindarkan, dengan
syarat pekerjaan yang rusak tersebut telah diterima dan dinyatakan secara tertulis
oleh Direksi Pekerjaan telah selesai.
3) Pemeliharaan Pekerjaan Yang Telah Diterima
Tanpa mengurangi kewajiban Penyedia Jasa untuk melaksanakan perbaikan terhadap
pekerjaan yang tidak memenuhi ketentuan atau gagal sebagaimana disyaratkan di
atas, Penyedia Jasa juga harus bertanggungjawab atas pemeliharaan rutin dari semua
pekerjaan pasangan batu dengan mortar untuk drainase yang telah selesai dan diterima
selama sisa Periode Kontrak termasuk Periode Pemeliharaan. Pekerjaan pemeliharaan
rutin tersebut harus dilaksanakan dan harus dibayar terpisah.
5.6.4 Adukan Semen
1) Adukan Semen
Adukan yang digunakan untuk pekerjaan akhir atau perbaikan kerusakan pada
pekerjaan beton, sesuai dengan Pasal yang bersangkutan dari Spesifikasi ini, harus
terdiri dari semen dan pasir halus yang dicampur dalam proporsi yang sama dalam
beton yang sedang dikerjakan atau diperbaiki. Adukan yang disiapkan harus memiliki
kuat tekan yang memenuhi ketentuan yang disyaratkan untuk beton dimana adukan
semen dipakai.
2) Adukan Semen untuk Pasangan
Kecuali diperintahkan lain oleh Direksi Pekerjaan, adukan semen untuk pasangan harus
mempunyai kuat tekan paling sedikit 50 kg/cm2 pada umur 28 hari. Dalam adukan
semen tersebut kapur tohor dapat ditambahkan sebanyak 10% berat semen.

5.7. PENGUKURAN DAN PEMBAYARAN


Pengukuran dan pembayaran yang perlu diperhatikan dalam pedoman spesifikasi teknis
pekerjaan pasangan harus memuat :
5.7.1 Pengukuran
1) Pasangan Batu
(a) Pasangan batu harus diukur untuk pembayaran dalam meter kubik sebagai volume
pekerjaan yang diselesaikan dan diterima, dihitung sebagai volume teoritis yang
ditentukan oleh garis dan penampang yang disyaratkan dan disetujui.

(b) Setiap bahan yang dipasang sampai melebihi volume teoritis yang disetujui harus
tidak diukur atau dibayar.
(c) Landasan rembes air (permeable bedding), penimbunan kembali dengan bahan
porous atau kantung penyaring harus diukur dan dibayar sebagai Drainase
Porous. Tidak ada pengukuran atau pembayaran terpisah yang harus dilakukan
untuk penyediaan atau pemasangan lubang sulingan atau pipa, juga tidak untuk
acuan lainnya atau untuk galian dan penimbunan kembali yang diperlukan.
2) Pasangan Batu Kosong dan Bronjong
Kuantitas yang diukur untuk pembayaran haruslah jumlah meter kubik dari bronjong
atau pasangan batu kosong lengkap di tempat dan diterima. Dimensi yang digunakan
untuk menghitung kuantitas ini haruslah dimensi nominal dari masing- masing
keranjang bronjong atau pasangan batu kosong seperti yang diuraikan dalam Gambar
atau sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan.
3) Pasangan Batu dengan Mortar
(a) Pekerjaan pasangan batu dengan mortar harus diukur untuk pembayaran dalam
meter kubik sebagai volume nominal pekerjaan yang selesai dan diterima.
(b) Pekerjaan pasangan batu dengan mortar untuk pelapisan pada selokan dan
saluran air, atau pelapisan pada permukaan lainnya, volume nominal harus
ditentukan dari luas permukaan terekspos dari pekerjaan yang telah selesai

5 - 12
Spesifikasi Teknis

dikerjakan dan tebal nominal lapisan untuk pelapisan. Untuk keperluan


pembayaran, tebal nominal lapisan harus diambil yang terkecil dari berikut ini :
i. Tebal yang ditentukan seperti yang ditunjukkan pada Gambar atau
diperintahkan Direksi Pekerjaan;
ii. Tebal aktual rata-rata yang dipasang seperti yang ditentukan dalam
pengukuran lapangan.
(c) Pekerjaan pasangan batu dengan mortar yang digunakan bukan untuk pelapisan,
volume nominal untuk pembayaran harus dihitung sebagai volume teoritis yang
ditetapkan dari garis dan penampang yang ditentukan atau disetujui.
4) Adukan Semen
Adukan semen tidak akan diukur untuk pembayaran yang terpisah. Pekerjaan ini harus
dianggap sebagai pelengkap terhadap berbagai jenis pekerjaan yang diuraikan dalam
Spesifikasi ini.
5.7.2 Dasar Pembayaran
Kuantitas, ditentukan sebagaimana diuraikan di atas, harus dibayar dengan Harga Kontrak
per satuan dari pengukuran untuk Mata Pembayaran yang terdaftar di bawah dan
ditunjukkan dalam Daftar Kuantitas dan Harga, dimana harga dan pembayaran tersebut
harus merupakan kompensasi penuh untuk penyediaan dan pemasangan semua bahan,
untuk galian yang diperlukan dan penyiapan seluruh formasi atau pondasi, untuk pembuatan
lubang sulingan dan sambungan konstruksi, untuk pemompaan air, untuk penimbunan
kembali sampai elevasi tanah asli dan pekerjaan akhir dan untuk semua pekerjaan lainnya
atau biaya lain yang diperlukan atau lazim untuk penyelesaian yang sebagaimana mestinya
dari pekerjaan yang diuraikan dalam Bagian ini.

Nomor Mata Satuan


Uraian
Pembayaran Pengukuran
1. Pasangan Batu Meter Kubik
2. Pekerjaan Plesteran Meter Persegi
3. Pekerjaan Siaran Meter Persegi
4. Pasangan Batu Kosong yang Diisi Adukan Meter Kubik
5. Pasangan Batu Kosong Meter Kubik
6. Bronjong Meter Kubik
7. Pasangan Batu dengan Mortar untuk saluran Meter Kubik

5 - 13
Spesifikasi Teknis

Volume I : Umum
Bagian - 6 : Pekerjaan Pemancangan

6.1. RUANG LINGKUP


Pedoman ini menetapkan ketentuan dan persyaratan, metode kerja pelaksanaan,
pengendalian mutu serta pengukuran dan pembayaran untuk pekerjaan pemancangan.
Pedoman ini mencakup turap yang disediakan dan dipancang atau ditempatkan sesuai
dengan spesifikasi ini, dan sedapat mungkin mendekati gambar menurut penetrasi atau
kedalamannya sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan. Pekerjaan ini
mencakup turap kayu, turap baja, dan turap beton pracetak.
Pedoman ini mencakup tiang pancang yang disediakan dan dipancang atau ditempatkan
sesuai dengan Spesifikasi ini, dan sedapat mungkin mendekati Gambar menurut penetrasi
atau ke dalamannya sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan.

6.2. ACUAN NORMATIF


Standar Nasional Indonesia (SNI) :
- SNI 07-0722-1989 : Baja Canai Panas untuk Konstruksi Umum
- SNI 03-3448-1994 : Tata cara penyambungan tiang pancang beton pracetak
penampang persegi dengan sistem monolit bahan epoxy
- SNI 03-4434-1997 : Spesifikasi tiang pancang beton prategang untuk pondasi
jembatan ukuran (30x30, 35x35, 40x40) cm2, panjang
10- 20 meter dengan baja tulangan BJ 24 dan BJ 40
ASTM dan AASHTO :
- ASTM A252 : Steel Pipe
- AASHTO M183-90 : Structural Steel
- AASHTO M168-96 (1999) : Wood Products
- AASHTO M202M-02 : Steel Sheet Piling.
- AASHTO M133-04 : Preservatives and Pressure Treatment Process for
Timber.
6.3. ISTILAH DAN DEFINISI
6.3.1 Aksi adalah penyebab terjadinya tegangan atau deformasi pada struktur.
6.3.2 Beban adalah suatu gaya yang bekerja dari luar.
6.3.3 Cast in place adalah suatu cara dimana tiang dicetak menurut lubang pada tanah yang
berbentuk seperti tiang, kemudian ke dalam lubang ini dituangkan adukan beton
6.3.4 Daktilitas adalah kemampuan struktur/komponennya untuk melakukan deformasi inelastis
bolak-balik berulang di luar batas titik leleh pertama, sambil mempertahankan sejumlah besar
kemampuan daya dukung bebannya.
6.3.5 Driving Cap adalah topi pemancang yang dipasang pada tiang pancang, untuk
mempertahankan sumbu tiang pancang agar segaris dengan sumbu palu.
6.3.6 Faktor reduksi adalah suatu faktor yang dipakai untuk mengalikan kuat nominal untuk
mendapatkan kuat rencana.
6.3.7 Gaya tarik tiang yang dijinkan adalah suatu harga yang diperoleh dengan membagi gaya
tarik maksimum sebuah tiang dengan faktor keamanan
6.3.8 Keadaan batas adalah setiap kondisi batas, yang di luar batas ini struktur tidak akan dapat
lagi memenuhi fungsi yang direncanakan.
6.3.9 Komponen struktur tak bergoyang adalah komponen struktur, yang perpindahan
transversal satu ujung terhadap ujung lainnya pada komponen struktur vertikal dikekang
secara efektif.
6.3.10 Las tumpul penetrasi penuh adalah suatu las tumpul yang fungsinya terjadinya di antara
material las dan metal induk, meliputi seluruh ketebalan sambungan las.

6 - 1
Spesifikasi Teknis

6.3.11 Las tumpul penetrasi sebagian adalah suatu las tumpul yang kedalaman penetrasinya
kurang dari seluruh ketebalan sambungan.
6.3.12 Pengaruh beban adalah gaya-dalam / momen lentur akibat aksi atau beban-beban yang
bekerja.
6.3.13 Pengencangan penuh adalah suatu metode memasang dan menarik suatu baut.
6.3.14 Pembebanan gaya sebidang adalah pembebanan yang gaya-gaya rencana dan momen
lenturnya bekerja pada bidang sambungan, sehingga efek aksi rencana yang bekerja pada
komponen sambungan hanya berbentuk gaya geser saja.
6.3.15 Pondasi tiang adalah suatu konstruksi pondasi yang mampu menahan gaya orthogonal ke
sumbu tiang dengan jalan menyerap lenturan
6.3.16 Rasio kelangsingan geometri adalah rasio kelangsingan geometri (Lk/r), diambil sebagai
panjang efektif (Lk) dibagi jari-jari girasi (r), yang dihitung untuk penampang kotor terhadap
sumbu yang relevan.
6.3.17 Sambungan tipe tumpu adalah sambungan yang terjadi dengan menggunakan baut/baut
mutu tinggi yang dikencangkan menurut batas tarik baut minimum tertentu, sehingga gaya-
gaya rencana dipindahkan dengan tumpuan dan gesekan pada baut dan elemen-elemen
sambungan pada keadaan kekuatan batas.
6.3.18 Sambungan tipe geser adalah sambungan yang didapat dengan menggunakan baut mutu
tinggi yang dikencangkan menurut batas tarik minimum tertentu sehingga hasil aksi jepitan
menyalurkan gaya geser rencana pada keadaan batas layan yang bekerja pada bidang
kontak bersama akibat gesekan yang terjadi antara bidang-bidang kontak.
6.3.19 Turap adalah konstruksi yang dapat menahan tekanan tanah di sekelilingnya, mencegah
terjadinya kelongsoran, dan biasanya terdiri dari dinding turap dan penyangganya.

6.4. KETENTUAN DAN PERSYARATAN


Ketentuan dan persyaratan umum yang perlu diperhatikan dalam pedoman spesifikasi teknis
pekerjaan pemancangan harus memuat :
6.4.1 Toleransi
1) Pekerjaan Turap
a) Lokasi Kepala Turap
- Turap harus ditempatkan sebagaimana yang ditunjukkan dalam gambar.
- Penggeseran lateral kepala turap dari posisi yang ditentukan tidak boleh
melampaui 75 mm dalam segala arah.
b) Turap Beton Pracetak
Toleransi harus sesuai dengan toleransi beton prategang.
2) Pekerjaan Pondasi Tiang
a) Lokasi Kepala Tiang Pancang
Tiang pancang harus ditempatkan sebagaimana yang ditunjukkan dalam Gambar.
Penggeseran lateral kepala tiang pancang dari posisi yang ditentukan tidak boleh
melampaui 75 mm dalam segala arah.
b) Kemiringan Tiang Pancang
Penyimpangan arah vertikal atau kemiringan yang disyaratkan tidak boleh lebih
melampaui 20 mm per meter (yaitu 1 dalam 50).
c) Kelengkungan (bow)
- Kelengkungan tiang pancang beton cor langsung di tempat harus tidak boleh
melampaui 0,01 dari panjang suatu tiang pancang dalam segala arah;
- Kelengkungan lateral tiang pancang baja tidak boleh melampaui 0,0007 dari
panjang total tiang pancang.

6 - 2
Spesifikasi Teknis

d) Tiang Bor Beton Cor Langsung Di Tempat


Garis tengah lubang bor tanpa selubung (casing) harus +0 sampai + 5% dari
diameter nominal pada setiap posisi.
e) Tiang Pancang Beton Pracetak
Toleransi harus sesuai dengan toleransi dari Bagian Beton Prategang dari
Spesifikasi ini.
6.4.2 Persyaratan Bahan
1) Pekerjaan Turap
a) Kayu.
Kayu untuk turap, kecuali ditunjukkan lain dalam gambar, harus diberi bahan
pengawet. Tiang tiang pancang harus terbuat dari kayu yang digergaji atau
ditebang, dengan sudut-sudut persegi. Turap kayu harus seluruhnya keras dan
bebas dari kerusakan, mata kayu, bagian yang tidak keras atau akibat serangan
serangga. Pengawetan harus sesuai dengan AASHTO M133-04. Semen harus
memenuhi ketentuan dalam SNI 15-2049-1994
b) Beton pracetak
Turap beton pracetak harus memenuhi ketentuan beton prategang
c) Baja
Baja yang digunakan mempunyai minimal kekuatan tarik 415 MPa dan titik lelehnya
250 MPa. Turap Baja harus memenuhi ketentuan baja struktur, SNI 07-0722-1989
dan AASHTO M202-02. Agregat halus harus memenuhi ketentuan dalam AASHTO
M45-04.
d) Sepatu dan Sambungan Turap
Sepatu dan sambungan tiang pancang harus seperti yang ditunjukkan dalam
Gambar atau sebagaimana yang disetujui oleh Direksi Pekerjaan.
2) Pekerjaan Pondasi Tiang
a) Kayu
Kayu untuk tiang pancang penahan beban (bukan cerucuk) dapat diawetkan atau
tidak diawetkan, dan dapat dipangkas sampai membentuk penampang yang tegak
lurus terhadap panjangnya atau berupa batang pohon lurus sesuai bentuk aslinya.
Selanjutnya semua kulit kayu harus dibuang.
Tiang pancang kayu harus seluruhnya keras dan bebas dari kerusakan, mata kayu,
bagian yang tidak keras atau akibat serangan serangga. Pengawetan harus sesuai
dengan AASHTO M133 - 04.
Cerucuk kayu harus terbuat dari jenis, diameter dan mutu yang ditunjukkan dalam
Gambar.
b) Beton
Jika beton akan dicor di dalam air, seperti halnya dengan tiang beton cor langsung
di tempat, maka beton harus dicor dengan cara tremi dan harus mempunyai slump
yang tidak kurang dari 15 cm serta kadar semen minimum 400 kg per meter kubik
beton.
c) Baja Tulangan
Baja tulangan harus memenuhi ketentuan dari Bagian Baja Tulangan
d) Tiang Pancang Beton Prategang Pracetak
Tiang pancang beton prategang pracetak harus memenuhi ketentuan dari Bagian
Beton Prategang
e) Tiang Pancang Baja Struktur

6 - 3
Spesifikasi Teknis

Baja harus memenuhi ketentuan dari Bagian Baja Struktur dan AASHTO M183- 90.
f) Pipa Baja
Pipa baja yang akan diisi dengan beton harus memenuhi ketentuan dari ASTM A252
Grade 2. Pelat penutup untuk menutup ujung tiang pancang harus memenuhi
ketentuan dari AASHTO M183-90 (ASTM A36).
Pipa baja harus mempunyai garis tengah sebagaimana yang ditunjukkan dalam
Gambar. Kecuali ditunjukkan lain dalam Gambar, tebal dinding tidak boleh kurang
dari 4,8 mm. Pipa baja termasuk penutup ujung, harus mempunyai kekuatan yang
cukup untuk dipancang dengan metode yang ditentukan tanpa distorsi.
Pelat penutup dan las penyambung tidak boleh menonjol ke luar dari keliling ujung
tiang pancang.
g) Sepatu dan Sambungan Tiang Pancang
Sepatu dan sambungan tiang pancang harus seperti yang ditunjukkan dalam
Gambar atau sebagaimana yang disetujui oleh Direksi Pekerjaan.
6.4.3 Persyaratan Kerja
1) Pengajuan Kesiapan Kerja Pekerjaan Pemancangan
Sebelum memulai suatu pekerjaan pemancangan, Penyedia Jasa harus mengajukan
kepada Direksi Pekerjaan hal-hal sebagai berikut :
a) Program yang terinci untuk pekerjaan pemancangan.
b) Rincian metode yang diusulkan untuk pemancangan bersama dengan peralatan
yang akan digunakan.
c) Perhitungan rancangan, termasuk rumus penumbukan, yang menunjukkan
kapasitas tiang pancang bilamana penumbukan menggunakan peralatan yang
diusulkan oleh Penyedia Jasa.
d) Usulan untuk pengujian pembebanan tiang pancang. Usulan ini mencakup metode
pemberian beban, pengukuran beban dan penurunan serta penyajian data yang
diusulkan.
e) Persetujuan tertulis dari Direksi Pekerjaan untuk pengajuan tersebut di atas harus
diperoleh terlebih dahulu sebelum memulai setiap pekerjaan pemancangan.

6.5. PELAKSANAAN PEKERJAAN


Pelaksanaan pekerjaan yang perlu diperhatikan dalam pedoman spesifikasi teknis pekerjaan
pemancangan harus memuat :
6.5.1 Pekerjaan Turap
1) Turap kayu
a) Umum
Setiap turap kayu harus diperiksa terlebih dahulu sebelum dipancang untuk
memastikan bahwa turap kayu tersebut memenuhi ketentuan dari bahan dan
toleransi yang diijinkan.
b) Kepala Turap
Sebelum pemancangan, tindakan pencegahan kerusakan pada kepala turap harus
diambil. Pencegahan ini dapat dilakukan dengan pemangkasan kepala turap sampai
penampang melintang menjadi bulat dan tegak lurus terhadap panjangnya dan
memasang cincin baja atau besi yang kuat atau dengan metode lainnya yang lebih
efektif. Setelah pemancangan, kepala turap harus dipotong tegak lurus terhadap
panjangnya sampai bagian kayu yang keras.
c) Sepatu Turap
Turap harus dilengkapi dengan sepatu yang sesuai untuk melindungi ujungnya
selama pemancangan, kecuali bilamana seluruh pemancangan dilakukan pada
tanah yang lunak. Posisi sepatu harus benar-benar sentris (pusat sepatu sama

6 - 4
Spesifikasi Teknis

dengan pusat turap) dan dipasang dengan kuat pada ujungnya. Bidang kontak
antara sepatu dan kayu harus cukup untuk menghindari tekanan yang berlebihan
selama pemancangan.
d) Penyambungan
Bilamana diperlukan untuk menggunakan turap yang terdiri dari dua batang atau
lebih, permukaan ujungnya harus dipotong sampai tegak lurus terhadap panjangnya
untuk menjamin bidang kontak seluas seluruh penampang tiang pancang. Pada
turap yang digergaji, sambungannya harus diperkuat dengan kayu atau pelat
penyambung baja, atau profil baja seperti profil kanal atau profil siku yang dilas
menjadi satu membentuk kotak yang dirancang untuk memberikan kekuatan yang
diperlukan. turap harus diperkuat dengan baja penyambung. Sambungan di dekat
titik-titik yang mempunyai lendutan maksimum harus dihindarkan.
2) Turap beton pracetak
a) Umum
Turap harus dirancang, dicor dan dirawat untuk memperoleh kekuatan yang
diperlukan sehingga tahan terhadap pengangkutan, penanganan, dan tekanan
akibat pemancangan tanpa kerusakan. Baja tulangan harus disediakan untuk
menahan tegangan yang terjadi akibat pengangkatan, Penyusunan dan
pengangkutan tiang pancang maupun tegangan yang terjadi akibat pemancangan
dan beban-beban yang didukung. Selimut beton tidak boleh kurang dari 40 mm
dan bilamana tiang pancang terekspos terhadap air laut atau pengaruh korosi
lainnya, selimut beton tidak boleh kurang dari 50 mm.
b) Penyambungan
Penyambungan tiang pancang harus dihindarkan bilamana memungkinkan.
Bilamana perpanjangan tiang pancang tidak dapat dihindarkan, Penyedia Jasa
harus menyerahkan metode penyambungan kepada Direksi Pekerjaan untuk
mendapat persetujuan. Tidak ada penyambungan tiang pancang sampai metode
penyambungan disetujui secara tertulis dari Direksi Pekerjaan.
c) Sepatu tiang pancang
Tiang pancang harus dilengkapi dengan sepatu yang datar atau mempunyai sumbu
yang sama (co-axial), jika dipancang masuk ke dalam atau menembus jenis tanah
seperti batu, kerikil kasar, tanah liat dengan berangkal, dan tanah jenis lainnya yang
mungkin dapat merusak ujung tiang pancang beton. Sepatu tersebut dapat terbuat
dari baja atau besi tuang. Untuk tanah liat atau pasir yang seragam, sepatu tersebut
dapat ditiadakan. Luas ujung sepatu harus sedemikian rupa sehingga tegangan
dalam beton pada bagian tiang pancang ini masih dalam batas yang aman seperti
yang disetujui oleh Direksi Pekerjaan
d) Pembuatan dan perawatan
Tiang pancang dibuat dan dirawat sesuai dengan ketentuan beton dan baja
tulangan dari spesifikasi ini. Waktu yang diijinkan untuk memindahkan turap harus
ditentukan dengan menguji empat buah benda uji yang telah dibuat dari campuran
yang sama dan dirawat dengan cara yang sama seperti tiang pancang tersebut.
Turap tersebut dapat dipindahkan bilamana pengujian kuat tekan pada keempat
benda uji menunjukkan kekuatan yang lebih besar dari tegangan yang terjadi pada
tiang pancang yang dipindahkan, ditambah dampak dinamis yang diperkirakan dan
dikalikan dengan faktor keamanan, semuanya harus berdasarkan persetujuan dari
Direksi Pekerjaan. Tidak ada turap yang akan dipancang sebelum berumur paling
sedikit 28 hari atau telah mencapai kekuatan minimum yang disyaratkan. Setiap
turap harus ditandai dengan tanggal pengecoran dan panjangnya, ditulis dengan
jelas dekat dekat kepala tiang pancang. Penyedia Jasa dapat menggunakan semen
yang cepat mengeras untuk membuat turap. Penyedia Jasa harus memberitahu
secara tertulis kepada Direksi Pekerjaan atas penggunaan jenis dan pabrik pembuat
semen yang diusulkan. Semen yang demikian tidak boleh digunakan sebelum

6 - 5
Spesifikasi Teknis

disetujui oleh Direksi Pekerjaan. Periode dan ketentuan perlindungan sebelum


pemancangan harus sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan.
3) Turap baja
a) Umum
Pada umumnya, turap baja struktur harus berupa profil baja yang harus sesuai
dengan AASHTO M202-02.
b) Perlindungan Terhadap Korosi
Bilamana korosi pada turap baja mungkin dapat terjadi, maka panjang atau ruas-
ruasnya yang mungkin terkena korosi harus dilindungi dengan galvanis sesuai
AASHTO M111-04 atau dengan pengecatan menggunakan lapisan pelindung yang
telah disetujui dan/atau digunakan logam yang lebih tebal bilamana daya korosi
dapat diperkirakan dengan akurat dan beralasan. Umumnya seluruh panjang tiang
baja yang terekspos, dan setiap panjang yang terpasang dalam tanah yang
terganggu di atas muka air terendah, harus dilindungi dari korosi.
c) Kepala Tiang pancang
Sebelum pemancangan, kepala tiang pancang harus dipotong tegak lurus terhadap
panjangnya dan topi pemancang (driving cap) harus dipasang untuk
mempertahankan sumbu tiang pancang segaris dengan sumbu palu. Setelah
pemancangan, pelat topi, batang baja atau pantek harus ditambatkan pada pur,
atau tiang pancang dengan panjang yang cukup harus ditanamkan ke dalam pur
(pile cap).
d) Sepatu Turap
Pada pemancangan di tanah keras, maka ujungnya dapat diperkuat dengan
menggunakan pelat baja tuang atau dengan mengelaskan pelat atau siku baja untuk
menambah ketebalan baja. Tiang pancang pipa atau kotak dapat juga dipancang
tanpa sepatu, tetapi bilamana sepatu tiang diperlukan, maka sepatu tiang ini dapat
dikerjakan dengan cara mengelaskan pelat datar atau yang dibentuk sedemikian
rupa dari pelat baja dengan mutu yang sama atau baja fabrikasi.
4) Pemancangan
Pelaksanaan pemancangan turap harus sesuai dengan pekerjaan pondasi tiang.
6.5.2 Pekerjaan Pondasi Tiang
1) Tiang Pancang Kayu
a) Umum
Semula tiang pancang kayu harus diperiksa terlebih dahulu sebelum dipancang
untuk memastikan bahwa tiang pancang kayu tersebut memenuhi ketentuan dari
bahan dan toleransi yang diijinkan.
b) Pengawetan (Tiang Pancang Kayu)
Semua kayu lunak yang digunakan untuk tiang pancang memerlukan pengawetan,
yang harus dilaksanakan sesuai dengan AASHTO M133-04 dengan menggunakan
instalasi peresapan bertekanan. Bilamana instalasi semacam ini tidak tersedia,
pengawetan dengan tangki terbuka secara panas dan dingin, harus digunakan.
Beberapa kayu keras dapat digunakan tanpa pengawetan, tetapi pada umumnya,
kebutuhan untuk mengawetkan kayu keras tergantung pada jenis kayu dan beratnya
kondisi pelayanan.
Persetujuan dari Direksi Pekerjaan secara tertulis harus diperoleh sebelum
pemancangan tiang pancang yang tidak diawetkan.
c) Kepala Tiang Pancang
Sebelum pemancangan, tindakan pencegahan kerusakan pada kepala tiang
pancang harus diambil. Pencegahan ini dapat dilakukan dengan pemangkasan
kepala tiang pancang sampai penampang melintang menjadi bulat dan tegak lurus

6 - 6
Spesifikasi Teknis

terhadap panjangnya dan memasang cincin baja atau besi yang kuat atau dengan
metode lainnya yang lebih efektif.
Setelah pemancangan, kepala tiang pancang harus dipotong tegak lurus terhadap
panjangnya sampai bagian kayu yang keras dan diberi bahan pengawet sebelum
pur (pile cap) dipasang. Bilamana tiang pancang kayu lunak membentuk pondasi
struktur permanen dan akan dipotong sampai di bawah permukaan tanah, maka
perhatian khusus harus diberikan untuk memastikan bahwa tiang pancang tersebut
telah dipotong pada atau di bawah permukaan air tanah yang terendah yang
diperkirakan.

Bilamana digunakan pur (pile cap) dari beton, kepala tiang pancang harus tertanam
dalam pur dengan kedalaman yang cukup sehingga dapat memindahkan gaya.
Tebal beton di sekeliling tiang pancang paling sedikit 15 cm dan harus diberi baja
tulangan untuk mencegah terjadinya keretakan.
d) Sepatu Tiang Pancang
Tiang pancang harus dilengkapi dengan sepatu yang cocok untuk melindungi ujung
tiang selama pemancangan, kecuali bilamana seluruh pemancangan dilakukan
pada tanah yang lunak. Posisi sepatu harus benar-benar sentris (pusat sepatu sama
dengan pusat tiang pancang) dan dipasang dengan kuat pada ujung tiang. Bidang
kontak antara sepatu dan kayu harus cukup untuk menghindari tekanan yang
berlebihan selama pemancangan.
e) Pemancangan
Pemancangan berat yang mungkin merusak kepala tiang pancang, memecah ujung
dan menyebabkan retak tiang pancang harus dihindari dengan membatasi tinggi
jatuh palu dan jumlah penumbukan pada tiang pancang. Umumnya, berat palu
harus sama dengan beratnya tiang untuk memudahkan pemancangan. Perhatian
khusus harus diberikan selama pemancangan untuk memastikan bahwa kepala
tiang pancang harus selalu berada sesumbu dengan palu dan tegak lurus terhadap
panjang tiang pancang dan bahwa tiang pancang dalam posisi yang relatif pada
tempatnya.
f) Penyambungan
Bilamana diperlukan untuk menggunakan tiang pancang yang terdiri dari dua batang
atau lebih, permukaan ujung tiang pancang harus dipotong sampai tegak lurus
terhadap panjangnya untuk menjamin bidang kontak seluas seluruh penampang
tiang pancang. Pada tiang pancang yang digergaji, sambungannya harus diperkuat
dengan kayu atau pelat penyambung baja, atau profil baja seperti profil kanal atau
profil siku yang dilas menjadi satu membentuk kotak yang dirancang untuk
memberikan kekuatan yang diperlukan. Tiang pancang bulat harus diperkuat
dengan pipa penyambung. Sambungan di dekat titik-titik yang mempunyai lendutan
maksimum harus dihindarkan.
2) Tiang Pancang Beton Pracetak
a) Umum
Tiang pancang harus dirancang, dicor dan dirawat untuk memperoleh kekuatan
yang diperlukan sehingga tahan terhadap pengangkutan, penanganan, dan tekanan
akibat pemancangan tanpa kerusakan. Tiang pancang segi empat harus mempunyai
sudut-sudut yang ditumpulkan. Pipa pancang berongga (hollow piles) harus
digunakan bilamana panjang tiang pancang yang luar biasa diperlukan.
Baja tulangan harus disediakan untuk menahan tegangan yang terjadi akibat
pengangkatan, penyusunan dan pengangkutan tiang pancang maupun tegangan
yang terjadi akibat pemancangan dan beban-beban yang didukung. Selimut beton
tidak boleh kurang dari 40 mm dan bilamana tiang pancang terekspos terhadap air
laut atau pengaruh korosi lainnya, selimut beton tidak boleh kurang dari 50 mm.
b) Penyambungan

6 - 7
Spesifikasi Teknis

Penyambungan tiang pancang harus dihindarkan bilamana memungkinkan.


Bilamana perpanjangan tiang pancang tidak dapat dihindarkan, Penyedia Jasa
harus menyerahkan metode penyambungan kepada Direksi Pekerjaan untuk
mendapat persetujuan. Tidak ada penyambungan tiang pancang sampai metode
penyambungan disetujui secara tertulis dari Direksi Pekerjaan.
c) Perpanjangan Tiang Pancang
Perpanjangan tiang pancang beton pracetak dilaksanakan dengan penyambungan
tumpang tindih (overlap) baja tulangan. Beton pada kepala tiang pancang akan
dipotong hingga baja tulangan yang tertinggal mempunyai panjang paling sedikit 40
kali diameter tulangan. Perpanjangan tiang pancang beton harus dilaksanakan
dengan menggunakan baja tulangan yang sama (mutu dan diameternya) seperti
pada tiang pancang yang akan diperpanjang. Baja spiral harus dibuat dengan
tumpang tindih sepanjang 2 kali lingkaran penuh dan baja tulangan memanjang
harus mempunyai tumpang tindih minimum 40 kali diameter.
Jika perpanjangan melebihi 1,50 m, acuan harus dibuat sedemikian hingga tinggi
jatuh pengecoran beton tak melebihi 1,50 m. Sebelum pengecoran beton, kepala
tiang pancang harus dibersihkan dari semua bahan lepas atau pecahan, dibasahi
sampai merata dan diberi adukan semen yang tipis. Mutu beton yang digunakan
sekurang-kurangnya harus beton dengan fc’ = 35 Mpa atau K-400. Semen yang
digunakan harus dari mutu yang sama dengan yang dipakai pada tiang panjang
yang akan disambung, kecuali diperintahkan lain oleh Direksi Pekerjaan.
Acuan tidak boleh dibuka sekurang-kurangnya 7 hari setelah pengecoran.
Perpanjangan tiang pancang akan dirawat dan dilindungi dengan cara yang sama
seperti tiang pancang yang akan disambung. Bilamana tiang pancang akan
diperpanjang setelah operasi pemancangan sedang berjalan, kepala tiang pancang
direncanakan tertanam dalam pur (pile cap), maka perpanjangan baja tulangan yang
diperlukan harus seperti yang ditunjukkan dalam Gambar. Jika tidak disebutkan
dalam Gambar, maka panjang tumpang tindih baja tulangan harus 40 kali diameter
untuk tulangan memanjang, kecuali diperintahkan lain oleh Direksi Pekerjaan.
d) Sepatu Tiang Pancang
Tiang pancang harus dilengkapi dengan sepatu yang datar atau mempunyai sumbu
yang sama (co-axial), jika dipancang masuk ke dalam atau menembus jenis tanah
seperti batu, kerikil kasar, tanah liat dengan berangkal, dan tanah jenis lainnya yang
mungkin dapat merusak ujung tiang pancang beton. Sepatu tersebut dapat terbuat
dari baja atau besi tuang. Untuk tanah liat atau pasir yang seragam, sepatu tersebut
dapat ditiadakan. Luas ujung sepatu harus sedemikian rupa sehingga tegangan
dalam beton pada bagian tiang pancang ini masih dalam batas yang aman seperti
yang disetujui oleh Direksi Pekerjaan.
e) Pembuatan dan Perawatan
Tiang pancang dibuat dan dirawat sesuai dengan ketentuan dari Bagian Beton dan
Bagian Baja dari Spesifikasi ini. Waktu yang diijinkan untuk memindahkan tiang
pancang harus ditentukan dengan menguji empat buah benda uji yang telah dibuat
dari campuran yang sama dan dirawat dengan cara yang sama seperti tiang
pancang tersebut. Tiang pancang tersebut dapat dipindahkan bilamana pengujian
kuat tekan pada keempat benda uji menunjukkan kekuatan yang lebih besar dari
tegangan yang terjadi pada tiang pancang yang dipindahkan, ditambah dampak
dinamis yang diperkirakan dan dikalikan dengan faktor keamanan, semuanya harus
berdasarkan persetujuan dari Direksi Pekerjaan.
Ruas tiang pancang yang akan terekspos untuk pemandangan yaitu tiang-tiang
rangka pendukung, harus diselesaikan sesuai dengan Toleransi Kedudukan pada
Bagian Beton.
Tidak ada tiang pancang yang akan dipancang sebelum berumur paling sedikit 28
hari atau telah mencapai kekuatan minimum yang disyaratkan.

6 - 8
Spesifikasi Teknis

Acuan samping dapat dibuka 24 jam setelah pengecoran beton, tetapi seluruh tiang
pancang tidak boleh digeser dalam waktu 7 hari setelah pengecoran beton, atau
lebih lama sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan. Perawatan
harus dilaksanakan selama 7 hari setelah dicor dengan mempertahankan tiang
pancang dalam kondisi basah selama jangka waktu tersebut.
Selama operasi pengangkatan, tiang pancang harus didukung pada titik seperempat
panjangnya atau sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan. Bilamana
tiang pancang tersebut akan dibuat 1,5 m lebih panjang dari pada panjang yang
disebutkan dalam Gambar, Direksi Pekerjaan akan memerintahkan menggunakan
baja tulangan dengan diameter yang lebih besar dan/atau memakai tiang pancang
dengan ukuran yang lebih besar dari yang ditunjukkan dalam Gambar.
Setiap tiang harus ditandai dengan tanggal pengecoran dan panjangnya, ditulis
dengan jelas dekat dekat kepala tiang pancang.
Penyedia Jasa dapat menggunakan semen yang cepat mengeras untuk membuat
tiang pencang. Penyedia Jasa harus memberitahu secara tertulis kepada Direksi
Pekerjaan atas penggunaan jenis dan pabrik pembuat semen yang diusulkan.
Semen yang demikian tidak boleh digunakan sebelum disetujui oleh Direksi
Pekerjaan. Periode dan ketentuan perlindungan sebelum pemancangan harus
sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan.
f) Pengupasan Kepala Tiang Pancang
Beton harus dikupas sampai pada elevasi yang sedemikian sehingga beton yang
tertinggal akan masuk ke dalam pur (pile cap) sedalam 50 mm sampai 75 mm atau
sebagaimana ditunjukkan di dalam Gambar. Untuk tiang pancang beton bertulang,
baja tulangan yang tertinggal setelah pengupasan harus cukup panjang sehingga
dapat diikat ke dalam pile cap dengan baik seperti yang ditunjukkan dalam Gambar.
Untuk tiang pancang beton prategang, kawat prategang yang tertinggal setelah
pengupasan harus dimasukkan ke dalam pile cap paling sedikit 600 mm.
Penjangkaran ini harus dilengkapi, jika perlu, dengan baja tulangan yang di cor ke
dalam bagian atas tiang pancang. Sebagai alternatif, pengikatan dapat dihasilkan
dengan baja tulangan lunak yang di cor ke dalam bagian atas dari tiang pancang
pada saat pembuatan. Pengupasan tiang pancang beton harus dilakukan dengan
hati-hati untuk mencegah pecahnya atau kerusakan lainnya pada sisa tiang
pancang. Setiap beton yang retak atau cacat harus dipotong dan diperbaiki dengan
beton baru yang direkatkan sebagaimana mestinya dengan beton yang lama.
Sisa bahan potongan tiang pancang, yang menurut pendapat Direksi Pekerjaan,
tidak perlu diamankan, harus dibuang sampai diterima oleh Direksi Pekerjaan.
3) Tiang Pancang Baja
a) Umum
Pada umumnya, tiang pancang baja struktur harus berupa profil baja gilas biasa,
tetapi tiang pancang pipa dan kotak dapat digunakan. Bilamana tiang pancang pipa
atau kotak digunakan, dan akan diisi dengan beton, mutu beton tersebut minimum
harus fc’ = 20 MPa atau K-250 dengan kadar semen seperti yang diuraikan dalam
Persyaratan Bahan Semen dalam Bagian Beton
b) Perlindungan Terhadap Korosi
Bilamana korosi pada tiang pancang baja mungkin dapat terjadi, maka panjang atau
ruasruasnya yang mungkin terkena korosi harus dilindungi dengan pengecatan
menggunakan lapisan pelindung yang telah disetujui dan/atau digunakan logam
yang lebih tebal bilamana daya korosi dapat diperkirakan dengan akurat dan
beralasan. Umumnya seluruh panjang tiang baja yang terekspos, dan setiap
panjang yang terpasang dalam tanah yang terganggu di atas muka air terendah,
harus dilindungi dari korosi.
c) Kepala Tiang Pancang

6 - 9
Spesifikasi Teknis

Sebelum pemancangan, kepala tiang pancang harus dipotong tegak lurus terhadap
panjangnya dan topi pemancang (driving cap) harus dipasang untuk
mempertahankan sumbu tiang pancang segaris dengan sumbu palu. Setelah
pemancangan, pelat topi, batang baja atau pantek harus ditambatkan pada pur,
atau tiang pancang dengan panjang yang cukup harus ditanamkan ke dalam pur
(pile cap).

d) Perpanjangan Tiang Pancang


Perpanjangan tiang pancang baja harus dilakukan dengan pengelasan. Pengelasan
harus dikerjakan sedemikian rupa hingga kekuatan penampang baja semula dapat
ditingkatkan. Sambungan harus dirancang dan dilaksanakan dengan cara
sedemikian hingga dapat menjaga alinyemen dan posisi yang benar pada ruas-ruas
tiang pancang. Bilamana tiang pancang pipa atau kotak akan diisi dengan beton
setelah pemancangan, sambungan yang dilas harus kedap air.

e) Sepatu Tiang Pancang


Pada umumnya sepatu tiang pancang tidak diperlukan pada profil H atau profil baja
gilas lainnya. Namun bilamana tiang pancang akan dipancang di tanah keras, maka
ujungnya dapat diperkuat dengan menggunakan pelat baja tuang atau dengan
mengelaskan pelat atau siku baja untuk menambah ketebalan baja. Tiang pancang
pipa atau kotak dapat juga dipancang tanpa sepatu, tetapi bilamana sepatu tiang
diperlukan, maka sepatu tiang ini dapat dikerjakan dengan cara mengelaskan pelat
datar atau yang dibentuk sedemikian rupa dari pelat baja dengan mutu yang sama
atau baja fabrikasi.

4) Pemancangan
a) Umum
Tiang pancang dapat dipancang dengan setiap jenis palu, asalkan tiang pancang
tersebut dapat menembus masuk pada ke dalaman yang telah ditentukan atau
mencapai daya dukung yang telah ditentukan, tanpa kerusakan.
Jika elevasi akhir kepala tiang pancang berada di bawah permukaan tanah asli,
maka galian harus dilaksanakan terlebih dahulu sebelum pemancangan. Perhatian
khusus harus diberikan agar dasar pondasi tidak terganggu oleh penggalian diluar
batas-batas yang ditunjukkan dalam Gambar.
Kepala tiang pancang baja harus dilindungi dengan bantalan topi atau mandrel dan
kepala tiang kayu harus dilindungi dengan cincin besi tempa atau besi non-
magnetik sebagaimana yang disyaratkan dalam Spesifikasi ini. Palu, topi baja,
bantalan topi, katrol dan tiang pancang harus mempunyai sumbu yang sama dan
harus terletak dengan tepat satu di atas lainnya. Tiang pancang termasuk tiang
pancang miring harus dipancang secara sentris dan diarahkan dan dijaga dalam
posisi yang tepat. Semua pekerjaan pemancangan harus dihadiri oleh Direksi
Pekerjaan atau wakilnya, dan palu pancang tidak boleh diganti dan dipindahkan dari
kepala tiang pancang tanpa persetujuan dari Direksi Pekerjaan atau wakilnya.
Tiang pancang harus dipancang sampai penetrasi maksimum atau penetrasi
tertentu, sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan, atau ditentukan
dengan pengujian pembebanan sampai mencapai ke dalaman penetrasi akibat
beban pengujian tidak kurang dari dua kali beban yang dirancang, yang diberikan
menerus untuk sekurang-kurangnya 60 mm. Dalam hal tersebut, posisi akhir kepala
tiang pancang tidak boleh lebih tinggi dari yang ditunjukkan dalam Gambar atau
sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan setelah pemancangan
tiang pancang uji. Posisi tersebut dapat lebih tinggi jika disetujui oleh Direksi
Pekerjaan.
Jika ketentuan rancangan tidak dapat dipenuhi, maka Direksi Pekerjaan dapat
memerintahkan untuk menambah jumlah tiang pancang dalam kelompok tersebut
sehingga beban yang dapat didukung setiap tiang pancang tidak melampaui

6 - 10
Spesifikasi Teknis

kapasitas daya dukung yang aman, atau Direksi Pekerjaan dapat mengubah
rancangan bangunan bawah jembatan bilamana dianggap perlu.
Alat pancang yang digunakan dapat dari jenis gravitasi, uap atau diesel. Untuk tiang
pancang beton, umumnya digunakan jenis uap atau diesel. Berat palu pada jenis
gravitasi sebaiknya tidak kurang dari jumlah berat tiang beserta topi pancangnya,
tetapi sama sekali tidak boleh kurang dari setengah jumlah berat tiang total beserta
topi pancangnya ditambah 500 kg dan minimum 2,2 ton untuk tiang pancang beton.
Untuk tiang pancang baja, berat palu harus dua kali berat tiang total beserta topi
pancangnya.
Tinggi jatuh palu tidak boleh melampaui 2,5 meter atau sebagaimana yang
diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan. Alat pancang dengan jenis gravitasi, uap atau
diesel yang disetujui, harus mampu memasukkan tiang pancang tidak kurang dari 3
mm untuk setiap pukulan pada 15 cm dari akhir pemancangan dengan daya dukung
yang diinginkan sebagaimana yang ditentukan dari rumus pemancangan yang
disetujui, yang digunakan oleh Penyedia Jasa. Energi total alat pancang tidak boleh
kurang dari 970 kgm per pukulan, kecuali untuk tiang pancang beton sebagaimana
disyaratkan di bawah ini.
Alat pancang uap, angin atau diesel yang dipakai memancang tiang pancang beton
harus mempunyai energi per pukulan, untuk setiap gerakan penuh dari pistonnya
tidak kurang dari 635 kgm untuk setiap meter kubik beton tiang pancang tersebut.
Penumbukan dengan gerakan tunggal (single acting) atau palu yang dijatuhkan
harus dibatasi sampai 1,2 meter dan lebih baik 1 meter. Penumbukan dengan tinggi
jatuh yang lebih kecil harus digunakan bilamana terdapat kerusakan pada tiang
pancang. Contoh-contoh berikut ini adalah kondisi yang dimaksud :
(a) Jika terdapat lapisan tanah keras dekat permukaan tanah yang harus ditembus
pada saat awal pemancangan untuk tiang pancang yang panjang;
(b) Jika terdapat lapisan tanah lunak yang dalam sedemikian hingga penetrasi
yang dalam terjadi pada setiap penumbukan;
(c) Jika tiang pancang diperkirakan sekonyong-konyongnya akan mendapat
penolakan akibat batu atau tanah yang benar-benar tak dapat ditembus lainnya.
Jika serangkaian penumbukan tiang pancang untuk 10 kali pukulan terakhir telah
mencapai hasil yang memenuhi ketentuan, penumbukan ulangan harus
dilaksanakan dengan hati-hati, dan pemancangan yang terus menerus setelah tiang
pancang hampir berhenti penetrasi harus dicegah, terutama jika digunakan palu
berukuran sedang.
Setiap perubahan yang mendadak dari kecepatan penetrasi yang tidak dapat
dianggap sebagai perubahan biasa dari sifat alamiah tanah harus dicatat dan
penyebabnya harus dapat diketahui, bila memungkinkan, sebelum pemancangan
dilanjutkan.
Tidak diperkenankan memancang tiang pancang dalam jarak 6 m dari beton yang
berumur kurang dari 7 hari. Bilamana pemancangan dengan menggunakan palu
yang memenuhi ketentuan minimum, tidak dapat memenuhi Spesifikasi, maka
Penyedia Jasa harus menyediakan palu yang lebih besar dan/atau menggunakan
water jet atas biaya sendiri.
b) Penghantar Tiang Pancang (Leads)
Penghantar tiang pancang harus dibuat sedemikian hingga dapat memberikan
kebebasan bergerak untuk palu dan penghantar ini harus diperkaku dengan tali atau
palang yang kaku agar dapat memegang tiang pancang selama pemancangan.
Kecuali jika tiang pancang dipancang dalam air, penghantar tiang pancang,
sebaiknya mempunyai panjang yang cukup sehingga penggunaan bantalan topi
tiang pancang panjang tidak diperlukan. Penghantar tiang pancang miring
sebaiknya digunakan untuk pemancangan tiang pancang miring.
c) Bantalan Topi Tiang Pancang Panjang (Followers)

6 - 11
Spesifikasi Teknis

Pemancangan tiang pancang dengan bantalan topi tiang pancang panjang sedapat
mungkin harus dihindari, dan hanya akan dilakukan dengan persetujuan tertulis dari
Direksi Pekerjaan.
d) Tiang Pancang yang Naik
Jika tiang pancang mungkin naik akibat naiknya dasar tanah, maka elevasi kepala
tiang pancang harus diukur dalam interval waktu dimana tiang pancang yang
berdekatan sedang dipancang. Tiang pancang yang naik sebagai akibat
pemancangan tiang pancang yang berdekatan, harus dipancang kembali sampai ke
dalaman atau ketahanan semula, kecuali jika pengujian pemancangan kembali pada
tiang pancang yang berdekatan menunjukkan bahwa pemancangan ulang ini tidak
diperlukan.
e) Pemancangan dengan Pancar Air (Water Jet)
Pemancangan dengan pancar air dilaksanakan hanya seijin Direksi Pekerjaan dan
dengan cara yang sedemikian rupa hingga tidak mengurangi kapasitas daya dukung
tiang pancang yang telah selesai dikerjakan, stabilitas tanah atau keamanan setiap
struktur yang berdekatan. Banyaknya pancaran, volume dan tekanan air pada nosel
semprot harus sekedar cukup untuk melonggarkan bahan yang berdekatan dengan
tiang pancang, bukan untuk membongkar bahan tersebut. Tekanan air harus 5
kg/cm2 sampai 10 kg/cm2 tergantung pada kepadatan tanah. Perlengkapan harus
dibuat, jika diperlukan, untuk mengalirkan air yang tergenang pada permukaan
tanah. Sebelum penetrasi yang diperlukan tercapai, maka pancaran harus
dihentikan dan tiang pancang dipancang dengan palu sampai penetrasi akhir.
Lubang-lubang bekas pancaran di samping tiang pancang harus diisi dengan
adukan semen setelah pemancangan selesai.

f) Tiang Pancang Yang Cacat


Prosedur pemancangan tidak mengijinkan tiang pancang mengalami tegangan yang
berlebihan sehingga dapat mengakibatkan pengelupasan dan pecahnya beton,
pembelahan, pecahnya dan kerusakan kayu, atau deformasi baja. Manipulasi tiang
pancang dengan memaksa tiang pancang kembali ke posisi yang sebagaimana
mestinya, menurut pendapat Direksi Pekerjaan, adalah keterlaluan, dan tak akan
diijinkan. Tiang pancang yang cacat harus diperbaiki atas biaya Penyedia Jasa
sebagaimana disyaratkan dan sebagaimana yang disetujui oleh Direksi Pekerjaan.
Jika pemancangan ulang untuk mengembalikan ke posisi semula tidak
memungkinkan, tiang pancang harus dipancang sedekat mungkin dengan posisi
semula, atau tiang pancang tambahan harus dipancang sebagaimana yang
diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan.
g) Catatan Pemancangan/Kalendering
Sebuah catatan yang detail dan akurat tentang pemancangan harus disimpan oleh
Direksi Pekerjaan dan Penyedia Jasa harus membantu Direksi Pekerjaan dalam
menyimpan catatan ini yang meliputi berikut ini : jumlah tiang pancang, posisi, jenis,
ukuran, panjang aktual, tanggal pemancangan, panjang dalam pondasi telapak,
penetrasi pada saat penumbukan terakhir, energi pukulan palu, panjang
perpanjangan, panjang pemotongan dan panjang akhir yang dapat dibayar.
h) Rumus Dinamis untuk Perkiraan Kapasitas Tiang Pancang
Kapasitas daya dukung tiang pancang harus diperkirakan dengan mengguna-kan
rumus dinamis (Hiley). Penyedia Jasa dapat mengajukan rumus lain untuk
mendapat persetujuan dari Direksi Pekerjaan
2
ef WH W + n Wp
Pu = x
S + (C1 + C2 + C3)/2 W + Wp

6 - 12
Spesifikasi Teknis

Pu
Pa =
N

dimana :
Pu = kapasitas daya dukung batas (ton)
Pa = kapasitas daya dukung yang diijinkan (ton)
ef = Effisiensi palu
W = berat palu atau ram (ton)
n = koefisien restitusi
H = tinggi jatuh palu (m)
H = 2H’ untuk palu diesel (H’ = tinggi jatuh ram)
S = Penetrasi tiang pancang pada saat penumbukan terakhir, atau
“set” (m)
C1 = Tekanan sementara yang diijinkan untuk kepala tiang dan poer
(m)
C2 = Tekanan sementara yang diijinkan untuk deformasi elastis dari
batang tiang pancang (m)
C3 = Tekanan sementara yang diijinkan untuk gempa pada lapangan
(m)
N = Faktor Keamanan
Nilai C1 + C2 + C3 harus diukur selama pemancangan.
5) Tiang Bor Beton
a) Umum
Contoh bahan yang digali harus disimpan untuk semua tiang bor. Pengujian
penetrometer untuk bahan di lapangan harus dilakukan selama penggalian dan
pada dasar tiang bor sesuai dengan yang diminta oleh Direksi Pekerjaan.
Pengambilan contoh bahan ini harus selalu dilakukan pada tiang bor pertama dari
tiap kelompok.
b) Pengeboran Tiang Bor Beton
Lubang-lubang harus di bor sampai ke dalaman seperti yang ditunjukkan dalam
Gambar atau ditentukan berdasarkan pengujian hasil pengeboran. Semua lubang
harus diperiksa, bilamana diameter dasar lubang kurang dari setengah diameter
yang ditentukan, pekerjaan tersebut akan ditolak.
Sebelum pengecoran beton, semua lubang tersebut harus ditutup sedemikian rupa
hingga keutuhan lubang dapat terjamin. Dasar selubung (casing) harus
dipertahankan tidak lebih dari 150 cm dan tidak kurang dari 30 cm di bawah
permukaan beton selama penarikan dan operasi penempatan, kecuali ditentukan
lain oleh Direksi Pekerjaan.
Sampai ke dalaman 3 m dari permukaan beton yang dicor harus digetarkan dengan
alat penggetar. Sebelum pengecoran, semua bahan lepas yang terdapat di dalam
lubang bor harus dibersihkan. Air bekas pengeboran tidak diperbolehkan masuk ke
dalam lubang.
Sebelum pengecoran, semua air yang terdapat dalam lubang bor harus dipompa
keluar. Selubung (casing) harus digetarkan pada saat pencabutan untuk
menghindari menempelnya beton pada dinding casing. Pengecoran beton dan
pemasangan baja tulangan tidak diijinkan sebelum mendapat persetujuan dari
Direksi Pekerjaan.
c) Pengecoran Beton
Pengecoran beton harus dilaksanakan sesuai dengan Bagian Beton dimanapun
beton digunakan harus di cor ke dalam suatu lubang yang kering dan bersih. Beton
harus di cor melalui sebuah corong dengan panjang pipa. Pengaliran harus
diarahkan sedemikian rupa hingga beton tidak menimpa baja tulangan atau sisi-sisi

6 - 13
Spesifikasi Teknis

lubang. Beton harus di cor secepat mungkin setelah pengeboran dimana kondisi
tanah kemungkinan besar akan memburuk akibat terekspos. Bilamana elevasi akhir
pemotongan berada di bawah elevasi muka air tanah, tekanan harus dipertahankan
pada beton yang belum mengeras, sama dengan atau lebih besar dari tekanan air
tanah, sampai beton tersebut selesai mengeras.
d) Pengecoran Beton di Bawah Air
Jika pengecoran beton di dalam air atau lumpur pengeboran, semua bahan lunak
dan bahan lepas pada dasar lubang harus dihilangkan dan cara tremi yang telah
disetujui harus digunakan.
Cara tremi harus mencakup sebuah pipa yang diisi dari sebuah corong di atasnya.
Pipa harus diperpanjang sedikit di bawah permukaan beton baru dalam tiang bor
sampai di atas elevasi air/lumpur.
Jika beton mengalir keluar dari dasar pipa, maka corong harus diisi lagi dengan
beton sehingga pipa selalu penuh dengan beton baru. Pipa tremi harus kedap air,
dan harus berdiameter paling sedikit 15 cm. Sebuah sumbat harus ditempatkan di
depan beton yang dimasukkan pertama kali dalam pipa untuk mencegah
pencampuran beton dan air.
e) Penanganan Kepala Tiang Bor Beton
Tiang bor umumnya harus dicor sampai kira-kira satu meter di atas elevasi yang
akan dipotong. Semua beton yang lepas, kelebihan dan lemah harus dikupas dari
bagian puncak tiang bor dan baja tulangan yang tertinggan harus mempunyai
panjang yang cukup sehingga memungkinkan pengikatan yang sempurna ke dalam
pur atau struktur di atasnya.
f) Tiang Bor Beton Yang Cacat
Tiang bor harus dibentuk dengan cara dan urutan sedemikian rupa hingga dapat
dipastikan bahwa tidak terdapat kerusakan yang terjadi pada tiang bor yang
dibentuk sebelumnya. Tiang bor yang cacat dan di luar toleransi harus diperbaiki
atas biaya Penyedia Jasa.

6.6. PENGENDALIAN MUTU


Pengendalian mutu yang perlu diperhatikan dalam pedoman spesifikasi teknis pekerjaan
pemancangan harus memuat :
6.6.1 Jaminan Mutu
Mutu bahan yang dipasok, kecakapan kerja dan hasil penyelesaian harus dipantau dan
dikendalikan seperti yang ditetapkan dalam Standar Rujukan.
6.6.2 Penerimaan Bahan
Bahan yang diterima harus diperiksa oleh pengawas penerimaan bahan dengan
mengecek/memeriksa bukti tertulis yang menunjukkan bahwa bahan-bahan yang telah
diterima harus sesuai dengan ketentuan Persyaratan Bahan Pada Pekerjaan Pemancangan.
6.6.3 Penyimpanan dan Perlindungan Bahan
Semen, agregat dan baja tulangan harus disimpan sebagaimana yang disyaratkan dalam
Bagian Beton dan Bagian Baja Tulangan dari Spesifikasi ini. Unit-unit beton bertulang atau
prategang dan unit-unit baja harus ditempatkan bebas dari kontak langsung dengan
permukaan tanah dan ditempatkan pada penyangga kayu di atas tanah keras yang tidak
akan turun baik musin hujan maupun kemarau, akibat beban dari unit-unit tersebut.
Bilamana unit-unit tersebut disusun dalam lapisan-lapisan, maka tidak melebihi dari 3
lapisan dengan penyangga kayu dipasang di antara tiap lapisan. Penyangga untuk setiap
lapisan harus dipasang di atas lapisan yang terdahulu. Untuk gelagar dan tiang pancang,
penyangga harus dipasang pada jarak tidak lebih dari 20 % dari ukuran panjang unit, yang
diukur dari setiap ujung.

6 - 14
Spesifikasi Teknis

6.6.4 Tiang Uji (Test Pile) Pondasi Tiang


Direksi Pekerjaan dapat memerintahkan untuk melaksanakan tiang uji, bilamana dianggap
perlu untuk mengetahui dengan pasti kedalaman dan daya dukung dari pondasi tiang
pancang pada jembatan. Penyedia Jasa akan melengkapi dan melaksanakan tiang uji pada
lokasi yang ditentukan oleh Direksi Pekerjaan. Semua pengujian tiang uji harus
dilaksanakan dengan pengawasan Direksi Pekerjaan.
Jika diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan, tiang uji harus diuji dengan pengujian
pembebanan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Setelah mendapat persetujuan dari
Direksi Pekerjaan, pemancangan tiang uji harus dilanjutkan sampai diperintahkan untuk
dihentikan. Apabila pemancangan tiang uji telah melampaui kedalaman yang ditentukan
atau diperlukan serta menunjukkan bahwa daya dukung tiang pancang masih terus
meningkat, maka Penyedia Jasa selanjutnya harus meneruskan pemancangan tiang uji
tersebut sampai di dapat daya dukung tiang yang sesuai dengan rencana, dan Penyedia
Jasa melengkapi sisa tiang pancang dalam struktur yang belum diselesaikan. Dalam
menentukan panjang tiang pancang, Penyedia Jasa harus mengikuti daftar panjang tiang
pancang yang diperkirakan untuk sisa panjang yang harus diselesaikan dalam struktur.
Jumlah tiang pancang yang diuji akan ditentukan oleh Direksi Pekerjaan, tetapi jumlah ini
minimal satu dan tidak lebih dari empat untuk setiap jembatan. Tiang uji dapat dilaksanakan
di dalam atau di luar keliling pondasi, dan dapat menjadi bagian dari pekerjaan yang
permanen.
6.6.5 Pengujian Turap
Direksi Pekerjaan dapat memerintahkan untuk melaksanakan pengujian sebagaimana yang
disyaratkan dalam pengendalian mutu Pekerjaan Pondasi Tiang.
6.6.6 Pengujian Pembebanan (Loading Test)
Percobaan pembebanan harus dilakukan dengan cara yang disetujui oleh Direksi Pekerjaan.
Penyedia Jasa harus menyerahkan detail gambar peralatan pembebanan yang akan
digunakannya kepada Direksi Pekerjaan untuk mendapat persetujuan. Peralatan tersebut
harus dibuat sedemikian hingga memungkinkan penambahan beban tanpa menyebabkan
getaran terhadap tiang uji.
Jika cara yang disetujui ini membutuhkan tiang (jangkar) tarik, tiang tarik semacam ini harus
dari jenis dan diameter yang sama dengan pipa yang permanen dan harus dilaksanakan di
lokasi pipa permanen tersebut. Tiang dan selongsong pipa yang dinding-dindingnya tidak
mempunyai kekuatan yang cukup untuk menahan beban percobaan bila dalam keadaan
kosong, harus diberi penulangan yang diperlukan dan beton yang dicor sebelum dilakukan
pembebanan. Beban-beban untuk pengujian pembebanan tidak boleh diberikan sampai
beton mencapai kuat tekan minimum 95 % dari kuat tekan beton berumur 28 hari. Bilamana
Penyedia Jasa menghendaki lain, Penyedia Jasa dapat menggunakan semen dengan
kekuatan awal yang tinggi (high- early-strength-cement), jenis III atau IIIA untuk beton dalam
tiang pengujian pembebanan dan untuk tiang tarik. Peralatan yang disetujui dan cocok untuk
mengukur beban tiang dan penurunan tiang pancang dengan akurat dalam setiap
peningkatan beban harus disediakan oleh Kontraktor Peralatan tersebut harus mempunyai
kapasitas kerja tiga kali beban rancangan untuk tiang yang akan diuji yang ditunjukkan
dalam Gambar. Titik referensi untuk mengukur penurunan (settlement) tiang pancang harus
dipindahkan dari tiang uji untuk menghindari semua kemungkinan gangguan yang akan
terjadi. Semua penurunan tiang pancang yang dibebani harus diukur dengan peralatan yang
memadai, seperti alat pengukur (gauges) tekanan, dan harus diperiksa dengan alat
pengukur elevasi.

Peningkatan lendutan akan dibaca segera setelah setiap penambahan beban diberikan dan
setiap interval 15 menit setelah penambahan beban tersebut. Beban yang aman dan
diijinkan adalah 50 % beban yang telah diberikan selama 48 jam secara terus menerus
menyebabkan penurunan tetap (permanent settlement) tidak lebih dari 6,5 mm yang diukur
pada puncak tiang. Beban pengujian harus dua kali beban rancangan yang ditunjukkan
dalam Gambar.

6 - 15
Spesifikasi Teknis

Beban pertama yang harus diberikan pada tiang percobaan adalah beban rancangan tiang
pancang. Beban pada tiang pancang dinaikkan sampai mencapai dua kali beban rancangan
dengan interval tiga kali penambahan beban yang sama. Setiap penambahan beban harus
dalam interval waktu minimum 2 jam, kecuali jika tidak terdapat penambahan penurunan
kurang dari 0,12 mm dalam interval waktu 15 menit akibat penambahan beban sebelumnya.
Jika kekuatan tiang uji untuk mendukung beban pengujian diragukan, penambahan beban
harus dikurangi sampai 50 % masing- masing beban pengujian, sesuai dengan perintah
Direksi Pekerjaan agar kurva keruntuhan yang halus dapat digambar. Beban pengujian
penuh harus dipertahankan pada tiang uji dalam waktu tidak kurang dari 48 jam. Kemudian
beban ditiadakan dan penurunan permanen dibaca. Bilamana diminta oleh Direksi
Pekerjaan, pembebanan diteruskan melebihi 2 kali beban rancangan dengan penambahan
beban setiap kali 10 ton sampai tiang runtuh atau kapasitas peralatan pembebanan ini
dilampaui. Tiang pancang dapat dianggap runtuh bila penurunan total akibat beban melebihi
2,5 cm atau penurunan permanen melebihi 6,5 mm.
Setelah pengujian pembebanan selesai dilaksanakan, beban-beban yang digunakan harus
disingkirkan, dan tiang pancang, termasuk tiang tarik dapat digunakan untuk struktur
bilamana oleh Direksi Pekerjaan dianggap masih memenuhi ketentuan untuk digunakan.
Tiang uji yang tidak dibebani harus digunakan seperti di atas. Jika setiap tiang pancang
setelah digunakan sebagai tiang uji atau tiang tarik dianggap tidak memenuhi ketentuan
untuk digunakan dalam struktur, harus segera disingkirkan jika diperintahkan oleh Direksi
Pekerjaan, atau harus dipotong sampai di bawah permukaan tanah atau dasar pondasi
telapak, mana yang dapat dilaksanakan. Jumlah dan lokasi tiang uji untuk pengujian
pembebanan akan ditentukan oleh Direksi Pekerjaan. Penyedia Jasa harus membuat
laporan untuk setiap pengujian pembebanan. Laporan ini harus meliputi dokumen-dokumen
berikut ini :

a. Denah pondasi
b. Lapisan (stratifikasi) tanah
c. Kurva kalibrasi alat pengukur tekanan
d. Gambar diameter piston dongkrak
e. Grafik pengujian dengan absis untuk beban dalam ton dan ordinat untuk penurunan
(settlement) dalam desimal mm.
f. Tabel yang menunjukkan pembacaan alat pengukur tekanan dalam atmosfir, beban
dalam ton, penurunan dan penurunan rata-rata dimana semua itu merupakan fungsi dari
waktu (tanggal dan jam).
Jika kapasitas daya dukung yang aman dari setiap tiang pancang, diketahui kurang dari
beban rancangan, maka tiang pancang harus diperpanjang atau diperbanyak sesuai dengan
yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan.
6.6.7 Mutu Pekerjaan dan Perbaikan Atas Pekerjaan Yang Tidak Memenuhi Ketentuan
1) Jika toleransi yang diberikan telah dilampaui, maka Penyedia Jasa harus menyelesaikan
setiap langkah perbaikan yang dianggap perlu oleh Direksi Pekerjaan dengan biaya
sendiri.
2) Setiap tiang pancang yang rusak akibat cacat dalam (internal) atau pemancangan tidak
sebagaimana mestinya, dipancang keluar dari lokasi yang semestinya atau dipancang di
bawah elevasi yang ditunjukkan dalam Gambar atau ditetapkan oleh Direksi Pekerjaan,
harus diperbaiki atas biaya Penyedia Jasa.
3) Pekerjaan perbaikan, seperti yang telah ditentukan oleh Direksi Pekerjaan dan dikerjakan
atas biaya Penyedia Jasa, akan mencakup, tetapi tidak perlu dibatasi berikut ini :
- Penarikan kembali tiang pancang yang rusak dan penggantian dengan tiang pancang
baru atau lebih panjang, sesuai dengan yang diperlukan;
- Pemancangan tiang pancang kedua sepanjang sisi tiang pancang yang cacat atau
pendek. Perpanjangan tiang pancang dengan cara penyambungan, seperti yang telah
disyaratkan di bagian lain dari Bagian ini, untuk memungkinkan penempatan kepala
tiang pancang yang sebagaimana mestinya dalam pur (pile cap).

6 - 16
Spesifikasi Teknis

6.7. PENGUKURAN DAN PEMBAYARAN


6.7.1 Pengukuran
1) Pekerjaan Turap
a) Turap
Turap kayu, baja atau beton yang permanen, harus diukur sebagai jumlah dalam
meter persegi yang dipasang memenuhi garis dan elevasi yang ditunjukkan pada
Gambar atau sebagaimana diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan. Luas turap
merupakan panjang tiang pancang yang diukur dari ujungnya sampai elevasi bagian
pucak yang dipotong, dikalikan dengan panjang struktur yang diukur pada elevasi
bagian puncak turap yang dipotong. Batang tarik, tiang jangkar atau balok, balok
ganjal dasar dan sebagainya yang ditunjukkan dalam Gambar tidak akan diukur
untuk pembayaran. Turap sementara, dalam bahan apapun untuk cofferdam,
pengendalian drainase, penahan lereng galian atau penggunaan tidak permanen
lainnya tidak akan diukur untuk pembayaran, tetapi harus dianggap telah dicakup
dalam berbagai mata pembayaran untuk galian, drainase, struktur dan lain-lain.
b) Pemancangan Turap
Tiang pancang kayu, baja dan beton akan diukur untuk pemancangan sebagai
jumlah meter panjang dari tiang pancang yang diterima dan tertinggal dalam struktur
yang telah selesai. Panjang dari masing-masing tiang pancang harus diukur dari
ujung tiang pancang sampai sisi bawah pile cap untuk tiang pancang yang seluruh
panjangnya masuk ke dalam tanah, atau dari ujung tiang pancang sampai
permukaan tanah untuk tiang pancang yang hanya sebagian panjangnya masuk ke
dalam tanah.
c) Tiang Uji
Tiang uji akan diukur dengan cara yang sama, untuk penyediaan dan pemancangan
seperti yang diuraikan dalam cara pengukuran pondasi tiang.
2) Pekerjaan Pondasi Tiang

a) Cerucuk
Cerucuk harus diukur untuk pembayaran dalam jumlah meter panjang untuk
penyediaan dan pemancangan cerucuk memenuhi garis dan elevasi yang
ditunjukkan dalam Gambar atau sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi
Pekerjaan.
b) Penyediaan Tiang Pancang
Satuan pengukuran untuk pembayaran tiang pancang kayu dan beton pracetak
(bertulang atau prategang) harus diukur dalam meter kubik dari tiang pancang yang
disediakan dalam berbagai panjang dari setiap ukuran dan jenisnya. Tiang pancang
baja diukur dalam kilogram dari tiang pancang yang disediakan dalam berbagai
panjang dari setiap ukuran dan jenisnya. Dalam segala hal, jenis dan panjang yang
diukur adalah sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan, disediakan
sesuai dengan ketentuan bahan dari Spesifikasi ini dan disusun dalam kondisi baik
di lapangan dan diterima oleh Direksi Pekerjaan. Kuantitas dalam meter kubik atau
kilogram yang akan dibayar, termasuk panjang tiang uji dan tiang tarik yang
diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan, tetapi tidak termasuk panjang yang disediakan
menurut pendapat Penyedia Jasa.
Tiang pancang yang disediakan oleh Penyedia Jasa, termasuk tiang uji tidak
diijinkan untuk menggantikan tiang pancang yang telah diterima sebelumnya oleh
Direksi Pekerjaan, yang ternyata kemudian hilang atau rusak sebelum penyelesaian
Kontrak selama penumpukan atau penanganan atau pemancangan, dan akan yang
diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan untuk disingkirkan dari tempat pekerjaan atau
dibuang dengan cara lain.
Jika perpanjangan tiang pancang diperlukan, panjang perpanjangan akan dihitung
dalam meter kubik atau kilogram, dan akan diukur untuk pembayaran.

6 - 17
Spesifikasi Teknis

Baja tulangan dalam beton, penyetelan, sepatu dan penyambungan bilamana


diperlukan, acuan tidak akan diukur untuk pembayaran.
Jika Penyedia Jasa mengecor tiang pancang beton pracetak lebih panjang dari yang
diperlukan, sebagaimana seluruh panjang baja tulangan untuk memudahkan
pemancangan, maka tidak ada pengukuran untuk bagian beton yang harus
dibongkar agar supaya batang baja tulangan itu dapat dimasukkan ke dalam struktur
yang mengikatnya.
c) Pemancangan Tiang Pancang
Tiang pancang kayu, baja dan beton akan diukur untuk pemancangan sebagai
jumlah meter panjang dari tiang pancang yang diterima dan tertinggal dalam struktur
yang telah selesai. Panjang dari masing-masing tiang pancang harus diukur dari
ujung tiang pancang sampai sisi bawah pile cap untuk tiang pancang yang seluruh
panjangnya masuk ke dalam tanah, atau dari ujung tiang pancang sampai
permukaan tanah untuk tiang pancang yang hanya sebagian panjangnya masuk ke
dalam tanah.
Pengukuran untuk tambahan biaya pemancangan yang dikerjakan di dalam air
diukur dari muka tanah dasar air (danau,sungai, selat) sampai ke permukaan air
normal rata-rata.

d) Tiang Bor Beton Cor Langsung di Tempat


Pengukuran tiang bor beton cor langsung di tempat harus merupakan jumlah aktual
dalam meter panjang tiang bor yang telah selesai dibuat dan diterima sebagai suatu
struktur. Panjang untuk pembayaran harus diukur dari ujung tiang bor sebagaimana
yang dibuat atau disetujui lain oleh Direksi Pekerjaan, sampai elevasi bagian atas
tiang bor yang akan dipotong seperti ditunjukkan dalam Gambar atau sebagaimana
yang dirancang oleh Direksi Pekerjaan.
e) Pelaksanaan Tiang Bor Beton Cor Langsung di Tempat Yang Berair
Pengukuran untuk biaya tambahan terhadap tiang bor beton cor langsung di tempat
yang dilaksanakan di bawah air harus dihitung dalam meter panjang, dari ujung
tiang bor yang dirancang atau disetujui sampai elevasi bagian atas tiang bor yang
akan dipotong bilamana kepala tiang bor berada di bawah permukaan air normal.
Jka elevasi bagian atas tiang bor yang akan dipotong di atas permukaan air normal,
panjang yang dihitung harus dari ujung tiang bor yang dirancang atau disetujui
sampai elevasi permukaan air normal.
f) Tiang Uji
Tiang uji akan diukur dengan cara yang sama, untuk penyediaan dan pemancangan
seperti yang diuraikan di atas.

g) Pengujian Pembebanan Tiang


Pengujian tiang (loading test) akan diukur berdasarkan jenis dan hasil akhir
pelaksanaan pekerjaan yang telah ditentukan.

6.7.2 Dasar Pembayaran

Kuantitas yang ditentukan seperti diuraikan di atas, akan dibayar dengan Harga Kontrak per
satuan pengukuran, untuk Mata Pembayaran yang terdaftar di bawah dan ditunjukkan dalam
Daftar Kuantitas dan Harga, dimana harga dan pembayaran tersebut harus merupakan
kompensasi penuh untuk penyediaan, penanganan, pemancangan, penyambungan,
perpanjangan, pemotongan kepala tura, pengecatan, perawatan, pengujian, baja tulangan
atau baja prategang dalam beton, penggunaan peledakan, pengeboran atau peralatan
lainnya yang diperlukan untuk penetrasi ke dalam lapisan keras, dan juga termasuk
hilangnya selubung (casing), semua tenaga kerja dan setiap peralatan yang diperlukan dan
semua biaya lain yang perlu dan biasa untuk penyelesaian yang sebagaimana mestinya dari
pekerjaan yang diuraikan dalam Bagian ini.

6 - 18
Spesifikasi Teknis

Nomor Satuan
Uraian
Pembayaran Pengukuran

1 Turap Kayu Tanpa Pengawetan Meter Persegi


2 Turap Kayu Dengan Pengawetan Meter Persegi
3 Turap Baja Meter Persegi
4 Turap Beton Pracetak Meter Persegi
5 Penyediaan Turap Kayu Tanpa Pengawetan Meter Kubik
6 Pengadaan Turap Kayu Dengan Pengawetan Meter Panjang
7 Pengadaan Turap Baja Kilogram
8 Pengadaan Turap Beton Pracetak Meter Panjang
9 Pengadaan Turap Beton Pracetak Meter Panjang
10 Pemancangan Turap Kayu Meter Panjang
11 Pemancangan Turap Beton Pracetak Meter Panjang
12 Pemancangan Turap Baja Meter Panjang
13 Tiang Bor Beton Meter Panjang
Tambahan Biaya Untuk Pembayaran
14 Pemancangan Turap Beton Pracetak dan Tiang Meter Panjang
Bor Beton Bila Tiang Pancang Dikerjakan Di Air
Tambahan Biaya Untuk Pembayaran Tiang Bor
15 Meter Panjang
Beton Bila Tiang Pancang Dikerjakan Di Air
16 Tiang Uji jenis Meter Panjang
17 Pengujian Pembebanan Statis pada Tiang dengan Meter Panjang
Diameter s/d 600 mm
18 Pengujian Pembebanan Statis pada Tiang dengan Meter Panjang
Diameter > 600 mm
19 Pengujian Pembebanan Dinamis pada Tiang Meter Panjang
dengan Diameter s/d 600 mm
20 Pengujian Pembebanan Dinamis pada Tiang Meter Panjang
dengan Diameter > 600 mm

21 Pondasi Cerucuk, Pengadaan dan Pemancangan Meter Panjang


22 Penyediaan Tiang Pancang Kayu Tanpa Meter Kubik
Pengawetan ukuran ....
23 Pengadaan Tiang Pancang Kayu Dengan Meter Panjang
Pengawetan ukuran ....
24 Pengadaan Tiang Pancang Baja ukuran .... Kilogram
25 Pengadaan Tiang Pancang Beton Bertulang Meter Panjang
Pracetak ukuran / diameter ......
26 Pengadaan Tiang Pancang Beton Prategang Meter Panjang
Pracetak ukuran / diameter ......
27 Pemancangan Tiang Pancang Kayu. ukuran .... Meter Panjang
28 Pemancangan Tiang Pancang Beton ukuran .... Meter Panjang
29 Pemancangan Tiang Pancang Pipa Baja Meter Panjang
ukuran ....
30 Tiang Bor Beton ukuran .... Meter Panjang

6 - 19
Spesifikasi Teknis

Nomor Satuan
Uraian
Pembayaran Pengukuran

Tambahan Biaya untuk no. Mata Pembayaran 8.


31 Meter Panjang
dan 9. bila tiang pancang dikerjakan di air
32 Tambahan Biaya untuk no. Mata Pembayaran 10. Meter Panjang
bila tiang bor dikerjakan di air
33 Tiang Uji ukuran .... jenis Meter Panjang
34 Pengujian Pembebanan Statis pada Tiang ukuran/ Meter Panjang
diameter ....
35 Pengujian Pembebanan Dinamis pada Tiang Meter Panjang
ukuran / diameter ....

6 - 20
Spesifikasi Teknis

Volume I : Umum
Bagian - 7 : Pekerjaan Dewatering

7.1. RUANG LINGKUP


Pedoman ini menetapkan ketentuan dan persyaratan, metode kerja pelaksanaan,
pengendalian mutu serta pengukuran dan pembayaran dalam pelaksanaan pekerjaaan
dewatering.
Pedoman ini mencakup pengendalian sungai selama pelaksanaan konstruksi bendungan
untuk memberikan ruangan kerja yang bebas dari alir dan aman terhadap banjir.
Pedoman ini mencakup penutupan alur sungai dan tipe-tipe bendung pengelak yang
berkaitan dengan pelaksanaan konstruksi dan pengoperasiannya.

7.2. ACUAN NORMATIF


Standar Nasional Indonesia (SNI) :
- SNI 03-6456.1-2000 : Metode Pengontrolan Sungai Selama Pelaksanaan
Kionstruksi Bendungan Bagian 1 : Pengendalian Sungai
Selama Pelaksanaan Konstruksi Bendungan.
- SNI 03-6456.2-2000 : Metode Pengontrolan Sungai Selama Pelaksanaan
Kionstruksi Bendungan Bagian 2 : Penutupan Alir Sungai
dan Bendungan Pengelak.

7.3. ISTILAH DAN DEFINISI


7.3.1 Bendungan Pengelak adalah bangunan panahan bautan, jenis urugan atau jenis lainnya
untuk mengalihkan aliran selama pelaksanaan konstruksi bangunan.
7.3.2 Lapisan pelindung adalah lapisan yang digunakan untuk melindungi saluran agar tidak
tererosi atau tergerus.
7.3.3 Penutupan sungai secara vertikal adalah oenutuoan dengan membuat semacam
tanggul, bergerak secara bertahap dari satu tepi atau dari keduanya sampai bentang
sungai tertutup seluruhnya.
7.3.4 Penutupan sungai secara horisontal adalah penutupan sungai dengan
menempatkan material sungai di seluruh bentang sungai.

7.4. KETENTUAN DAN PERSYARATAN


Persyaratan umum yang perlu diperhatikan dalam pedoman penyusunan spesifikasi teknis
pekerjaan dewatering harus memuat :
7.4.1 Toleransi

1) Pekerjaan Pengelak Tahapan Ganda


a) Beda tinggi tekan antara ujung hulu dan hilir mulut aliran harus selalu kurang dari 5
m.
b) Kecepatan aliran yang masuk melalui ruang antara tidak lebih dari 5 m/dt.
2) Pekerjaan Saluran Pengelak
a) Kecepatan rata-rata umumnya kurang dari 10 m/dt.
b) Berat jenis batu yang digunakan tidak boleh kurang dari 2,5 t/m3 dengan ukuran
batu berkisar antara diameter 15-30
c) Terkecuali diperintahkan lain oleh Direksi Pekerjaan, batu harus memiliki
ketebalan yang tidak kurang dari 15 cm
3) Pekerjaan Penutupan Alur Sungai
a) Konstruksi tanggul harus cukup lebar, biasanya sekitar 15 m.

7 - 1
Spesifikasi Teknis

b) Elevasi puncak minimal 1 m diatas elevasi muka air hulu setelah penimbunan
selesai.
c) Material yang digunakan untuk penutupan sungai adalah material quarry, baik
quarry lepas yang beratnya 500 kg – 1 ton maupun sebagai batuan urug yang
terseleksi yang digunakan dari bongkah besar dengan berat 1 sampai 5 ton.
4) Pekerjaan Bendung Pengelak
a) Desain limpasan bendung pengelak 1% atau 2 % dari umur bendungan.
b) Tinggi bendung pengelak semakin bertambah dan sejumlah proyek sekarang
menggunakan tinggi 50 meter sesuai dengan pertambahan kedalaman kerusakan
sungai dan atau sesuai dengan beda tinggi tenaga 20 atau bahkan 30 meter
antara elevasi muka air maksimum di hulu dan di hilir.
c) Berat volume untuk material kapur (ρ = 2,1) akan 3 kali lebih besar dari material
basalt (ρ = 2,9), atau blok beton (ρ = 2,4) akan memerlukan 60% lebih berat dari
blok granit (ρ = 2,7).

7.4.2 Persyaratan Bahan

1) Pekerjaan Pengelak Tahapan Ganda


Bahan yang digunakan dapat berupa baja bukan tahan karat, lembaran plastik kedap
air dan material lain yang biasanya tidak diperkenankan untuk bendungan permanen.
2) Pekerjaan Saluran Pengelak
a) Pasangan Batu
(1) Batu
- Batu harus bersih, keras, tanpa bagian yang tipis atau retak dan harus
dari jenis yang diketahui awet. Bila perlu, batu harus dibentuk untuk
menghilangkan bagian yang tipis atau lemah.
- Batu yang digunakan adalah batu belah atau batu bulat, batu kali yang
dipecah salah satu sisinya tidak rapuh tidak keropos, tidak berpori.
- Batu harus rata, lancip atau lonjong bentuknya dan dapat ditempatkan
saling mengunci bila dipasang bersama-sama.
- Untuk batu dari hasil galian, harus dibersihkan dari lapisan tanah yang
menyelimuti agar permukaan batu bersih.

- Berat jenis batu yang digunakan tidak boleh kurang dari 2,5 t/m3
dengan ukuran batu berkisar antara diameter 15-30 cm. Batu bulat atau
batu kali hanya boleh digunakan setelah salah satu sisinya dipecah
atau sesuai persetujuan Direksi Pekerjaan dan digunakan bersama-
sama dengan batu belah.
- Terkecuali diperintahkan lain oleh Direksi Pekerjaan, batu harus
memiliki ketebalan yang tidak kurang dari 15 cm, lebar tidak kurang dari
satu setengah kali tebalnya dan panjang yang tidak kurang dari satu
setengah kali lebarnya.

(2) Pasir
- Pasir yang dimaksud disini lebih diutamakan pasir alam yang diambil
dari sungai atau sumber lain yang telah disetujui oleh Direksi
Pekerjaan;
- Tempat penimbunan penyimpanan harus bersih dari sampah organik,
sampah kimia, bebas dari banjir serta tidak terkontaminasi dengan
bahan lainnya, seperti air laut/garam dan lain-lainnya yang akan
menurunkan mutu pasangan batu.
3) Pekerjaan Penutupan Alur Sungai
a) Penutupan Sungai Secara Vertikal
- Material yang digunakan untuk penutupan sungai adalah material quarry, baik

7 - 2
Spesifikasi Teknis

quarry lepas yang beratnya 500 kg – 1 ton maupun sebagai batuan urug yang
terseleksi yang digunakan dari bongkah besar dengan berat 1 sampai 5 ton;
- Material yang digunakan unutk penutupan-penutupan penting adalah beton,
baik yang berbentuk kubus maupun struktur yang lebih kompleks;
- Berat volume untuk material kapur (ρ = 2,1) akan 3 kali lebih besar dari
material basalt (ρ = 2,9), atau blok beton (ρ = 2,4) akan memerlukan 60%
lebih berat dari blok granit (ρ = 2,7);
- Bentuk kubus akan lebih baik dalam aliran turbulen dan superkritis dan bentuk
kerakal akan lebih baik untuk kondisi-kondisi lainnya.
b) Penutupan Sungai Secara Horisontal
- Material penutupan horisontal terdiri dari batuan atau beton.
- Material yang digunakan untuk penutupan sungai adalah material quarry, baik
quarry lepas yang beratnya 500 kg – 1 ton maupun sebagai batuan urug yang
terseleksi yang digunakan dari bongkah besar dengan berat 1 sampai 5 ton;
- Material urugan batu yang diklasifikasi atau blok beton harus lebih diperketat,
sejumlah besar material lebih sesuai untuk material kuari daripada untuk
beton mana yang lebih ekonomis untuk digunakan blok beton yang besar;
- Pemilihan material berdasarkan elevasi terandah dan tidak sama dengan
elevasi rata-rata;
c) Pekerjaan Bendung Pengelak
- Bahan yang digunakan dapat berupa baja bukan tahan karat, lembaran plastik
kedap air dan material lain yang biasanya tidak diperkenankan untuk
bendungan permanen.

7.4.3 Persyaratan Kerja


1) Pekerjaan Pengelakan Tahapan Ganda
a) Ujung bendung pengelak yang berhubungan dengan aliran harus dilindungi
dengan urugan batu-batu besar yang berat, bronjong atau turap pancang
berongga atau penuh.
b) Ruang kerja di belakang bendung harus cukup untuk penempatan alat-alat
konstruksi dan jalan masuk.
c) Beda tinggi tekan antara ujung hulu dan hilir mulut aliran harus selalu kurang dari
5 m.
2) Pekerjaan Saluran Pengelak
Kekedapan air pada dinding saluran dan lapisan lindung dapat dicapai dengan
menggunakan beton, tetapi dapat juga digunakan bahan lain (turap, urugan batu,
pasangan batu).
3) Pekerjaan Penutupan Alur Sungai
a) Konstruksi tanggul harus cukup lebar untuk jalan masuk dan ruang gerak alat
angkut, biasanya sekitar 15 cm;
b) Elevasi puncak minimal 1 m diatas elevasi muka air hulu setelah penimbunan
selesai;
c) Menjaga tempat kerja agar senantiasa kering dan menjamin fasilitas sanitasi
yang memadai tersedia di lapangan untuk para pekerja;
d) Penutupan sungai pada sungai landai berpasir atau berkerakal dapat dilakukan
dengan alat keruk kapasitas besar.
4) Pekerjaan Bendung Pengelak
a) Bendung pengelak dibangun di alur sungai;
b) Desain limpasan bendung pengelak 1% atau 2 % dari umur bendung;
c) Banjir rencananya sampai pada kisaran minimal 25 tahun;
d) Kondisi tempat kerja harus senantiasa kering dan menjamin fasilitas sanitasi

7 - 3
Spesifikasi Teknis

cukup tersedia untuk pekerja.


5) Pekerjaan Pengeringan Pondasi
a) Alat pengeringan rembesan tersedia dalam berbagai jenis dan dapat
dioperasikan dengan baik;
b) Pada penggalian untuk keperluan struktur pondasi sampai ke bawah muka air
tanah, bagian tersebut sebelumnya harus dikeringkan terlebih dahulu untuk
memudahkan proses penggalian;
c) Proses pengeringan harus dilakukan dengan cara yang benar.

7.5. PELAKSANAAN PEKERJAAN


Pelaksanaan pekerjaan yang perlu diperhatikan dalam pedoman spesifikasi teknis
pekerjaan dewatering harus memuat :
7.5.1 Pengelakan Tahapan Ganda
1) Urutan Pekerjaan
Untuk metode pengelak dengan dua tahap, urutannya sebagai berikut :
a) Laksanakan pembangunan bendung pengelak yang biasanya diperpanjang
sampai alur sungai untuk menyediakan ruang kerja yang kering agar konstruksi
bangunan pengeluaran permanen dan sebagian dari bendung utama dapat
dikerjaan, penggalian dapat dilakukan pada tebing lainnya untuk memperbesar
penampang sungai dan menaikkan kapasitas pengaliran;
b) Bangunan pengeluaran dan sebagian bendungan dibangun pada lokasi yang
kering di belakang bendung pengelak;
c) Bendung pengelak diperbesar dan diperpanjang ke alur sungai untuk
memperbesar lokasi kerja yang kering sebelum aliran sungai dielakkan ke
bangunan pengeluaran permanen;
d) Sebagian atau seluruh bendung pengelak dibongkar sehingga dapat melalui
bangunan pengeluaran permanen;
e) Dibangun bendung pengelak tahap kedua;
f) Bangunan permanen yang belum dilaksanakan dibangun di belakang bendung
pengelak tahap kedua;
g) Penutup sungai hanya berupa penghentian aliran melalui bangunan pengeluaran;
2) Tahap Pengelakan
Pengelakan terdiri atas dua tahap sesuai dengan SNI 03-6456.1-2000, sebagai
berikut :
a) Pada tahap pertama, bendung pengelak dibangun dari tiap tebing untuk
pelaksanaan pembangkit tenaga listrik dan pintu air pelayaran, .Kecepatan
permukaan air yang masuk melalui ruang antara tidak lebih dari 5 m/dt yang
merupakan kecepatan maksimum yang dapat diterima untuk lalu lintas air di
sungai dengan kapal motor. Tiga bukaan untuk pelimpah dibuat di belakang
bendung pengelak kanan, digunakan untuk pengelak tahap kedua;
b) Tahap kedua terdiri dari pembuatan bendung pengelak di tengah alur untuk
bangunan pelimpah, bendung pengelak tahap pertama dibongkar untuk
memungkinkan aliran sungai mengalir melalui bukaan pelimpah dan dua pintu
turbin di tebing kanan tempat stasiun pembangkit tenaga listrik yang dibuat
sebelumnya. Pintu air pelayaran digunakan untuk lalu lintas air pada tahap ini.
7.5.2 Saluran Pengelak
Saluran pengelak kebanyakan digunakan pada lembah lebar. Saluran alami atau alur
dasar kadang-kadang digunakan, tetapi pada kenyataannya kasus diperlukan penggalian.
Oleh karena kecepatan rata-rata umumnya kurang dari 10 m/dt dan kebanyakan volume
galian sebanyak 200 m3/setiap m3/det aliran. Apabila ada tipe aliran tidak memungkinkan
untuk dihitung, model hidraulik perlu dibuat. Keadaan aliran pada bagian masuk dn bagian

7 - 4
Spesifikasi Teknis

keluar dengan bagian yang meruncing menggambarkan belokan tajam dengan resiko
gerusan lokal yang sangat tinggi sesuai dengan SNI 03- 6456.1-2000.
7.5.3 Penutupan Alur Sungai
Berdasarkan SNI 03-6456.2-2000 pekerjaan penutupan alur sungai adalah sebagai berikut
:
1) Penutupan Sungai Secara Vertikal
Kecepatan penutupan dapat mencapai 1000 ton/jam, tergantung kapasitas angkut
serta jalan masuk. Penyelesaian penutupan yang tinggi, digunakan beberapa blok
yang sangat besar (satu diantaranya diletakkan ke hulu untuk menenangkan air) yang
dirangkai dengan kabel sehingga akan sangat membantu dalam tahap yang sulit.
Kajian tentang ketersediaan kuari sangat diperlukan guna menentukan penutupan.
Penutupan sungai mempunyai dua tahapan yang sangat berbeda, yaitu:
a) Tahap pertama, apabila perbandingan antar kedalaman dan tekanan air cukup
besar, aliran belum mencapai kritis, kecepatannya yang menyinggung material
penutup lebih rendah dari kecepatan rata-rata di alur sungai. Kepadatan serta
lebar tanggul memerlukan diameter material D yang secara kasar sepadan dengan
1/3 tinggi tekan air dan dapat dikurangi menjadi ¼ jika material yang dapat diterima
hanya sedikt atau untuk beda tekan yang kecil.
b) Tahap kedua atau tahap terakhir penutupan kondisi kritis akan muncul dan tidak
dapat dihindarkan. Biasanya kondisi kritis terjadi pada saat ujung timbunan
mendekati penyambungan. Untuk mempertahankan tampang melintang yang tetap
dengan menggunakan material yang jauh lebih besar atau tetap dengan
menggunakan material kecil dengan memperkenankan banyak butir yang hilang.
Pada penutupan kecil (1,5 m sampai 2 m) dapat dihemat banyak material jika
material penutupan (yang dibatasi sampai beberapa ratus m3) ditempatkan
bulldozer dalam beberapa menit. Selama tahap akhir atau ketika aliran kritis terjadi
dalam tahap pertama, perilaku material akan serupa dengan dipergunakan
sebagai pelindung pemecah gelombang.
Penggunaan dua tanggul mengakibatkan tekanan air hampir selalu terbagi dua pada
masing-masing tanggul. Penutupan ganda lebih mudah dilaksanakan dibandingkan
dengan penutupan tunggal.
2) Penutupan Sungai Secara Horisontal
Penutupan dilakukan dengan membuat tanggul secara merata dan serentak
melintang sungai. Untuk meletakkan material secara serentak diperlukan peralatan
khusus, umumnya terdiri dari jembatan, jembatan layang, derek kabel (untuk blok
sampai 10 ton atau lebih), atau ban berjalan atau kapal keruk (untuk material ukuran
kecil). Tahapan penutupan secara horisontal adalah sebagai berikut :
a) Pada tahap pertama penutupan, ukuran material ditentukan oleh tinggi tekan air.
b) Pada tahap akhir, ukuran material ditentukan oleh debit per aliran per meter pada
lereng downstream.
c) Pada tahap pertengahan (yang biasanya paling sulit), ditentukan oleh kedua
parameter yaitu oleh tinggi tekan air dan debit per eliran per meter serta produk
yang dihasilkannya misalnya energi per meter.

Ukuran material yang diperlukan dapat diperkecil dengan membuat penutupan alur
sebesar mungkin agar dapat mengurangi debit aliran per meter sehingga energi
maksimum dapat berkurang.
7.5.4 Pekerjaan Bendung Pengelak
Berdasarkan SNI 03-6465.2-2000 pembuatan bendung pengelak dapat terbuat dari urugan
batu atau urugan tanah. Bendung urugan batu dengan membran di hulu hampir tidak
pernah digunakan karena pemasangannya memakan waktu yang sangat lama dan
kesulitan dalam pelaksanaan kaki pondasi hulu untuk membran. Penempatan inti lempung
atau urugan dengan spesifikasi dan pemeriksaan kadar air yang tepat akan mengalami
kesulitan jika harus dikerjakan dalam waktu singkat. Untuk mencapai kekedapan pada
bendung pengelak urugan sedang sampai tinggi dilakukan sebagai berikut :

7 - 5
Spesifikasi Teknis

- dengan inti lempung dipasang di bawah air sebagaimana kebanyakan material- material
transisi dan urugan.
- dengan diaphragma sentral yang dibangun di tempat kering atau di bawah air selama
atau setelah pengurugan.
Dinding turap pancang dapat dihubungkan dengan batuan dasar di tempat kering atau
sebagai alternatif di dalam air (kemungkinan dilengkapi dengan grouting).
7.5.5 Pekerjaan Pengeringan Pondasi
Penyedia Jasa sebaiknya menyediakan, memasang dan mengoperasikan segala jenis
pompa serta peralatan lainnya yang dibutuhkan untuk keperluan pengeringan rembesan
pada berbagai bagian pekerjaan dan juga untuk menjaga agar pondasi bebas dari air,
sesuai dengan ketentuan konstruksi untuk setiap jenis pekerjaan.
Metoda yang digunakan kontraktor untuk memindahkan air dari galian pondasi akan
bergantung pada persetujuan Tenaga Ahli atau Direksi Pekerjaan.
Pada penggalian untuk keperluan struktur pondasi sampai ke bawah muka air tanah,
bagian tersebut sebelumnya harus dikeringkan terlebih dahulu untuk memudahkan proses
penggalian.
Proses pengeringan harus dilaksanakan dengan cara yang benar, sehingga dapat
memcegah terjadinya penurunan daya dukung pondasi, mempertahankan kestabilitasan
pada kaki galian, menghasilkan kegiatan konstruksi yang bebas dari genangan air, dan
menghasilkan pondasi yang kering sehingga ikatan yang baik antara pondasi dengan
material timbunan kembali.
Penyedia Jasa perlu mengontrol saluran pembuang di sepanjang galian pondasi atau di
tempat-tempat lain, untuk mencegah adanya akumulasi limpasan air.

7.6. PENGENDALIAN MUTU


Pengendalian mutu yang perlu diperhatikan dalam pedoman spesifikasi teknis pekerjaan
dewatering harus memuat :
7.6.1 Penerimaan Bahan
Bahan yang diterima harus diperiksa oleh pengawas penerimaan bahan dengan
mengecek/memeriksa bukti tertulis yang menunjukkan bahwa bahan-bahan yang telah
diterima harus sesuai dengan ketentuan Persyaratan Bahan Pada Pekerjaan dewatering.
7.6.2 Kondisi Cuaca
Dalam pelaksanaan pekerjaan dewatering harus dilakukan pada saat musim kemarau atau
tidak terjadi hujan.

7.7. PENGUKURAN DAN PEMBAYARAN


7.7.1 Pengukuran
Kuantitas pekerjaan dewatering diukur berdasarkan biaya langsung personil, peralatan dan
meterial digunakan dalam pelaksanaan pekerjaan. Biaya langsung personil meliputi
keterlibatan tenaga ahli dan tenaga pendukung. Biaya peralatan dihitung berdasarkan
biaya sewa peralatan atau pembelian. Biaya material dihitung berdasarkan volume
pekerjaan yang dilakukan.
7.7.2 Dasar Pembayaran
Kuantitas yang ditentukan seperti diuraikan di atas, akan dibayar dengan Harga Kontrak
per satuan pengukuran, untuk Mata Pembayaran yang terdaftar di bawah dan ditunjukkan
dalam Daftar Kuantitas dan Harga, dimana harga dan pembayaran tersebut harus
merupakan kompensasi penuh untuk penyediaan, penanganan, perawatan, semua tenaga
kerja dan setiap peralatan yang diperlukan dan semua biaya lain yang perlu dan biasa
untuk penyelesaian yang sebagaimana mestinya dari pekerjaan yang diuraikan dalam
Bagian ini.

7 - 6
Spesifikasi Teknis

Nomor Satuan
Uraian
Pembayaran Pengukuran
1. Persiapan Lump sump
2. Biaya Langsung Personil Orang Bulan
3. Biaya Langsung Non Personil :
3.1. Biaya sewa peralatan Unit-Bulan
3.2. Biaya beli peralatan Unit/Buah

7 - 7
Spesifikasi Teknis

Volume I : Umum
Bagian - 8 : Pekerjaan Pintu Air

8.1. RUANG LINGKUP


Pedoman ini menetapkan ketentuan dan persyaratan, metode pelaksanaan pekerjaan,
pengendalian mutu serta pengukuran dan pembayaran pelaksanaan pekerjaan pintu.
Pedoman ini mencakup perencanaan, pengadaan, pengujian, finishing, pengecatan,
pengiriman ke lokasi pekerjaan, penyetelan yang ditunjuk oleh Direksi Pekerjaan.

8.2. ACUAN NORMATIF


Standar Nasional Indoensia (SNI) :
- SNI 03-3399-1994 : Metode Pengujian Kuat Tarik Kayu Di Laboratorium
- SNI 03-3400-1994 : Metode Pengujian Kuat Geser Kayu Di Laboratorium
- SNI 03-3527-1994 : Mutu Kayu Bangunan
- SNI 03-3958-1995 : Metode Pengujian Kuat Tekan Kayu Di Laboratorium
- SNI 03-3959-1991 : Metode Pengujian Kuat Lentur Kayu Di Laboratorium
- SNI 03-3960-1995 : Metode Pengujian Modulus Elastisitas Lentur Kayu di
Laboratorium
- SNI 03-3972-1995 : Metode Pengujian Modulus Elastisitas Lentur Kayu
Konstruksi Berukuran Struktural
- SNI 03-3973-1995 : Metode Pengujian Modulus Elastisitas Tekan dan Kuat
Tekan Sejajar Serat Kayu Konstruksi Berukuran Struktural
- SNI 03-3974-1995 : Metode Pengujian Modulus Geser Kayu Konstruksi
Berukuran Struktural
- SNI 03-3975-1995 : Metode Pengujian Kuat Lentur Kayu Konstruksi
Berukuran Struktural.
- SNI 03-6861.1-2002 : Spesifikasi Bahan Bangunan Bagian - A (Bahan
Bangunan Bukan Logam)
- SNI 03-6861.2-2002 : Spesifikasi Bahan Bangunan Bagian - B (Bahan Bangunan
Dari Besi/Baja)
- SNI 03-6861.3-2002 : Spesifikasi Bahan Bangunan Bagian - C (Bahan Bangunan
Dari Logam Bukan Besi)
8.3. ISTILAH DAN DEFINISI

8.3.1 Beban batas adalah beban maksimum yang masih dapat ditahan oleh benda uji sebelum
mengalami patah dan atau pecah.
8.3.2 Beban batas proporsional adalah kondisi pembebanan maksimum yang masih
memberikan hubungan linear antara besarnya beban dengan deformasi yang terjadi.
8.3.3 Benda uji tidak bebas cacat adalah benda uji yang mempunyai cacat yang dapat
melemahkan kekuatan kayu, tetapi tidak membahayakan konstruksi, seperti retak, mata
kayu, serta miring dan gubal. Cacat yang membahayakan konstruksi seperti lapuk, keropos,
termakan serangga (bubuk), dan bengkok atau melengkung, tidak diperkenankan.
8.3.4 Cacat kayu adalah kondisi alami atau buatan yang melemahkan kekuatan atau mengurangi
mutu kayu konstruksi.
8.3.5 Deformasi adalah perubahan bentuk benda uji yang sedang dibebani.
8.3.6 Deformasi atau lendutan adalah deformasi lengkung akibat beban lentur yang diberikan
pada benda uji.
8.3.7 Dimensi benda uji adalah ukuran nyata penampang balok kayu benda uji, dalam milimeter

8 - 1
Spesifikasi Teknis

dan ukuran panjang dalam meter.


8.3.8 Kayu bangunan adalah kayu olahan yang diperoleh dengan jalan mengkonversikan kayu
bulat menjadi kayu berbentuk balok, papan ataupun bentuk-bentuk lain yang sesuai dengan
tujuan penggunaannya
8.3.9 Kayu konstruksi adalah kayu gergajian yang digunakan sebagai komponen struktur
bangunan, dan mempunyai dimensi penampang tidak kurang dari 50 mm.
8.3.10 Lekukan adalah kerusakan lokal pada permukaan kayu yang diakibatkan tekana beban
terpusat atau reaksi tumpuan.
8.3.11 Lendutan geser adalah deformasi lentur yang terjadi akibat geser, dalam mm.
8.3.12 Modulus elastisitas lentur adalah modulus elastisitas yang dihitung berdasarkan beban
lentur.
8.3.13 Tekuk adalah perubahan bentuk terhadap sumbu lemah, akibat ketidak stabilan kayu uji
yang sedang diberi beban (tekan aksial atau lentur).

8.4. KETENTUAN DAN PERSYARATAN


Ketentuan dan persyaratan umum yang perlu diperhatikan dalam pedoman spesifikasi teknis
pekerjaan pintu ini harus memuat :
8.4.1 Toleransi Dimensi
1) Pekerjaan besi/baja
a) Batang sambungan geser (struts)
Penyimpangan maksimum terhadap garis lurus, termasuk dari masing-masing
flens ke segala arah : panjang/1000 atau 3 mm, dipilih yang lebih besar.
b) Permukaan yang Dikerjakan dengan Mesin
Penyimpangan permukaan bidang kontak yang dikerjakan dengan mesin tidak
boleh lebih dari 0,25 mm untuk permukaan yang dapat dipahat dalam suatu
segiempat dengan sisi 0,5 m.

(1) Diameter ubang


Lubang pada elemen utama : +1,2 mm - 0,4 mm
Lubang pada elemen sekunder : +1,8 mm - 0,4 mm
(2) Alinyemen Lubang
Elemen utama, dibuat di bengkel : ± 0,4 mm
Elemen sekunder dibuat di lapangan : ± 0,6 mm

c) Pelenturan Alat Angkat maksimum permukaan terhadap permukaan teoritis harus


kurang dari 1 (satu) milimeter pada setiap panjang 3 (tiga) meter
2) Pekerjaan Kayu
Penyimpangan penampang balok kayu tidak boleh lebih dari dari + 5 mm untuk setiap
panjang balok 2.00 meter
3) Pekerjaan Pengelasan.
Penyimpangan yang tidak dikehendaki akibat kesalahan penjajaran bagian-bagian yang
akan disambung tidak melampaui 0,15 kali ketebalan pada bagian yang lebih tipis atau
3 mm untuk material yang tebalnya lebih besar 12 mm.

8.4.2 Persyaratan Bahan


1) Pekerjaan Daun Pintu
a) Pelat Baja.
Persyaratan pekerjaan besi dan baja harus mengikuti sesuai dengan
SNI 03- 6861-2-2002. Spesifikasi Bahan bangunan bagian B (bahan bangunan
dari besi/baja

8 - 2
Spesifikasi Teknis

b) Kayu.
Tebal pintu kayu pada umumnya diprergunakan ukuran tebal 80 mm, 100 mm dan
120 mm.
Kayu yang akan dipergunakan harus mempunyai persyaratan kekuatan lentur
yang pengujian sesuai SNI 03–3959–1995, Metode Pengujian Kuat Lentur Kayu di
Laboratorium dan persyaratan pengujian kuat Tekan sesuai SNI 03–3958– 1995,
Metode Pengujian Kuat tekan Kayu di Laboratorium dan sebelum dipasang harus
diawetkan terlebih dahulu sesuai SNI 03–3233–1009, Tata Cara Pengawetan kayu
untuk bangunan rumah dan gedung.
2) Pekerjaan pengecatan
Semua komponen pintu beserta alat pengangkat, kerangka alur maupun kerangka
ambang baik yang tertanam di beton maupun yang terbuka agar tahan terhadap cuaca
harus dicat dengan “coaltar epoxy resin”, Pengecatan Komponen tersebut harus
memenuhi persyaratan sesuai SNI 06 – 6452 – 2000, Metode Pengujian cat bitumen
sebagai lapis pelindung.
3) Pekerjaan alat angkat
i. Stang pintu (alat pengangkat pintu) yang berupa tipe mur penggerak yang
dioperasikan secara manual/elektrik, dipasang pada balok atas pada rangka pintu
untuk menaikkan, menurunkan dan memegang pintu;
ii. Bahan Stang Pintu beserta pelengkapnya yang berupa baut, Tongkat batang
Penghubung, Handel Operasi Manual, roda gigi, reduksi, Tumpuan/bantalan,
maupun rangka alur (sponning) harus memenuhi persyaratan sesuai SNI 03- 6861-
2-2002 Spesifikasi Bahan bangunan bagian B (bahan bangunan dari besi/baja;
iii. Kerangka alur (sponning) harus mampu meneruskan tekanan air pada beton.
Permukaan rangka sponing harus betul dan rata. Pelenturan maksimum
permukaan terhadap permukaan teoritis harus kurang dari 1 (satu) milimeter pada
setiap panjang 3 (tiga) meter.
8.4.3 Persyaratan Kerja
1) Daun Pintu
a) Semua tipe pintu terdiri dari daun pintu air, kerangka utama penyekat dan
komponen lain yang diperlukan. Pintu yang digunakan harus sesuai dengan Gambar
dengan konstruksi las, lebar dan tinggi bersih daun pintu;
b) Jika detail bangunan pintu tidak ditentukan dalam spesifikasi ini maka Penyedia
Jasa harus membuatnya dengan persetujuan Direksi;
c) Pelat pintu air harus terletak di bagian hulu. Tebal minimum pelat pintu air adalah 6
(enam) mm, termasuk ke longgaran korosi 2 (dua) milimeter;
d) Kerangka utama mendatar terbuat dari profil U dengan kelonggaran korosi 2 (dua)
milimeter. Lendutan balok pada beban penuh harus kurang dari 1/800 bentang pada
beban maximum;
e) Seal harus terdiri dari bahan karet yang diklem pada pintu dengan baut, mur dan
cincin baja. Seal harus disambung pada ujungnya dengan cara divulkanisir agar
menerus. Tegangan tarik pada sambungan harus lebih besar dari 50% (lima puluh
persen) pada bagian tanpa sambungan. Seal harus dibentuk sedemikian sehingga
dapat menahan air dengan baik.
2) Kerangka Pintu
Setiap rangka pintu harus terdiri dari kerangka ambang dasar pintu, kerangka atas dan
kerangka tarik/sponing dan semua komponen lain yang diperlukan pada pemasangan
rangka pintu yang lengkap dan memudahkan operasi pintu. Jika konstruksi rangka pintu
tidak dijelaskan secara rinci disini, maka harus dibuat oleh Penyedia Jasa dengan
persetujuan Direksi Pekerjaan.
a) Kerangka Ambang
Kerangka ambang harus dibuat yang benar terhindar dari puntir dan bengkokan
agar tidak terjadi bocoran dibawah pintu. Kerangka ambang harus direncanakan

8 - 3
Spesifikasi Teknis

agar dapat meneruskan gaya – gaya yang terjadi pada beton atau pasangan batu
kali tanpa terjadi pelenturan.
b) Kerangka Sponing
Kerangka sponing harus mampu meneruskan tekanan air pada beton. Permukaan
rangka sponing harus betul dan rata. Pelenturan maksimum permukaan terhadap
permukaan teoritis harus kurang dari 1 (satu) milimeter pada setiap panjang 3
(tiga) meter. Permukaan harus dikerjakan dengan mesin dan diperkeras untuk
memberikan perlindungan terhadap keausan.
c) Kerangka Atas
Balok atas harus diletakkan diatas rangka samping dan harus mendukung
pengangkat roda gigi. Balok atas harus mampu menahan beban pengangkat.
3) Stang
a) Umum
Stang pintu berupa tipe mur penggerak yang dioperasikan secara manual dan
tenaga listrik, dipasang pada balok atas pada rangka pintu untuk menaikkan,
menurunkan dan memegang pintu. Stang harus terdiri dari peralatan
mekanis/listrik, yaitu : tumpuan, mur penggerak, roda gigi, handel pemutar dan
komponen lain yang memerlukan pengoperasian secara efisien. Stang harus
direncanakan agar mampu menahan beban yang terjadi.
Jika konstruksi stang yang perinciannya tidak diterangkan disini, maka harus
dibuat oleh Penyedia Jasa dengan persetujuan Direksi Pekerjaan.
b) Peralatan Mekanis, meliputi :
(1) Tumpuan/bantalan
Tumpuan harus berupa tipe bola, silinder atau datar
(2) Roda gigi reduksi
Semua roda gigi, kecuali roda gigi reduksi yang terbuat dari brons pospor
tuang, harus dibuat dari baja tuang atau baja tempa. Roda gigi dan bantalan
harus cukup kaku terhadap gerakan. Roda gigi harus mempunyai “rumah”
yang dapat dilepaskan untuk memudahkan pelumasan.
(3) Kloping
Kloping harus dilengkapi, dengan maksud untuk penyesuaian dan pelekatan
secara tetap pada tongkat sesudah penyesuaian kedudukan pintu dilapangan.
(4) Ulir Pengangkatan
Ulir pengangkatan harus terbuat dari baja tempa atau bahan lain yang
disetujui dan dikerjakan dengan mesin. Ulir pengangkat yang dapat
dihubungkan dengan roda gigi pinggir harus terdiri dari penopang roda gigi
dan bantalan pemandu sebagai penguat.
(5) Tongkat Penghubung
Tongkat penghubung dibuat dari batang baja.
(6) Handel Operasi Manual
Setiap sebatang harus dilengkapi dengan handel operasi manual yang dapat
mengangkat beban penuh sebagaimana direncanakan. Gaya untuk memutar
alat harus lebih kecil dari 15 (lima belas) kilogram.

8.5. PELAKSANAAN PEKERJAAN

Pelaksanaan pekerjaan yang perlu diperhatikan dalam pedoman spesifikasi teknis pekerjaan
pintu ini harus memuat :

8 - 4
Spesifikasi Teknis

8.5.1 Perencanaan
Kegiatan perencanaan pintu pada dasarnya tergantung pada beban dan tegangan rencana,
yang meliputi :
1) Beban rencana
a) Pintu
Pintu harus direncaakan dengan kondisi beban sebagai berikut :
- Beban air
- Beban air pada pintu harus seperti yang ditunjukkan pada gambar.
- Beban – beban lain
- Reaksi yang diakibatkan oleh berat sendiri. Semua beban yang akan terjadi
pada saat awal, menaikkan atau menurunkan pintu.
b) Rangka Pintu
Beban – beban pada rangka pintu terdiri dari beban pada tumpuan, beban karet
sekat dan semua beban lain yang diakibatkan pengoperasian pintu dan perangkat.
Rangka pintu harus mampu meneruskan beban dari karet sekat pintu ke beton
atau pasangan batu kali pada bangunan.
c) Alat Pengangkat
Alat pengangkat harus direncanakan untuk menaikkan, menurunkan dan
memegang pintu pada setiap posisi di antara keadaan pintu tertutup dan pintu
terbuka penuh. Ketinggian pengangkatan harus seperti pada gambar. Kapasitas
rata – rata pengangkat, tongkat ulir harus mampu menaikkan atau menurunkan
pintu pada kombinasi yang paling membahayakan.
2) Tegangan Rencana
a) Batang Baja
Tegangan yang diijinkan pada beban normal pada batang baja haruslah sebagai
berikut :

Batang Baja Tegangan Izin


- Tegangan Tarik 1200 kg/cm2
- Tegangan Desak 1200 kk/cm2
- Tegangan Lentur 1200 kg/cm2
- Tegangan Geser 700 kg/cm2

Tegangan yang diijinkan pada kondisi beban sementara ditentukan 50% (lima
puluh persen) lebih besar dari pada kondisi beban normal. Tegangan ekivalen
yang diakibatkan kombinasi tegangan biaxial atau triaxial tidak boleh melebihi
tegangan ijin diatas. Bagaimanapun juga tidak diijinkan ada tegangan yang
melebihi 90% (sembilan puluh persen) dari tegangan maksimum material yang
digunakan. Tebal pelat baja untuk pekerjaan pintu adalah minimum 6 (enam) mm.
Modulus kelangsingan atau faktor tekuk pada kerangka baja desak utama harus
kurang dari 159 dan pada baja lainnya harus kurang dari 240.
b) Bagian Mesin
Semua bagian mesin pada alat pengangkat yang dikenal beban normal atau
kondisi beban rata – rata harus direncanakan berdasarkan angka keamanan
terhadap tegangan batas bahan yang digunakan, sebagai berikut :

Angka keamanan bagi tegangan


Bahan
Tarik Tarik dan desak Tarik dan geser
- Baja untuk generator atau 5,0 5,0 8,7
konstruksi yang dilas
- Baja karbon tempa 5,0 5,0 8,7

8 - 5
Spesifikasi Teknis

Angka keamanan bagi tegangan


Bahan
Tarik Tarik dan desak Tarik dan geser

- Baja karbon untuk konstruksi


5,0 5,0 8,7
mesin bangunan
- Baja batang tahan karat 5,0 5,0 8,7
- Baja karbon tuang 5,0 5,0 8,8
- Besi tuang 10,0 3,5 10,0
- Brons tuang 80 8,0 10,0

c) Tegangan Beton
Tegangan beton yang diijinkan pada tumpuan tidak lebih dari 50 kg/cm2 dan
Tegangan geser yang diijinkan tidak lebih dari 5,5 kg/cm2, tegangan desak yang
diijinkan pada pasangan batu kali tidak lebih dari 15 kg/cm2.
8.5.2 Perakitan dan Pengujian di Bengkel
1) Pintu dan Rangka Pintu
Setiap pintu dengan seal karet harus dirakit dibengkel. Pada saat perakitan, pintu harus
diperiksa mengenai ukuran, kelonggaran dan ketepatan posisinya. Setiap kesalahan
dan ketidak tepatan yang ditemukan harus dikoreksi dengan tepat. Seak karet harus
tepat pada posisinya saat perakitan di bengkel. Rangka sponing, balok atas dan balok
ambang pada rangka pintu harus diperiksa kelurusannya. Semua ukuran rangka pintu
yang berkaitan dengan ukuran pintu harus diperiksa dan setiap kesalahan dan ketidak
tepatan posisinya yang ditemukan harus diperbaiki. Suku cadang harus sesuai dan
dihindari selama perakitan dan pengangkutan.
2) Stang
Setiap stang harus dirakit dibengkel secara lengkap dan diperiksa kehalusan
permukaannya. Semua bagian harus diperiksa untuk menjamin bahwa semua
kelonggaran dan toleransi telah dipenuhi dan tidak ada kesalahan yang terjadi pada
setiap gerakan peralatannya.
Semua bantalan harus diperiksa dengan teliti, semua pelumas dengan gomok dan oli
yang diperlukan harus diuji. Setiap cacat atau ketidak tepatan operasi yang ditemukan
harus diperbaiki dan pengujian diulang kembali.
8.5.3 Pemasangan dan Pengujian di Lapangan
1) Rangka Pintu
a) Rangka pintu harus dirakit dan dipasang pada tempatnya seperti gambar yang
telah disetujui pada posisi yang sesuai dengan toleransi yang diizinkan. Letak baut
atau perlengkapan lain harus dipasang pada rangka pintu dengan posisi yang
tepat.
b) Ikatan antara rangka pintu dan penopang harus kuat sehingga pada saat beton
dicor tidak akan merubah posisi rangka pintu. Jika diperlukan untuk menjamin
posisi yang tepat dapat dilengkapi dengan penjepit tambahan.

c) Pemasangan seal karet harus hati–hati agar terletak pada permukaan yang tepat
sesuai dengan toleransi yang diizinkan. Pengecoran tidak diperkenankan bila
belum dirakit dengan lengkap dan teliti. Sewaktu pengecoran beton harus
diperiksa agar ukuran dan bentuknya sesuai gambar dan dalam batas toleransi.
Jika terjadi kesalahan harus segera diperbaiki.
2) Pintu
Pintu harus dirakit dan dipasang sesuai gambar detail yang disetujui. Pintu–pintu harus
dirakit dan dipasang sesuai dengan toleransi yang diizinkan.

3) Pengangkat
a) Sebelum dirakit, semua permukaan bantalan, sponing, alur dan lubang oli harus

8 - 6
Spesifikasi Teknis

dibersihkan dan dilumasi dengan oli dan gomok yang akan disetujui. Sesudah
dirakit, setiap sistim pelumasan harus diperiksa. Setiap pengangkat, lengkap
dengan perlengkapannya, harus dipasang sesui dengan gambar yang disetujui.
Pengangkatan harus diletakkan dan distel sehingga sesuai dengan alat
pengangkat pintu.
b) Sesudah pemasangan pengangkat dan sebelum dihubungkan dengan pintu,
pengangkat harus dioperasikan dan diperiksa, sesudah selesai pemeriksaan
tersebut, mur penggerak dihubungkan dengan pintu dan stang, kemudian ditest
dandistel sehingga dapat dioperasikan dengan tepat. Setiap kerusakan atau
ketidak tepatan operasi yang ditemukan selama pengujian harus diperbaiki dan
prosedur pengujian diulang kembali.
4) Pengecatan
a) Setiap ketebalan pengecatan harus mendapat persetujuan dari Direksi Pekerjaan;
b) Permukaan yang sudah siap harus dicat dasar sesuai dengan petunjuk
pengecatan dari pabrik;
c) Permukaan harus dibersihkan sesaat sebelum pengecatan;
d) Pengecatan lapis awal dan lapis akhir harus sesuai dengan cara dan peralatan
yang disarankan dari pabrik;
e) Cat yang dipakai harus mempunyai masa pemakaian tidak kurang dari 1 (satu)
tahun dalam keadaan segala cuaca di lokasi pekerjaan;
f) Penyedia jasa harus menyediakan cat yang cukup untuk pengecatan di lapangan
dan pengecatan perbaikan di bengkel;
g) Semua pengecatan, harus dilakukan secara rata dan halus pada permukaan. Cat
harus diaduk seluruhnya, ditapis dan dijaga kekentalannya agar seragam selama
dipergunakan;
h) Tidak diperkenankan melakukan pengecatan pada permukaan logam yang
suhunya kurang dari 10o Celcius;
i) Permukaan yang akan dilapisi cat harus bebas dari kelembaban selama
pengecatan;
j) Pengecatan dilakukan dengan kuas atau semprot;
k) Pengecatan lapis pertama, dilakukan langsung sesudah penyiapan permukaan.
Tiap lapis harus dibiarkan kering dan mengeras lebih dahulu seluruhnya
sebelum dilakukan pengecatan berikutnya;
l) Cat yang diproduksi oleh pabrik yang mempunyai nama baik dan disetujui oleh
Direksi Pekerjaan;
m) Pengecatan dengan tar-epoxy dan atau epoxy resin harus dilaksanakan pada
bagian–bagian dibawah ini :
(1) Permukaan–permukaan yang tampak dari rangka pintu kecuali yang ada
diatas permukaan tanah.
(2) Semua daun pintu
(3) Pengecatan komponen tersebut harus memenuhi persyaratan sesuai
SNI 06–6452–2000, Metode Pengujian Cat Bitumen sebagai lapis pelindung
(4) Semua logam besi yang permukaannya tidak dihaluskan, kecuali yang
disebutkan diatas harus dicat dengan 1 (satu) lapis cat dasar dan 4 (empat)
lapis cat “chlorinated rubber” atau yang sekualitas. Tebal total lapisan
tersebut termasuk cat dasar harus 0,15 – 0,20 milimeter. Semua peralatan
harus dicat sesuai dengan standar pabrik.
(5) Semua permukaan logam dengan finishing termasuk sekrup yang tampak
selama pengangkutan atau selama menunggu pemasangan harus
dibersihkan dan dilapisi dengan cat yang mudah larut dalam bensin agar tidak
berkarat.
5) Pengelasan
a) Semua pekerjaan las yang diperlukan pada pembuatan dan pemasangan pintu
dan perlengkapan dikerjakan dengan tenaga dengan cara las lindung busur metal

8 - 7
Spesifikasi Teknis

atau las busur otomatis;


b) Tes tembus warna harus dikerjakan oleh Penyedia Jasa, jika diperlukan oleh
standar spesifikasi ini atau kriteria perencanaan ini;
c) Alat ukur yang sesuai harus terpasang untuk pembacaan arus dan tegangan listrik
selama pengelasan berlangsung;
d) Semua bagian yang di las yang merupakan pekerjaan akhir dengan mesin harus di
las dahulu sebelum dimesin, kecuali tercantum ketentuan lain;
e) Semua pengelasan harus tidak terputus dan kedap air. Ukuran minimum batang
las 4,5 mm;
f) Semua cacat pengelasan harus dibersihkan sampai dasar logam yang baik dan
daerah tersebut perlu dites dengan “Ultrasonik” untuk menyakinkan bahwa cacat
telah benar terhapus sebelum dilakukan perbaikan las;
g) Semua pekerjaan pengelasan harus memenuhi persyaratan sesuai dengan
Spesifikasi pekerjaan pengelasan BS 5135 – 1984, Proces of Arc welding carbon
and Carbon Manganise steels.
6) Pekerjaan Alat Angkat
a) Stang pintu (alat pengangkat pintu) yang berupa tipe mur penggerak yang
dioperasikan secara manual/elektrik, dipasang pada balok atas pada rangka pintu
untuk menaikkan, menurunkan dan memegang pintu;
b) Bahan stang pintu beserta pelengkapnya yang berupa baut, tongkat batang
penghubung, handel Operasi Manual, roda gigi, reduksi, tumpuan/bantalan,
maupun rangka alur (sponning) harus memenuhi persyaratan sesuai SNI 03- 6861-
2-2002 Spesifikasi Bahan bangunan bagian B (bahan bangunan dari besi/baja);
c) Kerangka alur (sponing) harus mampu meneruskan tekanan air pada beton.
Permukaan rangka sponing harus betul dan rata. Pelenturan maksimum
permukaan terhadap permukaan teoritis harus kurang dari 1 (satu) milimeter pada
setiap panjang 3 (tiga) meter;
d) Kerangka ambang harus dibuat yang benar terhindar dari puntir dan bengkokan
agar tidak terjadi bocoran dibawah pintu. Kerangka ambang harus direncanakan
agar dapat meneruskan gaya–gaya yang terjadi pada beton atau pasangan batu
kali tanpa terjadi pelenturan.

8.6. PENGENDALIAN MUTU

Pengendalian mutu yang perlu diperhatikan dalam pedoman spesifikasi teknis pekerjaan
lain-lain ini memuat :
8.6.1 Penerimaan Bahan
Bahan yang diterima harus diperiksa oleh pengawas penerimaan bahan dengan
mengecek/memeriksa bukti tertulis yang menunjukkan bahwa bahan-bahan yang telah
diterima harus sesuai dengan ketentuan dan persyaratan (berlaku untuk semua jenis
pekerjaan).
8.6.2 Jaminan Mutu
Mutu bahan yang dipasok, kecakapan kerja dan hasil akhir harus dipantau dan dikendalikan
sebagaimana yang disyaratkan (berlaku untuk semua jenis pekerjaan).

8.7. PENGUKURAN DAN PEMBAYARAN

Pengukuran dan pembayaran yang perlu diperhatikan dalam pedoman spesifikasi teknis
pekerjaan pintu harus memuat :

8.7.1 Pengukuran
Pengukuran untuk pembayaran atas pintu yang disediakan dan dipasang pada bangunan
harus diukur berdasarkan biaya penyediaan dan biaya pemasangan.

8 - 8
Spesifikasi Teknis

8.7.2 Dasar Pembayaran


Pembayaran untuk pengadaan dan pemasangan pintu dibuat berdasarkan harga satuan per
unit seperti yang tercantum dalam Rencana Anggaran Biaya, mencakup biaya–biaya
pengadaan material, pengangkutan, penurunan, pemotongan, finishing, pengecatan semua
bahan, upah pekerja, peralatan yang diperlukan dan penyediaan semua perangkat keras
yang diperlukan termasuk besi beton dan lain – lain.

Nomor Mata Satuan


Uraian
Pembayaran Pengukuran

1 Pekerjaan Kayu Meter Kubik

2 Pekerjaan Pintu Unit

3 Pekerjaan Besi Tulangan Kilogram

4 Pekerjaan Besi Meter Panjang

5 Pengecatan Meter Persegi

8 - 9

Anda mungkin juga menyukai