Anda di halaman 1dari 31

RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT

(RKS)

KEGIATAN : PEMBANGUNAN SARANA DAN PRASARANA PEMERINTAHAN II


PEKERJAAN : PEMBANGUNAN MESS SATPOL KUTAI TIMUR
LOKASI : KAWASAN PEMERINTAHAN BUKIT PELANGI -SANGATTA

Lingkup Pekerjaan :
1. PEMBERSIHAN LAHAN DAN PEKERJAAN TURAP
2. PEMBANGUNAN GEDUNG MESS SATPOL

Pasal 1
UMUM

1.1 Standar Spesifikasi

Dalam melaksanakan pekerjaan Kecuali ditentukan lain, semua bahan-bahan dan cara
pelaksanaan harus memenuhi syarat-syarat standar yang berlaku di Indonesia dan
Peraturan Standar Pelaksanaan yang ditentukan oleh : “Ketentuan-ketentuan Standar
Indonesia”.

Standar dan Peraturan tersebut diantaranya ialah sebagai berikut :


1. UU No.18 tentang jasa konstruksi tahun 1999.
2. Peraturan beton bertulang indonesia 1971 ( PBI – 1971).
3. Standar tata cara perhitungan struktur beton untuk bangunan gedung SKSNI T-15-
1991-03.
4. Peraturan umum dari Dinas kesehatan kerja Departemen tenaga kerja.
5. Peraturan umum tentang pelaksanaan instalasi listrik (PUIL) 2000 dan PLN setempat.
6. Peraturan umum tentang pelaksanaan instalasi air minum serta instalasi pembuangan
dan perusahaan air minum.
7. Peraturan konstruksi kayu indonesia (PKKI-1961).
8. Peraturan bata merah sebagai bahan bangunan.
9. Peraturan muatan indonesia.
10. Peraturan perencanaan bangunan baja indonesia 1983.
11. Peraturan pengecatan NI-12.
12. Peraturan dan ketentuan lain yang dikeluarkan oleh jawatan/ instalasi Pemerintah
setempat, yang bersangkutan dengan permasalahan bangunan.

1.2 Daftar Upah Harian, Daftar Harga dan Biaya


Daftar harga dan biaya dan daftar upah harian yang diserahkan Pelaksana pada dokumen
perjanjian, yang menjadi bagian dari pada Kontrak, harus sudah meliputi semua yang
berhubungan dengan penyelenggaraan (handling) semua buruh, material, peralatan,
instalasi/mesin dan peralatan, penyusutan, overhead, keuntungan, pengobatan, pajak, ijin,
pelayanan sosial, asuransi kecelakaan dan semua yang berhubungan dengan pekerjaan
tersebut.

1.3 Standar Ukuran-ukuran dan Kuantitas


Semua ukuran-ukuran dalam gambar-gambar dan kuantitas dalam Bill of Quantitas dan
Daftar Upah Harian dalam Sistem Satuan Internasional dan uang dalam Rupiah kecuali
ditunjukkan lain.
1.4 Pemberitahuan Pelaksanaan
Pelaksana harus memberitahukan secara tertulis dengan lengkap semua pelaksanaan yang
dianggap penting oleh Pejabat Pembuat Komitmen supaya Pejabat Pembuat Komitmen
menganggap perlu untuk melakukan inspeksi lapangan atau untuk keperluan lain.
Pelaksana tidak akan memulai pekerjaan yang penting tanpa persetujuan Pengelola Teknis.

1.5 Bahan – bahan Bangunan

a. Semen Portland, Semua semen harus semen Portland yang disesuaikan dengan
persyaratan dalam Standar Indonesia N.I.

b. Semua bahan pasir kerikil dan bahan-bahan bangunan tembok yang dipakai untuk
semua bangunan dan pekerjaan yang akan dilaksanakan termasuk dalam Dokumen
Kontrak, dan untuk semua tujuan yang bersangkutan dan yang mungkin dikehendaki
oleh Pengelola Teknis, harus terdiri dari bahan-bahan yang diperinci dan harus sesuai
dengan berkas permintan yang diberikan Pengelola Teknis.

Pasal 2
PEKERJAAN PEMBERSIHAN LAHAN DAN PEKERJAAN TURAP

A. Lingkup Pekerjaan

Pekerjaan ini meliputi kesiapan pengadaan tenaga kerja, peralatan memadai serta alat
dan bahan. Hal tersebut meliputi juga kesiapan pembuatan jalan kerja untuk mendukung
operasional proyek, pembersihan, pengupasan, penggalian, perataan, pengatur
kemiringan tanah, pemadatan.

►Umum

Sebelum pelaksanaan, tim pengukur harus mempelajari gambar Detail pelaksanaan agar
tidak terjadi Kesalahan pengukuran di lapangan. Selama proses pekerjaan berlangsung,
tim pengukuran harus ada dilokasi untuk memonitor batas dan evaluasi.

►Pelaksanaan ( Pembersihan dan Pemotongan Pohon )

Lahan diatas tanah asli harus dibersihlkan dari semua tumbuhan seperti pohon, batang
pohon tunggal, akar- akar pohon yang tertimbun, semak, rumput, dan bahan lain yang
mengganggu dalam batas sesuai dengan ketentuan gambar kerja atau sesuai petunjuk
pengawas. Umumnya pembersihan dan pemotongan pohon dilaksankan pada lahan dan
jalan yang akan dibangun. Pembersihan- pembersihan dan pemotongan pohon dilakukan
sebelum pekerjaan perataan.

►Pengupasan dan Penumpukan Tanah Lapisan Atas

a. Pengupasan tanah lapisan atas harus meliputi penggalian bahan yang berasal dari
lapisan penutup tanah asli pada daerah yang ditentukan atau sesuai petunjuk
pengawas lapangan. Tanah lapisan atas harus dipisahkan dan ditumpuk di lokasi
yang ditentukan/ digunakan dalam perlengkapan dan reklamasi.

b. Umumnya pengupasan dibutuhkan pada lokasi gunung dan rawa. Tanah harus
dikupas sampai daerah tanah organik dan agar sesuai petunjuk pengawas lapangan.
Kecuali bila ditentukan lain oleh pengawas lapangan jarak/ radius pengupasan
minimal 50 meter atau sesuai petunjuk lapangan.

c. Untuk pekerjaan pengupasan ini biasanya hanya menggunakan alat dozer ringan atau
Exavator. Tempat penumpukan tanah lapisan atas hasil pengupasan harus dilengkapi
dengan pencegahan erosi misalnya dengan membuat system drainase sementara.
►Pekerjaan Cut & Fill

a. Pekerjaaan ini meliputi pemotongan dan penimbunan lahan sesuai garis dan evaluasi
gambar kerja atau petunjuk pengawas lapangan. Dalam pelaksanaan cut & fill ini
untuk pelaksanaan pengupasan harus sudah selesai sehingga permukaan tanah
harus sudah bebas dari tanah lapangan dan juga akar- akar pohon yang tidak
disyaratkan secara teknis.

b. Untuk daerah yang ditimbun harus menggunakan bahan yang sudah diperiksa dan
disetujui oleh pengawas Lapangan. Selanjutnya tanah urugan tersebut dipadatkan
sampai batas ketentuan seperti ditentukan ASTM D. 1557- 90 ( AASHTO T.180- 74)
yaitu, kepadatan relative 90 % dan kadar air ± 3 % untuk pemadatan tanah relative
smooth steel wheel vibratory roller digunakan untuk memedatkan.

c. Penggilasan harus dilakukan pada arah memanjang sepanjang timbunan dan


biasanya dimulai dari sisi terluar dan menunggu kearah tengah dengan cara
sedemikian rupa agar setiap bagian menerima tinggkat pemadatan yang sama. Bila
timbunan ditempatkan secara horizontal lapis demi lapis dan setiap lapis memiliki
ketebalan maksimal 200 mm dan setiap lapisanya harus dipadatkan dengan baik.

d. Untuk daerah yang dipotong biasanya menggunakan alat excavator, ini untuk kondisi
pemotongan tanah dalam jumlah banyak untuk kondisi dimana tanah yang dipotong
relatif sedikit cukup menggunakan Dozer dan selanjutnya tanah/ tanah yang telah
dipotong harus di padatkan kembali untuk mencapai kepadatan kembali untuk
mencapai kepadatan tanah yang diinginkan.

B. Metode Pelaksanaan Pekerjaan Pembersihan lokasi dan Pekerjaan turap

►Pekerjaan Pendahuluan

Setelah Mendapatkan Surat Perintah Mulai Kerja ( SPMK ) Untuk melakukan kegiatan
diantaranya memobilisasi perataan dan tenaga. Mengadakan pengukuran dan
menentukan titik elevasi yang diinginkan, terdapat pada pekerjaan pengukuran diatas.
Setelah dilakukan pengukuran maka dilanjutkan dengan pembuatan gambar rencana
sesuai dengan bentuk lokasi yang diingikan. Untuk menyelesaikan seluruh pekerjaan ini
direncanakan dilaksanakan selama kurang lebih 30 ( Tiga Puluh ) Hari.

►Pekerjaan Tanah dan Pembersihan Lahan

Pekerjaan tanah dan pembersihan lahan yang telah diutarakan dalam pelaksanaan
pembersihan diatas yang sebelumnya pekerjaan dimulai maka yang pertama dilakukan
adalan membersihkan semak- semak belukar dan pohon yang ada dilokasi pekerjaan.
Semak- semak belukar dilakukan dengan tenaga manusia dengan menggunakan alat
Bantu.

►Pekerjaan Pemadatan Tanah Dasar

Yang termasuk dalam pekerjaan ini adalah membersihkan daerah milik jalan yang
terdapat dalam pekerjaan persiapan. pemadatan juga termasuk dalam pekerjaan ini
Standart yang dipakai adalah ASTM ( American Socitety for Testing and Materials ) & (
AASHTO ). Yang Sebelumnya menggunakan alat berat motor grader setelah itu
dilanjutkan pemadatan yang dilakukan dengan menggunakan Three Wheel Roller yang
dilakukan secara berulang- ulang sampai kepadatan yang diingikan.

►Pekerjaan Pemadatan Tanah Dasar

Pekerjaan ini mencangkup penggalian, pembuangan atau enumpukan tanah dari lahan
sekitar lokasi pekerjaan sesuai yang tercantum dalam kontrak atau rencana gambar.
►Pekerjaan Jalan

Sebelum dilaksanakan trafod batu gunung maka terlebih dahulu diadakan penyiapan
badan jalan, setelah itu diadakan pemadatan dan trafod batu gunung tebal 10 cm sesuai
yang tercantum dalam kontrak atau rencana gambar.

Pasal 3
PEKERJAAN PERSIAPAN

a. Pembersihan lokasi pekerjaan


Sebelum dimulainya pekerjaan, lokasi yang akan dibangun harus dibersihkan terlebih
dahulu dari puing-puing dan segala sesuatu yang tidak diperlukan atau dapat mengganggu
jalannya pekerjaan.
Semua benda / sampah yang dapat menghalangi jalannya kegiatan harus dikeluarkan dari
lokasi kegiatan ke tempat pembuangan yang telah disetujui oleh Konsultan Pengawas.

b. Mobilisasi/ Demobilisasi
Mobilisasi peralatan peralatan utama yang diperlukan dalam melaksanakan pekerjaan
berlangsung.

c. Pengukuran
1. Kontraktor harus mengadakan pengukuran kembali terhadap ketepatan ukuran-
ukuran yang tertera pada gambar dengan ukuran di lapangan secara teliti,
disaksikan oleh Konsultan Pengawas. Untuk mengetahui batas-batas dan bagian-
bagian bangunan yang akan dibongkar, dengan menggunakan waterpass dan alat
siku.

2. Jika terdapat perbedaan antara gambar dengan keadaan dilapangan yang


sebenarnya, maka Konsultan Pengawas akan mengeluarkan keputusan tentang hal
tersebut. Dan Kontraktor wajib melakukan penggambaran kembali tampak proyek,
lengkap dengan keterangan mengenai peil / ketinggian tanah, batas-batas, letak
pohon dan sebagainya.

3. Ukuran pokok dari pekerjaan dapat dilihat dalam gambar. Ukuran-ukuran yang
tidak tercantum, tidak jelas atau saling berbeda, harus segera dilaporkan kepada
Konsultan Pengawas. Apabila dianggap perlu, Konsultan Pengawas berhak
memberitahukan kepada Kontraktor untuk merubah ketinggian. Letak atau ukuran
suatu bagian pekerjaan.

4. Semua ketepatan pekerjaan pengukuran dan pemasangan stick out titik pancang
harus terjamin dan diperhatikan ketelitian yang sebenar-benarnya dengan
menggunakan alat-alat waterpass dan theodolith. Pengukuran sudut siku-siku
dengan prisma atau benang hanya diperkenankan untuk bagian-bagian kecil yang
telah disetujui oleh Konsultan Pengawas. Pengambilan dan pemakaian ukuran-
ukuran Kontraktor yang keliru adalah menjadi tanggung jawab Kontraktor
sepenuhnya.

d. Pemagaran sementara dari seng gelombang


Kontraktor wajib membuat pagar pengaman dari seng yang di cat, fungsinya untuk
pengamanan proyek selama pelaksanaan berlangsung, pembuatan pagar sementara
harus sesuai dengan petunjuk atau persetujuan direksi/ konsultan pengawas.

e. Papan nama proyek


Papan nama dibuat dari bahan yang tidak mudah rusak, dan dalam papan nama
tercantum nama kegiatan, nama pekerjaan, nama kontraktor pelaksana, nama konsultan
perencana, nama konsultan pengawas, nomor, tanggal, dan nilai kontrak fisik. Kontraktor
tidak diijinkan membuat iklan dalam bentuk apapun di dalam sempadan (batas) sire atau di
tanah yang berdekatan tanpa seijin dari pihak pemberi tugas.
f. Listrik Kerja + Lampu Penerangan Proyek
Kontraktor harus mengadakan genset atau listrik untuk penerangan dalam areal pekerjaan
dan berfungsi untuk keamanan dalam proyek.

g. Air Kerja
Kontraktor harus mempersiapkan air untuk pekerjaan yang sedang dilaksanakan, jika
dalam area pekerjaan terdapat danau atau sungai maka kontraktor harus menyediakan
mesin pompa atau alkon.

h. Laporan, Foto Dokumentasi & As Buillt Drawing


Dokumentasi terdiri dari foto-foto selama pelaksanaan pekerjaan berlangsung dan sampai
selesainya proyek tersebut. Foto-foto yang memperlihatkan kemajuan pekerjaan, ciri-ciri
tertentu dari pekerjaan, peralatan atau hal-hal yang menarik perhatian sehubungan
dengan pekerjaan atau lingkungannya harus dibuat sedikitnya tiga kali, yakni :
a. Sebelum memulai Pelaksanaan pekerjaan.
b. Selama berlangsungnya pekerjaan.
c. Setelah selesai pekerjaan atau setelah selesai periode Pemeliharaan.

Foto-foto ini harus dilakukan sedikitnya dari tiga pengulangan serta pada posisi yang sama
untuk masing-masing kejadian.
Ukuran dari foto-foto tersebut tidak boleh kurang dari 140 x 90 mm dan enam lembar hasil
cetakan masing-masing foto (dialbumkan), dengan membubuhkan nomor seri, tanggal
pengambilan dan keterangan ringkasnya harus disampaikan kepada Pejabat Pembuat
Komitmen.
Semua klise/negatif filmnya atau file digital harus dinomori, ditempatkan dalam arsip dan
disimpan di lokasi dan menjadi Pemberi Kegiatan. Biaya foto-foto tersebut seperti
ditentukan harus ditanggung oleh Kontraktor dan harus dianggap termasuk dalam butir
Lump Sum yang disajikan dalam Daftar Pengajuan Biaya. As Built Drawing di buat
sesudah atau selesainya pekerjaan .

i. Administrasi Proyek
Administrasi proyek disini pembuatan laporan-laporan harian, mingguan, bulanan, dan
kemajuan pekerjaan dilapangan.

Pasal 4
PEKERJAAN PANCANGAN

a. Lingkup Pekerjaan
1. Pengadaan Material Pancang Beton Square Pile 25X25X600
2. Pemancangan
3. Penyambungan Tiang Pancang
4. Memotong/memecah tiang pancang.

b. Standar
Sejumlah peraturan baku yang menjadi acuan di dalam penetuan persyaratan teknis ini
adalah :
 Tata Cara Penghitungan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung ; SK SNI 03-
2847-2002
 Standar Industri Indonesia (SII)
 American Concrete Institute (ACI)
 American Welding Society (AWS)
 American Society For Testing and Materials (ASTM)
 British Standard Code of Practice BS-8004 and BS-8110

c. Material
Material tiang yang digunakan di proyek ini harus mengikuti persyaratan mutu ini
harus mengikuti persyaratan mutu bahan maupun tata cara fabrikasi yang menjamin
agar semua tiang dapat terpasang dengan baik sesuai rencana.
Tiang pancang harus lurus dan bebas dari retak.Dalam hal terjadi pengiriman tiang
pancang bengkok/lengkung dan retak, maka material tersebut akan ditolak. Mutu
beton tiang pancang K-300
 Tulangan utama tiang pancang memakai U40 (baja tulangan ulir) dan tulangan
sengkang memakai U24 (baja tulangan polos).
 Pelat penyambung untuk tiang pancang memakai mutu pelat baja BJ-37.3.2
 Fabrikasi Tiang Pancang harus memenuhi persyaratan produksi yang berlaku
 Kontraktor harus menyerahkan spesifikasi tiang pancang dari fabrikasi kepada
direksi
 Setiap tiang pancang yang diproduksi diberi tanda berupa nomor referensi, mutu
beton, dimensi tiang dan tanggal pengecoran.
 Setiap nomor produksi harus dibuat sample kubus beton untuk inspeksi mutu
beton
 Setiap tiap pancang yang dikirim ke lokasi proyek harus sudah mencapai kekuatan
minimal 325 kg/cm2 dibuktikan dengan pengujian kuat tekan di job site.

d. Alat Kerja
Berdasarkan dimensi tiang yang digunakan di dalam proyek ini (tiang pancang mini 25
x 25 cm dengan panjang efektif.
(Leff) : = 18 m dari lantai atau sesuai gambar, maka alternative – alternative
alat pancang yang dapat digunakan dalam pemancangan ini adalah :
 Diesel Drop hammer 1,8 ton s/d 2,5 ton.
 Diesel Hammer K-35 (Type Steem Hamer/kobelco) dengan ram stroke minimal
dapat mencapai 1,5 meter.
Semua alat – kerja, seperti rig-pancang, diesel penggerak, hammer, helmet,. Cushion
dan alat-bantu lainnya yang berkaitan dengan pekerjaan ini harus dalam kondisi prima
sehingga mutu pekerjaan maupun schedule yang ditentukan dapat tercapai.

e. Persiapan
Sejumlah pekerjaan persiapan yang perlu dilakukan oleh kontraktor pancang sebelum
memulai pekerjaan pemancangan adalah :
 Pengukuran dan marking posisi titik pancang sesuai koordinat dalam gambar
piling plan terbaru yang disetujui oleh perencana. Pengukuran harus dilakukan
oleh surveyor yang qualified dibawah pengawasan pengawas / manajemen
konstruksi.
 Sebelum Pekerjaan pemancangan dimulai, kontraktor pancang akan mengajukan
metoda kerja, alat yangdigunakan dan schedule pemancangan beserta urutan
pemancangan yang akan dilakukan kepada pengawas / pemberi tugas untuk
mendapat persetujuan.
 Kontraktor pancang akan bertanggung – jawab terhadap kualitas pekerjaan
sehubungan dengan metoda dan alat kerja yang dipilih.

f. Prosedur pemancangan Tiang Pancang


Sejumlah persyaratan penting yang mutlak dipenuhi didalam prosedur pemancangan
adalah :
 Tenaga Kerja Terampil.
Kontraktor pancang wajib menyediakan tenaga kerja terampil dalam jumlah yang
cukup dan terlatih serta dibawah pengawasan tenaga ahli professional yang
berpengalaman. Sebelum pekerjaan dimulai, kontraktor pancang harus
menyampaikan struktur organisasi proyek beserta curriculum vitae tenaga ahli
yang terlibat di dalamnya.
 Seleksi Tiang Pancang.
Semua tiang pancang yang akan dipancang harus terseleksi dan memenuhi
kondisi sebagai berikut :
 Fisik tiang pancang harus cukup lurus dalam sambungan.
 Umur beton terpenuhi dan telah mencapai kuat tekan minimal 325
kg/cm2.
 Tidak ada cacat atau pecah sampai mencapai tulangannya.
 Tidak ada retak struktur sampai menembus tulangannya.
 Pemakaian Cushion.
Untuk mencegah kerusakan kepala tiang akibat konsentrasi beban dinamik
hammer pada saat pemancangan, semua kepala tiang yang akan dipancang harus
dilindungi dengan cushion block yang cukup. Cushion block harus diperiksa
dan diganti secara periodic untuk menjaga elastisitasnya agar tetap berfungsi
memproteksi kepala tiang terhadap beban dinamik hammer.
 Ketepatan posisi dan toleransi.
Semua tiang pancang harus dipancang pada posisi yang benar sesuai dengan
posisi patok yang ditentukan dan dikonfirmasi terhadap gambar rencana yang
telah disetujui perencana.
 Didalam aplikasi pemancangan, umumnya tiang pancang akan cenderung
bergeser dari patok yang ditentukan, oleh karena itu pergeseran yang boleh terjadi
harus dibatasi menurut code of practice yang berlaku. Pergeseran arah horizontal
kepala tiang harus dibatasi tidak lebih dari 5 cm. penyimpangan arah vertikal harus
dibatasi tidak lebih dari 0.5 % (persen) untuk tiang pancang yang seluruh
panjangnya tertanam di dalam tanah, denga catatan sembu tiang harus lurus.
Untuk kepala tiang yang diharuskan extend di atas muka tanah, maka
penyimpangan vertikalnya harus dibatasi tidak lebih dari 0,2 % (persen). Segala
biaya perbaikan yang timbul akibat penyimpangan dari ketepatan posisi dan
toleransi yang sudah ditentukan adalah menjadi tanggung jawab kontraktor
pancang.
 Terminasi pemancangan.
Setiap tiang pancang akan dipancang secara kontinyu sampai mencapai edalaman
effektif 18 m dari muka atas poer. Apabila selama pemancangan, tiang telah
mencapai lapisan tanah keras sebelum kedalaman 18 m dari muka atas poer,
pemancangan dapat dihentikan bila hasil kelendering 3 x 10 pukulan terakhir
mencapai penurunan pancang sesuai dengan kemampuan rencana (44 ton) atau (
1 cm s/d 2 cm) dengan menggunakan rumus pancang Hilley New Formula.
 Pencatatan dan laporan.
Setiap tiang pancang yang dipancang, mulai dari awal hingga akhir harus dicatat
dalam piling record form yang meliputi tanggal pemancangan, nomor tiang, umur
tiang, tipe dan ukuran tiang, jumlah tumbukan per 50 cm, kedalaman dan final set
yang dicapai. Setiap lembar pencatatan ini harus diperiksa dan diketahui oleh
Manajemen Konstruksi. Untuk ketertiban administrasi, kontraktor pancang perlu
membuat laporan harian mengenai progress pemancangan yang disetujui oleh
manajemen konstruksi.
 Loading test type PDA kapasitas 100 ton titik.
g. Spesifikasi Teknis Pengujian Dinamis Pondasi Tiang
Umum
Tujuan Pengujian; Menguji daya dukung statis pondasi tiang pancang tunggal
sehingga dapat dievaluasi terhadap daya dukung rencana.
Alat yang digunakan ; Alat pengukur Pile Driving Analyzer (PDA), sepasang
accelerometer, sepasang strain transducer, kabel utama, kabel penghubung, adaptor.
Alat pendukung :
• Massa hammer, dengan berat sesuai dengan beban ultimate rencana dari tiang.
• Alat penjatuh hammer (dapat digunakan crane atau sejenisnya)
Prinsip kerja pengujian ; Teori perambatan gelombang pada 1 dimensi (1– D wave
propagation) dengan asumsi tiang uniform dan sifat elastic – linier.
Standar prosedur pengujian ; pengujian dilakukan sesuai dengan prosedur pengujian
pada ASTM (American Standard Testing & Materials) D4945-89.
Penjelasan Khusus
Prinsip Kerja ;
Fungsi Massa Hammer
Bila dijatuhkan ke kapala tiang akan membangkitkan gelombang tegangan yang
kemudian menjalar sepanjang badan tiang.
Fungsi sensor accelerometer
Mendeteksi parameter gerakan material akibat perambatan gelombang tegangan yaitu
percepatan partikelnya, yang bila diintegritasikan terhadap waktu akan menjadi
kecepatan partikel (V) yang secara proposional dapat dikonversi menjadi gaya (F).
Fungsi Alat PDA
Merekam data (F) & (V) dalam fungsi waktu, menganalisanya, menampilkannya dalam
grafik serta dengan metode Case – Goble menghitung daya dukung statitis tiang serta
output turunannya lainnya.
Hasil Out-Put dari alat PDA
Selain hasil utama yaitu daya dukung statitis dari tiang yang diuji, maka ada beberapa
output yang dapat dihasilkan oleh PDA yang selengkapnya adalah:
1. RSU (Ton)
Daya dukung statitis pondasi tiang khususnya tiang dengan friksi yang tinggi.
2. CSX (Kg/cm2)
Tegangan tarik terukur pada material tiang di level sensor akibat impact.
3. TSX (kg/cm2)
Tegangan tarik terukur pada material tiang di level sensor akibat impact.
4. EMX ( Ton-meter)
Energi terukur pada tiang di level sensor akibat impact.
5. BTA (%)
Nilai Keutuhan tiang.

Metode Pelaksanaan pengujian


Metode serta prosedur pelaksanaan diterangkan dalam Metode Pelaksanaan
Pengujian dinamis Pondasi Tiang menggunakan PDA.

h. Metode Pelaksanaan Pengujian Dinamis Pondasi Tiang Menggunakan Pile


Driving Analyzer (PDA)
1. Pendahuluan
Pengujian dinamis pondasi tiang menggunakan alat pile Driving Analyzer (PDA)
dapat memberikan informasi – informasi penting yang berkaitan dengan interaksi
pondasi tiang – tiang di bawah beban aksial yang diberikan. Hasil – hasil yang
didapat dari pengujian dengan PDA ini adalah kapasitas tiang, transfer energy
hammer ke tiang, tegangan tekan dan tarik yang bekerja pada tiang akibat
tumbukan serta integritas (keutuhan) tiang.
Pada tiang pancang, pengujian dapat dilakukan saat pemancangan tiang (intial
driving) atau pada akhir pemancangan (end of driving) dapat juga dilakukan
pengujian dengan memukul kembali (Restrike) tiang yang telah dipancang. Waktu
yang disarankan untuk pengujian Restrike sebaiknya seminggu setelah
pemancangan, mempertimbangkan parameter fungsi waktu dari tanah, yaitu
dimana tanah telah kembali pada kondisi awalnya.
PDA dilengkapi dengan senior untuk mendapatkan parameter – parameter yang
diperlukan dalam analisa dengan metode Case-Goble yaitu masing-masing 2 buah
accelerometer dan 2 buah strain transducer berfungsi untuk mengukur regangan
dalam fungsi waktu, yang kemudian dikonversikan menjadi gaya (F). Sedangkan
accelerometer berfungsi untuk mengukur percepatan gerak partikel yang
kemudian diintegrasi terhadap waktu untuk mendapatkan kecepatan partikel (V).
Hasil rekaman dari transducer langsung dianalisa, sehingga langsung dapat
diketahui outputnya segera setelah tumbukan.
Metode Pelaksanaan
1.1 Persiapan tiang dan hammer
Persiapan tiang meliputi pengeboran lubang untuk dyna bolt dan parataan
permukaan tiang di lokasi penempatan transducer yang sudah ditentukan
sebelumnya. Tanah disekeliling tiang perlu digali dengan lebar yang cukup +
1,5 m dengan kedalaman minimal 2 x diameter + 60 cm, sehingga
memudahkan bagi orang yang bekerja.
Sistem hammer yang digunakan harus dapat memberikan energy yang untuk
menggerakkan ujung bawah tiang dan untuk memobilisasi penuh tahanan
kulit dan tahanan ujung tiang.
Untuk itu pemilihan jenis hammer, berat hammer dan system penjatuhan yang
tepat sangat diperlukan untuk mendapatkan hasil yang mewakili. Untuk
pengujian selama pemancangan (initial driving) dapat digunakan diesel
hammer, single acting hammer atau jenis lainnya sesuai yang tersedia di
lapangan. Untuk pengujian restrike juga dapat digunakan hammer seperti
diatas.

1.2 Penempatan Sensor


Sensor yang digunakan masing – masing 2 buah accelerometer (A1 dan A2)
dan 2 buah strain transducer (F1 dan F2). Pemasangannya, A1 dan F1 pada
satu sisi dan pada sisi berlawanban secara diametrical dengan A2 dan F2,
sebaiknya transducer ditempatkan pada jarak 1,5 – 2 D dari kepala tiang
untuk menghindari end effect akibat tumbuhan hammer (ASTM D4945-89).
Transducer harus dipasang dalam posisi tegak lurus dan harus cukup kuat
terpasang pada tiang untuk menghindari bending dan sliping, juga agar
gerakan transducer adalah identik dengan gerakan tiang.
1.3 Persiapan alat PDA
Alat PDA diletakkan cukup jauh dari tiang yang akan diuji dan pada tempat
yang kering dan teduh. Untuk sumber listrik power dapat digunakan listrik
PLN 220 Volt, genset atau battery 12 volt.
Setelah semua data input, kabel transducer dihubungkan kea lat PDA dan
transducer ditempelkan di bagian atas tiang. Untuk sensorstrain transducer,
pemasangannya harus baik dan nilai offsetnya harus diantara -3,5 s/d + 3.5,
bila tidak dalam range tersebut maka pengaturannya dapat dilakukan dengan
mengencangkan/ mengundurkan baut. Selanjutnya setelah semua transducer
terpasang dengan baik ke tiang, proses perekaman tumbukan hammer dapat
di lakukan.
1.4 Pengujian
Bila input data serta set-up alat sudah selesai dilakukan, maka pengujian
dapat dimulai, mesin hammer sudah dapat dijalankan seperti saat
pemancangan (bila menggunakan mesin hammer) pertama – tama harus
dilakukan hanya beberapa pukulan saja, lalu dievaluasi untuk melihat apakah
data yang terekam representative, bila ya, maka pemukulan dapat dilanjutkan,
untuk tiang pancang dengan mesin pancang, pukulan dapat dilakukan sampai
sebanyak 10-30 kali.
1.5 Analisa dan Evaluasi
Data rekaman hasil tumbukan hammer selanjutnya dianalisa oleh testing
engineer. Yang perlu dianalisa pertama-tama adalah proporsionalitasnya dari
kurva F & V. Kurva yang proporsional aialah bila F & V berimpit dari awal
hingga mendekati puncak. Pada saat puncak, V tipikal dapat lebih rendah.
Bila proporsionalitasnya jelek, maka perlu dicek kembali transducernya.
1.6 Interprestasi hasil
Informasi hasil out put alat PDA dapat dibagi dalam beberapa bagian yang
penting.
Tegangan
Tegangan pada materai tiang yang terukur pada level sensor harus
selalu diamati dalam setiap pukulannya, dan dibatasi tidak boleh
lebih besar dari tegangan yang diijinkan untuk material tiang. Lalu
karena akibat rambatan gelombang, dapat terjadi pula tegangan tarik, yang
harus diamati pula dan harus ditinjau terhadap nilai tegangan ijin untuk
material tersebut. Sehingga nilai parameter yang dapat dilihat pada hasil PDA
adalah CSX yaitu nilai tegangan tekan pada material tiang di level sensor
(kg/cm2) serta TSX yang adalah nilai tegangan tarik pada material tiang
dilevel sensor (kg/cm2)
Daya Dukung Statis
Tujuan utama dari pengujian ini adalah menentukan daya dukung tiang yang
berdasarkan metode Case-Goble dapat dihitung oleg PDA, ada beberapa hal
yang harus diperhatikan dalam menetukan daya dukung statitis tiang dengan
PDA ini, yaitu input WS harus sesuai dengan Kecepatan gelombang
sesungguhnya. Penentuan daya dukung dapat dilihat pada parameter RSU
yaitu daya dukung berdasarkan metode Case-Goble untuk kasus tiang
dengan friksi tinggi, juga RA2 yaitu daya dukung berdasarkan metode untuk
tiang dengan sifat end bearing.
Keutuhan Tiang
Karena prinsip kerja dari PDA adalah memanfaatkan rambatan gelombang,
setiap perubahan impedansi pada suatu tempat dibadan tiang ( menandakan
perubahan luas penampang / ketidaksinambungan ) akan memantulkan muka
gelombang keutuhan tiang sepanjang badan tiang dapat terpantau oleh PDA.
Nilai
keutuhan tiang beserta perkiraan lokasinya dapat dilihat pada parameter BTA
(dalam %).
Kinerja Hammer
PDA dapat mengeluarkan nilai energy terukur pada level sensor pada variable
EMX yang dapat dibandingkanterhadap nilai energy akibat tumbukan (berat
massa hammer dikali dengan tinggi jatuh) atau nilai yang tertera pada mesin
hammer, sehingga dapat diketahui nilai efisiensi dari hammer yang
digunakan, nilai EMX ini juga dapat digunakan untuk mengevaluasi apakah
energy yang diberikan sudah
memadai untuk memobilisasi penuh daya perlawanan tanah, dapat digunakan
untuk menilai apakah tiang sudah mencapai ultimate saat diuji dengan PDA.
Nilai efisiensi memadai adalah dalam batas 30 % s/d 60 %.
2. Laporan
Laporan hasil pengujian dinamis tiang dengan PDA ini akan memuat :
1. Data tiang yang diuji
2. Data tanahnya
3. Prosedur pengujian
4. Hasil Pengujian berupa table dan print-out alat
5. Rekomendasi
Selain itu juga akan dilampirkan :
A. Data Tanah
B. Sertifikat kalibrasi
C. Pengantar ke pengujian dinamis
D. ASTM D4946-89

3. Catatan khusus
Ada hal yang patut menjadi perhatian bagi semua pihak yang terlibat dalam
pengujian dinamis menggunakan PDA, bahwa banyak factor yang harus
dipertimbangkan untuk keberhasilan suatu pengujian. Komunikasi dan kerjasama
yang baik antara semua pihak sangat diperlukan. Hal yang penting untuk diingat
adalah bahwa PDA memberikan daya dukung tiang pada saat pengujian (the time
of testing), sehingga untuk pengujian PDA sebaiknya dilakukan dalam jangka
waktu yang cukup setelah pemancangan agar tanah mempunyai waktu untuk
kembali seperti semula (memperhitungkan factor set-up dan relaksasi dari tanah).
Kemudian karena sudah ada pembakuan prosedur pengujian oleh ASTM D4945-
89 maka semua langkah prosedur pengujian PDA dilakukan sesuai dengan
prosedur tersebut di seluruh dunia, tentunya dengan tetap memperhatikan
perbedaan kondisi di masing – masing lapangannya.
4. Cara Pengukuran dan Pembayaran
Hasil pekerjaan pancangan dihitung dalam satuan sebagaimana tercantum pada
Kontrak, diperiksa dan diterima baik oleh direksi. Jumlah pekerjaan yang diukur
dengan cara tersebut diatas akan dibayar sesuai dengan harga satuan untuk
pekerjaan tersebut . Didalam pekerjaan ini sudah termasuk pekerjaan pengadaan,
material, upah, peralatan dan biaya lain yang diperlukan untuk penyelesaian
pekerjaan tersebut.

Pasal 4
PEKERJAAN TANAH DAN PONDASI

i. Pekerjaan Tanah
Semua penggalian dan penimbunan pekerjaan tanah yang diperlukan harus dilaksanakan
menurut Dokumen Kontrak dan semua hal-hal yang bersangkutan dengan hal tersebut,
harus dilaksanakan sesuai dengan syarat-syarat dan petunjuk-petunjuk yang diberikan
disini harus diterapkan, kecuali bilamana syarat dan petunjuk tersebut dirubah secara
tertulis oleh Pejabat Pembuat Komitmen untuk bagian-bagian pekerjaan tertentu.

A.1 Pekerjaan Galian


a. Penggalian dalam pekerjaan tanah dilakukan dengan tenaga manusia.
b. Untuk pembayaran, tidak akan ada klasifikasi mengenai jenis, asal atau keadaan
bahan-bahan yang digali.
c. Semua penggalian harus dikerjakan menurut syarat-syarat dalam Bab ini garis-garis
serta tingkatan-tingkatan yang ditunjukkan pada gambar atau ditentukan oleh Pejabat
Pembuat Komitmen.
d. Selama pekerjaan berjalan mungkin perlu atau diinginkan adanya perubahan oleh
Pengelola Kegiatan mengenai lereng-lereng atau dimensi-dimensi penggalian sebagai
perbaikan atau perubahan sesuai dengan spesifikasi ini.
e. Dimana penggalian tidak akan ditutupi oleh bangunan atau konstruksi lain yang
diperlukan, mereka harus sepenuhnya dibuat menurut dimensi yang dimaksud dan
harus diselesaikan menurut garis-garis dan tingkatan yang telah ditentukan.
f. Penggalian harus diatur sedemikian rupa sehingga tidak mengganggu lingkungan dan
kecelakaan kerja.

A.2. Pekerjaan Timbunan Tanah Urug


a. Sebelum melaksanakan penimbunan tanah di area pembangunan, terlebih dahulu
dibersihkan dari segala macam material yang dapat menyebabkan penurunan. Dan
menentukan titik nol yang akan dijadikan acuan ketinggian timbunan dan bangunan
yang ada diatasnya.
b. Tanah urug yang digunakan adalah tanah pilihan yang baik atau sesuai dengan
petunjuk Konsultan Pangawas dan Pejabat Pembuat Komitmen .
c. Timbunan tanah dilakukan selapis demi selapis (tidak lebih dari 30 Cm) dan
dipadatkan dengan stemper.

A.3 Pekerjaan Pondasi


Dasar dan sisi galian, dimana akan didirikan bangunan harus selesai dengan rapi menurut
duga/tingkat dan dimensi yang dikehendaki gambar, tempat tersebut harus dibasahi
dengan air dan ditumbuk tangan dengan maksud supaya terbentuk suatu dasar pondasi
yang kuat. Jika waktu penggalian material yang digali melampaui garis dan tingkat yang
telah ditentukan, galian yang melampaui batas tadi harus ditimbun lagi seluruhnya dengan
material yang terpilih kemudian ditumbuk lapis demi lapis Jika tanah pondasi asli (natural
foundation) terganggu atau longgar karena pekerjaan penggalian, ia harus dipadatkan
dengan menumbuknya atau menggilasnya atau jika Pengelola Teknis menghendakinya ia
harus dipindahkan atau diganti dengan bahan yang terpilih yang seluruhnya harus
dipadatkan.

A.4 Galian Pondasi


a. Sebelum pekerjaan penggalian dimulai harus menentukan titik peil / titik duga yang
ditentukan, seperti siku terhadap bangunan.
b. Setelah penentuan peil dengan perantaraan bouwplank, tanah digali sebesar
ketentuan dalam gambar kerja.
c. Tanah galian dibuang keluar dan tidak boleh untuk mengurug kembali.
d. Pada waktu penggalian, papan bouwplank terjaga utuh / tidak tergeser.

A.5 Pancang / Cerucuk Ulin 10/10 cm T.2M – Pada Pondasi Batu Gunung
a. Pancang / cerucuk ulin pada pondasi batu gunung diletakan pada peil yang telah
ditentukan seperti pada gambar kerja.
b. Pemancangan tegak lurus kebawah, ditumbuk dengan beban secukupnya sehingga
mencapai kedalaman yang ditentukan . Alat bantu yang digunakan adalah kepala
babi.
c. Pada pancang / cerucuk diberi sunduk dan dibawahnya diberi kalang, pemasangan
disesuaikan dengan gambar kerja.
d. Bahan ulin kwalitas baik , lurus, dengan ukuran sesuai gambar kerja.

A.6 Urugan Pasir


Sebelum pondasi dipasang, air yang berada didalam galian pondasi dikeluarkan terlebih
dahulu dan dasar galian diurug dengan pasir setebal 10 cm .

A.7 Urugan Tanah Pondasi


Setelah pekerjaan Pondasi Poerplat ataupun Pondasi Batu Gunung dan Sloof selesai
dilaksanakan dan telah mengeras, maka dilakukan pengurukan kembali dengan terlebih
dahulu membersikan sisa-sisa material yang dapat menyebabkan penurunan urugan. Dan
dipadatkan selapis demi selapis (tidak lebih dari 10 cm) dengan menggunakan stemper.

Pasal 5
PEKERJAAN BETON

5.1 Lingkup Pekerjaan


Yang termasuk pekerjaan beton untuk pekerjaan ini adalah : Poor Plat (K225), Sloof
(K.225), Kolom struktur (K.225), Balok (K225) Plat Lantai (K225), Ringbalk (K.225). Semua
pekerjaan diatas merupakan pekerjaan beton kelas II yang dicor ditempat, lengkap dengan
besi penulangan, bekisting dan finishing sesuai dengan gambar kerja dan persyaratan
serta petunjuk pengawas.
5.2 Bahan
a. Semua Semen portland harus sesuai dengan syarat-syarat dan ketentuan yang ditetapkan
dalam semen portland ( SNI ).
b. Semua besi beton harus sesuai dengan syarat-syarat dan ketentuan yang ditetapkan
tentang besi beton ( SNI ).
c. Semua pasir dan agregat kasar yang digunakan dalam beton, spesi/mortel dan spesi injeksi
dalam spesifikasi ini harus disediakan oleh Kontraktor sesuai dengan syarat-syarat dan
ketentuan.
d. Air yang dipakai harus sesuai dengan syarat-syarat dan ketentuan yaitu bersih, jernih dan
tawar.

5.3 Pencampuran dan Pengecoran Beton

5.3.1 Komposisi/Campuran Beton yang dibuat setempat (Site Mixing)


a. Beton harus dibentuk dari semen portland, pasir, kerikil/batu pecah, air seperti yang
ditentukan sebelumnya, semuanya dicampur dalam perbandingan yang serasi dan
diolah sebaik-baiknya sampai pada kekentalan yang tepat/baik.
b. Untuk beton mutu “B” campuran yang biasa untuk pekerjaan non struktural dipakai
perbandingan dari semen portland, terhadap pasir dan agregat kasar tidak boleh kurang
dari 1 : 8. Banyaknya semen untuk tiap m3 sedikitnya harus 225 kg.
c. Untuk beton mutu K 225, campuran nominal dari semen Portland, pasir dan kerikil/batu
pecahan harus digunakan dengan perbandingan berdasarkan hasil formula job mix
desain yang sudah ada.
d. Untuk mutu K 225 mutu-mutu lainnya yang lebih tinggi harus dipakai “campuran yang
direncanakan” (designed mix). Campuran yang direncanakan diketemukan dari
percobaan-percobaan campuran yang memenuhi kekuatan karakteristik yang
disyaratkan.
e. Tingkat agregat yang kasar untuk kelas II - derajat K.125 dan untuk kelas II- derajat
K.175 - beton harus berada dalam batas yang telah ditentukan di atas dan Pelaksana
harus memperoleh derajat yang patut apabila perlu akan dites oleh Pengelola Kegiatan,
dengan mengkombinir ukuran agregat yang proposionil, agar supaya diperoleh derajat
yang sepatutnya.
f. Perbandingan antara bahan-bahan pembentuk beton yang dipakai untuk berbagai
pekerjaan (sesuai kelas mutu) harus dipakai dari waktu ke waktu selama berjalannya
pekerjaan, demikian juga pemeriksaan terhadap agregat dan beton yang dihasilkan.
g. Perbandingan campuran dan faktor air semen yang tepat akan ditetapkan atas dasar
beton yang dihasilkan, juga mempunyai kepadatan yang tepat, kekedapan, awet dan
kekuatan yang dikehendaki, dengan tidak memakai semen terlalu banyak.
h. Faktor air semen dari beton (tidak terhitung air yang dihisap oleh agregat) tidak boleh
melampaui 0,55 (dari beratnya) untuk kelas III dan jangan melampaui 0,60 (dari
beratnya) untuk kelas lain-lainnya. Pengujian dari beton akan dilakukan oleh Pengelola
Kegiatan dan perbandingan-perbandingan campuran harus diubah jika perlu untuk
tujuan atau penghematan yang dikehendaki, kegairahan bekerja, kepadatan,
kekedapan, awet atau kekuatan dan Kontraktor tidak berhak atas penambahan
konpensasi disebabkan perubahan yang demikian.

i. Adukan beton yang dibuat setempat (Site Mixing) dan harus memenuhi syarat-syarat :
a. Semen diukur menurut volume
b. Agregat diukur menurut volume (batu pecah)
c. Pasir diukur menurut volume (pasir beton)
d. Adukan beton dibuat dengan menggunakan alat pengaduk mesin (concrete mixer)
e. Jumlah adukan beton tidak boleh melebihi kapasitas mesin pengaduk
f. Lama mengaduk tidak kurang dari 2 menit sesudah semua bahan berada dalam
mesin pengaduk
g. Mesin pengaduk yang tidak dipakai lebih dari 30 menit harus dibersihkan lebih dulu,
sebelum adukan beton yang baru mulai.
5.3.2 Perlengkapan Mengaduk
Pelaksana harus menyediakan peralatan dan perlengkapan yang mempunyai ketelitian yang
cukup untuk menetapkan dan mengawasi jumlah dari masing-masing bahan pembentukan
beton. Perlengkapan-perlengkapan tersebut dan cara pengerjaannya selalu harus
mendapatkan persetujuan Pejabat Pembuat Komitmen.

5.3.3 Mengaduk
a. Bahan-bahan pembentukan beton harus dicampur dan diaduk dalam mesin pengaduk
beton yaitu "Batch Mixer" atau "Portable Continuous Mixer" selama sedikitnya 2 menit
sesudah semua bahan berada dalam mesin pengaduk (kecuali untuk air dalam jumlah
yang penuh) ada dalam mixer. Waktu pengadukan ditambah, bila mesin pengaduk
berkapasitas lebih besar dari 1,5 m3, Pejabat Pembuat Komitmen berwenang untuk
menambah waktu pengadukan jika pemasukan bahan dan cara pengadukan gagal
untuk mendapatkan hasil adukan dengan susunan kekentalan dan warna yang
merata/seragam.
b. Beton harus seragam dalam komposisi dan konsistensi dari adukan ke adukan, kecuali
bila dimintakan adanya perubahan dalam komposisi atau konsistensi. Air harus
dituangkan lebih dahulu dan selama pekerjaan mencampur.
c. Pengadukan yang berlebih-lebihan (lamanya) yang membutuhkan penambahan air
untuk mendapatkan konsistensi beton yang dikehendaki tidak diperkenankan.
d. Pencampuran dengan tangan diperkenankan apabila pada lokasi-lokasi tertentu sebuah
Portable Mixer tak mungkin dipergunakan menurut pandangan Pengelola Teknis.
e. Untuk mempermudah pencampuran ini Kontraktor akan membuat beton masif dengan
ketebalan tidak kurang dari 5 cm, licin, rata dengan luas 2 cm2, diliputi dengan parapet
setinggi 10 cm.
f. Penutup saluran dari beton harus dicor pada tempat lain yang berdekatan dengan lokasi,
tidak boleh dicor langsung pada saluran.

5.3.4 Suhu
Suhu beton sewaktu dicor/dituang, tidak boleh lebih dari 32° Celcius dan tidak kurang dari
4,5° C. Bila suhu dari beton yang ditaruh berada antara 27° C dan 32° C, beton harus
diaduk ditempat pekerjaan untuk kemudian langsung dicor. Bila beton melebihi 32° C,
sebagai yang ditetapkan oleh Pengelola Kegiatan, Kontraktor harus mengambil langkah-
langkah yang efektif, misalnya mendinginkan agregat dengan mencampur air dan mengecor
pada waktu malam hari bila perlu, mempertahankan suhu beton, untuk dicor pada suhu
dibawah 32° C.

4.3.7 Cetakan Beton / Bekisting


a. Bekisting haruslah direncanakan sesuai dengan berbagai bentuk, bidang-bidang, batas-
batas dan ukuran dari hasil beton yang diinginkan sebagaimana pada gambar-gambar
yang diusulkan oleh Kontraktor dan yang sudah disetujui oleh Pejabat Pembuat
Komitmen.
b. Bekisting dibuat dan diusahakan sedemikian rupa agar pada waktu pengecoran dan
pembongkaran tidak mengakibatkan cacat, gelombang maupun perubahan bentuk,
ukuran dan posisi.
c. Bahan – bahan bekisting untuk sloof, kolom praktis menggunakan kayu jenis ” meranti”
atau jenis lain yang disetujui oleh Pengawas Lapangan.
d. Usaha yang sesuai dan efektif harus dikerahkan dalam pekerjaan bekisting untuk
menguatkan pinggiran batas dan ujung lainnya dalam arah yang tepat untuk
menghindari terbentuknya pelengkungan-pelengkungan sisi-sisi pinggiran tersebut atau
kerusakan-kerusakan permukaan beton yang telah diselesaikan.
e. Semua bagian bekisting harus kuat kedudukannya sehingga tidak ada perubahan atau
gerakan lain selama penuangan beton. Penyangga bekisting (perancah) harus
bersandar pada pondasi yang baik sehingga tidak akan ada kemungkinan penurunan
cetakan selama Pelaksanaan.

4.3.9 Pengecoran

a. Beton tidak boleh dicor sebelum semua pekerjaan cetakan, baja tulangan beton,
penyokongan dan pengikatan dan penyiapan-penyiapan permukaan yang berhubungan
dengan pengecoran yang telah disetujui oleh Pejabat Pembuat Komitmen.
b. Pencampuran/penumbukan kembali beton tidak diperkenankan. Beton yang sudah
mengeras dalam hal mana pengecoran yang tepat tidak mungkin dijamin harus dibuang
dan tidak dibayar untuk pekerjaan terbuang semacam itu. Transportasi dari pengadukan
sampai pengecoran beton jangan terlalu jauh sehingga memungkinkan pemisahan
bahan dan pengerasan beton.
c. Kecuali ada penyetopan/pemotongan oleh hubungan/joints, semua penuangan beton
harus selalu kira-kira berlapis-lapis horizontal dan umumnya tebalnya tidak lebih dari 50
cm. Pejabat Pembuat Komitmen mempunyai hak untuk mengurangi tebal tersebut
apabila pengecoran dengan tebal lapisan-lapisan 50 cm tidak dapat memenuhi
spesifikasi-spesifikasi ini.
d. Pengecoran beton tidak diperkenankan selama hujan deras atau lama sedemikian
sehingga spesi/mortar terpisah dari agregat kasar. Selama hujan air semen atau spesi
tidak boleh dihamparkan pada construction joints dan air semen atau spesi yang hanyut
dan terhampar harus dibuang dan diganti sebelum pekerjaan dilanjutkan. Suatu
pengecoran tersebut tidak boleh terputus sebelum bagian tersebut selesai.
e. Ember-ember/bucket beton yang dipakai harus sanggup menuang dengan tepat pada
slump yang rendah dan memenuhi syarat-syarat campuran pada mana mekanisme
pembuangan harus dibuat dengan kapasitas sedikitnya 0,35 m3 sekali tuang. Ember
beton harus mudah untuk diangkat/diletakkan dengan alat-alat lainnya dimana
diperlukan terutama bagi lokasi-lokasi yang terbatas.

5.4. Pembukaan dan Pemeliharaan

5.4.1 Waktu dan Cara-cara Pembukaan Cetakan / Bekisting


a. Waktu dan cara pembukaan dan pemindahan bekisting harus dikerjakan dengan hati-
hati untuk menghindarkan kerusakan pada beton. Beton yang masih muda tidak diijinkan
untuk dibenahi.
b. Beton yang baru dibuka bekistingnya diperlihatkan kepada Pejabat Pembuat Komitmen
untuk dinilai kualitas pengecorannya, beton yang hasilnya banyak keropos sampai
tulangan terlihat, maka harus mendapatkan penanganan tersendiri atas petunjuk
Pengelola Teknis.
c. Umumnya, diperlukan waktu minimum dua hari sebelum bekisting dibuka untuk dinding-
dinding yang tidak bermuatan dan bekisting samping lainnya; tujuh hari untuk dinding-
dinding pemikul dan saluran-saluran, 14 hari untuk plat atau dak.

5.4.2 Perawatan
a. Semua beton harus dirawat (cured) dengan air seperti ditentukan disini. Pengelola
Kegiatan berhak menentukan cara perawatan bagaimana yang harus digunakan pada
bagian-bagian pekerjaan.
b. Beton harus tetap basah paling sedikit 14 hari terus menerus (segera setelah beton
cukup keras untuk mencegah kerusakan) dengan cara menutupnya dengan bahan yang
dibasahi air atau cara-cara yang disetujui yang akan menjaga agar permukaan selalu
basah.
c. Air yang digunakan dalam perawatan (curing) harus memenuhi maksud-maksud
spesifikasi-spesifikasi air untuk campuran beton.
5.4.3 Perlindungan (Protection)
Kontraktor melindungi semua beton terhadap kerusakan-kerusakan sebelum penerimaan
terakhir oleh Pejabat Pembuat Komitmen. Permukaan beton yang terbuka harus dilindungi
terhadap sinar-sinar matahari yang langsung paling sedikit 3 hari sesudah pengecoran.
Perlindungan semacam itu dibuat efektif dan secepatnya dilaksanakan sesudah pengecoran
beton atau sesudah pembukaan cetakan-cetakan.

5.4.4 Penyelesaian-penyelesaian dan Penyempurnaan

a. Penyempurnaan permukaan-permukaan beton harus dilaksanakan oleh tukang yang


ahli dan disaksikan oleh Pengelola Teknis. Permukaan-permukaan beton akan
diuji/ditest oleh Pejabat Pembuat Komitmen dimana perlu untuk menentukan apakah
ketidakteraturan permukaan berada dalam batas-batas yang ditentukan disini.
b. Offset yang disebabkan oleh pemindahan atau penempatan cetakan yang salah yang
membentuk garis-garis, yang disebabkan mata kayu lepas pada cetakan atau kerusakan
lain dari kayu, akan dianggap sebagai ketidakteraturan.
c. Semua ketidakteraturan lainnya dapat dianggap sebagai ketidakteraturan yang gradual
dan akan diperiksa dengan teliti oleh Pejabat Pembuat Komitmen, kalau perlu dengan
menggunakan peralatan pengetesan beton. Sebelum menerima pekerjaannya,
Kontraktor harus membersihkan semua permukaan yang terbuka dari kerak-kerak dan
kotoran yang lainnya.

5.4.5 Perbaikan Permukaan Beton

a. Bila sesudah pembukaan cetakan ada beton yang tidak tercetak menurut gambar atau
diluar garis atau permukaan tidak rata atau keropos, ternyata ada permukaan yang
rusak atau keluar dari garis atau menunjukkan permukaan yang rusak, hal itu dianggap
sebagai tidak sesuai dengan spesifikasi ini.
b. Ketidaksesuaiannya akan mendapat penilaian tersendiri yang akan diberikan oleh
Pejabat Pembuat Komitmen dan kalau Pejabat Pembuat Komitmen memerintahkan
untuk dibongkar maka beton harus dibuang dan diganti oleh Kontraktor atas bebannya
sendiri kecuali bila Pejabat Pembuat Komitmen memberikan ijinnya untuk menambal
tempat yang rusak, dalam hal mana penambalan harus dikerjakan seperti yang telah
tercantum dalam pasal-pasal berikut : Kerusakan yang memerlukan pembongkaran dan
perbaikan ialah yang terdiri dari sarang kerikil, kerusakan karena cetakan, lobang-lobang
karena keropos, lubang-lubang baut, ketidakrataan oleh pengaruh sambungan-
sambungan cetakan, dan bergeraknya cetakan.
c. Ketidakrataan dan bengkok harus dibuang dengan pemahat atau dengan alat lain dan
seterusnya digosok dengan batu gerinda. Semua lubang harus terus menerus dibasahi
selama 24 jam sebelum dicor dan seterusnya disempurnakan. Jika menurut pendapat
Pejabat Pembuat Komitmen Hal-hal yang tidak sempurna pada bagian bangunan-
bangunan yang akan terlihat sedemikian, sehingga dengan penambalan saja tidak akan
menghasilkan sebuah dinding yang tidak memuaskan kelihatannya, Kontraktor
diwajibkan untuk menutupi seluruh dinding (dengan spesi plester), sesuai dengan
instruksi dari Pengelola Teknis.
d. Cacat lubang-lubang tempat cukilan dari sarang kerikil atau keropos kecil yang akan
diperbaiki, harus diisi dengan spesi/mortel tambalan yang kering yang disusun dari satu
bagian semen Portland dengan dua bagian pasir beton bersama dengan bahan pengisi
yang tidak susut, yang disetujui oleh Pengelola Teknis, dalam jumlah yang diperinci oleh
pabrik dan dengan air yang cukup sehingga sesudah bahan-bahan spesi dicampur akan
melekat satu sama lain dan apabila diremas-remas menjadi bola dan ditekan dengan
tangan tidak akan mengeluarkan air. Spesi penambal harus dikerjakan dengan lapisan-
lapisan yang tipis dan selalu dipadatkan dengan alat yang cocok.

5.4.5 Pengukuran dan Pembayaran


Semua beton yang dimintakan untuku pekerjaan dalam spesifikasi-spesifikasi ini harus
tercakup dalam harga satuan yang ditawarkan dalam Bill of Quantities untuk bagian-bagian
yang sesuai dimana beton dipergunakan.
Harga satuan yang tidak ditawarkan untuk pekerjaan semacam itu harus mencakup air, pasir
dan kerikil/batu pecah, bahan penambah (admixture), non shrink compound, cetakan-
cetakan, minyak cetakan pengolahan, pencampuran, pemeliharaan, temperature,
pengangkutan, persiapan untuk pengecoran, pengecoran, pembukaan cetakan-cetakan,
perawatan (curing), perlindungan, penyempurnaan dan perbaikan permukaan beton, serta
semua pekerjaan-pekerjaan lainnya, sesuai persyaratan-persyaratan, dan keperluan-
keperluan yang termaktub disini.

Pasal 6
PEKERJAAN PASANGAN

6.1 Lingkup Pekerjaan

6.1.1 Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan dan alat-alat
Bantu yang tidak dibutuhkan dalam terlaksananya pekerjaan ini dengan baik.

6.1.2 Adukan / perekat pasangan menggunakan jenis :

Jenis Adukan Komposisi Adukan

A.1 1 PC : 2 Pasir Pasang


A.2 1 PC : 3 Pasir Pasang
A.3 1 PC : 4 Pasir Pasang
A.4 1 PC : 5 Pasir Pasang

6.2 Syarat Bahan

6.2.1 Semua bata merah harus dari mutu kelas satu, padat, keras dan matang
pembakarannya, benar ukurannya, mempunyai ujung persegi dan harus sesuai dengan
BMS-NI 10.

6.2.1 Semua bata untuk seluruh bangunan sebaiknya bata yang digunakan lokal dengan
persetujuan Konsultan Pengawas.

6.2.2 Semen pasir ( Agregat Halus ) dan air harus mengikuti ketentuan dalam pasal
pekerjaan beton atau pekerjaan plesteran.

6.2.3 Sebelum pemasangan dimulai kontraktor harus memperlihatkan contoh bahan yang
akan digunakan kepada Konsultan Pengawas dan disetujui oleh Pemimpin Kegiatan.

6.3 Syarat-syarat Pelaksanaan

6.3.1 Batu bata sebelum dipasang harus dibasahi (direndam dalam air) terlebih dahulu dan
bersih, batu bata harus dipasang tegak lurus dengan bantuan bentangan benang yang
sifatnya datar.

6.3.2 Seluruh batu bata yang digunakan harus dari satu pabrik pembuat dan batu bata harus
utuh, bata yang patah tidak diperkenankan untuk dipakai kembali.

6.3.3 Pasangan bata merah dengan adukan A.1.


a. Seluruh pasangan dinding bata daerah KM/WC, setinggi mulai dari atas balok
sampai dengan 1,65 m‟ diatas lantai.
c. Seluruh pasangan bak kontrol saluran air dari pasangan bata.
d. Dan lain-lain sesuai Gambar rencana.
Untuk dinding bata lainnya digunakan adukan A.4

6.3.4 Pasangan bata merah dengan adukan A.2, dipergunakan untuk semua ujung-ujung
dinding, sudut-sudut, pinggiran lubang dan sebagainya.

6.3.5 Pemasangan dinding dilaksanakan secara bertahap setiap tahap terdiri dari maksimum
4 lapis, setiap harinya diikuti dengan cor kolom praktis.

6.3.6 Pasangan batu bata yang berbatasan dengan kolom / baja harus diberi angker.
6.3.7 Semua angker, pipa-pipa, peralatan dan lain-lain yang akan ditanam dalam dinding
batu bata harus dilaksanakan.

6.3.8 Setelah bata terpasang, adukan naad / siar harus dikerok rapi dan dibersihkan dengan
sapu lidi dan kemudian disiram dengan air. Sisa-sisa adukan yang berserakan harus
dibersihkan.

Pasal 7
PEKERJAAN PLESTERAN

7.1 Lingkup Pekerjaan


Seluruh pekerjaan plesteran yang dilaksanakan menurut spesifikasi ini dan seluruh maksud
yang bertalian yang mungkain ditentukan oleh Pengelola Teknis, harus terdiri dari bahan
bahan yang diperincikan disini. Syarat-syarat dan ketentuan yang dinyatakan disini akan
berlaku untuk semua pekerjaan plesteran, kecuali ada ketentuan lain dari Pejabat Pembuat
Komitmen untuk pekerjaan tertentu.

7.2 Bahan
a. Semen yang digunakan untuk pekerjaan plesteran harus sesuai dengan syarat-syarat
dan ketentuan yang dinyatakan untuk semen Portland.
b. Pasir untuk spesi/adukan yang dipakai untuk seluruh pekerjaan plesteran yang diperlukan
menurut spesifikasi ini harus sesuai syarat-syarat dan ketentuan untuk pasir.
c. Air yang digunakan untuk bahan pencampur adukan harus bebas dari bahan bahan
organik, alkali, garam, lumpur dan kotoran kotoran lain. Air sebelum digunakan harus
diperiksa dan disetujui oleh Pejabat Pembuat Komitmen.

7.3 Adukan
a. Komposisi Adukan untuk pekerjaan plesteran ini harus terdiri dari satu bagian semen
berbanding tiga bagian pasir, kecuali bila ditentukan dan diperintahkan lain oleh
Pengelola Teknis. Pemakaian air harus sedemikian rupa banyaknya sehingga didapat
kekentalan yang sesuai.
b. Cara dan perlengkapan untuk pengadukan campuran adalah sedemikian rupa sehingga
mudah untuk memastikan dengan tepat dan mengontrol banyaknya tiap-tiap bagian yang
dimasukkan kedalam campuran ini harus disetujui oleh Pengelola Teknis.
c. Jika dipergunakan mesin pengaduk (mixer)maka lamanya waktu pengadukan setelah
semua bahan-bahan sudah didalam mixer, tidak boleh kurang dari dua menit.
d. Spesi / adukan akan segera dicampur hanya jika bahan-bahan cukup untuk segera
dipakai. Jika adukan tidak dipakai dalam waktu 30 menit setelah penambahan air maka
adukan harus dibuang. Tempat pencampuran adukan harus dibersihkan dan dicuci
setiap akhir kerja setiap hari.

7.4 Pelaksana
a. Semua permukaan dinding bata harus dibersihkan dari kotoran dan disiram air bersih.
Permukaan harus dalam keadaan basah/lembab pada saat pekerjaan plesteran dilak
sanakan.
b. Pekerjaan plesteran dilaksanakan dengan menempelkan adukan secara kuat
kepermukaan dinding, agar adukan benar-benar menempel rekat. Permukaan adukan
yang telah merekat didinding, harus diratakan permukaannya, seluruh permukaan dinding
harus benar-benmar tertyutup dengan plesteran.

7.5 Penyelesaian dan Penyempurnaan


Permukaan plesteran yang telah dilaksanakan harus benar-benar rata , tidak ada bagian yang
berlubang. Permukaan plesteran yang telah rata kemudian dberi acian sehingga permukaan
benar benar rata dan rapi.

7.6 Pengukuran dan Pembayaran


Pengukuran dan pembayaran untuk segala pekerjaan plesteran yang dimintakan sesuai
spesifikasi-spesifikasi ini akan dilaksanakan menurut harga satuan yang ditawarkan dalam
Daftar Kuantitas dan Harga. Biaya-biaya mana harus sudah mencakup, tetapi tidak terbatas
pada biaya untuk air, semen pasir, penggoliongan, pengangkutan, penyiapan untuk
penempatan, perawatan, perlindungan, penyempurnaan dan pembetulan permukaan
plesteran serta segala Pelaksanaan lainnya, prosedur-prosedur dan kebutuhan-kebutuhan
yang perlu untuk menyelesaikan pekerjaan plesteran sesuai spesifikasi ini.

Pasal 8
PEKERJAAN KERAMIK LANTAI DAN DINDING

8.1 Lingkup Pekerjaan


a. Plesteran kasar untuk dasar pasangan tegel keramik di dinding dan lantai.
b. Pasangan keramik untuk lantai dengan campuran mortar additive, semen dan pasir
sebagai perekat.
c. Pasangan keramik untuk lantai dengan campuran semen dan pasir, pada area-area
sesuai dengan yang ditunjukan pada gambar.
d. Campuran latex + semen + bahan pewarna untuk joint filler.
e. Pasangan ubin keramik kaolin untuk tangga, lengkap dengan stair corner.

8.2 Standar
a. PUBI : Persyaratan Umum Bahan Bangunan Indonesia-19829 (NI-3)
b. ANSI : American National Standard Institute.

8.3 Persetujuan
a. Contoh bahan
Guna persetujuan direksi/contoh pemasangan, kontraktor harus menyerahkan contoh-
contoh semua bahanyang akan dipakai; keramik, bahan-bahan additive untuk adukan,
dan bahan untuk tile grouts.
b. Mock-up/contoh pemasangan
Sebelum mulai pemasangan, kontraktor harus membuat contoh pemasangan, warna dan
groutingnya. Mock-up yang telah disetujui akan dijadikan standard minimal untuk
pemasangan keramik.
c. Brosur
Untuk keprluan Direksi/Perencana, kontraktor harus menyediakan brosur bahan guna
pemilihan jenis bahan yang akan dipakai.

8.4 Bahan dan Produk


a. Stair Corner
Keramik kaolin glasur single firing 10 x 30 cm.
b. Keramik ( 30 x 30, 20 x 20 cm ) :
c. Dinding Keramik ( 20 x 25 cm ) :
d. Mortar/adukan :
1. Semen; dipakai semen Portland.
2. Pasir; harus bersih, besar butiran sama, bebas dari Lumpur, gram dan bahan-bahan
organic lainnya.
3. Besar butiran/grain; 100 % bisa melalui ayakan 2,5 mm dan max 10 % melalui ayakan
0,6 mm

8.5 Pemasangan
a. Sebelum pekerjaan dimulai, lebih dahulu harus dipelajari dengan seksama lokasi
pemasangan keramik, kualitas, bentuk dan ukuran tegel dan pekerjaan setelah studi
diatas dilaksanakan tentukan metode persiapan permukaan, pemasangan tegel, joints
dan curing, untuk diusulkan kepada direksi lapangan.
b. Pemborong harus menyiapkan ‟tiling manual‟ yang berisi uraian tentang bahan, cara
instalasi, sistem pengawasan, perbaikan/koreksi, perlindungan, testing dan lain-lain untuk
diperiksa dan disetujui direksi lapangan.
c. Sebelum instalasi di mulai, siapkan layout naad-naad, hubungan dengan finising lain dan
dimensi-dimensi joint, guna persetujuan direksi/perencana.
d. Pemilihan Tile
Tile yang masuk ke tapak harus diseleksi, agar berkesesuaian dengan ukuran, bentuk
dan warna yang telah ditentukan.
e. Potongan Tile
Ujung potongan tile harus di poles dengan gurinda atau batu

8.6 Level
a. Kecuali ditentukan lain pada spesifikasi ini atau gambar, level yang tercantum pada
gambar adalah level finish lantai karenanya screeding dasar harus diatur hingga
memungkinkan pada files dengan ketebalan yang berbeda permukaan finisnya terpasang
rata.

b. Lantai harus benar-benar terpasang rata; baik yang ditentukan datar maupun yang
ditentukan mempunyai kemiringan.
c. Lantai yang ditentukan mempunyai kemiringan, kemiringan tidak boleh kurang dari 25
mm pada jarak 10 m untuk area toilet. Sedang untuk area lain, tidak boleh kurang dari 12
mm pada jarak 10 m. Kemiringan harus lurus hingga air bisa mengalir semua tanpa
meninggalkan genangan.
d. Jika ketebalan screed tidak memungkinkan untk mendapatkan kemiringan yang
ditentukan, kontraktor harus segera melaporkan kepada direksi untuk mendapatkan jalan
keluarnya.

8.7 Pemasangan Keramik Dinding di Bagian Dalam (internal)


a. Sebelum pemasangan tile, tempelkan dibagian belakang tile adukan dan ratakan,
permukaan ubin dipukul perlahan-lahan hingga mortar perekat menutupi penuh bagian
belakang keramik dan sebagian adukan tertekan keluar dari tepi ubin.
b. Kecuali ditentukan lain, pemasangan tegel harus dimulai dari bawah dan dilanjutkan
kebagian atas.
c. Pada pemasangan tile, tempelkan dibagian belakang tile adukan dan ratakan, kemudian
tegel yang telah diberi adukan ini ditekankan ke plesteran dasar. Kemudian permukaan
keramik dipukul perlahan-lahan hingga mortar perekat menutupi penuh bagian belakang
tegel dan sebagian adukan tertekan keluar dari tepi tegel.
d. Tiap hari pemasangan tidak diperkenankan memasang tile dengan ketinggian lebih dari
ketentuan berikut
 1,2 m – 1,5 m, untuk tile tinggi 60 mm,
 0,7 m – 0,9 m, untuk tile tinggi 90 – 120 mm
 maz 1,8, untuk semi porcelin tile.

e. Jika tile sudah terpasang, mortar yang berada di naad (joint) harus dibuang / dikeluarkan
dengan sikat atau cara lain yang tidak merusakkan permukaan tile. Mortar yang
mengotori permukaan tile harus dibuat dengan kain lap basah.
f. Pemasangan tile grant (pengisian naad) harus sesuai dengan ketentuan pabrik.
g. Pola keramik harus memperhatikan ukuran / letak dan semua peralatan yang akan
terpasang dinding : Exhaust fan, kran air dan lain-lain yang tertera didalam gambar.
h. Keramik harus disusun menurut garis-garis lurus dengan naad sebesar 3-4 mm setiap
perpotongan naad harus membentuk 2 garis tegak lurus. Naad-naad keramik diisi dengan
bahan pengisi naad sehingga membentuk setengah lingkaran seperti yang disebutkan
dalam persyaratan bahan dan warnanya akan ditentukan kemudian.
i. Tile dipasang pada permukaan yang telah di screed.
Komposisi adukan untuk screeding :
 area kering : 1 pc : 3 ps
 area basah : 1 pc : 2 ps
j. Pada pemasangan diarea yang luas, harus dilaksanakan secara kontinu. Dan harus
disediakan „kepalaan‟ (guide line course) pada interval 2,0 m – 2,5 m. pemasangan tile
lainnya berpedoman pada guide line ini.
k. Kikis semua mortar yang menempel pada naad dan bersihkan ketika proses pemasangan
tile berlangsung. Pasangan tile tidak boleh diinjak dalam waktu 24 jam setelah
pemasangan.
l. Naad-naad pada pemasangan tile harus diisi bahan tile grout berwarna dan kondisi
pemasangan harus sesuai dengan rekomondasi pabrik.
m. Jarak antara unit-unit pemasangan keramik dan satu sama lain (naad-naad), harus sama
lebarnya, maksimum 3 mm, yang membentuk garis-garis sejajar yang lurus yang sama
dalamnya, untuk naad-naad yang berpotongan harus membentuk sudut siku yang saling
berpotongan tegak lurus sesamanya.

Pasal 9
PEKERJAAN KUSEN, PINTU DAN JENDELA

9.1 Lingkup Pekerjaan.


Menyediakan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan dan alat bantu lainnya untuk
melaksanakan pekerjaan seperti yang dinyatakan dalam gambar, dengan hasil yang baik dan
rapi. Pekerjaan ini meliputi :

Pekerjaan Kusen, Pintu dan Jendela


 Kusen dan daun pintu
 Kusen dan daun jendela

9.2 Persyaratan Bahan


1. Jenis Kayu yang dipakai berukuran 5/12 cm ketam/ molding untuk kusen, digunakan
untuk seluruh pekerjaan Kayu yang disebutkan diatas, terkecuali dinyatakan lain dalam
buku syarat-syarat teknis dan yang dinyatakan dalam gambar. Semua Kayu yang
dipasang / dipakai ialah yang disetujui oleh Konsultan Pengawas.
3. Pekerjaan pintu dan jendela dibuat dalam beberapa tipe (lihat gambar rencana), bila
terdapat kelainan bentuk antara gambar dan gambar detail pemborong harus melapor
kepada Pejabat Pembuat Komitmen. Semua ukuran kayu kusen 5 x 12 cm dan kusen
Kayu ukuran 5 x 12 cm (rata dinding).
4. Rangka daun pintu dan jendela diatas dengan ukuran untuk gambar daun pintu 4 x 10
cm, untuk ambang bawah 4 x 15 cm dan untuk ambang daun jendela 3 ½ x 8 cm.
5. Pekerjaan kosen maupun pintu dan jendela harus dilaksanakan dengan rapi, siku dan
berkwalitas dan dipasang secara waterpass dan tegal lurus.
6. Pekerjaan pintu Kayu sebelumnya mengajukan contoh material terlebih dahulu dan
diserahkan untuk mendapatkan persetujuan konsultan pengawas dan pengelola teknis.

Pasal 10
PEKERJAAN KACA

1. Pada jendela yang harus ada kacanya maka di pergunakan kaca 5 mm. Berwarna putih
bening dan warna hitam rata di pasang rapat hingga tidak bergeser.
2. Selanjutnya untuk bidang yang telah dipasang kaca 5 mm, maka selanjutnya digunakan les
untuk menahan kaca agar tidak terlepas dan terpasang dengan rata dan baik.

Pasal 11
PEKERJAAN ALAT PENGUNCI DAN PENGGANTUNG

1. Untuk melengkapi pintu dan jendela harus di pasang alat engsel, grendel, kunci – kunci dan
lain sebagainya.
2. Semua pintu harus di pasang dengan engsel 5 Inch masing – masing 3 biji dengan kualitas
sama. Untuk pintu double di lengkapi dengan grendel tanam atas.
3. Alat – alat tersebut di pasang harus mengajukan contoh terlebih dahulu untuk mendapatkan
persetujuan Pejabat Pembuat Komitmen.

Pasal 12
PEKERJAAN PLAFOND

12.1 Lingkup Pekerjaan.


a. Pekerjaan Kalsiboard t = 4,5 mm ini meliputi pemasangan langit-langit Rangka Besi
Hollow pada daerah toilet
b. Pekerjaan plafond gypsum ini meliputi pemasangan langit-langit rangka holow pada
Interior bangunan kecuali toilet.

12.2 Standar.
a. ANSI : A42.4 – Interior Lathing and Rangka Holow.
b. Kayu meranti klas 1

12.3 Bahan
1. Plywood gypsum dengan tebal 9mm,
2. Plafon Kalsiboard t = 4,5 mm dipasang pada daerah tertentu

12.4 Pelaksanaan
12.4.1 Rangka langit-langit
a. Rangka plafaond gypsum menggunakan rangka plafond Holow meliputi
pemasangan pada ruang Interior bangunan kecuali toilet.
b. Pada langit-langit rangka Holow meliputi pemasangan pada daerah Toilet .
c. Seluruh sisi bagian bawah rangka langit-langit harus di ratakan, pola
pemasangan rangka/penggantung harus disesuaikan dengan detail gambar serta
hasil pemasangan harus rata/tidak melendut.Semua ukuran dalam gambar
adalah ukuran jadi (finish).
d. Pada pekerjaan langit-langit ini perlu diperhatikan pekerjaan elektrikal dan
perlengkapan instalasi lain yang terletak di atas langit-langit. Untuk detail
pemasangan harus konsultasi dengan Perencana/Pengawas.
e. Bidang pemasangan langit-langit harus rata/waterpas, jarak pemasangan naad
dibuat 0,5 cm atau sesuai dengan detail gambar.

12.4.2 Penyelesaian Plafond Gypsum


a. Untuk pekerjaan plafond gypsum langit-langit plafond dipasang pada ruang
Interior bangunan kecuali toilet dengan memperhatikan ke gambar perencanaan,
dikerjakan dengan rata finish cat.
b. Sebelum dicat harus diplamir dan diamplas rata tanpa gelembung, cacat
permukaannya.
c. Setiap pertemuan dinding/kolom dengan langit-langit dipasang list gypsum
dengan ukuran yang sesuai dan variasi list pada sekitar ruangan tertentu
mengikuti pada gambar detail bestek/rencana.
d. List gypsum yang dipasang harus lurus, diberi benangan untuk pengerjaan
variasi langit-langit.
e. Skrup langit-langit yang dipasang harus dengan jarak masing-masing max 10 cm
secara teratur dan rapi.

12.4.3 Penyelesaian Plafond Kalsiboard t = 4,5 mm.


a. Untuk pekerjaan plafond Kalsiboard langit-langit plafond dipasang pada ruang
toilet.
b. Sebelum dicat harus diplamir dan diamplas rata tanpa gelembung, cacat
permukaannya.
c. Setiap pertemuan dinding/kolom dengan langit-langit dipasang list profil dengan
ukuran yang sesuai dan variasi list pada sekitar ruangan tertentu mengikuti pada
gambar detail bestek/rencana.
d. List profil yang dipasang harus lurus, diberi benangan untuk pengerjaan variasi
langit-langit.
e. Skrup langit-langit yang dipasang harus dengan jarak masing-masing max 10 cm
secara teratur dan rapi.

Pasal 13
PEKERJAAN RANGKA ATAP

1. Rangka Atap Menggunkan Konstruksi Baja Ringan Frofil C


2. Sebelum Pemasangan Rangka Atap, Kontraktor harus menunjukan contoh bahan yang akan
dipasang Ke Direksi dan mendapat persetujuan dari dari Direksi Sebelum Pemasangan.
3. Ukuran Profil kuda-kuda yang digunakan sesuai dengan spek merek bahan yang digunakan dan
telah memenuhi standart Indonesia (SNI) .
4. Pekerjaan kap harus dikerjakan dengan baik, rapi sehingga mendapatkan bidang yang rata dan
rapat. Semua konstuksi harus terpasang dengan baut penyambung dan harus benar-benar
rapat dan kuat (terkunci).
5. Listplank untuk bangunan ini menggunakan Rangka besi hollow dan kalsiplank dengan ukuran
yang telah ditentukan.
7. Jarak Antara kuda-kuda baja ringan dan Gording menyesuaikan Merek atap metal yang
digunakan.

Pasal 14
PEKERJAAN PENUTUP ATAP

1. Penutup atap menggunakan atap genteng metal SETARA


2. Bubungan menggunakan bubungan dari atap genteng metal SETARA dimana
pemasangannya harus sedemikian rupa kelihatan rapi dan tidak bocor.
3. Pemasangan penutup atap/ bubungan harus betul-betul rata, dan tidak bocor atau menurut
petunjuk Pengelola Teknis.

Pasal 15
PEKERJAAN CAT DINDING.

15.1 Umum
1. Lingkup pekerjaan.
a. Persiapan permukaan yang akan diberi cat.
b. Pengecetan permukaan dengan bahan-bahan yang telah di tentukan.
c. Pengecetan semua permukaan dank area yang ada gambar tidak disebutkan secara
khusus, dengan warna dan bahan yang sesuai dengan petunjuk perencana.
2. Pengerjaan (Mock Up).
3. Sebeluk pengecetan di mulai, kontraktor harus melakukan pengecetan pada suatu
bidang untuk tiap warna dengan jenis cat yang diperlukan. Bidang-bidang tersebut akan
di jadikan contoh pilihan warna, texture, material dan cara pengerjaan. Bidang-bidang
yang akan dipakai sebagai mock up ini akan ditentukan oleh konsultan pengawas.
4. Jika masing-masing bidang tersebut telah di setujui oleh konsultan pengawas dan
perencana, bidang-bidang ini akan di pakai sebagai standart minimal keseluruhan
pekerjaan pengecetan.

15.2 Contoh dan Bahan Perawatan.


1. Kontraktor harus menyiapkan contoh pengecetan tiap warna dan jenis cat pada bidang-
bidang transparent ukuran 30 x 30 cm. dan pada bidang-bidang tersebut jelas warna,
formula cat, jumlah lapisan dan jenis lapisan ( dari cat dasar s/d lapisan akhir ).
2. Semua bidang contoh tersebut harus diperlihatkan kepada konsultan pengawas dan
perencana. Jika contoh-contoh tersebut di setujui secara tertulis oleh perencana dan
konsultan pengawas, barulah kontraktor melanjutkan dengan pembuatan mock up.
3. Kontraktor harus menyerahkan kepada konsultan pengawas untuk kemudian akan
diteruskan kepada pemberi tugas, minimal 5 galon tiap warna dengan jenis cat yang di
pakai. Kaleng-kaleng cat tersebut harus tertutup rapat dan mencantumkan dengan jelas
identitas cat yang ada didalamnya. Cat ini akan dipakai sebagai sebagai cadangan untuk
perawatan, oleh pemberi tugas.

15.3 Pelaksanaan
1. Pekerjaan Cat Dinding
a. Yang termasuk pekerjaan cat dinding ialah pengecetan seluruh plesteran bangunan
atau bagian-bagian lain yang ditentukan oleh gambar.
b. Untuk dinding Interior dan Exterior digunakan cat khusus luar, warna akan
ditentukan perencana dan pengawas.
c. Sebelum dinding di plamur, plesteran harus betul-betul kering, tidak ada retak-retak
dan kontraktor meminta persetujuan kepada konsultan / pengawas lapangan.
d. Pekerjaan plamur dilaksanakan dengan pisau plamur dari plat baja tipis dan lapisan
plamur dibuat setipis mungkin sampai membentuk bidang yang rata, untuk
menghaluskan dipakai amplas.
e. Sesudah 7 hari plamur terpasang kemudian dibersihkan dengan bulu ayam sampai
bersih betul. Selanjutnya dinding dicat dengan menggunakan Roller.
f. Setelah pengerjaan pengecetan selesai, bidang dinding merupakan bidang yang
utuh, rata, licin, tidak ada bagian yang belang dan bidang dinding dijaga terhadap
pengotoran-pengotoran.

2. Pekerjaan Cat Langit-Langit.


a. Yang termasuk dalam pekerjaan langit-langit adalah langit-langit kalsiboard, atau
bagian-bagian lain yang ditentukan gambar.
b. Selanjutnya semua metode / prosedur sama dengan pengecetan dinding dalam
pasal 4 kecuali tidak di gunakannya lapis Alkali Resistence Sealer pada pengecetan
langit-langit ini.
c. Sambungan-sambungan kalsiboard harus diberi plexible sealant agar tidak terlihat
sebagai retakan sesudah dicat.

3. Pekerjaan Cat Kusen, Pintu, Jendela dan Listplank


a. Yang termasuk pekerjaan ini adalah pengecetan seluruh bagian-bagian kayu kusen
ditentukan dalam gambar / lokasi.
c. Pekerjaan cat dilakukan setelah bidang yang akan dicat, selesai diamplas halus dan
bebas debu, oli dan lain-lain.
d. Sebagai lapisan dasar anti karat dipakai sebagai cat dasar 1 kali.
e. Pengecetan dilakukan dengan menggunakan kuas 3 kali sapu.
f. Seteleh pengecetan selesai, bidang cat harus licin, utuh, mengkilap, tidak ada
gelembung-gelembung dan dijaga tehadap pengotoran-pengotoran.
Pasal 16
PEKERJAAN SANITAIR

16.1 Lingkup Pekerjaan


Termasuk dalam pekerjaan pemasangan saniter ini adalah penyediaan tenaga kerja, bahan-
bahan, peralatan dan alat-alat bantu lainnya yang digunakan dalam pekerjaan ini hingga
tercapai hasil pekerjaan ini hingga tercapai hasil pekerjaan yang bermutu dan sempurna
dalam pemakainnya/operasinya.

16.2 Persetujuan
a. Semua bahan sebelum dipasang harus ditunjukan kepada perencana/Pengawas
beserta persyaratan/ketentuan pabrik untuk mendapatkan persetujuan. Bahan yang
tidak disetujui harus diganti tanpa biaya tambahan.
b. Jika dipandang perlu diadakan penukaran/penggantian bahan, penggantian bahan,
pengganti harus disetujui Perencana/Pengawas berdasarkan contoh yang dilakukan
Kontraktor

16.3 Pelaksanaan
1. Sebelum pemasangan dimulai, Kontraktor harus meneliti gambar-gambar yang ada dan
kondisi dilapangan, termasuk memperlajari bentuk, pola, penempatan, pemasangan
sparing-sparing, cara pemasangan dan detail-detail sesuai gambar.
2. Bila ada kelainan dalam hal ini apapun antara gambar dengan gambar, gambar dengan
spesifikasi dan sebagainya, maka Kontraktor harus segera melaporkannya kepada
Perencana/Pengawas.
3. Kontraktor tidak dibenarkan memulai pekerjaan disuatu tempat bila ada
kelainan/perbedaan ditempat itu sebelum kelainan tersebut diselesaikan.
4. Selama pelaksanaan harus selalu diadakan pengujian/pemeriksaan untuk
kesempurnaan hasil pekerjaan dan fungsinya.
5. Kontraktor wajib memperbaiki/mengulangi/ mengganti bila ada kerusakan yang terjadi
selama masa pelaksanaan dan masa garansi, atas biaya Kontraktor, selam kerusakan
bukan disebabkan oleh tindakan pemilik.
6. Pekerjaan Kloset beserta kelengkapannya yang dipasang adalah Kloset yang telah
diseleksi dengan baik, tidak ada bagian-bagian yang retak dan cacat lainnya dan telah
disetujui konsultan Pengawas dan ketinggian pemasangan harus sesuai gambar untuk
itu, baik waterpassnya.
7. Pekerjaan Keran-keran tembok dipakai yang berleher panjang dan mempunyai ring
dudukan yang harus dipasang menempel pada dinding. Kran-kran yang dipasang
dihalaman harus mempunyai ulir sink diruang saji dan dapat disambung dengan
gambar-gambar untuk itu.
8. Floor Drain dan Clean Out
a. Floor Drain dan Clean Out yang digunakan adalah metal verchroom, lubang dia 2”
dilengkapi dengan siphon dan penutup berengsel untuk floor drain dan depverchon
dengan draad untuk clean out.
b. Floor Drain dipasang ditempat-tempat sesuai gambar untuk itu.
c. Floor Drain yang dipasang telah diseleksi baik, tanpa cacat dan disetujui konsultan
Pengawas.
d. Pada tempat-tempat yang akan dipasang Floor Drain, penutup lantai harus dilobangi
dengan rapih, menggunakan pahat kecil dengan bentuk ukuran sesuai ukuran floor
drain tersebut.
e. Setelah floor drain dan clean out terpasang, pasangan harus rapih water pass,
dibersihkan dari noda-noda semen dan tidak ada kebocoran

Pasal 17
PEKERJAAN ELEKTRIKAL

1. Pekerjaan pemasangan pipa


 Pemasangan pipa seluruhnya harus di tanam di dalam beton dan tembok sedemikian
rupa, sehingga bila di tutup oleh plesteran tidak akan menonjol keluar.
 Pada tiap pasangan pipa jarak 8 meter harus harus di beri terkdoos.
 Dimana pasangan pipa kemungkinan ada air dapat berkumpul supaya di pasang
inspektube.
 Jumlah penarikan kawat di dalam pipa harus sesuai dengan tabel (daftar) sebagai
pedoman yang masih berlaku di Indonesia.
 Ukuran pipa minimal 5/8 inch.

2. Pemasangan kabel
 Kabel yang digunakan untuk pemasangan tersebut adalah kabel kabel NYM 3x2.5 mm
(o) 20 mm EX lokal yang telah di setujui oleh PLN / LMK antara lain exeterna, supreme,
ciyoda, jenisnya dan berukuran 4 mm untuk aliran induk, 3 mm untuk aliran pokok dari
saklar, 2,5 mm untuk aliran pembawa dari saklar ke lampu, yang berlainan warna.
 Penarikan kabel pd pipa di kerjakan diatas langit langit yg tak terlihat dari bawah.
 Pada tiap – tiap penyambungan kabel di gunakan losdop.
 Pada tempat persilangan dan penyeberangan di atas tembok, maka kawat itu di
masukkan ke dalam pipa sebagai pengaman.
 Semua kabel yang di masukkan dalam pipa tidak boleh ada sambungan.

3. Jenis lampu yang di gunakan


 Lampu yang digunakan Lampu RM 1X36W, dan Lampu Baret SCB 18W di toilet di
pasang menempel pada plafond lamber siring dengan di gunakan armateur tanpa di
gunakan penutup di bawahnya, untuk itu supaya di sediakan palfond hanger khusus,
armateur harus dari kwalitas baik tersebut dari plastik atau sejenis atau atau sesuai
dengan petunjuk direksi, dilengkapi dengan stater, ballast dan trafo dari merk sinar.
 Untuk pembagian group supaya di atur sedemikian rupa hingga apabila salah satu group
tersebut putus aliran, pada ruangan tersebut tidak padam seluruhnya.
 Penerangan untuk selasar belakang mengunakan Lampu Baret SCB 18W, dan KM/WC
menggunakan lampu pijar, di pasang menempel pada plafond dengan menggunakan
armateur tanpa penutup di bawahnya di lengakpi dengan starter, balast dan trafo setara
dari merk sinar.
 Penerangan teras pada overstek di pasang WD fittings memakai porselin dengan bola
lampu atau baret armeteur 25 VA di pasang sesuai gambar.
 Seluruh penerangan di lengkapi dengan yang di butuhkan, di pasang sampai menyala,
bila dalam lokasi tersebut telah ada aliran listriknya, tidak menambah daya dan siap
menyala dengan syarat:
a. Dicoba hingga menyala
b. Menyerahkan jaminan instalasi yang telah di syahkan.

4. Ukuran tanah isolasi kabel


Untuk ukuran tanah isolasi / merger, harus di laksanakan oleh instalastir yang di saksikan
PLN dan pihak terkait di proyek.
5. Sambungan – sambungan pengamanan ketanah ( arde ) harus di laksanakan sesuai dengan
peraturan – peraturan yang berlaku, batang batang yang di tanam harus dari sejenis
kuningan minimum diameter di tanam 2,5 mm dan panjang tidak kurang dari 3 meter di
tanam lurus ke bawah. Elektrode yang di tanam semua sambungan harus memakai alat
penghubung.
6. Pengujian seluruh instalasi setelah selesai harus di uji untuk menentukan apakah bekerja
sempurna, dalam segala hal harus memenuhi syarat – syarat yang di tentukan dalam
peraturan PLN setempat.
7. Untuk keperluan ini pemborong dapat menugaskan pihak ketiga ( instalatur ) dengan
mempunyai sertifikat dan mendapatkan persetujuan terlebih dahulu oleh Pejabat Pembuat
Komitmen secara tertulis dan pemborong tetap bertanggung jawab atas pekerjaan instalasi
yang di maksud.
8. Sebelum melaksanakan pekerjaan instalasi tersebut pemborong harus membuat gambar
diagram instalasi dengan skala 1 : 100 dan mendapat persetujuan dari Pengelola Teknis.
Pasal 18
PEKERJAAN PENANGKAL PETIR

1. Lingkup Pekerjaan
meliputi penyediaan dan pamasangan system penangkal petir yang dilengkapi sesuai
gambar.

2. Material
material yang digunakan dalam system penangkal petir ini harus disetujui ahli Material dan
alat-alat yang tidak sesuai dengan spesifikasi ini adalah system konsvensial, yang terdiri dari
penangkal petir dan system pentanahan

3. Batang penangkal petir


Kepala penangkal petir dipilih sedemikian sehingga berujung runcing terbuat dari tembaga
dengan sepesifikasi seperti gambar

4. Konduktor pentanahan
setiap konduktor pentanahan harus berhubungan langsung dengan sebuah elektroda
2
pentanahan, ukuran terkecil dari elektroda pentanahan 35 m .

5. Terminal pentanahan
Setiap konduktor pentanahan dilengkapi dengan terminal pentanahan, untuk tempat
pengukuran atau pemeriksaan tahanan system pentanahan.

6. Elektroda pentanahan
a. Besar tahanan pentanahan maksimum 2 ohm.
b. Bahan elektroda dari pipa galvanis

7. Penyangga
Jarak maksimum antara dua buah penyangga yang berdekatan adalah 1,25 m.
Bahan penyangga sama dengan konsultor pentanahan.

8. Metal didalam bangunan


Semua bagian-bagian bangunan, peralatan saluran yang terbuat dari metal yang berada
didekat peralatan system penangkal petir harus dihubungkan secara listrik dengan konduktor
pentanahan terdekat.

9. System pentanahan
Sistem pentanahan dipasang sesuai dengan gambar yang ditunjuk.
Sistem ini terdiri dari elektroda pentanahan yang terdiri pipa yang digalvanisir ( Ø 2” ) dan
panjang 6 m harus dimasukkan kedalam tanah secara vertical

10. Pemasangan
Cara-cara pemasangan penangkal petir ini harus sesuai dengan gambar yang disetujui ahli.

Pasal 19
PEKERJAAN INSTALASI AIR KOTOR

1. Sanitasi air kotor dari pipa PVC Ø 4” yang dihubungkan dari bak control dan dengan yang
lainnya, dengan kemiringan minimal 2%.
2. Septic Tank bentuk dan ukuran dan bahan disesuaikan dengan gambar kerja yang
dirancang khusus dengan sistem disinfektan yang penggunaannya menyesuaikan
kebutuhan sehingga buangannya tidak mencemari lingkungan. Keistimewaan lainnya Biofil
tidak membutuhkan tempat yang luas karena tanpa sumur resapan.
Pasal 20
PEKERJAAN INSTALASI AIR BERSIH

1. Air bersih disuplai oleh instalasi air setempat.


2. Air bersih ini dialirkan melalui pipa-pipa Ø ¾” dan Ø ½” pemasangannya disesuaikan dengan
gambar kerja.
3. Untuk pembuangan kotoran dari wc / urinoir ke septic tank dipakai pipa PVC Ø 3”.
4. Untuk pembuangan dari washtafel dipakai pipa PVC Ø 2”.P ” dilanjutkan dengan pipa PVC
keseluruh pembuang.
5. Setiap jarak-jarak tertentu pada saluran pembuang ini harus dibuat bak-bak kontrol sehingga
akan mudah pemeriksaan / pembersihan setiap saluran ditempat manapun juga.
6. Saluran air hujan dari pasangan batu bata diplester ukuran disesuaikan gambar kerja.

Pasal 21
PEKERJAAN RABAT BETON

1. Persyaratan Bahan :
a. Beton rabat dibuat dari adukan 1 pc : 2 pc : 3 kr, sehingga menghasilkan mutu beto n fc‟
= 15 mPa atau K.175 dengan besi beton dari baja lunak Gr 300 bertegangan leleh ijin
minimum 300 mPa.
b. Dicetak perbagian.
c. Memenuhi syarat SK.SNI T-15-1991-03.

2. Pemasangan / pelaksanaan
a. Pengerjaan harus sesuai dengan gambar dan mendapat petunjuk serta persetujuan
Konsultan Pengawas.
b. Tanah harus dipadatkan dalam keadaan rata.
c. Antara tanah dan beton rabat harus diberi pasir maximal tebal 10 cm atau sesuai
dengan gambar.

PASAL 22
PEKERJAAN LAIN-LAIN DAN PENUTUP

1. Lapangan kerja pembangunan diserahkan keadaannya kepada Kontraktor dengan kondisi


lapangan yang ada selanjutnya setelah dilaksanakan pembangunan gedung, maka
Kontraktor menyerahkan dalam keadaan sempurna.
2. Penjelasan-penjelasan lain yang belum diuraikan dalam RKS ini tapi termasuk di dalam
gambar dan petunjuk Direksi.
3. Uraian-uraian lain yang belum tercantum dalam RKS dan gambar akan dijelaskan pada
waktu Rapat Aanwijzing yang sifatnya tidak dapat dipisahkan dengan RKS Induk.
4. Apabila terjadi perbedaan antara gambar dengan RKS maka yang akan dipakai adalah
petunjuk direksi atau Pimpinan Kegiatan yang dituangkan dalam Berita Acara Perubahan
Pelaksanaan.
5. Kontraktor Pelaksana harus membuat As Built Drawing sebagai laporan akhir pelaksanaan
kegiatan.

Sangatta, April 2013


Pejabat Pembuat Komitmen

Muhammad Nasir, ST.MM.


NIP. 19730505 200701 1 023

Anda mungkin juga menyukai