Pedoman ini mencakup kegiatan perubahan gambar desain yang diperlukan untuk
penyelesaian dari pekerjaan konstruksi daerah irigasi. Pedoman ini menetapkan ketentuan
dan persyaratan, metode kerja pelaksanaan, pengendalian mutu serta pengukuran dan
pembayaran.
2. ACUAN NORMATIF
Standar Nasional Indonesia (SNI):
- SNI 03-1724-1989 : Tata Cara Perencanaan Hidrologi dan Hidraulik untuk Bangunan di
Sungai
- SNI 03-1742-1989 : Metode Pengujian Kepadatan Ringan Untuk Tanah
- SNI 03-1743-1989 : Metode Pengujian Kepadatan Berat Untuk Tanah
- SNI 03-1744-1989 : Metode Pengujian CBR Laboratorium
- SNI 03-1965-1990 : Metode Pengujian Kadar Air Tanah
- SNI 03-1966-1990 : Metode Pengujian Batas Plastis
- SNI 03-2828-1992 : Metode Pengujian Kepadatan Lapangan dengan Alat Konus Pasir.
- SNI-03-2843-1992 : Tata cara pelaksanaan survey kondisi jalan tanah/kerikil.
- SNI 03-3423-1994 : Metode Pengujian Analisis Ukuran Butir Tanah dengan Alat
Hidrometer.
- SNI 03-3637-1994 : Metode Pengujian Berat Isi Tanah Berbutir Halus dengan Cetakan
Benda Uji.
- SNI 03–3958–1995 : Metode Pengujian Kuat tekan Kayu di Laboratorium
- SNI 03–3959–1995 : Metode Pengujian Kuat Lentur Kayu di Laboratorium
- SNI 03–3233–1999 : Tata Cara Pengawetan Kayu untuk Bangunan rumah dan Gedung
- SNI 06–6452–2000 : Metode Pengujian Cat Bitumen sebagai lapis pelindung
- SNI 03-6222-2002 : Metode Perhitungan Debit Banjir
- SNI 03-6861-2002 : Spesifikasi Bahan bangunan bagian B (bahan bangunan dari
besi/baja)
- SNI 03-6888-2002 : Tata Cara Pengambilan contoh Uji Secara Acak Untuk Bahan
Konstruksi.
British Standard :
BS 6031–1981 : Earthworks
BS 5135–1984 : Proces of Arc welding carbon and Carbon Manganise steels
BS 8004–1986 : Foundations
6. PENGENDALIAN MUTU
Pengendalian mutu yang perlu diperhatikan dalam pedoman penyusunan spesifikasi teknis
pekerjaan konstruksi saluran harus memuat :
a) Diskusi Bulanan dilakukan dengan Pihak Pengguna Jasa untuk keperluan mengetahui
sejauh mana progres pekerjaan dan pembahasan tentang kesulitan yang diperlukan.
b) Diskusi pendahuluan dilakukan dengan pihak pengguna jasa untuk keperluan koordinasi
awal pelaksanaan pekerjaan yangmeliputi kegiatan survey, investigasi lapangan dan
persetujuan produk yang berupa laporan pendahuluan.
c) Diskusi Pertengahan dilakukan dengan Pihak Pengguna Jasa untuk menentukan arah
pembahasan pemecahan masalah berdasarkan data kondisi lapangan dan proses
persetujuan produk yang berupa laporan pertengahan.
d) Diskusi Akhir dilakukan dengan Pihak Pengguna Jasa untuk keperluan pembahasan
seluruh kegiatan pekerjaan
7.1. Pengukuran
Kuantitas untuk pekerjaan konstruksi harus diukur berdasarkan jumlah unit/ satuan yang
terpasang dan memenuhi garis dan elevasi seperti yang ditunjukkan dalam gambar atau
sebagaimana diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan.
7.2. Dasar Pembayaran
Kuantitas pekerjaan yang diukur menurut ketentuan di atas, akan dibayar dengan Harga
Satuan per satuan pengukuran dengan harga yang dimasukkan dalam Daftar Kuantitas
dan Harga untuk masing-masing Mata Pembayaran yang terdaftar di bawah ini, dimana
harga dan pembayaran tersebut harus merupakan kompensasi penuh untuk penyediaan,
penanganan, pemancangan, penyambungan, perpanjangan, pemotongan, pengecatan,
perawatan, pengujian dan setiap peralatan lain yang diperlukan dan semua biaya lain
yang perlu dan biasa dialokasikan untuk penyelesaian pekerjaan yang diuraikan dalam
bagian ini.
Bibliografi
Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah, Badan Penelitian dan Pengembangan, 2002, KP-
02, Kriteria Perencanaan Bagian Bangunan Utama, Jakarta.
Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah, Badan Penelitian dan Pengembangan, 2002, KP-
04, Kriteria Perencanaan Bagian Bangunan, Jakarta.
Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah, Badan Penelitian dan Pengembangan, 2002, KP-
07, Kriteria Perencanaan Bagian Standar Penggambaran, Jakarta.