Anda di halaman 1dari 17

METODE PELAKSANAAN

UMUM
Satuan Kerja : Dinas Pekerjaan Umum Dan Penataan Ruang
PPK : Pembangunan Bangunan Penangkap Mata Air
Pekerjaan : Pembangunan Bangunan Penangkap Mata Air Desa Malimongan Kec.
Seko
Tahun Anggaran : 2019

1. PEKERJAAN TANAH
RUANG LINGKUP
Semua pekerjaan tanah yang diperlukan dalam pelaksanaan, walaupun tidak
disebutkan dengan jelas dalam Uraian dan Syarat - Syarat ini harus juga dilaksanakan
oleh Kontraktor dengan baik sesuai dengan gambar atau petunjuk yang diberikan oleh
Direksi.

Pekerjaan tanah yang harus dilaksanakan pada garis besarnya meliputi :


a. Pembersihan Lapangan.
b. Pekerjaan Galian.
c. Pekerjaan Penimbunan.
d. Pekerjaan Pemadatan.
e. Pekerjaan Pembuangan Tanah Sisa Galian.

Sedangkan peralatan yang umum diperlukan untuk pekerjaan tanah meliputi :


a. Skop, tanduk-tanduk untuk tanah keras/berbatu.
b. Pompa air pada tempat yang berair.
c. Penumbuk untuk memadatkan tanah (alat mekanis ataupun manual).

2. PEMBERSIHAN LAPANGAN.
Tempat pekerjaan harus bersih dari rintangan-rintangan, sedangkan pohon-pohon
atau pagar hidup tidak boleh ditebang atau disingkirkan kecuali bila berada di dalam
batas penggalian. Bila disebabkan oleh sesuatu hal Kontraktor harus mengadakan
penebangan, maka Kontraktor harus meminta izin/petunjuk dulu dari Direksi. Semua
biaya yang berhubungan dengan pasal ini menjadi tanggungan Kontraktor.

3. PEKERJAAN GALIAN TANAH UNTUK BANGUNAN-BANGUNAN.


a. Pada dasarnya jenis tanah galian adalah tanah biasa. Khusunya pada bangunan
penangkap, jenis tanah dapat dinyatakan sebagai tanah keras atau batu cadas.
b. Untuk galian bendung, talud dan bangunan yang bersinggungan dengan sungai,
jenis tanah dapat dikategorikan sebagai tanah lumpur , pasir berlumpur atau batu
cadas.
c. Dimensi galian harus disesuaikan dengan dimensi bangunan yang akan dibuat
hingga terdapat ruang gerak yang leluasa untuk melaksanakan pembuatan
bangunan yang dimaksud.
d. Harus dijaga agar pada saat pelaksanaan, tebing galian tidak runtuh atau longsor
yang dapat merusak struktur atau membebani struktur di mana struktur tersebut
belum saatnya menerima beban yang sesuai.
e. Air yang tergenang atau mengaliri galian harus dipompa ke luar. Untuk itu
Kontraktor harus menyediakan pompa air.
f. Galian pada Bangunan yang ditempatkan di sungai seperti bangunan Intake, SPL,
bendung, bronjong dan talud harus diberi penghalang air (dipele) dengan
konstruksi papan atau lainnya hingga air tidak mengganggu jalannya pekerjaan
dan tidak melarutkan semen/adukan.
g. Dasar galian harus bersih dan rata, batu-batuan yang timbul di atas dasar galian
harus dising-kirkan dan lubang bekas batu ditimbun kembali dengan pasir atau
sirtu.
h. Bila batu cukup besar dan sulit disingkirkan tetapi tidak menimbulkan perubahan
pada dimensi struktur, maka batu tersebut dapat dibiarkan pada tempatnya dan
menjadi bagian dari struktur tersebut. Apabila menyebabkan penyimpangan pada
dimensi struktur, batu tersebut dengan cara apapun harus disingkirkan dan lubang
bekas batu ditimbun pasir atau sirtu dan dipadatkan dengan baik atau dengan
persetujuan Direksi, lokasi bangunan dipindahkan ke tempat yang lebih tinggi.

4. TIMBUNAN TANAH KEMBALI/HASIL GALIAN


i. Urugan tanah untuk tiap pekerjaan harus dilaksanakan selapis demi selapis, dan
tiap lapis harus dipadatkan. Timbunan tanah harus bersih dari kotoran organik dan
sebagainya.
j. Timbunan tanah yang dilakukan sembarangan ( tidak baik ) dimana tanah
timbunan amblas (turun), harus ditimbun kembali dengan bahan yang sama..
k. Kelebihan tanah timbunan/galian yang tidak terpakai harus dibuang ketempat yang
ditentukan Direksi.
l. Semua bahan timbunan harus bebas dari batu-batu, sampah, atau bahan-bahan
lain yang menurut Direksi tidak sesuai sebagai bahan timbunan.
m. Untuk menimbun kembali dengan bahan bekas galian, dengan catatan bekas galian
yang banyak mengandung batu tidak boleh digunakan. Bahan bekas galian yang
dapat dipakai adalah lempung pasir yang bebas dari kotoran dan disetujui Direksi.
n. Dari kedalaman 20-40 cm di atas pipa hingga permukaan, galian ditimbun dengan
tanah bekas galian yang bebas batu-batu dengan tangan atau metode mekanis
yang disetujui kemudian dipadatkan dengan pemadat untuk mencegah
menurunnya permukaan setelah selesainya pekerjaan penimbunan.

5. PASANGAN BATU KOSONG


a. Pasangan Batu Kosong dilaksanakan sebagai pengganti pasangan fondasi pada
bangunan-bangunan Intake, SPL, Reservoir dan Bak-Bak Penampung lainnya.
b. Berdasar fungsinya sebagai pengganti fondasi, pelaksanaannya dilakukan sebagai
berikut :
• Galian tanah harus mencapai tanah yang stabil, bebas dari lumpur dan
dipadatkan dengan menggunakan stamper.
• Di area yang berawa, lumpur harus diangkat sampai mencapai tanah dasar.
• Batu kali disusun dengan rapi dan rapat hingga tidak ada celah yang
mengakibatkan batu masih bisa goyang. Batu yang dipasang tidak boleh lebih
kecil dari 15 cm, terikat dengan tanah di bawahnya dan disusun setinggi
minimum 20 cm.
• Permukaan pasangan batu kosong harus dibuat rapi, merata dan rata air (water
pas) dan tidak boleh bergelombang lebih dari 5 cm. Pengrataan permukaan
boleh dilakukan dengan menambah batu yang berkururan lebih kecil.
o. Pada pasangan batu kosong, sela di antara batu diisi dengan pasir dilaksanakan di
bawah pasangan pondasi, sebelum pasangan batu kosong dikerjakan, di bawahnya
dihampar lapisan pasir setebal 10 cm.

6. URUGAN PASIR.
a. Timbunan pasir adalah bagian dari kekuatan struktur, jadi harus dilaksanakan
dengan sebaik-baiknya. Timbunan harus padat dengan permukaan yang rata air
hingga dapat menyalurkan beban berat struktur atasnya secara merata ke tanah.
b. Timbunan pasir tidak boleh mempunyai kandungan air jenuh. Indikasi sederhana
tentang batas jenuh yang dapat diterima/diijinkan adalah timbunan cukup padat,
bila ditekan dengan telapak tangan dengan beban badan orang dewasa tidak
melesak dan pada bekas telapak tidak terdapat tanda-tanda air. Pada kondisi ini
kapasitas daya dukung timbunan kira-kira = 0.5 kg/cm2.
c. Timbunan pasir ini terdapat pada bangunan SPL dan semua bangunan yang
ditunjukkan dalam gambar, dihampar di atas pasangan batu kosong, kemudian di
atasnya dicor lantai kerja.

7. TIMBUNAN TANAH DIDATANGKAN


Tanah yang dipergunakan untuk menimbun tanah yang baik dan memenuhi
persyaratan teknis, bebas dari bahan organis, akar pohon dan sampah.
Penimbunan dilaksanakan Lapis demi lapis dengan ketebalan maksimum 20 cm,
dalam keadaan padat, kemudian ditimbris/dipadatkan sampai mencapai 90 % dari
Kepadatan Maksimal.
Penimbunan tanah akan dilakukan melebihi ukuran bilamana diperhitungkan
penyusutan tanah akibat Konsolidasi tanah asli.

8. PENYINGKIRAN DAN PERBAIKAN PENGERASAN JALAN (RECONDITIONING).


Kontraktor harus menyingkirkan pengerasan permukaan jalan untuk galian pipa,
memasang gate valve, street box atau konstruksi lainnya. Semua kerusakan jalan,
akibat pekerjaan pemasangan pipa tersebut, harus dikembalikan atau diperbaiki
kembali menjadi seperti semula dengan biaya dari Kontraktor. Biaya untuk ini harus
dimasukkan dalam penawaran dengan satuan lumpsum.

9. PEMBUANGAN TANAH SISA.


Tanah sisa galian yang tidak terpakai hatus diangkut dan dibuang terutama disekitar
tempat-tempat pekerjaan. Tanah ini harus diratakan baik-baik sehingga tidak
mengganggu aliran air atau menimbulkan gangguan-gangguan lain disekitarnya.
PEKERJAAN BETON BERTULANG PRAKTIS/TAK BERTULANG.

1. Yang dimaksud dengan beton bertulang praktis adalah bagian-bagian konstruksi


beton yang berfungsi sebagai penguat-penguat yang kekuatan beton dan
penulangannya tidak dihitung secara khusus. Kekuatan minimum beton ini harus
dapat mencapai kelas K175. Penulangan untuk kolom dan balok diperhitungkan
dengan luas penampang minimum sebesar A = 1% dari luas penampang kolom atau
balok dan mengikuti petunjuk penulangan yang tercantum dalam PBI 1971 NI-2.
2. Pada umumnya beton bertulang praktis digunakan untuk sloof, kolom penguat tembok
bangunan tidak bertingkat dan digunakan dan balok atau plat dengan bentang lebih
kecil dari 1,50 m. Meskipun demikian persyaratan bahan adalah sama dengan yang
tercantum pada Pasal 4.
3. Pada bagian konstruksi yang menahan beban yang berat, kolom-kolom yang berdiri
sendiri dan balok-balok yang menggantung dengan bentang lebih dari 2,00 m
penulangan dan penampang beton diperhitungkan secara sederhana, jadi
pelaksanaannya harus dianggap sebagai bagian struktur meskipun dimensinya lebih
kecil.
4. Beton ini dilaksanakan untuk :
• Bagian konstruksi yang memerlukan penguat dari bangunan Rumah Pompa,
bendung, talud dan lain-lainnya.
• Plat penutup manhole dan bagian konstruksi yang tidak terendam air dengan
penulangan khusus seperti yang tercantum pada gambar.
5. Campuran Beton :
Dasar campuran adalah K175. Yaitu terdiri dari 1 bagian semen, 2 bagian pasir dan 3
bagian kerikil dalam volumenya yang ditakar dengan kotak takaran yang ukurannya
adalah adalah seperti di bawah ini :

18,5

50 40

Ukuran takaran ini telah disesuaikan untuk tiap 50 kg semen (1 zak).


• Pelaksanaan di lapangan harus sesuai dengan gambar bestek.
• Beton tak bertulang dengan mutu kekuatan B100, dilaksanakan untuk lantai
kerja, rabat beton dan semua yang ditunjukkan dalam gambar. Campuran
yang digunakan adalah 1 bagian semen, 3 bagian pasir dan 5 bagian kerikil
dengan takaran seperti di atas.
PEKERJAAN BETON BERTULANG STRUKTURAL.

1. Pekerjaan beton bertulang dengan campuran adukan 1 bagian semen, 2 bagian pasir
dan 3 bagian kerikil dalam volumenya, untuk mencapai kelas beton K 225 kedap
air, dilaksanakan untuk :

a. Dinding dan Lantai Saringan Pasir Lambat .

b. Dinding dan Lantai Bak Penangkap, Penampung, Reservoir dan semua Bak Air
lainnya.
2. Peraturan-peraturan mengenai pelaksanaan pekerjaan beton yang tidak tercantum
dalam RKS ini, dipakai peraturan yang termuat dalam PBI 1971 sebagai syarat, dan
berlaku sepenuhnya.

3. Bahan :
a. Pasir .

- Pasir (Agregat halus) tidak boleh mengandung bahan organis, kotoran, debu,
tanah dan lumpur.

- Pasir terdiri dari butir-butiran tajam dan keras, kekal tidak pecah atau hancur
oleh cuaca.
- Agregat halus harus terdiri dari butiran dengan ukuran sbb:
0,25 mm - 1 mm minimum = 80 – 95 % berat.

1,00 mm - 4 mm maximum = 3 – 1 2 % berat.

>4 mm maximum =3 % berat.


Dengan pengertian pasir sangat halus dengan diameter lebih kecil dari pada 0,25
mm dan butiran kasar diatas 4 mm tidak boleh terdapat dalam pasir tersebut.
b. Batu Pecah.

• Batu Pecah (agregat kasar) harus terdiri dari butir-butir keras dan tidak
berpori.
• Paling sedikit tiga sisi batu merupakan sisi pecahan. Kerikil bulat idak boleh
dicampurkan
• Agregat kasar tidak boleh mengandung kotoran dan lumpur. Apabila
terdapat kotoran dan lumpur harus dicuci dengan menyemprotnya dengan
air bertekanan minimum 2 atmosfer.
• Butir agregat kasar adalah sbb:

Butir tidak boleh lebih besar dari pada 35 mm.

Butir tidak boleh lebih kecil dari pada 15 mm.

Butir dengan ukuran 20 - 30 mm berkisar antara 75 % berat.


c. Besi Beton.

• Baja beton yang digunakan adalah baja polos U24 sesuai PBI 1971 NI 2.
• Ukuran yang terdapat pada gambar adalah ukuran teknis. Ukuran yang
berlaku di pasar atau yang tertera dalam nota pembelian tidak boleh
digunakan sebagai pedoman pengadaan bahan ini.
• Pengawasan terhadap proses pelaksanaan pembesian ini harus dilakukan
secara kontinyu mulai dari bahan yang didatangkan, sampai perakitannya.
Pengawasan yang kontinyu ini diperlukan untuk mempercepat proses
pelaksanaan pekerjaan yang berkaitan dengan syarat bahan.

d. Semen.

• Bahan semen disesuaikan dengan rekomendasi Pemerintah yang resmi,


yaitu Portland Cement Type I yang sesuai dengan kondisi iklim setempat.
• Penggunaan merek dagang yang kurang lazim harus mendapat persetujuan
tertulis dari Direksi berdasar Laporan Hasil Pengujian Sample Rencana
Campuran (Mix Design).
4. Campuran Beton :
a. Dasar campuran adalah K225 (beton kedap air) dengan semen ± 398 kg/m3 beton.
Yaitu terdiri dari 1 bagian semen, 2 bagian pasir dan 3 bagian kerikil dalam
volumenya yang ditakar dengan kotak takaran yang ukurannya adalah sebagai
berikut :

18,5

50 37

Ukuran takaran ini telah disesuaikan untuk tiap 50 kg semen (1 zak).


b. Kontraktor harus bertanggung jawab mengenai hasil campurannya. Untuk itu
disarankan meng-gunakan Mix Design (trial mix) yang direkomendasikan dari
Laboratorium Uji Mutu yang diakui (PU, UNTAD dsb)
c. Semen yang digunakan adalah 398 kg per m3 beton.
d. Kontraktor harus bersedia memeriksakan Pelaksanaan Pekerjaan Beton ini pada
Laboratorium Uji Mutu PU atau UNTAD dengan mengirimkan kubus beton yang
diperlukan, minimum 20 buah.

5. Dimensi struktural beton :

Dimensi semua bagian beton tertera pada gambar bestek/detail. Gambar detail adalah
gambar yang menentukan pelaksanaan. Jika terdapat ketidak cocokan pada ukuran
pada gambar, Kontraktor diwajibkan menanyakan perbedaan tersebut pada Direksi.
Keputusan ada ditangan Direksi dan dinyatakan secara tertulis. Keputusan ini
dilampirkan dalam laporan harian/mingguan.
6. Besar diameter besi tulangan harus sesuai dengan ketentuan dalam gambar. Ukuran
yang dicantumkan dalam gambar adalah ukuran teknis, yaitu ukuran riil diameter besi
itu yang diukur menggunakan jangka sorong (schuifmaat) di lapangan. Jika suatu
diameter tidak terdapat dipasaran, Kontraktor diwajibkan membicarakan/konsultasi
terlebih dahulu dengan Direksi. Perubahan dimensi besi tulangan ini harus dilakukan
berdasar perhitungan yang dapat dipertanggung-jawabkan dan disampaikan secara
tertulis. Ukuran yang ditentukan gambar adalah ukuran minimum.

7. Seluruh pekerjaan bekisting menggunakan kayu klas III. Untuk mendapatkan hasil
cetakan yang memenuhi syarat, pekerjaan bekisting harus dikerjakan oleh tukang
yang ahli. Khusus untuk kolom, tinggi bekisting minimum 2.00 sampai dengan
maximum 2.50 m.

8. Celah-celah antara papan bekisting harus cukup rapat, agar pada waktu mengecor
tidak ada air semen yang lolos. Sebelum mulai mengecor, bagian dari bekisting harus
disiram air dan dibersihkan dari kotoran dan bagian konstruksi yang bersambungan
disiram dengan air semen kental.

9. Dalam pengecoran harus dibantu dengan Mixer dan Vibrator agar hasil pengecoran
menjadi padat dan merata. Dalam melakukan vibrasi ini ujung penggetar tidak boleh
mengenai tulangan hingga mengurangi daya rekat beton dengan baja tulangan. PBI
1971 - N2 berlaku sepenuhnya.

10. Apabila hasil pengecoran ternyata sangat jelek dan tidak dapat ditoleransi maka
Kontraktor diwajibkan membongkar seluruh hasil pekerjaan yang tidak memenuhi
syarat dan melakukan pengecoran kembali sesuai dengan mutu yang disyaratkan atas
tanggungan biaya Kontraktor sendiri. Baik dan jeleknya hasil pengecorn secara visual
dapat dilihat dari keroposnya kolom dan balok-balok atau dari pengujian di lapangan
yang tercantum pada Pasal ini ayat 20.

11. Pengecoran tidak boleh dilakukan pada saat hujan yang dapat melarutkan air semen
dan merusak mutu beton yang direncanakan. Pada kondisi seperti ini pengecoran
harus dihentikan.

12. Pada saat hujan, hasil pengecoran pada hari dan jam-jam yang pertama harus
terlindung dari hujan dengan memasang tenda terpal atau plastik, terutama pada
pengecoran lantai dan balok-balok.

13. Dalam kondisi normal, pengecoran tidak boleh dihentikan dengan alasan apapun. Oleh
sebab itu Kontraktor diwajibkan mempersiapkan pekejaan pengecoran ini sebaik-
baiknya terutama pengadaan semen. Apabila terpaksa, pengecoran dapat dihentikan
di tempat-tempat yang aman dan terencana. Penghentian pengecoran yang terpaksa
ini tempatnya harus disetujui Direksi. Selang pengecoran tidak boleh lebih dari 24
jam.

14. Bekisting baru boleh dibongkar setelah beton mengalami periode pengerasan
sebagaimana diatur PBI 1971, dan sementara itu penyiraman beton harus selalu
dilakukan. Pembongkaran untuk balok-balok, dinding dan lantai dapat dilakukan
paling cepat 21 hari setelah pengecoran atau sesuai rekomendasi Laboratorium.

15. Pengujian Mutu Beton di Lapangan.


Untuk melakukan kontrol terhadap mutu pekerjaan, 7 hari setelah pengecoran
dilakukan, Konsultan Pengawas bersama Direksi dan Kontraktor harus melakukan
pengujian mutu beton dengan menggunakan alat Hammer Test terutama terhadap
kolom-kolom , balok-balok dan lantai. Pengujian pada kolom dilakukan dengan
terlebih dahulu membongkar cetakan (mal) pada hari ke 7 (tujuh), pada balok dan
lantai dilakukan dari atas (bagian yang terbuka). Apabila ternyata hasil pengecoran
tidak memenuhi syarat dan kesalahan tidak dapat ditoleransi, maka beton hasil kerja
tersebut harus dibongkar. Pembongkaran dilakukan dengan hati-hati agar pembesian
yang sudah terpasang tidak rusak dan dapat dipakai kembali. Agar hal di atas tidak
terjadi, Kontraktor harus mecampur pasir, kerikil dan semen dangan perbandingan
sesuai mix design (trial mix)

16. Persiapan Pengecoran Lanjutan.


Kolom, balok, dinding dan lantai yang akan dilanjutkan pengecorannya pada tahap
berikutnya, harus dipersiapkan dengan mengadakan stek beton dan tulangan sesuai
petunjuk Direksi.

PEKERJAAN INTAKE
1. LINGKUP PEKERJAAN.
Pekerjaan yang akan dilaksanakan adalah :
Pembangunan Intake Bendung berupa pasangan batu campuran 1 pc : 4 psr. sesuai
pedoman spesifikasi teknis pasangan batu dengan bahan utama batu gunung atau
batu kali yang mempunyai gradasi baik sesuai standard penggunaan batu.

2. PEKERJAAN INTAKE/BENDUNG.
a. Pekerjaan Intake berupa bendung yang dibuat dari pasangan batu gunung atau
batu kali sebagaimana dinyatakan dalam gambar.
b. Pada pasangan batu kosong, sela di antara batu diisi dengan pasir dilaksanakan di
bawah pasangan pondasi, sebelum pasangan batu kosong dikerjakan, di bawahnya
dihampar lapisan pasir setebal 10 cm.
c. Batu gunung atau batu kali yang dipakai harus dari jenis yang keras dan tidak
keropos, sudah dipecah serta mempunyai gradasi baik dengan diameter minimum
15 cm.
d. Adukan yang digunakan pada pekerjaan pasangan batu kali ini terdiri dari 1 bagian
semen dan 4 bagian pasir. Dalam pemasangannya tidak dibenarkan sisi-sisi batu
saling bersentuhan, di antara batu harus terisi adukan.
e. Baik batu, pasir maupun air adukan yang dipakai pada pekerjaan ini harus bersih
dari lumpur dan kotoran-kotoran lainnya.
f. Pada bendung atau talud batu kali yang lapis atasnya dicor dengan beton atau
beton bertulang, sebelum dicor permukaan pasangan harus bersih dari kotoran.

4. PEKERJAAN PLESTERAN DAN SIARAN.


a. Untuk semua plesteran dinding beton dan turap yang memerlukan, digunakan 1
bagian semen dan 3 bagian pasir (kedap air).

b. Siaran untuk dinding turap dan talud menggunakan adukan 1 bagian semen dan 3
bagian pasir.
c. Pasir untuk plesteran dan siaran harus disaring cukup halus dengan butiran tidak
lebih kecil dari 0,25 mm. Pasir laut dan pasir yang memiliki kandungan tanah,
lumpur atau silta tidak diboleh digunakan.
d. Sebelum pekerjaan plesteran dikerjakan, semua bidang dan siar-siarnya yang akan
diplester harus disiram air sampai jenuh. Siar-siarnya telah dikeruk sedalam lebih
kurang 1 cm.
e. Tebal plesteran dinding ditentukan lebih kurang 1.5 - 2.0 cm, dikerjakan dengan
rata.
f. Semua bidang plesteran dan siaran harus diaci dengan acian semen.

PERSYARATAN TEKNIK PEKERJAAN PENGADAAN PIPA

1. Kontraktor akan mengadakan semua pipa-pipa seperti apa yang ditentukan dalam
daftar material termasuk, semua baut mur, packing karet, flens dan lainnya yang
diperlukan.
2. Pipa beserta Acesories pipa yang ditawarkan harus 100 % baru, produksi dalam negeri
dan diserahkan dalam keadaan baik tanpa cacat.
3. Spesifikasi teknis barang yang ditawarkan harus jelas dan lengkap yaitu : Pabrik asal,
jenis, klas, tebal, Standar Nasional Indonesia (SNI) dan semua informasi produk (dalam
bentuk brosur) yang diperlukan hingga memudahkan pengambilan keputusan.
4. Sebelum dilakukan pengadaan Pipa di lokasi pekerjaan oleh penyedia jasa terlebih
dahulu pipa tersebut harus dilakukan pemeriksaan dilaboratorium yang
ditunjuk/disetujui oleh pengguna jasa yang dilengkapi dengan surat pernyataan
jaminan barang dari pabrik pembuat dan penyedia Jasa. Penyerahan pengadaan Pipa
dilakukan di lokasi pekerjaan dan jadwal penyerahan harus disetujui oleh Pengguna
Jasa disaksikan oleh Asisten Teknis. Pipa yang akan diadakan harus baru dan disimpan
digudang penampung. Segala kekurangan harus diselesaikan secepatnya agar proses
pelaksanaan pemasangan pipa tidak terhambat.
5. Penyerahan Pipa dari Kontraktor Pelaksana kepada Pengguna Jasa akan dilengkapi
dengan Berita Acara Serah Terima Pengadaan Pipa.
6. Merk pabrik pembuat pipa, spesifikasi, standar dan diameter pipa harus tertulis pada
setiap pipa yang disediakan di lapangan.

PENGADAAN PIPA GALVALNIS (GIP).

1. Pipa Galvanis harus sesuai dengan Standar Nasional Indonesia yaitu : SNI 07-0039-
1987 (Medium Class) atau ASTM 120/A 53. Untuk Ø 8” tebal minimal 6,30 mm, Ø 6”
tebal minimal 6,30 mm, Ø 4” tebal minimal 5,50 mm,
2. Pipa-pipa yang cacat, penyok akibat benturan dan cacat yang lain harus diafkir dan
tidak boleh termasuk diantara pipa-pipa yang diserahkan.
3. Pengadaan Pipa GIP termasuk hal-hal sebagai berikut :
• Pipa GIP harus diserahkan dengan flanges yang sudah terpasang (dilas) pada
kedua ujungnya.
• Flanges harus sudah berlubang sesuai standar.
• Pengelasan flanges pada pipa dilakukan sebagai berikut :
• Uliran pipa (drad) dipotong terlebih dahulu, digerinda dan dibentuk hingga
potongan penampang tegak lurus pada as pipa, kemudian flanges dilaskan pada
pipa hingga dalam penyambungannya nanti susunan pipa-pipa lurus benang.dan
tidak bengkok-bengkok.
• Lubang-lubang kedua flanges harus sinkron, tidak boleh melenceng dari as pipa.
• Penyerahan Pipa berflens dilengkapi dengan mur baut dengan jumlah sesuai
dengan kebutuhan.
• Penyerahan Pipa dilengkapi dengan karet packing dan gasket sesuai kebutuhan.
4. Pipa yang diserahkan harus sesuai dengan spesifikasi yang ditawarkan.
5. Untuk pengadaan pipa GIP dengan φ ≤ 1” (25 mm) yang penyambungannya dilakukan
dengan socket/uliran, setiap batang pipa harus disuplay lengkap dengan minimum satu
socket.
6. Pada penyerahan pipa GIP φ ≤ 1” (25,4 mm) ujung-ujung uliran harus masih dalam
keadaan baik, dengan socket yang mudah diputar dan masih tertutup dengan penutup
plastik.
7. Apabila terdapat ujung ulir yang cacat, Kontraktor Pengadaan Pipa sedapat mungkin
memperbaikinya dan apabila tidak dapat diperbaiki, maka pipa yang cacat tersebut
harus diafkir dan Kontraktor harus menggantinya dengan pipa dengan ujung ulir yang
masih baik.
8. Seal tape termasuk dalam pengadaan pipa GIP φ ≤ 1” (25,4 mm) ini dan diserahkan
dalam jumlah yang cukup.

PEMASANGAN PIPA, FITTING/ACCESSORIES DAN


PENGADAAN FITTING/ACCESSORIES

PENGADAAN FITTING (JOINTING MATERIALS) DAN ACCESSORIES.

1. Untuk menjaga tersedianya fitting dan accessories yang diperlukan dalam pemasangan
pipa, pengadaan keduanya dimasukkan dalam satu paket pemasangan pipa.
2. Penyambungan pipa harus dilakukan dengan cara yang benar.
3. Fitting dan Accessories pipa yang akan digunakan harus sesuai dengen ketentuan
stadar penggunaan asesories pipa untuk jaringan pipa air bersih yang sudah diatur
dalam spesifikasi teknis pada dasarnya telah tercantum dalam BQ.
4. Mengingat keadaan lapangan di mana kemungkinan masih terdapat fitting yang belum
termasuk di dalam daftar fitting/accessories pada BQ maka Kontraktor harus
memperhitungkan kekurangan ini dengan sebaik-baiknya.
5. Ke dalam BQ telah dimasukkan biaya overhead accessories, overhead ini disarankan
digunakan secara efisien dan efektif.
6. Meskipun penyambungan harus dilaksanakan sesuai standar yang berlaku dan
kemungkinan masih ada kekurangan dalam daftar fitting/accessories, dengan adanya
biaya overhead fitting/accessories, maka tidak ada addendum atau Pekerjaan Tambah
Kurang dalam penyediaan accessories dan semua peralatan penyambungan pipa.
7. Meskipun Seal Tape untuk pemasangan pipa GIP φ ≤ 1,00” (25 mm) dan lem untuk
pemasangan pipa PVC telah disediakan oleh Kontraktor Pengadaan Pipa, Kontraktor
Pemasangan harus menyediakan bahan ini apabila terjadi kekurangan. Kekurangan
dapat terjadi karena penggunaan bahan berlebihan. Demikian juga halnya bila terjadi
kekurangan lem pada pemasangan pipa PVC. Kontraktor harus menyediakan
kekurangannya. Demikian juga bila terdapat kekurangan mur baut atau karet packing
karena tercecer dan gasket karena pemakaian yang berlebihan, Kontraktor harus
menyediakan kekurangannya.
8. Gate Valve Dan Stopkran.
a. Penggunaan Gate Valve atau Stop kran tertera dalam gambar bersama
accessories/fitting lainnya.
b. Valve yang beroperasi dibawah tekanan 2 kg/cm2 atau diameter di bawah 100 mm,
digunakan stopkran, harus dengan badan dari bronze dan hand wheel dari cast iron
atau melleable iron.
c. Valve yang berperasi di atas tekanan 2 kg/cm2 atau diameter di atas 100 mm
digunakan gate valve, harus dengan badan dari besi tuang dan spidler dari bronse.
Kedua ujungnya berupa flange yang harus sudah diberi lubang dengan ukuran sesuai
Standar.
d. Permukaan badan Gate valve baik yang berada di bawah permukaan tanah (dalam
box valve) atau yang berada di atas tanah harus dicat atau diter.
e. Pada setiap valve harus jelas kelihatan ukuran dan merk/kode perusahaan.
f. Harus tidak bocor pada tekanan minimal 7,5 kg/cm2
g. Valve harus dilengkapi dengan perlengkapan sambungan (jointing
material).termasuk packing.

PEMASANGAN PIPA

1. PENGUKURAN JALUR PIPA.


a. Semua Jalur Pipa diameter besar maupun kecil harus diukur ketinggiannya (level)
sesuai dengan gambar rencana. Pengukuran harus dilakukan dengan alat yang dapat
dipercaya, seperti waterpas, slang plastik, theodolit atau apa saja yang
kebenarannya dapat dipertanggung jawabkan.
b. Kesalahan dalam pemasangan pipa yang tidak sesuai dengan rencana jalur
ketinggiannya yang mengakibatkan air tidak mencapai sasaran adalah tanggung
jawab Kontraktor.
c. Kontraktor harus memperbaiki/membongkar pasang kembali pipa bila ternyata jalur
ketinggian pemasangannya tidak benar dan air tidak mencapai sasaran. Biaya untuk
perbaikan ini adalah tanggungan Kontraktor sepenuhnya.
d. Alokasi Biaya Pengukuran Jalur telah tercantum dalam BQ.
e. Kontraktor harus melakukan pengukuran jalur dengan disaksikan dan disetujui
Pengawas Pekerjaan.

2. PEKERJAAN GALIAN TANAH UNTUK PEKERJAAN PERPIPAAN


a. Lebar galian pipa disesuaikan dengan ketentuan pada gambar dan harus cukup
untuk dapat meletakan pipa dan menyambungkannya dengan baik. Bila diperlukan
galian harus dibuat dengan lebar ekstra, seperti untuk memasukan penyangga,
penguat galian dan peralatan-peralatan pipa atau bila struktur tanah merupakan
tanah lepas/pasir yang mudah longsor.
b. Dasar galian yang tidak sesuai dengan yang disyaratkan (lumpur atau endapan
rawa) harus diganti dengan tanah biasa, sirtu atau pasir. Batu-batu, dan bahan-
bahan kasar yang muncul di atas dasar galian harus disingkirkan hingga
terdapat ruang sekurang-kurangnya 10 cm sekeliling tiap sisi pipa untuk pipa φ 50
mm atau yang lebih kecil dan 20 cm untuk pipa yang lebih besar dan peralatannya.
c. Sekeliling lubang galian harus dijaga tetap bersih dan bebas dari timbunan tanah
hasil galian.
d. Kedalaman galian pipa ditentukan dengan tabel di bawah ini :

< 30 mm 40-50 mm 60-80 mm 100-120 mm 150 mm 200 mm

H 30 cm 40 cm 50 cm 70 cm 85 cm 100 cm

Di mana : φ = Diameter nominal pipa

H = Kedalaman galian pipa

3. PEMASANGAN DAN PENYAMBUNGAN PIPA GIP.


a. Lintasan Pipa yang beroperasi pada tekanan di atas 2 kg/cm2 , penyambungan
dilakukan dengan steel flanges.
b. Jalur pipa GIP baik yang tertanam maupun yang tidak tertanam atau tergantung di
tepi tebing penyambungannya menggunakan steel flanges.
c. Dalam memasang pipa harus diupayakan agar kedua pipa berada pada as yang
lurus, dengan demikian baut dapat masuk ke dalam lubang flanges dengan baik.
d. Penyambungan Pipa dengan Socket.
• Pemasangan pipa GIP φ ≤ 1,00” (25 mm), penyambungan dilakukan dengan
socket. Kecuali ditentukan lain, seperti pada pelintasan jembatan pipa, pipa
tergantung di tebing dan lain-lain.
• Pada perpipaan instalasi SPL, Reservoir dan lainnya, penyembungan pipa
semuanya menggunakan socket dan uliran. Kecuali bila ditentukan dengan cara
lain sesuai gambar.
• Dalam melakukan penyambungan pipa, uliran pipa harus dilapis dengan plastic
seal yang cukup, dilapis meni besi atau lem pipa PVC yang bermutu baik untuk
menghindari kebocoran.
• Bagian terlemah dari pipa GIP adalah bagian ujung ulirnya. Oleh sebab itu
bagian ini harus dijaga agar tidak kena benturan atau pukulan. Kebocoran
sering terjadi pada bagian sambungan yang ulirannya rusak. Dalam
pengangkutan perlu dijaga agar penutup uliran dari plastik jangan sampai
terlepas
• Dalam memasang pipa harus diupayakan agar kedua pipa berada pada as yang
lurus, dengan demikian uliran ujung pipa dapat masuk ke dalam socket dengan
baik.
• Bekas coating yang terkelupas harus ditutup dengan meni besi.
e. Pada sudut-sudut belokan yang kecil dan tidak memungkinkan digunakan bend,
maka bila dipan-dang aman, penggunaan Gibault Joint (dresser) diperbolehkan.
f. Pembuatan Bend yang tidak terdapat di pasaran dapat dilakukan sendiri oleh
Kontraktor dengan syarat sebagai berikut :
• Bend tidak boleh terbuat dari bagian-bagian yang terlalu banyak dilas.
Maksimum 2 sambungan las. Pengelasan harus rapi, satu alur dan tidak bocor
pada tekanan 10 kg/cm2. Kontraktor disarankan telah menguji kebocoran di
bawah tekanan pada bend las-lasan yang diserahkannya. Bila terjadi
kebocoran, Kontraktor harus memperbaiki atau menggantinya.
• Pada pembengkokan, diameter pipa harus tetap sama. Perubahan bentuk pipa
dari aslinya akan mengakibatkan bend tersebut di afkir.
g. Pada pelintasan-pelintasan baik sungai atau yang lain, penyembungan Pipa GIP
dilakukan dengan flanges. Demikian juga untuk semua jalur pipa GIP yang tertanam
maupun tidak tertanam.
h. Apabila pemotongan pipa dilakukan dengan las dan tidak diberikan flanges atau
uliran baru, penyambungan harus dilakukan dengan Gibault Joint (dresser).
i. Persyaratan sambungan flanges adalah sebagai berikut :
• Semua bagian harus dibersihkan secara seksama.
• Packing karet dipotong sesuai ukuran flanges dan ditempatkan secara cermat.
• Pada setiap baut harus dilengkapi dengan ring/washer. Baut, mur dan ring,
sebelum dipasang, harus dicelup dalam ter atau solar.
• Baut-baut harus dikeraskan pelan-pelan dalam urutan yang tepat hingga
tegangan kerja baut dan packingnya merata.
• Packing karet dilumas dengan gasket pada kedua permukaannya.
j. Kecuali kalau ditentukan lain oleh Direksi, nomor, jenis, dan panjang baut-baut
harus sesuai dengan standar yang berlaku dan untuk setiap baut harus dipakai
sebuah mur yang dan dua buah washer/ring.

4. PEMOTONGAN PIPA.
a. Bila Kontrtaktor harus memotong-motong pipa GIP untuk menyesuaikan keperluan,
pemotongan harus direncanakan dengan baik hingga rencana pengadaan bahan
tidak melampaui target. Pemotongan harus dibuat secara rapi dan tegak lurus as
pipa. Ujung-ujung yang terpotong harus diratakan seperti ujung-ujung yang asli.
b. Bila pemotongan dilakukan dengan alat las karbit bekas las harus diratakan dengan
gerinda.

5. ULIRAN PIPA.
a. Dalam membuat uliran baru dari potongan pipa yang diperlukan, tidak dibenarkan
memperkecil diameter pipa tersebut terlebih dahulu. Alat snij yang digunakan harus
sesuai diameternya dengan pipa yang akan dibuat ulirannya dan dikerjakan bertahap
sesuai dengan sistem peralatannya. Ujung ulir pipa tidak boleh berbentuk kerucut
terpancung, harus silindris.
b. Dalam membuat uliran harus dijaga agar coating pipa tidak terlalu banyak
terkelupas. Bekas terkelupasnya coating ini harus ditutup dengan meni besi.

PENGAD. DAN PEMAS. PIPA PVC

a. Pipa PVC harus sesuai dengan Standar Nasional Indonesia yaitu SNI 06-0084-1987
dengan tekanan nominal 10 kg/cm2.
b. Pipa yang diserahkan harus pipa PVC yang tidak rapuh/toreh, mempunyai
kelenturan yang cukup dan memiliki ciri-ciri fisik sesuai dengan yang tercantum
dalam brosur yang dilapirkan dalam penawaran.
c. Pipa-pipa yang cacat, rengat akibat benturan, pecah ujung spigot atau mofnya dan
cacat yang lain harus diafkir dan tidak boleh termasuk diantara pipa-pipa yang
diserahkan.
d. Pipa PVC disambung dengan menggunakan sistem sambungan lem pipa PVC.
e. Salah satu ujung pipa disyaratkan berbentuk mof untuk mempermudah
pemasangan dan mengurangi jumlah fitting. Apabila kedua ujungnya lurus biasa
(spigot/tanpa mof) maka supplay pipa harus dilengkapi dengan minimum satu
socket.
f. Penyerahan Pipa PVC, termasuk lem yang bermutu baik, cepat kering dan tidak
terpengaruh oleh air yang mungkin ada.
g. Salah satu ujungnya harus merupakan “bell” dan disambung menggunakan
sistem sambungan cincin karet (Rubber Ring).
h. Penyerahan pipa PVC, termasuk cincin karet (Rubber Ring) dan pelumas cincin.
i. Cincin karet harus tahan terhadap serangan mikro organisme dan semua zat yang
dikandung oleh air dan tanah dalam keadaan normal.
j. Pelumas untuk cincin karet harus tidak menimbulkan bau, rasa atau warna pada
pipa.
Ketebalan minimum dinding pipa dan out side diameter mengikuti table berikut ini :
KETEBALAN MINIMUM
NOMINAL OUTSIDE
DIAMETER DIAMETER DINDING (MM)
(MM) (MM)
S-8 S-10 S-12,5

50 (2”) 63 3,8 3,0 2,4

63 (2,5”) 75 4,5 3,6 2,9

75 (3”) 90 5,4 4,3 3,5

100 (4”) 110 6,6 5,3 4,2

125 (5”) 140 8,3 6,7 5,4

150 (6”) 160 9,5 7,7 6,2

200 (8”) 200 11,9 9,6 7,7

250 (10”) 250 14,8 11,9 9,6

300 (12”) 315 18,7 15,0 12,1


PENEMPATAN VALVE DAN VALVE BOX.

1. PERSYARATAN UMUM.
a. Valve/Katup dengan perlengkapan lainnya harus diset dan dipasang pada pipa
seperti yang disyaratkan pada Pasal-Pasal sebelumnya tentang kebersihan,
perletakan, penyambungan pipa dsb.
b. Semua uliran accessories harus dilapis dengan plastic seal.
c. Dijaga agar pemasangan semua katup tegak lurus ke bumi, tidak diperbolehkan
miring-miring.

2. LOKASI VALVE / KATUP.


Lokasi katup harus sesuai dengan gambar rencana atau pengarahan Direksi, diletakkan
di tempat yang mudah didapat dan terlindung.

3. BAK KATUP (VALVE BOX).


a. Untuk valve/katup dengan diameter di bawah 25 mm (1”) dan berupa stopkran
untuk keperluan Hidran Umum, kran tugu Valve Box dibuat dari potongan pipa PVC
AW 4” dengan dop dan dicor sesuai gambar.
b. Untuk valve/katup dengan 25 mm (1”) ≤ diameter valve ≤ 75 mm (3”) dan berupa
stopkran untuk keperluan junction joint, bak katup/valve box dibuat dari beton tak
bertulang, dibentuk seperti gambar.
c. Untuk valve/katup dengan diameter di atas 75 mm dan berupa gate valve untuk
keperluan junction joint pada jaringan transmisi, dinding, lantai dan penutup bak
katup/valve box dibuat dari beton bertulang dan dicor di tempat.
d. Plat penutup harus tahan benturan dan tidak mudah tergeser dan menyebabkan
valve box terbuka.
e. Tempat-tempat vavle box ini harus ditandai dengan jelas agar mudah didapat waktu
perbaikan.

THRUST BLOCK.
Pada setiap belokan lintasan pipa baik vertikal maupun horizontal dan semua lintasan yang
menanjak atau menurun harus dipasang thrust blocks dari beton 1 : 2 : 3 dengan angker
yang diperlukan. Ukuran dan penempatan sesuai gambar.

PIPA PENGURAS (WASH OUT) JARINGAN TRANSMISI.

Jika tidak ditentukan dalam gambar, diameter pipa penguras yang terdapat dalam jaringan
3
transmisi minimal /4 kali diameter pipa utama. Cabang penguras tidak boleh
disambungkan ke saluran pembuangan atau ke saluran terendam, dimana dapat
menyebabkan sifon balik kesistem distribusi.

PENGUJIAN ALIRAN DAN KEBOCORAN.


1. PENGUJIAN ALIRAN DAN KEBOCORAN.
a. Setelah pipa selesai dipasang, Kontraktor bersama Pengawas dan Direksi melakukan
pengujian aliran, untuk mengetahui apakah debit yang dialirkan sesuai dengan debit
yang direncanakan dan meneliti terjadi kebocoran atau tidak.
b. Apabila terjadi penyimpangan yaitu hanya debit yang dialirkan hanya 60% dari debit
yang direncanakan, padahal seluruh prosedur dan ketentuan bestek telah
dilaksanakan maka Pengawas, Direksi dan Kontraktor harus menyampaikan hal ini
kepada Konsultan Perencana. Kemudian secara bersama-sama melakukan evaluasi.
c. Kesalahan yang terjadi pada Tahap Perencanaan akan diselesaikan sesuai Peraturan
dan Undang-Undang yang berlaku.
d. Kesalahan yang terjadi pada Tahap Pelaksanaan adalah tanggung jawab Kontraktor
bersama Pengawas dan Direksi dan harus diperbaiki sesuai Ketentuan-Ketentuan
Bestek yang telah disepakati dalam Rapat Penunjukan (Aanwijzing).
e. Semua biaya yang harus dikeluarkan untuk perbaikan ini menjadi tanggung jawab
Kontraktor sepenuhnya. Oleh sebab itu, segala perubahan yang terjadi selama
proses pelaksanaan baik dari Pengawas, Direksi atau Pihak Lain Yang Berkompeten
(Kepala Desa atau Tokoh-Tokoh Desa lainnya) harus dilakukan secara tertulis atau
dituangkan dalam suatu Berita Acara Perubahan.

f. Semua kebocoran yang terjadi dalam pengujian ini harus diperbaiki sesuai ketentuan
teknis standar. Contohnya : kebocoran akibat salah cara penyambungan, perbaikan
dilakukan dengan cara pengganti-an fitting atau dipasang fitting bila sebelumnya
memang tidak dipasang. Perbaikan dengan ikatan karet bola motor/mobil tidak
dibenarkan. Kebocoran akibat pecahnya pipa dilakukan dengan penggantian pipa,
disambung dengan dresser atau gibault joint. Perbaikan yang bersifat tidak standar
ditolak.

g. Sebelum dilakukan pengujian Kontraktor harus membersihkan seluruh pipa yang


terpasang dengan penggelontoran sesuai dengan petunjuk Direksi. Penggelontoran
dilakukan dengan menguras air dari cabang penguras, dimulai dari bagian hulu dan
secara berturut-turut ke bagian hilir. Lamanya pengurasan harus dikerjakan sesuai
dengan petunjuk-petunjuk Direksi.

PEKERJAAN AKHIR/FINISHING

Pekerjaan akhir dilaksanakan dengan rapih, pengecatan dan lain-lain

DOKUMENTASI
Untuk kelengkapan laporan, Kontraktor harus membuat foto-foto dokumentasi dibuat
sebelum pekerjaan dimulai dan setiap tahap pelaksanaan dan dapat menunjukkan
kemajuan setiap tahap dengan jelas. Foto dokumentasi harus pula dibuat pada setiap
bagian yang penting antara lain penulangan, pondasi dan lain-lain. Foto-foto tersebut
dimasukkan kedalam album dan diserahkan kepada Pemberi Tugas sebanyak 2 (dua) set.

LAIN – LAIN.
a. Kontraktor harus mengangkut barang-barang yang harus disediakannya termasuk
pipa, dan perlengkapannya dengan hati-hati agar tidak menimbulkan kerusakan
pada bagian-bagiannya baik bagian tetap maupun bagian yang dapat digerakkan.
Perlengkapan tersebut harus dipasang dengan baik, bebas dari kotoran dan
mekanismenya dapat bekerja baik. Kontraktor harus memperbaiki kesalahan selama
pemasangan dan menanggung segala biaya yang diakibatkan oleh hal tersebut.
b. Segala kerusakan yang timbul pada lapisan jalan harus diperbaiki dan dikembalikan
seperti semula oleh Kontraktor.
c. Kontraktor harus mengecat permukaan perlengkapan perpipaan yang terbuat dari
besi tuang atau GIP yang tidak tertanam setelah selesai dipasang
d. Segala accessories/perlengkapan perpipaan yang tidak dapat bekerja baik setelah
pemasangan harus diperbaiki oleh Kontraktor dan seluruh pembiayaannya harus
ditanggung oleh Kontraktor.
d. Segala accessories/perlengkapan perpipaan yangtidak dapat bekerja baik setelah
pemasangan harus diperbaiki oleh Kontraktor dan seluruh pembiayaannya harus
ditanggung oleh Kontraktor.

PENYERAHAN PERTAMA
Pada waktu penyerahan pertama seluruh hasil pelaksanaan pekerjaan harus sudah
dilaksanakan sesuai spesifikasi teknis yang terdapat dalam kontrak dan dikerjakan sesuai
petunjuk direksi (pengguna jasa) dan harus sudah selesai 100o/o.

MASA PEMELIHARAAN
Dalam masa pemeliharaan hal-hal yang kurang sempurna harus disempurnakan, semua
kotoran harus dibersihkan sehingga pada saat penyerahan kedua, pekerjaan sudah dalam
keadaan betul-betul sempurna atau tidak ada cacat.

KETENTUAN PENUTUP:
Pelaksanaan Pekerjaan tetap berpedoman pada Spesifikasi Teknis Pekerjaan
Pembangunan Bangunan Penangkap Mata Air Desa Marante Kec. Seko

Masamba, 25 Februari 2019


CV. JAYA MADIRI

DIREKTUR

Anda mungkin juga menyukai