Anda di halaman 1dari 19

SPESIFIKASI TEKNIS

SYARAT SYARAT UMUM TEKNIS

KEGIATAN : PENINGKATAN SARANA DAN PRASARANA PONDOK PESANTREN


PEKERJAAN : REHAB RUANG KELAS 4 LOKAL
LOKASI : KECAMATAN BENGKALIS

A. SYARAT-SYARAT UMUM

PASAL 1
STANDARD STANDARD PELAKSANAAN

Apabila tidak ditentukan lain, dalam pelaksanaan ini kontraktor harus mematuhi dan
memahami peraturan-peraturan / ketentuan-ketentuan antara lain :

1. Perpres No.54 Tahun 2010 berikut lampiran-lampiran nya.


2. Peraturan Umum Tentang Pelaksanaan Pembangunan di Indonesia atau
Algemene Voorwaarden Voor deUitvoeringBij AannemingVanOpenbare Werkwn
(AV)1941.
3. Peraturan Pemasangan Pemadam api ringan (SKBI 3.4.53.1967)
4. Peraturan Keselamatan kerja konstruksi (SNI 0231-1967-E).
5. Peraturan Perencanaan Perhitungan beton (SNIT-15-1991-03).
6. Peraturan Pembuatan campuran beton (SNIT-15-1990-03).
7. Peraturan Baja tulang beton (SII 01236-84).
8. Peraturan Kawat Pengikat beton (SNI 0040-87-A).
9. Peraturan Ukuran Kayu bangunan (SKSNI S-05-1990-F).
10. Peraturan Pengawetan Kayu (SKBI 3.6.53.1967).
11. Peraturan Pencegahan Rayap (SKSNI T-05-1990-F).
12. Peraturan Pipa PVC untuk air kotor (SNI 0162-1987-A).
13. Peraturan Sambungan pipa PVC untuk air kotor (SNI 0178-1987-A).
14. Peraturan Plamur Kayu (SII 0773-83).
15. Peraturan Portland Cement (SII 0013-81).
16. Peraturan Bata merah (SII 0021-78).
17. Peraturan Instalasi Listrik (SNI 0225-87-D)
18. Peraturan Penangkal Petir (SKBI 1.3.53.1987).
19. Peraturan Baja Lapis Seng Bergelombang (SII 0137-87).
20. Peraturan Kaca Bening (SNI 0047-1989-A).
21. Peraturan Kran Rumah Tangga (SNI 0122-1987-A).
22. Peraturan Cat Emulsi (SNI 1253-1989-A).
23. Peraturan Plamur Tembok (SII 0548-81).
24. Peraturan Meni Besi (SNI 0503-1989-A).

-1-
25. Peraturan Dempul Kayu (SNI 0347-1989-A).
26. Peraturan Cat Tutup Besi danTutup Kayu (SP474 1977).
27. Peraturan Politur (SII1262-85).
28. Peraturan Kabel Listrik NYM (SII0209-78).
29. Peraturan Sakelar (SII 0578-81).
30. Peraturan Stop Kontak (SII 0580-81).
31. Peraturan Tata Cara Pengecatan Kayu (SKSNIT-08-1990-F).
32. Peraturan Tata Cara Pengecatan Tembok (SKSNI T-10-1999-f).
33. Peraturan Ubin Semen (SNI 0021-78).
34. Peraturan:
a. Batu alam untuk bahan bangunan
b. Kerikil
c. Pasir (SKSNI S-04-1989-F)

Untuk bahan-bahan yang tidak / belum ada peraturannya di Indonesia, maka dipakai
syarat-syarat yang ditentukan oleh pabrik dari bahan tersebut. Sebelum kontraktor
melaksanakan penggunaan bahan tersebut, maka syarat-syarat dari pabrik tersebut
harus diserahkan kepada Direksi/Pengawas untuk mendapatkan persetujuan.

PASAL 2
PEKERJAAN TANAH

Semua pekerjaan tanah yang diperlukan dalam pelaksanaan walaupun tidak jelas
disebutkan dalam uraian dan syarat-syarat ini harus juga dilaksanakan oleh
pemborong dengan baik, sesuai dengan petunjuk yang diberikan oleh Direksi /
Pengawas.

Pekerjaan tanah yang harus dilaksanakan pada garis besarnya meliputi :


1. Pembersihan Lapangan
2. Pekerjaan Galian
3. Pekerjaan Penimbunan
4. Pekerjaan Pemadatan dan Pengerasan
5. Pembuangan Tanah Sisa Galian
Semua peralatan yang umum diperlukan untuk pekerjaan tanah meliputi :
1. Pompa air untuk tempat yang berair
2. Penumbuk untuk memadatkan dan lain-lain (mekanis atau manual)

Harus disediakan oleh pemborong dalam jumlah yang cukup dan digunakan pada
tempat yang membutuhkan.

2.1. Pembersihan Lapangan


Tempat pekerjaan harus bersih dari semak-semak dan rintangan-rintangan
lainnya, termasuk bangunan harus dibongkar, pohon-pohon atau pagar hidup
harus ditebang dan disingkirkan.

2.2. Pekerjaan Galian ..

-2-
Semua penggalian yang dilakukan secara mekanis harus dihentikan pada
batas 10 cm sebelum kedalaman yang ditetapkan / diinginkan, pekerjaan
selanjutnya harus dikerjakan dengan manual.
Bilamana kedalaman galian ternyata lebih dalam dari batas yang ditentukan
maka bagian ini harus ditimbun kembali dengan bahan yang akan ditentukan
oleh Direksi / Pengawas. Bahan pengisi tersebut dapat berupa tanah urug,
pasir padat atau beton tumbuk. Biaya-biaya tambahan akibat penggalian
yang lebih ini menjadi tanggungan pemborong.
Bidang-bidang dasar dan dinding galian dimana konstruksi dibuat langsung
diatas pada bidang dasar / dinding tersebut, harus dikerjakan dengan tepat
mengikuti garis-garis kedalaman / kemiringan yang ditentukan dan jika
diminta oleh Direksi / Pengawas harus disiram dan dipadatkan dengan alat-
alat yang tepat sehingga didapat suatu bidang dasar / dinding yang padat
dan kokoh.
Apabila pada waktu penggalian dijumpai lapisan tanah yang tidak sesuai
untuk dasar pondasi, maka atas petunjuk Direksi/Pengawas lapisan tanah
tersebut harus dikeluarkan dan diisi kembali dengan bahan yang sesuai serta
dipadatkan dengan baik lapis demi lapis Q = 15 Cm.
Bidang-bidang dasar tanah pondasi harus dijaga tetap agar kering, rata dan
kokoh. Untuk itu bila dasar rencana pondasi berada pada kondisi tidak pada
lapis keras / batuan, maka penggalian harus ditunda minimal 20 Cm sebelum
mencapai batas galian yang ditentukan, kecuali pekerjaan dasar pondasi
(urug pasir dan lantai kerja) dapat dikerjakan seluruhnya segera setelah
penggalian mencapai kedalaman yang ditentukan. Tanah pondasi yang
menjadi berlumpur karena alasan apapun harus segera diperbaiki dengan
mengeluarkan lumpur tersebut dan mengganti / mengisi kembali dengan
bahan yang ditentukan Direksi/Pengawas dan dipadatkan lapis demi lapis Q
= 15 Cm.
Bila dipandang perlu Direksi / Pengawas dapat memerintahkan untuk
melengkapi lobang galian yang akan / sedang dibuat, dengan turap penahan
untuk mencegah longsor yang mungkin terjadi. Turap-turap ini harus
direncanakan sedemikian rupa sehingga keamanan pekerja-pekerja cukup
terjamin. Persetujuan yang diberikan Direksi/Pengawas untuk penggunaan
jenis bahan dan konstruksi tertentu, tidak membebaskan pemborong dari
akibat yang mungkin terjadi sewaktu penggalian. Semua pekerjaan
penggalian sedapat mungkin dikerjakan dalam keadaan kering. Bila
diperlukan bendungan darurat, maka konstruksi bendungan harus cukup
kokoh dan rapat untuk masuknya air. Pompa harus disediakan secukupnya
dan digunakan sesuai dengan petunjuk Direksi/Pengawas.
Lapisan keras batuan yang akan menjadi dasar pondasi harus dibersihkan
dari tanah, kotoran-kotoran dan bagian-bagian yang lepas. Celah-celah dan
retakan-retakan harus diisi dengan adukan yang sama dengan adukan
pondasi nantinya. Dalam hal demikian pekerjaan pondasi dapat langsung
dikerjakan diatas lapisan tersebut tanpa lantai kerja. Sekeliling lubang galian
harus dijaga tetap bersih dan bebas dari timbunan tanah hasil galian.

2.3. Pekerjaan Penimbunan ..


Pekerjaan penimbunan baik dengan tanah hasil galian ataupun dengan
bahan yang didatangkan dari luar harus dikerjakan lapis demi lapis dan tiap
lapis harus dipadatkan baik-baik. Tebal maksimum tiap lapis harus

-3-
disesuaikan dengan kemampuan peralatan yang digunakan, secara umum
tebal tiap lapis tidak boleh lebih dari 30 cm.
Bahan timbunan yang akan digunakan harus mendapat persetujuan Direksi /
Pengawas terlebih dahulu, bahan ini dapat berupa tanah hasil galian ataupun
yang didatangkan dari luar berupa tanah liat atau pasir urug. Dalam hal-hal
tertentu digunakan campuran antara pasir dengan kapur sebagai bahan
timbunan.

2.4. Pekerjaan Pemadatan

Cara-cara dan peralatan yang digunakan untuk pekerjaan pemadatan harus


disesuaikan dengan jenis dan letak dari tanah yang akan dipadatkan. Untuk
pemadatan ringan dapat digunakan portable soil compactor. Penggunaan alat-
alat tumbuk konvensional dengan berat 15-20 Kg hanya dapat digunakan dalam
hal-hal tertentu dengan persetujuan Direksi / Pengawas. Pemadatan tanah /
pasir harus selalu disertai dengan penyiraman secukupnya untuk mencapai
kepadatan optimal.

2.5. Pembuangan Tanah Sisa Galian

Tanah sisa galian yang tidak terpakai harus diangkut dan dibuang terutama di
tempat-tempat sekitar pekerjaan. Tanah ini harus diratakan baik-baik sehingga
tidak mengganggu aliran air ataupun menimbulkan gangguan-gangguan lain
didaerah sekitarnya.

PASAL 3
PEKERJAAN BETON
Umum
Pekerjaan beton harus dilaksanakan sesuai persyaratan-persyaratan yang
tercantum Peraturan Beton Indonesia (PBI NI-2, 1971). Pemborong harus
melaksanakan pekerjaannya dengan tepat dan teliti yang tinggi menurut
spesifikasi, gambar-gambar kerja dan instruksi Direksi/Pengawas.
Direksi / Pengawas berhak untuk memberikan / mengawasi setiap pekerjaan
yang dilakukan oleh pemborong. Direksi/Pengawas tidak membebaskan
pemborong dari tanggung jawabnya atas kemungkinan terjadi kesalahan dan
penyimpangan dalam pelaksanaan.
Semua pekerjaan yang tidak baik atau tidak memenuhi spesifikasi ini harus
dibongkar dan diganti / diperbaiki atas biaya pemborong.
Semua material harus mempunyai kualitas yang baik memenuhi syarat-
syarat PBI 1971.

Material ..

1. Semen
Semen yang digunakan adalah jenis portland cement yang harus memenuhi
syarat yang ditentukan dalam NI-8 1972. Semen harus diperoleh dari suatu
pabrik yang telah disetujui Direksi/Pengawas dan dikirimkan ketempat
pekerjaan dengan kantong tersegel dan utuh. Bila karena sesuatu hal
terpaksa harus menggunakan semen dari pabrik lain yang mendapat
persetujuan Direksi/Pengawas terlebih dahulu.

-4-
Bila Direksi/Pengawas menganggap perlu, pemborong harus mengirim surat
pernyataan dari pabrik yang menyatakan type, kwalitas dari semen beserta
manufacturer test certificate yang menyatakan memenuhi syarat-syarat yang
ditentukan dalam NI-8. Semen yang menggumpal, sweeping atau
kantongnya robek / rusak ditolak untuk digunakan.
Gudang tempat penimbunan semen harus cukup baik, tidak bocor, tidak
basah / lembab dan tidak luas sehingga penimbunan semen dapat diatur
dengan baik. Semen didalam kantong tidak boleh disusun lebih dari 2 meter
tingginya, bagian bawah berada minimum 30 Cm diatas lantai. Penempatan
harus sedemikian rupa sehingga semen lama dapat digunakan terlebih
dahulu.

2. Agrerate
Agregate halus harus memenuhi syarat pasir alam yang bersih, bebas dari
lumpur, jasad organik, garam alkali dan butir-butir lunak. Disamping itu pasir
harus tajam / kasar, keras dan tidak mengandung bahan yang merugikan
beton sampai batas maximum 5 % berat. Kadar lumpur dari pasir tidak boleh
melebihi 4 % (terhadap berat kering) dan jika melebihi agregrat harus dicuci
terlebih dahulu sebelum digunakan.
Agregrat kasar dapat berupa kerikil alam atau crushed stones yang
mempunyai gradasi yang baik, keras, padat tidak berpori dan bersifat kekal,
tidak pecah / hancur karena pengaruh cuaca. Kadar lumpur dalam agregrat
kasar tidak boleh lebih dari 1 %, dan jika lebih agrerat harus dicuci terlebih
dahulu sebelum digunakan. Dimensi maximum dari agrerat kasar tidak boleh
dari 2,5 Cm.

Agrerat halus, kasar diangkut dan disimpan terpisah, dan harus dicegah
terjadinya degradasi dari berbagai ukuran dan partikelnya. Stockples harus
dibentuk diatas platform dari beton keras atau kayu keras yang disetujui.
Agrerat harus dijaga kebersihannya dan bebas dari material-material lainnya.
Tempat yang cukup harus disediakan untuk menjamin tersedianya kedua
macam agrerat tersebut selama pekerjaan berlangsung.

3. Air
Air yang untuk pembuatan dan perawatan beton tidak boleh mengandung
minyak, asam alkali, garam, bahan-bahan organis dan bahan-bahan lain yang
dapat merusak beton atau baja tulangan. Dalam hal ini sebaiknya dipakai air
bersih yang dapat diminum.

4. Bahan Pencampur / Admixture


Penggunaan admixture pada campuran beton tidak diizinkan kecuali dengan
persetujuan tertulis dari Direksi/Pengawas.
Untuk itu pemborong harus telah membuat percobaan-percobaan
perbandingan berat dan bc ratio dengan penambahan admixture tersebut.
Hasil dari crushing test kubus-kubus berumur 7, 14 dan 28 (dari laboratorium
yang berwenang) harus dilaporkan kepada Direksi/Pengawas untuk dapat
disetujui.

Baja Tulangan
Baja tulangan yang dimaksud adalah penggunaan baja tulangan yang
berstandar SNI.
-5-
Baja tulangan harus bebas dari debu, karat, minyak gemuk, serpihan-
serpihan kayu dan kotoran lain yang dapat mengurangi kelekatannya dengan
beton. Bila dianggap perlu oleh Direksi/Pengawas, tulangan harus diikat
atau dibersihkan dengan cara lain sebelum dipergunakan. Pengecoran tidak
boleh dilaksanakan sebelum penulangan diperiksa dan disetujui oleh
Direksi/Pengawas. Bilamana terjadi kelambatan / penundaan dalam
pengecoran maka pembesian dibersihkan atau diperbaiki lagi.
Baja tulangan atau besi beton harus dipasang sedemikian rupa sehingga
selama berlangsung tidak akan berubah tempat (bergeser). Semua
persyaratan yang tercantum dalam PBI dalam Bab 5 harus dipenuhi.
Pengikat penulangan dilakukan dengan kawat ikat yang berkualitas besi
lunak dengan ukuran diameter lebih kurang 1 mm. Tulangan harus betul-
betul bebas dari acuan dan / atau lantai kerja dengan cara menempatkan
ganjalan-ganjalan beton (precast mortal specing block) dan mengikat pada
tulangan baja. Sengkang (beugel) harus diikat pada tulangan utama,
sedangkan jarak antara beugel harus sesuai dengan gambar.
Sambungan batang tulangan dengan pengelasan tidak diizinkan.
Sambungan-sambungan tulangan harus mengikuti syarat-syarat yang
terdapat dalam PBI Bab 8 dan ketentuan-ketentuan dalam gambar.
Mutu dari baja tulangan harus mengikuti syarat-syarat dalam PBI Bab 3.7.
jenis U-24 ini mempunyai tegangan leleh karakteristik 2.400 Kg/cm2 dan
pada percobaan lengkung 180 derajat tidak diperhatikan tanda-tanda getas
atau kelemahan lainnya.
Semua tulangan harus dibengkokkan dengan ukuran seperti tercantum
dalam gambar serta mengikuti syarat-syarat dalam PBI dan diletakkan
sesuai dengan gambar dan memperhatikan selimut beton yang tetap.
Tulangan tidak boleh dibengkokkan atau diluruskan dengan cara yang dapat
mengakibatkan kerusakam meterial.
Pemborong harus dapat mengusahakan agar ukuran besi yang dipasang
adalah sesuai dengan gambar. Jika terdapat kesulitan untuk mendapatkan
besi dengan ukuran yang ditentukan dalam gambar maka dapat dilakukan
penukaran ukuran dengan diameter besi yang terdapat atau dengan
kombinasi, dengan catatan :
Besi pengganti bermutu sama
Jumlah besi persatuan panjang atau jumlah besi di tempat tersebut
tidak boleh kurang dari yang tertera dalam gambar, dalam hal ini yang
dimaksud adalah jumlah luas penampang
Panjang overlapping sambungan harus sesuai kembali berdasarkan
diameter besi yang dipilih
Pengganti tersebut tidak boleh mengakibatkan overlapping sambungan
yang dapat menyulitkan pembetonan atau penyampaian vibrator.

A c u a n (Bekisting)
Bekisting-bekisting tidak boleh bocor dan cukup kaku untuk mencegah
pergeseran atau perubahan penyangga, permukaan bekisting harus halus rata,
tidak boleh melendut, sambungan pada bekisting harus diusahakan agar lurus
dan rata dalam arah horizontal dan vertikal.
Tiang-tiang penyangga yang vertikal untuk semua bekisting harus dibuat
sebaik mungkin untuk memberikan penunjang seperti yang dibutuhkan,
tanpa adanya kerusakan, over trees dan bergeseran tempat pada bagian
konstruksi yang dibebani. Tiang penyangga harus benar- benar kuat dan
-6-
kaku menunjang berat sendiri dari beban-beban yang berada diatasnya
selama pelaksanaan.
Kecuali diterangkan lain dalam gambar, bekisting untuk semua balok dan
plat lantai dilaksanakan dengan mengikuti anti lendut keatas, semua balok
dan plat lantai sebesar 0,2 % lebar dari bentang dihitung dari ujung bebas.
Sebelum dipergunakan kembali semua bekisting harus dibersihkan dahulu
untuk menghindari kemungkinan terjadi keropos atau cacat pada beton.
Segera sebelum beton dicor, bagian dalam dari bekisting harus dibersihkan
dari semua material lain termasuk air.
Sebelum pemasangan besi tulangan, bekisting untuk beton yang tidak
diplester lagi (expoced concrete) harus dilapisi dengan minyak yang tidak
meninggalkan bekas pada beton, Sedangkan bekisting untuk beton biasa
harus dibasahi air dengan seksama segera sebelum beton dicor.
Khusus untuk acuan kolom dan dinding beton atau balok-balok tinggi, pada
tepi bawahnya harus dibuatkan bukaan pada kedua sisi untuk mengeluarkan
kotoran- kotoran yang mungkin terdapat pada dasar kolom / dinding tersebut.
Setelah kebersihannya diperiksa dan disetujui oleh Direksi / Pengawas,
bukaan ini boleh ditutup kembali.
Bangunan tidak boleh mengalami perubahan bentuk. Kerusakan atau
pembebanan yang melebihi beban rencana dengan adanya pembongkaran
tiap bagian bekisting atau penyangga, merupakan tanggung jawab
pemborong.
Waktu minimal dari setiap saat seusainya pengecoran beton sampai dengan
pembongkaran bekisting dari bagian-bagian struktur adalah bagian berikut:

Bagian Struktur Waktu Minimum Pembongkaran


Bekisting (hari)
* Sisi balok dan dinding 3
* Penyangga plat lantai 21
* Penyangga balok 21
Pembuatan Beton dan Peralatannya
Pemborong bertanggung jawab sepenuhnya atas pembuatan campuran
untuk memenuhi syarat-syarat ini, pemborong harus menyediakan dan
menggunakan mesin pencampur beton (beton molen) yang baik dan
volumetrik sistem ukur air dengan tepat.
Pengaturan untuk pengangkutan, penimbangan dan pencampuran dari
material-material harus dengan persetujuan Direksi/Pengawas.
Pencampuran material-material harus dengan perbandingan berat.
Sebelum mengaduk beton, bagian dalam gentong pengadukan harus bersih
dari sisa beton dan kotoran-kotoran lainnya. Pengadukan dilakukan terus
menerus selama minimum 2,5 menit setelah semua material-material
termasuk air, dimasukkan kedalam gentong pengaduk. Mesin pengaduk
harus berputar pada kecepatan tetap yaitu 70 putaran / menit. Mesin
pengaduk tidak boleh diisi melebihi kemampuannya. Seluruh adukan harus
dikeluarkan sebelum material untuk diaduk berikutnya dimasukkan.
Pencampuran kembali beton yang sebagian sudah terjatuh / mengeras tidak
diizinkan, demikian juga penambahan air pada adukan beton yang sudah jadi
dengan tujuan untuk memudahkan pekerjaan tidak diperkenankan sama
sekali.

-7-
Perlindungan Terhadap Cuaca
Pada waktu panas bagian yang telah selesai dicor harus dilindungi dengan
penutup-penutup yang basah dan berwarna muda atau dengan memerciki
air.
Tidak diperkenankan mengecor selama turun hujan lebat, dan beton yang
perlu dicor harus dilindungi dari curah hujan.
Sebelum pengecoran berikutnya dikerjakan maka seluruh beton yang
terkena hujan harus diperiksa, diperbaiki dan dibersihkan dahulu dari beton
yang tercampur / terkikis air hujan. Pengecoran selanjutnya harus mendapat
izin Direksi/Pengawas terlebih dahulu.

Perawatan
Perawatan pendahuluan dari bidang permukaan beton yang kelihatan, harus
segera dilakukan setelah bidang permukaan beton tersebut cukup keras
untuk menghindari kerusakan-kerusakan dan dilanjutkan terus menerus tidak
kurang dari 12 jam. Bidang permukaan beton harus terus menerus dibuat
basah dengan cara menggenangi (ponding), atau bila tidak mungkin dapat
menggunakan goni-goni basah untuk menutupnya.
Perawatan harus terus menerus dilakukan sampai sekurang-kurangnya 7
hari atau menurut petunjuk Direksi/Pengawas.
Bidang-bidang cetakan harus selalu dibasahi selama perawatan. Bila
cetakan dibuka dalam masa perawatan, maka bidang permukaan beton yang
kelihatan harus dirawat dengan cara seperti diatas.

Penyelesaian Bidang-bidang Beton


Bagian-bagian yang kurang sempurna atau keropos dan berlubang-lubang
harus ditambal dengan campuran speci yang sama, segera setelah acuan
dibongkar. Sebelumnya bagian-bagian yang lepas harus disingkirkan,
dibersihkan dan disiram dengan air semen kental sebelum penambalan
dimulai.
Semua bidang permukaan beton yang kelihatan harus diplester dengan
campuran speci yang sama. Bidang-bidang yang akan diplester harus dibuat
kasar terlebih dahulu, dibersihkan dari sisa-sisa kayu cetakan dan bagian-
bagian yang lepas dibuang. Sebelum diplester bidang-bidang tersebut
disiram dengan air semen yang kental.
Meskipun dalam spesifikasi / gambar tidak ditentukan bahwa suatu bidang
beton harus diplester sesuai dengan ketentuan-ketentuan diatas dan semua
biaya tambahan yang diakibatkan menjadi tanggung jawab pemborong.

Penolakan Pekerjaan Beton

Direksi/Pengawas berhak menolak pekerjaan beton yang tidak memenuhi syarat.


Pemborong harus mengganti / memperbaiki / membongkar pekerjaan beton yang
tidak memenuhi syarat atas biaya sendiri, sesuai dengan instruksi yang diberikan
oleh Direksi/Pengawas.

PASAL 4
PEKERJAAN KAYU
4.1. M a t e r i a l
a. Mutu Kayu

-8-
Bila tidak ditentukan lain maka semua kayu yang digunakan harus kayu
dengan mutu A sesuai dengan P.K.K.I. Semua kayu harus bebas dari retak-
retak, bengkok dan sebagainya dan harus sudah mengalami proses
pengeringan udara minimum 3 bulan.

b. Kadar Air
Kadar air dari semua kayu yang dipakai untuk semua pekerjaan harus lebih
kecil dari 20 %. Harus dijaga agar kadar air tersebut constant, baik pada
saat penyimpanan maupun sampai pada penyelesaian pekerjaan.

c. Jenis Kayu
Macam kayu yang akan digunakan untuk pekerjaan ini dapat dilihat dalam
gambar detail atau pada bab IV (Syarat-syarat Teknis).

4.2. Penyimpanan Kayu


Segera setelah kayu diterima di tempat pekerjaan, maka kayu ditumpuk agaar
tidak menyentuh tanah pada tempat-tempat yang disetujui Direksi/Pengawas.
Penumpukan harus dilakukan dengan baik sehingga tidak menyebabkan
perubahan bentuk. Kayu-kayu yang tidak sesuai untuk digunakan, akan ditolak
dan harus diganti oleh pemborong atas tanggung jawabnya.

4.3. Ukuran-ukuran
Ukuran-ukuran kayu harus sesuai dengan yang disyaratkan, kecuali penyimpangan-
penyimpangan sedikit akibat penggergajian. Ukuran-ukuran yang menyimpang harus
disesuaikan dengan seperti yang ditunjukkan dalam gambar rencana.

4.4. Penyusutan Kayu


Persiapan penyambungan dan pasangan dari pekerjaan kayu harus sedemikian
rupa sehingga penyusutan pada bagian tertentu atau arah tertentu tidak boleh
mempengaruhi kekuatan dan bentuk akhir dari pekerjaan dan tidak merusak
bahan.

4.5. Sambungan
a. U m u m
Semua sambungan harus dibuat dengan rapi agar diperoleh sambungan
yang cocok. Semua lubang-lubang baut dan lubang-lubang penyambung
lainnya dibor dengan teliti. Demikian pula lubang-lubang pun harus dibentuk
sedemikian rupa sehingga cocok, benar dan rapat. Lubang-lubang untuk
baut harus dibor dengan mata bor yang mempunyai diameter 1,5 mm lebih
besar dari diameter baut, kecuali bila disyaratkan untuk menggunakan baut-
baut pas.

b. Sambungan Dengan Besi


Kecuali disyaratkan lain pada gambar rencana semua baut-baut, strip, paku,
plat cincin baut dan lain-lain pekerjaan besi, harus dibuat dari baja lunak
(milk steel).
Baut harus mempunyai bentuk kepala yang sesuai, persegi atau bundar
yang berulir, ukuran standard panjang ulir pada baut itu minimum 4
diameter baut.
Semua mur harus pas betul tanpa spelling.

-9-
Panjang baut yang tertera pada gambar rencana hanya ukuran perkiraan,
pemborong harus menyediakan baut-baut dalam panjang yang cukup.
Ujung baut harus lebih dari diameter melampaui mur, bila berlebih harus
dipotong.
Cincin baut harus digunakan dibelakang semua mur dan baut, kecuali
dalam hal kepala baut harus terbenam pada permukaan.
Memasang ganjalan kayu dibawah baut atau mur tidak diperkenankan.

c. Perlindungan Pada Sambungan


Semua sambungan kayu yang nantinya terpengaruh oleh air ataupun pada
pekerjaan kozen pintu dan jendela, perlu mendapat perhatian pada
penyelesaian pekerjaan.
Pada sambungan-sambungan sebelum dipasang, harus dicat terlebih
dahulu dengan cat menie atau dengan bahan lain yang ditentukan
Direksi/Pengawas, misalnya dengan minyak pengawet kayu. Sekurang-
kurangnya 2 lapisan menie diberikan berturut-turut, pemberian lapisan
kedua dilakukan setelah yang pertama kering betul.

4.6. Pabrikasi
Pemborong harus menyiapkan segala sesuatu yang diperlukan bagi persiapan
pekerjaan pabrikasi termasuk penyediaan plat-plat penyambung, skrup, paku
dan lain-lain, sehingga pekerjaan dapat dilakukan sebaik-baiknya sesuai
dengan gambar rencana.

4.7. Pengawetan dan Pengecatan Kayu


Direksi / Pengawas dapat memerintahkan pemborong untuk menggunakan
bahan pengawet kayu jika dipandang perlu, berupa minyak pengawet kayu
atau teer.
Pada penyelesaian pekerjaan, minyak pengawet kayu harus dituangkan
pada sambungan-sambungan.
Semua bagian yang diminyaki harus diselesaikan dahulu sebelum dimulai
pekerjaan pengecatan.
Tidak ada suatu bagian apapun yang boleh diminyaki selama atau segera
setelah hujan atau selama permukaan kayu masih basah.
Diperlukan paling sedikit 48 jam berselang untuk mengulangi pemberian
minyak pada bagian yang sama.
Bila menggunakan teer untuk mengawetkan kayu, maka bagian kayu
tersebut harus kering dahulu sebelum dipasang.
Untuk bagian-bagian yang nantinya tidak tertutup pengecatan dapat
dilaksanakan setelah bangunan tersebut selesai dipasang.
Setelah pengecatan bagian-bagian kayu dengan minyak pengawet kayu,
maka dapat dilapisi dengan satu lapis menie atau bahan lain yang telah
disetujui mutunya. Semua sambungan bagian lain yang tidak dapat dicapai
setelah pemasangan, harus terlebih dahulu diberi lapisan menie 2 x sebelum
pemasangan.
Tidak diperkenankan mencat selama permukaan kayu masih basah dan
setiap lapisan cat harus kering betul sebelum lapisan berikutnya.

- 10 -
PASAL 5
PEKERJAAN PASANGAN DAN PLESTERAN

5.1. M a t e r i a l
a. Semen Portland
Semen yang dipakai disini adalah dari jenis dan kualitas seperti yang
dipakai pada pekerjaan beton dan secara umum harus mengikuti syarat-
syarat yang terdapat dalam peraturan Semen Portland Indonesia NI-8.

b. Pasir
Pasir untuk adukan pasangan harus memenuhi syarat-syarat sebagai
berikut :
Butir-butir pasir harus tajam dan keras, tidak dapat dihancurkan dengan
tangan
Kadar lumpur tidak boleh lebih dari 5 % dan pasir harus babas dari
segala macam bahan kimia sesuai dengan NI-3 pasal 14 ayat 2. Bila
pasir yang digunakan tidak memenuhi syarat tersebut diatas,
Direksi/Pengawas dapat memerintahkan untuk mencucinya dan
hasilnya harus mendapat persetujuan dari Direksi/Pengawas terlebih
dahulu sebelum digunakan
Pasir laut untuk adukan tidak diperkenankan sama sekali untuk dipakai
Khusus untuk plesteran, harus digunakan pasir yang lebih halus.

c. Batubata
a. Batubata atau bata merah yang dipakai harus terbuat dari tanah liat
melalui proses pembakaran
b. Ukuran minimalnya adalah 5 cm x 11 cm x 22 cm dan ukuran
diusahakan tidak jauh menyimpang
c. Batu bata yang dipakai harus bata yang berkualitas no. 1 dan telah
mendapat persetujuan Direksi/Pengawas. Warnanya harus merah tua
merata tanpa cacat atau mengandung kotoran.

d. Air
Air yang digunakan untuk membuat adukan adalah sama dengan yang
disyaratkan untuk pekerjaan beton.

5.2. A d u k a n
a. Jenis adukan yang dipakai pada pekerjaan ini adalah sebagai berikut :
Untuk pasangan trasraam Spesi 1 Pc : 2 Ps
Untuk Pasangan pondasi bata Spesi 1 Pc : 3 Ps
Untuk pasangan dinding Spesi 1 Pc : 4 Ps

b. Adukan harus dibuat secara hati-hati didalam bak kayu yang besarnya
memenuhi syarat. Semen dan pasir harus dicampur dahulu dalam keadaan
kering kemudian diberi air sesuai dengan persyaratan sampai didapat
campuran yang plastis.

c. Adukan yang sudah mengering tidak boleh dicampur dengan adukan yang
baru.
- 11 -
5.3. Pasangan Batu bata
a. Semua pasangan dinding yang diletakkan diatas sloof / pondasi harus
menggunakan adukan trasraam sampai setinggi 15 20 cm dari bidang
lantai, selebihnya adukan biasa. Untuk pasangan dinding kamar mandi,
toilet, tempat cuci dan sebagainya, juga dipakai adukan trasraam sampai
setinggi 1,5 meter diatas bidang lantai, selebihnya dipakai adukan biasa.
b. Pekerjaan pasangan batubata harus dilaksanakan sesuai dengan gambar
rencana.
c. Dalam satu hari pasangan batu bata tidak boleh mencapai tinggi lebih dari 1
meter dan pengakhirannya harus dibuat bertangga menurun untuk
menghindari retaknya dinding dikemudian hari.
d. Pada pasangan bata, satu sama lain harus terdapat ikatan yang
sempurna.

5.4. Pekerjaan Plesteran

a. Adukan Untuk Plesteran


Plesteran trasraam campuran 1 Pc : 2 Ps, untuk plesteran pasangan
trasraam dan raben pondasi
Plesteran biasa campuran 1 Pc : 4 Ps, untuk plesteran pasangan dinding
Plesteran beton campuran 1 Pc : 2 Ps, untuk plesteran permukaan beton
Plesteran sudut campuran 1 Pc : 3 Ps, untuk plesteran pengakhiran sudut
dari bidang-bidang plesteran.

b. Persiapan Dinding / Pasangan Yang Akan Diplester


Semua siar di permukaan dinding pasangan hendaknya dikerok sedalam 1
cm agar bahan plesteran mudah ditempelkan
Semua permukaan yang diplester harus dibersihkan dan disiram air sebelum
bahan plesteran ditempelkan
Semua bidang plesteran harus dipelihara kelembabannya selama seminggu
sejak penempelan plesteran.

c. Pelaksanaan Pekerjaan Plesteran


Semua bahan plesteran harus diaduk dengan mesin atau dengan tangan
sesuai persetujuan Direksi / Pengawas
Pemborong harus membuat contoh-contoh bidang plesteran dari setiap
macam pekerjaan sesuai dengan yang diminta untuk mendapatkan
persetujuan Direksi/Pengawas dan untuk seterusnya semua pekerjaan
plesteran harus sama dengan contoh. Untuk dapat mencapai tebal plesteran
yang rata, sebaiknya diadakan pemeriksaan secara silang
Bidang beton yang akan diplester harus dipahat dahulu permukaannya agar
plesteran dapat lebih melekat
Semua sudut horizontal, luar maupun dalam serta garis tegak dalam
pekerjaan plesteran harus dilaksanakan secara sempurna, tegak dan siku.
Sudut luar hendaknya dibuat tumpul
Bilamana terdapat bidang plesteran yang berombak (tidak rata) maka bidang
tersebut harus diperbaiki. Plesteran bidang yang diperbaiki harus rata
dengan bidang sekitarnya.

- 12 -
PASAL 6
PEKERJAAN PENGECATAN

6.1. Umum
Semua bahan cat adalah dari kualitas yang terbaik dan yang lebih disetujui
oleh Direksi/Pengawas. Plameur yang dipakai harus dari merk yang sama
dengan catnya, dan pemakaiannya harus menuruti paraturan dari pihak
pembuat.
Pemborong harus membuat percobaan pengecatan pada bidang-bidang
contoh yang ditentukan oleh Direksi / Pengawas, selambat-lambatnya 1
(satu) minggu sebelum pekerjaan cat dimulai.
Semua permukaan yang akan dicat harus betul-betul dalam keadaan kering,
rata, licin dan bersih. Demikian pula sekitarnya harus bebas dari debu dan
kotoran-kotoran lainya.

6.2. Pekerjaan Cat / menggunakan cat jotun


Kecuali disebutkan lain, maka semua dinding tembok dicat dengan cat Jotun
yang bermutu baik, tidak luntur serta tidak lepas oleh pengaruh cuaca dan
air, demikian pula bahan plameurnya. Pekerjaan cat emulasi juga
dilaksanakan pada langit-langit yang terbuat dari triplek, serta plat beton
yang berfungsi sebagai langit-langit.
Pengecatan dilakukan minimum 3 kali dengan selang waktu seperti yang
disyaratkan produsennya. Hasil akhir yang diminta adalah bidang licin dan
rata.
Khusus pengecata batu alam paliman dengan menggunakan pernis.

6.3. Pekerjaan Cat Pada Kayu


Semua jenis pekerjaan yang bersinggungan dengan pekerjaan beton,
pemasangan tembok dan sebagainya, minimal harus dicat 2 kali dengan
menie kayu.
Pekerjaan serupa dilakukan pula untuk semua penggantung langit-langit dan
rangka dinding partisi.

Bagian-bagian kayu yang nampak, bila akan dicat maka sebelumya harus
diplameur kemudian diberi cat dasar (menie) 2 kali. Setelah kering dan
dihaluskan, baru dicat sebanyak 3 kali.
Bagian kayu yang dipolitur atau dicat dengan teak oil, harus menggunakan
bahan politur atau oil dengan kualitas terbaik.

PASAL 7
LAIN-LAIN

7.1. Semua jenis bahan bangunan yang akan dipakai dan belum disebut disini akan
dituangkan dalam BAB spesifikasi khusus (syarat-syarat teknis) atau ditentukan
pada waktu penjelasan pekerjaan.

7.2. Semua bahan yang dimaksudkan untuk dipakai harus ditunjukkan terlebih
dahulu kepada Direksi/Pengawas untuk diperiksa guna mendapatkan izin
persetujuan/ pemakaiannya.

- 13 -
7.3. Pemakaian bahan-bahan yang tidak sesuai dengan yang ditentukan harus
dibongkar dan kerugian yang timbul sepenuhnya menjadi tanggung jawab
kontraktor.

7.4. Tidak tersedianya bahan-bahan yang akan dipakai di pasaran, tidak dapat
dijadikan sebagai alasan terhentinya atau tertundanya pelaksanaan pekerjaan.

PASAL 8
PERSIAPAN PEKERJAAN

8.1. Sebelum melaksanakan pekerjaan, kontraktor harus mempersiapkan jalur jalan


ke lokasi untuk mempermudah pemasukan bahan bangunan ke lokasi proyek.

8.2. Sebelum dimulainya pekerjaan fisik, terlebih dahulu areal lokasi seluas yang
ditentukan oleh Direksi/Pengawas harus dibersihkan dari semak-semak dan
pohon-pohon yang akan mengganggu kelancaran pelaksanaan pekerjaan.

8.3. Sebelum dimulainya pekerjaan di lokasi, maka kontraktor dengan biaya sendiri
menyediakan kantor dengan perlengkapannya, gudang tempat penyimpanan
bahan-bahan, alat-alat pekerja dan lokasi kerja tempat mengerjakan bahan-
bahan.

8.4. Kantor, gudang dan los kerja baru dapat dibongkar setelah pekerjaan selesai
100 % dan pembongkarannya dengan persetujuan Direksi / Pengawas.

Pekerjaan yang belum tercantum pada spesifikasi ini secara terperinci dan khusus
akan dimuat dalam spesifikasi khusus/teknis yang merupakan bagian kedua dari
spesifikasi ini.

- 14 -
SYARAT SYARAT TEKNIS KHUSUS

KEGIATAN : REHABILITASI SD/MI KECAMATAN BENGKALIS


PEKERJAAN : REHAB RUANG KELAS 4 LOKAL (YPPI BENGKALIS)
LOKASI : KECAMATAN BENGKALIS

B. SYARAT-SYARAT KHUSUS

PASAL 1
PENDAHULUAN
1. Pedoman pelaksanaan Pembangunan ini adalah syarat-syarat teknis
penjelasan pekerjaan yang disampaikan pada waktu Rapat penjelasan
pekerjaan, gambar-gambar rencana dan perubahan yang telah disetujui dan
disahkan serta rincian kerja yang tercantum dalam RAB yang telah disetujui
dan disahkan.
2. Sebelum memulai pekerjaan bangunan baru terlebih dahulu mendapatkan
persetujuan dari pihak yang terkait dan UPTD setempat.
3. Pemakaian bahan bahan untuk bangunan tersebut harus mendapat
persetujuan dari direksi / pengawas lapangan yang ditunjuk.
4. pengukuran harus ditentukan oleh direksi teknis beserta pengawas yang di
tunjuk.
5. Papan Nama Proyek.
a. Papan nama proyek dibuat dari plat seng atau sejenisnya yang
berkualitas baik.

b. Bentuk dan ukuran serta warnanya adalah sebagai berikut :


Ukuran : 90 x 180 cm.
Tinggi : Bagian bawah papan nama proyek 80 cm dari permukaan
tanah.
Warna : Seluruh dasar papan nama proyek di cat minyak warna
putih dan tulisan warna hitam.

PASAL 2
PEKERJAAN PENGUKURAN
Sebelum kegiatan fisik dilaksanakan terlebih dahulu harus dilaksanakan
pekerjaan pengukuran untuk menentukan tinggi rendahnya permukaan tanah
dan juga luas tanah yang dibutuhkan untuk keperluan yang dimaksud.

PASAL 3
PEKERJAAN PELAKSANAAN
1. Lokasi tempat bangunan akan dikerjakan terlebih dahulu harus dilakukan
pekerjaan Pembersihan / Land Cliring menggunakan Alat Jika diperlukan, ,
dan dilakukan pembersihan dari segala bahan material bekas pembersihan
sehingga tidak menghambat pelaksanaan pekerjaan, hasil pembersihan
dikumpulkan menjadi satu untuk dibuang ketempat yang ditentukan oleh
Direksi.
2. Bouwplank bangunan terbuat dari papan 2/20 cm, panjang 3 m yang pada
bagian atasnya diketam rata, dipasang pada patok kayu bulat 3 atau balok
5/7 cm yang tertanam kuat ditanah dengan ketinggian atas papan bouwplank
- 15 -
merupakan ketinggian peil bangunan 0.60 dari permukaan tanah yang
ditentukan di lokasi, pemasangan bouwplank berjarak 1,00 m dari as
bangunan.
3. Sebelum bangunan dilaksanaan pekerjaannya, pemborongan terlebih dahulu
harus melaksanakan pengurusan Izin Bangunan pada instansi berkait.

PASAL 6
PEKERJAAN KONSTRUKSI RANGKA KAP ATAP
DAN PASANGAN
1. Kuda kuda atap yang digunakana pada bangunan ini terbuat dari konstruksi
baja ringan dengan ukuran sesuai dengan acuan gambar bestek dan harus
mengikuti pada acuan gambar rencana kerja, bentuk konstruksi disesuaikan
dengan gambar bestek.
2. Atap yang digunakan untuk penutup bangunan adalah atap genteng Metal
dengan ketebalan 0.30 mm. atap dipasang dengan cara sebaik mungkin
sehingga tidak terjadi cacat/bocor pada atap yang telah terpasang.
3. Sambungan atap dipasang sebaik mungkin untuk menghindari masuknya air.
sambungan atap arah samping harus di ambil jarak selebar 2 Alur atau
overlap sebesar 10 cm.
4. Rabung atap yang digunakan adalah rabung jadi dengan ukuran standar dari
jenis yang sama dengan atap, pada bagian atap yang berada di bawah
perabung jurai, bagian ujung atap harus diberi tekukan keatas setinggi 5 cm
guna untuk mencegah kebocoran pada atap dan pada bagian tepi atap harus
dipasang bola-bola atap sebesar 10 cm dan didalam bola-bola diberi papan
ruiter. Pemasangan atap harus baik, lurus dan menggunakan paku khusus
untuk atap dan anti karat. Bidang permukaan atap harus membentuk bidang
datar.
5. Pada ujung atap/kaki atap bagian bawah dipasang lisplank papan kayu kelas II
berkualitas baik. ukuran papan lestplank yang digunakan 2.5x25 / 2.5x10 cm.

PASAL 7
PEKERJAAN RANGKA DAN PLAFOND
1. Sebelum pekerjaan pemasangan penutup plafond terlebih dahulu dikerjakan
rangka plafond, rangka plafond untuk seluruh ruangan bangunan
menggunakan rangka kayu Kualitas Baik mutu kelas II, dengan ukuran Kayu
5x7 cm dan 5x5 cm, sedangkan untuk rangka plafond piri piri pada bagian
luar bangunan menggukan konstruksi kayu kualitas baik mutu kayu kelas II.
2. Penutup Plafond yang dimaksud adalah menggukan plafond Plywood dengan
ketebalan 4 mm. yang dipasang pada bagian bagian seluruh ruangan
bangunan, bagian luar keliling bangunan/kaki atap. dipasang papan piri piri
Uk. 2/8 cm dengan kualitas baik mutu kelas II
3. Bentuk / pola pemasangan plafond ruangan dan plafond papan piri piri
mengikuti acuan gambar kerja

- 16 -
PASAL 8
PEKERJAAN LANTAI
1 Pekerjaan penambahan elifasi lantai dengan ketebalan lantai.5 cm Lantai
bangunan menggunakan bahan cor beton campuran 1 Pc : 3 Ps : 5 Kr,
dengan masing masing ketebalan sesuai dalam gambar kerja.
2 Pekerjaan rabat keliling Sebelum pengecoran lantai rabat
dilakukan,pembobokan lantai rabat existing
3 Lantai bangunan maupun lantai rabat keliling bangunan menggunakan bahan
cor beton campuran 1 Pc : 3 Ps : 5 Kr, dengan masing masing ketebalan
sesuai dalam gambar kerja.
4 Keramik lantai pada seluruh ruangan digunakan keramik ukuran 30 x 30 cm.
setara Ikad. bahan keramik yang akan dipasang haruslah berkualitas baik,
Warna dan bentuk sesuai dengan persetujuan direksi/pengguna bangunan.
Pada sisi sisi tertentu dipasang bonbon keramik.

PASAL 9
PEKERJAAN DAUN PINTU, DAUN JENDELA SERTA
ASSESORIS PINTU DAN JENDELA

1. Bahan rangka / Frame untuk daun Pintu dan Jendela terbuat dari bahan kayu
kualitas baik mutu kelas II. Frame/bingkai jendela dipasang kaca clear dengan
ketebalan masing-masing 5 mm, bentuk dan ukuran sesuai gambar, masing-
masing pintu dan jendela dilengkapi dengan asesoris sebagai berikut
Untuk aksesoris pintu dipasang tiap tiap Pintu menggunakan 3 bh Engsel
1 Buah Kunci tanam Slaag, 2 bh Grendel Pintu
2. Untuk asesoris daun jendela masing-masing jendela dilengkapi/dipasang 2
buah engsel 3, 2 buah grendel, 1 buah handle dan 2 buah kait angin.

PASAL 10
PEKERJAAN INSTALASI LISTRIK

1. orang atau pekerja yang mengerjakan pemasangan instalasi listrik harus


memiliki sertifikat keahlian mengenai elektrikal dan atau minimal seorang biro
jasa pemasangan listrik yang mengetahui dalam bidang elektrikal.
2. Pasangan instalasi listrik disesuaikan dengan rencana pemakaian bola lampu,
stop kontak dan saklar. Jumlah pasangan mengacu pada gambar kerja dan
RAB.
4. stop kontak, saklar ganda/tunggal keseluruhannya berkualitas baik sesuai
standar SNI.
PASAL 11
PEKERJAAN PENGECATAN.

1. Pengerjaan Pengecatan dinding tembok dan plafond


a. Bahan material cat yang digunakan menggunakan cat jenis Setara
Catylac
b. Sebelum pengecatan dimulai tembok dan plafond yang akan dicat
harus sudah benar-benar bersih dari kotoran dan kering
c. Apabila ternyata tembok yang akan dicat belum memenuhi syarat-
syarat kekeringan. Sedangkan pengecatan harus segera dimulai, maka
- 17 -
untuk pengecatan harus dilapisi terlebih dahulu dengan menggunakan
pelapis berupa isolasi pernis.hingga kering.
d. Sebelum dicat maka tembok harus diberi lapisan plammer hingga rata
menegenai seluruh permukaan tembok sampai kering kemudian
dihaluskan dengan amplas besi hingga halus
e. Setelah plamir dihaluskan. Tembok dicat dengan cat dasar
f. Setelah cat dasar mengering lalu dilanjutkan dengan penggunaan cat
akhir setara Catylac, pengecatan dilakukan sampai dengan pengecatan
ketiga kalinya dengan hasil yang rapi.
2. Pengecatan Kayu
a. Bahan material cat yang digunakan adalah cat minyak jenis Nippon
Paint
b. Sebelum pekerjaan dimulai permukaan kayu harus digosok dengan
amplas kayu hingga halus.
c. Setelah kayu diamplas hingga halus dicat dengan cat dasar lood manie
untuk melindungi kayu dari kelapukan.
d. Setelah lood manie kering, permukaan kayu diplamour hingga rata dan
setelah kering digosok lagi dengan amplas kayu.
e. Setelah plamour dihaluskan, kayu dicat dengan cat dasar minyak,
f. Setelah proses pelaksanaan tersebut selesai, dilaksanakan pengecatan
berikutnya sampai ketigakalinya sehingga mendapatkan hasil yang rapi.

PASAL 12
PEMELIHARAAN DAN PEMBERSIHAN
BANGUNAN / HALAMAN

selama pekerjaan berlangsung kontraktor harus memilihara kebersihan bangunan


dan halaman kerja, umpamanya menyingkirkan kelebihan dan pembuangan
sampah sampah dan lain lainnya hingga memuaskan direksi,

Pada penyerahan pertama dari pekerjaan, keadaan bangunan dan halaman harus
selalu bersih seluruhnya.

PASAL 13
PENYERAHAN PEKERJAAN

Setelah pekerjaan selesai dikerjakan 100% seluruh kunci-kunci/aset bangunan


diserahkan kepada pejabat yang berwenang atau kepada pengguna bangunan.

PASAL 14
PEKERJAAN AKHIR
1. Seluruh ruangan dalam bangunan dipekarangan bangunan harus dibersihkan
dari segala macam bentuk kotoran dan sampah sampah. Segala macam
sisa sisa bahan bangunan, benda benda bekas pelaksanaan pekerjaan
harus dibuang pada tempat yang ditentukan.

- 18 -
2. Pekerjaan banguan dan halaman harus sudah dalam keadaan siap untuk
dipakai namun demikian syarat syarat yang harus dipenuhi antara lain,
seluruh bangian bagian dari gedung harus sesuai dengan spesifikasi gambar
rencana bangunan dan memenuhi RKS, seluruh komponen berfungsi dengan
baik.

3. Apabila penyerahan pertama telah dapat dilakukan maka pemborong harus


menyerahkan satu buah setiap kunci pintu.

4. Penyerahan kedua dapat dilakukan dengan syarat apabila seluruh pekerjaan


penyempurnaan terhadap kekurangan kekurangan dan cacat pada masa
pemeliharaan telah diperbaiki dan menyerahkan keseluruhan kunci kunci
Pintu yang masih ada pada pemborong serta tiga set foto foto pelaksanaan.

PASAL 15
PENUTUP
Demikianlah RKS ini dimuat secara keseluruhan, dan diharapkan kepada rekanan
yang akan mengikuti proses pelelangan dapat membaca serta memahami, dan
apabila terdapat ketidak jelasan dapat ditanyakan atau dikonsultasikan pada
Rapat Penyelesaian Pekerjaan dan hasilnya akan dituangkan kedalam risalah
pada rapat Aanwijzing atau Berita Acara penjelasan Pekerjaan dan bersifat
mengikat . Volume Pekerjaan yang diberikan kepada peserta Lelang bersifat
mengikat.

- 19 -

Anda mungkin juga menyukai