Anda di halaman 1dari 39

BAB II

PEKERJAAN PASANGAN
Pasal 1 Pekerjaan Pasang Batako
1.1 Bahan
Semua batako yang digunakan harus dari mutu klas I, padat, keras, benar
ukurannya, mempunyai ujung persegi dan harus sesuai dengan gambar kerja.
Semua batako yang dipergunakan sebaiknya berasal dari satu tempat. Bata merah
yang akan digunakan dengan ukuran yang mendapat persetujuan Konsultan
Pengawas dan Direksi.
Bahan-bahan seperti pasir, semen dan air adukan pasangan batako mengikuti
ketentuan peraturan pekerjaan beton

1. 2 Pelaksanaan Pemasangan Batako:


Batako yang dipakai harus batako utuh yang tanpa cacat, kecuali pada sudut-sudut
pertemuan dapat dipakai batu bata potongan dengan ukuran yang semestinya.
Bila dalam pasangan terdapat bata cacat bata ini harus diganti atas beban
pelaksana.
Semua sambungan antar batako harus terisi penuh oleh adukan dengan jarak siar
yang seragam.
Jarak siar batu batako rata – rata 12,5 mm dengan toleransi 2,5 mm.
Dalam 1 hari pasangan Batako tidak boleh lebih tinggi dari 1 m.
Pengakhiran pasangan itu harus dibuat bertangga menurun dan tidak bergigi untuk
untuk menghindari retak kemudian hari.
Pasangan batako diatas kusen atau bidang terbuka lainnya harus dipasang berdiri (
Pasangan Rolag ).
Baik tertera dalam gambar atau tidak, tembok bata harus diperkuat dengan kolom
atau ring beton praktis pada luas paling besar 12 m2 atau paling jauh setiap jarak 4
m1.
Pada tempat yang akan terdapat rangka kayu atau Kusen, Pasangan bata
hendaknya ditinggalkan sampai kusen tersebut terpasang dengan baik.
Semua angker – angker kusen dan lain – lain harus ditunjukkan dulu kepada
Konsultan Pengawas dan Direksi sebelum pekerjaan dilanjutkan. Alur-alur
tersebut harus diisi penuh dengan adukan dan angker – angker ditanam dengan
beton campuran 1 Pc : 2 Psr : 3 Krk didalam tembok.
Semua pasangan harus rapi, rata, baik horisontal maupun vertikal. Penjepitan
dengan benang harus dilakukan tiap-tiap jarak tidak lebih dari 30 cm. Semua
pertemuan agak lurus harus benar-benar bersudut 90 derajat.
Semua pasangan harus dilindungi dari sinar matahari langsung dan pasangan baru
harus selalu dibasahi selama 3 hari dengan karung basah, atau alat pembasah
lainnya.

1. 3 Hasil Akhir Yang Dikehendaki:


Pasangan dinding batako yang tegak lurus ke atas, tidak melengkung secara
vertikal maupun horizontal.
Susunan batako yang saling menyangga, garis nat secara vertikal tidak
bersambung, melainkan terputus-putus (seperti metode pasangan bata).
Garis nat terjaga, kemiringan dinging terjaga dan tetap datar.

Pasal 2 Pekerjaan Pelesteran


2.1. Pendahuluan
Setelah dinding terpasang sampai atas, mulailah melakukan pelapisan
penutup dinding bata. Pelapisan dilakukan dengan diplester untuk dinding dalam.
Dinding luar atau batas kavling biasanya hanya disawut (plesteran tanpa
dihaluskan serta tanpa diaci). Sebaiknya saat memulai suatu pekerjaan plesteran
hendaknya dinding batu bata disiram terlebih dahulu dengan air agar plesteran
cepat menempel di dinding. Setelah seluruh dinding diplester, diamkan beberapa
hari agar kadar airnya cepat hilang. Biasanya setelah kadar air seluruhnya telah
menguap, plesteran akan terlihat retak-retak kecil. Pekerjaan plester itu biasanya
dilakukan pada bidang dinding dan pada bagian atas pondasi (trasram/semenram).
Pekerjaan trasram untuk mencegah agar kaki tembok tidak mengisap lembap (air)
dari tanah. Adukannya dibuat rapat air yaitu dengan campuran 1 pc : 2 pasir. Di
antara bagian bawah tembok dengan bagian atas pondasi, sekarang banyak
dipasangi balok beton bertulang (sloof) dengan maksud untuk meratakan beban
bangunan yang diterima oleh pondasi yang sekaligus berfungsi sebagai trasram.
Pekerjaan berikutnya adalah mengaci, untuk menutupi adanya keretakan alami
akibat penguapan. Sebelum pekerjaan acian dimulai, terlebih dahulu lakukan
penyiraman agar acian mudah melekat pada plesteran. Bila pekerjaan acian telah
selesai maka perlakuannya sama dengan pekerjaan plesteran. Acian didiamkan
beberapa hari agar kadar airnya mengering. Setelah terjadi pengeringan, akan
timbul secara alami keretakan yang disebut retak-retak rambut.

2.2. Pelaksanaan pekerjaan persiapan permukaan plesteran


2.2.1. Penyiapan alat, bahan dan lokasi untuk melaksanakan pekerjaan
plesteran.
Dalam rangka melaksanakan pekerjaan plesteran diperlukan suatu
persiapan yang matang yaitu menyangkut hal-hal sebagai berikut :
1. Tujuan penyiapan alat, bahan, dan lokasi kerja
Sebelum melaksanakan pekerjaan plesteran, terlebih dahulu harus
menyiapkan peralatan, bahan, dan tempat kerja yang dibutuhkan, sesuai dengan
jenis dan fungsi alat, bahan yang diperlukan maupun lokasi/tempat kerja, dengan
tujuan agar proses pelaksanaannya sesuai dengan persyaratan, baik metode kerja,
spesifikasi teknis maupun gambar kerja yang ditetapkan.
2. Prosedur penyiapan alat, bahan, dan lokasi kerja
Langkah-langkah yang harus dilakukan untuk menyiapkan alat, bahan, dan
tempat kerja adalah sebagai berikut :
a. Baca/lihat gambar kerja
b. Lihat denah/situasi tempat dan letak dari pekerjaan plesteran
c. Pastikan bahan/material yang dibutuhkan, sesuai dengan tipe plesteran yang
akan dibuat.
d. Perhatikan jenis plesteran yang akan dibuat
e. Pelajari spesifikasi teknisnya.
3. Jenis dan fungsi alat
Sendok spesi, berfungsi mengambil dan menempatkan bahan plesteran atau acian
dari tempat pencampuran/ adukan ke lokasi pekerjaan.
Roskam kayu, berfungsi untuk meratakan bahan plesteran di lokasi pekerjaan.
Roskam baja, berfungsi untuk menghaluskan bahan plesteran di lokasi pekerjaan.
Waterpass/selang plastic (bening berisi air), berfungsi sebagai penyipat datar
untuk memastikan bahan plesteran yang dihampar di lokasi pekerjaan rata /tidak
miring.
Unting-unting (lot), berfungsi untuk memastikan permukaan plesteran terpasang
tegak lurus.
Pahat, berfungsi memperbaiki/memotong bagian permukaan dinding yang tidak
rata sebelum diplester.
Palu, berfungsi sebagai pemukul pegangan pahat ketika difungsikan.
Meteran, berfungsi sebagai alat ukur dimensi panjang dan atau lebar bidang
lokasi pekerjaan.
Mistar/penggaris perata, berfungsi meratakan plesteran dan acian pada dinding.
Ember, berfungsi sebagai tempat air bersih.
Benang, berfungsi sebagai bahan pembuat patokan kepala plesteran.
Paku, berfungsi sebagai bahan pembuat patokan kepala plesteran.
Pasir, berfungsi sebagai bahan dasar pembuatan plesteran.
Semen putih, berfungsi sebagai bahan dasar pembuatan plesteran.
Air bersih, berfungsi untuk menyiram permukaan dinding sebelum diplester, juga
sebagai bahan dasar pembuatan plesteran.
Kawat ayam atau kain, berfungsi sebagai “tulangan” untuk plesteran dengan
tebal = 3 cm.
5. Penyiapan alat, bahan, dan lokasi kerja
Alat, bahan, dan lokasi/tempat kerja yang sesuai, dipilih dengan memperhatikan
langkah 1 – 5 prosedur tersebut di atas.

2.2.2. Penentuan ketebalan dan ketegakan plesteran


1. Tujuan
Ketebalan plesteran yang cukup (± 2 cm) dibutuhkan untuk melindungi
dinding dari pengaruh panas dan air (lingkungan) secara berkelanjutan, yang dapat
mengakibatkan kerusakan bangunan. Ketegakan plesteran antara lain akan
mempercantik tampilan dinding maupun bangunan secara keseluruhan.
2. Prosedur
a. Baca/lihat gambar kerja dan metode kerja
b. Pastikan bahan/material yang dibutuhkan, sesuai dengan tipe plesteran
yang akan dibuat.
c. Pelajari spesifikasi teknisnya.
d. Tembok yang akan diplester harus datar.
e. Sebelum memulai memplester tembok harus digaruk dengan sapu lidi dan
dibersihkan dengan air tawar (air minum).
3. Alat yang digunakan
Peralatan yang digunakan adalah sebagaimana dijelaskan pada butir 4.2.1. diatas.
4. Ketebalan dan ketegakan plesteran
Ketebalan dan ketegakan plesteran dibuat dan dilaksanakan dengan
cermat dan teliti, sesuai dengan metode kerja dan spesifikasi teknis. Tebal lapis
plesteran hanya 1 - 1,5 cm.

2.2.3. Penyiraman permukaan pasangan


1. Tujuan
Sebaiknya saat memulai suatu pekerjaan plesteran hendaknya dinding batu
bata disiram terlebih dahulu dengan air agar plesteran cepat menempel di dinding.
2. Prosedur
a. Beri tanda bidang dinding yang akan diplester
b. Siapkan air bersih secukupnya
c. Siramkan air pada bidang dinding yang akan diplester secara merata
3. Alat yang digunakan
Alat yang digunakan adalah ember yang diisi air bersih dan gayung untuk
menyiram dinding.
4. Penyiraman permukaan pasangan
Dilakukan secara merata dari atas ke bawah sesuai dengan metode kerja.

2.3. Pelaksanaan pekerjaan plesteran


Dinding yang telah selesai dipasang perlu dilindungi (ditutup) dengan
suatu lapisan dari adukan spesi, agar tembok itu lebih rapi dan indah. Khusus
bidang dinding bagian bawah yang berhubungan langsung dengan tanah diplester
kedap air setinggi ± 20 cm. Sebelum memulai dengan pekerjaan plesteran, terlebih
dahulu serpihan-serpihan adukan, debu atau kotoran-kotoran lain, yang menempel
pada tembok perlu dibersihkan dengan cara menyiramkan air pada dinding.
Campuran adukan yang dipakai untuk plesteran adalah 1 pc : 2 pasir untuk
dinding bagian bawah (kedap air) dan 1 pc : 4 pasir untuk pekerjaan plester pada
bagian tengah dan atas yang tidak berhubungan dengan air. Pada sudut-sudut
tembok sering terjadi cacat akibat benturan benda keras, adukan untuk plester
bagian sudut harus dibuat lebih kuat dari bagian lainnya. Sedangkan untuk bagian
beton bertulang, sebelum plesteran dimulai, permukaan beton sebaiknya diberi
cairan semen kental. Hal tersebut dimaksudkan agar antara plesteran dan bagian
permukaan beton dapat menyatu dengan kuat.

2.3.1. Pembuatan kepala plesteran


1. Tujuan
Kepala plesteran dibuat sebagai panduan kerataan/ketebalan dan ketegakan
plesteran.
2. Prosedur
a. Membuat petak-petak pada tembok yang akan diplester
b. Memasang paku untuk merentangkan benang
c. Membuat plester utama/kepala plesteran
3. Alat yang digunakan
Alat yang digunakan adalah palu, benang, penggaris dan sendok adukan.
4. Pembuatan kepala plesteran adalah sbb:
a. Tembok yang akan diplester dibagi dalam beberapa bagian (petak-petak).
b. Pada keempat sudut petak tembok dipasang paku dengan kepala menonjol ± 3
cm dari bidang tembok,untuk merentangkan benang.
c. Jarak benang dari sisi tembok 1,5 cm dan bila ada tembok yang menempel pada
benang, maka temboknya harus dipahat dulu supaya didapat plester sama tebal
dan rata.
d. Di tempat-tempat tertentu yaitu pada paku dan rentangan benang dibuat plester
utama yang berhimpit dengan benang-benang tadi, sebagai standar tebal plester.
e. Plester utama yang vertikal ini dibuat tiap-tiap jarak 1,00 meter. Setelah ini
selesai, benang dapat dilepas.
f. Diantara 2 lajur plester utama di isi penuh dengan adukan, kemudian digores
dengan penggaris besar dan lurus mulai dari bawah ke atas untuk memperoleh
bidang yang rata.
g. Rusuk-rusuk dan sudut pertemuan plester tembok harus merupakan sudut siku (
= 90°) dan ini harus diplester dengan adukan 1 semen : 3 pasir supaya tahan
benturan-benturan ringan.

2.3.2. Pembuatan jalur kepala plesteran


1. Tujuan
Jalur kepala plesteran dibuat sebagai panduan kerataan/ ketebalan dan
ketegakan plesteran.
2. Prosedur
a. Membuat lajur-lajur kepala plesteran pada tembok yang akan diplester dengan
menggunakan mistar perata.
b. Jarak antara lajur satu dengan lainnya dibuat secukupnya sesuai dengan
jangkauan tangan dan mistar yang ada
3. Alat yang digunakan
Alat yang digunakan adalah sendok adukan, mistar perata, waterpass,
roskam.
4. Pembuatan jalur kepala plesteran
a. Buatlah lajur-lajur kepala dengan ketebalan sesuai dengan yang direncanakan
(setipis mungkin) dengan menggunakan mistar perata dengan dikontrol pakai
waterpas untuk ketegakannya
b. Jarak lajur satu dengan lainnya secukupnya sesuai dengan jangkauan tangan
dan mistar yang ada
c. Setelah lajur kepala selesai isilah lajur-lajur tersebut dengan plesteran dari arah
bawah dengan menggunakan sendok adukan. Bisa dengan cara menempel atau
dengan cara melempar.
2.3.3. Pemlesteran bidang antara jalur kepala
1. Tujuan
Pemlesteran bidang antara jalur kepala bertujuan melengkapi penutupan
bidang dinding yang diplester.
2. Prosedur
a. Mengisi bidang antara lajur-lajur kepala plesteran pada tembok dengan
plesteran
b. Meratakan dengan mistar perata 2
c. Mengisi lekukan yang masih ada dengan adukan, dan diratakan lagi dengan
mistar perata 2
d. Meratakan seluruh bidang plesteran dengan mistar perata 2, atau langsung
dengan roskam kayu
3. Alat yang digunakan
Alat yang digunakan adalah sendok adukan, mistar perata, waterpass,
roskam.
4. Pemlesteran bidang antara jalur kepala
a. Setelah lajur kepala selesai isilah lajur-lajur tersebut dengan plesteran dari arah
bawah dengan menggunakan sendok adukan. Bisa dengan cara menempel atau
dengan cara melempar
b. Ratakan dengan mistar perata 2, kalau masih ada lekukan diisi lagi dengan
adukan dan diratakan lagi dengan mistar perata 2
c. Setelah itu dapat diratakan dengan mistar perata 2, atau langsung dengan
roskam kayu
d. Setelah plesteran seluruhnya cukup kering maka dapat dimulai dengan
pekerjaan acian (yiyitan) dengan terlebih dahulu plesteran tersebut dibersihkan
dengan sikat basah.
e. Menempelkan acian dengan menggunakan roskam baja dari arah bawah keatas
agak digoyangkan.
f. Kemudian setelah kering digosokkan dengan roskam berkain laken. Roskam ini
harus sering-sering dicelupkan ke dalam air.
Pasal 3 Pekerjaan Acian
3.1. Pelaksanaan pekerjaan acian
Setelah dinding terpasang sampai atas, pelapisan penutup dinding bata
dilakukan dengan diplester. Setelah seluruh dinding diplester, diamkan beberapa
hari agar kadar airnya cepat hilang. Biasanya setelah kadar air seluruhnya telah
menguap, plesteran akan terlihat retak-retak kecil. Pekerjaan berikutnya adalah
mengaci, untuk menutupi adanya keretakan alami akibat penguapan. Sebelum
pekerjaan acian dimulai, terlebih dahulu lakukan penyiraman agar acian mudah
melekat pada plesteran. Bila pekerjaan acian telah selesai maka perlakuannya
sama dengan pekerjaan plesteran. Acian didiamkan beberapa hari agar kadar
airnya mengering. Setelah lapis ini betul-betul kering, bidang permukaannya
disapu dengan kapur tohor sebanyak 3 kali, dan agar terlihat indah kapur ini
dicampur dengan zat pewarna yang sesuai dengan selera pemilik bangunan.

3.1.1. Penyiapan alat, bahan dan lokasi untuk melaksanakan pekerjaan acian
Dalam rangka melaksanakan pekerjaan acian diperlukan suatu persiapan
yang matang yaitu menyangkut hal-hal sebagai berikut:
1. Tujuan penyiapan alat, bahan, dan lokasi kerja
Sebelum melaksanakan pekerjaan acian, terlebih dahulu harus menyiapkan
peralatan, bahan, dan tempat kerja yang dibutuhkan, sesuai dengan jenis dan
fungsi alat, bahan yang diperlukan maupun lokasi/tempat kerja, dengan tujuan
agar proses pelaksanaannya sesuai dengan persyaratan, baik metode kerja,
spesifikasi teknis maupun gambar kerja yang ditetapkan.
2. Prosedur penyiapan alat, bahan, dan lokasi kerja
Langkah-langkah yang harus dilakukan untuk menyiapkan alat, bahan, dan
tempat kerja adalah sebagai berikut :
a. Baca/lihat gambar kerja
b. Lihat denah/situasi tempat dan letak dari pekerjaan acian
c. Pastikan bahan/material yang dibutuhkan, sesuai dengan acian yang akan
dibuat.
d. Pelajari spesifikasi teknisnya.
3. Jenis dan fungsi alat
Jenis alat yang digunakan untuk pekerjaan acian meliputi :
Sendok spesi, berfungsi mengambil dan menempatkan bahan acian dari tempat
pembuatan ke permukaan plesteran.
Roskam baja, berfungsi untuk menghaluskan bahan acian di permukaan
plesteran.
4. Jenis dan fungsi bahan
Semen aci putih, berfungsi sebagai bahan utama acian.
Air bersih, berfungsi untuk menyiram permukaan plesteran sebelum diaci, juga
sebagai bahan dasar pembuatan acian.
5. Penyiapan alat, bahan, dan lokasi kerja
Pilih alat, bahan, dan lokasi/tempat kerja yang sesuai, dengan
memperhatikan langkah 1 – 4 tersebut di atas.

3.1.2. Penyiraman permukaan plesteran


1. Tujuan penyiraman
Tujuan penyiraman adalah agar bahan acian mudah melekat pada
plesteran.
2. Prosedur penyiraman
Penyiraman dilakukan menggunakan air bersih dari permukaan plesteran
teratas hingga bawah, secara perlahan dan merata ke seluruh bidang permukaan
plesteran.
3. Alat yang digunakan
Ember, berfungsi sebagai tempat air bersih.
4. Penyiraman permukaan plesteran.
Siapkan ember berisi air bersih, lalu siramkan ke atas permukaan plesteran
secara perlahan dan merata ke seluruh permukaan plesteran dengan menggunakan
gayung.
3.1.3. Pengacian permukaan plesteran
1. Tujuan
Pengacian adalah bagian dari proses finishing dinding bangunan yang
dilakukan melalui beberapa tahap. Setelah dinding selesai dikerjakan, diplester
terlebih dahulu. Setelah plesteran cukup kering, dinding diaci dengan semen.
2. Prosedur pengacian
a. Siapkan campuran acian dari semen aci putih siap pakai dan air bersih.
b. Siram permukaan plesteran dengan air bersih secara merata.
c. Oleskan (pasta) campuran acian ke bidang plesteran
d. Ratakan (pasta) campuran acian menggunakan mistar perata.
e. Haluskan permukaan acian menggunakan roskam baja.
3. Alat yang digunakan untuk mengaci
Alat yang dipergunakan untuk mengaci adalah sendok adukan, mistar
perata, roskam baja, juga ember dan gayung untuk menyiramkan air ke
permukaan plesteran.
4. Pelaksanaan pengacian permukaan plesteran
a. Sebelum pekerjaan acian dimulai, terlebih dahulu lakukan penyiraman agar
acian mudah melekat pada plesteran.
b. Kemudian bidang yang paling luar dilapisi dengan lapisan encer (kapur +
semen merah + air) sambil digosok dengan papan gosok supaya permukaan
standar yang rata, ini disebut mengaci.
c. Pada pekerjaan mengaci, bila dalam ember kapur air kapurnya sudah habis,
hanya tinggal butiran-butiran kasar, harus dibuang dan diganti dengan campuran
yang sama dan baru.
d. Acian didiamkan beberapa hari agar kadar airnya mengering. Setelah terjadi
pengeringan, akan timbul secara alami keretakan yang disebut retak-retak rambut.

3.2. Pemeriksaan hasil pekerjaan plesteran dan acian


3.2.1. Penyesuaian hasil pekerjaan plesteran dan acian
Setelah selesai pekerjaan plesteran dan acian perlu dilakukan pemeriksaan
terhadap kesesuaian dengan gambar kerja.
1. Tujuan penyesuaian
Tujuan penyesuaian adalah untuk memastikan bahwa hasil pekerjaan
plesteran dan acian adalah sama dengan gambar kerja yang diminta atau tidak
terjadi perbedaan baik sebagian maupun keseluruhan hasil pekerjaan. Disamping
itu perlu dicocokkan juga hasil pekerjaan plesteran dan acian dengan spesifikasi
teknis yang dipersyaratkan.
2. Prosedur penyesuaian
Prosedur penyesuaian dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut :
a. Siapkan alat-alat yang diperlukan
b. Siapkan gambar kerja untuk pekerjaan plesteran dan acian
c. Lakukan pengukuran-pengukuran semua dimensi, panjang, lebar, siku-siku,
celah, kelurusan, horizontal, vertical, kemiringan, dan sebagainya.
d. Periksa jenis bahan dibandingkan/dicocokkan dengan spesifikasi teknis.
e. Periksa tingkat penyelesaian pekerjaan/finishing dengan simbol-simbol yang
terdapat pada gambar kerja.
3. Pelaksanaan penyesuaian
Melakukan langkah-langkah 1 – 5 prosedur tersebut di atas dengan teliti.

3.2.2. Identifikasi kesalahan hasil pekerjaan plesteran dan acian


Kesalahan yang terjadi pada saat pelaksanaan pekerjaan plesteran dan
acian dapat mengakibatkan tidak berfungsinya perlindungan dinding dari
pengaruh cuaca dan lingkungan, oleh karena itu perlu dilakukan identifikasi
kesalahan.
1. Tujuan identifikasi
Untuk memberikan petunjuk dan tanda-tanda pada bagian/daerah plesteran
dan acian bagi tukang/pelaksana yang tidak/kurang sesuai dengan gambar kerja.
2. Prosedur identifikasi
a. Siapkan alat untuk memberi tanda-tanda pada plesteran dan acian.
b. Siapkan gambar kerja untuk pekerjaan plesteran dan acian
c. Lakukan pemeriksaan pada plesteran dan acian, cocokkan dengan gambar kerja
d. Berikan tanda-tanda pada bagian plesteran dan acian yang tidak sesuai dengan
gambar
e. Catat pada format laporan hasil pemeriksaan, semua hal yang tidak
sesuai dengan gambar kerja.
3. Pelaksanaan identifikasi
Lakukan kegiatan identifikasi terhadap kesalahan pelaksanaan pekerjaan
plesteran dan acian, sesuai dengan langkah-langkah 1 – 5 pada setiap selesai
melakukan pekerjaan plesteran dan acian.
3.2.3. Perbaikan kesalahan hasil pekerjaan plesteran dan acian
Setiap kesalahan yang ditemukan pada pekerjaan plesteran dan acian harus
diperbaiki dengan metode kerja yang benar, sehingga hasil perbaikannya
memenuhi spesifikasi teknis.
1. Tujuan perbaikan
Setelah diidentifikasi kesalahan pekerjaan plesteran dan acian dengan
diberikan tanda-tanda, maka kegiatan selanjutnya adalah usaha perbaikan –
perbaikan harus dilakukan. Adapun tujuan perbaikan adalah agar kesalahan
kesalahan yang terjadi, Disesuaikan lagi dengan gambar kerja yang diminta
sehingga plesteran dan acian terpasang dengan benar pada tempatnya dan
berfungsi sebagaimana yang direncanakan.
2. Prosedur perbaikan
Untuk melakukan perbaikan diperlukan penggolongan jenis-jenis
perbaikan sebagai berikut :
a. Perbaikan kecil 2-5% tidak sesuai dengan gambar kerja
b. Perbaikan sedang 6-15% tidak sesuai dengan gambar kerja
c. Perbaikan besar 16-25% tidak sesuai dengan gambar kerja
Langkah-langkah perbaikan adalah sebagai berikut :
a. Perbaikan pada retak halus (lebar celah lebih kecil dari 0,075 cm) pada
plesteran dengan menambal retak-retak pada plesteran
b. Perbaikan tingkat sedang akibat adanya serpihan plesteran berjatuhan
3. Alat yang digunakan untuk perbaikan
Sama dengan alat yang digunakan pada waktu pelaksanaan pekerjaan
plesteran dan acian.
4. Pelaksanaan perbaikan
Sesuai dengan tingkat kesalahan, lakukanlah langkah-langkah perbaikan
aseperti yang dijelaskan pada prosedur perbaikan 4.5.3. huruf b.

Pasal 4 Pekerjaan Pengecetan


4.1 UMUM
4.1.1 Lingkup Pekerjaan
Bagian ini meliputi pengadaan tenaga, bahan cat (kecuali ditentukan lain)
dan peralatan untuk melaksanakan pekerjaan ini termasuk alat-alat bantunya dan
alat angkutnya (bila diperlukan), ke tempat pekerjaan seperti yang tercantum
dalam gambar, uraian dan syarat teknis ini dan perjanjian kerja. Semua
pengecatan harus mendapat garansi tertulis (kartu garansi) dari pabrikan. Cat yang
digunakan adalah merk Jotun. Untuk dinding luar menggunakan Jotun Jotashield
sedangkan untuk dinding dalam dan Plafond menggunakan Jotun Ecohealth
Optima untuk area pelayanan medis dan rawat inap dan Jotun Strax Matt untuk
area servis, warna ditentukan kemudian. Semua pekerjaan pengecatan harus
mendapat garansi dari pabrik. Untuk cat eksterior bergaransi 5 tahun.

4.1.2 Bahan-bahan
1. Pengecatan seluruh pekerjaan harus sesuai dengan NI-3 dan NI-4 atau sesuai
dengan spesifikasi dari pabrik cat yang bersangkutan.
2. Kontraktor wajib membuktikan keaslian cat dari pabrik tersebut mengenai hal-
hal menunjukkan kemurnian cat yang digunakan, antara lain :
Segel kaleng
Test laboratorium
Hasil akhir pengecatan
3. Hasil dari test kemurnian ini harus mendapat rekomendasi tertulis dari produsen
untuk diketahui Pengawas. Biaya test tersebut menjadi tanggungan Kontraktor.
4. Sebelum memulai pengecatan, Kontraktor wajib menyerahkan 1 contoh bahan
yang masih dalam kaleng, 3 contoh bahan yang telah dicatkan pada permukaan
plywood ukuran 40 x 40 cm dengan teknik duco lengkap PVC edging di sudut –
sudut sisi, brosur lengkap dan jaminan dari pabrik.
4.1.3 Pelaksanaan
4.1.3.1 Umum
1. Sebelum dikerjakan, semua bahan harus ditunjukkan kepada Pengawas beserta
ketentuan/persyaratan jaminan pabrik untuk mendapatkan persetujuannya. Bahan
yang tidak disetujui harus diganti tanpa biaya tambahan.
2. Jika dipandang perlu diadakan penukaran/penggantian, bahan pengganti harus
disetujui oleh Pengawas berdasarkan contoh yang diajukan Kontraktor.
3. Untuk pekerjaan cat di daerah terbuka, jangan dilakukan dalam keadaan cuaca
lembab dan hujan atau keadaan angin berdebu, yang akan mengurangi kualitas
pengecatan dalam keadaan terlindung dari basah dan lembab ataupun debu.
4. Permukaan bahan yang akan dicat harus benar-benar sudah dipersiapkan untuk
pengecatan, sesuai persyaratan pabrik cat dan bahan yang bersangkutan.
Permukaan yang akan dicat harus benar-benar kering, bersih dari debu,
lemak/minyak dan noda-noda yang melekat.
5. Setiap pengecatan yang akan dimulai pada suatu bidang, harus mendapat
persetujuan dari Pengawas. Sebelum memulai pengecatan, Kontraktor wajib
melakukan percobaan untuk disetujui Pengawas.
6. Kontraktor tidak diperkenankan memulai suatu pekerjaan di suatu tempat bila
ada kelainan/perbedaan di tempat itu sebelum kelainan tersebut diselesaikan.
7. Bila ada kelainan dalam hal apapun antara gambar dan lain-lainnya, maka
Kontraktor harus segera melaporkannya kepada Pengawas .
8. Kontraktor wajib memperbaiki/mengulangi/mengganti kerusakan yang terjadi
selama masa pelaksanaan dan masa garansi, atas beban biaya Kontraktor, selama
kerusakan bukan disebabkan oleh tindakan Pemberi Tugas.
9. Dan atau sesuai teknis pelaksanaan dari pabrik Jotun.

4.1.3.2 Teknis
1. Lakukan pengecatan dengan cara terbaik, yang sesuai dengan prosedur dan
teknik pengecatan Jotun. Dilakukan kecuali spesifikasi lain. Jadi urutan
pengecatan, penggunaan lapisan-lapisan dasar dan tebal lapisan penutup minimal
sama dengan persyaratan pabrik. Pengecatan harus rata, tidak bertumpuk, tidak
bercucuran atau ada bekas - bekas yang menunjukkan tanda-tanda sapuan atau
semprotan dan roller.
2. Kesiapan dinding dalam aplikasi cat harus didasarkan pada evaluasi pabrik cat
yang dipilih atau ditunjuk.
3. Sapukan semua dasar dengan cat dasar memakai kuas. Penyemprotan hanya
diijinkan dilakukan bila disetujui Pengawas .
4. Pengecatan kembali dilakukan bila ada cat dasar atau cat akhir yang kurang
menutupi, atau lepas. Pengulangan pengecatan dilakukan sebagaimana
ditunjukkan oleh Pengawas, serta harus mengikuti petunjuk dan spesifikasi yang
dikeluarkan pabrik yang bersangkutan.
5. Pembersihan permukaan harus mendapat persetujuan. Pekerjaan termasuk
penggunaan ongkos, pencucian dengan air, maupun pembersihan dengan kain
kering.
6. Kerapian pekerjaan cat ini dituntut untuk tidak mengotori dan menggangu
pekerjaan finishing lain, atau pekerjaan lain yang sudah terpasang. Pekerjaan yang
tidak sempurna diulang dan diperbaiki atas tanggungan Kontraktor.

4.1.4 Pengujian Mutu Pekerjaan


1. Sebelum melaksanakan pekerjaan, Kontraktor wajib melakukan percobaan atas
semua pekerjaan yang akan dilaksanakan atas biaya sendiri. Pengecatan yang
tidak disetujui Pengawas harus diulangi/diganti, atas biaya Kontraktor.
2. Pada waktu penyerahan, pihak pabrik dengan Kontraktor harus memberi
jaminan selama minimal 2 tahun atas semua pekerjaan pengecatan, terhadap
kemungkinan cacat karena cuaca warna dan kerusakan cat lainnya.
3. Pengawas wajib menguji semua hasil berdasarkan syarat-syarat yang telah
diberikan baik oleh pabrik maupun atas petunjuk Pengawas. Peralatan untuk
pengujian disediakan oleh Kontraktor.
4. Pengawas berhak meminta pengulangan pengujian bila dianggap perlu.
5. Dalam hal pengujian yang telah dilakukan dengan baik atau kurang
memuaskan, maka biaya pengujian/pengulangan pengujian merupakan tanggung
jawab Kontraktor.
4.1.5 Pengamanan Pekerjaan
1. Daerah-daerah yang sedang dicat agar ditutup dari pekerjaan-pekerjaan lain,
maupun kegiatan lain dan juga daerah tersebut terlindung dari debu dan kotoran
lainnya sampai cat tersebut kering.
2. Lindungi pekerjaan ini dan juga pekerjaan atau bahan lain yang dekat dengan
pekerjaan ini seperti fitting-fitting, kusen-kusen dan sebagainya dengan cara
menutup/melindungi bagian tersebut selama pekerjaan pengecatan berlangsung.
Kontraktor bertanggung jawab memperbaiki atau mengganti bahan yang rusak
akibat pekerjaan pengecatan tersebut.

4.2. PENGECATAN LANGIT-LANGIT GYPSUMboard


4.2.1 Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan ini meliputi pengecatan seluruh permukaan langit-langit gypsum
board dengan finishing cat emulsi Jotun Ecohealth Optima (lantai 1-6) dan Jotun
Strax Matt (lantai basement dan lantai 7 – atap) serta Jotun Jotashield sesuai
dengan gambar dan petunjuk Pengawas atau MK.

4.2.2 Bahan-bahan
Cat menggunakan merk Jotun yang terdiri dari:
1. Untuk Cat Exterior (Jotashield) :
· Primer : Jotashield Primer 07
· Second Coat : Jotashield
· Finish Coat : Jotashield
2. Untuk Cat Interior (Eco Health) :
· Primer : Majestic Primer
· Second Coat : Ecohealth Optima
· Finish Coat : Ecohealth Optima
3. Untuk Cat Interior (Strax Matt) :
· Primer : Basecoat Interior Sealer
· Second Coat : Strax Matt
· Finish Coat : Strax Matt
Acrylic Emulsion untuk eksterior dan Emulsion untuk interior, dengan warna-
warna yang akan ditentukan kemudian.

4.2.3 Pelaksanaan
Sebelum dilakukan pengecatan pada permukaan langit-langit harus diperhatikan
mengenai:
· Profil yang diminta sesuai dengan gambar sudah dilakukan, berdasarkan peil-
peil yang ditentukan.
· Permukaan langit-langit harus datar dan sempurna sesuai dengan pola yang telah
ditentukan.
· Pada permukaan langit-langit tidak terjadi lubang-lubang atau cacat lain.
· Seluruh bidang pengecatan sudah bersih dari segala noda atau kotoran/debu.
· Tekstur hasil penyemprotan cat harus merata.
Pada permukaan langit-langit yang sudah siap untuk dicat, dilakukan pengecatan
dengan lapisan - lapisan sebagai berikut :
1 lapis Jotashield Primer 07/ Majestic Primer/ Basecoat Interior Sealer
3 lapis Jotashield/ Ecohealth Optima/ Strax Matt

4.3. PENGECATAN LANGIT-LANGIT DAN DINDING BETON EKSPOSE


4.3.1 Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan ini meliputi pengecatan seluruh permukaan langit-langit dan dinding
beton ekspose sesuai dengan gambar atau petunjuk Pengawas.

4.3.2 Bahan-bahan
Cat menggunakan merk Jotun yang terdiri dari:
1. Untuk Cat Exterior (Jotashield) :
· Primer : Jotashield Primer 07
· Second Coat : Jotashield
· Finish Coat : Jotashield
2. Untuk Cat Interior (Eco Health) :
· Primer : Majestic Primer
· Second Coat : Ecohealth Optima
· Finish Coat : Ecohealth Optima
3. Untuk Cat Interior (Strax Matt) :
· Primer : Basecoat Interior Sealer
· Second Coat : Strax Matt
· Finish Coat : Strax Matt
Acrylic Emulsion untuk eksterior dan Emulsion untuk interior, dengan warna-
warna yang akan ditentukan kemudian.

4.3.3 Pelaksanaan
Sebelum dilakukan pengecatan pada permukaan langit-langit harus diperhatikan
mengenai:
1. Profil yang diminta sesuai dengan gambar sudah dilakukan, berdasarkan peil-
peil yang ditentukan.
2. Permukaan langit-langit harus datar dan sempurna sesuai dengan pola yang
telah ditentukan.
3. Pada permukaan langit-langit tidak terjadi lubang-lubang atau cacat lain.
4. Pada permukaan langit-langit yang sudah siap untuk dicat, terlebih dahulu
harus diplamur dengan bahan plamur yang sudah disetujui Pengawas .
5. Plamuran dilakukan bilamana permukaan sudah sempurna, tidak terdapat retak
- retak dan dilakukan setelah ada persetujuan Pengawas.
6. Pengecatan dilakukan dengan menggunakan alat kuas atau roller, dimana
penggunaan alat-alat tersebut disesuaikan dengan keadaan lokasinya.
7. Setiap kali lapisan pada cat akhir dilakukan harus dihindarkan terjadinya
sentuhan-sentuhan selama 1 sampai 1.5 jam.
8. Pengecatan akhir harus dilakukan secara ulang paling sedikit selama 2 (dua)
jam kemudian.

4.4. PENGECATAN DINDING BATA


4.4.1 Lingkup Pekerjaan
1.Pekerjaan ini meliputi pengecatan dinding bata/bata ringan seperti yang
dinyatakan dalam gambar dan petunjuk Pengawas, antara lain:
2.Pengecatan seluruh dinding bangunan bagian luar seperti dalam gambar dan
petunjuk Pengawas.
3.Seluruh pekerjaan ini harus mengacu pada ketentuan dalam SNI. T11 - 1990 - F.
4. Pengecatan dinding bangunan bagian dalam seperti yang dinyatakan dalam
gambar dan petunjuk Pengawas.

4.4.2 Bahan-bahan
Cat menggunakan merk Jotun yang terdiri dari:
1. Untuk Cat Exterior (Jotashield) :
· Primer : Jotashield Primer 07
· Second Coat : Jotashield
· Finish Coat : Jotashield
2. Untuk Cat Interior (Eco Health) :
· Primer : Majestic Primer
· Second Coat : Ecohealth Optima
· Finish Coat : Ecohealth Optima
3. Untuk Cat Interior (Strax Matt) :
· Primer : Basecoat Interior Sealer
· Second Coat : Strax Matt
· Finish Coat : Strax Matt
Acrylic Emulsion untuk eksterior dan Emulsion untuk interior, dengan warna-
warna yang akan ditentukan kemudian.

4.4.3 Pelaksanaan
Sebelum dilakukan pengecatan pada permukaan dinding tersebut, maka harus
diperhatikan permukaan plesterannya dari :
1. Profil yang diminta sesuai dengan gambar sudah dilakukan, berdasarkan peil-
peil yang ditentukan.
2. Permukaan plesteran harus datar dan sempurna sesuai dengan pola yang telah
ditentukan.
3. Permukaan plesteran telah diberi lapisan aci dengan hasil yang rata dan halus.
4. Permukaan acian telah berumur 14 hari atau sesuai dengan ketentuan pabrik.
5. Permukaan acian tidak lembab yang ditunjukkan oleh alat ukur khusus yang
sesuai dengan ketentuan pabrik.
6. Seluruh bidang pengecatan sudah bersih dari segala noda-noda atau
kotoran/debu.
7. Bila pengecatan dilakukan di atas permukaan dinding tidak diplester, maka
Kontraktor harus memeriksa apakah permukaan dinding sudah bersih dari noda,
seperti yang disyaratkan.
8. Setelah permukaan dinding siap untuk dicat, dilakukan pengecatan dengan
lapisan-lapisan sebagai berikut:
1 lapis Jotashield Primer 07/ Majestic Primer/ Basecoat Interior Sealer
3 lapis Jotashield/ Ecohealth Optima/ Strax Matt
9. Pengecatan dilakukan dengan menggunakan alat kuas atau roller, dimana
penggunaan alat-alat tersebut disesuaikan dengan keadaan lokasinya dengan mutu
yang baik.
10. Setiap kali lapisan pada cat akhir dilakukan harus dihindarkan terjadinya
sentuhan-sentuhan selama 1 sampai 1.5 jam. Pengecatan akhir harus dilakukan
secara ulang paling sedikit selama 2 (dua) jam kemudian.

4.5. PENGECATAN partisi gypsum


4.5.1 Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan ini meliputi pengecatan dinding partisi gypsum seperti yang
dinyatakan dalam gambar dan petunjuk Pengawas, antara lain:
1. Pengecatan seluruh dinding partisi gypsum seperti dalam gambar dan petunjuk
Pengawas.
2. Seluruh pekerjaan ini harus mengacu pada ketentuan dalam SNI.T11 -1990 - F.

4.5.2 Bahan-bahan
1. Untuk Cat Interior (Eco Health) :
· Primer : Majestic Primer
· Second Coat : Ecohealth Optima
· Finish Coat : Ecohealth Optima
2. Untuk Cat Interior (Strax Matt) :
· Primer : Basecoat Interior Sealer
· Second Coat : Strax Matt
· Finish Coat : Strax Matt

4.5.3 Pelaksanaan
1. Sebelum dilakukan pengecatan pada permukaan dinding partisi tersebut, maka
harus diperhatikan permukaannya dari :
a. Profil yang diminta sesuai dengan gambar sudah dilakukan, berdasarkan peil-
peil yang ditentukan.
b. Permukaan partisi gypsum harus datar dan sempurna sesuai dengan pola yang
telah ditentukan.
c. Seluruh bidang pengecatan sudah bersih dari segala noda-noda atau
kotoran/debu.
2. Setelah permukaan dinding partisi gypsum siap untuk dicat, dilakukan
pengecatan dengan lapisan-lapisan sebagai berikut:
1 lapis Jotashield Primer 07/ Majestic Primer/ Basecoat Interior Sealer
3 lapis Jotashield/ Ecohealth Optima/ Strax Matt
3. Pengecatan dilakukan dengan menggunakan alat kuas atau roller, dimana
penggunaan alat-alat tersebut disesuaikan dengan keadaan lokasinya dengan mutu
yang baik.
4. Setiap kali lapisan pada cat akhir dilakukan harus dihindarkan terjadinya
sentuhan-sentuhan selama 1 sampai 1.5 jam. Pengecatan akhir harus dilakukan
secara ulang paling sedikit selama 2 (dua) jam kemudian.

4.6. PEKERJAAN CAT DUCO


4.6.1 Lingkup Pekerjaan
Uraian ini mencakup persyaratan teknis pelaksanaan pekerjaan pengecatan
pada permukaan logam/besi/kayu yang ditentukan yaitu pada daun pintu besi dan
daun pintu kayu.
4.6.2 Ketentuan
4.6.2.1 Warna cat
Warna cat akan ditentukan oleh konsultan perencana berdasarkan contoh
dan katalog yang diajukan oleh pelaksana pekerjaan atau sesuai standar yang
dimiliki oleh bagian Logistik/Pemberi Tugas. Cat yang dipergunakan harus ramah
lingkungan dan tidak mengandung bahan-bahan berbahaya bagi manusia.

4.6.2.2 Peralatan
1. Untuk pelaksanaan pekerjaan pengecatan ini, pelaksana pekerjaan harus
menggunakan peralatan dan peraturan pelaksanaan menurut ketentuan atau
rekomendasi yang dikeluarkan oleh pabriknya.
2. Pengecatan harus menggunakan alat semprot yang dilengkapi dengan
kompresor
3. Tatacara pengecatan harus ramah lingkungan dan tidak boleh membahayakan
manusia.

4.6.2.3 Penyerahan
Sebelum mulai pelaksanaan, pelaksana pekerjan harus menyerahkan:
1. Contoh dan katalog, data teknis dari bahan cat dan bahan-bahan lain yang
diperlukan guna pelaksanaan pekerjaan antara lain contoh bahan-bahan secara
lengkap, kartu warna, aturan, prosedur, peralatan yang harus dipakai serta data
teknis yang berisi keterangan sifat dan ketahanan bahan cat serta jaminan ramah
lingkungan dan ramah manusia.
2. Contoh pelaksanaan pekerjaan pengecatan dalam komposisi lengkap.
Keseluruhan ini diperlukan guna pemeriksaan dan persetujuan pelaksanaannya.
3. Surat garansi kualitas cat dan kualitas hasil pengecatan.

4.6.3 Bahan-bahan
4.6.3.1 Bahan/jenis cat
Bahan cat duco yang dipakai adalah dari produk NIPPE dengan warna
yang akan ditentukan kemudian oleh konsultan perencana. Pemakaian jenis cat
disesuaikan dengan ketentuan yang tercantum di masing-masing gambar rencana.
Cat tidak boleh mengandung bahan yang membahayakan manusia/lingkungan.

4.6.3.2 Bahan penguat tepi sudut


Edging coat menggunakan PVC bening dengan prosedur tertentu sesuai
dengan aturan aplikasi.

4.6.3.3 Bahan dempul


Bahan dempul yang dipakai adalah jenis Polyester lengkap dengan bahan
campuran untuk pengenceran dari merk Sampolac, Danagloss, Impra atau merk
lain yang setara dan disetujui. Dempul tidak boleh mengandung bahan
beracun/berbahaya seperti timah, air raksa, dan sebagainya.

4.6.3.4 Peralatan kerja


Peralatan yang dipakai harus sesuai dengan teknis pelaksanaan pekerjaan
serta yang direkomendasikan oleh pabriknya.

4.6.4 Pelaksanaan
4.6.4.1 Persiapan
1. Semua bahan, peralatan dan penunjukan pemakaian/pelaksanaan yang
dikeluarkan dan pabriknya harus dipersiapkan sebelum pelaksanaan dimulai.
2. Semua bidang permukaan yang akan dilapis cat harus dalam keadaan bersih,
kering serta rata dan datar.

4.6.4.2 Pelaksanaan pengecatan


1. Komponen dari logam/besi/plywood yang akan dicat duco harus sudah
dibentuk/dikerjakan permukaannya menurut ukuran, bentuk seperti tertera di
dalam gambar rencana.
2. Semua permukaan bidang yang akan dilapisi cat harus dalam keadaan halus,
bersih, kering serta rata atau datar
3. Permukaan yang tidak datar harus didempul terlebih dahulu dengan
menggunakan bahan dempul yang telah ditentukan dan dengan tatacara menurut
petunjuk dari pabriknya.
4. Pelaksanaan pengecatan harus sesuai dengan aturan yang dikeluarkan dari
pabriknya, baik mengenai aturan pakai, tahapan maupun kondisi permukaan
bidang pengecatannya.
5. Prinsip dasar tahapan pengecatan pada permukaan logam/besi yang
menggunakan cat adalah sebagai berikut :
- Pembersihan permukaan bidang cat.
- Dicat dasar.
- Didempul dengan sanpolac dan diampelas, epoxy.
- Dicat dasar.
- Dicat akhir minimal 3 lapisan tebal lapisan cat minimal 3 mikron.
- Hasil pengecatan harus rata dan halus serta kuat dan tahan terhadap
pengaruh cuaca atau keadaan sekelilingnya.
- Hasil terakhir pengerjaan coating anti gores, dilakukan seperti disyaratkan
pada fabrikannya dan dikerjakan ditempat tertentu saja yang dijelaskan dalam
dokumen spesifikasi ataupun gambar.
- Diperoleh permukaan yang rata, kuat dengan sisi sudut terlapisi PVC
edging.

Pasal 5 Pekerjaan Pasangan Batu Alam


A. UMUM
1.1. Ketentuan Umum
Sebelum pekerjaan finishing batu alam dilakukan, maka :
a. Kontraktor wajib mengadakan penelitian terhadap area yang akan di pasang
batu alam agar sesuai gambar rencana.
b. Lapisan finishing tidak boleh dimulai sebelum seluruh pekerjaan plafond
dan dinding-dinding selesai dikerjakan.
c. Pekerjaan dan bahan-bahan untuk hal ini terlebih dahulu harus mendapat
persetujuan dari Konsultan Manajemen Konstruksi (MK), Pemberi Tugas dan
Perencana.
d. Sebelum pekerjaan dimulai, Kontraktor diwajibkan untuk mengajukan
gambar kerja pelaksanaan untuk disetujui oleh MK dan Pemberi Tugas.
e. Ketentuan umum ini mengikat untuk seluruh pekerjaan lantai.

1.2. Lingkup Pekerjaan


a. Bagian ini mencakup ketentuan / syarat-syarat (pembayaran , pengiriman,
penyimpanan, pemasangan) untuk pekerja, material , dan peralatan.
b. Bagian yang termasuk :
1. Area sesuai gambar rencana
2. Pekerjaan dinding eksterior dan lantai teras.
3. Bagian lain sesuai gambar rencana
4. Adukan (mortar) untuk setting dinding dan lantai, kansteen, serta pekerjaan
pekerjaan lain seperti paca gambar rencana.
5. Grouting Anchors, Angles (siku), dan penguat (framing) yang cukup.
6. Aksesori-aksesori lain yang dibutuhkar. dalam pekerjaan ini.
c. Bagian yang terkait :
Ø Pekerjaan Dinding Plesteran
Ø Pekerjaan Kusen / Daun Jendela
Ø Pekerjaan Batu Alam

1.3. Referensi
a. Semua pekerjaan harus merefer ke standar :
Ø PUBI
Ø SII-0739 -80 Marble
Ø ASTM A123-84 Zinc (Hot Dipped) galvanized coating on iron and steel
Product
Ø ASTM A- 307 Steel Anchor, bolt, dowels, nut
Ø ASTM C241 Stone abrasion resistance untuk granit dan marble import
b. Quality Assurance :
Kualifikasi manufaktur : produk yang digunakan di sini harus diproduksi oleh
perusahaan yang sudah terkenal dan mempunyai pengalaman yang sukses dan
diterima oleh MK dan Pemberi Tugas.
c. Kualifikasi Pekerja :
Ø Sedikitnya harus ada 1 orang yang sepenuhnya mengerti terhadap bagian ini
selama pelaksanaan, paham terhadap kebutuhan-kebutuhan yang diperlukan,
material, serta metode yang dibutuhkan selama pelaksanaan.
Ø Tenaga kerja terlatih yang tersedia harus cukup serta memiliki skill yang
dibutuhkan.
Ø Dalam penerimaan atau penolakan pekerja, MK, Pemberi Tugas, dan
Perencana tidak mengijinkan tenaga kerja tanpa atau kurang skill -nya.

1.4. Pengiriman (Submittals)


a. Data Produk :
Ø Kirimkan informasi-informasi teknis dari pabrik untuk brosur.
Ø Kirimkan data tentang Abrassion resistance untuk setiap tipe berdasarkan
frekuensi lalu lintas pemakaian.
b. Shop Drawing :
Ø Kirimkan gambar detail yang menunjukkan bentuk, ukuran, serta metode dan
anchor (angker).
Ø Kontraktor harus mengirimkan kepada MK dan Pemberi Tugas untuk
persetujuan yaitu gambar-gambar pemotongan secara lengkap, penempatan dalam
potongan-potongan detail dan ukuran dari batu alam pengaturan sambungan,
anchor, dan detail-detail yang dibutuhkan.
Kemungkinan pemasangan anchor, dowel, dan cramping sesuai dengan standar
yang praktis harus dengan jelas ditunjukkan dalam shop drawings.
c. Sample :
Ø Kirimkan 3 set sample untuk setiap type batu alam dengan ukuran tidak kurang
dari 600 mm x 600 m yang menunjukkan finishing dan variasi warna yang
diharapkan secara keseluruhan.
Ø MK dan Pemberi Tugas akan mereview sample sebagai persetujuan range
variasi yang diharapkan secara keseluruhan.
Ø Kirimkan contoh warna grouting untuk dipilih olen Arsitek.
d. Kualifikasi Data :
Kirimkan kualifikasi Fabricator dan installer dengan pengalaman yang tinggi,
termasuk list dan proyek-proyek dengan lingkup sejenis dengan mencantumkan
nama, lokasi , tangga, serta referensi nama dan nomor telepon.
e. Mock-up :
Ø Membuat mock-up seluas 3 m2 untuk pemasangan lantai dan dinding mewakili
pekerjaan finish.
Ø Mock-up harus dibuat sebagai bagian dari pekerjaan yang harus disetujui
secara tertulis oleh arsitek .
Ø Mock-up yang disetujui akan dipakai sebagai kualitas standar dan hasil
kerja.Simpanlah mock-up sampai pekerjaan keseluruhan selesai.
Ø Setelah selesai pekerjaan atau sesuai petunjuk MK dan Pemberi Tugas, angkat
dan pindahkan mock-up keluar site.

1.5. Penyimpanan dan Perawatan


a. Angkat, simpan, dan jaga setiap unit untuk menghindari kerusakan.
Peganglah dengan peti kayu untuk menghindari kerusakan pada ujung dan
pinggirannya.
b. Lindungi batu alam untuk menjaga jangan sampai staining (pudar warna /
rusak, pecah, rompal, atau tergores . Bila kerusakan-kerusakan diatas sampai
terjadi, maka akan ditolak baik sebelum maupun setelah dipasang.
c. Lindungi material grouting dari lembab, mengeras, dan pudar.

1.6. Garansi
a. Kualifikasi Fabricator dan Installer :
Ø Minimum 10 tahun dengan pengalaman tertulis dalam bidang batu alam.
Ø Melaksanakan pekerjaan dengan skill mekanis dan pemasangan batu alam.
b. Fabricator harus mengirimkan jaminan dimana setiap tipe batu alam yang
diki rim ke site harus berasal dari satu sumber (Quarry).
2.0. PRODUK
2.1. Bahan / Jenis
a. Semua bahan Batu Alam merupakan produk ex. Padalarang (Ex Lokal)
dengan kualitas terbaik.
b. Contoh kemasan harus diperlihatkan kepada MK dan Pemberi Tugas dan
semua granit yang digunakan harus sesuai dengan sample yang disetujui dan
disuplai dalam kemasan asli dari pabrik.
c. Extra Stock :
1. Sediakan dan kirim jumlah extra stock minimum 5% dari setiap ukuran,
warna, dan finishing dari setiap bentuk tile untuk mengganti jumlah yang rusak
selama pengiriman dan pemasangan.
Dan kirimkan juga extra 5% untuk setiap tipe dan ukuran sesuai ukuran panel
terbesar yang dipasang setelah selesai pekerjaan pemasangan untuk digunakan
oleh Pemberi Tugas pada masa-masa yang akan datang.
2. Kirimkan extra stock tersebut ke site sesuai petunjuk MK., Pemberi Tugas,
dan pastikan dikemas dalam peti kayu untuk perlindungan dan identifikasi setiap
kemasan.
d. Type dari ukuran :
Ø Tipe dari ukuran sesuaikan dengan skedule material dan gambar.
Ø Jenis material batu alam ex. Lokal.

2.2. Aksesori
a. Anchor, Dowel, Ties, dan Cramps :
Ø Support angles, slotted cramps, straps, rods, clip dan soffit hangers, harus dari
steel heavily galvanized setelah fabrikasi / Hallen.
Ø Ukuran dan konfigurasi sesuai yang dibutuhkan untuk menyangga batu alam
dan beban-beban superimposed.
Ø Bolt dan nuts (mur) harus dari stainless steel, sesuai AlSl 304
b. Solusi pembersihan :
Tipe sesuai dengan joint batu alam, joint / hubungan antar material dari
permukaan yang berdekatan. Konsultasikan dengan supplier batu alam.
2.3. Pembuatan (Fabrication)
a. Toleransi pembuatan batu alam
Ø Toleransi untuk setiap ukuran : ± atau - 1,5 mm
Ø Toleransi ketebalan : ± atau - 1,5 mm
Ø Toleransi bentuk persegi : ± atau - 1,5 mm
Ø Toleransi kerataan : 1,2 mm bila diukur dengan
sisi lurus
Ø Deviasi diagonal : atau - 1,5 mm
Ø Toleransi seharusnya tidak boleh bertambah jumlahnya.
b. Ketepatan pemotongan untuk memastikan bentuk dan ukuran yang benar
dan pas.
c. Ketepatan hubungan pemasangan, sudut-sudut dan sisi-sisinya.
d. Potong bagian belakang paralel dengan bagian muka .
e. Potonglah untuk bagian sudut luar sesuai gambar, dan buatlah sisi bevel
pada sisi tersebut sesuai gambar.
f. Harus sudah tersedia lubang pemasangan anchor, dowels, dan perlengkapan
lain untuk sink, dan mortise.
g. Pasang penyangga batu alam dan blocking dengan stainless steel pin serta
adhesive epoxy.
h. Sediakan potongan dan drilling sesuai kebutuhan untuk menerima bagian
pekerjaan lain .
i. Dalam pemotongan dan pengepasan, dengan hati-hati potong dan haluskan
permukaan tanpa mengurangi kekuatan atau penampilan bahan.
j. Tambahan atau pengisian daerah berlubang untuk menutupi kesalahan tidak
diijinkan.
k. Hubungan batu alam dengan pekerjaan struktural harus di check lagi pada
gambar, Tonjolan batu alam pada pekerjaan struktural harus memiliki bentuk
yang sesuai dengan penyangga (support).

2.4. Finishing
a. Semua finish exposed, sisi bevel, dan permukaan-permukaan lain harus di
finish untuk memberikan sisi muka.
b. Batu Alam
Ø Kasar (flamed), honed (tidak dikilapkan) dan kilap (polished) atau sesuai
gambar.
Ø Finish dinding atau permukaan untuk menerima sesuai gambar.
c. Batu Alam ex. Padalarang dengan pengerjaan mesin serut.

3.0. PENERAPAN
3.1. Pemeriksaan
a. Periksa kondisi pemasangan dan proses dengan pekerjaan-pekerjaan terkait.
b. Perhitungkan bahwa item-item pekerjaan lain yang terkait dapat diukur dan
ditempatkan dengan baik.

3.2. Persiapan
a. Bersihkan batu alam sebelum pemasangan. Jangan gunakan sikat kawat atau
implemen yang dapat merusak permukaan yang diexpose.
b. Bersihkan permukaan yang akan dipasang batu alam Pastikan permukaan
tersebut sudah kuat, kering, bersih, dan bebas dari minyak atau bekas lemak,
adukan, tanah atau kotoran-kotoran asing.
c. Siapkan permukaan sesuai dengan instruksi pabrik yang memasang bahan
atau additive yang telah dipakai.
d. Bersihkan permukaan beton dengan grinda apabila diperlukan agar betul-
betul dapat menghilangkan kompon atau material lain yang mengganggu perekat
(bond) dalam setting material.
e. Pada lokasi dimana terdapat pola batu alam, pola-pola tersebut harus diberi
tanda untuk mempersiapkan sebelum pemasangan.

3.3. Pemasangan
a. Umum
1. Toleransi :
Ø Variasi Kerataan dan level : tidak melebihi 3 mm dalam
3000 mm
Ø Joint size : ± 25 %
Ø Step in face : 1,5 mm maximum
Ø Jog in aligment at edge : 1,5 mm maximum
Ø Toleransi tidak bertambah dalam jumlah
2. Material batu alam yang akan dipasang harus digelar terlebih dahulu dilantai
untuk mendapatkan persetujuan keseragaman corak / pola uratnya serta sortir
quality tile oleh MK dan Pemberi Tugas.
3. Bersihkan batu alam / batuan dengan membasahi dengan air bersih sebelum
diset dalam pe kerjaan; khusus untuk pemasangan basah.
4. Pasanglah tile dengan rata, level, lurus dan benar dengan hubungan
keseluruhan. Kelurusan permukaan tile harus pada sisi luarnya.
5. Jangan memasang tile yang rompat, retak.. atau pudar atau tidak baik, hal ini
akan ditolak.
6. Sediakan dan set anchor, dowel, ties dan hal-hal lain yang dibutuhkan untuk
memperkokoh pasangan. Setel angkur pada posisi yang baik dan tidak kurang dari
jarak yang diijinkan. Pasang tile untuk memungkinkan pergerakan bergeser.
Menciut / memuai, dan ekspansi termal dan kontraksi.
7. Jangan menggunakan aluminium, plastik atau penumpu dari kayu.
8. Berikan hubungan yang rata, dalam toleransi yang diijinkan / spesifikasi,
pada permukaan antara pasangan yang berdekatan untuk menghasilkan hubungan
baik dan maksimal.
9. Potong dengan tepat dan akurat, lubangi dan sesuaikan batu alam untuk
hardware, outlet, fixture, fitting dan pekerjaan-pekerjaan lain yang menempel
pada batu alam.
10. Dalam memotong dan mengepas, dengan hati-hati potong sisi-sisi dan
digrinda untuk ketepatan, pemotongan sedemikian rupa sehingga tidak
mengurangi kekuatan atau penampilan batu alam.
11. Pastikasn bahwa outlet sudah ditempatkan pada tengah-tengah pasangan batu
alam kecuali di tujukkan lain pada gambar. Bila outlet / lubang tidak ditujukkan
pada gambar, harus dibuatkan oleh kontraktor instruksi secara detail sesuai lokasi
yang ditunjukkan oleh arsitek.
12. Untuk pemasangan batu alam pada dinding dengan sistem bawah (adukan)
harus diperkuat dengan anchor, Posisi anchor harus tepat pada balok atau kolom
praktis sehingga kuat.
13. Untuk batu alam yang digunakan untuk eksterior bangunan, harus dilapisi
coating anti debu dan air di semua sisinya.
b. Sistem Basah
1. Tuangkan adukan yang tebal pada beton.
2. Periksa dengan menusuk-nusuk dan padatkan adukan untuk menghasilkan
density yang sama.
c. Control Joints
1. Lakukan control joint dimana pasangan batu alam tertahan / berakhir seperti
pada dinding perimeter, kansteen, kolom-kolom, pojok-pojok dinding, yang
secara langgsung joint terhenti dan tidak terkontrol, juga pada lokasi diatas balok
beton atau pada lokasi-lokasi lain sesuai yang ditunjukkan pada gambar.
2. Berilah control joint (naad-naad tegak lurus dan sama lebar) pada
permukaan horizontal maksimum 500 mm pada setiap arah.
3. Keroklah dan goretlah lantai beton atau bagian struktur lain untuk
memperkuat rekatan adukan.

3.4. Penyetelan, Pembersihan dan Sealing


a. Pindahkan dari lokasi yang memiliki cacat-cacat berikut :
1. Patah, rompal, pudar atau rusak.
2. Joint yang jelek dan rusak.
3. Pasangan batu alam tidak sesuai dengan sample yang sudah disetujui
maupun mock-up yang disetujui.
4. Permukaan (grain) batu alam tidak sesuai dengan yang dibutuhkan /
spesifikasi.
b. Gantilah jenis / tipe batu alam dengan yang baru agar sesuai dengan sample
dan mock-up yang disetujui tanpa mencolok dalam pemindahannya.
c. Bersihkan permukaan batu alam setelah dipasang, digrouting, dan dirawat
secara menyeluruh. Gunakanlah prosedur yang direkomendasikan oleh fabrikator
batu alam untuk perawatan dan pembersihan ini.
3.5. Perlindungan / Proteksi
a. Lindungi permukaan batu alam, sisi-sisinya dan pojok-pojoknya dari
kerusakan. Gunakanlah dan pasang pengaman kayu, plywood atau corboard untuk
melindungi dari kerusakan.
b. Sebelum pemeriksaan secara menyeluruh, pindahkan / buka pelindung dan
bersihkan permu kaan sesuai prosedur, bahan yang direkomendasikan oleh
fabrikator.

Pasal 6 Pekejaan Pasangan Keramik


1.1 UMUM
1.1.1 Lingkup Pekerjaan
a. Plesteran kasar untuk dasar pasangan ubin keramik di dinding dan lantai.
b. Pasangan ubin keramik untuk dinding luar, bak bunga dengan campuran latex,
semen dan pasir sebagai perekat.
c. Pasangan ubin keramik tanah liat untuk lantai dan dinding pada area-area,
sesuaikan dengan yang ditunjukkan pada gambar.
d. Campuran latex + semen + bahan pewarna untuk joint filler.
e. Pasangan ubin keramik kaolin untuk tangga, lengkap dengan stair corner.

1.1.2 Pekerjaan Yang Berhubungan


a. Pekerjaan Pasangan bata
b. Pekerjaan Waterproofing

1.1. STANDAR
a. PUBI : Persyaratan Umum Bahan Bangunan Indonesia - 1982 (NI-3).
b. ANSI : American National Standard Institute.
c. TCA : Tile Council of America, USA
TCA 137.1 - Recommended Standard Spesification for Ceramic Tile.
1.1. PERSETUJUAN
Contoh bahan
Guna persetujuan Direksi/Perencana, Kontraktor harus menyerahkan
contoh-contoh semua bahan yang akan dipakai; keramik, bahan-bahan additive
untuk adukan, dan bahan untuk tile grouts.
Mock-up/contoh pemasangan
Sebelum mulai pemasangan, kontraktor harus membuat contoh
pemasangan yang memperlihatkan dengan jelas pola pemasangan, warna dan
groutingnya. Mock-up yang telah disetujui akan dijadikan standard minimal untuk
pemasangan keramik.
Brosur
Untuk keperluan Direksi/Perencana, Kontraktor harus menyediakan brosur bahan
guna pemilihan jenis bahan yang akan dipakai.

1.1. KONDISI LINGKUNGAN


Suhu dan ventilasi ruang dimana keramik akan dipasang harus dijaga agar sesuai
dengan rekomendasi pabrik, sehingga tidak mempengaruhi rekatan keramik.

2.1 BAHAN/PRODUK
Stair Corner
Keramik kaolin glasur single firing.
Merk setara ROMAN
Keramik Tanah Liat glasur single firing :
Produk Roman, ukuran :
20 x 25 cm, untuk dinding toilet, dinding diatas meja pantry
20 x 20 cm, untuk lantai toilet, meja pantry
30 x 30 cm type polish, untuk lantai ruang gudang dan ruang-ruang penunjang;
30 x 30 cm, type rocky, untuk pedestrian.
Untuk dinding toilet dan meja pantry keramik tanah liat double firing KW 1.
Mortar Additive/Admixture : Laticrete 3701, produk Laticrete International, USA
atau AM 30/Mortar flex.
Pewarna tile grout : Laticrete Grout Admix AM 50 / Coloured Tile Grout, Sanded
and Unsanded grout, Classic & Designer, sesuai dengan kebutuhan pemasangan.

3.1 PEMASANGAN
Umum
Sebelum pekerjaan dimulai, lebih dahulu harus dipelajari dengan seksama
lokasi pemasangan kramik, kualitas, bentuk dan ukuran ubinnya dan kondisi
pekerjaan setelah studi diatas dilaksanakan, tentukan metoda persiapan
permukaan, pemasangan ubin, joints dan curing, untuk diusulkan kepada Direksi
Lapangan.
Pemborong harus menyiapkan ‘tiling menual’, yang berisi uraian tentang
bahan, cara instalasi, sistim pengawasan, perbaikan/koreksi, perlindungan, testing
dan lain-lain untuk diperiksa dan disetujui Direksi Lapangan.
Sebelum instalasi dimulai, siapkan lay out naad-naad, hubungan dengan
finishing lain dan dimensi-dimensi joint, guna persetujuan Direksi/Perencana.
Naad pansangan interior l = 2 mm, naad pasangan eksterior l = 5 mm.
Pemilihan Tile, Tile yang masuk ke tapak harus diselekssi, agar berkesesuaian
dengan ukuran, bentuk dan warna yang telah ditentukan.
Potongan Tile
Ujung potongan tile harus dipoles dengan gurinda atau batu.
Level
Kecuali ditentukan lain pada spesifikasi ini atau pada gambar, level yang
tercantum pada gambar adalah level finish lantai karenanya screeding dasar harus
diatur hingga memungkinkan pada files dengan ketebalan yang berbeda
permukaan finishnya terpasang rata.
Lantai harus benar-benar terpasang rata; baik yang ditentukan datar
maupun yang ditentukan mempunyaai kemiringan.
Lantai yang ditentukan mempunyai kemiringan, kemiringan tidak boleh
kurang dari 25 mm pada jarak 10 m untuk area toilet. Sedangkan untuk area lain,
tidak boleh kurang dari 12 mm pada jarak 10 m. Kemiringan harus lurus hingga
air bisa mengalir semua tanpa meninggalkan genangan.
Jika ketebalan screed tidak memungkinkaan untuk mendapatkan
kemiringan yang ditentukan, kontraktor harus segera melaporkan kepada Direksi
untuk mendapatkan jalan keluarnya.
Persiapan Permukaan
Kontraktor harus menyiapkan permukaan sehingga memenuhi syarat yang
diperlukan, sebelum memasang ubin.
Secara tertulis, kontraktor harus memberikan laporan kepada Direksi
Lapangan tiap kondisi yang menurut pendapatnya akan berpengaruh buruk pada
pelaksanaan pekerjaan.
Permukaan beton yang akan diplester untuk penempelan ubin, harus
dikasarkan dan dibersihkan dari debu dan bahan-bahan lepas lainnya. Sebelum
dilaksanakan plesteran, permukaan ini harus dibebaskan.
Penyimpangan kerataan permukaan beton tidak boleh lebih dari 5 mm
untuk jarak 2 mm, pada semua arah. Tonjolan harus dibuang (chip off) tekukan
kedalaman diisi dengan mortar (1 : 2), sehingga plesteran dasar (setting bed)
mempunyai ketebalan yang sama.
Pemasangan ubin keramik dinding di bagian dalam (internal)
Sebelum pemasangan dimulai, plesteran dasar dan ubin harus dibasahi.
Pakai benang untuk menentukan lay out ubin, yang telah ditentukan dan pasang
sebaris ubin guna jadi patokan untuk pemasangan selanjutnya.
Kecuali ditentukan lain, pemasangan ubin harus dimulai dari bawah dan
dilanjutkan ke bagian atas.
Pada pemasangan tile, tempelkan dibagian belakang tile adukan dan
ratakan, kemudian ubin yang telah diberi adukan ini ditekankan ke plesteran
dasar. Kemudian permukaan ubin dipukul perlahan-lahan hingga mortar perekat
menutupi penuh bagian belakang ubin dan sebagian adukan tertekan keluar dari
tepi ubin.
Tiap hari pemasangan, tidak diperkenankan memasang tile dengan
ketinggian lebih dari ketentuan berikut :
- 1,2 m - 1,5 m, untuk tile tinggi 60 mm,
- 0,7 m - 0,9 m, untuk tile tinggi 90 - 120 mm,
- max 1,8 m, untuk semi porcelain tile.
Jika tile sudah terpasang, mortar yang berada di naad (joint) harus dibuang
/ dikeluarkan dengan sikat atau cara lain yang tidak merusakkan permukaan tile.
Mortar yang mengotori permukaan tile harus dibuang dengan kain lap basah.
Pemasangan tile grant (pengisian naad) harus sesuai dengan ketentuan pabrik.
Pemasangan Ubin Keramik Lantai
Tile dipasang pada permukaan yang telah di screed.
Komposisi adukan untuk screeding :
- area kering : 1 pc : 3 ps.
- area basah : 1 pc : 2 ps.
Pada pemasangan diarea yang luas, harus dilaksanakan secara kontinu.
Dan harus disediakan ‘Kepalarn’ (guide line course) pada interval 2,0 m - 2,5 m.
Pemasangan tile lainnya berpedoman pada quide line ini.
Kikis semua mortar yang menempel pada naad dan bersihkan ketika
prosess pemasangan tile berlangsung. Pasangan tile tidak boleh diinjak dalam
waktu 24 jam setelah pemasangan.
Naad-naad pada pemasangan tile harus diisi dengan bahan tile grout
berwarnaa dan kondisi pemasangan harus sesuai dengan rekomendasi pabrik.
Pemeriksaan (Inspection)
Rekatan (bond).
Ketika pelaksanaan pemasangan tile, ambil beberapa tile yang telah
terpasang, secara rondom, untuk memastikan bahwa adukan perekat telah merekat
dengan baik pada bagian belakang tile dan telah terpasang dengan baik.
Tension Test.
Tension test harus dilakukan pada pasangan ubin di dinding; terutama di exterior.
Test harus dilaksanakan pada area pekerjaan tiap tukang. Test dilaksanakan tiap
hari kerja dan sampel diambil secara rondom jika umur pemasangan sample tidak
lebih dari 5 hari, kekuatan rekatan harus minimal 3 kg/cm2.
4.1 Perlindungan Dan Pembersihan
Perlindungan
Kontraktor harus melindungi ubin yang telah terpasang maupun adukan
perata dan harus mengganti, atas biaya sendiri setiap kerusakan yang terjadi.
Penyerahan pekerjaan dilakukan dalam keadaan bersih.
Setelah pemasangan, kontraktor harus melindungi tile lantai yang telah
terpasang. jika mungkin dengan mengunci area tersebut. Batas lalu lintas
diatasnya; hanya untuk yang penting saja.

Pembersihan
Secara prinsip, permukaan tile dibersihkan dengan air, menggunakan sikat,
kain lap, dan sebagainya. Tetapi jika area-area yang tidak bisa dibersihkan hanya
dengan air, pembersihan memakai campuran air dengan hidrochloric acid,
perbandingan 30 : 1.
Sebelum pembersihan dengan asam ini, lindungi semua bagian yang
memungkinkan akan berkarat atau rusak oleh asam.
Setelah dibersihkan dengan asam ini, bersihkan area ini dengan air biasa, hingga
tidak ada campuran asam yang tersisa.

Anda mungkin juga menyukai