Pasal 1
PENJELASAN UMUM
1. PENGERTIAN
d. Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS), adalah dokumen tertulis yang diterbitkan oleh
Pemberi Tugas, terdiri-dari syarat-syarat umum, syarat-syarat administratif dan syarat-
syarat teknis, yang memuat penjelasan-penjelasan dan persyaratan untuk pelaksanaan
pekerjaan.
e. Tapak Proyek, adalah lokasi atau tempat yang ditetapkan oleh Pemberi Tugas untuk
Pelaksanaan Pekerjaan.
g. Prestasi Pekerjaan, adalah suatu nilai perbandingan antara volume pekerjaan yang telah
selesai dilaksanakan di lapangan yang telah ditetapkan berdasarkan dokumen kontrak.
h. Pekerjaan Tambah, adalah pekerjaan yang terjadi pada saat pelaksanaan pekerjaan, di
luar ruang lingkup pekerjaan yang telah ditetapkan berdasarkan dokumen kontrak.
i. Pekerjaan Kurang, adalah pekerjaan atau bagian pekerjaan yang termasuk lingkup tugas
kontraktor yang telah ditetapkan dalam dokumen kontrak namun tidak dilaksanakan
pada saat pekerjaan berlangsung.
k. Berita Acara Pemeriksaan Pekerjaan, adalah Berita Acara yang dibuat dan ditanda
tangani bersama-sama oleh kontraktor dan Konsultan Pengawas yang menyatakan
prestasi pekerjaan telah dicapai oleh kontraktor di lapangan.
l. Berita Acara Kemajuan Pekerjaan, adalah berita acara yang dibuat dan ditanda
tangani bersama-sama oleh Pemberi Tugas dan kontraktor yang menyatakan prestasi
pekerjaan yang telah dicapai oleh kontraktor pada suatu tahap tertentu, sehingga
kontraktor berhak menerima pembayaran sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan
dalam perjanjian pelaksanaan pekerjaan.
m. Berita Acara Serah Terima Pertama Pekerjaan, adalah Berita Acara dibuat dan
ditanda tangani bersama-sama oleh pemberi tugas dan kontraktor yang
menyatakan bahwa pekerjaan di lapangan telah selesai seluruhnya dan dengan demikian
pekerjaan dapat diserah terimakan untuk pertama kalinya.
n. Masa Pemeliharaan, adalah jangka waktu antara serah terima pertama pekerjaan dan
serah terima kedua pekerjaan.
Pasal 2
LINGKUP PEKERJAAN
1.1. Pekerjaan yang akan dilaksanakan dan perinciannya adalah Pembangunan Lintasan Lari
Lapangan Polres HST dengan lingkup pekerjaan yang mencakup antara lain, serta tidak
terbatas pada : Terlampir pada Dokumen Rencana Anggaran Biaya (RAB)
(1) Umum
Dalam Lingkup Pekerjaan dari Kontrak ini ada beberapa item pekerjaan yaitu,
Pekerjaan Pendahuluan, Pekerjaan Pondasi, Pekerjaan Lantai, Pekerjaan Dinding,
Pekerjaan Beton, Pekerjaan Atap dan Plafond, Pekerjaan Pintu, Jendela dan
Ventilasi & Perlengkapan, Pekerjaan Instalasi Listrik, Pekerjaan Sanitasi dan
Drainase, Pekerjaan Cat – Catan, Pekerjaan Lain - Lain.
Pasal 3
PENJELASAN RKS DAN GAMBAR
Pada dasarnya untuk memahami dan menghayati dengan sebaik-baiknya seluk-beluk pekerjaan ini,
Kontraktor diwajibkan meneliti dan mempelajari secara seksama seluruh Gambar Kerja serta
Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS) seperti yang akan diuraikan dalam buku ini, termasuk
tambahan dan perubahannya yang dicantumkan dalam Berita Acara Penjelasan Pekerjaan
(Aanwijzing).
3.1. Ukuran
a. Pada dasarnya semua ukuran utama yang tertera dalam Gambar kerja dan Gambar
Pelengkap meliputi :
As - as
Luar - luar
Dalam - dalam
a. Pada umumnya bila gambar tidak sesuai dengan Pencana Kerja dan Syarat- syarat
(RKS), maka yang mengikat/berlaku adalah RKS. Bila suatu gambar tidak cocok
dengan gambar yang lain dalam satu disiplin kerja, maka gambar yang mempunyai
skala yang lebih besar yang mengikat/berlaku.
b. Bila ada perbedaan antara gambar kerja Arsitektur dengan Sipil Struktur, maka yang
berlaku adalah gambar kerja struktur.
c. Bila ada perbedaan antara gambar kerja Arsitektur dengan Sanitasi, Elektrikal/Listrik
dan Mekanikal, maka gambar yang dipakai sebagai pegangan adalah ukuran fungsional
dalam gambar kerja Arsitektur.
d. Mengingat setiap kesalahan maupun ketidak-telitian di dalam pelaksanaan satu bagian
pekerjaan akan selalu mempengaruhi bagian pekerjaan lainnya, maka di dalam hal
terdapat ketidakjelasan kesimpangsiuran, perbedaan-perbedaan, dan ataupun
ketidaksesuaian dan keragu-raguan di antara setiap Gambar kerja, Kontraktor
diwajibkan melaporkan kepada Konsultan Pengawas/Pengelola Proyek secara tertulis,
mengadakan pertemuan dengan konsultan Pengawas/Direksi dan Konsultan Perencana,
untuk mendapatkan keputusan gambar mana yang akan dijadikan pegangan.
e. Ketentuan tersebut di atas tidak dapat dijadikan alasan oleh Kontraktor u ntuk
memperpanjang/mengklaim biaya maupun waktu pelaksanaan.
3.3. Istilah
Istilah yang digunakan berdasarkan pada masing-masing disiplin pada tahap pembangunan ini
adalah sebagai berikut :
a. ARS : Arsitektur
Mencakup hal-hal yang berhubungan dengan perencanaan dan perancangan
bangunan ini secara menyeluruh dari semua disipiin-disiplin kerja yang ada, baik
teknis maupun estetika.
b. ST : Struktur
Mencakup hal-hal yang berhubungan dengan perhitungan konstruksi, bahan
konstruksi utama dan spesifikasinya, dimensionering beton struktur.
c. PL : Plumbing
Mencakup hal-hal yang berhubungan dengan system sanitasi bangunan (air bersih,
air kotor, air hujan).
d. EL : Elektrikal.
Yang ada hubungannya dengan system penyediaan daya listrik, penerangan, dan
Lain-Lain sesuai dengan gambar kerja.
e. AC : Mekanikal Ventilasi.
Yang ada hubungannya dengan system pengkodisian udara dan ventilasi mekanis.
f. SD : Site Development
Mencakup hal-hal yang berhubungan dengan pematangan lahan seperti
gali/urug, perataan (grading), saluran dan sebagainya.
1. Semua pekerjaan dalam kontrak ini harus dilaksanakan dengan mengikuti dan
memenuhi persyaratan-persyaratan teknis yang tertera dalam persyaratan Normalisasi
Indonesia (NI), Standar Industri Indonesia (SII) dan Peraturan- peraturan Nasional
maupun Peraturan-peraturan setempat lainnya yang belaku atas jenis-jenis pekerjaan
yang bersangkutan termasuk segala perubahan dan tambahannya, antara lain :
a. Peraturan umum tentangpelaksanaan Pembangunan di Indonesia atau Algemene
Voorwaarden voor de uitvoering bij Aanneming van Operbare Werken (AV) 1941.
b. Keputusan-keputusan dari Majelist Indonesia untuk Arbitrase Teknik dan Dewan
Teknik Pembangunan Indonesia (DTPI).
c. Peraturan Beton Indonesia 1971 (NI 2, PBI -1971).
d. Standar Tatacara Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung (SKSNIT-15-
1991-03)
e. Peraturan Perencanaan Bangunan Baja Indonesia (PPBI- 1984)
f. Baja Karbon Cor : Mutu dan Cara Uji (SII-0297-80).
g. Peraturan Umum Bahan Bangunan Indonesia. (PUBI-1982).
h. Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia (NI-5 PPKI 1961)
i. Peraturan Kapur Indonesia (NI-7)
j. Peraturan Semen Portland Indonesia (NI-8 1974)
k. Bata Merah (atau sejenis) sebagai Bahan Bangunan (NI-10)
l. Peraturan Pembebanan Indonesia untuk Gedung 1981.
m. Peraturan Muatan Indonesia.
n. Persyaratan Cat Indonesia (NI-4)
o. Peraturan Umum Instalasi Air (AVWI)
p. Pedoman Plumbing Indonesia (PPI-1979)
q. Peraturan umum tentang pelaksanaan Air Minum serta instalasi Pembangunan dan
peraturan, dari Perusahaan Daerah Minum setempat.
r. Peraturan Umum Instalasi Listrik (PUIL-2000) dan PLN setempat.
s. Peraturan Umum Instaiasi Penangkal Petir untuk bangunan di Indonesia (PUIPP-
2000)
t. Peraturan sarnbungan Telepon yang berlaku di Indonesia,
u. Peraturan umum dari Dinas Keselamatan Kerja Departemen Tenaga Kerja
v. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum no. 02/KPTS/1985 tentang Penanggulangan
Bahaya Kebakaran.
w. Peraturan Perburuhan di Indonesia dan Peraturan Umum tentang Penggunaan Tenaga
Kerja, Keselamatan Tenaga Kerja dan Kesehatan Kerja yang dikeluarkan oleh
Departemen Tenaga Kerja Republik Indonesia.
x. Peraturan dan ketentuan lain yang dikeluarkan oleh jawatan / Instansi Pemerintah
setempat, yang bersangkutan dengan permasalahan bangunan.
Pasal 5
KUASA KONTRAKTOR DI LAPANGAN
2. Dengan adanya Pelaksana, tidak berarti bahwa Kontraktor lepas tanggung jawab
sebagian atau keseluruhan terhadap kewajibannya.
3. Kontraktor wajib memberitahu secara tertulis kepada Tim Pengelola Teknis dan
Konsultan Pengawas, nama dan jabatan Project Manger/Pelaksana untuk
mendapatkan persetujuan.
4. Bila dikemudian hari, menurut pendapat Pemberi Tugas dan Konsultan Pengawas,
Pelaksana kurang mampu atau tidak cukup cakap memimpin pekerjaan, maka akan
diberitahukan kepada kontraktor secara tertulis untuk mengganti Pelaksana.
5. Dalam waktu 7 (tujuh) hari setelah dikeluarkan surat pemberitahuan, kontraktor harus
menunjuk pelaksana baru atau kontraktor sendiri (Penanggung Jawab/Direktur
Perusahaan) yang akan memimpin pelaksanaan.
Pasal 6
TANGGUNG JAWAB KONTRAKTOR
2. Seluruh bahan, peralatan konstruksi dan tenaga kerja yang harus disediakan oleh
Kontraktor, demikian pula metode/cara pelaksanaan pekerjaan, harus diselenggarakan
sedemikian rupa, sehingga diterima oleh Konsultan Pengawas/Direksi.
7. Segala biaya yang timbul akibat kelalaian Kontraktor dalam melaksanakan pekerjaan
menjadi tanggung-jawab kontraktor.
9. Bila terjadi kehilangan bahan-bahan bangunan yang telah disetujui, baik yang telah
dipasang maupun belum, adalah tanggung-jawab Kontraktor dan tidak akan
diperhitungkan dalam biaya pekerjaan tambah.
10. Apabila terjadi kebakaran, Kontraktor bertanggung-jawab atas akibatnya, baik yang
berupa barang-barang maupun keselamatan jiwa.
11. Apabila pekerjaan telah selesai, Kontraktor harus segera mengangkut bahan
bongkaran dan sisa-sisa bahan bangunan yang sudah tidak dipergunakan lagi keluar
lokasi pekerjaan. Segala pembiayaannya menjadi tanggungan Kontraktor.
13. Kontraktor wajib memasukkan identifikasi tempat kerja (Workshop) dan peralatan yang
dimiliki di mana pekerjaan akan dilaksanakan, serta jadwal kerja.
14. Semua sarana kerja yang digunakan harus benar-benar baik dan memenuhi
persyaratan kerja sehingga memudahkan dan melancarkan kerja di lapangan.
Pasal 7
TEMPAT TINGGAL (DOMISILI) KONTRAKTOR DAN PELAKSANA
a. Untuk menjaga kemungkinan diperlukan kerja di luar jam kerja apabila terjadi hal-
hal mendesak, kontraktor dan pelaksana wajib memberitahukan secara tertulis,
alamat, email dan nomor telepon di lokasi kepada Panitia Pembangunan dan
Konsultan Pengawas.
Pasal 8
PEKERJAAN PERSIAPAN
2. Di lokasi proyek Kontraktor harus menetapkan lokasi penempatan material, direksi keet,
kantor pemborong, gudang bahan dan alat,KM/WC sementara sesuai dengan denah
maupun kondisi lapangan, sehingga tidak terjadi ineffisiensi daiam pelaksanaan
pekerjaan. Selama berlangsungnya pekerjaan, direksi keet, kantor pemborong, gudang,
KM/WC sementara dan lokasi pekerjaan harus senantiasa bersih dan bebas dan
sampah-sampah sisa pekerjaan.
7. Dokumentasi/Foto Proyek
Kontraktor Konstruksi harus memperhitungkan biaya pembuatan dokumentasi proyek
serta pengirimannya ke Project Management. Yang dimaksud dengan pekerjaan
dokumentasi antara lain :
Laporan-laporan perkembangan proyek
Foto-foto proyek, berwarna minimal, ukuran postcard dan dilengkapi
RKS Pembangunan Lintasan Lari Lapangan Polres HST -9-
dengan album.
Surat-surat dokumen lainnya.
Foto-foto dokumentasi proyek menggambarkan kemajuan proyek dari waktu mulai
dilaksanakan pekerjaan sampai dengan selesainya pelaksanaan pekerjaan. Foto
dokumentasi proyek dibuat pada saat kemajuan fisik bangunan mulai 0 % dan secara
berkala setiap bulan sampai dengan 100 %.
9. Kebersihan
a. Selama proyek berlangsung, Kontraktor harus menjaga kebersihan dan mengatur
lokasi bahan bangunan dan alat kerja serta daerah kerja sehingga
kelancaran pelaksanaan pekerjaan tidak terhambat karenanya.
b. Pembersihan tumbuh-tumbuhan yang ada pada lokasi peruntukan kerja sesuai
petunjuk Gambar Kerja dan Pengawas Lapangan.
c. Sesudah proyek selesai dan sebelum dilakukan penyerahan pekerjaan kepada
pemilik proyek, Kontraktor harus membersihkan seluruh daerah kerja dari segala
macam peralatan tersebut, sisa-sisa bahan bangunan, bekas bongkaran dan
bangunan-bangunan sementara, termasuk pengangkutannya ke suatu tempat di
lingkungan Pemilik Proyek tanpa tambahan biaya.
10. Kontraktor wajib menjaga ketertiban, keamanan dan kedisiplinan selama pelaksanaan
pembangunan berlangsung terutama bila lingkungan terjadi kegiatan kediklatan secara
keseluruhan.
Bila perihal tersebut dilanggar, maka kontraktor akan dikenakan teguran keras dan/atau
mengganti manajer maupun staff pelaksana dan tukang sampai dengan pekerjaan dimulai
kembali.
Pasal 9
JADWAL PELAKSANAAN
2. Rencana kerja tersebut harus sudah mendapat persetujuan terlebih dahulu dari
Konsultan Pengawas, paling lambat dalam waktu 7 (tujuh) hari kalender setelah
Surat Perintah Kerja (SPK) diterima Kontraktor. Rencana Kerja yang telah disetujui
oleh Konsultan Pengawas, akan disahkan Pemberi Tugas.
5. Apabila laju kemajuan pekerjaan atau bagian pekerjaan pada suatu waktu menurut
penilaian Konsultan Pengawas telah terlambat, untuk menjamin penyelesaian pada waktu
yang telah ditentukan atau pada waktu yang diperpanjang, maka Pengawas harus
RKS Pembangunan Lintasan Lari Lapangan Polres HST - 10 -
memberikan petunjuk secara tertulis langkah-langkah yang perlu diambil guna
melancarkan laju pekerjaan sehingga pekerjaan dapat diselesaikan pada waktu yang
telah ditentukan.
Pasal 10
PENGUKURAN KETINGGIAN PERMUKAAN DAN POSISI BAGIAN PEKERJAAN
1. Pekerjaan yang dimaksud dalam dokumen ini merupakan rencana membangun yang
akan dilaksanakan di lokasi yang telah ditentukan apa adanya. Data Ketinggian-
ketinggian tanah yang ada, tinggi air tanah, dan Lain-Lain yanq diterangkan pada
gambar-gambar, dimaksudkan sebagai informasi umum dan titik-titik tolak untuk
pelaksanaan pekerjaan ini oleh Kontraktor.
2. Seluruh titik ukur sehubungan denqan pekerjaan ini didasarkan pada ukuran- ukuran
setempat, yaitu titik-titik ukur yang ada di lapangan proyek seperti yang direncanakan
dalam gambar-gambar. Ukuran-ukuran tersebut dalam pasal terdahulu dimaksudkan
sebagai garis besar pelaksanaan dan pegangan kontraktor.
3. Kontraktor wajib meneliti situasi tapak, terutama keadaan lokasi, sifat dan luasnya
pekerjaan dan hal lain yang dapat mempengaruhi harga penawaran. Penawaran yang
diserahkan Kontraktor harus sudah meliputi semua biaya untuk pelaksanaannya
sesuai dengan ukuran-ukuran dan ketinggian-ketinggian yang ditentukan pada gambar-
gambar. Kelalaian atau kekurang telitian kontraktor dalam hal ini tidak dijadikan
alasan untuk mengajukan claim/tuntutan.
4. Kontraktor harus menyediakan semua peralatan, perlengkapan dan tenaga kerja termasuk
juru ukur, yang diperlukan dalam hubungannya dengan pekerjaan pengukuran letak
bangunan dan lantai-lantai di atasnya. Penentuan titik ketinggian dan sudut-sudutnya
dilakukan dengan alat-alat waterpass/theodolit. Pengukuran sudut siku-siku dengan
prisma atau benang secara azas segitiga Phytagoras hanya diperkenankan untuk bagian-
bagian kecil yang telah disetujui o!eh Direksi/Konsultan Pengawas.
6. Kontraktor wajib memperhatikan dan mempelajari segala petunjuk yang tertera dalam
gambar Kerja untuk memastikan posisi dan ketepatan di lapangan bagi setiap bagian
pekerjaan. Perbedaan antara Gambar Kerja dengan keadaan di lapangan harus
dilaporkan kepada Konsultan Pengawas/Direksi untuk untuk mendapatkan
pemecahannya setelah berkonsultasi dengan Perencana. Tidak dibenarkan
Kontraktor mengambil tindakan tanpa sepengetahuan Konsultan Pengawas/Direksi.
1. Sepanjang tidak ada ketetapan lain dalam Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS)
ini maupun dalam Berita Acara Penjelasan Pekerjaan, bahan-bahan yang akan
dipergunakan maupun syarat-syarat pelaksanaan harus memenuhi syarat- syarat yang
tercantum dalam Persyaratan Umum Bahan Bangunan Indonesia (PUBI th, 1982),
Standar Industri Indonesia (SII) untuk bahan termaksud, serta ketentuan-ketentuan
dan syarat bahan-bahan lainnya yang berlaku di Indonesia. Kontraktor atas biaya
sendiri, harus mengadakan dan menyediakan semua peralatan konstruksi dan bahan,
baik untuk pekerjaan permanen maupun pekerjaan sementara termasuk segala
macam barang lainnya yang diperlukan.
2. Bahan/material dan komponen jadi yang dipasang/dipakai harus sesuai dengan yang
tercantum di dalam Gambar, RKS dan Risalah Aanwijzing, memenuhi standar
spesifikasi bahan tersebut, dan rnengikuti peraturan persyaratan bahan bangunan yang
berlaku.
4. Merk Bahan/Material dan Komponen Jadi, Kecuali ditentukan lain, nama-nama atau
merk-merk dagang dari bahan yang disebutkan dalam Syarat Teknis ini, ditujukan untuk
maksud-maksud perbandingan kualitas, terutama dalam hal mutu, model, bentuk jenis
dan sebagainya, dan hendaknya tidak diartikan sebagai persyaratan (merk) yang
mengikat. Dalam hal di mana disebutkan 3 (tiga) merk dagang atau lebih untuk jenis
bahan/pekerjaan yang sama, maka Kontraktor Konstruksi diharuskan untuk dapat
menyediakan salah satunya. Disyaratkan bahwa hanya satu merk pembuatan atau merk
dagang yang diperkenankan untuk setiap jenis bahan yang boleh dipakai dalam
pekerjaan ini.
5. Kontraktor boleh mengusulkan merk-merk dagang lainnya yang setara dalam mutu,
model, bentuk, jenis dan sebagainya setelah mendapat persetujuan Konsultan Perencana.
Penggunaan bahan produk lain dengan apa yang dipersyaratkan harus setara atau
lebih baik, disertai data teknis bahan, atau test dari Laboratorium Lembaga Pengujian
Bahan, baik mengenai kualitas, ketahanan serta kekuatannya dan harus disetujui
Konsultan Pengawas secara tertulis dan diketahui Konsultan Pengawas secara tertulis
dan diketahui Konsultan Perencana. Apabila diperlukan biaya untuk test laboratorium,
maka biaya tersebut harus ditanggung oleh Kontraktor tanpa dapat mengajukan sebagai
biaya tambah.
6. Dalam hal pengadaan semua bahan baku, barang jadi, bahan setengah jadi dan
Lain-Lain, penggunaan barang produksi dalam negeri akan sangat
memperhatikan/diutamakan, selama barang tersebut memenuhi syarat-syarat minimum
yang ditetapkan, sesuai dengan petunjuk dan persetujuan Konsultan Pengawas dan
Perencana, kecuali bila ditentukan lain dalam RKS Teknis.
7. Apabila dianggap perlu, Konsultan Pengawas berhak untuk menunjuk tenaga ahli yang
ditunjuk oleh pabrik dan atau supplier yang bersangkutan tersebut sebagai pelaksana.
Dalam hal ini Kontraktor tidak berhak mengajukan klaim sebagai pekerjaan tambah.
8. Keputusan bahan, jenis, warna, tekstur dan produk yang dipilih, akan diinformasikan
kepada Kontraktor selama tidak lebih dari 7 (tujuh) hari kalender setelah penyerahan
contoh bahan tersebut.
9. Penyimpanan dan Pemeliharaan bahan harus sesuai dengan persyaratan pabrik yang
bersangkutan dan atau sesuai dengan spesifikasi bahan tersebut.
2. Bahan bangunan yang telah didatangkan oleh kontraktor di lapangan pekerjaan, tetapi
tidak memenuhi syarat-syarat atau kualitasnya jelek yang dinyatakan diafkir/ ditolak
oleh Konsultan Pengawas, tidak boleh dipergunakan dan harus segera dikeluarkan dari
lapangan selambat-lambatnya dalam tempo 3 x 24 jam terhitung dari jam penolakan.
4. Apabila Konsultan Pengawas merasa perlu untuk meneliti suatu bahan lebih lanjut,
Konsultan Pengawas berhak mengirim bahan tersebut ke laboratorium Lembaga
Penelitian Bahan-bahan yang terdekat untuk diteliti. Biaya pengiriman dan penelitian
menjadi tanggung jawab kontraktor, apapun hasil penelitian bahan tersebut.
5. Jika terdapat perselisihan dalam pelaksanaan tentang pemeriksaan kualitas dari bahan-
bahan tersebut, maka Kontraktor harus memeriksakannya ke laboratorium Lembaga
Penelitian Bahan-bahan untuk diuji dan hasil pengujian tersebut disampaikan kepada
Konsultan Pengawas/Direksi secara tertulis. Segala biaya pemeriksaan tersebut
ditanggung oleh Kontraktor.
6. Sebelum ada kepastian dari Laboratorium tersebut di atas tentang baik atau tidaknya
kualitas dari bahan-bahan tersebut, Kontraktor/Pelaksana tidak diperkenankan
melanjutkan pekerjaan-pekerjaan yang menggunakan bahan-bahan tersebut.
Pasal 13
PEMERIKSAAN PEKERJAAN
1. Direksi dan Konsultan Pengawas atau setiap petugas yang diberi kuasa olehnya, setiap
waktu dapat memasuki tempat pekerjaan, atau semua bengkel dan tempat-tempat di
mana pekerjaan sedang dikerjakan/dipersiapkan atau di mana bahan/barang dibuat.
Kontraktor harus memberi fasilitas dan membantu untuk memasuki tempat-tempat
tersebut.
3. Bila permohonan pemeriksaan itu dalam waktu 2 x 24 jam dihitung dari jam diterimanya
surat permohonan pemeriksaan, tidak dihitung hari libur/hari raya, tidak dipenuhi oleh
Konsultan Pengawas, Kontraktor dapat meneruskan pekerjaannya dan bagian yang
harusnya diperiksa dianggap telah disetujui oleh Konsultan Pengawas. Hal ini
dikecualikan bila Konsultan Pengawas minta perpanjangan waktu.
4. Bila kontraktor melanggar ayat 1 pasal ini, Konsultan Pengawas berhak menyuruh
membongkar bagian pekerjaan sebagian atau seluruhnya untuk diperbaiki. Biaya
pembongkaran dan pemasangan kembali menjadi tanggung jawab kontraktor.
6. Pekerjaan atau bagian pekerjaan yang telah dilaksanakan Kontraktor, tetapi karena
bahan/material/komponen jadi, maupun mutu basil pekerjaan sendiri ditolak oleh
Konsultan Pengawas/Direksi, harus segera dihentikan dan selanjutnya dibongkar atas
biaya Kontraktor dalam waktu yang ditetapkan oleh Konsultan Pengawas/Direksi.
7. Apabila ada bagian pekerjaan yang dilanjutkan sebelum disetujui, tetapi karena keadaan
mendesak dilanjutkan oleh kontraktor, maka kontraktor tetap bertanggung jawab atas
bagian pekerjaan tersebut maupun akibat yang ditimbulkan atas bagian pekerjaan
sebelumnya terhadap hasil bagian pekerjaan lanjutannya. Perintah perbaikan atas hasil
pekerjaan lanjutan, yang berakibat pula pada perbaikan pekerjaan sebelumnya yang
celah disetujui, tidak dapat diklaim sebagai pekerjaan tambah.
Pasal 14
KUALITAS PEKERJAAN
1. Pekerjaan harus dikerjakan dengan kualitas pengerjaannya terbaik dan hanya tenaga-
tenaga kerja terbaik dalarn tiap jenis pekerjaan diijinkan untuk melaksanakan
pekerjaan bersangkutan. Kualitas pekerjaan atau kualitas hasil pekerjaan yang kurang
memenuhi syarat akan ditolak dan dilarang untuk diteruskan kegiatannya.
3. Kegagalan Wakil Direksi untuk menolak pekerjaan atau material tidak menutup
kemungkinan Direksi dikemudian hari menolak suatu pekerjaan atau material yang
dianggap tidak cocok dengan kontrak serta memerintahkan untuk membongkarnya atas
tanggungan kontraktor Pengujian Hasil Pekerjaan
4. Kecuali dipersyaratkan lain secara khusus, maka semua pekerjaan akan diuji
dengan cara dan tolak ukur pengujian yang dipersyaratkan dalarn referensi yang
ditetapkan dalam Bab I Pasal 3 RKS ini.
6. Semua biaya pengujian daiam jumlah seperti yang disyaratkan menjadi beban
7. Dalam hal dimana salah satu pihak tidak dapat menyetujui hasil pengujian dari Badan
Pengujian tersebut, maka pihak tersebut berhak mengadakan pengujian tambahan pada
Badan/Lembaga lain yang memenuhi persyaratan Badan Penguji seperti tersebut di
atas.
8. Apabila ternyata bahwa kedua hasil pengujian dari kedua Badan tersebut memberikan
kesimpulan yang sama, maka semua biaya untuk pengujian tambahan menjadi beban
pihak yang mengusulkan.
9. Apabila ternyata kedua hasil pengujian dari kedua Badan tersebut memberikan
kesimpulan yang berbeda maka dapat dipilih untuk :
a. Memilih Badan/Lembaga Pengujian ketiga atas kesepakatan bersama.
b. Mengadakan pengujian ulang pada Badan/Lembaga Pengujian pertama atau
kedua dengan ketentuan tambahan sebagai berikut :
Pelaksanaan ulang pengujian harus disaksikan oleh Konsultan Pengawas
dan Kontraktor/Supplier ataupun wakil-wakilnya.
Pada pengujian ulang harus dikonfirmasikan penerapan dari alat-
alat pengujian.
Hasil dari pengujian harus dianggap final, kecuali bilamana kedua belah
pihak sepakat untuk tidak menganggapnya demikian.
10. Apabila hasil pengujian ulang mengkonfirmasikan kesimpulan dari hasil pengujian
yang pertama, maka semua biaya untuk semua pengujian ulang menjadi tanggung
jawab pihak yang mengusulkan diadakannya pengujian tambahan.
11. Bila ternyata pihak Konsultan Pengawas yang mempunyai pendapat salah maka atas
segala penundaan pekerjaan akibat adanya penambahan/pengulangan pengujian akan
diberikan tambahan waktu pelaksanaan pada bagian pekerjaan bersangkutan dan
bagian-bagian lain yang terkena akibatnya, penambahan besarnya sesuai dengan
penundaan yang terjadi.
Pasal 15
GAMBAR KERJA (SHOP DRAWING)
1. Shop drawing rnerupakan gambar detail pelaksanaan di lapangan yang harus dibuat
oleh Kontraktor berdasarkan Gambar Dokumen Kontrak yang telah disesuaikan
dengan keadaan lapangan. Kontraktor wajib membuat shop drawing pada setiap akan
melaksanakan suatu pekerjaan dan untuk detail khusus yang belum tercakup lengkap
dalam Gambar kerja/Dokumen kontrak maupun yang diminta oleh Konsultan
Pengawas.
2. Dalam shop drawing ini harus jelas dicantumkan dan digambarkan semua data
yang diperlukan termasuk pengajuan contoh dari semua bahan, keterangan produk,
cara pemasangan dan atau spesifikasi/persyaratan khusus sesuai dengan spesifikasi
pabrik yang belum tercakup secara lengkap di dalam Gambar Kerja/Dokumen Kontrak
maupun dalam buku ini.
3. Kontraktor wajib mengajukan shop drawing tersebut sebanyak 3 (tiga) rangkap atas
biaya Kontraktor kepada Konsultan Pengawas untuk mendapat persetujuan tertulis
dari Konsultan Pengawas. Persetujuan tersebut tidak melepaskan kontraktor dari
tanggung jawab atas kesalahan yang dilakukan oleh Kontraktor.
Pasal 16
RKS Pembangunan Lintasan Lari Lapangan Polres HST - 15 -
GAMBAR PERUBAHAN
1. Gambar kerja Dokumen Kontrak hanya dapat berubah atas permintaan tertulis oleh
Pemberi Tugas dan dibuat oleh Konsultan Perencana.
2. Perubahan rencana ini harus dibuat gambar-nya yang sesuai dengan apa yang
diperintahkan oleh Pemberi Tugas, yang jelas memperlihatkan perbedaan antara
gambar kerja dan perubahan rencana.
3. Gambar tersebut harus diserahkan dalam rangkap 3 (tiga) rangkap atas biaya
Kontraktor kepada Konsultan Pengawas untuk mendapat persetujuan tertulis dari
Konsultan Pengawas. Persetujuan tersebut tidak melepaskan kontraktor dari
tanggung jawab atas kesalahan yang dilakukan oleh kontraktor.
Pasal 17
GAMBAR SESUAI KENYATAAN (AS BUILT DRAWING)
1. Gambar pelaksanaan adalah gambar yang sesuai dengan apa yang dilaksanakan, baik
karena penyimpangan ataupun tidak termasuk semua perubahan atas perintah dan
persetujuan Konsultan Perencana/Direksi. Dan yang tidak terdapat dalam Gambar
Kerja.
3. Penyerahan gambar pelaksanaan (as built drawing) dilakukan setelah pekerjaan selesai
dan diserahterimakan.
Pasal 18
SUPPLIER DAN SUB-KONTRAKTOR
2. Jika Kontraktor menunjuk supplier dan atau Kontraktor bawahan (Sub kontraktor) di
dalam hal pengadaan bahan /material dan pemasangannya, maka Kontraktor wajib
memberitahukan terlebih dahulu kepada Konsultan Pengawas untuk mendapatkan
persetujuan.
Pasal 20
JAMINAN DAN KESELAMATAN KERJA (K3)
2. Kontraktor wajib menjamin keselamatan para tenaga kerja yang terlibat dalam
pelaksanaan pekerjaan dari segala kemungkinan yang terjadi dengan memenuhi aturan
dan ketentuan kesehatan dan keselamatan kerja yang berlaku (Jamsostek).
4. Setiap pekerja diwajibkan menggunakan sepatu pada waktu bekerja dan di lokasi
harus disediakan Alat Pelindung Diri (APD) berupa : safety belt, safety helmet,
masker/kedok las terutama untuk dipakai pada pekerjaan pemasangan kuda-kuda baja
dan pekerjaan yang beresiko tertimpa benda keras.
5. Kontraktor wajib menyediakan air bersih, kamar mandi dan WC yang layak dan bersih
bagi semua petugas dan pekerja. Membuat tempat penginapan di lapangan
pekerjaan untuk para pekerja tidak diperkenankan, kecuali atas ijin Pemberi Tugas.
Pasal 21
PEKERJAAN TAMBAH KURANG
5. Untuk pekerjaan tambah yang harga satuannya tidak tercantum dalam harga satuan
pekerjaan yang dimasukkan dalam penawaran, harga satuannya akan ditentukan lebih
lanjut oleh Konsultan Pengawas bersama-sama Kontraktor dan persetujuan dari
Pemberi Tugas.
Pasal 22
PEMELIHARAAN PEKERJAAN
1. Jangka waktu pemeliharaan Minimal adalah 180 (seratus delapan puluh) hari
kalender dihitung dari tanggal penyerahan pekerjaan pertama/pekerjaan selesai
100% sesuai Kontrak dan/atau PHO. Dalam jangka waktu tersebut, kontraktor wajib
memperbaiki cacat-cacat tersembunyi, hasil pekerjaan yang tidak baik dan melengkapi
kekurang-kekurangannya yang dilakukan oleh kontraktor akibat tidak baiknya
pelaksanaan pekerjaan dan kuragnya rnutu bahan seperti tertulis dalam Rencana
kerja dan Syarat-syarat (RKS) dan Berita Acara Rapat Penjelasan Pekerjaan ini atas
biaya kontraktor
.
2. Bila dalam jangka waktu pemeliharaan atas perintah konsultan Pengawas,
kontraktor tidak melaksanakan pekerjaan perbaikan tersebut, maka Pemberi Tugas
berhak menyuruh pihak ketiga (kontraktor lain) untuk mengerjakannya atas beban
kontraktor.
3. Penyerahan pekerjaan kedua kalinya (terakhir) harus dilakukan sesudah habis jangka
waktu pemeliharaan, dan sampai berakhirnya pekerjaan perbaikan yang harus
dilaksanakan.
Pasal 23
PENYERAHAN PEKERJAAN
3. Pembersihan tapak konstruksi dan pada semua pekerjaan yang termasuk dalam
Lingkup Pekerjaan seperti tercantum di dalam gambar kerja dan terurai dalam
buku ini dari semua barang atau bahan bangunan lainnya yang dinyatakan
tidak digunakan lagi setelah pekerjaan yang menjadi tanggung jawab Kontraktor
yang bersangkutan setelah selesai. Selama pembangunan berlangsung,
Kontraktor harus menjaga keamanan bahan material, barang maupun bangunan yang
dilaksanakannya sampai tahap serah terima.
Pasal 1
UMUM
1. Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan yang dimaksud rneliputi penyediaan tenaga, bahan-bahan, peralatan dan alat
Bantu lainnya yang diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan ini, yaitu dan tidak terbatas
pada :
Pekerjaan pembersihan lapangan pekerjaan sebelum pelaksanaan
Pekerjaan pengukuran kondisi tapak
Pekerjaan pemasangan tugu patok dasar (patok ukur) dan papan ukur (bouwplank)
Pekerjaan pembentukan muka lahan dan bangunan
Pekerjaan galian, pengurugan, pemadatan dan perataan tanah
Pekerjaan penataan kembali
2. Persyaratan Pelaksanaan
Sebelum pelaksanaan pekerjaan ini, Kontraktor harus mempelajari dengan seksama
Gambar kerja, Kontraktor harus sudah memperhitungkan segala kondisi di lapangan.
Pasal 2
PEMBERSIHAN SEBELUM PELAKSANAAN
Pasal 3
PENGUKURAN TAPAK DAN PENENTUAN PEIL ± 0.00
Pasal 4
PEMASANGAN PATOK UKUR DAN PAPAN BANGUNAN (BOUWPLANK)
1. PATOK UKUR
a. Patok ukur dibuat dari beton bertulang secukupnya, berpenampang 15 x 15 cm,
tertancap kuat ke dalam tanah sedalam 100 cm dengan bagian yang muncul di
atas muka tanah cukup untuk memberikan indikasi ± 0.00 sesuai Gambar kerja dan di
atasnya ditambahkan pipa besi untuk membantu patokan ketinggian di atas peil ± 0.00.
b. Indikasi selanjutnya selain tersebut di atas agar dibantu pada patok ukur sesuai
petunjuk Direksi/Konsultan Pengawas.
c. Pada dasarnya patok ukur ini dibutuhkan sebagai patokan ketinggian atau peil
permukaan yang ada dan tercantum dalam Gambar kerja.
d. Jumlah patok ukur yang harus dibuat oleh Kontraktor minimal 2 (dua) buah, dan
lokasi penanamannya sesuai petunjuk dan persetujuan Direksi/Konsultan Pengawas,
sedemikian rupa sehingga tidak mengganggu atau terganggu selama pelaksanaan
pembangunan berlangsung.
e. Patok ukur adalah permanen, tidak dapat diubah, harus diberi tanda yang jelas, dan
dijaga keutuhannya sarnpai pelaksanaan pembangunan selesai dan ada instruksi dari
Direksi/Konsultan Pengawas untuk dibongkar.
Pasal 5
PEKERJAAN PEMBENTUKAN MUKA LAHAN
Pekerjaan pembentukan muka lahan meliputi pekerjaan Cut & Fill dengan alat berat agar
permukaan tanah sesuai dengan gambar Grading Plan. Bilamana tinggi permukaan rencana
lebih rendah dari permukaan tanah asli sebagaimana tertera dalam gambar maka di daerah itu
dinyatakan galian (Cut). Pekerjaan Fill meliputi seluruh pelaksanaan penimbunan dengan
penempatan dan pemadatan bahan-bahan yang disetujui pada tempat-tempat seperti
ditunjukkan dalam Gambar Kerja dan atau sesuai petunjuk Pengawas Lapangan.
3. Pekerjaan Fill
a. Kontraktor tidak diijinkan melanjutkan pekerjaan bila garis dan elevasi belum ditetapkan.
b. Daerah timbunan dan atau urugan harus menggunakan bahan-bahan yang disetujui
Pengawas Lapangan.
c. Sebelum menempatkan bahan timbunan, lahan yang telah dikupas harus digilas sampai
tercapai kepadatan tanah yang diinginkan. Bahan-bahan yang tidak diinginkan harus
disingkirkan dan diganti dengan bahan yang disetujui. Bahan timbunan ditempatkan
secara horizontal lapis demi lapis dan setiap lapis lepas memiliki ketebalan maksimal 20
cm dan setiap lapisnya harus dipadatkan dengan baik.
d. Permukaan timbunan harus landai ke arah saluran/parit. Muka tanah harus landai
menjauhi puncak timbunan untuk mengurangi erosi.
e. Kemiringan timbunan harus 1,5 (horizontal) berbanding 1 (vertikal) atau lebih landai.
f. Semua tanah berumput, rumput dan tanaman yang rusak/busuk harus disingkirkan
dari bagian atas permukaan tanah dan 15 cm bagian atas permukaan tanah harus
dipadatkan sampai 80% - 90% kepadatan kering (standar proctor).
g. Pekerjaan tanah dan pemadatan harus dibatasi pada daerah tertentu selama
berlangsungnya pengujian, sesuai petunjuk Pengawas Lapangan.
6. Setiap pekerjaan Kontraktor yang bertentangan dengan Gambar Kerja, Spesifikasi Teknis atau
petunjuk Pengawas Lapangan, atau setiap pekerjaan tambahan yang dikerjakan tanpa
sepengetahuan Pengawas Lapangan, akan ditolak dan harus diganti, dan biaya sepenuhnya
menjadi tanggung jawab Kontraktor.
7. Pengawas Lapangan dapat mengubah ketebalan setiap lapisan, karena peralatan, bahan atau
kondisi lainnya, yang menurut pendapatnya penting untuk menjamin diperolehnya tingkat
pemadatan yang diinginkan. Semua urugan harus ditempatkan mendatar bertingkat. Bila
urugan akan ditempatkan di atas permukaan miring, permukaan tersebut harus dibuat
bertanggul sehingga permukaan yang miring dapat dihindarkan.
8. Bilamana timbunan akan dilaksanakan pada sisi bukit atau lereng, lereng yang ada
dilonggarkan dengan bajak sampai kedalaman tidak kurang dari 10 cm untuk memastikan
ikatan yang baik antara timbunan dengan pondasi timbunan yang telah ada. Bahan yang telah
dilonggarkan tersebut harus digunakan berbarengan dengan lapisan pertama bahan
timbunan yang akan ditempatkan.
9. Bilamana timbunan yang telah ada akan dilebarkan atau disertakan ke dalam
timbunan yang baru, lereng-lereng timbunan yang ada harus dilonggarkan dengan bajak
sampai kedalaman 10 cm, atau bila tidak memungkinkan, tangga-tangga pada sisi-sisi
horizontal dan vertical dan diselangkan pada lereng yang ada sampai kedalaman tidak lebih
20 cm dan timbunan dibentuk lapis demi lapis seperti ditentukan/disyaratkan sampai
mencapai elevasi landasan pondasi lama sebelum ketinggiannya bertambah.
10. Kecuali ditentukan lain dalam Gambar Kerja, dimana permukaan tanah akan ditutup
ditimbun dengan bahan tidak kurang dari 30 cm, permukaan tanah lama harus dipadatkan
13. Pemadatan
a. Pemadatan harus dikerjakan sampai mencapai kepadatan yang sebanding dengan
kepadatan bahan disebelahnya.
b. Kontraktor harus menyediakan alat-alat yang dibutuhkan daiam pekerjaan pemadatan.
c. Pemadatan dengan air yang berlebihan tidak diijinkan sama sekali.
d. Bila pemadatan tidak memenuhi ketentuan, perbaikan harus dilaksanakan sampai nilai
kepadatan yang ditentukan tercapai.
e. Bahan timbunan di atas lapisan yang pemadatannya tidak memenuhi ketentuan harus
dibongkar dan harus dipadatkan kembali sesuai petunjuk Pengawas lapangan.
14. Pemeriksaan
a. Semua bahan dan setiap bagian atau detail pekerjaan harus diperiksa dan disetujui
Pengawas Lapangan.
b. Pengawas Lapangan harus diberi kemudahan untuk memeriksa setiap pekerjaan dan
Kontraktor wajib menyediakan informasi dan detail yang dibutuhkan untuk melengkapi
pemeriksaan.
c. Pekerjaan ini dapat dianggap selesai bila mendapat persetujuan Konsultan
Pengawas.
Pasal 6
PEKERJAAN GALIAN, PENGURUGAN DAN PEMADATAN
1. Pekerjaan Galian
a. Pekerjaan galian tanah adalah pekerjaan pembuatan lubang/galian di tanah yang
diperlukan untuk :
Pondasi
Saluran dan Trench.
Galian lain seperti yang ditunjukkan dalam Gambar kerja dan atau oleh
Pengawas.
b. Pekerjaan galian ini baru boleh dilaksanakan setelah papan Patok Ukur terpasang
lengkap dengan penandaan sumbu, ketinggian dan bentuk telah diperiksa disetujui
oleh Pengawas.
BAB III
SYAR
YARAT-SYARAT TEKNIS PEKERJ
ERJAAN
AAN STRUKTUR
Pasal 1
PEKERJAAN BETON STRUKTUR
1. Persyaratan Mutu.
a. Beton Site Mix
Beton yang diperlukan untuk seluruh struktur bangunan ini harus mempunyai mutu
2) Adukan Beton.
Adukan Beton yang dipergunakan untuk seluruh pelat Iantai KM/WC, dak beton dan
balok dapat menggunakan beton konvensional (site-mix) yang mix design-nya
sebelumnya sudah mendapat persetujuan Konsultan Pengawas.
3) Lantai Kerja.
Lantai kerja adalah Mutu beton beton mutu f’c = 7,4 MPa, slump (3-6) cm, w/c = 0,87
Lantai kerja adalah beton rabat dengan campuran 1PC : 3 PS : 5 KR.
b. Cetakan (Bekisting)
1) Bekisting untuk seluruh struktur bangunan ini memakai multiplex tebal
minimum 9 mm. Bekisting dari multiplex tersebut harus diperkuat dengan rangka
kayu rneranti ukuran 5/7, untuk mendapatkan kekuatan dan kekuatan yang
sempurna, atau dari bahan lain yang disetujui oleh Konsultan Pengawas.
2) Stegger cetakan / bekisting harus dan pipa-pipa besi standar pabrik atau kayu /
dolken dan sama sekali tidak diperkenankan memakai bambu.
d. Bonding Agent
Dipergunakan pada elemen-elemen beton yang disambungkan / dicor secara terputus,
untuk mendapatkan sistem struktur yang kokoh sesuai dengan desain dan perhitungannya.
Bonding Agent yang digunakan adalah Calbond atau setara dicampur dengan air dan
semen. Cara pemakaiannya harus sesuai petunjuk pabrik.
e. Admixture
Admixture dipergunakan apabila keadaan memaksa untuk mempercepat pengerasan beton.
Bahan admixture yang dipakai adaiah SIKAMENT 520 merk Sika atau yang setara, dengan
takaran 0.8 % dari berat semen. Takaran yang lain dapat digunakan untuk kekuatan
maksimal dengan persetujuan dan Konsultan Pengawas.
f Joint Sealant
Joint sealant dipergunakan untuk pembatas sambungan (dilatasi) antar bangunan. Bahan
joint sealant yang dipakai adalah setara dengan merek becombiflex. Penggunaan bahan
tersebut harus mendapat persetujuan dari Konsultan PENGAWAS dan Direksi.
2) Pemeriksaan
Konsultan Pengawas dapat memeriksa semen yang disimpan dalam gudang pada setiap
waktu sebelum dipergunakan. Kontraktor harus bersedia untuk memberi bantuan yang
dibutuhkan oleh Konsultan Pengawas untuk pengambilan contoh- contoh tersebut. Semen
yang tidak memuaskan tersebut telah dipergunakan atau diafkir. Jika semen yang
dinyatakan tidak memuaskan tersebut telah dipergunakan untuk beton, maka Konsultan
Pengawas dapat memerintahkan untuk membongkar beton tersebut dan diganti dengan
memakai semen yang telah disetujui atas beban Kontraktor. Kontraktor harus menyediakan
semua sernen-semen dan beton yang dibutuhkan untuk pemeriksaan atas biaya Kontraktor.
3) Tempat Penyimpanan
a) Kontraktor harus menyediakan tempat penyimpanan yang sesuai untuk semen, dan
setiap saat harus terlindung dengan cermat terhadap kelembaban udara. Tempat
penyimpanan tersebut juga harus sedemikian rupa agar memudahkan waktu
pengambilan.
b) Gudang penyimpanan harus berlantai kuat dibuat dengan jarak minimal 30 cm dari
tanah, harus cukup besar untuk dapat memuat semen dalam jumlah cukup besar
sehingga kelambatan atau kemacetan datam pekerjaan dapat dicegah dan harus
mempunyai ruang lantai yang cukup untuk menyimpan tiap muatan truck semen
secara terpisah-pisah dan menyediakan jaian yang rnudah untuk mengambil
contoh, menghitung sak sak dan mernindahkannya. Semen dalam sak tidak boleh
ditumpuk lebih tinggi dari 2 meter.
c) Untuk mencegah semen dalam sak disimpan terlalu lama sesudah penerimaan,
Kontraktor hendaknya mempergunakan semen menurut urutan kronologis yang
diterima ditempat pekerjaan. Tiap kiriman semen harus disimpan sedemikian
sehingga mudah dibedakan dari kiriman lainnya. Semua sak kosong harus
disimpan dengan rapi dandiberi tanda yang teiah disetujui oleh Konsultan Pengawas.
d) Timbangan-timbangan yang baik dan teliti harus diadakan oleh Kontraktor untuk
menimbang semen didalam gudang dan dilokasiserta harus dilengkapi segala
timbangan untuk keperluan penyelidikan.
e) Kontraktor harus menyediakan penjaga yang cakap, untuk mengawasi gudang-
udang semen dan mengadakan catatan-catatan yang cocok dari penerimaan dan
pernakaian semen seluruhnya.
f) Tembusan dari catatan-catatan harus disediakan untuk Pengawas/ Direksi bila
dikehendakinya, jumlah dari semen yang digunakan selama hari itu di tiap bagian
pekerjaan.
3) Kontraktor diminta untuk menanggung sendiri segala biaya untuk pengolahan kembali
pasir dan kerikil yang Kotor karena timbunan yang tidak sempurna dan lalai
dalam pencegahan yang cukup. Pasir dan kerikil tidak boleh dipindah-pindah dari
timbunan, kecuali bila diperiukan untuk meratakan pengiriman bahan berikutnya.
4) Bahan Pasir
a. jenis pasir yang dipakai untuk pekerjaan pembangunan ini adalah pasir alam
yaitu pasir yang dihasilkan dari sungai atau pasir alam lain yang di dapat dengan
persetujuan Pengawas / Direksi.
6) Bahan Air
Air yang dipakai untuk semua pekerjaan beton, spesi / mortar dan injeksi harus bebas
dari jamur, lumpur, minyak, asam bahan organik basah, garam dan kotoran-kotoran
lainnya dalam jumlah yang dapat merusak. Air tersebut harus diuji di Laboratorium
pengujian yang ditetapkan oleh Konsulan Pengawas untuk menetapkan sesuai tidaknya
dengan ketentuan-ketentuan yang ada di dalam PBI-1971 untuk bahan campuran beton.
d. Baja Tulangan
1) Baja tulangan beton harus dibengkok/dibentuk dengan teliti sesuai dengan bentuk
dan ukuran-ukuran yang tertera pada gambar-gambar konstruksi.
Baja tulangan beton tidak boleh diluruskan atau dibengkokkan kembali dengan cara
yang dapat merusak bahannya. Batang dengan bengkokan yang tidak ditunjukkan
daiam gambar tidak boleh dipakai. Semua batang harus dibengkokkan dalam
keadaan dingin, pemanasan dari besi beton hanya dapat diperkenankan bila seluruh
cara pengerjaan disetujui oleh Konsultan Pengawas.
2) Besi beton harus dipasang dengan teliti sesuai dengan gambar rencana. Untuk
menempatkan tulangan tetap tepat ditempatnya maka tulangan harus diikat kuat
dengan kawat beton (binddraat) dengan bantalan blok-blok beton cetak (beton
decking) ataukursi-kursi besi / cakar ayam perenggang. Dalam segala al untuk besi
beton yang nor zontalharus digunakan penunjang yang tepat, sehingga tidak ada
batang yang turun.
3) Jarak bersih terkecil antara batang yang parallel apabila tidak ditentukan dalam
gambar rencana, minimal harus 1,2 kali ukuran terbesar dari agregat kasar dan
harus memberikan kesempatan masuknya alat penggetar beton.
4) Pada dasarnya jumlah luas tulangan harus sesuai dengan gambar dan
perhitungan. Apabila dipakai dimensi tulangan yang berbeda dengan gambar, maka
yang menentukan adalah luas tulangan, dalam hal ini kontraktor diwajibkan
meminta persetujuan terlebih dahulu dari Konsultan Pengawas.
5) Selimut Beton Penempatan besi beton di dalam cetakan tidak boleh menyinggung
dinding atau dasar cetakan, serta harus mempunyai jarak tetap untuk setiap bagian-
bagian konstruksi. Apabila tidak ditentukan di dalam gambar rencana, maka tebal
selimut beton untuk satu sisi pada masing-masing konstruksi adalah sebagai berikut:
Kepala tiang (Poer), untuk sisi bawah 10 cm untuk sisi lainnya 5 cm.
Balok sloof = 4 cm
Kolom = 3 cm
Balok = 2,5 cm
e. Rencana Cetakan
1. Cetakan harus sesuai dengan bentuk, dan ukuran yang ditentukan dalam gambar
rencana. Bahan yang dipakai untuk cetakan harus mendapatkan persetujuan dari
Konsultan Pengawas sebelum pembuatan cetakan dimulai, tetapi persetujuan yang
demikian tidak akan mengurangi tanggung jawab Kontraktor terhadap keserasian
bentuk maupun terhadap perlunya perbaikan kerusakan-kerusakan, yang mungkin
timbul waktu pemakaian.
2. Sewaktu-waktu Konsultan Pengawas dapat meng-afkir sesuatu bagian dari bentuk
yang tidak dapat diterima dalam segi apapun dan Kontraktor harus dengan segera
mengambil bentuk yang di-afkir dan menggantinya atas bebannya sendiri.
3. Konstruksi Cetakan
a. Semua cetakan harus betul-betul teliti, kuat dan aman pada kedudukannya
f. Perlengkapan Mengaduk
Kontraktor harus menyediakan peralatan dan perlengkapan yang mempunyai ketelitian
cukup untuk menetapkan dan mengavvasi jumlah dari masing-masing bahan beton.
perlengkapan-perlengkapan tersebut dan cara pengerjaannya selalu mendapatkan
persetujuan Konsultan Pengawas.
g. Mengaduk
1. Bahan-bahan pembentuk beton harus. dicampur dan diaduk dalam rnesin
pengaduk beton yaitu 'batch mixer'. Konsultan Pengawas berwenang untuk
menambah waktu pengadukan jika pemasukan bahan dan cara pengadukan gagal
untuk mendapatkan hasil adukan dengan susunan kekentalan dan warna yang
merata / seragam dalam komposisi dan konsistensi dari adukan keadukan, kecuali
bila diminta adanya perubahan dalam komposisi atau konsistensi. Air harus dituang
lebih dahulu selama pekerjaan penyempurnaan.
2. Tidak diperkenankan melakukan pengadukan beton yang berlebih- lebihan (lamanya)
yang membutuhkan penambahan untuk mendapatkan konsistensi beton yang
dikehendaki. Mesin pengaduk yang memproduksi hasil yang tidak memuaskan harus
diperbaiki. Mesin pengaduk yang disentralistir, (batching mixing plant) harus
diatur sedemikian, hingga pekerjaan pengaduk dapat diawasi dengan mudah dari
stasiun operator. Mesin pengaduk tidak boleh dipakai melebihi dari kapasitas yang
telah ditentukan. Setiap mesin pengaduk harus diperlengkapi dengan alat
mekanis untuk mengatur waktu dan menghitung jumlah adukan.
h. Suhu
Suhu beton sewaktu dituang tidak boleh lebih dari 32° C dan tidak kurang dari 4,5° C.
Biia suhu dari beton yang dituang berada antara 27° C dan 32° C, beton harus diaduk di
tempat pekerjaan untuk kemudian langsung dicor. Bila beton dicor pada waktu iklim
sedemikian rupa sehingga suhu dari beton meiebihi 32° C, sebagai yang ditetapkan
oleh Konsultan Pengawas, Kontraktor harus mengambil langkah-langkah yang efektif,
umpamanya mendinginkan agregat menyampur dengan es dan mengecor pada waktu
malam hari bila perlu untuk mempertahankan sLhu beton, waktu dicor pada suhu di atas
32° C.
i. Pengangkutan Beton
Cara-cara dan aiat-alat yang digunakan untuk pengangkutan beton harus sedemikian rupa
sehingga beton dengan komposisi dan kekentalan yang diinginkan dapat dibawa
ketempat pekerjaan, tanpa adanya pemisahan dan kehilangan bahan yang menyebabkan
perubahan nilai slump.
j. Pengecoran
1. Beton tidak boleh dicor sebelum semua pekerjaan cetakan, ukuran dan letak baja
tuiangan beton sesuai dengan gambar pelaksanaan, pemasangan sparing-sparing
instalasi, penyokong, pengikatan dan lain- lainnya selesai dikerjakan. Sebeium
pengecoran dimulai permukaan- permukaan yang berhubungan dengan pengecoran
harus sudah disetujui oleh Konsultan Pengawas.
2. Segera sebelum pengecoran beton, semua permukaan pada tempat pengecoran beton
(cetakan)harus bersih dari air yang tergenang, reruntuhan atau bahan lepas.
I. Perawatan (Curing)
1. Semua beton harus dirawat (cured) dengan a i r seperti ditentukan di bawah
ini atau disemprot dengan Curing Agent ANTISOLS merek SIKA. Konsultan
Pengawas berhak menentukan cara perawatan bagaimana yang harus digunakan
pada bagian-bagian pekerjaan.
2. Permukaan beton yang terbuka harus dilindungi terhadap sinar matahari yang
langsung minimal selama 3 hari sesudah pengecoran. Perlindungan semacam itu
dilakukan dengan menutupi permukaan beton dengan deklit atau karung
bekas yang dibasahi dan harus dilaksanakan segerasetelah pengecoran dilaksanakan.
3 Perawatan beton seteiah tiga hari, yaitu dengan melakukan penggenangan
dengan air pada permukaan beton paling sedikit selama 14 hari terus menerus.
Perawatan semacam ini bisa dilakukan dengan penyiraman secara mekanis atau
dengan pipa yang berlubang-lubang atau dengan cara lain yang disetujui
Konsultan Pengawas sehingga selama masa tersebut permukaan beton selalu
dalam keadaan basah. Air yang digunakan dalam perawatan (curing) harus
nnenenuhi persyaratan spesifikasi air untuk campuran beton.
m. Perlindungan (Protection)
Kontraktor harus melindungi semua beton terhadap kerusakan -kerusakan ebelum
penerimaan terakhir oleh Konsultan Pengawas.
Pasal 2
1. Lingkup Pekerjaan
Menyediakan tenaga kerja, material, peralatan dan transportasi yang diperlukan untuk
menyelesaikan semua pondasi lajur beton, dan sloof beton seperti yang tercantum pada
gambar rencana, atau yang tersebut dalam spesifikasi, maupun pada keduanya.
2. Persyaratan Umum
a. Bekisting / cetakan harus dipasang dengan kuat dan pada posisi sesuai dengan gambar
Pelaksanaan untuk pondasi. Dianjurkan untuk memakai cetakan dari pasangan batako,
untuk cetakan struktur di bawah tanah.
b. Bawah sloof dan bagian-bagian bawah pondasi telapak yang terletak langsung pada tanah
harus dibuat terlebih dahulu lapisan lantai kerja dari rabat beton setebal 5 cm, dan
pasir urug padat setebal 10 cm, sesuai dengan gambar peiaksanaan.
c. Pada balok sloof harus dipasang stek-stek untuk kolom-kolom praktis yang
letaknya sesuai deng^n gambar Pelaksanaan (dokumen lelanq).
d. Pelaksanaan pekerjaan beton selengkapnya harus mengikuti uraian pasal 1 di atas
Persyaratan Pengejaan Beton).
e. Beton Tumbuk / Rabat Beton dan Pasir Urug Padat.
1) Pelaksanaan beton tumbuk / rabat beton seperti tercantum didalam gambar harus
memenuhi syarat campuran 1 pc : 3ps : 5 kr.
2) Di bawah beton tumbuk ini harus diberi pasir urug yang dipadatkan setebai
10 cm, yang dihamparkan di atas tanah yang telah dipadatkan sesuai dengan
persyaratan pemadatan.
f. Pola dan lokasi harus sesuai dengan gambar Pelaksanaan dan detail-detail yang ada.
g. Sebelum pengecoran dimulai, tarnpat-tempat yang akan dicor harus dibersihkan dulu dari
kotora-kotoran dan rnaterial-material yang bisa mengakibatkan erkurangnya kekuatan
beton.
PASAL 3
PEKERJAAN BEKISTING
3.1 UMUM
A. Perencanaan dan pelaksanaan pekerjaan bekisting harus memenuhi syarat-
syarat PBI 1971 N. I-2 dan Recommended Practice for Concrete Formwork ACI
347-68.
B. Pekerjaan bekisting meliputi semua bagian bekisting dan perancahnya baik yang
sementara maupun permanen yang diperlukan untuk dapat membentuk suatu
konstruksi bekisting yang baik, seperti bentuk, kelurusan, elevasi dan posisinya
serta memenuhi toleransi yang dipersyaratkan.
C. Bekisting harus dipergunakan bilamana diperlukan untuk mengikat dan membentuk
beton sesuai dengan ukuran yang dipersyaratkan. Bekisting harus mempunyai cukup
kekuatan untuk menahan tekanan yang terjadi pada waktu pengecoran dan juga harus
cukup kaku untuk menjaga ukuran beton dalam toleransi yang diijinkan. Bekisting
harus diperkuat dengan cukup pengaku dalam arah melintang, memanjang dan
dalam bidang mendatar.
D. Irisan tanah tidak boleh dipergunakan sebagai bekisting untuk permukaan
vertikal kecuali dengan persetujuan Direksi/Pimpro.
E. Sebelum pengecoran beton dimulai, Direksi/Pimpro akan memeriksa dan
menyetujui secara tertulis semua pekerjaan perencanaan dan pelaksanaan
bekisting. Persetujuan mana tidak berarti kontraktor utama bebas atau terlepas dari
tanggung jawab atas pekerjaannya.
F. Bekisting dan perancahnya harus direncanakan sedemikian rupa sehingga dapat
B. Bekisting harus direncanakan untuk dapat memikul beban - beban vertikal dan
lateral serta beban bergerak di atasnya seperti yang ditentukan pada
Recommended Practicce for Concrete Formwork ACI 347-68, termasuk pula
peninjauan terhadap beban angin, kekuatan ijin, dsb. yang diatur oleh Peraturan
Pemerintah Daerah setempat.
E. Agar dapat memenuhi toleransi yang diperlukan, bekisting dapat dibuat sedikit
melengkung ke atas (lawan lendutan) untuk mengantisipasi terjadinya lendutan pada
saat beton mengeras.
F. Pada perancah harus dipersiapkan alat-alat untuk penyetelan (wedges atau jacks)
dan semua penurunan yang terjadi harus diperbaiki/diangkat selama pengecoran.
Bekisting harus diberi pengaku yang cukup terhadap refleksi lateral.
G. Bukaan sementara harus diberikan pada dasar bekisting kolom, dinding beton dan
pada titik-titik lain yang diperlukan untuk pembersihan dan pemeriksaan sebelum
beton dicor.
I. Pasa sambungan pengecoran, permukaan kontak bekisting untuk beton ekspose tidak
boleh overlap dengan beton yang dicor sebelumnya lebih dari 25 mm. Bekisting
harus dipegang terhadap pengecoran terdahulu untuk mencegah hilangnya mortar
pada sambungan pengecoran dan untuk memperoleh permukaan yang diinginkan.
M. Jalan untuk fasilitas lalu lintas alat pengecoran harus disediakan dengan papan
penopang berikut kaki-kakinya yang diletakkan langsung di atas bekisting atau bagian
3.3 TOLERANSI
A. Kecuali ditentukan lain oleh Direksi/Pimpro, bekisting harus dibuat sedemikian
sehingga permukaan beton akan mengikuti batas-batas toleransi pada tabel 4.1
dibawah ini.
3. Toleransi keseluruhan garis bangunan dari posisi yang ada dalam plan, posisi
kolom, dinding dan partisi yang berhubungan :
Untuk tiap bentang ... 12 mm
Untuk tiap panjang 6 m ... 12 mm
Maksimum untuk panjang keseluruhan ... 25 mm
4. Toleransi ukuran dan lokasi lubang, bukan pada lantai dan dinding + 5 mm
5. Toleransi ukuran penampang kolom dan balok, serta ketebalan plat dan
dinding : Minus ... 5 mm Plus ... 12 mm
B. Kontraktor utama harus mengusahakan dan memelihara dalam jumlah yang cukup
titik kontrol dan bench mark yang digunakan sebagai referensi untuk pengecekan
C. Disamping toleransi yang ditetapkan dalam Tabel 3.1 diatas, tidak boleh ada
bagian bangunan yang dibuat diluar batas proyek yang ada.
D. Toleransi yang diijinkan terhadap kelurusan vertikal dan garis bangunan yang
direncanakan untuk bagian-bagian ari bangunan harus mendapat persertujuan
Direksi/Pimpro.
B. Bagian atas bekisting beton yang miring dapat dilepas setelah beton cukup kaku dan
tidak akan melendut. Jika diperlukan perbaikan atau perlakuan pada pemukaan
beton harus segera dilakukan dan diikuti dengan perawatan beton yang dispesifikasi.
C. Bekisting kayu untuk bukaan dinding harus segera dilepas sesudah beton cukup keras
sehingga tidak rusak pada saat pembongkaran bekisting.
D. Bekisting kolom, dinding, sisi balokdan bagian lain yang tidak menahan berat beton
dapat segera dilepas sesudah beton cukup keras sehingga tidak rusak pada saat
pembongkaran bekisting.
E. Bekisting dan perancah yang digunakan untuk memikul berat beton balok, plat dan
bagian konstruksi lainnya baru boleh dilepas setelah beton mencapai kekuatan minimum
75% dari kekuatan beton yang dipersyaratkan.
F. Pembongkaran bekisting harus mengikuti ketentuan yang tercantum dalam PBI 1971
N.I-2 pasal 5.8, tetapi tidak boleh kurang dari :
- Sisi balok, dinding dan kolom (unloaded)... 24 hari
- Pelat (prop left in place ) ... 3 jam
- Sisi bawah balok (prop left in place) ... 7 hari
- Penyangga plat antara balok ... 7 hari
- Penyangga balok ... 14 hari
- Penyangga kantilever ... 28 hari
G. Jika perancah diatur sedemikian sehingga bekisting permukaan yang tidak memikul
beban dapat dilepas tanpa mengganggu perancahnya, bekisting tersebut dapat dilepas
lebih awal dengan persetujuan Direksi/CM.
H. Pada saat bekisting dilepas, tidak boleh terjadi lendutan atau distorsi yang besar
maupun kerusakan pada beton, baik karena pembongkaran penyangga maupun karena
proses pelepasan bekisting.
B. Papan kayu yang dipakai tidak boleh mempunyai ketebalan kurang dari 25 mm.
Tebal plywood tidak boleh kurang dari 9 mm, cetakan baja terbuat dari baja lembaran
dengan rangka yang sesuai dan diperkuat dengan baja siku, baja T, dan/atau flat.
C. Minyak atau bahan release agent untuk cetakan harus dari bahan yang tidak
merugikan untuk bahan finishing yang akan dipasang maupun beton dengan fair faced
finished. Bahan pelepas (release agent) harus dipakai secara teliti sesuai dengan
instruksi pemakaian dari pabrik dan tidak boleh mengenai besi tulangan, tendon
pratekan dan angkurnya.
D. Perancah dapat dibuat dari kayu, baja tubular, atau baja bulat.
E. Untuk konstruksi berat, utnuk menyangga perancah mungkin diperlukan pondasi beton
atau pondasi tiang sementara.
Pasal 5
PEKERJAAN STRUKTUR BAJA DAN BAJA RINGAN
1. Lingkup Pekerjaan
Yang termasuk pekerjaan struktur baja adalah seluruh pekerjaan baja sesuai dengan gambar-
gambar peiaksanaan, termasuk di dalamnya tapi tidak terbatas pada :
a. Pekerjaan pengadaan dari semua peralatan, perlengkapan, tenaga serta bahan-
bahan seperti pelat, profiI, bant, angker dan Lain-Lain menurut kebutuhan
sesuai dengan gambar kerja dan persyaratan-persyaratan teknispelaksanaan.
3. Persyaratan Bahan
a. Mutu baja yang digunakan untuk konstruksi (bila ada) adalah Baja Bj-37.
b. Seluruh profil baja yang digunakan sesuai dengan persyaratan bahan dan harus
mendapat persetujuan Konsultan Pengawas / Direksi dan dilampiri sertifikat dari
pabrik pembuat profil baja tersebut.
b. Elektroda las yang digunakan sesuai dengan persyaratan bahan dan harus mendapat
persetujuan Konsultan Pengawas, harus disimpan pada tempat terlindung yang
menjamin komposisi dan sifat-sifat lain dan bahan elektroda tersebut.
c. Semua bahan konstruksi baja yang dipergunakan harus memenuhi persyaratan
Peraturan Umum Bahan Bangunan (PUBB 1982) dan harus memenuhi standard
ASTM A - 36.
d. Bahan-bahan yang dipakai untuk pekerjaan baja harusdiperoleh dari
Supplier/ Distributor yang terkenal dan disetujui Konsultan Pengawas.
e. Semua bahan-bahan harus lurus, tidak cacat dan tidak ada karatnya.
f. Penampang-penampang (profil) yang tepat, bentuk, tebal, ukuran, berat dan detail-
detail konstruksi yang ditunjukkan pada gambar harus disediakan.
4. Persyaratan Teknis
a. Kontraktor wajib meneliti kebenaran dan bertanggung jawab terhadap semua
ukuran-ukuran yang tercantum pada gambar kerja.
b. Kontraktor wajib membuat shop drawing untuk meiengkapi gambar detai l /
sambungan dari bagian-bagian konstruksi baja yang tidak/ belum tercantum dalam
gambar kerja, untuk mendapatkan persetujuan Konsultan Pengawas sebelum memulai
pekerjaan tersebut.
c. Perubahan bahan atau detail terhubung alasan-alasan tertentu harus diajukan dan
iusulkan pada Konsultan Pengawas untuk mendapat persetujuan.
d. Semua perubahan-perubahan yang disetujui dapat dilaksanakan tanpa ada biaya
tambahan yang mempengaruhi kontrak.
e. Kontraktor bertanggung jawab terhadap semua kesalahan-kesalahan detailing,
fabrikasi dan ketepatan penyeteian / pemasangan semua bagian bagian konstruksi baja.
f. Seluruh pekerjaan struktur baja harus difabrikasi di Workshop sehingga
hanya pekerjaan perakitan yang dikerjakan di lapangan.
g. Semua rivet dan baut baik yang dikerjakan di workshop rnaupun dilapangan harus
selalu memberikan kekuatan yang sebenarnya dan masuk tepat pada, lubang rivet
atau baut tersebut.
h. Pekerjaan perubahan dan pekerjaan tambahan dilapangan pada waktu pemasangan yang
diakibatkan atau diganti oleh kurang teliti atau kelalaian kontraktor, harus dilaksanakan
atas biaya kontraktor.
i. Kekurang tepatan pemasangan karena hasil fabrikasi harus dibetulkan, diperbaiki
atau diganti dengan yang baru dan semua biaya untuk ini harus ditanggung oleh
kontraktor.
j. Kontraktor dapat diminta untuk memberikan surat keterangan tentang pengujian oleh
pabrik (laboratonum) untuk bahan konstruksi baja yang digunakan.
k. Setelah pengujian bahan diiakukan, maka hasil testing tersebut harus diberikan
kepada Konsultan Pengawas untuk mendapat persetujuan terhadap bahan konstruksi baja
tersebut.
l. Pekerjaan baja harus dilaksanakan sesuai dengan keterangan-keteranganyang
tertera dalam gambar, lengkap dengan penyangga-penyangga, alat untuk memasang
5. Persyaratan Pelaksanaan
a. Pengelasan
1) Pengelasan harus dikerjakan oleh ahli yang berpengalaman. Pemborong wajib
menyerahkan sertifikat keahlian dari masing-rnasing tukang lasnya. Sertifikat
kelas A untuk tenaga ahli yang mengerjakan bagian- bagian sekunder
konstruksi.
2) Kekuatan bahan las yang dipakai minimal harus sama dengan kekuatan baja
yang dipakai. Bahan las yang dipergunakan dari type E 6010, posisi
pengelasan plat horizontal dan overhead, dan type E 6012 dan E 6013 untuk
posisi pengelasan plat, dan harus dijaga agar supaya dalam keadaan baik dan
kering.
3) Pekerjaan las harus dilakukan dibengke! (pabrik) atau bet sangina dan
dalam keadaan kering. Baja yang sedang dikerjakan harus ditempatkan
sedemikian rupa, sehingga pekerjaan las dapat dilakukan dengan keadaan
baik dan teliti.
4) Pemberhentian las, harus pada tempat yang ditentukan dan harus
dijamin tidak akan berputar atau membengkok.
5) Setelah pengelasan, maka sisa-sisa / kerak-kerak las harus dibuang dan
dibersihkan dengan baik.
6) Semua pengerjaan pengelasan harus dikerjakan dengan rapih dan tanpa
menimbulkan kerusakan-kerusakan pada bahan bajanya.
7) Pengelasan harus menjamin pengaliran yang rata dari cairan elektroda
tersebut.
8) Teknik cara pengelasan yang dipergunakan harus memperlihatkan mutu dan
kualitas dari las yang dikerjakan.
9) Permukaan dari bagian yang akan dilas harus bebas dari kotoran, cat,
minyak, karat dan kotoran dalam ukurankecilpun harus dibersihkan, bahan
yang akan dilas juga harus bersih dari aspal.
10) Peralatan yang dipergunakan untuk mengelas harus memakai type yang sesuai
dengan yang dibutuhkan, sehingga penyambungan dengan las dapat memuaskan.
Mesin las tersebut harus mencapai kapasitas 24 - 40 volt dan 200 - 400
Ampere.
11) Perbaikan las. Bila pekerjaan las ternyata memerlukan perbaikan, maka hal ini
harus dilakukan sebagaimana diperintahkan oleh Konsultan Pengawas, biaya
perbaikan las ini menjadi tanggung jawab Pemborong.
6. Pemasangan
Pemasangan rangka-rangka baja tidak boleh bergeser lebih dari 2 mm dan as-nya. Kemudian
juga elemen-etemen vertical harus tegak lurus dengan bidang permukaan lantai.
a. Kontraktor diwajibkan untuk menjaga supaya bagian-bagian konstruksi yang
bertumpuk dilapangan tetap dalam keadaan baik seperti pada saat pelaksanaan
pembuatan konstruksi tersebut.
b. Kontraktor harus menjaga konstruksi yang bertumpuk dilapangan, agar
jangan rusak karena perubahan cuaca.
c. Memotong dan menyeiesaikan pinggiran-pinggiran bekas irisan dan Lain-lain.
1) Pemotongan-pemotongan baja untuk bahan konstruksi, harus dengaan
mechanical cutting kecuali ditunjukkan lain pada gambar rencana.
2) Bagian-bagian bekas irisan harus benar-benar datar, lurus dan bersih,
sekali-sekali tidak diperbolehkan ada bekas jalur dan Lain-Lain.
3) Bila bekas pernotongan dengan mesin diperoleh pinggiran-
pinggiran bekas irisan, maka bagian-bagian tersebut harus dibuang
sekurang- kurangnya 2,5 mm, kecuali kalau keadaannya sebelum dibuang
setebal 2,5 mm sudah tidak tampak lagi jalur-jalur.
4) Bagian-bagian konstruksi yang berfungsi sebagai pengisi juga perlu dibuang
bekas-bekas potonganh atau kotoran-kotoran lainnya.
d. Menembus, mengebor dan meluaskan lubang.
1. Semua lubang-lubang pada bahan baja harus dibor.
2. Pada keadaan akhir diameter lubang untuk baut yang dibubut dengan
tepat dan sebuah baut hitam yang tepat boleh berbeda masing-masing
sebanyak 0,1 mm dan 0,4 mm dari pada diameter batang baut-baut.
3. Semua lubang-lubang dalam bagian konstruksi yang disambung dan yang
harus dijadikan satu dengan alat penyambung, harus dibor sekaligus sampai
diameter sepenuhnya. Apabila ternyata tidak sesuat, maka perubahan-
perubahan lubang tersebut dibor atau diluaskan dan nenyimpanannya tidak
boleh melebihi 0,5 mm.
4. Semua lubang-lubang harus benar-benar bulat atau sesuai dengan permintaan
gambar rencana terdiri dari siku-siku pada bidang-bidang dan bagian-bagian
konstruksi yang akan disambung.
5. Semua lubang-lubang sebelum pemasangan harus dibersihkan dulu,
mempersiapkan lubang tidak boleh dilakukan dengan besi / sikat kawat atau
besi penggaruk.
Pasal 7
PEKERJAAN RANGKA ATAP BAJA RINGAN
1. Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan ini meliputi pengiriman material ke site, perangkaian (assembling) dan ereksi
(erection), seluruh pekerjaan pemasangan baja ringan seperti tercantum dalam gambar
kerja meliputi :
a. Pekerjaan rangka atap (roof truss)
b. Pekerjaan reng (batten)
c. Pekerjaan jurai dalam (valley gutter)
Persyaratan Bahan
2. Material struktur rangka atap
a. Properti mekanis baja (Steel Mechanical Properti
c. Profil Material :
Rangka Atap
Profil yang digunakan untuk rangka atap adalah profil lip-channel.
1). C75.75 (tinggi profil 75 mm dan tebal dasar baja 0,75 mm), berat 0,97 Kg/M'
Reng (batten)
Profil yang digunakan untuk reng adalah profil top hat ( U terbalik).
1). TS. 41.055 (tinggi profil 41 mm dan tebal dasar baja 0,55 mm), berat 0,66
Kg/M'
b. Kontraktor wajib menyerahkan mill certificate (sertifikat pabrik) dari material baja
yang akan digunakan serta dokumen data-data produk.
4. Persyaratan Pra-Konstruksi
a. Kontraktor wajib meneliti kebenaran clan bertanggung jawab terhadap semua
ukuranukuran yang tercantum dalam gambar Kerja. Pada prinsipnya ukuran pada
gambar kerja adalah ukuran jadi/finish.
b. Setiap bagian yang tidak memenuhi persyaratan yang tertulis disini yang
diakibatkan oleh kurang teliti clan kelalaian kontraktor akan ditolak clan harus diganti
kewajiban yang sama juga berlaku untuk ketidakcocokan kesalahan maupun kekurangan
lain akibat Kontraktor tidak teliti clan cermat dalam koordinasi dengan gambar
pelengkap dari Arsitek, Struktur, Mekanikal, clan Elektrikal. Pekerjaan perubahan
clan pekerjaan tambah dalam hal ini harus dikerjakan atas biaya Kontraktor tidak dapat
diklaim sebagai biaya tambah.
d. Sebaiknya sebanyak mungkin bahan untuk konstruksi baja ringan difabrikasi di workshop,
baik workshop permanen atau workshop sementara. Kontraktor bertanggung jawab atas
semua kesalahan detail, fabrikasi clan ketetapan pemasangan semua komponen struktur
konstruksi baja ringan.
5. Persyaratan Konstruksi
a. Sambungan
Alat penyambung antar elemen rangka atap yang digunakan untuk fabrikasi clan
instalasi adalah baut menakik sendiri (self drilling screw) dengan spesifikasi sebagai
berikut :
1). Kelas Ketahanan Korosi Minimum : Class 2 (Minimum Corrosion Rating)
2). Ukuran baut untuk struktur rangka atap (Truss Fastener) adalah type 12-14x20.
dengan ketentuan sebagai berikut:
Diameter ulir : 12 Gauge (5,5 mm)
Jumlah ulir per inchi (Threads per inch/TPI) : 14 TPI
Panjang : 20 mm
Ukuran kepala baut : 5/16" (8 mm hex. socket)
Material : AISI 1022 Heat treated carbon
steel
Kuat geser rata-rata (Shear, Average) : 8.8 kN
Kuat tarik minimum (Tensile, min) : 15.3 kN
Kuat torsi minimum (Torque, min) : 13.2 kNm
3). Ukuran baut untuk struktur reng (batten fartener) adalah type 10-16x16, dengan
ketentuan sebagai berikut:
Diameter ulir : 10 Gauge (4,87 mm)
Jumlah ulir per inchi (Threads per inch/TPI) : 16 TPI
Panjang : 16 mm
Ukuran kepala baut : 5/16" (8 mm hex. socket)
Material : AISI 1022 Heat treated
carbon steel
Kuat geser rata-rata (Shear, Average) : 6.8 kN
Kuat tarik minimum (Tensile, min) : 11.9 kN
Kuat torsi minimum (Torque, min) : 8.4 kNm
4). Pemasangan jumlah baut harus sesuai dengan detail sambungan pada gambar
b. Pemotongan material
1). Pekerjaan pemotongan material baja ringan harus menggunakan peralatan yang
sesuai, alat potong listrik clan gunting, clan telah ditentukan oleh pabrik.
2). Alat potong harus dalam kondisi baik.
3). Pemotongan material harus mengikuti gambar kerja.
4). Bagian bekas irisan harus benar-benar datar, lurus dan bersih.
Pasal 1
PEKERJAAN ADUKAN DAN CAMPURANNYA
1. Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan yang dimaksud metiputi :
Pekerjaan adukan pasangan batu belah/batu gunung/batu kali
Pekerjaan adukan pasangan bata ringan
Pekerjaan adukan lain seperti tercanturn dalam gambar kerja
2. Persyaratan Bahan
a. Semen;
Sesuai persyaratan dalam BAB III Syarat-syarat Teknis Pekerjaan Struktur.
b. Pasir
Pasir yang digunakan adalah jenis pasir pasang dengan butir-butir yang tajam,
keras, bersih dari tanah dan lumpur yang tidak mengandung bahan-bahan organis.
c. Air
Air yang dipakai harus bebas dari lumpur, minyak, asam, bahan organic, basa, garam dan
kotoran lainnya jumlah yang dapat merusak.
3. Persyaratan Pelaksanaan
a. Campuran dalam adukan yang dimaksud adalah campuran dalam satuan
volume. Cara pembuatannya menggunakan Concrete Mixer selama 3 (tiga) menit.
b. Jenis Adukan
1. Adukan biasa adalah campuran 1PC : 5 PS. Adukan ini untuk pasangan batu bata
serta untuk menutup semua permukaan dinding pasangan bagian dalam bangunan,
yang dinyatakan tidak kedap air seperti tercantum didalam Gambar kerja.
2. Adukan kedap air adalah campuran 1 PC : 3 PS Adukan plesteran ini untuk :
Menutup semua bagian permukaan dinding pasangan pada bagian luar / tepi luar
bangunan. Semua bagian dan keseluruhan permukaan dinding pasangan yang
disyaratkan harus kedap air seperti tercanturn didalam gambar kerja hingga
ketinggian 150 cm dari permukaan lantai.
Semua pasangan bata di bawah permukaan tanah hingga ketinggian
sampai 20 cm dari permukaan lantai, kecuali ditentukan lain dalam
gambar kerja.
c. Semua jenis adukan tersebut di atas harus disiapkan sedemikian rupa sehingga
selalu dalam keadaan masih segar dan belum mongering pada waktu pelaksanaan
pemasangan.
d. Tenggang waktu antara waktu pencampuran adukan dengan pemasangan tidak
melebihi 30 menit, terutama untuk adukan kedap air.
Pasal 16
PEKERJAAN PENGECATAN
1. Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan yang dimaksud meliputi :
a. Pekerjaan Cat Tembok.
Pekerjaan pengecatan permukaan dinding pasangan batu bata ringan, beton yang
ditampakan dan langit-langit. Semua permukaan dinding pasangan batu dan
permukaan beton yang tampak / exposed seperti yang tercantum dalam Gambar kerja.
2. Persyaratan Bahan
a. Cat Tembok.
Eksterior : Jotun JotaShield Extreme atau setara.
Interior : Jotun Majestic atau setara.
b. Cat Logam dan Kayu.
Bahan dari jenis synthetic enamel super gloss kuaiitas utama. Produk Jotun Gardex atau
yang setara.
c. Cat Politur.
Memakai melamik bahan dari produk IMPRA, ULTRAN atau yang setara.
d. Plamur Tembok.
Plamur harus sejenis dengan merk cat yang dipakai, sesuai petunjuk pabriknya.
e. Kontraktor wajib membuktikan keaslian cat dari produk tersebut di atas mengenai kemurnian
cat yang akan dipergunakan. Pembuktian berupa :
a. Segel Kaleng.
b. Test BD.
c. Tes Laboratorium.
d. Hasil Akhir Pengecatan.
Biaya untuk pembuktian ini dibebankan kepada Kontraktor. Hasi! tes kemurnian ini harus
mendapatkan rekomendasi tertulis dari produsen dan diserahkan ke Direksi / Konsultan
Pengawas.
f. Kontraktor harus menyiapkan contoh pengecatan tiap warna dan jenis cat pada bidang-bidang
transparan ukuran 30x30 cm2.
Pada bidang-bidang tersebut harus dicantuPengawasan dengan jenis warna, formula cat,
jumlah lapisan dan jenis lapisan (dari cat dasar sampai dengan iapisan terakhir).
g. Semua bidang contoh tersebut harus disampaikan kepada Direksi Konsultan
Pengawas, untuk disampaikan diteruskan ke Pemberi Tugas, minimal 5 galon tiap
warna dan jenis cat yang dipakai. Kaleng-kaleng cat tersebut harus tertutup rapat dan
mencantuPengawasan dengan identitas yang ada di dalamnya. Cat ini akan dipakai
sebagai cadangan oleh Pemberi Tugas untuk perawatan.
3. Persyaratan Pelaksanaan
a. Lakukan dengan cara yang terbaik yang umum dilakukan kecuali apabila
dispesifikasikan lain. Tebal minimum dari tiap lapisan jadi ("finish") minimum sama
dengan syarat yang dispesifikasikan pabrik. Pengecatan. harus rata, tidak
bertumpuk, tidak bercucuran, atau ada bekas yang menunjukan tanda-tanda sapuan,
roller, maupun semprotan.
b. Apabila dari cat yang dipakai ada yang mengandung bahan dasar beracun,atau
membahayakan keselamatan manusia, maka Kontraktor harus menyediakan
peralatan pelindung, misalnya masker, sarung tangan dan sebagainya, yang harus dipakai
waktu pelaksanaan pekerjaan.
c. Tidak diperkenankan melaksanakan pekerjaan ini dalam keadaan cuaca yang lembab
atau hujan atau daiam keadaan angin berdebu bertiup. Terutama untuk
pelaksanaan di dalam ruangan bagi cat dengan bahan dasar beracun atau
membahayakan manusia, maka dalam ruangan tersebut harus mempunyai ventiiasi yang
cukup atau pergantian udaranya lancar Didalam keadaan tertentu, misalnya untuk
ruangan tertutup. Kontraktor harus memakai kipas angin/fan untuk memperlancar
pergantian / aliran udara.
Lapisan Kedua :
Cat dasar jenis alkali Resisting Primer. Pelaksanaan pekerjaan dengan roller.
Ketebalan lapisan adaiah 25-40 micron atau daya sebar per liter 13-15 M2. Tunggu
selama minimum 24 jam sebelum pelaksanaan peiapisan berikutnya.
2) Lapisan Pertama :
meni Kayu warna merah 1 lapis. Pelaksanaan dengan kuas.
3) Lapisan Kedua :
Dempul ("Wood Filler") sampai lubang-iubang / pori-pori kayu tertutup / terisi
sempurna. Tunggu hingga 7 (tujuh) hari, kemudian bidang yang diplamur diampelas
dengan ampeias besi halus hingga rata permukaan.
4) Lapisan Ketiqa dan Keempat :
2) Lapisan pertama :
Pekerjaan cat primer / dasar dilakukan sebeium komponen Dahan / material logam
terpasang. Cat primer jenis Quick Drying Primer Red Lead. Pelaksanaan pekerjaan
dengan kuas. Tunggu selama minimum 6 jam sebelum pelaksanaan pelapisan
berikutnya.
3) Lapisan Kedua :
Cat dasar jenis undercoat. Pelaksanaan pekerjaan dengan kuas. Tunggu selama
minimum 6 jam sebelum pelaksanaan pelapisan berikutnya.
Pasal 17
PEKERJAAN PENUTUP ATAP
2. Persyaratan Bahan
a. Spesifikasi Bahan.
Jenis : seng gelombang kotak
Warna : Standard atau ditentukan kemudian.
b. Atap seng gelombang harus berkualitas baik, mulus, bentuknya teratur tidak bengkok
atau terpuntir, bentuk, ukuran, dan warna yang digunakan harus sama dan seragam.
c. Kontraktor wajib memberikan contoh bahan untuk diseujui dengan disertai keterangan
tertulis mengenai spesifikasi bahan, detail bentuk, ukuran serta petunjuk cara
pemasangan.
d. Paku yang disyaratkan adalah paku yang digalvanisasi.
Ukuran paku yang digunakan sesuai dengan persyaratan / spesifikasi yang dikeluarkan
oleh pabrik pembuat atap seng gelombang.
3. Persyaratan Pelaksanaan
a. Atap atap seng gelombang harus dipasang menurut keahiian dan sedemikian rupa hingga
benar-benar tersusun rapi dengan segala arah kaitan dan saling menutupnya harus cocok
dan rapat.
b. Jarak antara reng harus disesuaikan dengan atap seng gelombang yang akan dipakai.
c. Atap seng gelombang diletakan di atas reng konstruksi atap baja ringan (roof
batten) dan khusus untuk atap seng gelombang terakhir dipasang pada listplank datar, agar
bidang permukaan atap seng gelombang tetap datar.
d. Atap seng gelombang hanya boleh dipotong pada pinggul dan lembahnya dan harus
sedemikian rupa hingga bagian untuk menempatkan pada kedudukannnya tidak boleh
dibuang. Pemotong atap seng gelombang harus menggunakan alat mesin pemotong. Tidak
diperkenankan memotong atap seng gelombang kearah pinggir atau ujungnya untuk
disesuaikan dengan ukuran atap, tepi atap atau bagian- bagian atap Sainnya.
e. Pada atap seng gelombang nok harus diberi adukan, dan adukan harus kedap air (1PC:3PS)
yang diperkuat dengan kawat kasa ayam, diaci haius dan dicat.
f. Untuk jurai luar diberi adukan kedap air (1PC:3PS) yang diperkuat dengankawat kasa
ayam kemudian ditutup atap seng gelombang khusus, sudah merupakan accessories atap
seng gelombang yang dipakai.
g. Pengakhiran jurai luar dan pertemuan nok dengan jurai harus ditutup dengan atap seng
gelombang penutup yang khusus, sudah merupakan accessories atap seng gelombang yang
dipakai. Untuk jurai dalam / talang harus terbuat dari bahan yang sama dari pabrik yang
memasang rangka atap baja ringan.
h. Bila terdapat pekerjaan penangkal petir, harus diperhatikan jalur dan cara penarikan kabel
serta cara pemasangan klem. Pada jalur tersebut digunakan jenis atap seng gelombang
khusus sesuai standard pabrik.
Pasal 1
PEKERJAAN LAIN LAIN
1. Semua pekerjaan khusus dan pekerjaan lainnya yang belum disampaikan pada RKS ini disesuaikan
dengan gambar kerja dan RAB dan di konsultasikan pada konsultan pengawas, pihak proyek, konsultan
perencana dan pihak lain yang memungkinkan menjawab segala kendala di lapangan.
2. Semua pemasangan bahan dan material khusus dikerjakan oleh tukang/pekerja yang sudah ahli dan
berpengalaman, segala kerusakan dan pekerjaan yang tidak memuaskan dimungkinkan untuk diulang
kembali dan semua merupakan tanggung jawab pihak Pelaksana.
Pasal 2
PEKERJAAN PENYELESAIAN
1. Yang dimaksudkan pekerjaan penyelesaian ini adalah pekerjaan- pekerjaan perbaikan sebelum
serah terima pertama dilaksanakan.
2. Pekerjaan dapat dinyatakan selesai bila telah diadakan pemeriksaan dari Proyek, Pengelola
Teknis, Konsultan Pengawas dan Kontraktor, dengan hasil yang memuaskan.
Pasal 3
PEKERJAAN PENUTUP
1. Meskipun dalam Rencana Kerja dan Syarat-syarat [RKS] ini pada uraian pekerjaan dan uraian bahan-
bahan tidak dinyatakan kata-kata yang harus dipasang oleh Pemborong atau yang harus disediakan
oleh Pemborong, tetapi tidak disebutkan atau diuraikan dalam penjelasan pekerjaan pembangunan
ini, perkataan – perkataan tersebut di atas tetap dianggap ada dan dimuat dalam RKS ini.
2. Pekerjaan yang nyata – nyata menjadi bagian dari pekerjaan pembangunan , tetapi tidak dimuat atau
diuraikan dalam RKS ini, tetap diselenggarakan dan diselesaikan oleh Pemborong, harus
dianggap seakan-akan pekerjaan ini dimuat dan diuraikan kata demi kata pada RKS ini untuk
menuju penyerahan selesai yang lengkap dan sempurna sesuai menurut pertimbangan Direksi.