Anda di halaman 1dari 52

BAB I PENDAHULUAN

Pasal 1
PENJELASAN UMUM

1. PENGERTIAN

a. Pemberi Tugas, adalah DINAS KEPEMUDAAN OLAHRAGA DAN PARIWISATA


Kabupaten Hulu Sungai Tengah yang berkedudukan di Jl. Abdul Muis Redhani No. 03
Telp/Faks (0517) 43037 Barabai.

b. Pekerjaan, adalah Pembangunan Lintasan Lari Lapangan Polres HST

c. Kontraktor/SubKontraktor adalah Perusahaan yang ditugaskan oleh Pemberi Tugas


secara tertulis untuk melaksanakan pekerjaan/bagian pekerjaan.

d. Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS), adalah dokumen tertulis yang diterbitkan oleh
Pemberi Tugas, terdiri-dari syarat-syarat umum, syarat-syarat administratif dan syarat-
syarat teknis, yang memuat penjelasan-penjelasan dan persyaratan untuk pelaksanaan
pekerjaan.

e. Tapak Proyek, adalah lokasi atau tempat yang ditetapkan oleh Pemberi Tugas untuk
Pelaksanaan Pekerjaan.

f. Perjanjian Pelaksanaan Pekerjaan, adalah perjanjian yang dibuat dan ditanda


tangani bersama-sama oleh Pemberi Tugas dan Kontraktor/SubKontraktor yang mengikat
selama jangka waktu pelaksanaan dan pemeliharaan pekerjaan.

g. Prestasi Pekerjaan, adalah suatu nilai perbandingan antara volume pekerjaan yang telah
selesai dilaksanakan di lapangan yang telah ditetapkan berdasarkan dokumen kontrak.

h. Pekerjaan Tambah, adalah pekerjaan yang terjadi pada saat pelaksanaan pekerjaan, di
luar ruang lingkup pekerjaan yang telah ditetapkan berdasarkan dokumen kontrak.

i. Pekerjaan Kurang, adalah pekerjaan atau bagian pekerjaan yang termasuk lingkup tugas
kontraktor yang telah ditetapkan dalam dokumen kontrak namun tidak dilaksanakan
pada saat pekerjaan berlangsung.

j. Rekomendasi, adalah pernyataan tertulis dari Konsultan Pengawas yang membenarkan


bahwa kepada kontraktor dapat dibayarkan angsuran pembayaran sesuai prestasi pekerjaan
yang tercantum dalam Berita Acara Pemeriksaan Pekerjaan.

k. Berita Acara Pemeriksaan Pekerjaan, adalah Berita Acara yang dibuat dan ditanda
tangani bersama-sama oleh kontraktor dan Konsultan Pengawas yang menyatakan
prestasi pekerjaan telah dicapai oleh kontraktor di lapangan.

l. Berita Acara Kemajuan Pekerjaan, adalah berita acara yang dibuat dan ditanda
tangani bersama-sama oleh Pemberi Tugas dan kontraktor yang menyatakan prestasi
pekerjaan yang telah dicapai oleh kontraktor pada suatu tahap tertentu, sehingga
kontraktor berhak menerima pembayaran sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan
dalam perjanjian pelaksanaan pekerjaan.

m. Berita Acara Serah Terima Pertama Pekerjaan, adalah Berita Acara dibuat dan
ditanda tangani bersama-sama oleh pemberi tugas dan kontraktor yang
menyatakan bahwa pekerjaan di lapangan telah selesai seluruhnya dan dengan demikian
pekerjaan dapat diserah terimakan untuk pertama kalinya.

n. Masa Pemeliharaan, adalah jangka waktu antara serah terima pertama pekerjaan dan
serah terima kedua pekerjaan.

RKS Pembangunan Lintasan Lari Lapangan Polres HST -1-


o. Berita Acara Serah Terima Kedua Pekerjaan, adalah Berita Acara yang dibuat dan
ditanda tangani bersama-sama oleh pemberi tugas dan kontraktor, yang
menyatakan bahwa kontraktor telah menyelesaikan kewajibannya selama masa
pemeliharaan dan dengan demikian pekerjaan dapat diserah terimakan untuk kedua
kalinya, sehingga kontraktor dibebaskan dari tanggung jawab atas pemeliharaan pekerjaan.

p. Hari, Bulan, Tahun adalah Hari, Bulan, Tahun kalender.

Pasal 2
LINGKUP PEKERJAAN

1.1. Pekerjaan yang akan dilaksanakan dan perinciannya adalah Pembangunan Lintasan Lari
Lapangan Polres HST dengan lingkup pekerjaan yang mencakup antara lain, serta tidak
terbatas pada : Terlampir pada Dokumen Rencana Anggaran Biaya (RAB)

1.2. Termasuk juga di dalam lingkup pekerjaan ini adalah :


a. Menyediakan tenaga kerja, dan tenaga ahli yang memadai dan berpengalaman dengan
jenis dan volume pekerjaan yang akan dilaksanakan.
b. Menyediakan bahan-bahan bangunan dalam jumlah yang cukup untuk setiap
pekerjaan yang akan dilaksanakan serta tepat pada waktunya.
c. Menyediakan peralatan berikut alat-alat bantu lainnya seperti mesin molen, Stamper,
Ordinary Truck, Scaffolding, Alat Keselamatan Kerja, mesin las, alat-alat bor,
compactor, vibrator, Pompa Air, Alat Ukur, Mesing Diesel Genset, serta alat-alat
pengangkat dan pengangkut serta peralatan- peralatan lain yang benar-benar diperlukan
dalam pelaksanaan pekerjaan ini, serta mengadakan pengamanan, Pengendalian dan
pemeliharaan terhadap bahan-bahan, alat-alat kerja rnaupun hasil pekerjaan selama
masa pelaksanaan berlangsung, sehingga seluruh. pekerjaan selesai dengan sempurna
sampai dengan diserah- terimakannya pekerjaan tersebut kepada Pemberi Tugas.
d. Seluruh pekerjaan maupun bagian pekerjaan yang merupakan satu kesatuan dengan

RKS Pembangunan Lintasan Lari Lapangan Polres HST -2-


pekerjaan yang disebut dalarn buku ini, menjadi lingkup pekerjaan yang tidak dapat
dipisahkan dan harus dilaksanakan dengan penuh keahlian, sesuai dengan ketentuan-
ketentuan, dalam Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS)/Spesifikasi Teknis, Gambar
Kerja, Berita Acara Penjelasan Pekerjaan, serta mengikuti petunjuk dan keputusan
Direksi / Konsultan Pengawas.

1.3. IKHTISAR PEKERJAAN

(1) Umum
Dalam Lingkup Pekerjaan dari Kontrak ini ada beberapa item pekerjaan yaitu,
Pekerjaan Pendahuluan, Pekerjaan Pondasi, Pekerjaan Lantai, Pekerjaan Dinding,
Pekerjaan Beton, Pekerjaan Atap dan Plafond, Pekerjaan Pintu, Jendela dan
Ventilasi & Perlengkapan, Pekerjaan Instalasi Listrik, Pekerjaan Sanitasi dan
Drainase, Pekerjaan Cat – Catan, Pekerjaan Lain - Lain.

(2) Pekerjaan Persiapan/Pendahuluan


a) Pekerjaan Pengukuran dan pemasangan bowplank
- Sebelum melaksanakan pekerjaan dilakukan pengukuran dan
menentukan elevasi peil dasar saluran sesuai dengan rencana gambar.
- Memasang bowplank melintang saluran 5 – 10 m dan diberi tanda cat
elevasi rencana atau sesuai petunjuk direksi teknis.
b) Pekerjaan Persiapan dan pembersihan lokasi
- Meliputi pekerjaan persiapan lokasi pekerjaan dengan melakukan
sosialisasi dengan lingkungan pekerjaan karena akan menghambat
kegiatan social di lokasi pekerjaan,
- Melakukan pembersihan/pembongkaran di areal pekerjaan dari segala
fasilitas public maupun fasilitas yang bersifat pribadi, untuk
memudahkan pelaksanaan pekerjaan.
- Melakukan pembersihan lapangan dari berbagai pepohonan maupun
rumput yang menghalangi pekerjaan yang akan dilaksanakan.
c) Manajemen dan Keselamatan Lalu lintas
- Sebelum melaksanakan pekerjaan pemborong melakukan kooordinasi
dengan aparat setempat yang bersinggungan dengan aktifitas jalan untuk
kelancaran dan keselamatan pekerjaan.
- Membuat Rambu-rambu dan pengaman
- Menyiapkan kemungkinan jalur alternative kalau diperlukan.

d) Pemeliharaan Lalu Utilitas Umum (Kabel Telkom, PDAM dll)


- Sebelum melakukan pelaksanaan pekerjaan di lapangan pemborong dan
direksi teknis berkoordinasi dengan pihak yang memiliki/memelihara
segala fasilitas/utilitas di sepanjang lokasi pekerjaan.
- Selama pelaksanaan pekerjaan di lapangan dan mengakibatkan kerusakan
fasilitas/utilitas umum pemborong wajib memperbaiki fasilitas/utilitas
tersebut, serta memeliharanya selama pelaksanaan pekerjaan hingga
waktu pemeliharaan berakhir.
e) Mobilisasi dan Demobilisasi Alat
- Meliputi Mobilisasi dan Demobilisasi peralatan berat/ringan yang
diperlukan selama pelaksanaan pekerjaan ke lokasi pekerjaan

(3) Pekerjaan Tanah


a) Galian Tanah Manual
- Pekerjaan Galian Tanah dengan kedalaman 1-2 m Untuk pelaksanaan
pekerjaan saluran
b) Mengangkut Hasil Galian Tanah
- Hasil galian tanah harus dimuat dan diangkut dari area lokasi pekerjaan
atau dari tepi jalan agar tidak mengganggu kelancaran lalu lintas dan
umum ke tempat pembuangan akhir.
c) Galian Tanah Biasa (dengan alat dan diangkut)
- Untuk pekerjaan galian tanah sedalam 1-2 m menggunakan peralatan
berat dan langsung dimuat dan diangkut dengan mobil serta dibuang ke

RKS Pembangunan Lintasan Lari Lapangan Polres HST -3-


tempat pembuangan akhir, karena lokasi pekerjaan tidak dapat
menumpuk hasil galian sementara ini.
d) Galian Batu (dengan alat dan diangkut)
- Selain galian tanah pada bagian atasnya di bawah permukaan aspal ada
material batu yang juga digali sedalam 1-2 m menggunakan peralatan
berat dan langsung dimuat dan diangkut dengan mobil serta dibuang ke
tempat pembuangan akhir, karena lokasi pekerjaan tidak dapat
menumpuk hasil galian sementara ini
e) Urugan dengan pasir urug
- Setelah galian disempurnakan permukaan dasar saluran di levelling lagi
dan dipastikan sudah sesuai dengan rujukan elevasi yang telah ditentukan
arah aliran air, diurug dengan urugan pasir tebal ± 5 cm.

(4) Pekerjaan Beton


a) Pengadaan U-Ditch pracetak (Termasuk Angkutan dan Menurunkan)
Dimensi 60 x 60 x 120 cm Tebal 10 cm Mutu K-225 (Fc'=19,3Mpa)
- U-Ditch diproduksi oleh pabrikan sesuai dengan spesifikasi kontrak
termasuk angkutan dan menurunkan di sepanjang lokasi pekerjaan
dengan dimensi sesuai dengan gambar rencana.
b) Pemasangan dan Setting U-Ditch
c) Membuat 1 m3 lantai kerja beton mutu f’c = 7,4 Mpa (K-100), slump (3-6)
cm, w/c = 0,87 (Lantai Kerja)
- Lantai kerja dipasang setelah urugan pasir dan sebelum pemasangan U-
ditch dilaksanakan, pemasangan lantai kerja dilaksanakan dengan
menentukan kembali elevasi rencana agar hasilnya sesuai dengan rencana
elevasi dan arah aliran air yang tepat.

(5) MANAJEMEN DAN KEAMANAN LALU LINTAS


a) Sebelum melaksanakan pekerjaan dilapangan pemborong membuat rambu
peringatan bahwa sedang melaksanakan pekerjaan yang dapat mengganggu
kelancaran lalu lintas kendaraan dan orang dengan ketentuan Rambu
Peringatan Sementara terdiri atas:
 Rambu Peringatan dengan kata-kata
 Rambu Peringatan Pekerjaan Di jalan
 Rambu Peringatan Lalu lintas Dua Arah
 Traffic Cone *
 Police Line *
 Lampu Sementara *

b) Koordinasi dengan pihak berwenang terhadap lalu lintas.

Pasal 3
PENJELASAN RKS DAN GAMBAR

Pada dasarnya untuk memahami dan menghayati dengan sebaik-baiknya seluk-beluk pekerjaan ini,
Kontraktor diwajibkan meneliti dan mempelajari secara seksama seluruh Gambar Kerja serta
Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS) seperti yang akan diuraikan dalam buku ini, termasuk
tambahan dan perubahannya yang dicantumkan dalam Berita Acara Penjelasan Pekerjaan
(Aanwijzing).

3.1. Ukuran

a. Pada dasarnya semua ukuran utama yang tertera dalam Gambar kerja dan Gambar
Pelengkap meliputi :
 As - as
 Luar - luar
 Dalam - dalam

RKS Pembangunan Lintasan Lari Lapangan Polres HST -4-


 Luar – dalam
b. Ukuran-ukuran yang dipergunakan di sini semuanya dinyatakan dalam M (meter),
kecuali ukuran-ukuran untuk baja yang dinyatakan dalam inch atau mm
(millimeter).
c. Khusus ukuran-ukuran dalarm, Gambar Kerja Arsitektur pada dasarnya adalah ukuran
jadi seperti dalam keadaan selesai ("finished").
d. Mengingat masalah ukuran ini sangat penting. Kontraktor diwajibkan meneliti terlebih
dahulu ukuran-ukuran yang tercantum di dalam Gambar Kerja Arsitektur dan Gambar
Kerja lainnya yang termuat di dalam Dokumen Lelang/Dokumen Kontrak, terutama
peil ketinggian, lebar, ketebalan luas penampang dan Lain-Lain.
e. Bila ada keraguan mengenai ukuran, Kontraktor wajib melaporkan secara tertulis kepada
Konsultan Pengawas yang selanjutnya akan memberikan keputusan ukuran mana yang
akan dipakai dan dijadikan pegangan.
f. Kontraktor tidak dibenarkan merubah atau mengganti ukuran-ukuran yang tercantum di
dalam Gambar Pelaksanaan tanpa sepengetahuan Direksi,dan segala akibat yang
terjadi adalah tanggung-jawab kontraktor baik dari segi biaya maupun waktu.

3.2. Perbedaan Gambar

a. Pada umumnya bila gambar tidak sesuai dengan Pencana Kerja dan Syarat- syarat
(RKS), maka yang mengikat/berlaku adalah RKS. Bila suatu gambar tidak cocok
dengan gambar yang lain dalam satu disiplin kerja, maka gambar yang mempunyai
skala yang lebih besar yang mengikat/berlaku.
b. Bila ada perbedaan antara gambar kerja Arsitektur dengan Sipil Struktur, maka yang
berlaku adalah gambar kerja struktur.
c. Bila ada perbedaan antara gambar kerja Arsitektur dengan Sanitasi, Elektrikal/Listrik
dan Mekanikal, maka gambar yang dipakai sebagai pegangan adalah ukuran fungsional
dalam gambar kerja Arsitektur.
d. Mengingat setiap kesalahan maupun ketidak-telitian di dalam pelaksanaan satu bagian
pekerjaan akan selalu mempengaruhi bagian pekerjaan lainnya, maka di dalam hal
terdapat ketidakjelasan kesimpangsiuran, perbedaan-perbedaan, dan ataupun
ketidaksesuaian dan keragu-raguan di antara setiap Gambar kerja, Kontraktor
diwajibkan melaporkan kepada Konsultan Pengawas/Pengelola Proyek secara tertulis,
mengadakan pertemuan dengan konsultan Pengawas/Direksi dan Konsultan Perencana,
untuk mendapatkan keputusan gambar mana yang akan dijadikan pegangan.
e. Ketentuan tersebut di atas tidak dapat dijadikan alasan oleh Kontraktor u ntuk
memperpanjang/mengklaim biaya maupun waktu pelaksanaan.

3.3. Istilah

Istilah yang digunakan berdasarkan pada masing-masing disiplin pada tahap pembangunan ini
adalah sebagai berikut :
a. ARS : Arsitektur
Mencakup hal-hal yang berhubungan dengan perencanaan dan perancangan
bangunan ini secara menyeluruh dari semua disipiin-disiplin kerja yang ada, baik
teknis maupun estetika.
b. ST : Struktur
Mencakup hal-hal yang berhubungan dengan perhitungan konstruksi, bahan
konstruksi utama dan spesifikasinya, dimensionering beton struktur.
c. PL : Plumbing
Mencakup hal-hal yang berhubungan dengan system sanitasi bangunan (air bersih,
air kotor, air hujan).
d. EL : Elektrikal.
Yang ada hubungannya dengan system penyediaan daya listrik, penerangan, dan
Lain-Lain sesuai dengan gambar kerja.
e. AC : Mekanikal Ventilasi.
Yang ada hubungannya dengan system pengkodisian udara dan ventilasi mekanis.
f. SD : Site Development
Mencakup hal-hal yang berhubungan dengan pematangan lahan seperti
gali/urug, perataan (grading), saluran dan sebagainya.

RKS Pembangunan Lintasan Lari Lapangan Polres HST -5-


Pasal 4
PERATURAN PEMBANGUNAN DAN STANDAR YANG DIPERGUNAKAN

1. Semua pekerjaan dalam kontrak ini harus dilaksanakan dengan mengikuti dan
memenuhi persyaratan-persyaratan teknis yang tertera dalam persyaratan Normalisasi
Indonesia (NI), Standar Industri Indonesia (SII) dan Peraturan- peraturan Nasional
maupun Peraturan-peraturan setempat lainnya yang belaku atas jenis-jenis pekerjaan
yang bersangkutan termasuk segala perubahan dan tambahannya, antara lain :
a. Peraturan umum tentangpelaksanaan Pembangunan di Indonesia atau Algemene
Voorwaarden voor de uitvoering bij Aanneming van Operbare Werken (AV) 1941.
b. Keputusan-keputusan dari Majelist Indonesia untuk Arbitrase Teknik dan Dewan
Teknik Pembangunan Indonesia (DTPI).
c. Peraturan Beton Indonesia 1971 (NI 2, PBI -1971).
d. Standar Tatacara Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung (SKSNIT-15-
1991-03)
e. Peraturan Perencanaan Bangunan Baja Indonesia (PPBI- 1984)
f. Baja Karbon Cor : Mutu dan Cara Uji (SII-0297-80).
g. Peraturan Umum Bahan Bangunan Indonesia. (PUBI-1982).
h. Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia (NI-5 PPKI 1961)
i. Peraturan Kapur Indonesia (NI-7)
j. Peraturan Semen Portland Indonesia (NI-8 1974)
k. Bata Merah (atau sejenis) sebagai Bahan Bangunan (NI-10)
l. Peraturan Pembebanan Indonesia untuk Gedung 1981.
m. Peraturan Muatan Indonesia.
n. Persyaratan Cat Indonesia (NI-4)
o. Peraturan Umum Instalasi Air (AVWI)
p. Pedoman Plumbing Indonesia (PPI-1979)
q. Peraturan umum tentang pelaksanaan Air Minum serta instalasi Pembangunan dan
peraturan, dari Perusahaan Daerah Minum setempat.
r. Peraturan Umum Instalasi Listrik (PUIL-2000) dan PLN setempat.
s. Peraturan Umum Instaiasi Penangkal Petir untuk bangunan di Indonesia (PUIPP-
2000)
t. Peraturan sarnbungan Telepon yang berlaku di Indonesia,
u. Peraturan umum dari Dinas Keselamatan Kerja Departemen Tenaga Kerja
v. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum no. 02/KPTS/1985 tentang Penanggulangan
Bahaya Kebakaran.
w. Peraturan Perburuhan di Indonesia dan Peraturan Umum tentang Penggunaan Tenaga
Kerja, Keselamatan Tenaga Kerja dan Kesehatan Kerja yang dikeluarkan oleh
Departemen Tenaga Kerja Republik Indonesia.
x. Peraturan dan ketentuan lain yang dikeluarkan oleh jawatan / Instansi Pemerintah
setempat, yang bersangkutan dengan permasalahan bangunan.

2. Selain ketentuan-ketentuan yang tersebut di atas, berlaku pula :


a. Gambar kerja yang dibuat oleh perencana yaitu sudah disahkan oleh Pemberi
Tugas, termasuk juga gambar-gambar kerja yang dibuat oleh pemborong dan sudah
disetujui/disahkan oleh Pemberi Tugas.
b. Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS).
c. Berita Acara Penjelasan Pekerjaan (Aanwijzing).
d. Surat Perjanjian Melaksanakan Pekerjaan/Kontrak.
e. Surat Penawaran berikut lampiran-lampirannya.
f. Rencana kerja Pelaksanaan (Time Schedule) yang ketat dengan perhitungan
matang dan fisible yang dibuat oleh pemborong dan disetujui oleh Pemberi
Tugas.

3. Untuk pekerjaan-pekerjaan yang belurn termasuk dalam standar-standar yang tersebut di


atas, maupun standar-standar nasional lainnya, maka diberlakukan standar-standar
internasional yang berlaku atas pekerjaan-pekerjaan tersebut atau setidak-tidaknya
berlaku standar-standar/syarat teknis dari Negara- negara asal bahan/material/komponen
yang bersangkutan.

RKS Pembangunan Lintasan Lari Lapangan Polres HST -6-


4. Apabila terdapat kekeliruan dan penyimpangan dari peraturan sebagaimana tercantum
di atas, maka Rencana Kerja dan Syarat-syarat berikut tambahan dan perubahan yang
telah disepakati bersama akan mengikat.

Pasal 5
KUASA KONTRAKTOR DI LAPANGAN

1. Di lapangan pekerjaan, Kontraktor wajib menunjuk seorang Kuasa Kontraktor atau


biasa dipanggil Project Manager/Pelaksana yang cakap untuk memimpin Pelaksanaan di
lapangan dan mendapat kuasa penuh dari Kontraktor, dengan kualifikasi sesuai dengan
yang diajukan daiam Usulan Teknis (berpendidikan minimal Sarjana Teknik Sipil atau
sederajat dengan pengalaman minimum 5 (lima) tahun).

2. Dengan adanya Pelaksana, tidak berarti bahwa Kontraktor lepas tanggung jawab
sebagian atau keseluruhan terhadap kewajibannya.

3. Kontraktor wajib memberitahu secara tertulis kepada Tim Pengelola Teknis dan
Konsultan Pengawas, nama dan jabatan Project Manger/Pelaksana untuk
mendapatkan persetujuan.

4. Bila dikemudian hari, menurut pendapat Pemberi Tugas dan Konsultan Pengawas,
Pelaksana kurang mampu atau tidak cukup cakap memimpin pekerjaan, maka akan
diberitahukan kepada kontraktor secara tertulis untuk mengganti Pelaksana.

5. Dalam waktu 7 (tujuh) hari setelah dikeluarkan surat pemberitahuan, kontraktor harus
menunjuk pelaksana baru atau kontraktor sendiri (Penanggung Jawab/Direktur
Perusahaan) yang akan memimpin pelaksanaan.

Pasal 6
TANGGUNG JAWAB KONTRAKTOR

1. Kontraktor harus bertanggungjawab penuh atas kualitas pekerjaan sesuai dengan


ketentuan-ketentuan dalam RKS dan Gambar Kerja. Kontraktor wajib
melaksanakan semua pekerjaan dengan meneliti petunjuk dan syarat pekerjaan, peraturan
persyaratan pemakaian bahan bangunan yang dipergunakan sesuai dengan Rencana Kerja
dan Syarat-syarat Teknis, dan atau petunjuk yang diberikan oleh Konsultan Pengawas.
Sebelurn melaksanakan setiap pekerjaan di lapangan, Kontraktor wajib memperhatikan
dan melakukan Koordinasi kerja dengan pekerjaan lain menyangkut pekerjaan Struktur,
Arsitektur dan M & E, serta mendapat ijin tertulis dari Konsultan Pengawas.

2. Seluruh bahan, peralatan konstruksi dan tenaga kerja yang harus disediakan oleh
Kontraktor, demikian pula metode/cara pelaksanaan pekerjaan, harus diselenggarakan
sedemikian rupa, sehingga diterima oleh Konsultan Pengawas/Direksi.

3. Kehadiran Konsultan Pengawas selaku wakil Pemberi Tugas untuk melihat


mengawasi, menegur, atau memberi nasehat tidak mengurangi tanggung jawab
tersebut di atas.

4. Kontraktor bertanggung-jawab atas kerusakan lingkungan yang timbul akibat


pelaksanaan pekerjaan. Kontraktor berkewajiban memperbaiki kerusakan tersebut
dengan biaya Kontraktor sendiri.

5. Bilamana terjadi gangguan yang dapat mempengaruhi pelaksanaan pekerjaan, maka


Kontraktor berkewajiban memberikan saran-saran perbaikan kepada Pemberi Tugas
melalui Konsultan Pengawas. Apabila hal ini tidak dilakukan Kontraktor bertanggung-
jawab atas kerusakan yang timbul.

RKS Pembangunan Lintasan Lari Lapangan Polres HST -7-


6. Kontraktor bertanggung-jawab atas tenaga kerja yang dikerahkan dalam pelaksanaan
pekerjaan, menjaga ketertiban baik di dalam lokasi maupun di luar lokasi proyek demi
kelancaran pelaksanaan.

7. Segala biaya yang timbul akibat kelalaian Kontraktor dalam melaksanakan pekerjaan
menjadi tanggung-jawab kontraktor.

8. Selama pembangunan berlangsung, Kontraktor harus menjaga keamanan bahan/material,


barang milik proyek, Konsultan Pengawas dan milik Pihak ketiga yang ada di
lapangan, maupun bangunan yang dilaksanaksnnya sampai dengan tahap serah terima
kedua.

9. Bila terjadi kehilangan bahan-bahan bangunan yang telah disetujui, baik yang telah
dipasang maupun belum, adalah tanggung-jawab Kontraktor dan tidak akan
diperhitungkan dalam biaya pekerjaan tambah.

10. Apabila terjadi kebakaran, Kontraktor bertanggung-jawab atas akibatnya, baik yang
berupa barang-barang maupun keselamatan jiwa.

11. Apabila pekerjaan telah selesai, Kontraktor harus segera mengangkut bahan
bongkaran dan sisa-sisa bahan bangunan yang sudah tidak dipergunakan lagi keluar
lokasi pekerjaan. Segala pembiayaannya menjadi tanggungan Kontraktor.

12. Kontraktor wajib memasukkan identitas, nama, jabatan, keahlian masing-


masing anggota kelompok kerja pelaksanaan pekerjaan ini dan inventarisasi peralatan
yang dipergunakan untuk pekerjaan ini.

13. Kontraktor wajib memasukkan identifikasi tempat kerja (Workshop) dan peralatan yang
dimiliki di mana pekerjaan akan dilaksanakan, serta jadwal kerja.

14. Semua sarana kerja yang digunakan harus benar-benar baik dan memenuhi
persyaratan kerja sehingga memudahkan dan melancarkan kerja di lapangan.

Pasal 7
TEMPAT TINGGAL (DOMISILI) KONTRAKTOR DAN PELAKSANA

a. Untuk menjaga kemungkinan diperlukan kerja di luar jam kerja apabila terjadi hal-
hal mendesak, kontraktor dan pelaksana wajib memberitahukan secara tertulis,
alamat, email dan nomor telepon di lokasi kepada Panitia Pembangunan dan
Konsultan Pengawas.

b. Alamat Kontraktor dan Pelaksana diharapkan tidak sering berubah-ubah selama


pekerjaan. Bila terjadi perubahan alamat, kontraktor dan pelaksana wajib
memberitahukan segera secara tertulis.

Pasal 8
PEKERJAAN PERSIAPAN

1. Mobilisasi Peralatan dan Demobilisasi.


a. Kontraktor harus menyediakan tenaga kerja, peralatan kerja termasuk alat
Bantu kerja yang digunakan dalam perencanaan maupun pelaksanaan fisik di
Iokasi proyek sesuai dengan lingkup pekerjaan serta memperhitungkan biaya
yang ditimbulkan.
b. Pada saat mempergunakan jalan umum, dalam mengadakan dan atau
mengembalikan peralatan berat, baik material/bahan, maka Kontraktor harus
menjaga ketertiban selama perjalanan sehinggga lalu lintas terganggu derni
kelancaran pengadaan yang dimaksud.

RKS Pembangunan Lintasan Lari Lapangan Polres HST -8-


c. Menyediakan fasilitas penempatan untuk tempat tinggal para pekerja, dan gudang
penyimpanan peralatan kerja serta bahan/material, juga menempatkan petugas demi
keamanannya.
d. Kontraktor harus menyediakan alat-alat bantu sehingga dapat bekerja pada
kondisi apapun, seperti terpal plastik untuk bekerja pada saat hujan, perancah
(scaffolding) untuk bekerja pada dinding yang tinggi serta peralatan bantu lainnya,
Biaya untuk pengadaan peralatan-peralatan tersebut harus sudah diperhitungkan
pada harga satuan yang terkait.

2. Di lokasi proyek Kontraktor harus menetapkan lokasi penempatan material, direksi keet,
kantor pemborong, gudang bahan dan alat,KM/WC sementara sesuai dengan denah
maupun kondisi lapangan, sehingga tidak terjadi ineffisiensi daiam pelaksanaan
pekerjaan. Selama berlangsungnya pekerjaan, direksi keet, kantor pemborong, gudang,
KM/WC sementara dan lokasi pekerjaan harus senantiasa bersih dan bebas dan
sampah-sampah sisa pekerjaan.

3. Penyediaan tempat penyimpanan bahan/material di lapangan harus aman dari segala


kerusakan, kehilangan dan hal-hal yang dapat mengganggu pekerjaan lain yang sedang
berjalan.

4. Pekerjaan penyediaan sarana air dan daya listrik untuk bekerja.


a. Penyediaan air untuk kepentingan pelaksanaan pekerjaan (air kerja), air bersih
untuk pekerja dan KM/WC (sementara) selama proyek berlangsung harus
sesuai dengan petunjuk dan persetujuan dan Konsultan Pengawas/Direksi,
Kontraktor harus memperhitungkan biaya penyediaan air bersih untuk kebutuhan
tersebut.
b. Air yang dimaksud adalah air bersih, bebas dari bau, bebas dari lumpur, minyak
dan bahan kimia lainnya yang merusak, yang berasal dari sumber air maupun bak
penampungan, dengan membuat sumur pompa di tapak proyek atau diperoleh
dari supplier/pemasok air. Kontraktor bertanggungjawab dalam pendistribusian
air untuk KM/WC serta air untuk kerja.
c. Kontraktor harus menyediakan sumber tenaga listrik, yang diperoleh dari
sambungan PLN atau dengan Genset, untuk keperluan peralatan kerja, penerangan
proyek pada malam hari, direksi keet dan bedeng pekerja Penyediaan
penerangan/sumber tenaga listrik berlangsung selama 24 jam setiap hari. Semua
perijinan, perlengkapan, serta biaya pengadaannya menjadi tanggung jawab
Kontraktor.
d. Penggunaan Diesel/Genset untuk pembangkit tenaga listrik tidak boleh
mengganggu kegiatan Pemberi Tugas atau lingkungan sekitar proyek.

5. Penyediaan Alat Pemadam Kebakaran


Selama pembangunan berlangsung, Kontraktor wajib menyediakan tabung alat pemadam
kebakaran (fire extinguisher) lengkap dengan isinya, yang dapat digunakan untuk
memadamkan api akibat dari listrik, minyak dan gas dengan kemasan tabung kapasitas 7
Kg.

6. Papan Nama Proyek


Bila diharuskan oleh Pemerintah Daerah Setempat, maka Kontraktor harus memasang
Papan Nama Proyek sesuai dengan Peraturan Daerah yang berlaku, biaya
pembuatannya sepenuhnya menjadi tanggung jawab Kontraktor. Papan nama proyek
dibuat dalam ukuran yang memadai dan dipasang kokoh pada tempatnya, dengan besar
tulisan yang dapat terbaca pada jarak yang cukup. Bahan papan nama dapat dibuat dari
papan kayu atau baja pelat lembaran lapis seng.

7. Dokumentasi/Foto Proyek
Kontraktor Konstruksi harus memperhitungkan biaya pembuatan dokumentasi proyek
serta pengirimannya ke Project Management. Yang dimaksud dengan pekerjaan
dokumentasi antara lain :
 Laporan-laporan perkembangan proyek
 Foto-foto proyek, berwarna minimal, ukuran postcard dan dilengkapi
RKS Pembangunan Lintasan Lari Lapangan Polres HST -9-
dengan album.
 Surat-surat dokumen lainnya.
Foto-foto dokumentasi proyek menggambarkan kemajuan proyek dari waktu mulai
dilaksanakan pekerjaan sampai dengan selesainya pelaksanaan pekerjaan. Foto
dokumentasi proyek dibuat pada saat kemajuan fisik bangunan mulai 0 % dan secara
berkala setiap bulan sampai dengan 100 %.

8. Drainase/Saluran Tapak Sementara


Dengan mempertimbangkan keadaan topografi/kontur tanah yang ada di tapak,
Kontraktor wajib membuat saluran sementara yang berfungsi untuk pengeringan air
hujan, dan air tanah sehingga dapat menjamin terhindarnya proyek dari kemungkinan
genangan air yang mengganggu kelancaran pekerjaan maupun daerah kerja sekitarnya.
Arah aliran ditujukan ke saluran yang sudah ada di lingkungan pembangunan.

9. Kebersihan
a. Selama proyek berlangsung, Kontraktor harus menjaga kebersihan dan mengatur
lokasi bahan bangunan dan alat kerja serta daerah kerja sehingga
kelancaran pelaksanaan pekerjaan tidak terhambat karenanya.
b. Pembersihan tumbuh-tumbuhan yang ada pada lokasi peruntukan kerja sesuai
petunjuk Gambar Kerja dan Pengawas Lapangan.
c. Sesudah proyek selesai dan sebelum dilakukan penyerahan pekerjaan kepada
pemilik proyek, Kontraktor harus membersihkan seluruh daerah kerja dari segala
macam peralatan tersebut, sisa-sisa bahan bangunan, bekas bongkaran dan
bangunan-bangunan sementara, termasuk pengangkutannya ke suatu tempat di
lingkungan Pemilik Proyek tanpa tambahan biaya.

10. Kontraktor wajib menjaga ketertiban, keamanan dan kedisiplinan selama pelaksanaan
pembangunan berlangsung terutama bila lingkungan terjadi kegiatan kediklatan secara
keseluruhan.
Bila perihal tersebut dilanggar, maka kontraktor akan dikenakan teguran keras dan/atau
mengganti manajer maupun staff pelaksana dan tukang sampai dengan pekerjaan dimulai
kembali.

Pasal 9
JADWAL PELAKSANAAN

1. Sebelum mulai pekerjaan di lapangan, Kontraktor wajib membuat Rencana Kerja


Pelaksanaan dan bagian-bagian pekerjaan berupa Bar-Chart dan S Curve Bahan dan
Tenaga.

2. Rencana kerja tersebut harus sudah mendapat persetujuan terlebih dahulu dari
Konsultan Pengawas, paling lambat dalam waktu 7 (tujuh) hari kalender setelah
Surat Perintah Kerja (SPK) diterima Kontraktor. Rencana Kerja yang telah disetujui
oleh Konsultan Pengawas, akan disahkan Pemberi Tugas.

3. Kontraktor wajib memberikan salinan Rencana Kerja rangkap 4 ( empat) kepada


Konsultan Pengawas, yang seianjutnya akan memberikan 1 (satu) salinan Rencana
Kerja kepada Konsultan Perencana. Satu salinan Rencana Kerja harus ditempel pada
dinding Bangsal Kontraktor di lapangan yang selalu diikuti dengan grafik
kemajuan/prestasi kerja.

4. Konsultan Pengawas akan menilai prestasi pekerjaan Kontraktor erdasarkan Rencana


Kerja tersebut.

5. Apabila laju kemajuan pekerjaan atau bagian pekerjaan pada suatu waktu menurut
penilaian Konsultan Pengawas telah terlambat, untuk menjamin penyelesaian pada waktu
yang telah ditentukan atau pada waktu yang diperpanjang, maka Pengawas harus
RKS Pembangunan Lintasan Lari Lapangan Polres HST - 10 -
memberikan petunjuk secara tertulis langkah-langkah yang perlu diambil guna
melancarkan laju pekerjaan sehingga pekerjaan dapat diselesaikan pada waktu yang
telah ditentukan.

Pasal 10
PENGUKURAN KETINGGIAN PERMUKAAN DAN POSISI BAGIAN PEKERJAAN

1. Pekerjaan yang dimaksud dalam dokumen ini merupakan rencana membangun yang
akan dilaksanakan di lokasi yang telah ditentukan apa adanya. Data Ketinggian-
ketinggian tanah yang ada, tinggi air tanah, dan Lain-Lain yanq diterangkan pada
gambar-gambar, dimaksudkan sebagai informasi umum dan titik-titik tolak untuk
pelaksanaan pekerjaan ini oleh Kontraktor.

2. Seluruh titik ukur sehubungan denqan pekerjaan ini didasarkan pada ukuran- ukuran
setempat, yaitu titik-titik ukur yang ada di lapangan proyek seperti yang direncanakan
dalam gambar-gambar. Ukuran-ukuran tersebut dalam pasal terdahulu dimaksudkan
sebagai garis besar pelaksanaan dan pegangan kontraktor.

3. Kontraktor wajib meneliti situasi tapak, terutama keadaan lokasi, sifat dan luasnya
pekerjaan dan hal lain yang dapat mempengaruhi harga penawaran. Penawaran yang
diserahkan Kontraktor harus sudah meliputi semua biaya untuk pelaksanaannya
sesuai dengan ukuran-ukuran dan ketinggian-ketinggian yang ditentukan pada gambar-
gambar. Kelalaian atau kekurang telitian kontraktor dalam hal ini tidak dijadikan
alasan untuk mengajukan claim/tuntutan.

4. Kontraktor harus menyediakan semua peralatan, perlengkapan dan tenaga kerja termasuk
juru ukur, yang diperlukan dalam hubungannya dengan pekerjaan pengukuran letak
bangunan dan lantai-lantai di atasnya. Penentuan titik ketinggian dan sudut-sudutnya
dilakukan dengan alat-alat waterpass/theodolit. Pengukuran sudut siku-siku dengan
prisma atau benang secara azas segitiga Phytagoras hanya diperkenankan untuk bagian-
bagian kecil yang telah disetujui o!eh Direksi/Konsultan Pengawas.

5. Sebelum pelaksanaan pekerjaan, Kontraktor diwajibkan melakukan pengukuran kondisi


tapak terhadap posisi rencana bangunan baru. Hasil pengukuran harus diserahkan kepada
Konsultan Pengawas/Direksi dan Konsultan Perencana. Ketidak-cocokan yang terjadi
antara Gambar Kerja dan keadaan lapangan yang sebenarnya harus segera dilaporkan ke
Direksi/Konsultan Pengawas untuk diminta keputusannya.

6. Kontraktor wajib memperhatikan dan mempelajari segala petunjuk yang tertera dalam
gambar Kerja untuk memastikan posisi dan ketepatan di lapangan bagi setiap bagian
pekerjaan. Perbedaan antara Gambar Kerja dengan keadaan di lapangan harus
dilaporkan kepada Konsultan Pengawas/Direksi untuk untuk mendapatkan
pemecahannya setelah berkonsultasi dengan Perencana. Tidak dibenarkan
Kontraktor mengambil tindakan tanpa sepengetahuan Konsultan Pengawas/Direksi.

7. Pembentukan dan penyelesaian tanah harus mengikuti bentuk,


kemiringan/kontur/peil yang tertera di dalam Gambar Kerja. Kemiringan yang dibuat
harus cukup untuk mengalirkan air hujan menuju ke selokan yang ada disekitarnya serta
mengikuti persyaratan-persyaratan yang tertera dalam Gambar Kerja. Tidak dibenarkan
adanya genangan air.

8. Kontraktor bertanggungjawab atas kebenaran penetapan ketinggian dan perletakan


bangunan di lapangan dan harus disetujui secara tertulis oleh Konsultan Pengawas.
Pencocokan peralatan ketinggian di lapangan oleh Pengawas, bagaimanapun juga tidak
melepaskan kontraktor dari tanggung jawab atas ketepatan dari penetapan letak dan
ketinggian tersebut. Kontraktor juga harus melindungi dan menjaga dengan hati-hati
semua patok tetap bouwplank dan benda-benda lain yang digunakan dalam penetapan
letak dan Ketinggian bangunan.

RKS Pembangunan Lintasan Lari Lapangan Polres HST - 11 -


Pasal 11
KETENTUAN DAN SYARAT BAHAN-BAHAN

1. Sepanjang tidak ada ketetapan lain dalam Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS)
ini maupun dalam Berita Acara Penjelasan Pekerjaan, bahan-bahan yang akan
dipergunakan maupun syarat-syarat pelaksanaan harus memenuhi syarat- syarat yang
tercantum dalam Persyaratan Umum Bahan Bangunan Indonesia (PUBI th, 1982),
Standar Industri Indonesia (SII) untuk bahan termaksud, serta ketentuan-ketentuan
dan syarat bahan-bahan lainnya yang berlaku di Indonesia. Kontraktor atas biaya
sendiri, harus mengadakan dan menyediakan semua peralatan konstruksi dan bahan,
baik untuk pekerjaan permanen maupun pekerjaan sementara termasuk segala
macam barang lainnya yang diperlukan.

2. Bahan/material dan komponen jadi yang dipasang/dipakai harus sesuai dengan yang
tercantum di dalam Gambar, RKS dan Risalah Aanwijzing, memenuhi standar
spesifikasi bahan tersebut, dan rnengikuti peraturan persyaratan bahan bangunan yang
berlaku.

3. Kontraktor/Pelaksana terlebih dahulu harus memberikan contoh-contoh semua bahan-


bahan yang diperlukan untuk bangunan tersebut kepada Konsultan Pengawas/Direksi
untuk mendapatkan persetujuan secara tertulis sebelum semua bahan-bahan tersebut
didatangkan/dipakai.

4. Merk Bahan/Material dan Komponen Jadi, Kecuali ditentukan lain, nama-nama atau
merk-merk dagang dari bahan yang disebutkan dalam Syarat Teknis ini, ditujukan untuk
maksud-maksud perbandingan kualitas, terutama dalam hal mutu, model, bentuk jenis
dan sebagainya, dan hendaknya tidak diartikan sebagai persyaratan (merk) yang
mengikat. Dalam hal di mana disebutkan 3 (tiga) merk dagang atau lebih untuk jenis
bahan/pekerjaan yang sama, maka Kontraktor Konstruksi diharuskan untuk dapat
menyediakan salah satunya. Disyaratkan bahwa hanya satu merk pembuatan atau merk
dagang yang diperkenankan untuk setiap jenis bahan yang boleh dipakai dalam
pekerjaan ini.

5. Kontraktor boleh mengusulkan merk-merk dagang lainnya yang setara dalam mutu,
model, bentuk, jenis dan sebagainya setelah mendapat persetujuan Konsultan Perencana.
Penggunaan bahan produk lain dengan apa yang dipersyaratkan harus setara atau
lebih baik, disertai data teknis bahan, atau test dari Laboratorium Lembaga Pengujian
Bahan, baik mengenai kualitas, ketahanan serta kekuatannya dan harus disetujui
Konsultan Pengawas secara tertulis dan diketahui Konsultan Pengawas secara tertulis
dan diketahui Konsultan Perencana. Apabila diperlukan biaya untuk test laboratorium,
maka biaya tersebut harus ditanggung oleh Kontraktor tanpa dapat mengajukan sebagai
biaya tambah.

6. Dalam hal pengadaan semua bahan baku, barang jadi, bahan setengah jadi dan
Lain-Lain, penggunaan barang produksi dalam negeri akan sangat
memperhatikan/diutamakan, selama barang tersebut memenuhi syarat-syarat minimum
yang ditetapkan, sesuai dengan petunjuk dan persetujuan Konsultan Pengawas dan
Perencana, kecuali bila ditentukan lain dalam RKS Teknis.

7. Apabila dianggap perlu, Konsultan Pengawas berhak untuk menunjuk tenaga ahli yang
ditunjuk oleh pabrik dan atau supplier yang bersangkutan tersebut sebagai pelaksana.
Dalam hal ini Kontraktor tidak berhak mengajukan klaim sebagai pekerjaan tambah.

8. Keputusan bahan, jenis, warna, tekstur dan produk yang dipilih, akan diinformasikan
kepada Kontraktor selama tidak lebih dari 7 (tujuh) hari kalender setelah penyerahan
contoh bahan tersebut.

9. Penyimpanan dan Pemeliharaan bahan harus sesuai dengan persyaratan pabrik yang
bersangkutan dan atau sesuai dengan spesifikasi bahan tersebut.

RKS Pembangunan Lintasan Lari Lapangan Polres HST - 12 -


Pasal 12
PEMERIKSAAN BAHAN-BAHAN

1. Bahan-bahan yang didatangkan/dikerjakan harus sesuai dengan contoh contoh yang


telah disetujui Konsultan Pengawas seperti yang diatur dalam pasal 11 di atas. Semua
bahan bangunan yang akan digunakan harus diperiksakan dulu kepada Konsultan
Pengawas untuk mendapat persetujuan. Konsultan Pengawas berwenang menanyakan
asal bahan dan kontraktor wajib memberitahukan.

2. Bahan bangunan yang telah didatangkan oleh kontraktor di lapangan pekerjaan, tetapi
tidak memenuhi syarat-syarat atau kualitasnya jelek yang dinyatakan diafkir/ ditolak
oleh Konsultan Pengawas, tidak boleh dipergunakan dan harus segera dikeluarkan dari
lapangan selambat-lambatnya dalam tempo 3 x 24 jam terhitung dari jam penolakan.

3. Apabila sesudah bahan-bahan tersebut dinyatakan ditolak oleh Konsultan


Pengawas/Direksi dan ternyata masih dipergunakan oleh Kontraktor pelaksana, maka
konsultan Pengawas berhak memerintahkan pembongkaran kembali kepada Kontraktor
yang mana segala kerugian yang diakibatkan oleh pembongkaran tersebut menjadi
tanggungan kontraktor sepenuhnya disamping pihak kontraktor tetap dikenakan denda
sebesar 1 (satu permil) dari harga borongan.

4. Apabila Konsultan Pengawas merasa perlu untuk meneliti suatu bahan lebih lanjut,
Konsultan Pengawas berhak mengirim bahan tersebut ke laboratorium Lembaga
Penelitian Bahan-bahan yang terdekat untuk diteliti. Biaya pengiriman dan penelitian
menjadi tanggung jawab kontraktor, apapun hasil penelitian bahan tersebut.

5. Jika terdapat perselisihan dalam pelaksanaan tentang pemeriksaan kualitas dari bahan-
bahan tersebut, maka Kontraktor harus memeriksakannya ke laboratorium Lembaga
Penelitian Bahan-bahan untuk diuji dan hasil pengujian tersebut disampaikan kepada
Konsultan Pengawas/Direksi secara tertulis. Segala biaya pemeriksaan tersebut
ditanggung oleh Kontraktor.

6. Sebelum ada kepastian dari Laboratorium tersebut di atas tentang baik atau tidaknya
kualitas dari bahan-bahan tersebut, Kontraktor/Pelaksana tidak diperkenankan
melanjutkan pekerjaan-pekerjaan yang menggunakan bahan-bahan tersebut.
Pasal 13
PEMERIKSAAN PEKERJAAN

1. Direksi dan Konsultan Pengawas atau setiap petugas yang diberi kuasa olehnya, setiap
waktu dapat memasuki tempat pekerjaan, atau semua bengkel dan tempat-tempat di
mana pekerjaan sedang dikerjakan/dipersiapkan atau di mana bahan/barang dibuat.
Kontraktor harus memberi fasilitas dan membantu untuk memasuki tempat-tempat
tersebut.

2. Kontraktor diwajibkan meminta kepada Konsultan Pengawas untuk diperiksa setelah


menyelesaikan suatu bagian pekerjaan untuk persetujuannya sebelum memulai
pekerjaan lanjutannya. Baru bila Konsultan Pengawas telah menyetujui bagian
pekerjaan tersebut Kontraktor dapat meneruskan pekerjaannya.

3. Bila permohonan pemeriksaan itu dalam waktu 2 x 24 jam dihitung dari jam diterimanya
surat permohonan pemeriksaan, tidak dihitung hari libur/hari raya, tidak dipenuhi oleh
Konsultan Pengawas, Kontraktor dapat meneruskan pekerjaannya dan bagian yang
harusnya diperiksa dianggap telah disetujui oleh Konsultan Pengawas. Hal ini
dikecualikan bila Konsultan Pengawas minta perpanjangan waktu.

4. Bila kontraktor melanggar ayat 1 pasal ini, Konsultan Pengawas berhak menyuruh
membongkar bagian pekerjaan sebagian atau seluruhnya untuk diperbaiki. Biaya
pembongkaran dan pemasangan kembali menjadi tanggung jawab kontraktor.

RKS Pembangunan Lintasan Lari Lapangan Polres HST - 13 -


5. Tidak ada pekerjaan yang boleh ditutup atau menjadi tidak terlihat sebelum
mendapatkan persetujuan Konsultan Pengawas. Kontraktor harus memberikan
kesempatan sepenuhnya kepada Pengawas untuk memeriksa. Apabila surat permohonan
pemeriksaan tidak dipenuhi/ditanggapi oleh Konsultan Pengawas Direksi, maka
Kontraktor dapat meneruskan pekerjaannya dan bagian pekerjaan yang seharusnya
diperiksa dianggap disetujui oleh Konsultan Pengawas/Direksi.

6. Pekerjaan atau bagian pekerjaan yang telah dilaksanakan Kontraktor, tetapi karena
bahan/material/komponen jadi, maupun mutu basil pekerjaan sendiri ditolak oleh
Konsultan Pengawas/Direksi, harus segera dihentikan dan selanjutnya dibongkar atas
biaya Kontraktor dalam waktu yang ditetapkan oleh Konsultan Pengawas/Direksi.

7. Apabila ada bagian pekerjaan yang dilanjutkan sebelum disetujui, tetapi karena keadaan
mendesak dilanjutkan oleh kontraktor, maka kontraktor tetap bertanggung jawab atas
bagian pekerjaan tersebut maupun akibat yang ditimbulkan atas bagian pekerjaan
sebelumnya terhadap hasil bagian pekerjaan lanjutannya. Perintah perbaikan atas hasil
pekerjaan lanjutan, yang berakibat pula pada perbaikan pekerjaan sebelumnya yang
celah disetujui, tidak dapat diklaim sebagai pekerjaan tambah.

8. Bila Kontraktor melalaikan perintah, Konsultan Pengawas/Direksi berhak untuk


membongkar bagian pekerjaan sebagian atau seluruhnya untuk diperbaiki. Biaya
pembongkaran dan pemasangan/perbaikan kembali menjadi tanggungan Kontraktor, dan
tidak dapat diklaim sebagai biaya pekerjaan tambah, atau sebagai alasan untuk
perpanjangan waktu pelaksanaan.

Pasal 14
KUALITAS PEKERJAAN

1. Pekerjaan harus dikerjakan dengan kualitas pengerjaannya terbaik dan hanya tenaga-
tenaga kerja terbaik dalarn tiap jenis pekerjaan diijinkan untuk melaksanakan
pekerjaan bersangkutan. Kualitas pekerjaan atau kualitas hasil pekerjaan yang kurang
memenuhi syarat akan ditolak dan dilarang untuk diteruskan kegiatannya.

2. Selama pekerjaan berlangsung Direksi berhak sewaktu-waktu mernerintahkan secara


tertulis kepada kontraktor :
a. Untuk menyingkirkan dari tempat pekerjaan, dalam jangka waktu tertentu, bahan-
bahan/material yang dianggap tidak sesuai dengan kontrak.
b. Penggantian bahan-bahan atau material yang tidak cocok dan sesuai
c. Pembongkaran serta pembuatan baru yang sesuai (terlepas dari test-test
terdahulu atau pembayaran dimuka) dari sembarang pekerjaan yang menurut
Direksi secara material atau keahlian tidak cocok dengan kontrak.

3. Kegagalan Wakil Direksi untuk menolak pekerjaan atau material tidak menutup
kemungkinan Direksi dikemudian hari menolak suatu pekerjaan atau material yang
dianggap tidak cocok dengan kontrak serta memerintahkan untuk membongkarnya atas
tanggungan kontraktor Pengujian Hasil Pekerjaan

4. Kecuali dipersyaratkan lain secara khusus, maka semua pekerjaan akan diuji
dengan cara dan tolak ukur pengujian yang dipersyaratkan dalarn referensi yang
ditetapkan dalam Bab I Pasal 3 RKS ini.

5. Kecuali dipersyaratkan lain secara khusus, maka Badan/Lembaga yang akan


melakukan pengujian dipilih atas persetujuan Konsultan Pengawas dari
Badan/Lembaga Pengujian milik Pemerintah atau yang diakui Pemerintah atau Badan
lain yang dianggap mempunyai objektifitas dan integritas yang meyakinkan.
Atas hal yang terakhir ini, Kontraktor/Supplier tidak berhak mengajukan
sanggahan.

6. Semua biaya pengujian daiam jumlah seperti yang disyaratkan menjadi beban

RKS Pembangunan Lintasan Lari Lapangan Polres HST - 14 -


kontraktor.

7. Dalam hal dimana salah satu pihak tidak dapat menyetujui hasil pengujian dari Badan
Pengujian tersebut, maka pihak tersebut berhak mengadakan pengujian tambahan pada
Badan/Lembaga lain yang memenuhi persyaratan Badan Penguji seperti tersebut di
atas.

8. Apabila ternyata bahwa kedua hasil pengujian dari kedua Badan tersebut memberikan
kesimpulan yang sama, maka semua biaya untuk pengujian tambahan menjadi beban
pihak yang mengusulkan.

9. Apabila ternyata kedua hasil pengujian dari kedua Badan tersebut memberikan
kesimpulan yang berbeda maka dapat dipilih untuk :
a. Memilih Badan/Lembaga Pengujian ketiga atas kesepakatan bersama.
b. Mengadakan pengujian ulang pada Badan/Lembaga Pengujian pertama atau
kedua dengan ketentuan tambahan sebagai berikut :
 Pelaksanaan ulang pengujian harus disaksikan oleh Konsultan Pengawas
dan Kontraktor/Supplier ataupun wakil-wakilnya.
 Pada pengujian ulang harus dikonfirmasikan penerapan dari alat-
alat pengujian.
 Hasil dari pengujian harus dianggap final, kecuali bilamana kedua belah
pihak sepakat untuk tidak menganggapnya demikian.
10. Apabila hasil pengujian ulang mengkonfirmasikan kesimpulan dari hasil pengujian
yang pertama, maka semua biaya untuk semua pengujian ulang menjadi tanggung
jawab pihak yang mengusulkan diadakannya pengujian tambahan.

11. Bila ternyata pihak Konsultan Pengawas yang mempunyai pendapat salah maka atas
segala penundaan pekerjaan akibat adanya penambahan/pengulangan pengujian akan
diberikan tambahan waktu pelaksanaan pada bagian pekerjaan bersangkutan dan
bagian-bagian lain yang terkena akibatnya, penambahan besarnya sesuai dengan
penundaan yang terjadi.

Pasal 15
GAMBAR KERJA (SHOP DRAWING)

1. Shop drawing rnerupakan gambar detail pelaksanaan di lapangan yang harus dibuat
oleh Kontraktor berdasarkan Gambar Dokumen Kontrak yang telah disesuaikan
dengan keadaan lapangan. Kontraktor wajib membuat shop drawing pada setiap akan
melaksanakan suatu pekerjaan dan untuk detail khusus yang belum tercakup lengkap
dalam Gambar kerja/Dokumen kontrak maupun yang diminta oleh Konsultan
Pengawas.

2. Dalam shop drawing ini harus jelas dicantumkan dan digambarkan semua data
yang diperlukan termasuk pengajuan contoh dari semua bahan, keterangan produk,
cara pemasangan dan atau spesifikasi/persyaratan khusus sesuai dengan spesifikasi
pabrik yang belum tercakup secara lengkap di dalam Gambar Kerja/Dokumen Kontrak
maupun dalam buku ini.

3. Kontraktor wajib mengajukan shop drawing tersebut sebanyak 3 (tiga) rangkap atas
biaya Kontraktor kepada Konsultan Pengawas untuk mendapat persetujuan tertulis
dari Konsultan Pengawas. Persetujuan tersebut tidak melepaskan kontraktor dari
tanggung jawab atas kesalahan yang dilakukan oleh Kontraktor.

4. Pelaksanaan pekerjaan fisik dilakukan berdasarkan shop drawing yang telah


disetujui Konsultan Pengawas. Apabila karena metode pelaksanaan, detail pada shop
drawing berbeda dengan yang dimaksud dalam gambar kerja/Dokumen Kontrak, maka
untuk perbedaan tersebut akan diminta persetujuan Konsultan Perencana.

Pasal 16
RKS Pembangunan Lintasan Lari Lapangan Polres HST - 15 -
GAMBAR PERUBAHAN

1. Gambar kerja Dokumen Kontrak hanya dapat berubah atas permintaan tertulis oleh
Pemberi Tugas dan dibuat oleh Konsultan Perencana.

2. Perubahan rencana ini harus dibuat gambar-nya yang sesuai dengan apa yang
diperintahkan oleh Pemberi Tugas, yang jelas memperlihatkan perbedaan antara
gambar kerja dan perubahan rencana.

3. Gambar tersebut harus diserahkan dalam rangkap 3 (tiga) rangkap atas biaya
Kontraktor kepada Konsultan Pengawas untuk mendapat persetujuan tertulis dari
Konsultan Pengawas. Persetujuan tersebut tidak melepaskan kontraktor dari
tanggung jawab atas kesalahan yang dilakukan oleh kontraktor.

4. Pelaksanaan pekerjaan fisik dilakukan berdasarkan shop drawing yang telah


disetujui Konsultan Pengawas. Apabila karena metode pelaksanaan detail pada shop
drawing berbeda dengan yang dimaksud dalam gambar kerja Dokumen Kontrak,
maka untuk perbedaan tersebut akan diminta persetujuan Konsultan Perencana.

Pasal 17
GAMBAR SESUAI KENYATAAN (AS BUILT DRAWING)

1. Gambar pelaksanaan adalah gambar yang sesuai dengan apa yang dilaksanakan, baik
karena penyimpangan ataupun tidak termasuk semua perubahan atas perintah dan
persetujuan Konsultan Perencana/Direksi. Dan yang tidak terdapat dalam Gambar
Kerja.

2. Kontraktor harus membuat gambar-gambar yang sesuai dengan apa yang


dilaksanakan. Gambar tersebut memperlihatkan perbedaan antara gambar rencana
dengan pekerjaan yang dilaksanakan, serta harus diserahkan kepada Konsultan
Pengawas sebanyak 3 (tiga) rangkap berikut gambar asli (kalkir) atas biaya ditanggung
Kontraktor.

3. Penyerahan gambar pelaksanaan (as built drawing) dilakukan setelah pekerjaan selesai
dan diserahterimakan.

Pasal 18
SUPPLIER DAN SUB-KONTRAKTOR

1. Kontraktor Utama wajib bekerja sama dengan sub-kontraktor yang berpengalaman


untuk pekerjaan spesialist yang meliputi pekerjaan struktur atap baja ringan,
pengadaan elemen estetis, material khusus (lampu chandelier, panel berpola dari GRC,
ornamen atap bila ada) dan lain-lain yang memerlukan keahlian dan pengalaman
khusus agar hasil pelaksanaan dapat sesuai harapan.

2. Jika Kontraktor menunjuk supplier dan atau Kontraktor bawahan (Sub kontraktor) di
dalam hal pengadaan bahan /material dan pemasangannya, maka Kontraktor wajib
memberitahukan terlebih dahulu kepada Konsultan Pengawas untuk mendapatkan
persetujuan.

3. Kontraktor wajib mengadakan koordinasi pelaksanaan atas petunjuk Konsultan


Pengawas dengan Kontraktor bawahan atau Supplier bahan.

4. Supplier wajib hadir mendampingi Konsultan Pengawas di lapangan untuk


pekerjaan khusus di mana pelaksanaan dan pemasangan bahan tersebut perlu
persyaratan khusus sesuai intruksi pabrik.

RKS Pembangunan Lintasan Lari Lapangan Polres HST - 16 -


Pasal 19
PENJAGAAN KEAMANAN LAPANGAN PEKERJAAN

1. Kontraktor diwajibkan menjaga lapangan terhadap barang-barang milik proyek,


Konsultan Pengawas dan milik pihak ketiga yang ada di lapangan.

2. Untuk maksud-maksud tersebut, kontraktor harus membuat pagar pengaman dari


seng dan rangka kayu atau bahan lain yang biayanya menjadi tanggungan Kontraktor.

3. Bila terjadi kehilangan bahan-bahan bangunan yang telah disetujui Konsultan


Pengawas, baik yang telah dipasang maupun belum adalah menjadi tanggung jawab
kontraktor dan tidak akan diperhitungkan dalam biaya pekerjaan tambah.

4. Apabila terjadi kebakaran, kontraktor bertanggungjawab atas akibat, baik berupa


barang - barang maupun keselamatan jiwa. Untuk itu kontraktor diwajibkan
menyediakan alat-alat pemadam kebakaran yang siap pakai yang ditempatkan di
tempat-tempat yang akan ditetapkan kemudian oleh Konsultan Pengawas dan
dianjurkan untuk mengasuransikan pekerjaan terhadap bahaya kebakaran.

5. Kontraktor harus membuat jalan masuk sementara menuju lokasi pekerjaan.


Lokasi dan arah jalan masuk akan ditentukan kemudian oleh Pengawas
Lapangan. Kontraktor juga wajib memasang rambu-rambu peringatan pada tempat-
tempat yang mudah dilihat baik oleh pejalan kaki maupun pengemudi kendaraan
bermotor.

Pasal 20
JAMINAN DAN KESELAMATAN KERJA (K3)

1. Dari permulaan hingga penyelesaian pekerjaan dan selama masa pemeliharaan


kontraktor bertanggung-jawab atas keselamatan dan keamanan pekerja, bahan dan
peralatan teknis serta konstruksi yang diserahkan Pemberi Tugas. Dalam hal
terjadinya kerusakan-kerusakan, maka kontraktor harus bertanggung jawab
memperbaikinya.

2. Kontraktor wajib menjamin keselamatan para tenaga kerja yang terlibat dalam
pelaksanaan pekerjaan dari segala kemungkinan yang terjadi dengan memenuhi aturan
dan ketentuan kesehatan dan keselamatan kerja yang berlaku (Jamsostek).

3. Kontraktor diwajibkan menyediakan obat-obatan menurut syarat-syarat Pertolongan


Pertama Pada Kecelakaan (PPPK) yang selalu dalam keadaan siap digunakan di
lapangan, untuk mengatasi segala kemungkinan musibah bagi semua petugas dan
pekerja lapangan.

4. Setiap pekerja diwajibkan menggunakan sepatu pada waktu bekerja dan di lokasi
harus disediakan Alat Pelindung Diri (APD) berupa : safety belt, safety helmet,
masker/kedok las terutama untuk dipakai pada pekerjaan pemasangan kuda-kuda baja
dan pekerjaan yang beresiko tertimpa benda keras.
5. Kontraktor wajib menyediakan air bersih, kamar mandi dan WC yang layak dan bersih
bagi semua petugas dan pekerja. Membuat tempat penginapan di lapangan
pekerjaan untuk para pekerja tidak diperkenankan, kecuali atas ijin Pemberi Tugas.

Pasal 21
PEKERJAAN TAMBAH KURANG

1. Tata cara pelaksanaan dan penilaian perubahan, penambahan dan pengurangan


pekerjaan disesuaikan dengan Dokumen Kontrak.

RKS Pembangunan Lintasan Lari Lapangan Polres HST - 17 -


2. Tugas mengerjakan pekerjaan tambah/kurang diberitahukan tertulis dalam buku
harian oleh Konsultan Pengawas, serta persetujuan Pemberi Tugas.

3. Pekerjaan tambah/kurang hanya berlaku bila memang nyata-nyata ada perintah


tertulis dari Konsultan Pengawas atau persetujuan Pemberi Tugas.

4. Biaya pekerjaan tambah/kurang akan diperhitungkan menurut daftar harga satuan


pekerjaan yang dimasukkan oleh kontraktor yang pembayarannya diperhitungkan
bersama dengan angsuran terakhir.

5. Untuk pekerjaan tambah yang harga satuannya tidak tercantum dalam harga satuan
pekerjaan yang dimasukkan dalam penawaran, harga satuannya akan ditentukan lebih
lanjut oleh Konsultan Pengawas bersama-sama Kontraktor dan persetujuan dari
Pemberi Tugas.

6. Adanya pekerjaan tambah tidak dapat dijadikan alasan sebagai penyebab


kelambatan penyerahan pekerjaan, tetapi Pemberi Tugas atas rekomendasi Konsultan
Pengawas dapat mempertimbangkan perpanjangan waktu karena adanya pekerjaan
tambah tersebut.

Pasal 22
PEMELIHARAAN PEKERJAAN

1. Jangka waktu pemeliharaan Minimal adalah 180 (seratus delapan puluh) hari
kalender dihitung dari tanggal penyerahan pekerjaan pertama/pekerjaan selesai
100% sesuai Kontrak dan/atau PHO. Dalam jangka waktu tersebut, kontraktor wajib
memperbaiki cacat-cacat tersembunyi, hasil pekerjaan yang tidak baik dan melengkapi
kekurang-kekurangannya yang dilakukan oleh kontraktor akibat tidak baiknya
pelaksanaan pekerjaan dan kuragnya rnutu bahan seperti tertulis dalam Rencana
kerja dan Syarat-syarat (RKS) dan Berita Acara Rapat Penjelasan Pekerjaan ini atas
biaya kontraktor
.
2. Bila dalam jangka waktu pemeliharaan atas perintah konsultan Pengawas,
kontraktor tidak melaksanakan pekerjaan perbaikan tersebut, maka Pemberi Tugas
berhak menyuruh pihak ketiga (kontraktor lain) untuk mengerjakannya atas beban
kontraktor.

3. Penyerahan pekerjaan kedua kalinya (terakhir) harus dilakukan sesudah habis jangka
waktu pemeliharaan, dan sampai berakhirnya pekerjaan perbaikan yang harus
dilaksanakan.

Pasal 23
PENYERAHAN PEKERJAAN

1. Pada waktu penyerahan pekerjaan, kontraktor wajib menyerahkan :


a. 4 (empat) set pedoman operasi (operation manual) dan pedoman pemeliharaan
(maintenance manual), terdiri dari 1 (satu) set asli dan 3 (tiga) copy.
b. Suku cadang sesuai dengan yang disyaratkan.
c. Surat pernyataan pelunasan sesuai dengan petunjuk Konsultan Pengawas.
d. Jaminan instalasi yang disetujui oleh lembaga pemerintah yang berwenang.

2. Penyerahan pekerjaan terakhir kepada Pemberi Tuga hanya dapat dilaksanakan


apabila seluruh pekerjaan telah dapat berfungsi secara sempurna dan dapat

RKS Pembangunan Lintasan Lari Lapangan Polres HST - 18 -


diterima oleh Pemberi Tugas. Selain itu seluruh kewajiban kontraktor seperti memberi
latihan operasi kepada petugas yang ditunjuk oleh Pemberi Tugas dan kewajiban
lainnya telah dilaksanakan dan dapat diterima oleh Pemberi Tugas.

3. Pembersihan tapak konstruksi dan pada semua pekerjaan yang termasuk dalam
Lingkup Pekerjaan seperti tercantum di dalam gambar kerja dan terurai dalam
buku ini dari semua barang atau bahan bangunan lainnya yang dinyatakan
tidak digunakan lagi setelah pekerjaan yang menjadi tanggung jawab Kontraktor
yang bersangkutan setelah selesai. Selama pembangunan berlangsung,
Kontraktor harus menjaga keamanan bahan material, barang maupun bangunan yang
dilaksanakannya sampai tahap serah terima.

RKS Pembangunan Lintasan Lari Lapangan Polres HST - 19 -


B A B II
SYAR
YARAT-SYARAT TEKNIS PEK
PEKERJ
ERJAAN
AAN
PERSIA
RSIAPAN DAN PEK
PEKERJAAN

Pasal 1
UMUM

1. Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan yang dimaksud rneliputi penyediaan tenaga, bahan-bahan, peralatan dan alat
Bantu lainnya yang diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan ini, yaitu dan tidak terbatas
pada :
 Pekerjaan pembersihan lapangan pekerjaan sebelum pelaksanaan
Pekerjaan pengukuran kondisi tapak
Pekerjaan pemasangan tugu patok dasar (patok ukur) dan papan ukur (bouwplank)
Pekerjaan pembentukan muka lahan dan bangunan
Pekerjaan galian, pengurugan, pemadatan dan perataan tanah
Pekerjaan penataan kembali

2. Persyaratan Pelaksanaan
Sebelum pelaksanaan pekerjaan ini, Kontraktor harus mempelajari dengan seksama
Gambar kerja, Kontraktor harus sudah memperhitungkan segala kondisi di lapangan.

Pasal 2
PEMBERSIHAN SEBELUM PELAKSANAAN

1. Pekerjaan pembersihan lapangan pekerjaan sebelum Pelaksanaan mencakup


pembongkaran/pembersihan/pemindahan keluar dari lapangan pekerjaan terhadap
semua hal yang dinyatakan oleh Perencana/Pengawas dan Direksi tidak akan
digunakan lagi, maupun yang dapat mengganggu kelancaran Pelaksanaan, diantaranya
termasuk pembersihan sisa-sisa akar, pohon, semak belukar, atau buangan dari hasil
pembongkaran maupun paket pekerjaan sebelumnya.
2. Setiap pembongkaran harus dilakukan sedemikian rupa sehingga siap untuk dapat
dilaksanakan pemasangan baru, sesuai dengan gambar kerja.
3. Barang hasil bongkaran dan pembersihan harus dikeluarkan dari tapak/lapangan
Pekerjaan yang dikumpulkan di tempat/lokasi tertentu yang ditunjukkan
Pengawas/Direksi. Pada dasarnya, barang-barang tersebut tidak dapat dipakai lagi dalam
pekerjaan, kecuali apabila dinyatakan lain oleh Direksi/Pengawas.

Pasal 3
PENGUKURAN TAPAK DAN PENENTUAN PEIL ± 0.00

1. Pekerjaan Pengukuran Tapak


a. Sebelum pelaksanaan pekerjaan, Kontraktor diwajibkan melakukan pengukuran
kondisi tapak terhadap posisi rencana bangunan baru. Hasil pengukuran harus
diserahkan kepada Direksi Pelaksana dan Perencana.
b. Ketidak-cocokan yang terjadi antara Gambar kerja dan keadaan lapangan yang
sebenarnya harus segera dilaporkan ke Direksi/Konsultan Pengawas untuk diminta
keputusannya.
c. Penentuan titik ketinggian dan sudut-sudutnya dilakukan dengan alat-alat
waterpass/theodolit.
d. Pengukuran sudut siku-siku dengan prisma atau benang secara azas segitiga
Phytagoras hanya diperkenankan untuk bagian-bagian kecil yang telah disetujui
oleh Direksi/Konsultan Pengawas.

2. Penentuan Peil ± 0.00


Patok ukur dengan ketinggian Muka Tanah lokasi kegiatan (BM, Bench Mark)
sesuai dengan peta" ukur menjadi dasar penentuan peil pembangunan dan

RKS Pembangunan Lintasan Lari Lapangan Polres HST - 20 -


ketinggian bangunan. Dari titik ketinggian tersebut merupakan acuan ukuran ketinggian
semua bangunan yang berbeda sesuai lokasi perletakan.
Pekerjaan penentuan peil ± 0.00 dimulai dengan mengukur ketinggian
permukaan tanah sesuai dengan peta kontur tanah dari titik BM (Bench Mark)
pengukuran. Selanjutnya ketinggian masing-masing bangunan ditentukan berdasarkan
peil lantai bangunan tersebut sesuai dengan gambar rencana. Patok ukur yang dijadikan
titik BM diberi tanda ketinggiannya dan harus dijaga selama pekerjaan berlangsung.
Untuk setiap bangunan dibuat patok ukur tersendiri yang menjadi patokan ukuran
ketinggian bangunan yang bersangkutan.

Pasal 4
PEMASANGAN PATOK UKUR DAN PAPAN BANGUNAN (BOUWPLANK)

1. PATOK UKUR
a. Patok ukur dibuat dari beton bertulang secukupnya, berpenampang 15 x 15 cm,
tertancap kuat ke dalam tanah sedalam 100 cm dengan bagian yang muncul di
atas muka tanah cukup untuk memberikan indikasi ± 0.00 sesuai Gambar kerja dan di
atasnya ditambahkan pipa besi untuk membantu patokan ketinggian di atas peil ± 0.00.
b. Indikasi selanjutnya selain tersebut di atas agar dibantu pada patok ukur sesuai
petunjuk Direksi/Konsultan Pengawas.
c. Pada dasarnya patok ukur ini dibutuhkan sebagai patokan ketinggian atau peil
permukaan yang ada dan tercantum dalam Gambar kerja.
d. Jumlah patok ukur yang harus dibuat oleh Kontraktor minimal 2 (dua) buah, dan
lokasi penanamannya sesuai petunjuk dan persetujuan Direksi/Konsultan Pengawas,
sedemikian rupa sehingga tidak mengganggu atau terganggu selama pelaksanaan
pembangunan berlangsung.
e. Patok ukur adalah permanen, tidak dapat diubah, harus diberi tanda yang jelas, dan
dijaga keutuhannya sarnpai pelaksanaan pembangunan selesai dan ada instruksi dari
Direksi/Konsultan Pengawas untuk dibongkar.

2. PAPAN BANGUNAN (BOUWPLANK)


a. Papan bangunan (bouwplank) dibuat dari kayu Borneo dengan ukuran tebal 3 cm
dan lebar 15 cm, lurus dan diserut rata pada sisi sebelah atasnya.
b. Papan bangunan dipasang pada patok kayu 5/7 yang jarak satu sarna yang lain adalah
1.50 m, tertancap di tanah sehingga tidak dapat digerak-gerakkan atau diubah.
c. Papan bangunan dipasang sejarak 2.00 m dari as pondasi terluar atau sesuai dengan
keadaan setempat.
d. Tinggi sisi atas papan bangunan harus sama dengan lainnya dan atau rata waterpass,
kecuali dikehendaki lain oleh Direksi/Konsultan Pengawas.
e. Setelah selesai pemasangan papan bangunan, Kontraktor harus melaporkan kepada
Direksi/Konsultan Pengawas untuk mendapatkan persetujuan.
f. Kontraktor harus menjaga dan memelihara keutuhan dan ketetapan letak papan
bangunan ini sampai tidak diperlukan lagi.

Pasal 5
PEKERJAAN PEMBENTUKAN MUKA LAHAN

Pekerjaan pembentukan muka lahan meliputi pekerjaan Cut & Fill dengan alat berat agar
permukaan tanah sesuai dengan gambar Grading Plan. Bilamana tinggi permukaan rencana
lebih rendah dari permukaan tanah asli sebagaimana tertera dalam gambar maka di daerah itu
dinyatakan galian (Cut). Pekerjaan Fill meliputi seluruh pelaksanaan penimbunan dengan
penempatan dan pemadatan bahan-bahan yang disetujui pada tempat-tempat seperti
ditunjukkan dalam Gambar Kerja dan atau sesuai petunjuk Pengawas Lapangan.

1. Pengupasan, pemotongan, penimbunan, pemadatan dan lainnya yang berkaitan dengan


pekerjaan ini harus dilaksanakan dengan persetujuan Konsultan Pengawas. Setiap hasil
pekerjaan yang tidak rnemenuhi persyaratan dan tidak disetujui Pengawas Lapangan, harus
diperbaiki tanpa tambahan biaya dari Pemilik Proyek.

RKS Pembangunan Lintasan Lari Lapangan Polres HST - 21 -


2. Pekerjaan Cut
a. Dalam galian harus sesuai dengan ketinggian rencana yang tertera pada gambar rencana
dan menurut ketinggian dari patok-patok referensi.
b. Pada batas antara ketinggian rencana yang berbeda dibuat talud sesuai gambar atas
persetujuan direksi.
c. Tanah hasil galian yang bisa dipakai untuk bahan urugan (harus bebas dari akar- akar,
Lumpur dan bahan-bahan lain yang merusak, atau berdasarkan hasil test dan atas
persetujuan Pengawas Lapangan), diangkut ke areal yang akan diurug.
d. Tanah bekas galian yang tidak terpakai lagi harus dibuang keluar lokasi.
e. Pada daerah-daerah dimana tanah basah/terdapat air tanah, Kontraktor harus membuat
saluran-saluran untuk mengeringkan lokasi.

3. Pekerjaan Fill
a. Kontraktor tidak diijinkan melanjutkan pekerjaan bila garis dan elevasi belum ditetapkan.
b. Daerah timbunan dan atau urugan harus menggunakan bahan-bahan yang disetujui
Pengawas Lapangan.
c. Sebelum menempatkan bahan timbunan, lahan yang telah dikupas harus digilas sampai
tercapai kepadatan tanah yang diinginkan. Bahan-bahan yang tidak diinginkan harus
disingkirkan dan diganti dengan bahan yang disetujui. Bahan timbunan ditempatkan
secara horizontal lapis demi lapis dan setiap lapis lepas memiliki ketebalan maksimal 20
cm dan setiap lapisnya harus dipadatkan dengan baik.
d. Permukaan timbunan harus landai ke arah saluran/parit. Muka tanah harus landai
menjauhi puncak timbunan untuk mengurangi erosi.
e. Kemiringan timbunan harus 1,5 (horizontal) berbanding 1 (vertikal) atau lebih landai.
f. Semua tanah berumput, rumput dan tanaman yang rusak/busuk harus disingkirkan
dari bagian atas permukaan tanah dan 15 cm bagian atas permukaan tanah harus
dipadatkan sampai 80% - 90% kepadatan kering (standar proctor).
g. Pekerjaan tanah dan pemadatan harus dibatasi pada daerah tertentu selama
berlangsungnya pengujian, sesuai petunjuk Pengawas Lapangan.

5. Pengawas Lapangan dapat menginstruksikan Kontraktor untuk membongkar atau


membuka suatu bagian pekerjaan yang dinilai tidak memenuhi ketentuan. Setelah
pemeriksaan, Kontraktor harus mengembalikan bagian pekerjaan tadi sesuai dengan
persyaratan dalam Spesifikasi Teknis ini,

6. Setiap pekerjaan Kontraktor yang bertentangan dengan Gambar Kerja, Spesifikasi Teknis atau
petunjuk Pengawas Lapangan, atau setiap pekerjaan tambahan yang dikerjakan tanpa
sepengetahuan Pengawas Lapangan, akan ditolak dan harus diganti, dan biaya sepenuhnya
menjadi tanggung jawab Kontraktor.

7. Pengawas Lapangan dapat mengubah ketebalan setiap lapisan, karena peralatan, bahan atau
kondisi lainnya, yang menurut pendapatnya penting untuk menjamin diperolehnya tingkat
pemadatan yang diinginkan. Semua urugan harus ditempatkan mendatar bertingkat. Bila
urugan akan ditempatkan di atas permukaan miring, permukaan tersebut harus dibuat
bertanggul sehingga permukaan yang miring dapat dihindarkan.

8. Bilamana timbunan akan dilaksanakan pada sisi bukit atau lereng, lereng yang ada
dilonggarkan dengan bajak sampai kedalaman tidak kurang dari 10 cm untuk memastikan
ikatan yang baik antara timbunan dengan pondasi timbunan yang telah ada. Bahan yang telah
dilonggarkan tersebut harus digunakan berbarengan dengan lapisan pertama bahan
timbunan yang akan ditempatkan.

9. Bilamana timbunan yang telah ada akan dilebarkan atau disertakan ke dalam
timbunan yang baru, lereng-lereng timbunan yang ada harus dilonggarkan dengan bajak
sampai kedalaman 10 cm, atau bila tidak memungkinkan, tangga-tangga pada sisi-sisi
horizontal dan vertical dan diselangkan pada lereng yang ada sampai kedalaman tidak lebih
20 cm dan timbunan dibentuk lapis demi lapis seperti ditentukan/disyaratkan sampai
mencapai elevasi landasan pondasi lama sebelum ketinggiannya bertambah.

10. Kecuali ditentukan lain dalam Gambar Kerja, dimana permukaan tanah akan ditutup
ditimbun dengan bahan tidak kurang dari 30 cm, permukaan tanah lama harus dipadatkan

RKS Pembangunan Lintasan Lari Lapangan Polres HST - 22 -


untuk lapisan timbunan baru.

11. Penempatan Timbunan.


Kecuali ditentukan lain, semua timbunan harus dilaksanakan lapis demi lapis kira- kira
sejajar dengan permukaan tanah yang telah disiapkan atau landasan jalan. Selama
pengerjaan timbunan, permukaan yang rata yang memiliki puncak yang memadai harus
senantiasa dijaga untuk memungkinkan pengeringan. Timbunan harus dikerjakan sesuai
dengan tingkat dan bentuk potongan yang ditunjukkan dalam Gambar Kerja. Setelah
pekerjaan timbunan selesai, bentuk timbunan harus tetap terjaga sampai disetujui.

12. Timbunan Tanah


a. Timbunan tanah harus dibuat dari bahan-bahan yang disetujui yang berasai dari
tempat yang ditentukan oleh Pengawas Lapangan. Timbunan tanah harus dibuat dalam
lapisan yang berurutan selebar penampang dan sepanjang yang diijinkan untuk metoda
pemadatan.
b. Sebelum pemadatan, semua lapisan tidak boleh melebihi dari 15 cm pada tempat- tempat
yang akan dilalui pneumatic tire roller dan tidak melebihi dari 20 cm untuk tempat-tempat
yang akan dilalui roller tipe lainnya yang disetujui.
c. Timbunan tidak bersebelahan dengan Gorong-gorong.
d. Timbunan yang bersebelahan dengan gorong-gorong yang tidak bisa dipadatkan dengan
roller, harus dipadatkan dengan cara timbres manual atau dengan stampler mesin yang
kecil.
e. Bahan timbunan yang ditempatkan bersebelahan dengan suatu bagian struktur dan 2 (dua)
lapisan pertamanya ditempatkan di atas suatu puncak gorong-gorong atau konstruksi
sejenis, harus bebas dari batu-batuan lebih besar dari 10 cm dan memiliki gradasi yang
sesuai agar pemadatan berjalan dengan baik.

13. Pemadatan
a. Pemadatan harus dikerjakan sampai mencapai kepadatan yang sebanding dengan
kepadatan bahan disebelahnya.
b. Kontraktor harus menyediakan alat-alat yang dibutuhkan daiam pekerjaan pemadatan.
c. Pemadatan dengan air yang berlebihan tidak diijinkan sama sekali.
d. Bila pemadatan tidak memenuhi ketentuan, perbaikan harus dilaksanakan sampai nilai
kepadatan yang ditentukan tercapai.
e. Bahan timbunan di atas lapisan yang pemadatannya tidak memenuhi ketentuan harus
dibongkar dan harus dipadatkan kembali sesuai petunjuk Pengawas lapangan.

14. Pemeriksaan
a. Semua bahan dan setiap bagian atau detail pekerjaan harus diperiksa dan disetujui
Pengawas Lapangan.
b. Pengawas Lapangan harus diberi kemudahan untuk memeriksa setiap pekerjaan dan
Kontraktor wajib menyediakan informasi dan detail yang dibutuhkan untuk melengkapi
pemeriksaan.
c. Pekerjaan ini dapat dianggap selesai bila mendapat persetujuan Konsultan
Pengawas.

Pasal 6
PEKERJAAN GALIAN, PENGURUGAN DAN PEMADATAN

1. Pekerjaan Galian
a. Pekerjaan galian tanah adalah pekerjaan pembuatan lubang/galian di tanah yang
diperlukan untuk :
 Pondasi
 Saluran dan Trench.
 Galian lain seperti yang ditunjukkan dalam Gambar kerja dan atau oleh
Pengawas.
b. Pekerjaan galian ini baru boleh dilaksanakan setelah papan Patok Ukur terpasang
lengkap dengan penandaan sumbu, ketinggian dan bentuk telah diperiksa disetujui
oleh Pengawas.

RKS Pembangunan Lintasan Lari Lapangan Polres HST - 23 -


c. Galian untuk Konstruksi harus sesuai dengan Gambar kerja dan bersih dari tanah urug
bekas serta sisa bahan bangunan.
d. Urutan penggalian ini harus diatur sedemikian rupa dengan mengikuti
petunjuk-petunjuk Pengawas sehingga tidak menimbuikan gangguan pada lingkungan
Tapak atau menyebabkan timbulnya genangan air untuk waktu lebih dari 24 jam.
e. Jika pada galian terdapat akar kayu, kotoran dan bagian tanah yang tidak padat atau
longgar maka bagian ini harus dikeluarkan seluruhnya, kemudian lubang yang terjadi
harus ditutup urugan pasir yang dipadatkan dan disirami air setiap ketebalan 5 cm lapis
demi lapis sampai jenuh sehingga mencapai ketinggian yang diinginkan. biaya pekerjaan
ini menjadi tanggung-jawab Kontraktor tidak dapat diklaim sebagai pekerjaan tambah.
f. Bila Kontraktor melakukan penggalian yang melebihi kedalaman yang ditentukan dalam
Gambar kerja, maka Kontraktor wajib untuk menutup kelebihan tersebut dengan urugan
pasir yang dipadatkan dan disirami air setiap ketebalan 5 cm lapis demi lapis sampai jenuh
sehingga mencapai ketinggian yang diinginkan. Biaya pekerjaan ini tanggung jawab
kontraktor tidak dapat di klaim sebagai pekerjaan tambah.
g. Dasar galian harus dikerjakan teliti datar sesuai gambar kerja dan harus dibersihkan
dari segala macam kotoran.
h. Galian pondasi Sloof dan Poer harus diiakukan sesuai dengan lebar lantai kerja pondasi
atau seperti tercantum dalam Gambar kerja, dengan penampang lereng galian kiri dan
kanan dimiringkan 10o ke arah luar pondasi, dan sumbu, ketinggian serta bentuk selesai
sesuai Gambar kerja, diperiksa serta disetujui Pengawas.
i. Kelebihan tanah galian harus dibuang keluar dari dalam tapak konstruksi. Area antara
papan patok ukur dengan galian harus bebas dari timbunan tanah.
j. Untuk menjaga lereng-lereng lubang galian agar tidak longsor atau runtuh, maka apabila
dianggap perlu oleh Perencana, Kontraktor harus memasang konstruksi penahan/casing
sementara dari bahan seng gelombang BjLS 50 atau setara, atau dari papan-papan tebal 3
cm diperkuat dengan kayu-kayu dolken, minimal dia. 8 cm sehingga konstruksi tersebut
dapat menjamin kestabilan lereng.
k. Apabila dan atau karena permukaan air tanah tinggi, Kontraktor harus menyediakan
pompa air secukupnya untuk mengeringkan air yang menggenang galian. Disyaratkan
bahwa seluruh permukaan galian, terutama lantai galian, harus kering untuk pekerjaan-
pekerjaan selanjutnya, khususnya untuk pekerjaan.
 Pondasi dan sloof beton bertulang
 Poer beton dan sloof beton bertulang
 Pengurugan dan pemadatan.

2. Pekerjaan Pengurugan dan Pemadatan Tanah


a. Pekerjaan pengurugan dan pemadatan tanah ini untuk :
 Sernua galian sampai permukaan yang ditentukan atau sesuai Gambar kerja.
 Semua tanah lantai bangunan sampai permukaan yang ditentukan atau sesuai
Gambar kerja.
b. Kontraktor diwajibkan melakukan Test kepadatan tanah apabila diminta oleh
Direksi/Pengawas sebanyak titik yang ditentukan oleh Pengawas.
c. Sebelum pelaksanaan pekerjaan ini, seluruh area pembangunan harus sudah bersih dari
humus, akar tanaman, benda-benda organik, sisa bongkaran dan bahan lain yang dapat
mengurangi kualitas pekerjaan ini.
d. Sebelum Pelaksanaan pemadatan, seluruh area pembangunan harus dikeringkan terlebih
dahulu.
e. Urugan harus bebas dari segala bahan yang membusuk, sisa bongkaran,dan atau yang
mempengaruhi kepadatan urugan. Tanah urugan dapat diambil dari bekas galian
atau tanah yang didatangkan dari luar yang tidak mengandung bahan-bahan seperti
tersebut diatas atau telah disetujui Pengawas.
f. Penghamparan tanah urugan dilakukan lapis demi lapis langsung dipadatkan sampai
mencapai permukaan atau peil yang diinginkan. Ketebalan perlapis setelah dipadatkan
tidak boleh melebihi 15 cm atau 20 cm. Setiap kali penghamparan harus mendapat
persetujuan dari Pengawas yang menyatakan bahwa lapisan di bawahnya telah
memenuhi kepadatan yang disyaratkan. dan seluruh prosedur pemadatan ini harus ditulis
dalam berita acara yang disetujui Pengawas.
g. Pelaksanaan pemadatan harus dilakukan dalam cuaca baik. Apabila hari hujan
pemadatan harus dihentikan. Selama pekerjaan ini, kadar air harus dijaga agar tidak
lebih besar dari 2 % kadar air optimum.

RKS Pembangunan Lintasan Lari Lapangan Polres HST - 24 -


3. Pekerjaan Perataan Tanah
Bila terdapat bagian-bagian yang lebih tinggi dari permukaan tanah yang direncanakan, perataan
pada bagian ini harus dilakukan sedemikian rupa sehingga kelebihan tanah tersebut dapat
diangkut ke tempat lain yang ditentukan oleh Pengawas.

BAB III
SYAR
YARAT-SYARAT TEKNIS PEKERJ
ERJAAN
AAN STRUKTUR

Pasal 1
PEKERJAAN BETON STRUKTUR

1. Persyaratan Mutu.
a. Beton Site Mix
Beton yang diperlukan untuk seluruh struktur bangunan ini harus mempunyai mutu

RKS Pembangunan Lintasan Lari Lapangan Polres HST - 25 -


karakteristik minimal sebagai berikut :
1) Struktur Bawah :
Pondasi Tapak, dengan spesifikasi sebagai berikut :
a. Mutu beton : Beton mutu f’c = 19,3 MPa
b. Mutu baja tulangan (BjTD): (sesuai gambar)
c. Tulangan spiral : toleransi 0.2 mm (sesuai gambar)
d. Luas baja tulangan: (sesuai gambar)

Pondasi lajur Beton Bertulang, dengan spek. sebagai berikut :


f. Mutu beton : Beton mutu f’c = 19,3 MPa
g. Mutu baja tulangan (BjTD): (sesuai gambar)
h. Ukuran & jumlah baja tulangan: (sesuai gambar)
i. Tulangan spiral : toleransi 0.2 mm (sesuai gambar)
j. Luas baja tulangan: (sesuai gambar)
k. Balok Sloof : Beton mutu f’c = 19,3 MPa.

2) Adukan Beton.
Adukan Beton yang dipergunakan untuk seluruh pelat Iantai KM/WC, dak beton dan
balok dapat menggunakan beton konvensional (site-mix) yang mix design-nya
sebelumnya sudah mendapat persetujuan Konsultan Pengawas.

3) Lantai Kerja.
Lantai kerja adalah Mutu beton beton mutu f’c = 7,4 MPa, slump (3-6) cm, w/c = 0,87
Lantai kerja adalah beton rabat dengan campuran 1PC : 3 PS : 5 KR.

b. Cetakan (Bekisting)
1) Bekisting untuk seluruh struktur bangunan ini memakai multiplex tebal
minimum 9 mm. Bekisting dari multiplex tersebut harus diperkuat dengan rangka
kayu rneranti ukuran 5/7, untuk mendapatkan kekuatan dan kekuatan yang
sempurna, atau dari bahan lain yang disetujui oleh Konsultan Pengawas.
2) Stegger cetakan / bekisting harus dan pipa-pipa besi standar pabrik atau kayu /
dolken dan sama sekali tidak diperkenankan memakai bambu.

d. Bonding Agent
Dipergunakan pada elemen-elemen beton yang disambungkan / dicor secara terputus,
untuk mendapatkan sistem struktur yang kokoh sesuai dengan desain dan perhitungannya.
Bonding Agent yang digunakan adalah Calbond atau setara dicampur dengan air dan
semen. Cara pemakaiannya harus sesuai petunjuk pabrik.

e. Admixture
Admixture dipergunakan apabila keadaan memaksa untuk mempercepat pengerasan beton.
Bahan admixture yang dipakai adaiah SIKAMENT 520 merk Sika atau yang setara, dengan
takaran 0.8 % dari berat semen. Takaran yang lain dapat digunakan untuk kekuatan
maksimal dengan persetujuan dan Konsultan Pengawas.

f Joint Sealant
Joint sealant dipergunakan untuk pembatas sambungan (dilatasi) antar bangunan. Bahan
joint sealant yang dipakai adalah setara dengan merek becombiflex. Penggunaan bahan
tersebut harus mendapat persetujuan dari Konsultan PENGAWAS dan Direksi.

2. Persyaratan Bahan Beton


a. Bahan Semen
1) Persyaratan Semen
 Semua semen harus Cement Portland yang disesuaikan dengan persyaratan dalam
Peraturan Portland Cement Indonesia NI-8 atau ASTM C- 150 Type 1 atau
standard Inggris BS 12.
 Mutu semen yang memenuhi syarat dan dapat dipakai adalah GRESIK atau setara
serta yang memenuhi persyaratan NI-8. Pemilihan salah satu merk semen adalah
mengikat dan dipakai untuk seluruh pekerjaan.
 Penyimpanan semen sebelum digunakan harus terlindung dari pengaruh cuaca

RKS Pembangunan Lintasan Lari Lapangan Polres HST - 26 -


sepanjang waktu dan perietakannya harus terangkat dari lantai untuk menghindari
kelembaban.

2) Pemeriksaan
Konsultan Pengawas dapat memeriksa semen yang disimpan dalam gudang pada setiap
waktu sebelum dipergunakan. Kontraktor harus bersedia untuk memberi bantuan yang
dibutuhkan oleh Konsultan Pengawas untuk pengambilan contoh- contoh tersebut. Semen
yang tidak memuaskan tersebut telah dipergunakan atau diafkir. Jika semen yang
dinyatakan tidak memuaskan tersebut telah dipergunakan untuk beton, maka Konsultan
Pengawas dapat memerintahkan untuk membongkar beton tersebut dan diganti dengan
memakai semen yang telah disetujui atas beban Kontraktor. Kontraktor harus menyediakan
semua sernen-semen dan beton yang dibutuhkan untuk pemeriksaan atas biaya Kontraktor.

3) Tempat Penyimpanan
a) Kontraktor harus menyediakan tempat penyimpanan yang sesuai untuk semen, dan
setiap saat harus terlindung dengan cermat terhadap kelembaban udara. Tempat
penyimpanan tersebut juga harus sedemikian rupa agar memudahkan waktu
pengambilan.
b) Gudang penyimpanan harus berlantai kuat dibuat dengan jarak minimal 30 cm dari
tanah, harus cukup besar untuk dapat memuat semen dalam jumlah cukup besar
sehingga kelambatan atau kemacetan datam pekerjaan dapat dicegah dan harus
mempunyai ruang lantai yang cukup untuk menyimpan tiap muatan truck semen
secara terpisah-pisah dan menyediakan jaian yang rnudah untuk mengambil
contoh, menghitung sak sak dan mernindahkannya. Semen dalam sak tidak boleh
ditumpuk lebih tinggi dari 2 meter.
c) Untuk mencegah semen dalam sak disimpan terlalu lama sesudah penerimaan,
Kontraktor hendaknya mempergunakan semen menurut urutan kronologis yang
diterima ditempat pekerjaan. Tiap kiriman semen harus disimpan sedemikian
sehingga mudah dibedakan dari kiriman lainnya. Semua sak kosong harus
disimpan dengan rapi dandiberi tanda yang teiah disetujui oleh Konsultan Pengawas.
d) Timbangan-timbangan yang baik dan teliti harus diadakan oleh Kontraktor untuk
menimbang semen didalam gudang dan dilokasiserta harus dilengkapi segala
timbangan untuk keperluan penyelidikan.
e) Kontraktor harus menyediakan penjaga yang cakap, untuk mengawasi gudang-
udang semen dan mengadakan catatan-catatan yang cocok dari penerimaan dan
pernakaian semen seluruhnya.
f) Tembusan dari catatan-catatan harus disediakan untuk Pengawas/ Direksi bila
dikehendakinya, jumlah dari semen yang digunakan selama hari itu di tiap bagian
pekerjaan.

b. Bahan Pasir dan Kerikil


1) Kontraktor harus mengangkut membongkar mengerjakan dan menimbun semua pasir
dan kerikil. Segala cara yang dilaksanakan oleh Kontraktor untuk pembongkaran
pemuatan pengerjaan dan penimbunan pasir dan kerikil harus mendapatkan
persetujuan dari Konsultan Pengawas.
2) Tempat dan pengaturan dari semua daerah penimbunan harus mendapatkan
persetujuan dari Konsultan Pengawas. Kontraktor harus membersihkan bahkan
memperbaiki saluran buangan disemua tempat penimbunan dan harus engatur
semua pekerjaan penimbunan pasir dan kerikil sedemikian rupa sehingga timbulnya
pemisahan dan pencampuran antara pasir dan kerikil akan dapat dihindari dan bahan
yang ditimbun tidak akan tercampur tanah atau bahan lain pada waktu ada banjir atau
air rembesan.

3) Kontraktor diminta untuk menanggung sendiri segala biaya untuk pengolahan kembali
pasir dan kerikil yang Kotor karena timbunan yang tidak sempurna dan lalai
dalam pencegahan yang cukup. Pasir dan kerikil tidak boleh dipindah-pindah dari
timbunan, kecuali bila diperiukan untuk meratakan pengiriman bahan berikutnya.
4) Bahan Pasir
a. jenis pasir yang dipakai untuk pekerjaan pembangunan ini adalah pasir alam
yaitu pasir yang dihasilkan dari sungai atau pasir alam lain yang di dapat dengan
persetujuan Pengawas / Direksi.

RKS Pembangunan Lintasan Lari Lapangan Polres HST - 27 -


b. Persetujuan untuk sumber-sumber pasir alam tidak dimaksudkan sebagai
persetujuan dasar (pokok) untuk semua bahan yang diambil dari sumber tersebut.
Kontraktor harus bertanggung jawab atas kualitas tiap jenis dari semua bahan
yang dipakai dalam pekerjaan Kontraktor harus menyerahkan pada Konsultan
Pengawas sebagai bahan pemeriksaan pendahuluan dan persetujuan, contoh yang
cukup, seberat 15 kg dari pasir alam yang diusulkan untuk dipakai, sedikitnya 14
hari sebelum diperlukan.
c. Timbunan pasir alam harus dibersihkan dari semua tumbuh- tumbuhan dari bahan-
bahan lain yang tidak dikehendaki, segala macam tanah pasir dan kerikil yang
tidak dipakai, harus disingkirkan Timbunan harus diatur dan dilaksanakan
sedemikian rupa sehingga tidak merugikan kegunaan dari timbunan.
d. Pasir harus halus, bersih dan bebas dari gumpalan-gumpalan kecil dan lunak
dari tanah liat, mika dan hal-hal yang merugikan dari substansi yang
merusak, jumlah prosentase dari segala macam substansi yang erugikan,
beratnya tidak boleh lebih dari 5% berat pasir.
5) Bahan Agregat Kasar (Kerikil)
a) Agregat kasar harus didapat dari sumber yang telah disetujui. Ini dapat
berupa kerikil sebagai hasil disintegrasi alami dari batu-batuan atau berupa
batu yang diperoleh dari pemecahan batu.
b) Kebersihan dan Mutu Agregat kasar harus bersih dan bebas dari bagian-
bagian yang halus mudah pecah/tipis atau yang berukuran panjang bersih
dari alkali bahan-bahan organis atau dari substansi yang merusak dalam jumlah
yang merugikan. Besarnya persentase dan semua substansi yang merusak tidak
boleh mencapai tiga persen dari beratnya. Agregat kasar harus berbentuk baik,
keras, padat, kekal dan tidak berpori Apabila kadar Lumpur melampaui 1 %,
maka agregat kasar harus dicuci.
c) Gradasi
1) Agregat kasar harus bergradasi baik dengan ukuran butir berada antara
5 mm, sampai 25 mm dan harus memenuhi syarat-syarat berikut :
 Sisa diatas ayakan 31,5 mm, harus 6% berat
 Sisa diatas ayakan 4 mm, harus berkisar antara 90% dan 98%
berat
 Selisih antara sisa-sisa- kumulatif di atas dua ayakan yang
berurutan, adalah maksimum 60% dan minimum 10% berat harus
menyesuaikan dengan semua ketentuan-ketentuan yang terdapat di NI-
2 PBI-1971.
2) Agregat kasar harus sesuai dengan spesifikasi ini dan jika diperiksa oleh
Konsultan Pengawas ternyata tidak sesuai dengan ketentuan gradasi, maka
Kontraktor harus menyaring kembali atau mengolah kembali bahannya
atas bebannya sendiri, untuk menghasilkan agregat yang dapat disetujui
Konsultan Pengawas.

6) Bahan Air
Air yang dipakai untuk semua pekerjaan beton, spesi / mortar dan injeksi harus bebas
dari jamur, lumpur, minyak, asam bahan organik basah, garam dan kotoran-kotoran
lainnya dalam jumlah yang dapat merusak. Air tersebut harus diuji di Laboratorium
pengujian yang ditetapkan oleh Konsulan Pengawas untuk menetapkan sesuai tidaknya
dengan ketentuan-ketentuan yang ada di dalam PBI-1971 untuk bahan campuran beton.

7) Bahan Baja Tulangan


a) Semua baja tulangan beton harus baru, mutu ukuran sesuai dengan standard
Indonesia untuk beton NI-2, PBI-1971 atau ASTM Designation A-15,
dan harus disetujui oleh Konsultan Pengawas. Konsultan Pengawas berhak
meminta kepada Kontraktor, surat keterangan tentang pengujian oleh pabrik dari
semua baja tulanganbeton yang disediakan, untuk persetujuan Konstruksi seperti
tercantum didalam gambar rencana.
b) Baja tulangan beton sebelum dipasang, harus bersih dari serpih-serpih, karat,
minyak, gemuk dan zat kimia lainnya yang dapat merusak atau mengurangi daya
lekat antara baja tukangan dengan beton.
c) Ukuran diameter baja tulangan, harus sesuai dengan gambar rencana, dan tidak
diperkenankan adanya toleransi bentuk ukuran. Diameter besi ulir adalah diameter

RKS Pembangunan Lintasan Lari Lapangan Polres HST - 28 -


dalam.

3. Persyaratan Pelaksanaan Pekerjaan Beton


a. Kelas dan mutu beton
1. Kelas dan mutu dari beton harus sesuai dengan standard Beton Indonesia NI-2
PBI-1971- Bilamana tidak ditentukan lain kuat tekan dari beton adaiah selalu
kekuatan tekan hancur dari contoh kubus yang bersisi 15 (10,06) cm diuji pada
urnur 28 hari,
2. Kriteria untuk menentukan mutu beton adalah persyaratan bahwa hasil
3. pengujian benda-benda uji harus memberikan hasil bk (kekuatan tekan beton
karakteristik) yang lebih besar dari yang ditentukan didalam tabel 4.2.1 PBI-
1971.

b. Komposisi Campuran Beton


1) Beton harus dibentuk dari semen Portland, pasir, kerikil, dan air seperti yang
ditentukan sebelumnya. Bahan beton dicampur dalam perbandingan yang serasi dan
diolah sebaik-baiknya sampai pada kekentalan yang baik tepat.
2) Untuk mendapatkan mutu beton yang sesuai dengan yang ditentukan dalam
spesifikasi ini, harus dipakai "campuran yang direncanakan" (designed mix).
Campuran yang direncanakan dihasilkan dari percobaan-percobaan campuran yang
memenuhi kekuatan karakteristik yang disyaratkan.
3) Ukuran maksimal dari agregat kasar dalam beton untuk bagian-bagian dari
pekerjaan tidak boleh melampaui ukuran yang ditetapkan dalam persyaratan bahan
beton, ukuran mana ditetapkan sepraktis mungkin sehingga tercapai pengecoran yang
tepat dan memuaskan.
4) Perbandingan antara bahan-bahan pembentuk beton yang dipakai untuk berbagai
mutu, harus ditetapkan dari waktu ke waktu selama berjalannya pekerjaan,
demikian juga pemeriksaan terhadap Agregat dan beton yang dihasilkan.
5) Perbandingan campuran dan faktor air semen yang tetap akan ditentukan atas
dasar beton yang dihasilkan yang mempunyai kepadatan yang tepat,kekedapan,
keawetan dan kekuatan yang dikehendaki.
6) Kekentaian (konsistensi) adukan beton untuk bagian-bagian konstruksi beton, harus
disesuaikan dengan jenis konstruks yang bersangkutan, cara pengangkutan adukan
beton dan cara pemadatannya. Kekentalan adukan beton antara lain ditentukan oleh
faktor air semen.
7) Agar dihasiikan suatu konstruksi beton yang sesuai dengan yang direncanakan, maka
faktor air semen ditentukan sebagai berikut :
 Faktor air semen untuk pondasi, sloof, poer, maksimum 0,60.
 Faktor air semen untuk kolom, balok, plat lantai, tangga, dan
listplank / parapet maksimum 0,60.
 Faktor air semen untuk konstruksi pelat atap, dan tempat-tempat basah
lainnya maksimum 0,55.
8) Untuk lebih mempermudahkan dalam pengerjaan beton dapat dihasilkan suatu
mutu sesuai dengan yang direncanakan, maka untuk konstruksi beton dengan faktor
air semen maksimum 0,55 harus memakai Plasticizer sebagai bahan additive.
Pemakaian merk dari bahan additive tersebut harus mendapat persetujuan dari
Konsultan Pengawas / Direksi.
9) Pengujian beton akan dilakukan oleh Konsultan Pengawas atas biaya Kontraktor.
Perbandingan campuran beton harus diubah jika perlu untuk tujuan penghematan yang
dikehendaki, workability, kepadatan, kekedapan, awet atau kekuatan dan Kontraktor
tidak berhak atas klaim yang disebabkan perubahan yang demikian.
c. Pengujian Konsistensi Beton dan Benda-benda Uji Beton
1) Banyaknya air akan dipakai untuk beton harus diatur menurut keperluan.; untuk
menjamin beton dengan konsistensi yang baik dan menyesuaikan variasi
kandungan lembab atau gradasi (perbutiran) dari agregat waktu masuk dalam
mesin pengaduk (mix). Penambahan air untuk mencairkan kembali beton padat
hasil pengadukan ang terlalu lama atau yang menjadi kering sebelum dipasang
sama sekali tidak diperkenankan.
2) Keseragaman konsistensi beton untuk setiap kali pengadukan sangat perlu.
Nilai slump dari beton (pengujian kerucut slump), tidak boleh kurang dari 8 cm
dan tidak melampaui 12 cm untuk segala beton yang dipergunakan. Semua

RKS Pembangunan Lintasan Lari Lapangan Polres HST - 29 -


pengujian harus sesuai dengan NI-2 PBI-1971. Konsultan Pengawas berhak untuk
menuntut nilai slump yang lebih kecil bila hal tersebut dapat dilaksanakan
dan akan menghasilkan beton berkuaiitas lebih tinggi atau aiasan
penghematan.
3) Kekuatan tekan dari beton harus ditetapkan oleh Konsultan Pengawas melalui
pengujian biasa dengan kubus 15 x 15 x 15 cm dibuat dan diuji sesuai dengan NI-2
PBI-1971. Pengujian slump akan diadakan oleh Konsultan Pengawas sesuai NI-2
PBI-1971. Kontraktor harus menyediakan fasilitas yang diperlukan untuk
mengerjakan contoh contoh pemeriksaan yang representative.

d. Baja Tulangan
1) Baja tulangan beton harus dibengkok/dibentuk dengan teliti sesuai dengan bentuk
dan ukuran-ukuran yang tertera pada gambar-gambar konstruksi.
Baja tulangan beton tidak boleh diluruskan atau dibengkokkan kembali dengan cara
yang dapat merusak bahannya. Batang dengan bengkokan yang tidak ditunjukkan
daiam gambar tidak boleh dipakai. Semua batang harus dibengkokkan dalam
keadaan dingin, pemanasan dari besi beton hanya dapat diperkenankan bila seluruh
cara pengerjaan disetujui oleh Konsultan Pengawas.
2) Besi beton harus dipasang dengan teliti sesuai dengan gambar rencana. Untuk
menempatkan tulangan tetap tepat ditempatnya maka tulangan harus diikat kuat
dengan kawat beton (binddraat) dengan bantalan blok-blok beton cetak (beton
decking) ataukursi-kursi besi / cakar ayam perenggang. Dalam segala al untuk besi
beton yang nor zontalharus digunakan penunjang yang tepat, sehingga tidak ada
batang yang turun.
3) Jarak bersih terkecil antara batang yang parallel apabila tidak ditentukan dalam
gambar rencana, minimal harus 1,2 kali ukuran terbesar dari agregat kasar dan
harus memberikan kesempatan masuknya alat penggetar beton.
4) Pada dasarnya jumlah luas tulangan harus sesuai dengan gambar dan
perhitungan. Apabila dipakai dimensi tulangan yang berbeda dengan gambar, maka
yang menentukan adalah luas tulangan, dalam hal ini kontraktor diwajibkan
meminta persetujuan terlebih dahulu dari Konsultan Pengawas.
5) Selimut Beton Penempatan besi beton di dalam cetakan tidak boleh menyinggung
dinding atau dasar cetakan, serta harus mempunyai jarak tetap untuk setiap bagian-
bagian konstruksi. Apabila tidak ditentukan di dalam gambar rencana, maka tebal
selimut beton untuk satu sisi pada masing-masing konstruksi adalah sebagai berikut:

 Kepala tiang (Poer), untuk sisi bawah 10 cm untuk sisi lainnya 5 cm.
 Balok sloof = 4 cm
 Kolom = 3 cm
 Balok = 2,5 cm

6) Sambungan Baja Tulangan


Jika diperlukan untuk menyambung tulangan pada tempat-tempat lain dari yang
ditunjukkan pada gambar-gambar, bentuk dari sambungan harus disetujui oleh
Konsultan Pengawas. Overlap pada sambungan-sambungan tulangan harus minimal
40 kali diameter batang, kecuali jika telah ditetapkan secara pasti di dalam gambar
rencana dan harus mendapat persetujuan Konsultan Pengawas.

e. Rencana Cetakan
1. Cetakan harus sesuai dengan bentuk, dan ukuran yang ditentukan dalam gambar
rencana. Bahan yang dipakai untuk cetakan harus mendapatkan persetujuan dari
Konsultan Pengawas sebelum pembuatan cetakan dimulai, tetapi persetujuan yang
demikian tidak akan mengurangi tanggung jawab Kontraktor terhadap keserasian
bentuk maupun terhadap perlunya perbaikan kerusakan-kerusakan, yang mungkin
timbul waktu pemakaian.
2. Sewaktu-waktu Konsultan Pengawas dapat meng-afkir sesuatu bagian dari bentuk
yang tidak dapat diterima dalam segi apapun dan Kontraktor harus dengan segera
mengambil bentuk yang di-afkir dan menggantinya atas bebannya sendiri.

3. Konstruksi Cetakan
a. Semua cetakan harus betul-betul teliti, kuat dan aman pada kedudukannya

RKS Pembangunan Lintasan Lari Lapangan Polres HST - 30 -


sehingga dapat dicegah pengembangan atau gerakan lain selama dan sesudah
pengecoran beton.
b. Semua cetakan beton harus kokoh. Alat-alat dan usaha-usaha yang sesuai dan
cocok untuk membuka cetakan-cetakan tanpa merusak beton dicor, permukaan
dari cetakan-cetakan harus diminyaki dengan minyak yang biasa
diperdagangkan untuk maksud itu yang mencegah secara efektif lekatnya beton
pada cetakan dan akan rnemudahkan melepas cetakan beton. Minyak
tersebut dipakai hanya setelah disetujui Konsultan Pengawas. Penggunaan
minyak cetakan hams hati-hati untuk mencegah kontak dengan besi beton dan
rnengakibatkan kurangnya daya lekat.
c. Penyangga cetakan (steiger) harus bertumpu pada pondasi yang baik dan kuat
sehingga tidak akan ada kemungkinan penurunan cetakan selama pelaksanaan.

f. Perlengkapan Mengaduk
Kontraktor harus menyediakan peralatan dan perlengkapan yang mempunyai ketelitian
cukup untuk menetapkan dan mengavvasi jumlah dari masing-masing bahan beton.
perlengkapan-perlengkapan tersebut dan cara pengerjaannya selalu mendapatkan
persetujuan Konsultan Pengawas.

g. Mengaduk
1. Bahan-bahan pembentuk beton harus. dicampur dan diaduk dalam rnesin
pengaduk beton yaitu 'batch mixer'. Konsultan Pengawas berwenang untuk
menambah waktu pengadukan jika pemasukan bahan dan cara pengadukan gagal
untuk mendapatkan hasil adukan dengan susunan kekentalan dan warna yang
merata / seragam dalam komposisi dan konsistensi dari adukan keadukan, kecuali
bila diminta adanya perubahan dalam komposisi atau konsistensi. Air harus dituang
lebih dahulu selama pekerjaan penyempurnaan.
2. Tidak diperkenankan melakukan pengadukan beton yang berlebih- lebihan (lamanya)
yang membutuhkan penambahan untuk mendapatkan konsistensi beton yang
dikehendaki. Mesin pengaduk yang memproduksi hasil yang tidak memuaskan harus
diperbaiki. Mesin pengaduk yang disentralistir, (batching mixing plant) harus
diatur sedemikian, hingga pekerjaan pengaduk dapat diawasi dengan mudah dari
stasiun operator. Mesin pengaduk tidak boleh dipakai melebihi dari kapasitas yang
telah ditentukan. Setiap mesin pengaduk harus diperlengkapi dengan alat
mekanis untuk mengatur waktu dan menghitung jumlah adukan.

h. Suhu
Suhu beton sewaktu dituang tidak boleh lebih dari 32° C dan tidak kurang dari 4,5° C.
Biia suhu dari beton yang dituang berada antara 27° C dan 32° C, beton harus diaduk di
tempat pekerjaan untuk kemudian langsung dicor. Bila beton dicor pada waktu iklim
sedemikian rupa sehingga suhu dari beton meiebihi 32° C, sebagai yang ditetapkan
oleh Konsultan Pengawas, Kontraktor harus mengambil langkah-langkah yang efektif,
umpamanya mendinginkan agregat menyampur dengan es dan mengecor pada waktu
malam hari bila perlu untuk mempertahankan sLhu beton, waktu dicor pada suhu di atas
32° C.

i. Pengangkutan Beton
Cara-cara dan aiat-alat yang digunakan untuk pengangkutan beton harus sedemikian rupa
sehingga beton dengan komposisi dan kekentalan yang diinginkan dapat dibawa
ketempat pekerjaan, tanpa adanya pemisahan dan kehilangan bahan yang menyebabkan
perubahan nilai slump.

j. Pengecoran
1. Beton tidak boleh dicor sebelum semua pekerjaan cetakan, ukuran dan letak baja
tuiangan beton sesuai dengan gambar pelaksanaan, pemasangan sparing-sparing
instalasi, penyokong, pengikatan dan lain- lainnya selesai dikerjakan. Sebeium
pengecoran dimulai permukaan- permukaan yang berhubungan dengan pengecoran
harus sudah disetujui oleh Konsultan Pengawas.
2. Segera sebelum pengecoran beton, semua permukaan pada tempat pengecoran beton
(cetakan)harus bersih dari air yang tergenang, reruntuhan atau bahan lepas.

RKS Pembangunan Lintasan Lari Lapangan Polres HST - 31 -


Permukaan bekisting dengan bahan- bahan yang menyerap pada tempat-tempat
yang akan dicor, harus dibasahi dengan merata sehingga kelembaban / air ari
betonyang baru di cor tidak akan diserap.
3. Permukaan-perrnukaan beton yang teiah dicor iebih dahulu, dimana akan dicor
beton baru, harus bersih dan lembab ketika dicor dengan beton baru. Pada
sambungan pengecoran ini harus dipakai perekat beton yang disetujui oleh
Konsuitan Pengawas. Pembersihan harus berupa pembuangan semua kotoran,
pembuangan beton -beton yang mengetupas atau tidak rusak, atau bahan
-bahan asing yang menutupinya. Semua genangan air harus dibuang dari
permukaan beton lama tersebut sebelum beton baru dicor.
4. Perlu diperhatikan letak/jarak/sudut untuk setiap penghentian pengecoran yang akan
rnasih berlanjut, terhadap sistem struktur / penulangan yang ada.
5. Beton boleh dicor hanya waktu Konsultan Pengawas atau wakilnya yang
ditunjuk serta staf Kontraktor yang setsraf ada di tempat kerja, dan
persiapan betul-betu! telah memadai.
6. Dalam semua hal, beton yang akan dicor harus diusahakan agar
pengangkutan ke tempat posisi terakhir sependek mungkin, sehingga pada
waktu pengecoran tidak mengakibatkan pemisahan antara kerikil dan
spesinya. Pemisahan yang beriebihan dari agregat kasar dalam beton yang
disebabkan jatuh bebas dari tempat yang cukup tinggi, atau sudut yang terlalu besar,
atau bertumpuk dengan baja -baja tulangan, tidak diijinkan. Kalau diperkirakan
pemisahan yang demikian itumungkin akan terjadi, Kontraktor harus
mempersiapkan tremie atau alat lain yang cocok untuk mengontrol jatuhnya beton.
7. Pengecoran beton tidak boleh dijatuhkan Iebih dari ketinggian dua meter,
semua penuangan beton harus selaiu lapis perlapis horizontal dan tebalnya tidak
Iebih dari 50 cm. Konsultan Pengawas mempunyaihak untuk mengurangi
tebal tersebut apabila pengecoran dengan tebal lapisan 50 cm tidak dapat
memenui spesifikasi ini.
8. Pengecoran beton tidak diperkenankan selama hujan deras atau lama
sedemikian rupa sehingga spesi / mortar terpisah dari agregat kasar. Selama
hujan, air semen atau spesi tidak boleh dihamparkan pada construction joint
dan air semen atau spesi yang hanyut terhampar harus dibuang sebelum pekerjaan
dilanjutkan.
9. Ember-ember / gerobak dorong beton yang dipakai harus sanggup menuang dengan
tepat dalam slump yang rendah dan memenuhi syarat-syarat carnpuran.
Mekanisrre penuangan harus di buat dengan kapasitas minimal 50 liter.
Juga harus >rsedia peralatan lainnya untuk mendukung lancarnya pengecoran dimana
diperlukan terutama bagi lokasi-lokasi yang terbatas.
10. Setiap lapisan beton harus dipadatkan sampai sepadat mungkin, sehingga
bebar dari kantong-kantong kerikil dan menutup rapat-rapat semua permukaan
dari cetakan dan material yang diletakkan. Dalam pemadatan setiap lapisan beton,
kepala alat penggetar (vibrator) harus dapat menembus dan menggetarkan
kembati beton pada bagian atas dari lapisan yang terletak dibawah. Lamanya
penggetaran tidak boieh menyebabkan terpisahnya bahan beton dengan airnya.
Semuanya beton harus dipadatkan dengan a l a t penggetar type Immerson beroperasi
dengan kecepatan paling sedikit 3000 putaran permenit ketika
dibenaPengawasan dalam beton.

k. Waktu dan Cara-cara Pembukaan Cetakan


1. Waktu dan cara pembukaan dan pemindahan cetakan harus mengikuti petunjuk
Konsuitan Pengawas. Pekerjaan ini harus dikerjakan dengan hati-hati untuk
menghindarkan kerusakan pada beton. Beton yang masih muda / lunak tidak
dijinkan untuk dibebani. Segera sesudah cetakan-cetakan dibuka permukaan beton
harus diperiksa dengan teliti dan permukaan- permukaan yang tidak beraturan
harus segera diperbaiki sampai disetujui Konsultan Pengawas.
2. Umumnya, diperlukan waktu minimum 2 hari sebelum cetakan-cetakan dibuka untuk
dinding yang tidak bermuatan dan cetakan-cetakan samping lainnya, tujuh hari untuk
dinding-dinding pemikul dan saluran- saluran, 21 hari untuk balok-balok, plat
lantai, plat atap tangga dan kolom. Walaupun demikian sebagai pedoman dalam
keadaan cuaca normal adalah sebagai berikut :
Struktur : Pengerasan normal

RKS Pembangunan Lintasan Lari Lapangan Polres HST - 32 -


Kolom dan dinding : 4 hari Plat tangga dll
Balok : 28 hari

I. Perawatan (Curing)
1. Semua beton harus dirawat (cured) dengan a i r seperti ditentukan di bawah
ini atau disemprot dengan Curing Agent ANTISOLS merek SIKA. Konsultan
Pengawas berhak menentukan cara perawatan bagaimana yang harus digunakan
pada bagian-bagian pekerjaan.
2. Permukaan beton yang terbuka harus dilindungi terhadap sinar matahari yang
langsung minimal selama 3 hari sesudah pengecoran. Perlindungan semacam itu
dilakukan dengan menutupi permukaan beton dengan deklit atau karung
bekas yang dibasahi dan harus dilaksanakan segerasetelah pengecoran dilaksanakan.
3 Perawatan beton seteiah tiga hari, yaitu dengan melakukan penggenangan
dengan air pada permukaan beton paling sedikit selama 14 hari terus menerus.
Perawatan semacam ini bisa dilakukan dengan penyiraman secara mekanis atau
dengan pipa yang berlubang-lubang atau dengan cara lain yang disetujui
Konsultan Pengawas sehingga selama masa tersebut permukaan beton selalu
dalam keadaan basah. Air yang digunakan dalam perawatan (curing) harus
nnenenuhi persyaratan spesifikasi air untuk campuran beton.

m. Perlindungan (Protection)
Kontraktor harus melindungi semua beton terhadap kerusakan -kerusakan ebelum
penerimaan terakhir oleh Konsultan Pengawas.

n. Perbaikan Permukaan Beton


1. Jika sesudah permbukaan cetakan-cetakan ada permukaan beton yang idak sesuai
dengan yang direncanakan, atau tidak tercetak menurut ambar atau di luar
garis permukaan, atau ternyata ada permukaan yang rusak, hal itu dianggap
sebagai tidak sesuai dengan spesifikasi ini dan harus dibuang dan diganti oleh
kontraktor atas bebannya sendiri. Kecuali jika Konsultan izmnya untuk
menambal tempat yang rusak, dalam hal mana penambalan harus dikerjakan
seperti yang telah tercantum dalam pasal-pasal berikut.
2. Kerusakan yang memerlukan pembongkaran dan perbaikan i a l a h yang terdiri dari
sarang kerikil, kerusakan-kerusakan karena cetakan, lobang- lobang karena
keropos, ketidak rataan dan bengkak harus dibuang dengan pemahatan atau
dengan batu gerinda. Sarang kerikil dan beton lantainya harus dipahat, lobang-
lobang pahatan harus diberi pinggiran yang tajam dan dicor, dan seterusnya
disempurnakan.
3. Jika menurut pendapat Konsultan Pengawas hal-hal yang tidak sempurna pada bagian
bangunan yang akan terlihat jika dengan penambalan saja akan menghasilkan
sebidang dinding, yang tidak memuaskan kelihatannya, Kontraktor
diwajibkan untuk menutupi seluruh dinding (dengan spesi plesteran lpc : 3ps)
dengan ketebalan yang tidak melebihi I cm demikian juga pada dinding yang
berbatasan (yang bersambungan) sesuai dengan instruksi dari Konsultan Pengawas.
Perlu diperhatikan untuk permukaan yang datar batas toleransi kelurusan (pencekungan
atau pencembungan) bidang tidak boleh melebihi dari L/1000 untuk semua
komponen.
o. Pekerjaan Sparing
1. Bahan-bahan material sparing, letak-letak dan posisi sparing harus sesuai
dengan gambar kerja dan tidak boleh mengurangi kekuatan struktur.
2. Tempat-tempat dari sparing dilaksanakan, bila tidak ada dalam gambar, maka
Kontraktor harus mengusulkan dan minta persetujuan dari Konsultan Pengawas.
3. Bilamana sparing (pipa, dll) berpotongan dengan baja tulangan, maka baja tulangan
tersebut tidak boleh ditekuk atau dipindahkan tanpa persetujuan dari Konsultan
Pengawas.
4. Semua sparing-sparing (pipa) harus dipasang sebelum pengecoran dan harus
diperkuat sehingga tidak akan bergeser pada saat pengecoran beton.
5. Sparing-sparing harus dilindungi sehingga tidak akan terisi beton waktu pengecoran.

Pasal 2

RKS Pembangunan Lintasan Lari Lapangan Polres HST - 33 -


PEKERJAAN PONDASI LAJUR BETON, DAN SLOOF BETON

1. Lingkup Pekerjaan
Menyediakan tenaga kerja, material, peralatan dan transportasi yang diperlukan untuk
menyelesaikan semua pondasi lajur beton, dan sloof beton seperti yang tercantum pada
gambar rencana, atau yang tersebut dalam spesifikasi, maupun pada keduanya.

Pekerjaan Pondasi Lajur Beton


Persyaratan Bahan untuk Lajur beton dengan data-data sbb :
 Mutu Beton : Beton mutu f’c = 19,3 MPa
 Mutu Baja tulangan :
 Ukuran & jumlah baja tulangan : sesuai gambar
 Sistem dengan Sistem gali dan cetakan

2. Persyaratan Umum
a. Bekisting / cetakan harus dipasang dengan kuat dan pada posisi sesuai dengan gambar
Pelaksanaan untuk pondasi. Dianjurkan untuk memakai cetakan dari pasangan batako,
untuk cetakan struktur di bawah tanah.
b. Bawah sloof dan bagian-bagian bawah pondasi telapak yang terletak langsung pada tanah
harus dibuat terlebih dahulu lapisan lantai kerja dari rabat beton setebal 5 cm, dan
pasir urug padat setebal 10 cm, sesuai dengan gambar peiaksanaan.
c. Pada balok sloof harus dipasang stek-stek untuk kolom-kolom praktis yang
letaknya sesuai deng^n gambar Pelaksanaan (dokumen lelanq).
d. Pelaksanaan pekerjaan beton selengkapnya harus mengikuti uraian pasal 1 di atas
Persyaratan Pengejaan Beton).
e. Beton Tumbuk / Rabat Beton dan Pasir Urug Padat.
1) Pelaksanaan beton tumbuk / rabat beton seperti tercantum didalam gambar harus
memenuhi syarat campuran 1 pc : 3ps : 5 kr.
2) Di bawah beton tumbuk ini harus diberi pasir urug yang dipadatkan setebai
10 cm, yang dihamparkan di atas tanah yang telah dipadatkan sesuai dengan
persyaratan pemadatan.
f. Pola dan lokasi harus sesuai dengan gambar Pelaksanaan dan detail-detail yang ada.
g. Sebelum pengecoran dimulai, tarnpat-tempat yang akan dicor harus dibersihkan dulu dari
kotora-kotoran dan rnaterial-material yang bisa mengakibatkan erkurangnya kekuatan
beton.
PASAL 3
PEKERJAAN BEKISTING

3.1 UMUM
A. Perencanaan dan pelaksanaan pekerjaan bekisting harus memenuhi syarat-
syarat PBI 1971 N. I-2 dan Recommended Practice for Concrete Formwork ACI
347-68.
B. Pekerjaan bekisting meliputi semua bagian bekisting dan perancahnya baik yang
sementara maupun permanen yang diperlukan untuk dapat membentuk suatu
konstruksi bekisting yang baik, seperti bentuk, kelurusan, elevasi dan posisinya
serta memenuhi toleransi yang dipersyaratkan.
C. Bekisting harus dipergunakan bilamana diperlukan untuk mengikat dan membentuk
beton sesuai dengan ukuran yang dipersyaratkan. Bekisting harus mempunyai cukup
kekuatan untuk menahan tekanan yang terjadi pada waktu pengecoran dan juga harus
cukup kaku untuk menjaga ukuran beton dalam toleransi yang diijinkan. Bekisting
harus diperkuat dengan cukup pengaku dalam arah melintang, memanjang dan
dalam bidang mendatar.
D. Irisan tanah tidak boleh dipergunakan sebagai bekisting untuk permukaan
vertikal kecuali dengan persetujuan Direksi/Pimpro.
E. Sebelum pengecoran beton dimulai, Direksi/Pimpro akan memeriksa dan
menyetujui secara tertulis semua pekerjaan perencanaan dan pelaksanaan
bekisting. Persetujuan mana tidak berarti kontraktor utama bebas atau terlepas dari
tanggung jawab atas pekerjaannya.
F. Bekisting dan perancahnya harus direncanakan sedemikian rupa sehingga dapat

RKS Pembangunan Lintasan Lari Lapangan Polres HST - 34 -


dengan cepat dan mudah dipindahkan tanpa pukulan atau guncangan yang dapat
menimbulkan kerusakan pada beton, sehingga beton dapat memikul bebannya secara
bertahap dan merata.

3.2 PERENCANAAN DAN PEMASANGAN BEKISTING


A. Perencanaan bekisting dan konstruksinya harus dapat dipertanggung jawabkan oleh
kontraktor utama.

B. Bekisting harus direncanakan untuk dapat memikul beban - beban vertikal dan
lateral serta beban bergerak di atasnya seperti yang ditentukan pada
Recommended Practicce for Concrete Formwork ACI 347-68, termasuk pula
peninjauan terhadap beban angin, kekuatan ijin, dsb. yang diatur oleh Peraturan
Pemerintah Daerah setempat.

C. Lendutan maksimum permukaan bekisting beton ekspose adalah 1/400 bentang


antara anggota struktur
.
D. Konstruksi bekisting harus cukup rapat untuk mencegah hilang atau lolosnya
adukan beton. Untuk membuat pojokan (beveling) pada beton ekspose dapat
dipergunakan chamfer strips yang disisipkan pada bagian pojok sebelah dalam dan
tepi sambungan bekisting tidak perlu diberikan pojokan (beveling).

E. Agar dapat memenuhi toleransi yang diperlukan, bekisting dapat dibuat sedikit
melengkung ke atas (lawan lendutan) untuk mengantisipasi terjadinya lendutan pada
saat beton mengeras.

F. Pada perancah harus dipersiapkan alat-alat untuk penyetelan (wedges atau jacks)
dan semua penurunan yang terjadi harus diperbaiki/diangkat selama pengecoran.
Bekisting harus diberi pengaku yang cukup terhadap refleksi lateral.

G. Bukaan sementara harus diberikan pada dasar bekisting kolom, dinding beton dan
pada titik-titik lain yang diperlukan untuk pembersihan dan pemeriksaan sebelum
beton dicor.

H. Perlengkapan bekisting yang tertanam sebagian atau seluruhnya didalam beton,


seperti ties dan hanger, harus merupakan produksi keluaran dari pabrik. Kawat yang
non fabrikasi tidak boleh dipergunakan. Ties pada bekisting harus dipasang
sedemikian sehingga ujung fastener dapat dipindahkan tanpa menimbulkan
kerusakan pada permukaan beton. Sesudah ujung fastener dipindahkan, bagian ties
yang tertanam dipotong dari muka bekisting beton tidak kurang dari 2 diameter atau 2
kali ukuran ties terkecil untuk permukaan beton ekspose, dalam segala hal jarak ini
tidak boleh kurang dari 20 mm. Jika permukaan beton tidak untuk diekspose, ties
bekisting boleh dipotong rata dengan permukaan bekisting.

I. Pasa sambungan pengecoran, permukaan kontak bekisting untuk beton ekspose tidak
boleh overlap dengan beton yang dicor sebelumnya lebih dari 25 mm. Bekisting
harus dipegang terhadap pengecoran terdahulu untuk mencegah hilangnya mortar
pada sambungan pengecoran dan untuk memperoleh permukaan yang diinginkan.

J. Bekisting kayu untuk bukaan dinding harus dibuat untuk memudahkan


pembongkaran bekisting, dan bilamana perlu, untuk mengatasi pengembangan
bekisting.

K. Wedges yang digunakan untuk penyetelan akhir bekisting sebelum pengecoran


harus diikat pada posisi setelah pengecekan akhir.

L. Bekisting harus didukung oleh perancah sedemikian sehingga tidak terjadi


perubahan pada sistem bekisting selama pengecoran.

M. Jalan untuk fasilitas lalu lintas alat pengecoran harus disediakan dengan papan
penopang berikut kaki-kakinya yang diletakkan langsung di atas bekisting atau bagian

RKS Pembangunan Lintasan Lari Lapangan Polres HST - 35 -


konstruksi lainnya tetapi tidak boleh diletakkan di atas besi tulangan.

3.3 TOLERANSI
A. Kecuali ditentukan lain oleh Direksi/Pimpro, bekisting harus dibuat sedemikian
sehingga permukaan beton akan mengikuti batas-batas toleransi pada tabel 4.1
dibawah ini.

TABEL 4.3 TOLERANSI PERMUKAAN BEKISTING

1. Toleransi terhadap kelurusan vertikal :


- Untuk garis dan permukaan kolom, tiang bor, dinding dan untuk
garis- garis pertemuan 2 bidang :
Untuk tiap panjang 3 m ... 5 mm
Maksimum untuk panjang keseluruhan ... 25 mm
- Untuk bagian pojok kolom ekspose, lekukan vertikal, dan garis
nyata lainnya :
Untuk panjang 6 m ... 5 mm
Maksimum untuk panjang keseluruhan ... 12 mm

2. Toleransi terhadap level atau kemiringan yang dispesifikasi dalam gambar


- Untuk sisi bawah plat, plafond, balok dan untuk garis-garis
pertemuan 2 bidang diukur sebelum perancah dipindahkan :
Untuk tiap panjang 3 m ... 5 mm Untuk tiap bentang atau untuk tiap
panjang 6 m ... 10 mm Maksimum untuk panjang keseluruhan ... 20
mm
- Untuk Balok lintel ekspose, ambang (sills), parapet, lekukan vertikal
dan garis nyata lainnya :
Untuk tiap bentang atau untuk tiap panjang 6 m ... 5 mm
Maksimum untuk panjang keseluruhan ... 12 mm

3. Toleransi keseluruhan garis bangunan dari posisi yang ada dalam plan, posisi
kolom, dinding dan partisi yang berhubungan :
Untuk tiap bentang ... 12 mm
Untuk tiap panjang 6 m ... 12 mm
Maksimum untuk panjang keseluruhan ... 25 mm

4. Toleransi ukuran dan lokasi lubang, bukan pada lantai dan dinding + 5 mm

5. Toleransi ukuran penampang kolom dan balok, serta ketebalan plat dan
dinding : Minus ... 5 mm Plus ... 12 mm

6. Toleransi pondasi hanya berlaku untuk penampang beton.


- Toleransi dimensi dalam plan :
Minus ... 5 mm
Plus ... 50 mm
- Kesalahan posisi atau eksentrisitas :
2 % dari lebar pondasi dalam arah kesalahan posisi tapi tidak lebih
dari 50 mm
- Ketebalan :
Kekurangan dari ketebalan yang ditetapkan ... 5 %

7. Toleransi pada tangga :


- Untuk sebuah tangga naik :
Tanjakan (Rise) ... + 2 mm
Injakan (Tread) ... + 5 mm
- Untuk tangga menerus :
Tanjakan (Rise) ... + 1 mm
Injakan (Tread) ... + 2 mm

B. Kontraktor utama harus mengusahakan dan memelihara dalam jumlah yang cukup
titik kontrol dan bench mark yang digunakan sebagai referensi untuk pengecekan

RKS Pembangunan Lintasan Lari Lapangan Polres HST - 36 -


toleransi dalam kondisi yang tidak berubah hingga selesainya proyek.

C. Disamping toleransi yang ditetapkan dalam Tabel 3.1 diatas, tidak boleh ada
bagian bangunan yang dibuat diluar batas proyek yang ada.

D. Toleransi yang diijinkan terhadap kelurusan vertikal dan garis bangunan yang
direncanakan untuk bagian-bagian ari bangunan harus mendapat persertujuan
Direksi/Pimpro.

4.4 PERSIAPAN PERMUKAAN BEKISTING


A. Sebelum dipasang, semua permukaan bekisting dan material yang tertanam harus
bersih dari akumulasi mortar atau grout dari pengecoran sebelumnya dan dari material
asing lainnya.

B. Kecuali ditentukan lain, permukaan bekisting harus diperlakukan sebagai berikut :


1. Sebelum dipasang, permukaan beton harus dilapisi dengan bahan yang
mencegah penyerapan air, melekatnya beton pada bekisting dan tidak mengotori
permukaan beton. Dapat dipakai bahan release agent atau sealer atau
nonabsorptive liner yang disetujui oleh Direksi/Pimpro.
2. Sisa material pelapis tidak boleh menggenangi bekisting atau pada bagian
beton mengeras dimana akan dicor beton.

4.5 PEMBONGKARAN BEKISTING


A. Jika diperlukan perbaikan segera pada permukaan beton atau finishing yang rusak,
bekisting harus segera dilepas sesudah beton cukup keras sehingga tidak rusak pada
saat pembongkaran bekisting.

B. Bagian atas bekisting beton yang miring dapat dilepas setelah beton cukup kaku dan
tidak akan melendut. Jika diperlukan perbaikan atau perlakuan pada pemukaan
beton harus segera dilakukan dan diikuti dengan perawatan beton yang dispesifikasi.

C. Bekisting kayu untuk bukaan dinding harus segera dilepas sesudah beton cukup keras
sehingga tidak rusak pada saat pembongkaran bekisting.

D. Bekisting kolom, dinding, sisi balokdan bagian lain yang tidak menahan berat beton
dapat segera dilepas sesudah beton cukup keras sehingga tidak rusak pada saat
pembongkaran bekisting.

E. Bekisting dan perancah yang digunakan untuk memikul berat beton balok, plat dan
bagian konstruksi lainnya baru boleh dilepas setelah beton mencapai kekuatan minimum
75% dari kekuatan beton yang dipersyaratkan.

F. Pembongkaran bekisting harus mengikuti ketentuan yang tercantum dalam PBI 1971
N.I-2 pasal 5.8, tetapi tidak boleh kurang dari :
- Sisi balok, dinding dan kolom (unloaded)... 24 hari
- Pelat (prop left in place ) ... 3 jam
- Sisi bawah balok (prop left in place) ... 7 hari
- Penyangga plat antara balok ... 7 hari
- Penyangga balok ... 14 hari
- Penyangga kantilever ... 28 hari

G. Jika perancah diatur sedemikian sehingga bekisting permukaan yang tidak memikul
beban dapat dilepas tanpa mengganggu perancahnya, bekisting tersebut dapat dilepas
lebih awal dengan persetujuan Direksi/CM.

H. Pada saat bekisting dilepas, tidak boleh terjadi lendutan atau distorsi yang besar
maupun kerusakan pada beton, baik karena pembongkaran penyangga maupun karena
proses pelepasan bekisting.

RKS Pembangunan Lintasan Lari Lapangan Polres HST - 37 -


4.6 RESHORING
A. Jika diperbolehkan dilakukan reshoring, pelaksanaannya harus direncanakan
terlebih dahulu dan harus mendapat persetujuan Direksi/Pimpro. Pada saat pelaksanaan
reshoring tidak boleh ada beban hidup yang bekerja pada konstruksi yang baru.
B. Pada saat reshoring, beton balok, plat, kolom dan bagian konstruksi lainnya harus
diperhitungkan bisa memikul kombinasi beban mati dan beban konstruksi menurut
beban uyang diijinkan oleh Direksi/Pimpro terhadap kekuatan beton yang sudah terjadi
pada saat reshoring. Reshoring harus segera dilakukan sesudah proses pembukaan
bekisting selesai. Reshoring harus sedemikian sehingga dapat memikul beban yang
diijinkan tanpa terjadi overstress. Reshoring harus tetap terpasang sampai hasil test
beton yang disangga telah mencapai kekuatan beton yang dipersyaratkan.
C. Perancah dibawah beton lantai yang baru dicor harus merupakan perancah yang
ditinggal ditempat atau harus direshoring. Sistem reshoring harus mempunyai kapasitas
yang cukup untuk menahan beban yang diperhitungkan dan dalam segala hal harus
mempunyai kapasitas sama dengan satu setengah kali kapasitas perancah diatasnya.
Posisi reshore harus tepat dibawah perancah aiatasnya atau pada lokasi lain yang
disetujui.
D. Reshoring harus meliputi beberapa lantai yang cukup untuk mendistribusikan berat
beton yang baru dicor, bekisting dan beban hidup konstruksi dimana beban kombinasi
rencana tidak dilampaui.

4.7 MATERIAL UNTUK BEKISTING


A. Bekisting dapat dibuat dari k a y u , plywood, baja atau material lain yang disetujui
Direksi/Pimpro.

B. Papan kayu yang dipakai tidak boleh mempunyai ketebalan kurang dari 25 mm.
Tebal plywood tidak boleh kurang dari 9 mm, cetakan baja terbuat dari baja lembaran
dengan rangka yang sesuai dan diperkuat dengan baja siku, baja T, dan/atau flat.

C. Minyak atau bahan release agent untuk cetakan harus dari bahan yang tidak
merugikan untuk bahan finishing yang akan dipasang maupun beton dengan fair faced
finished. Bahan pelepas (release agent) harus dipakai secara teliti sesuai dengan
instruksi pemakaian dari pabrik dan tidak boleh mengenai besi tulangan, tendon
pratekan dan angkurnya.

D. Perancah dapat dibuat dari kayu, baja tubular, atau baja bulat.

E. Untuk konstruksi berat, utnuk menyangga perancah mungkin diperlukan pondasi beton
atau pondasi tiang sementara.

Pasal 5
PEKERJAAN STRUKTUR BAJA DAN BAJA RINGAN

1. Lingkup Pekerjaan
Yang termasuk pekerjaan struktur baja adalah seluruh pekerjaan baja sesuai dengan gambar-
gambar peiaksanaan, termasuk di dalamnya tapi tidak terbatas pada :
a. Pekerjaan pengadaan dari semua peralatan, perlengkapan, tenaga serta bahan-
bahan seperti pelat, profiI, bant, angker dan Lain-Lain menurut kebutuhan
sesuai dengan gambar kerja dan persyaratan-persyaratan teknispelaksanaan.

b. Pekerjaan pembuatan bagian-bagian konstruksi baja, seperti sambungan-sambungan,


pengelasan baik las sudut, maupun las penuh, sambungan dengan baut dan Lain-lain
sesuai dengan gambar kerja dan persyaratan teknis pelaksanaan.

c. Pekerjaan pemasangan dan penyelesaian konstruksi baja seperti pemasangan rangka


atap (kuda-kuda baja ringan), rangka ikatan angin, ikatan pengaku, gording, trekstang,
pengecatan dan Lain-Lain sesuai dengan gambar kerja produsen dan persyaratan teknis
pelaksanaan.

RKS Pembangunan Lintasan Lari Lapangan Polres HST - 38 -


2. Persyaratan Umum
Semua pelaksanaan pekerjaan baja ini harus memenuhi persyaratan-persyaratan normalisasi
yang berlaku di Indonesia, seperti :
a. Peraturan Perencanaan Bangunan Baja Indonesia 1983, NI-83 PBUBB (1970) dan Lain-
Lain kecuali ada hal-hal yang khusus.
b. AISC "Specification for Fabrication and Erection' 12 Pebruari 1981.
c. Semua Pekerjaan baut (bolt) pada bangunan ini juga harus memenuhi syarat dari AISC
"Specification for Structural joints Bolts'.
d. Semua pekerjaan las harus mengikuti 'American Welding Society for Arc Welding in
Building Construction Section.

3. Persyaratan Bahan
a. Mutu baja yang digunakan untuk konstruksi (bila ada) adalah Baja Bj-37.
b. Seluruh profil baja yang digunakan sesuai dengan persyaratan bahan dan harus
mendapat persetujuan Konsultan Pengawas / Direksi dan dilampiri sertifikat dari
pabrik pembuat profil baja tersebut.
b. Elektroda las yang digunakan sesuai dengan persyaratan bahan dan harus mendapat
persetujuan Konsultan Pengawas, harus disimpan pada tempat terlindung yang
menjamin komposisi dan sifat-sifat lain dan bahan elektroda tersebut.
c. Semua bahan konstruksi baja yang dipergunakan harus memenuhi persyaratan
Peraturan Umum Bahan Bangunan (PUBB 1982) dan harus memenuhi standard
ASTM A - 36.
d. Bahan-bahan yang dipakai untuk pekerjaan baja harusdiperoleh dari
Supplier/ Distributor yang terkenal dan disetujui Konsultan Pengawas.
e. Semua bahan-bahan harus lurus, tidak cacat dan tidak ada karatnya.
f. Penampang-penampang (profil) yang tepat, bentuk, tebal, ukuran, berat dan detail-
detail konstruksi yang ditunjukkan pada gambar harus disediakan.

4. Persyaratan Teknis
a. Kontraktor wajib meneliti kebenaran dan bertanggung jawab terhadap semua
ukuran-ukuran yang tercantum pada gambar kerja.
b. Kontraktor wajib membuat shop drawing untuk meiengkapi gambar detai l /
sambungan dari bagian-bagian konstruksi baja yang tidak/ belum tercantum dalam
gambar kerja, untuk mendapatkan persetujuan Konsultan Pengawas sebelum memulai
pekerjaan tersebut.
c. Perubahan bahan atau detail terhubung alasan-alasan tertentu harus diajukan dan
iusulkan pada Konsultan Pengawas untuk mendapat persetujuan.
d. Semua perubahan-perubahan yang disetujui dapat dilaksanakan tanpa ada biaya
tambahan yang mempengaruhi kontrak.
e. Kontraktor bertanggung jawab terhadap semua kesalahan-kesalahan detailing,
fabrikasi dan ketepatan penyeteian / pemasangan semua bagian bagian konstruksi baja.
f. Seluruh pekerjaan struktur baja harus difabrikasi di Workshop sehingga
hanya pekerjaan perakitan yang dikerjakan di lapangan.
g. Semua rivet dan baut baik yang dikerjakan di workshop rnaupun dilapangan harus
selalu memberikan kekuatan yang sebenarnya dan masuk tepat pada, lubang rivet
atau baut tersebut.
h. Pekerjaan perubahan dan pekerjaan tambahan dilapangan pada waktu pemasangan yang
diakibatkan atau diganti oleh kurang teliti atau kelalaian kontraktor, harus dilaksanakan
atas biaya kontraktor.
i. Kekurang tepatan pemasangan karena hasil fabrikasi harus dibetulkan, diperbaiki
atau diganti dengan yang baru dan semua biaya untuk ini harus ditanggung oleh
kontraktor.
j. Kontraktor dapat diminta untuk memberikan surat keterangan tentang pengujian oleh
pabrik (laboratonum) untuk bahan konstruksi baja yang digunakan.
k. Setelah pengujian bahan diiakukan, maka hasil testing tersebut harus diberikan
kepada Konsultan Pengawas untuk mendapat persetujuan terhadap bahan konstruksi baja
tersebut.
l. Pekerjaan baja harus dilaksanakan sesuai dengan keterangan-keteranganyang
tertera dalam gambar, lengkap dengan penyangga-penyangga, alat untuk memasang

RKS Pembangunan Lintasan Lari Lapangan Polres HST - 39 -


dan menyambungnya, pelat-pelat siku peralatan penunjang untuk presisi dan
komponen rnaupun pekerjaannya sendiri.
m. Pekerjaan harus bertaraf kelas satu, semua pekerjaan ini harus diselesaikan bebas dari
puntiran, tekanan dan harus dikerjakan dengan teliti untuk menghasilkan tampak
yang rapi sekali.
n. Semua perlengkapan atau barang-barang / pekerjaan lain yang perlu demi
kesempurnaan pemasangan, walaupun tidak secara khusus diperlihatkan da lam
gambar atau dipersyaratkan disini, harus diadakan / disediakan, kecuaii jika
diperlihatkan atau dipersyaratkan lain,
o. Konstruksi baja yang telah dikerjakan, tetapi belum dilakukan pengecatan, harus
segera dilindungi terhadap pengaruh-pengaruh udara, hujan danLain-Lain dengan cara
yang memenuhi syarat.
p. Sebelum bagian-bagian dari konstruksi dipasangkan di mana semua bagian yang perlu
sudah diberi lubang dan sedang dibersihkan dari karat, maka bagian-bagian itu harus
diperiksa dalam keadaan tidak cacat.

5. Persyaratan Pelaksanaan
a. Pengelasan
1) Pengelasan harus dikerjakan oleh ahli yang berpengalaman. Pemborong wajib
menyerahkan sertifikat keahlian dari masing-rnasing tukang lasnya. Sertifikat
kelas A untuk tenaga ahli yang mengerjakan bagian- bagian sekunder
konstruksi.
2) Kekuatan bahan las yang dipakai minimal harus sama dengan kekuatan baja
yang dipakai. Bahan las yang dipergunakan dari type E 6010, posisi
pengelasan plat horizontal dan overhead, dan type E 6012 dan E 6013 untuk
posisi pengelasan plat, dan harus dijaga agar supaya dalam keadaan baik dan
kering.
3) Pekerjaan las harus dilakukan dibengke! (pabrik) atau bet sangina dan
dalam keadaan kering. Baja yang sedang dikerjakan harus ditempatkan
sedemikian rupa, sehingga pekerjaan las dapat dilakukan dengan keadaan
baik dan teliti.
4) Pemberhentian las, harus pada tempat yang ditentukan dan harus
dijamin tidak akan berputar atau membengkok.
5) Setelah pengelasan, maka sisa-sisa / kerak-kerak las harus dibuang dan
dibersihkan dengan baik.
6) Semua pengerjaan pengelasan harus dikerjakan dengan rapih dan tanpa
menimbulkan kerusakan-kerusakan pada bahan bajanya.
7) Pengelasan harus menjamin pengaliran yang rata dari cairan elektroda
tersebut.
8) Teknik cara pengelasan yang dipergunakan harus memperlihatkan mutu dan
kualitas dari las yang dikerjakan.
9) Permukaan dari bagian yang akan dilas harus bebas dari kotoran, cat,
minyak, karat dan kotoran dalam ukurankecilpun harus dibersihkan, bahan
yang akan dilas juga harus bersih dari aspal.
10) Peralatan yang dipergunakan untuk mengelas harus memakai type yang sesuai
dengan yang dibutuhkan, sehingga penyambungan dengan las dapat memuaskan.
Mesin las tersebut harus mencapai kapasitas 24 - 40 volt dan 200 - 400
Ampere.
11) Perbaikan las. Bila pekerjaan las ternyata memerlukan perbaikan, maka hal ini
harus dilakukan sebagaimana diperintahkan oleh Konsultan Pengawas, biaya
perbaikan las ini menjadi tanggung jawab Pemborong.

b. Sambungan dengan Baut (bila ada)


1) Sambungan-sambungan yang dibuat harus dapat memikul gaya-gaya yang
bekerja, selain berguna untuk tempat pengikatan dan untuk
menahan lenturan batang.
2) Lubang bolt harus lebih besar 0,5 mm dari pada diameter bolt, jika bolt
dikerjakan di shop, maka cara melubangi boleh langsung dengan alat
pengerat, semua pelubangan / pengeboran untuk bolt ketat harus dapat dikerjakan
sesudah bagian-bagian / profil-profil yang akan dikerjakan tersebut

RKS Pembangunan Lintasan Lari Lapangan Polres HST - 40 -


dikerjakan.
3) Daerah-daerah yang berbatasan antara profil dengan lubang bolt dan bolt itu
sendiri harus dapat memikul gaya-gaya dan dapat dengan cepat meneruskan gaya
tersebut.
4) Pengujian pekerjaan sambungan baut dan las Untuk sambungan baut dan las
dilakukan pemeriksaan visual kecuali pengelasan dengan Full Penetration
harus dilakukan dengan X-ray test, sebanyak 2 (dua) titik pengetesan.
Pemeriksaan dilakukan dengan random testing. Untuk pekerjaan las dan pengujian
yang tidak memenuhi syarat harus diulangi kembali sampai memenuhi
persyaratan. Biaya X ray test ditanggung oleh Kontraktor.

6. Pemasangan
Pemasangan rangka-rangka baja tidak boleh bergeser lebih dari 2 mm dan as-nya. Kemudian
juga elemen-etemen vertical harus tegak lurus dengan bidang permukaan lantai.
a. Kontraktor diwajibkan untuk menjaga supaya bagian-bagian konstruksi yang
bertumpuk dilapangan tetap dalam keadaan baik seperti pada saat pelaksanaan
pembuatan konstruksi tersebut.
b. Kontraktor harus menjaga konstruksi yang bertumpuk dilapangan, agar
jangan rusak karena perubahan cuaca.
c. Memotong dan menyeiesaikan pinggiran-pinggiran bekas irisan dan Lain-lain.
1) Pemotongan-pemotongan baja untuk bahan konstruksi, harus dengaan
mechanical cutting kecuali ditunjukkan lain pada gambar rencana.
2) Bagian-bagian bekas irisan harus benar-benar datar, lurus dan bersih,
sekali-sekali tidak diperbolehkan ada bekas jalur dan Lain-Lain.
3) Bila bekas pernotongan dengan mesin diperoleh pinggiran-
pinggiran bekas irisan, maka bagian-bagian tersebut harus dibuang
sekurang- kurangnya 2,5 mm, kecuali kalau keadaannya sebelum dibuang
setebal 2,5 mm sudah tidak tampak lagi jalur-jalur.
4) Bagian-bagian konstruksi yang berfungsi sebagai pengisi juga perlu dibuang
bekas-bekas potonganh atau kotoran-kotoran lainnya.
d. Menembus, mengebor dan meluaskan lubang.
1. Semua lubang-lubang pada bahan baja harus dibor.
2. Pada keadaan akhir diameter lubang untuk baut yang dibubut dengan
tepat dan sebuah baut hitam yang tepat boleh berbeda masing-masing
sebanyak 0,1 mm dan 0,4 mm dari pada diameter batang baut-baut.
3. Semua lubang-lubang dalam bagian konstruksi yang disambung dan yang
harus dijadikan satu dengan alat penyambung, harus dibor sekaligus sampai
diameter sepenuhnya. Apabila ternyata tidak sesuat, maka perubahan-
perubahan lubang tersebut dibor atau diluaskan dan nenyimpanannya tidak
boleh melebihi 0,5 mm.
4. Semua lubang-lubang harus benar-benar bulat atau sesuai dengan permintaan
gambar rencana terdiri dari siku-siku pada bidang-bidang dan bagian-bagian
konstruksi yang akan disambung.
5. Semua lubang-lubang sebelum pemasangan harus dibersihkan dulu,
mempersiapkan lubang tidak boleh dilakukan dengan besi / sikat kawat atau
besi penggaruk.

7. Perawatan dan Perlindungan


a. Seluruh profil baja harus dibersihkan dari permukaan korosi (karat) dan
kotoran kotoran ataupun minyak-minyak, dengan menggunakan sikat baja atau
sand blasting, sampai permukaannya memperoleh warna metalik merata.
b. Segera setelah dibersihkan, sebelum profil-profil baja dipasang di
workshop, seluruh permukaannya harus cepat-cepat dicat dengan meni (red
oxide) yang tebalnya 30-35 micron. Cat dasar ini harus betul-betul merata untuk
seluruh permukaan profil.
c. Cat dasar yang tidak baik harus dibuang / dibersihkan sarna sekali,
disikat kawat, digosok dan setelah bersih segera dicat dasar lagi seperti
yang telah diuraikan. Cat dasar dilaksanakan dua kali pengecatan dan dipakai
produksi ICI atau setara.
d. Pengecatan harus sesuai dengan instruksi yang dikeluarkan oleh pabrik dan
mengikuti petunjuk Konsultan Pengawas.

RKS Pembangunan Lintasan Lari Lapangan Polres HST - 41 -


e. Sebelum memulai pengecatan kontraktor harus memberitahukan kepada
Konsultan Pengawas untuk mendapat persetujuannya.

Pasal 7
PEKERJAAN RANGKA ATAP BAJA RINGAN

1. Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan ini meliputi pengiriman material ke site, perangkaian (assembling) dan ereksi
(erection), seluruh pekerjaan pemasangan baja ringan seperti tercantum dalam gambar
kerja meliputi :
a. Pekerjaan rangka atap (roof truss)
b. Pekerjaan reng (batten)
c. Pekerjaan jurai dalam (valley gutter)

Lingkup pekerjaan tidak meliputi:


a. Pemasangan penutup atap
b. Pemasangan kap finishing atap
c. Talang selain talang jurai dalam
d. Asesoris atap.

Persyaratan Bahan
2. Material struktur rangka atap
a. Properti mekanis baja (Steel Mechanical Properti

 Baja Mutu Tinggi G550


 Tegangan Leleh Minimum : 550 Mpa
 Modulus Elastisitas : 2,1 x 105 MPa
 Modulus Geser : 8 x 104 MPa

b. Lapisan pelindung terhadap korosi (Protective Coating) :


Lapisan pelindung seng dan aluminium (Zincalume/AZ) dengan komposisi
sebagai berikut:
 55 % Aluminium (AI)
 43,5 % Seng (Zinc)
 1,5 % Silicon (Si)
 Ketebalan Pelapisan : 50 gr/mz dan 150 gr/m2 (AZ 50 - AZ 150)

c. Profil Material :
 Rangka Atap
Profil yang digunakan untuk rangka atap adalah profil lip-channel.
1). C75.75 (tinggi profil 75 mm dan tebal dasar baja 0,75 mm), berat 0,97 Kg/M'

 Reng (batten)
Profil yang digunakan untuk reng adalah profil top hat ( U terbalik).
1). TS. 41.055 (tinggi profil 41 mm dan tebal dasar baja 0,55 mm), berat 0,66
Kg/M'

 Talang jurai dalam (valley gutter)


Talang yang dimaksud disini adalah talang jurai dalam dengan ketebalan dasar
baja 0.45 dan telah dibentuk menjadi talang lembah.

RKS Pembangunan Lintasan Lari Lapangan Polres HST - 42 -


3. Persyaratan Design
a. Design rangka atap harus didukung oleh analisis perhitungan yang akurat serta
memenuhi kaidah-kaidah teknik yang benar dalam perancangan standard batas desain
struktur baja cetak dingin (Limit State Cold Formed Steel Structure Design).

b. Kontraktor wajib menyerahkan mill certificate (sertifikat pabrik) dari material baja
yang akan digunakan serta dokumen data-data produk.

4. Persyaratan Pra-Konstruksi
a. Kontraktor wajib meneliti kebenaran clan bertanggung jawab terhadap semua
ukuranukuran yang tercantum dalam gambar Kerja. Pada prinsipnya ukuran pada
gambar kerja adalah ukuran jadi/finish.

b. Setiap bagian yang tidak memenuhi persyaratan yang tertulis disini yang
diakibatkan oleh kurang teliti clan kelalaian kontraktor akan ditolak clan harus diganti
kewajiban yang sama juga berlaku untuk ketidakcocokan kesalahan maupun kekurangan
lain akibat Kontraktor tidak teliti clan cermat dalam koordinasi dengan gambar
pelengkap dari Arsitek, Struktur, Mekanikal, clan Elektrikal. Pekerjaan perubahan
clan pekerjaan tambah dalam hal ini harus dikerjakan atas biaya Kontraktor tidak dapat
diklaim sebagai biaya tambah.

c. Perubahan bahan/detail karena alasan tertentu harus diajukan ke KONSULTAN


PENGAWAS clan Konsultan Perencana untuk mendapatkan persetujuan secara tertulis.
Semua perubahan yang disetujui dapat dilaksanakan tanpa adanya biaya tambahan yang
mempengaruhi kontrak, kecuali untuk perubahan yang mengakibatkan pekerjaan kurang
akan diperhitungkan sebagai pekerjaan tambah kurang.

d. Sebaiknya sebanyak mungkin bahan untuk konstruksi baja ringan difabrikasi di workshop,
baik workshop permanen atau workshop sementara. Kontraktor bertanggung jawab atas
semua kesalahan detail, fabrikasi clan ketetapan pemasangan semua komponen struktur
konstruksi baja ringan.

5. Persyaratan Konstruksi
a. Sambungan
Alat penyambung antar elemen rangka atap yang digunakan untuk fabrikasi clan
instalasi adalah baut menakik sendiri (self drilling screw) dengan spesifikasi sebagai
berikut :
1). Kelas Ketahanan Korosi Minimum : Class 2 (Minimum Corrosion Rating)
2). Ukuran baut untuk struktur rangka atap (Truss Fastener) adalah type 12-14x20.
dengan ketentuan sebagai berikut:
 Diameter ulir : 12 Gauge (5,5 mm)
 Jumlah ulir per inchi (Threads per inch/TPI) : 14 TPI
 Panjang : 20 mm
 Ukuran kepala baut : 5/16" (8 mm hex. socket)
 Material : AISI 1022 Heat treated carbon
steel
 Kuat geser rata-rata (Shear, Average) : 8.8 kN
 Kuat tarik minimum (Tensile, min) : 15.3 kN
 Kuat torsi minimum (Torque, min) : 13.2 kNm
3). Ukuran baut untuk struktur reng (batten fartener) adalah type 10-16x16, dengan
ketentuan sebagai berikut:
 Diameter ulir : 10 Gauge (4,87 mm)
 Jumlah ulir per inchi (Threads per inch/TPI) : 16 TPI
 Panjang : 16 mm
 Ukuran kepala baut : 5/16" (8 mm hex. socket)
 Material : AISI 1022 Heat treated
carbon steel
 Kuat geser rata-rata (Shear, Average) : 6.8 kN
 Kuat tarik minimum (Tensile, min) : 11.9 kN
 Kuat torsi minimum (Torque, min) : 8.4 kNm
4). Pemasangan jumlah baut harus sesuai dengan detail sambungan pada gambar

RKS Pembangunan Lintasan Lari Lapangan Polres HST - 43 -


kerja.
5). Pemasangan baut harus menggunakan alat bor listrik 560 watt dengan
kemampuan putaran alat minimal 2000 rpm.

b. Pemotongan material
1). Pekerjaan pemotongan material baja ringan harus menggunakan peralatan yang
sesuai, alat potong listrik clan gunting, clan telah ditentukan oleh pabrik.
2). Alat potong harus dalam kondisi baik.
3). Pemotongan material harus mengikuti gambar kerja.
4). Bagian bekas irisan harus benar-benar datar, lurus dan bersih.

RKS Pembangunan Lintasan Lari Lapangan Polres HST - 44 -


BAB IV
SYAR
YARAT-SYARAT TEKNIS PEKERJ
ERJAAN
AAN ARSITE
RSITEKTUR

Pasal 1
PEKERJAAN ADUKAN DAN CAMPURANNYA

1. Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan yang dimaksud metiputi :
 Pekerjaan adukan pasangan batu belah/batu gunung/batu kali
 Pekerjaan adukan pasangan bata ringan
 Pekerjaan adukan lain seperti tercanturn dalam gambar kerja

2. Persyaratan Bahan
a. Semen;
Sesuai persyaratan dalam BAB III Syarat-syarat Teknis Pekerjaan Struktur.
b. Pasir
Pasir yang digunakan adalah jenis pasir pasang dengan butir-butir yang tajam,
keras, bersih dari tanah dan lumpur yang tidak mengandung bahan-bahan organis.
c. Air
Air yang dipakai harus bebas dari lumpur, minyak, asam, bahan organic, basa, garam dan
kotoran lainnya jumlah yang dapat merusak.

3. Persyaratan Pelaksanaan
a. Campuran dalam adukan yang dimaksud adalah campuran dalam satuan
volume. Cara pembuatannya menggunakan Concrete Mixer selama 3 (tiga) menit.
b. Jenis Adukan
1. Adukan biasa adalah campuran 1PC : 5 PS. Adukan ini untuk pasangan batu bata
serta untuk menutup semua permukaan dinding pasangan bagian dalam bangunan,
yang dinyatakan tidak kedap air seperti tercantum didalam Gambar kerja.
2. Adukan kedap air adalah campuran 1 PC : 3 PS Adukan plesteran ini untuk :
 Menutup semua bagian permukaan dinding pasangan pada bagian luar / tepi luar
bangunan. Semua bagian dan keseluruhan permukaan dinding pasangan yang
disyaratkan harus kedap air seperti tercanturn didalam gambar kerja hingga
ketinggian 150 cm dari permukaan lantai.
 Semua pasangan bata di bawah permukaan tanah hingga ketinggian
sampai 20 cm dari permukaan lantai, kecuali ditentukan lain dalam
gambar kerja.
c. Semua jenis adukan tersebut di atas harus disiapkan sedemikian rupa sehingga
selalu dalam keadaan masih segar dan belum mongering pada waktu pelaksanaan
pemasangan.
d. Tenggang waktu antara waktu pencampuran adukan dengan pemasangan tidak
melebihi 30 menit, terutama untuk adukan kedap air.

Pasal 16
PEKERJAAN PENGECATAN

1. Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan yang dimaksud meliputi :
a. Pekerjaan Cat Tembok.
Pekerjaan pengecatan permukaan dinding pasangan batu bata ringan, beton yang
ditampakan dan langit-langit. Semua permukaan dinding pasangan batu dan
permukaan beton yang tampak / exposed seperti yang tercantum dalam Gambar kerja.

RKS Pembangunan Lintasan Lari Lapangan Polres HST - 45 -


b. Pekerjaan Cat Logam.
Semua pekerjaan logam yang terpasang seperti yang tercantum dalam
Gambar kerja dengan ketentuan sebagai beriku. :
 Semua bagian / permukaan yang tampak/ exposed dicat sarnpai dengan cat finish.
 Semua bagian / permukaan yang tidak tampak / un-exsposed dicat hanya sampai
dengan cat dasar.
c. Pekerjaan pengecatan kayu, melamik dan politur.
Cat kayu pada permukaan kayu yang ditampakan, seperti lispank, list tepi langit langit
dan atau seperti tercantum daiarn Gambar kerja. Cat melamik dan politur untuk panel
penutup dinding, kusen dan daun pintu/ jendela, list lagit-langit dan atau seperi yang
tercantum dalam Gambar kerja. Cat dasar / meni kayu untuk pekerjaan kayu kasar dan
kayu halus yang tidak ditampakan, seperti rangka lagit-langit, dan atau seperti yang
tercantum dalam Garnbar kerja.

2. Persyaratan Bahan
a. Cat Tembok.
 Eksterior : Jotun JotaShield Extreme atau setara.
 Interior : Jotun Majestic atau setara.
b. Cat Logam dan Kayu.
Bahan dari jenis synthetic enamel super gloss kuaiitas utama. Produk Jotun Gardex atau
yang setara.
c. Cat Politur.
Memakai melamik bahan dari produk IMPRA, ULTRAN atau yang setara.
d. Plamur Tembok.
Plamur harus sejenis dengan merk cat yang dipakai, sesuai petunjuk pabriknya.
e. Kontraktor wajib membuktikan keaslian cat dari produk tersebut di atas mengenai kemurnian
cat yang akan dipergunakan. Pembuktian berupa :
a. Segel Kaleng.
b. Test BD.
c. Tes Laboratorium.
d. Hasil Akhir Pengecatan.
Biaya untuk pembuktian ini dibebankan kepada Kontraktor. Hasi! tes kemurnian ini harus
mendapatkan rekomendasi tertulis dari produsen dan diserahkan ke Direksi / Konsultan
Pengawas.
f. Kontraktor harus menyiapkan contoh pengecatan tiap warna dan jenis cat pada bidang-bidang
transparan ukuran 30x30 cm2.
Pada bidang-bidang tersebut harus dicantuPengawasan dengan jenis warna, formula cat,
jumlah lapisan dan jenis lapisan (dari cat dasar sampai dengan iapisan terakhir).
g. Semua bidang contoh tersebut harus disampaikan kepada Direksi Konsultan
Pengawas, untuk disampaikan diteruskan ke Pemberi Tugas, minimal 5 galon tiap
warna dan jenis cat yang dipakai. Kaleng-kaleng cat tersebut harus tertutup rapat dan
mencantuPengawasan dengan identitas yang ada di dalamnya. Cat ini akan dipakai
sebagai cadangan oleh Pemberi Tugas untuk perawatan.

3. Persyaratan Pelaksanaan
a. Lakukan dengan cara yang terbaik yang umum dilakukan kecuali apabila
dispesifikasikan lain. Tebal minimum dari tiap lapisan jadi ("finish") minimum sama
dengan syarat yang dispesifikasikan pabrik. Pengecatan. harus rata, tidak
bertumpuk, tidak bercucuran, atau ada bekas yang menunjukan tanda-tanda sapuan,
roller, maupun semprotan.
b. Apabila dari cat yang dipakai ada yang mengandung bahan dasar beracun,atau
membahayakan keselamatan manusia, maka Kontraktor harus menyediakan
peralatan pelindung, misalnya masker, sarung tangan dan sebagainya, yang harus dipakai
waktu pelaksanaan pekerjaan.
c. Tidak diperkenankan melaksanakan pekerjaan ini dalam keadaan cuaca yang lembab
atau hujan atau daiam keadaan angin berdebu bertiup. Terutama untuk
pelaksanaan di dalam ruangan bagi cat dengan bahan dasar beracun atau
membahayakan manusia, maka dalam ruangan tersebut harus mempunyai ventiiasi yang
cukup atau pergantian udaranya lancar Didalam keadaan tertentu, misalnya untuk
ruangan tertutup. Kontraktor harus memakai kipas angin/fan untuk memperlancar
pergantian / aliran udara.

RKS Pembangunan Lintasan Lari Lapangan Polres HST - 46 -


d. Peralatan seperti kuas, roller, sikat kawat, kape, pompa udara tekan / vacuum teaner,
semprotan dan sebagainya harus tersedia dari mutu / kualitas terbaik dan jumlahnya
cukup untuk pekerjaan ini.
e. Khusus untuk semua cat asar harus disapukan dengan kuas. Penyemprotan hanya
boleh dilakukan bila disetujui Direksi /Konsuitan Pengawas.
f. p engawasaian ampeias, pencucian dengan air maupun pembersihan dengan kain
kering terlebih dahulu harus mendapatkan persetujuan tertulis dari Direksi/
Konsuitan Pengawas terkecuali disyaratkan lain daiam spesifikasi ini.
g. Pelaksanaan pekerjaan ini khususnya pengecatan cat dasar untuk komponen bahan/material
logam, harus dilakukan sebelum komponen tersebut terpasang.
h. Standard pengerjaan ( " Mock-Up") Sebelum pengecatan dimulai, Kontraktor harus
melakukan pengecatan pada satu bidang untuk setiap warna dan jems cat yang diperiukan.
Bidang-bidang tersebut akan dijadikan contoh pilihan warna, tekstur, material dan cara
pengerjaan. Bidang- bidang yang akan dipakai sebagai "mock-up" int ditentukan oleh
Direksi / Konsuitan Pengawas. Biaya ini ditanggung Kontraktor dan tidak dapat di klaim
sebagai pekerjaan tambah.
i. Hasil pekerjaan yang tidak disetujui Direksi/ Konsultan Pengawas harus diulang dan
diganti. Kontraktor harus meiakukan pengecatan kembali bila ada cat dasar atau cat finish
yang kurang menutupi atau lepas sebagaimana ditunjukan oieh Direksi / Konsultan
Pengawas. Biaya untuk hal ini ditanggung oleh Kontraktor dan tidak dapat di klaim sebagai
pekerjaan tambah.
j. Selama pelaksanaan, Kontraktor harus diawasi oleh tenaga ahli/ supervisi dari pabrik
pembuat. Biaya untuk hal ini ditanggung oleh Kontraktor dan tidak dapat di klaim
sebagai pekerjaan tambah.
k. Pekerjaan Pengecatan Permukaan Dinding Pasangan Bata ringan, Beton, Langit-langit dan
Gypsum Board :
1) Sebelum Pelaksanaan :
Seluruh permukaan harus dibersihkan dari debu, lemak, kotoran atau noda lain,
bekas-bekas dan cat yang terkelupas bagi permukaan yang pernah dicat dan dalam
kondisi yang kering.
2). Pelaksanaan pekerjaan dengan roller, pemakaian kuas hanya untuk permukaan
dimana tidak mungkin menggunakan roller.
3). Permukaan Interior.
Lapisan Pertama :
Cat jenis Acrylic Wall Filler. Pelaksanaan pekerjaan dengan kape.
Ketebalan lapisan adaiah 25-150 micron atau daya sebar per liter 10 M2.
Tunggu selama minimum 12 jam sebelum pelaksanaan pelapisan berikutnya.

Lapisan Kedua :
Cat dasar jenis alkali Resisting Primer. Pelaksanaan pekerjaan dengan roller.
Ketebalan lapisan adaiah 25-40 micron atau daya sebar per liter 13-15 M2. Tunggu
selama minimum 24 jam sebelum pelaksanaan peiapisan berikutnya.

Lapisan Ketiqa dan Keempat :


Cat jenis Weathershield (Tahan Cuaca) Pelaksanaan pekerjaan dengan roller.
Ketebalan lapisan adalah 25-40 micron atau daya sebar 11-17M2 perlapis, Tenggang
waktu antara pelapisan minimum 12 jam.
Warna ditentukan kemudian.

l. Pekerjaan Pengecatan Kayu Yang ditampakkan


1) Bersihkan seiuruh permukaan kayu dari bahan yang mengotori atau bahan lain yang
sekiranya yang akan mengganggu lapisannya pekerjaaan finishing.

2) Lapisan Pertama :
meni Kayu warna merah 1 lapis. Pelaksanaan dengan kuas.
3) Lapisan Kedua :
Dempul ("Wood Filler") sampai lubang-iubang / pori-pori kayu tertutup / terisi
sempurna. Tunggu hingga 7 (tujuh) hari, kemudian bidang yang diplamur diampelas
dengan ampeias besi halus hingga rata permukaan.
4) Lapisan Ketiqa dan Keempat :

RKS Pembangunan Lintasan Lari Lapangan Polres HST - 47 -


Cat akhir ("finish") dengan ketebalan 30 micron perlapis atau daya sebar 15-17
M2 per liter per lapis dalam kondisi kering. Pelaksanaan dengan kuas. Tenggang
waktu antara pelapisan minimum 16 jam. Warna ditentukan kemudian.

m. Pekerjaan Pengecatan Melamik Kayu


1) Bersihkan seiuruh permukaan kayu dari bahan yang mengotori atau bahan lain yang
sekiranya akan menggangu jalannya pekerjaan finishing.
2) Pertama :
Pemakaian Dempul kayu ("Wood Filler"} dilakukan pada seluruh permukaan kayu
yang akan di-melamik agar semua pon-pori kayu benar-benar tertutup, kemudian
diampelas haius sampai permukaan benar-benar rata dan halus.
3). Lapisan Kedua ;
Lapisan Woodstain (pewarna kayu) dicampur dengan tinner 1:2 atau 1:3. Pelaksanaan
pekerjaan disemprot dengan sprayer, dilakukan 2 sampai dengan 3 kali, dengan
tenggang waktu sesuai dengan petunjuk pabrik.
4). Lapisan ketiqa :
Lapisan sanding Filler dicampur dengan Hardener. Perbandingan liter Sanding Filler :
1 botol kecil Hardener atau sesuai dengan petunjuk pabrik, kemudian dicampur tinner
1 : 2. Pelaksanaan pekerjaan disemprot dengan sprayer , dilakukan 1 kali.
5). Lapisan Keempat :
Lapisan melamik dicampur dengan Hardener dan Thinner. Campuran seperti pada
lapisan ketiga. Pelaksanaan pekerjaan disemprot dengan sprayer, dilakukan 2 sampai
3 kali, dengan tenggang waktu sesuai dengan petunjuk pabrik.

n. Pekerjaan Pengecatan Kayu Yang Tidak Tampak


Untuk semua perrnukaan kayu yang tidak tampak, hanya cat dasar / meni kayu warna
merah 1 lapis. Pelaksanaan dengan kuas.

o. Pekerjaan Pengecatan Logam Yang Ditampakkan


1) Persiapan sebelum pengecatan.
Bersihkan permukaan dari kulit giling (Kerak / misscale), karat, rninyak, iemak dan
kotoran lain secara teliti, seksama dan menyeluruh sehingga permukaan yang dimaksud
menampilkan tampak logam yang haius dan mengkilap. Pekerjaan ini dilaksanakan
dengan sikat kawat mekanik / mechanical Wire Brush. Akhirnya permukaan
dibersihkan dengan vacuum cleaner atau sikat yang bersih. Sebelum dilakukan
pengecatan, semua permukaan logam harus mendapat "solvent treatment" untuk
menghilangkan iemak dan kotoran.

2) Lapisan pertama :
Pekerjaan cat primer / dasar dilakukan sebeium komponen Dahan / material logam
terpasang. Cat primer jenis Quick Drying Primer Red Lead. Pelaksanaan pekerjaan
dengan kuas. Tunggu selama minimum 6 jam sebelum pelaksanaan pelapisan
berikutnya.

3) Lapisan Kedua :
Cat dasar jenis undercoat. Pelaksanaan pekerjaan dengan kuas. Tunggu selama
minimum 6 jam sebelum pelaksanaan pelapisan berikutnya.

4) Lapisan Ketiaga dan Keempat :


Cat akhir/finish jenis Synthetic Super Gloss atau setara. Pelaksanaan pekerjaan dengan
kuas. Tenggang waktu antara pelapisan minimum 16 jam. Warna ditentukan kemudian.

p. Pekerjaan Pengecatan Logam Yang Tidak di Tampakkan


Semua pengecatan permukaan logam yang tidak ditampakan hanya cat dasar jenis Quick
Dying Primer Red lead sebanyak 1 lapis. Pelaksanaan pekerjaaan dengan kuas.

Pasal 17
PEKERJAAN PENUTUP ATAP

RKS Pembangunan Lintasan Lari Lapangan Polres HST - 48 -


1. Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan pemasangan penutup atap seng gelombang kotak

2. Persyaratan Bahan
a. Spesifikasi Bahan.
Jenis : seng gelombang kotak
Warna : Standard atau ditentukan kemudian.
b. Atap seng gelombang harus berkualitas baik, mulus, bentuknya teratur tidak bengkok
atau terpuntir, bentuk, ukuran, dan warna yang digunakan harus sama dan seragam.
c. Kontraktor wajib memberikan contoh bahan untuk diseujui dengan disertai keterangan
tertulis mengenai spesifikasi bahan, detail bentuk, ukuran serta petunjuk cara
pemasangan.
d. Paku yang disyaratkan adalah paku yang digalvanisasi.
Ukuran paku yang digunakan sesuai dengan persyaratan / spesifikasi yang dikeluarkan
oleh pabrik pembuat atap seng gelombang.

3. Persyaratan Pelaksanaan
a. Atap atap seng gelombang harus dipasang menurut keahiian dan sedemikian rupa hingga
benar-benar tersusun rapi dengan segala arah kaitan dan saling menutupnya harus cocok
dan rapat.
b. Jarak antara reng harus disesuaikan dengan atap seng gelombang yang akan dipakai.
c. Atap seng gelombang diletakan di atas reng konstruksi atap baja ringan (roof
batten) dan khusus untuk atap seng gelombang terakhir dipasang pada listplank datar, agar
bidang permukaan atap seng gelombang tetap datar.
d. Atap seng gelombang hanya boleh dipotong pada pinggul dan lembahnya dan harus
sedemikian rupa hingga bagian untuk menempatkan pada kedudukannnya tidak boleh
dibuang. Pemotong atap seng gelombang harus menggunakan alat mesin pemotong. Tidak
diperkenankan memotong atap seng gelombang kearah pinggir atau ujungnya untuk
disesuaikan dengan ukuran atap, tepi atap atau bagian- bagian atap Sainnya.
e. Pada atap seng gelombang nok harus diberi adukan, dan adukan harus kedap air (1PC:3PS)
yang diperkuat dengan kawat kasa ayam, diaci haius dan dicat.
f. Untuk jurai luar diberi adukan kedap air (1PC:3PS) yang diperkuat dengankawat kasa
ayam kemudian ditutup atap seng gelombang khusus, sudah merupakan accessories atap
seng gelombang yang dipakai.
g. Pengakhiran jurai luar dan pertemuan nok dengan jurai harus ditutup dengan atap seng
gelombang penutup yang khusus, sudah merupakan accessories atap seng gelombang yang
dipakai. Untuk jurai dalam / talang harus terbuat dari bahan yang sama dari pabrik yang
memasang rangka atap baja ringan.
h. Bila terdapat pekerjaan penangkal petir, harus diperhatikan jalur dan cara penarikan kabel
serta cara pemasangan klem. Pada jalur tersebut digunakan jenis atap seng gelombang
khusus sesuai standard pabrik.

RKS Pembangunan Lintasan Lari Lapangan Polres HST - 49 -


BAB VI
PENUTUP

Pasal 1
PEKERJAAN LAIN LAIN

1. Semua pekerjaan khusus dan pekerjaan lainnya yang belum disampaikan pada RKS ini disesuaikan
dengan gambar kerja dan RAB dan di konsultasikan pada konsultan pengawas, pihak proyek, konsultan
perencana dan pihak lain yang memungkinkan menjawab segala kendala di lapangan.

2. Semua pemasangan bahan dan material khusus dikerjakan oleh tukang/pekerja yang sudah ahli dan
berpengalaman, segala kerusakan dan pekerjaan yang tidak memuaskan dimungkinkan untuk diulang
kembali dan semua merupakan tanggung jawab pihak Pelaksana.

Pasal 2
PEKERJAAN PENYELESAIAN

1. Yang dimaksudkan pekerjaan penyelesaian ini adalah pekerjaan- pekerjaan perbaikan sebelum
serah terima pertama dilaksanakan.

2. Pekerjaan dapat dinyatakan selesai bila telah diadakan pemeriksaan dari Proyek, Pengelola
Teknis, Konsultan Pengawas dan Kontraktor, dengan hasil yang memuaskan.

Pasal 3
PEKERJAAN PENUTUP

1. Meskipun dalam Rencana Kerja dan Syarat-syarat [RKS] ini pada uraian pekerjaan dan uraian bahan-
bahan tidak dinyatakan kata-kata yang harus dipasang oleh Pemborong atau yang harus disediakan
oleh Pemborong, tetapi tidak disebutkan atau diuraikan dalam penjelasan pekerjaan pembangunan
ini, perkataan – perkataan tersebut di atas tetap dianggap ada dan dimuat dalam RKS ini.

2. Pekerjaan yang nyata – nyata menjadi bagian dari pekerjaan pembangunan , tetapi tidak dimuat atau
diuraikan dalam RKS ini, tetap diselenggarakan dan diselesaikan oleh Pemborong, harus
dianggap seakan-akan pekerjaan ini dimuat dan diuraikan kata demi kata pada RKS ini untuk
menuju penyerahan selesai yang lengkap dan sempurna sesuai menurut pertimbangan Direksi.

RKS Pembangunan Lintasan Lari Lapangan Polres HST - 50 -


SPESIFIKASI TEKNIS

NO URAIAN SPESIFIKASI TEKNIS KETERANGAN


STRUKTUR
1 Beton K-225, K-175, K-100, Slump 12±2 -
2 Bata Merah Lokal
3 Batako Lokal
4 Pasir Urug Lokal
5 Pasir Pasang Lokal
6 Pasir Beton Lokal
7 Tanah Urugan Lokal
8 Split/koral beton Lokal
9 Semen 50 kg/zak atau lebih Gresik/Setara
10 Besi Beton D16, D13, Ø 12, Ø 10, Ø 8, Ø 6 KS, Interworld/Setara
11 Kawat Bendrat KS, Interworld/Setara
ARSITEKTUR
12 Hebel / Bata ringan Uk. 40x20x10 -
13 Semen Instant Mortar Utama
14 Cat interior Acrylic Emulsion Jotun Majestic
15 Cat exterior Weathershield Jotun Jotashield Extreme
16 Cat Plafond Acrylic Emulsion Jotun Jotaplast
17 Rangka atap baja ringan Taso/Setara
18 Atap seng gelombang Metal Sakura roof/Setara
19 Keramik Utama Homogenius Tile/Granit Granito/Setara
20 Keramik Kamar Mandi Granito/Setara
21 Keramik Dinding Granito/Setara
22 Plint Keramik Granito/Setara
23 Plint Keramik Granito/Setara
24 Plafond Gypsum/Aluminium Spandrell Ceiling t = 9 mm Jaya Board, Knauf/Alexindo/Setara
25 Rangka Plafond metal furing Knauf/Alexindo/Setara
Kusen dan Rangka Pintu dan
26 4 inch warna hitam Anodizing YKK/Setara
Jendela Aluminium
27 Accessories Pintu dan Jendela Dekson/SES/Setara
28 Sanitair + Assesories Wastafel, Closet, Scrubstation, Slopsink Toto/American standard/Setara
29 Buis beton untuk saluran Dusaspun/Setara
30 Kaca Polos / Rayban tebal 5 mm Asahimas/Setara
31 Waterproofing Fosroc/Setara
32 Vynil Antistatic, Hygenis, T. 2,0 mm (min) Armstrong, Marley, Sigma/setara
34 Passbox Stainlees, Hepa filter, 40 x 40 x 40 -
35 Wallguard, Handrail Allumunium Extrude, PVC cover -
MEKANIKAL & ELEKTRIKAL
MEKANIKAL
36 Pipa PPR, PVC AW dia 4", 3", 1”, 3/4”, 1/2" Maspion/Vinilon/Wavin/Setara
37 Pipa GIP Medium dia 3", 2"
38 Ball Valve dia 2" Kitz/Setara
39 Pipa Hydrant dia 6", 4"
40 Hydrant Pilar two way 4"x2.5"x2.5" H14AP/Setara
41 Clean Out dia 4" San-Ei/Setara
42 Floor Drain Toto/Setara
43 Pompa Booster Kap.150ltr/mnt, Head 40mtr, Centrifugal Single
44 Accessories Pompa
45 Pompa Reserve Osmosis Lihat dalam RKS
46 Water heater Ariston Ti Shape 30 Ariston/setara

RKS Pembangunan Lintasan Lari Lapangan Polres HST - 51 -


ELEKTRIKAL
48 Panel-Panel
49 Kabel NYA 2x2,5 mm, 3x2,5mm Fisicom, Eterna, Focus/setara
50 Kabel NYM 2x2,5 mm, 3x2,5mm, 3x4mm Fisicom, Eterna, Focus/setara
52 Lampu Down Light RD 150 PL 18 w Artolite/Setara
54 Stop Kontak Clipsal/Setara
55 Stop Kontak AC Clipsal/Setara
56 Saklar Tunggal Clipsal/Setara
57 Saklar Ganda Clipsal/Setara
58 Saklar Hotel Clipsal/Setara

RKS Pembangunan Lintasan Lari Lapangan Polres HST - 52 -

Anda mungkin juga menyukai