Anda di halaman 1dari 43

Pengertian dan Klasifikasi Timbunan

fakhli bisa September 26, 2014


Timbunan atau urugan dibagi dalam 2 macam sesuai dengan maksud penggunaannya
yaitu :

1. Timbunan biasa, adalah timbunan atau urugan yang digunakan untuk pencapaian
elevasi akhir subgrade yang disyaratkan dalam gambar perencanaan tanpa maksud khusus
lainnya. Timbunan biasa ini juga digunakan untuk penggantian material
existing subgrade yang tidak memenuhi syarat.
Bahan timbunan biasa harus memenuhi persyaratan-persyaratan sebagai berikut :

 Timbunan yang diklasifikasikan sebagai timbunan biasa harus terdiri dari tanah yang
disetujui oleh Pengawas yang memenuhi syarat untuk digunakan dalam pekerjaan
permanen.
 Bahan yang dipilih tidak termasuk tanah yang plastisitasnya tinggi, yang diklasifikasi
sebagai A-7-6 dari persyaratan AASHTO M 145 atau sebagai CH dalam sistim
klasifikasi “Unified atau Casagrande”. Sebagai tambahan, urugan ini harus memiliki
CBR yang tak kurang dari 6 %, bila diuji dengan AASHTO T 193.
 Tanah yang pengembangannya tinggi yang memiliki nilai aktif lebih besar dari 1,25
bila diuji dengan AASHTO T 258, tidak boleh digunakan sebagai bahan timbunan.
Nilai aktif diukur sebagai perbandingan antara Indeks Plastisitas (PI) – (AASHTO T
90) dan presentase ukuran lempung (AASHTO T 88).

2. Timbunan pilihan, adalah timbunan atau urugan yang digunakan untuk pencapaian
elevasi akhir subgrade yang disyaratkan dalam gambar perencanaan dengan maksud
khusus lainnya, misalnya untuk mengurangi tebal lapisan pondasi bawah, untuk
memperkecil gaya lateral tekanan tanah dibelakang dinding penahan tanah talud jalan.

Pekerjaan timbunan pada pelebaran badan jalan

Bahan timbunan pilihan harus memenuhi persyaratan-persyaratan sebagai berikut :

 Timbunan hanya boleh diklasifikasikan sebagai “Timbunan Pilihan” bila digunakan


pada lokasi atau untuk maksud yang telah ditentukan atau disetujui secara tertulis
oleh Pengawas.
 Timbunan yang diklasifikasikan sebagai timbunan pilihan harus terdiri dari bahan
tanah berpasir (sandy clay) atau padas yang memenuhi persyaratan dan sebagai
tambahan harus memiliki sifat tertentu tergantung dari maksud penggunaannya.
Dalam segala hal, seluruh urugan pilihan harus memiliki CBR paling sedikit 10 %,
bila diuji sesuai dengan AASHTO T 193.

https://www.kumpulengineer.com/2014/09/pengertian-dan-klasifikasi-timbunan.html

I. PEKERJAAN GALIAN

a. Pekerjaan ini umumnya diperlukan untuk pembuatan saluran air dan selokan, untuk formasi galian atau
pondasi pipa, gorong-gorong, pembuangan atau struktur lainnya, untuk pembuangan bahan yang tak terpakai
dan tanah humus, untuk pekerjaan stabilisasi lereng dan pembuangan bahan longsoran, untuk galian bahan
konstruksi dan pembuangan sisa bahan galian, untuk pengupasan dan pembuangan bahan perkerasan
beraspal pada perkerasan lama, dan umumnya untuk pembentukan profil dan penampang badan jalan.

b. Pekerjaan galian dapat berupa :

• Galian Biasa
• Galian Batu
• Galian Struktur
• Galian Perkerasan Beraspal

c. Galian Biasa mencakup seluruh galian yang tidak diklasifikasi sebagai galian batu, galian struktur, galian
sumber bahan (borrow excavation) dan galian perkerasan beraspal.

d. Galian Batu mencakup galian bongkahan batu dengan volume 1 m3 atau lebih dan seluruh batu atau bahan
lainnya tersebut adalah tidak praktis digali tanpa penggunaan alat bertekanan udara atau pemboran, dan
peledakan. Galian ini tidak termasuk galian yang dapat dibongkar dengan penggaru (ripper) tunggal yang
ditarik oleh traktor dengan berat maksimum 15 ton dan tenaga kuda neto maksimum sebesar 180 PK.

e. Galian Struktur mencakup galian pada segala jenis tanah dalam batas pekerjaan yang disebut atau
ditunjukkan dalam Gambar untuk Struktur. Setiap galian yang didefinisikan sebagai Galian Biasa atau Galian
Batu tidak dapat dimasukkan dalam Galian Struktur.

Galian Struktur terbatas untuk galian lantai pondasi jembatan, tembok penahan tanah beton, dan struktur
pemikul beban lainnya.

Pekerjaan galian struktur meliputi : penimbunan kembali dengan bahan yang disetujui, pembuangan bahan
galian yang tidak terpakai, semua keperluan drainase, pemompaan, penimbaan, penurapan, penyokong,
pembuatan tempat kerja atau cofferdam beserta pembongkarannya.

f. Galian Perkerasan Beraspal mencakup galian pada perkerasan lama dan pembuangan bahan perkerasan
beraspal dengan maupun tanpa Cold Milling Machine (mesin pengupas perkerasan beraspal tanpa
pemanasan).

1.1. Prosedur penggalian

• Penggalian harus dilaksanakan menurut kelandaian, garis, dan elevasi yang ditentukan.
• Pekerjaan galian harus dilaksanakan dengan gangguan yang seminimal mungkin terhadap bahan di bawah
dan di luar batas galian.
• Bilamana bahan yang terekspos pada garis formasi atau tanah dasar atau pondasi dalam keadaan lepas atau
lunak atau kotor atau tidak memenuhi syarat, maka bahan tersebut harus seluruhnya dibuang dan diganti
dengan timbunan yang memenuhi syarat.
• Bilamana batu, lapisan keras atau bahan yang sukar dibongkar dijumpai pada garis formasi untuk selokan
yang diperkeras, pada tanah dasar untuk perkerasan maupun bahu jalan, atau pada dasar galian pipa atau
pondasi struktur, maka bahan tersebut harus digali 15 cm lebih dalam sampai permukaan yang mantap dan
merata. Tonjolan-tonjolan batu yang runcing pada permukaan yang terekspos tidak boleh tertinggal dan semua
pecahan batu yang diameternya lebih besar dari 15 cm harus dibuang. Profil galian yang disyaratkan harus
diperoleh dengan cara menimbun kembali dengan bahan yang memenuhi syarat dan dipadatkan.
• Peledakan sebagai cara pembongkaran batu hanya boleh digunakan jika tidak praktis menggunakan alat
bertekanan udara atau suatu penggaru (ripper) hidrolis berkuku tunggal. Peledakan dilarang dan penggalian
batu dilakukan dengan cara lain, jika, peledakan tersebut berbahaya bagi manusia atau struktur di sekitarnya.
• Kontraktor harus menyediakan anyaman pelindung ledakan (heavy mesh blasting) untuk melindungi orang,
bangunan dan pekerjaan selama penggalian. Jika dipandang perlu, peledakan harus dibatasi waktunya.
• Penggalian batu harus dilakukan sedemikian, apakah dengan peledakan atau cara lainnya, sehingga tepi-tepi
potongan harus dibiarkan pada kondisi yang aman dan serata mungkin. Batu yang lepas atau bergantungan
dapat menjadi tidak stabil atau menimbulkan bahaya terhadap pekerjaan atau orang, harus dibuang, baik
terjadi pada pemotongan batu yang baru maupun yang lama.

1.2. Galian untuk struktur dan pipa

• Galian untuk pipa, gorong-gorong atau drainase beton dan galian untuk pondasi jembatan atau struktur lain,
harus cukup ukurannya sehingga memungkinkan pemasangan bahan dengan benar, pemadatan harus
dilakukan setelah penimbunan kembali di bawah dan di sekeliling pekerjaan.
• Cofferdam, penyokong (shoring) dan pengaku (bracing) atau tindakan lain untuk mengeluarkan air harus
dipasang untuk pembuatan dan pemeriksaan kerangka acuan dan untuk memungkinkan pemompaan dari luar
acuan. Cofferdam atau penyokong atau pengaku yang tergeser atau bergerak ke samping selama pekerjaan
galian harus diperbaiki, dikembalikan posisinya dan diperkuat untuk menjamin kebebasan ruang gerak yang
diperlukan selama pelaksanaan.
 Cofferdam, penyokong dan pengaku (bracing) yang dibuat untuk pondasi jembatan atau struktur lainnya
harus diletakkan sedemikian hingga tidak menyebabkan terjadinya penggerusan dasar, tebing atau bantaran
sungai.
• Bila galian parit untuk gorong-gorong atau lainnya dilakukan pada timbunan baru, maka timbunan harus
dikerjakan sampai ketinggian yang diperlukan dengan jarak masing-masing lokasi galian parit tidak kurang dari
5 kali lebar galian parit tersebut, selanjutnya galian parit tersebut dilaksanakan dengan sisi-sisi yang setegak
mungkin sebagaimana kondisi tanahnya mengijinkan.
• Setiap pemompaan pada galian harus dilaksanakan sedemikian, sehingga dapat menghindarkan
kemungkinan terbawanya setiap bagian bahan yang baru terpasang. Setiap pemompaan yang diperlukan
selama pengecoran beton, atau untuk suatu periode paling sedikit 24 jam sesudahnya, harus dilaksanakan
dengan pompa yang diletakkan di luar acuan beton tersebut.
• Galian sampai elevasi akhir pondasi untuk telapak pondasi struktur tidak boleh dilaksanakan sampai sesaat
sebelum pondasi akan dicor.

1.3. Galian pada borrow pits

• Sumber bahan (borrow pits), apakah di dalam Daerah Milik Jalan atau di tempat lain, harus digali sesuai
dengan ketentuan.
• Persetujuan untuk membuka sumber galian baru atau mengoperasikan sumber galian lama harus mendapat
ijin terlebih dahulu sebelum setiap operasi penggalian dimulai.
• Sumber bahan (borrow pits) di atas tanah yang mungkin digunakan untuk pelebaran jalan mendatang atau
keperluan pemerintah lainnya, tidak diperkenankan.
• Penggalian sumber bahan harus dilarang atau dibatasi bilamana penggalian ini dapat mengganggu drainase
alam atau yang direncanakan.
• Pada daerah yang lebih tinggi dari permukaan jalan, sumber bahan harus diratakan sedemikian rupa
sehingga mengalirkan seluruh air permukaan ke sistem drainase berikutnya tanpa genangan.
• Tepi galian pada sumber bahan tidak boleh berjarak lebih dekat dari 2 m dari kaki setiap timbunan atau 10 m
dari puncak setiap galian.

1.4. Galian pada perkerasan aspal yang ada

• Pekerjaan galian pada perkerasan aspal dengan menggunakan mesin Cold Milling dengan pengrusakan
sedikit mungkin terhadap material diatas atau dibawah batas galian yang ditentukan. Bilamana material pada
permukaan dasar hasil galian terlepas atau rusak akibat dari pelaksanaan penggalian tersebut, maka material
yang rusak atau terlepas tersebut harus dipadatkan dengan merata atau dibuang seluruhnya dan diganti
dengan material yang cocok. Setiap lubang pada permukaan dasar galian harus diisi dengan material yang
cocok lalu dipadatkan dengan merata.
• Pekerjaan galian pada perkerasan aspal yang ada tanpa menggunakan mesin Cold Milling, material yang
terdapat pada permukaan dasar galian, material yang lepas, lunak atau tergumpal atau hal-hal lain yang tidak
memenuhi syarat, maka material tersebut harus dipadatkan dengan merata atau dibuang seluruhnya dan
diganti dengan material yang cocok.

1.5. Pengamanan pekerjaan galian

• Kontraktor harus memikul semua tanggung jawab dalam menjamin keselamatan pekerja, yang melaksanakan
pekerjaan galian, penduduk dan bangunan yang ada di sekitar lokasi galian.
• Selama pelaksanaan pekerjaan galian, lereng sementara galian yang stabil dan mampu menahan pekerjaan,
struktur atau mesin di sekitarnya, harus dipertahankan sepanjang waktu, penyokong (shoring) dan pengaku
(bracing) yang memadai harus dipasang bilamana permukaan lereng galian mungkin tidak stabil. Bilamana
diperlukan, Kontraktor harus menyokong atau mendukung struktur di sekitarnya, yang jika tidak dilaksanakan
dapat menjadi tidak stabil atau rusak oleh pekerjaan galian tersebut.
Untuk menjaga stabilitas lereng galian dan keamanan pekerja maka galian tanah yang lebih dari 5 m harus
dibuat bertangga dengan teras selebar 1 m.
• Peralatan berat untuk pemindahan tanah, pemadatan atau keperluan lainnya tidak diijinkan berada atau
beroperasi lebih dekat 1,5 m dari tepi galian parit untuk gorong-gorong pipa atau galian pondasi untuk struktur,
terkecuali bilamana pipa atau struktur lainnya yang telah terpasang dalam galian dan galian tersebut telah
ditimbun kembali dengan bahan yang disetujui dan telah dipadatkan.
• Cofferdam, dinding penahan rembesan (cut off wall) atau cara lainnya untuk mengalihkan air di daerah galian
harus dirancang sebagaimana mestinya dan cukup kuat untuk menjamin bahwa keruntuhan mendadak yang
dapat membanjiri tempat kerja dengan cepat, tidak akan terjadi.
• Dalam setiap saat, bilamana pekerja atau orang lain berada dalam lokasi galian, dimana kepala mereka,
yang meskipun hanya kadang-kadang saja, berada di bawah permukaan tanah, maka Kontraktor harus
menempatkan seorang pengawas keamanan di lokasi kerja yang tugasnya hanya memantau keamanan.
Sepanjang waktu penggalian, peralatan galian cadangan (yang belum dipakai) serta perlengkapan P3K harus
tersedia pada tempat kerja galian.
• Bahan peledak yang diperlukan untuk galian batu harus disimpan, ditangani, dan digunakan dengan hati-hati
dan di bawah pengendalian yang extra ketat sesuai dengan Peraturan dan Perundang-undangan yang berlaku.
Kontraktor harus bertanggung-jawab dalam mencegah pengeluaran atau penggunaan yang tidak tepat atas
setiap bahan peledak dan harus menjamin bahwa penanganan peledakan hanya dipercayakan kepada orang
yang berpengalaman dan bertanggung-jawab.
• Semua galian terbuka harus diberi rambu peringatan dan penghalang (barikade) yang cukup untuk
mencegah pekerja atau orang lain terjatuh ke dalamnya, dan setiap galian terbuka pada lokasi jalur lalu-lintas
maupun lokasi bahu jalan harus diberi rambu tambahan pada malam hari berupa drum yang dicat putih (atau
yang sejenis) beserta lampu merah atau kuning guna menjamin keselamatan para pengguna jalan.

1.6. Kondisi tempat kerja

• Seluruh galian harus dijaga agar bebas dari air dan Kontraktor harus menyediakan semua bahan,
perlengkapan dan pekerja yang diperlukan untuk pengeringan (pemompaan), pengalihan saluran air dan
pembuatan drainase sementara, dinding penahan rembesan (cut off wall) dan cofferdam. Pompa siap pakai di
lapangan harus senantiasa dipelihara sepanjang waktu untuk menjamin bahwa tak akan terjadi gangguan
dalam pengeringan dengan pompa.
• Bilamana pekerjaan sedang dilaksanakan pada drainase lama atau tempat lain dimana air atau tanah
rembesan (seepage) mungkin sudah tercemari, maka Kontraktor harus senantiasa memelihara tempat kerja
dengan memasok air bersih yang akan digunakan oleh pekerja sebagai air cuci, bersama-sama dengan sabun
dan desinfektan yang memadai.

1.7. Utilitas bawah tanah

• Kontraktor bertanggung-jawab untuk memperoleh informasi tentang keberadaan dan lokasi utilitas bawah
tanah dan untuk memperoleh dan membayar setiap ijin atau wewenang lainnya yang diperlukan dalam
melaksanakan galian.
• Kontraktor bertanggung-jawab untuk menjaga dan melindungi setiap utilitas bawah tanah yang masih
berfungsi seperti pipa, kabel, atau saluran bawah tanah lainnya atau struktur yang mungkin dijumpai dan untuk
memperbaiki setiap kerusakan yang timbul akibat operasi kegiatannya.

1.8. Penggunaan dan pembuangan bahan galian

• Semua bahan galian tanah dan batu yang dapat dipakai bilamana memungkinkan harus digunakan secara
efektif untuk formasi timbunan atau penimbunan kembali.
• Bahan galian yang mengandung tanah yang sangat organik, tanah gambut (peat), sejumlah besar akar atau
bahan tetumbuhan lainnya dan tanah kompresif yang akan menyulitkan pemadatan bahan di atasnya atau
yang mengakibatkan setiap kegagalan atau penurunan (settlement) yang tidak dikehendaki, harus tidak
digunakan sebagai timbunan dalam pekerjaan permanen.
• Setiap bahan galian yang melebihi kebutuhan timbunan, atau tiap bahan galian yang tidak disetujui untuk
digunakan sebagai bahan timbunan, harus dibuang dan diratakan di luar Daerah Milik Jalan (DMJ).
• Kontraktor bertanggung-jawab terhadap seluruh pengaturan dan biaya yang diperlukan untuk pembuangan
bahan galian yang tidak terpakai atau yang tidak memenuhi syarat untuk bahan timbunan, juga termasuk
pengangkutan hasil galian ke tempat pembuangan akhir.

1.9. Pengembalian bentuk dan pembuangan pekerjaan sementara

• Semua struktur sementara seperti cofferdam atau penyokong (shoring) dan pengaku (bracing) harus
dibongkar setelah struktur permanen atau pekerjaan lainnya selesai. Pembongkaran harus dilakukan
sedemikian sehingga tidak mengganggu atau merusak struktur atau formasi yang telah selesai.
• Setiap bahan galian yang sementara waktu diijinkan untuk ditempatkan dalam saluran air harus dibuang
seluruhnya setelah pekerjaan berakhir sedemikian rupa sehingga tidak mengganggu saluran air.
• Seluruh tempat bekas galian bahan atau sumber bahan yang digunakan oleh Kontraktor harus ditinggalkan
dalam suatu kondisi yang rata dan rapi dengan tepi dan lereng yang stabil dan saluran drainase yang
memadai.

1.10. Toleransi dimensi

• Kelandaian akhir, garis dan formasi sesudah galian selain galian perkerasan beraspal tidak boleh berbeda
lebih dari 2 cm dari yang ditentukan dalam Gambar pada setiap titik, sedangkan untuk galian perkerasan
beraspal tidak boleh berbeda lebih dari 1 cm dari yang disyaratkan.
• Permukaan galian tanah maupun batu yang telah selesai dan terbuka terhadap aliran air permukaan harus
cukup rata dan harus memiliki cukup kemiringan untuk menjamin pengaliran air yang bebas dari permukaan itu
tanpa terjadi genangan.

II. TIMBUNAN

Timbunan dibagi menjadi tiga jenis, yaitu timbunan biasa, timbunan pilihan dan timbunan pilihan di atas tanah
rawa.

Timbunan pilihan akan digunakan sebagai lapis penopang (capping layer) untuk meningkatkan daya dukung
tanah dasar, juga digunakan di daerah saluran air dan lokasi serupa dimana bahan yang plastis sulit
dipadatkan dengan baik. Timbunan pilihan dapat juga digunakan untuk stabilisasi lereng atau pekerjaan
pelebaran timbunan jika diperlukan lereng yang lebih curam karena keterbatasan ruangan, dan untuk
pekerjaan timbunan lainnya dimana kekuatan timbunan adalah faktor yang kritis.

Timbunan pilihan di atas tanah rawa akan digunakan untuk melintasi daerah yang rendah dan selalu tergenang
oleh air.

2.1. Kondisi tempat kerja

• Kontraktor harus menjamin bahwa pekerjaan harus dijaga tetap kering segera sebelum dan selama
pekerjaan penghamparan dan pemadatan, dan selama pelaksanaan timbunan harus memiliki lereng melintang
yang cukup untuk membantu drainase badan jalan dari setiap curahan air hujan dan juga harus menjamin
bahwa pekerjaan akhir mempunyai drainase yang baik. Bilamana memungkinkan, air yang berasal dari tempat
kerja harus dibuang ke dalam sistim drainase permanen.
• Kontraktor harus selalu menyediakan pasokan air yang cukup untuk pengendalian kadar air timbunan selama
operasi penghamparan dan pemadatan.

2.2. Perbaikan terhadap timbunan yang tidak memenuhi ketentuan atau tidak stabil

• Timbunan akhir yang tidak memenuhi penampang melintang yang disyaratkan atau disetujui atau toleransi
permukaan yang disyaratkan harus diperbaiki dengan menggemburkan permukaannya dan membuang atau
menambah bahan sebagaimana yang diperlukan dan dilanjutkan dengan pembentukan kembali dan
pemadatan kembali.
• Timbunan yang terlalu kering untuk pemadatan, dalam hal batas-batas kadar airnya yang disyaratkan, harus
diperbaiki dengan menggaru bahan tersebut, dilanjutkan dengan penyemprotan air secukupnya dan dicampur
seluruhnya dengan menggunakan motor grader atau peralatan lain yang disetujui.
• Timbunan yang terlalu basah untuk pemadatan, seperti dinyatakan dalam batas-batas kadar air yang
disyaratkan, harus diperbaiki dengan menggaru bahan tersebut dengan menggunakan motor grader atau alat
lainnya secara berulang-ulang dengan selang waktu istirahat selama penanganan, dalam cuaca cerah.
Alternatif lain, bilamana pengeringan yang memadai tidak dapat dicapai dengan menggaru dan membiarkan
bahan gembur tersebut, bahan tersebut dikeluarkan dari pekerjaan dan diganti dengan bahan kering yang lebih
cocok.
• Timbunan yang telah dipadatkan dan memenuhi ketentuan yang disyaratkan, menjadi jenuh akibat hujan atau
banjir atau karena hal lain, biasanya tidak memerlukan pekerjaan perbaikan asalkan sifat-sifat bahan dan
kerataan permukaan masih memenuhi ketentuan.

2.3. Pengembalian bentuk pekerjaan setelah pengujian

Semua lubang pada pekerjaan akhir yang timbul akibat pengujian kepadatan atau lainnya harus secepatnya
ditutup kembali oleh Kontraktor dan dipadatkan sampai mencapai kepadatan dan toleransi permukaan yang
disyaratkan.

2.4. Cuaca yang dijinkan untuk bekerja

Timbunan tidak boleh ditempatkan, dihampar atau dipadatkan sewaktu hujan, dan pemadatan tidak boleh
dilaksanakan setelah hujan atau bilamana kadar air bahan berada di luar rentang yang disyaratkan.

2.5. Bahan untuk timbunan biasa

• Bahan yang dipilih sebaiknya tidak termasuk tanah yang berplastisitas tinggi, yang diklasifikasikan sebagai A-
7-6 menurut AASHTO M145 atau sebagai CH menurut "Unified atau Casagrande Soil Classification System".
Bila penggunaan tanah yang berplastisitas tinggi tidak dapat dihindarkan, bahan tersebut harus digunakan
hanya pada bagian dasar dari timbunan atau pada penimbunan kembali yang tidak memerlukan daya dukung
atau kekuatan geser yang tinggi. Tanah plastis seperti itu sama sekali tidak boleh digunakan pada 30 cm
lapisan langsung di bawah bagian dasar perkerasan atau bahu jalan atau tanah dasar bahu jalan.
• Bahan timbunan bila diuji dengan SNI 03-1744-1989, harus memiliki CBR tidak kurang dari 6 % setelah
perendaman 4 hari bila dipadatkan 100 % kepadatan kering maksimum (MDD) seperti yang ditentukan oleh
SNI 03-1742-1989.
• Tanah sangat expansive yang memiliki nilai aktif lebih besar dari 1,25 atau derajat pengembangan yang
diklasifikasikan oleh AASHTO T258 sebagai "very high" atau "extra high", tidak boleh digunakan sebagai
bahan timbunan. Nilai aktif adalah perbandingan antara Indeks Plastisitas / PI - (SNI 03-1966-1989) dan
persentase kadar lempung (SNI 03-3422-1994).

2.6. Bahan untuk timbunan pilihan

• Timbunan yang diklasifikasikan sebagai timbunan pilihan harus terdiri dari bahan tanah atau batu yang
memenuhi ketentuan, bila diuji sesuai dengan SNI 03-1744-1989, timbunan pilihan harus memiliki CBR paling
sedikit 10 % setelah 4 hari perendaman bila dipadatkan sampai 100 % kepadatan kering maksimum sesuai
dengan SNI 03-1742-1989.
• Bahan timbunan pilihan dapat berupa pasir atau kerikil atau bahan berbutir bersih lainnya dengan Indeks
Plastisitas maksimum 6 %.
• Bahan timbunan pilihan yang digunakan pada lereng atau pekerjaan stabilisasi timbunan atau pada situasi
lainnya yang memerlukan kuat geser yang cukup, bilamana dilaksanakan dengan pemadatan kering normal,
maka timbunan pilihan dapat berupa timbunan batu atau kerikil lempungan bergradasi baik atau lempung
pasiran atau lempung berplastisitas rendah. Jenis bahan yang dipilih, dan disetujui akan tergantung pada
kecuraman dari lereng yang akan dibangun atau ditimbun, atau pada tekanan yang akan dipikul.

2.7. Bahan timbunan pilihan di atas tanah rawa

Bahan timbunan pilihan di atas tanah rawa haruslah pasir atau kerikil atau bahan berbutir bersih lainnya
dengan Index Plastisitas maksimum 6 %.

2.8. Penghamparan dan pemadatan timbunan

1. Penyiapan tempat kerja


• Sebelum penghamparan timbunan pada setiap tempat, semua bahan yang tidak diperlukan harus dibuang.
• Bilamana tinggi timbunan satu meter atau kurang, dasar pondasi timbunan harus dipadatkan (termasuk
penggemburan dan pengeringan atau pembasahan bila diperlukan) sampai 15 cm bagian permukaan atas
dasar pondasi memenuhi kepadatan yang disyaratkan untuk timbunan yang ditempatkan diatasnya.
• Bilamana timbunan akan ditempatkan pada lereng bukit atau ditempatkan di atas timbunan lama atau yang
baru dikerjakan, maka lereng lama harus dipotong bertangga dengan lebar yang cukup sehingga
memungkinkan peralatan pemadat dapat beroperasi di daerah lereng lama sesuai seperti timbunan yang
dihampar horizontal lapis demi lapis.

2. Penghamparan timbunan

• Timbunan harus ditempatkan ke permukaan yang telah disiapkan dan disebar dalam lapisan yang merata
yang bila dipadatkan akan memenuhi toleransi tebal lapisan yang disyaratkan. Bilamana timbunan dihampar
lebih dari satu lapis, lapisan-lapisan tersebut sedapat mungkin dibagi rata sehingga sama tebalnya.
• Tanah timbunan umumnya diangkut langsung dari lokasi sumber bahan ke permukaan yang telah disiapkan
pada saat cuaca cerah dan disebarkan. Penumpukan tanah timbunan untuk persediaan biasanya tidak
diperkenankan, terutama selama musim hujan.
• Penimbunan kembali di atas pipa dan di belakang struktur harus dilaksanakan dengan sistematis dan
secepat mungkin segera setelah pemasangan pipa atau struktur. Akan tetapi, sebelum penimbunan kembali,
diperlukan waktu perawatan tidak kurang dari 8 jam setelah pemberian adukan pada sambungan pipa atau
pengecoran struktur beton gravity, pemasangan pasangan batu gravity atau pasangan batu dengan mortar
gravity. Sebelum penimbunan kembali di sekitar struktur penahan tanah dari beton, pasangan batu atau
pasangan batu dengan mortar, juga diperlukan waktu perawatan tidak kurang dari 14 hari.
• Bilamana timbunan badan jalan akan diperlebar, lereng timbunan lama harus disiapkan dengan membuang
seluruh tetumbuhan yang terdapat pada permukaan lereng dan dibuat bertangga sehingga timbunan baru akan
terkunci pada timbunan lama. Selanjutnya timbunan yang diperlebar harus dihampar horizontal lapis demi lapis
sampai dengan elevasi tanah dasar, yang kemudian harus ditutup secepat mungkin dengan lapis pondasi
bawah dan atas sampai elevasi permukaan jalan lama sehingga bagian yang diperlebar dapat dimanfaatkan
oleh lalu-lintas secepat mungkin, dengan demikian pembangunan dapat dilanjutkan ke sisi jalan lainnya
bilamana diperlukan.

3. Pemadatan timbunan

• Segera setelah penempatan dan penghamparan timbunan, setiap lapis harus dipadatkan dengan peralatan
pemadat yang memadai dan disetujui sampai mencapai kepadatan yang disyaratkan.
• Pemadatan timbunan tanah harus dilaksanakan hanya bilamana kadar air bahan berada dalam rentang 3 %
di bawah kadar air optimum sampai 1 % di atas kadar air optimum. Kadar air optimum harus didefinisikan
sebagai kadar air pada kepadatan kering maksimum yang diperoleh bilamana tanah dipadatkan sesuai dengan
SNI 03-1742-1989.
• Seluruh timbunan batu harus ditutup dengan satu lapisan atau lebih setebal 20 cm dari bahan bergradasi
menerus dan tidak mengandung batu yang lebih besar dari 5 cm serta mampu mengisi rongga-rongga batu
pada bagian atas timbunan batu tersebut. Lapis penutup ini harus dilaksanakan sampai mencapai kepadatan
timbunan tanah yang disyaratkan.
• Setiap lapisan timbunan yang dihampar harus dipadatkan seperti yang disyaratkan, diuji kepadatannya
sebelum lapisan berikutnya dihampar.
• Timbunan harus dipadatkan mulai dari tepi luar dan bergerak menuju ke arah sumbu jalan sedemikian rupa
sehingga setiap ruas akan menerima jumlah usaha pemadatan yang sama.
• Bilamana bahan timbunan dihampar pada kedua sisi pipa atau drainase beton atau struktur, maka
pelaksanaan harus dilakukan sedemikian rupa agar timbunan pada kedua sisi selalu mempunyai elevasi yang
hampir sama.
• Bilamana bahan timbunan dapat ditempatkan hanya pada satu sisi abutment, tembok sayap, pilar, tembok
penahan atau tembok kepala gorong-gorong, maka tempat-tempat yang bersebelahan dengan struktur tidak
boleh dipadatkan secara berlebihan karena dapat menyebabkan bergesernya struktur atau tekanan yang
berlebihan pada struktur.
• Timbunan yang bersebelahan dengan ujung jembatan tidak boleh ditempatkan lebih tinggi dari dasar dinding
belakang abutment sampai struktur bangunan atas telah terpasang.
• Timbunan pada lokasi yang tidak dapat dicapai dengan peralatan pemadat mesin gilas, harus dihampar
dalam lapisan horizontal dengan tebal gembur tidak lebih dari 15 cm dan dipadatkan dengan penumbuk loncat
mekanis atau timbris (tamper) manual dengan berat minimum 10 kg. Pemadatan di bawah maupun di tepi pipa
harus mendapat perhatian khusus untuk mencegah timbulnya rongga-rongga dan untuk menjamin bahwa pipa
terdukung sepenuhnya.
• Timbunan pilihan di atas tanah rawa mulai dipadatkan pada batas permukaan air dimana timbunan terendam,
dengan peralatan yang disetujui.

2.9. Pengendalian mutu

1. Pengendalian mutu bahan

• Jumlah pengujian yang diperlukan untuk persetujuan awal mutu bahan paling sedikit 3 contoh yang mewakili
sumber bahan yang diusulkan, yang dipilih mewakili rentang mutu bahan yang mungkin terdapat pada sumber
bahan.
• Pengujian mutu bahan dapat diulangi lagi agar perubahan bahan atau sumber bahannya dapat diamati.
• Untuk setiap 1.000 m3 bahan timbunan yang diperoleh dari setiap sumber bahan paling sedikit harus
dilakukan suatu pengujian Nilai Aktif.

2. Ketentuan kepadatan untuk timbunan tanah

a. Lapisan tanah yang lebih dalam dari 30 cm di bawah elevasi tanah dasar harus dipadatkan sampai 95 %
dari kepadatan kering maksimum yang ditentukan sesuai SNI 03-1742-1989. Untuk tanah yang mengandung
lebih dari 10 % bahan yang tertahan pada ayakan ¾”, kepadatan kering maksimum yang diperoleh harus
dikoreksi terhadap bahan yang berukuran lebih (oversize) tersebut.
b. Lapisan tanah pada kedalaman 30 cm atau kurang dari elevasi tanah dasar harus dipadatkan sampai
dengan 100 % dari kepadatan kering maksimum yang ditentukan sesuai dengan SNI 03-1742-1989.
c. Pengujian kepadatan harus dilakukan pada setiap lapis timbunan yang dipadatkan sesuai dengan SNI 03-
2828-1992 dan bila hasil setiap pengujian menunjukkan kepadatan kurang dari yang disyaratkan maka
Kontraktor harus memperbaiki. Pengujian harus dilakukan sampai kedalaman penuh pada lokasi berselang-
seling setiap jarak tidak lebih dari 200 m. Untuk penimbunan kembali di sekitar struktur atau pada galian parit
untuk gorong-gorong, paling sedikit harus dilaksanakan satu pengujian untuk satu lapis penimbunan kembali
yang telah selesai dikerjakan.
d. Untuk timbunan, paling sedikit 1 rangkaian pengujian bahan yang lengkap harus dilakukan untuk setiap
1.000 m3 bahan timbunan yang dihampar.

3. Kriteria pemadatan untuk timbunan batu

Penghamparan dan pemadatan timbunan batu harus dilaksanakan dengan menggunakan penggilas berkisi
(grid) atau pemadat bervibrasi atau peralatan berat lainnya yang serupa. Pemadatan harus dilaksanakan
dalam arah memanjang sepanjang timbunan, dimulai pada tepi luar dan bergerak ke arah sumbu jalan, dan
harus dilanjutkan sampai tidak ada gerakan yang tampak di bawah peralatan berat. Setiap lapis harus terdiri
dari batu bergradasi menerus dan seluruh rongga pada permukaan harus terisi dengan pecahan-pecahan batu
sebelum lapis berikutnya dihampar. Batu tidak boleh digunakan pada 15 cm lapisan teratas timbunan dan batu
berdimensi lebih besar dari 10 cm tidak diperkenankan untuk disertakan dalam lapisan teratas ini.

4. Percobaan pemadatan

Kontraktor harus bertanggung-jawab dalam memilih metode dan peralatan untuk mencapai tingkat kepadatan
yang disyaratkan. Bilamana Kontraktor tidak sanggup mencapai kepadatan yang disyaratkan, prosedur
pemadatan berikut ini harus diikuti : Percobaan lapangan harus dilaksanakan dengan variasi jumlah lintasan
peralatan pemadat dan kadar air sampai kepadatan yang disyaratkan tercapai. Hasil percobaan lapangan ini
selanjutnya harus digunakan dalam menetapkan jumlah lintasan, jenis peralatan pemadat dan kadar air untuk
seluruh pemadatan berikutnya.

2.10. Toleransi dimensi

• Elevasi dan kelandaian akhir setelah pemadatan harus tidak lebih tinggi atau lebih rendah 2 cm dari yang
ditentukan atau disetujui.
• Seluruh permukaan akhir timbunan yang terekspos harus cukup rata dan harus memiliki kelandaian yang
cukup untuk menjamin aliran air permukaan yang bebas.
• Permukaan akhir lereng timbunan tidak boleh bervariasi lebih dari 10 cm dari garis profil yang ditentukan.
• Timbunan tidak boleh dihampar dalam lapisan dengan tebal padat lebih dari 20 cm atau dalam lapisan
dengan tebal padat kurang dari 10 cm.

III. PENYIAPAN BADAN JALAN

• Pekerjaan ini mencakup penyiapan, penggaruan dan pemadatan permukaan tanah dasar atau permukaan
jalan kerikil lama atau lapis perkerasan lama yang rusak berat, untuk penghamparan Lapis Pondasi Agregat,
Lapis Pondasi Jalan Tanpa Penutup Aspal, Lapis Pondasi Semen Tanah atau Lapis Pondasi Beraspal di
daerah jalur lalu-lintas (termasuk jalur tempat pemberhentian dan persimpangan).
• Untuk jalan kerikil, pekerjaan dapat juga mencakup perataan berat dengan motor grader untuk perbaikan
bentuk dengan atau tanpa penggaruan dan tanpa penambahan bahan baru.
• Pekerjaan ini meliputi galian minor atau penggaruan serta pekerjaan timbunan minor yang diikuti dengan
pembentukan, pemadatan, pengujian tanah atau bahan berbutir, dan pemeliharaan permukaan yang disiapkan
sampai bahan perkerasan ditempatkan diatasnya.

3.1. Pengajuan kesiapan kerja


Kontraktor harus menyerahkan hasil pengujian sebelum penghamparan bahan lain di atas tanah dasar atau
permukaan jalan, berikut ini :

• Hasil pengujian kepadatan seperti yang disyaratakan dalam butir nomer 3.2.9.2.b dan 3.2.9.2.c.
• Hasil pengujian pengukuran permukaan dan data survey yang menunjukkan bahwa toleransi permukaan
yang disyaratkan dalam butir nomer 3.3.5. dipenuhi.

3.2. Kondisi tempat kerja

• Gorong-gorong, tembok kepala dan struktur minor lainnya di bawah elevasi tanah dasar atau permukaan
jalan, termasuk pemadatan sepenuhnya atas bahan yang dipakai untuk penimbunan kembali, harus telah
selesai sebelum dimulainya pekerjaan pada tanah dasar atau permukaan jalan. Seluruh pekerjaan drainase
harus berada dalam kondisi berfungsi sehingga menjamin ke-efektifan drainase, dengan demikian dapat
mencegah kerusakan tanah dasar atau permukaan jalan oleh aliran air permukaan.
• Bilamana permukaan tanah dasar disiapkan terlalu dini tanpa segera diikuti oleh penghamparan lapis pondasi
bawah, maka permukaan tanah dasar dapat menjadi rusak. Oleh karena itu, luas pekerjaan penyiapan tanah
dasar yang tidak dapat dilindungi pada setiap saat harus dibatasi sedemikian rupa sehingga daerah tersebut
yang masih dapat dipelihara dengan peralatan yang tersedia dan Kontraktor harus mengatur penyiapan tanah
dasar dan penempatan bahan perkerasan dimana satu dengan lainnya berjarak cukup dekat.

3.3. Bahan

Tanah dasar dapat dibentuk dari Timbunan Biasa, Timbunan Pilihan, Lapis Pondasi Agregat, atau tanah asli di
daerah galian yang memenuhi syarat.

3.4. Pelaksanaan penyiapan badan jalan

Tanah dasar harus dipadatkan sesuai dengan ketentuan yang relevan dari butir nomer 3.2.9.2.b dan 3.2.9.2.c.

3.5. Toleransi dimensi

• Ketinggian akhir setelah pemadatan tidak boleh lebih tinggi atau lebih rendah 1 cm dari yang disyaratkan atau
disetujui.
• Seluruh permukaan akhir harus cukup halus dan rata serta memiliki kelandaian yang cukup, untuk menjamin
berlakunya aliran bebas dari air permukaan.

IV. CARA KHUSUS PELAKSANAAN JALAN PADA DAERAH RAWA

1. Metode pembuangan dan penggantian

• Cocok untuk material yang tidak stabil dangkal (  3 m ).


• Sebelum timbunan, lumpur dibuang sampai material dasar yang stabil.

2. Metode pemindahan
• Cocok untuk material yang tidak stabil dangkal (  3 m ).
• Mengganti lumpur dengan material yang baik.
• Cara : dengan berat timbunan, beban tambahan, berat timbunan ditambah dengan bahan peledak,
pemancaran air.
• Untuk timbunan dangkal, material baik ditempatkan disepanjang lereng timbunan sebelumnya sehingga
material tersebut meluncur, mengalir dibawah lumpur yang kurang rapat, dan menggantinya kearah samping.
• Selain itu, suatu parit selebar timbunan jalan diledakkan dan segera ditimbun kembali dengan material yang
baik.
3. Metode underfill

• Cocok untuk lumpur yang cukup dalam.


• Sebuah parit diledakkan dan material timbunan ditempatkan.
• Bahan peledak yang dipasang didasar lumpur memaksa lapisan lumpur tersebut keluar dari bawah timbunan
yang akan turun menggantikan tempatnya.

4. Metode relatif

• Merupakan perbaikan dari metode underfill.


• Sesudah bahan timbunan ditempatkan, parit pertolongan dibuat di sepanjang sisi timbunan untuk
memudahkan pemindahan lumpur dibagian dasarnya.

5. Metode bahan tambahan

• Material timbunan ditempatkan sampai mendekati permukaan akhir.


• Bahan tambahan kemudian ditempatkan, tambahan berat ini mempercepat keluarnya air dari lumpur dan
mempercepat konsolidasi.
• Metode ini dapat digunakan sampai kedalaman 5 m.

6. Metode vertical sand drains

• Metode ini dapat mempercepat konsolidasi lapisan lumpur yang dalam.


• Saluran pasir merupakan kolom vertikal yang menembus lumpur. Melintang diatasnya dipasang lapisan pasir
horisontal sampai lereng tepi timbunan.

7. Metode pemancangan Mandrel


• Tabung baja kosong dengan dasar bersendi dipancangkan.
• Setelah tabung yang terpancang diisi pasir, tabung tersebut kemudian dicabut perlahan-lahan, dan pasir
mengalir keluar melalui dasar tabung dan mengisi lubang.
• Dengan cara ini, dapat mencapai kedalaman 30 m.

8. Metode pemancaran Mandrel

• Pemancaran air pada tabung Mandrel dapat melubangi permukaan tanah.


• Pasir dimasukkan pada saat tabung Mandrel dicabut.

9. Metode bor

• Bor menembus tanah lumpur dengan diputar sampai mencapai kedalaman yang diinginkan.
• Pada saat bor dicabut, pasir yang mengisi rongga diberikan melalui bagian tengah batang bor.

10. Metode fabrics reinforcement

• Melapisi tanah rawa dengan fabrics reinforcement.


• Lapisan tersebut dapat menambah kekuatan-tarik pada bagian bawah timbunan.

http://civil-injinering.blogspot.com/2009/05/pekerjaan-tanah.html

Jenis-jenis Tanah Urug yang Baik Untuk Pengurugan Tanah

09/09/2017 admin Jasa Pengurugan Tanah 0


Di dalam jasa pengurugan tanah dikenal istilah proses urugan. Proses urugan adalah proses menimbun
tanah dari suatu tempat ke tempat lain yang akan diurug. Dengan proses ini dapat diharapkan kondisi
dimana tempat yang diurug tersebut mempunyai bentuk dan ketinggian yang sesuai dengan keinginan.
Walaupun demikian , tidak sembarang tanah cocok digunakan untuk mengurug suatu tempat. Tanah
urugan tersebut haruslah memenuhi kriteria-kriteria sebagai berikut :

1. Tanah urugan harus memiliki tekstur yang cenderung remah

2. Struktur tanahnya berbentuk butiran-butiran

3. Tanah tersebut bebas dari kandungan humus

4. Material Tanah , bukanlah berupa lumpur

5. Bahan Tanah urugan tersebut harus bersih dari sampah

6. Tidak mengandung batu berdiameter lebih dari 10 cm

Adapun Jenis-jenis Tanah Urug yang Baik adalah sebagai berikut

1. Tanah Merah

Tanah merah atau disebut juga dengan laterit adalah tanah yang secara fisik dikenali mempunyai kontur
warna coklat kemerah-merahan. Terbentuknya tTanah ini umumnya terbentuk di lingkungan yang
dingin, lembab, dan tergenangi air. Karakteristik tanah ini yaitu gampang menyerap air, memiliki profil
tanah yang dalam, mengandung bahan organik yang sedang, mempunyai pH netral sampai asam, serta
memiliki kandungan alumunium dan zat besi.
Tanah merah memiliki tekstur yang cukup padat dan kokoh. Tanah jenis ini banyak ditemukan di daerah
pantai hingga pegunungan yang tinggi, serta menyebar di sebagian besar lahan di Indonesia. Selain
dipakai untuk urugan tanah pada proyek pembangunan, tanah merah juga biasa digunakan untuk
membentuk lahan perkebunan.

2. Tanah Padas

Jenis tanah urugan yang kedua adalah tanah pada. Karakteristik Tanah padas ini adalah memiliki tingkat
kepadatan yang sangat tinggi. Strukturnya terdiri dari lapukan batuan induk dengan kandungan organik
tanah yang rendah bahkan hampir tidak ada. Hal ini dikarenakan mineral yang terkandung di dalam
tanah ini telah dikeluarkan oleh air yang berada di lapisan atasnya.

Karena memiliki karakteristik teksturnya sangat kokoh tetapi sulit menyerap air, makanya orang hampir
tidak ada yang mau memanfaatkan tanah ini untuk sektor pertanian. Kebanyakan tanah padas dipakai
untuk pondasi infrastruktur bangunan berukuran besar seperti gedung-gedung bertingkat. Tanah padas
bisa ditemukan di hampir seluruh daerah di Indonesia.

3. Tanah Semi Padas / Tanah Liat

Tanah Urugan berikutnya adalah tanah semi padas, atau kita sering menyebutnya dengan tanah liat.
Tanah liat adalah tanah yang terbentuk dari perpaduan antara batuan kapur dan pasir. Faktor utama
yang mempengaruhi pembentukan tanah ini yaitu hujan yang terjadi secara tidak merata sepanjang
tahun. Bisa dibilang tanah semi padas ibarat campuran tanah merah dan tanah padas sehingga sifat dan
karakteristiknya pun seperti gabungan dari keduanya.

Oh ya, Tanah semi padas /tanah liat sebenarnya memiliki tingkat kesuburan yang cukup baik, oleh
karena itu sehingga layak dipergunakan untuk keperluan bercocok tanam. Selain itu, tanah liat juga
biasa dimanfaat sebagai bahan baku kerajinan tangan serta material bangunan seperti genteng dan
batubata. Lokasi untuk mendapatkan tanah semi padas biasanya gampang kita temukan di dataran
rendah dan lereng pegunungan.
http://www.benzacontractor.com/jenis-jenis-tanah-urug-yang-baik-untuk-pengurugan-tanah.html

Pada prinsipnya, proses urugan tanah dilaksanakan dengan menimbun tanah dari suatu tempat ke
tempat lain yang akan diurug. Sehingga tempat yang diurug tersebut mempunyai bentuk dan ketinggian
yang sesuai dengan keinginan. Namun perlu diingat, tidak sembarang tanah cocok digunakan untuk
mengurug suatu tempat. Tanah tersebut harus memenuhi kriteria-kriteria tertentu.

Di bawah ini syarat-syarat tanah yang bagus dimanfaatkan untuk pekerjaan pengurugan tanahantara
lain :

1. Tekstur yang dimiliki cenderung remah

2. Strukturnya berbentuk butiran-butiran

3. Bebas dari kandungan humus

4. Bukan berupa lumpur

5. Bersih dari sampah

6. Tidak mengandung batu berdiameter lebih dari 10 cm

Jenis-jenis Tanah Urug yang Baik

Untungnya, saat ini sudah dikenali beberapa jenis tanah yang terbukti bagus untuk pekerjaan
pengurugan. Artinya tanah imbuhan tersebut mampu menopang konstruksi bangunan dan bersifat
stabil. Lantas apa sajakah jenis-jenis tanah yang ideal dipakai untuk mendukung proses pengurugan?

1. Tanah Merah

Tanah merah (laterit) adalah tanah yang mempunyai warna coklat kemerah-merahan. Tanah ini
biasanya terbentuk di lingkungan yang dingin, lembab, dan tergenangi air. Karakteristik tanah ini yaitu
gampang menyerap air, memiliki profil tanah yang dalam, mengandung bahan organik yang sedang,
mempunyai pH netral sampai asam, serta memiliki kandungan alumunium dan zat besi.

Tanah merah memiliki tekstur yang cukup padat dan kokoh. Tanah jenis ini banyak ditemukan di daerah
pantai hingga pegunungan yang tinggi, serta menyebar di sebagian besar lahan di Indonesia. Selain
dipakai untuk urugan tanah pada proyek pembangunan, tanah merah juga biasa digunakan untuk
membentuk lahan perkebunan.

2. Tanah Padas

Tanah padas adalah tanah yang memiliki tingkat kepadatan yang sangat tinggi. Strukturnya terdiri dari
lapukan batuan induk dengan kandungan organik tanah yang rendah bahkan hampir tidak ada. Hal ini
dikarenakan mineral yang terkandung di dalam tanah ini telah dikeluarkan oleh air yang berada di
lapisan atasnya.

Tanah padas mempunyai karakteristik teksturnya sangat kokoh tetapi sulit menyerap air. Oleh karena
itu, jarang sekali orang yang mau memanfaatkan tanah ini untuk sektor pertanian. Kebanyakan tanah
padas dipakai untuk pondasi infrastruktur bangunan berukuran besar seperti gedung-gedung bertingkat.
Tanah padas bisa ditemukan di hampir seluruh daerah di Indonesia.

3. Tanah Semi Padas

Tanah semi padas, atau biasa dikenal tanah liat, adalah tanah yang terbentuk dari perpaduan antara
batuan kapur dan pasir. Faktor utama yang mempengaruhi pembentukan tanah ini yaitu hujan yang
terjadi secara tidak merata sepanjang tahun. Bisa dibilang tanah semi padas ibarat campuran tanah
merah dan tanah padas sehingga sifat dan karakteristiknya pun seperti gabungan dari keduanya.

Tanah semi padas memiliki tingkat kesuburan yang cukup baik sehingga layak dipergunakan untuk
keperluan bercocok tanam. Selain itu, tanah liat juga biasa dimanfaat sebagai bahan baku kerajinan
tangan serta material bangunan seperti genteng dan batubata. Tanah semi padas umumnya banyak
ditemukan di dataran rendah dan lereng pegunungan.

http://arafuru.com/sipil/inilah-jenis-jenis-tanah-urug-yang-baik.html

Pengertian Alat Berat Serta Pengelompokannya. Tujuan dari penggunaan alat berat adalah untuk
memudahkan manusia dalam mengerjakan pekerjaannya, sehingga hasil yang diharapkan dapat tercapai
dengan lebih mudah dengan waktu yang relatif lebih singkat. Nah berikut adalah penjelasan seputar
pengertian Alat Berat serta Pengelompokan Alat Berat.

Definisi Alat Berat

Alat berat adalah merupakan alat yang digunakan untuk membantu manusia dalam melakukan
pekerjaan pembangunan suatu struktur bangunan. Alat berat merupakan faktor penting di dalam
proyek, terutama proyek konstruksi maupun pertambangan dan kegiatan lainnya dengan skala yang
besar.

Secara Umum Pengertian Alat berat adalah segala macam peralatan/pesawat mekanis termasuk
attachment Dan implementnya baik yang bergerak dengan tenaga sendiri (self propelled) atau ditarik
(towed-type) maupun yang diam ditempat (stationer) dan mempunyai daya lebih dari satu kilo watt,
yang dipakai untuk melaksanakan pekerjaan kontruksi pertambangan, industri umum,
pertanian/kehutanan dan/atau bidang-bidang pekerjaan lainnya, sepanjang tidak merupakan alat
processing langsung. Dalam pengoperasian alat berat banyak hal dan aspek yang harus diperhatikan,
mulai dari ketrampilan dan skill operator, prosedur pengoperasian alat, aspek keselamatan kerja (K3)
dan aspek perawatan dan troubleshooting.

Pengelompokan Alat Berat

Pengelompokan alat berat dibedakan menjadi dua bagian antara lain Berdasarkan penggeraknya (Prime-
mover) dan Berdasarkan fungsinya. Berikut adalah penjelasannya.
1. Berdasarkan penggeraknya (Prime-mover)

Prime mover adalah penggerak utama Alat Berat, seperti halnya kendaraan dapat bergerak maju/
mundur dalam kecepatan tertentu. Prime mover beroperasi disesuaikan dengan fungsi Attachement
yang terpasang.

Attachment adalah peralatan yang terpasang pada Alat Berat. Dimana bentuk dan konstruksinya
disesuaikan dengan tujuan penggunaan dilapangan atau medan yang akan diterjuni oleh Alat Berat yang
bersangkutan. Prime mover terdiri dari 2 jenis, yaitu :

1. Tractor. Merupakan sebagai penggerak utama Alat Berat, yang dapat berjalan maju/mundur.
Attachement terpasang pada rangka, dimana operator harus berbalik bila akan mengoperasikan
attachment yang berada didepan atau belakang Alat Berat.

2. Excavator.Merupakan sebagai penggerak utama Alat Berat, yang dapat berjalan maju/mundur.
Attachement dapat berputar

bersama sama dengan cabin operator.

2. Berdasarkan fungsinya

1. Alat Pengolah Lahan. Kondisi lahan proyek kadang-kadang masih merupakan lahan asli yang
harus dipersiapkan sebelum lahan tersebut mulai diolah. Jika pada lahan masih terdapat semak
atau pepohonan maka pembukaan lahan dapat dilakukan dengan menggunakan dozer. Untuk
pengangkatan lapisan tanah paling atas dapat digunakan scraper. Sedangkan untuk
pembentukan permukaan supaya rata selain dozer dapat digunakan juga motor grader.

2. Alat Penggali. Jenis alat berat ini dikenal juga dengan istilah Backhoe loader. Beberapa alat
berat digunakan untuk menggali tanah dan batuan. Yang termasuk didalam kategori ini adalah
front shovel, backhoe, dragline, dan clamshell.

3. Alat Pengangkut Material. Crane termasuk di dalam kategori alat pengangkut material, karena
alat ini dapat mengangkut material secara vertical dan kemudian memindahkannya secara
horizontal pada jarak jangkau yang relatif kecil. Untuk pengangkutan material lepas (loose
material) dengan jarak tempuh yang relatif jauh, alat yang digunakan dapat berupa belt, truck
dan wagon. Alat-alat ini memerlukan alat lain yang membantu memuat material ke dalamnya.

4. Alat Pemindahan Material. Yang termasuk dalam kategori ini adalah alat yang biasanya tidak
digunakan sebagai alat transportasi tetapi digunakan untuk memindahkan material dari satu alat
ke alat yang lain. Loader adalah alat pemindahan material.

5. Alat Pemadat. Jika pada suatu lahan dilakukan penimbunan maka pada lahan tersebut perlu
dilakukan pemadatan. Pemadatan juga dilakukan untuk pembuatan jalan, baik untuk jalan tanah
dan jalan dengan perkerasan lentur maupun perkerasan kaku. Yang termasuk sebagai alat
pemadat adalah tamping roller, pneumatic tired roller, compactor, dan lain-lain.
6. Alat Pemproses Material. Alat ini dipakai untuk mengubah batuan dan mineral alam menjadi
suatu bentuk dan ukuran yang diinginkan. Hasil dari alat ini misalnya adalah batuan bergradasi,
semen, beton, dan aspal. Yang termasuk didalam alat ini adalah crusher dan concrete mixer
truck. Alat yang dapat mencampur material di atas juga dikategorikan ke dalam alat pemroses
material seperti concrete batch plant dan asphalt mixing plant.

7. Alat Penempatan Akhir Material. Alat digolongkan pada kategori ini karena fungsinya yaitu
untuk menempatkan material pada tempat yang telah ditentukan. Ditempat atau lokasi ini
material disebarkan secara merata dan dipadatkan sesuai dengan spesifikasi yang telah
ditentukan. Yang termasuk di dalam kategori ini adalah concrete spreader, asphalt paver, motor
grader, dan alat pemadat.

http://seputarpengertian.blogspot.com/2017/07/pengertian-alat-berat-serta-pengelompokannya.html

Berbagai Jenis dan Fungsi Alat Berat untuk Proyek Bangunan

Dalam bidang konstruksi, yang disebut alat berat adalah alat yang digunakan untuk memudahkan
manusia mengerjakan pekerjaan konstruksi sehingga hasil yang diharapkan dapat tercapai lebih mudah
dan dalam waktu yang relatif lebih singkat.

Namun, penggunaan alat berat yang kurang tepat dan sesuai dengan kondisi dan situasi di lapangan
akan mengakibatkan rendahnya produksi, tidak tercapainya target sesuai jadwal yang telah ditentukan,
atau kerugian akibat perbaikan yang tidak semestinya terjadi. Oleh sebab itu sebelum menentukan tipe
dan jumlah peralatan yang hendak digunakan, kita perlu memahami jenis alat berat dan fungsinya untuk
proyek konstruksi.

Jenis-Jenis Alat Berat dan Fungsinya

Dozer (Loder)
Dozer atau Loder ialah alat yang umum dipakai pada proyek konstruksi untuk menangani material hasil
penggalian atau untuk membuat timbunan material. Pada bagian dozer terdapat bucket sehingga alat ini
juga disebut front end dozer. Ada 2 jenis tipe dozer antara lain, menggunakan roda kelabang (Crawler
Tractor Dozer) dan Buldozer yang menggunakan roda karet (Wheel Tractor Dozer).

Excavator

Pemilihan excavator haruslah mempertimbangkan kemampuan alat tersebut pada kondisi lapangan
tertentu. Perbedaan utama berbagai jenis excavator terletak pada penggalinya yang berada di bagian
depan, tetapi semuanya memiliki alat penggerak yaitu roda ban atau crawler. Excavator yang
menggunakan crawler umumnya dipilih jika alat tersebut akan digunakan pada permukaan kasar atau
kurang padat. Selain itu juga karena alat tersebut dalam pengoperasiannya tidak perlu melakukan
banyak perpindahan tempat.

Alat Pengangkut (Truk)


Fungsi dari alat pengangkut adalah untuk mengangkut material seperti tanah, pasir, batuan untuk
proyek konstruksi. Pemilihan truk tergantung pada kondisi lapangan, volume material, waktu dan biaya.
Besarnya kapasitas truk bergantung pada waktu yang dibutuhkan untuk memuat material ke dalam truk
berbanding waktu angkut truk. Pada umumnya besar kapasitas truk yang dipilih adalah empat sampai
lima kali kapasitas alat gali yang memasukkan material ke dalam truk. Penggunaan truk yang terlalu
besar sangat tidak ekonomis, kecuali jika sebanding dengan volume material yang akan diangkut.

Crane
Alat pengangkut yang juga biasa digunakan di dalam proyek konstruksi ialah crane. Cara kerja crane
adalah dengan mengangkat material yang akan dipindahkan, memindahkan secara vertikal/horizontal,
kemudian menurunkan material di tempat yang diinginkan. Crane mempunyai beberapa tipe yang
dalam pengoperasiannya, dipilih sesuai dengan kondisi suatu proyek.

Motor Grader
Motor grader merupakan alat yang digunakan untuk meratakan tanah dan permukaan yang
dikehendaki. Selain itu kegunaan motor grader juga adalah sebagai berikut :

 Grading (perataan permukaan tanah)

 Shaping (pemotongan untuk mendapatkan bentuk/profil tanah)

 Bank shaping (pemotongan untuk mendapatkan bentuk/ profil tanah)

 Scarifiying (pengerukan untuk pembuatan saluran)

 Ditching (pemotongan untuk pembuatan saluran)

 Mixing and spreading (mencampur dan menghampar material di lapangan)

Compactor
Compactor sering disebut sebagai alat pemadat. Compactor adalah alat digunakan untuk memadatkan
tanah yang sebenarnya merupakan upaya mengatur kembali susunan butiran tanah agar menjadi lebih
rapat dan lebih padat.

Adapun jenis-jenis alat pemadat mekanis sebagai berikut:

 Three wheel roller (mesin gilas tiga roda)

 Tandem roller (mesin gilas roda dua atau tandem)

 Sheepfoot type roller (mesin gilas tiga roda besi dengan permukaan seperti kaki kambing)

 Pneumatic tire roller (mesin gilas dengan roda ban karet bertekanan angin)

 Soil compactor (pemadat aspal)

 Landfill compactor

http://strong-indonesia.com/artikel/jenis-fungsi-alat-berat-proyek-bangunan/

Metode Pelaksanaan Pekerjaan Timbunan Pilihan Dari Galian

Metode Pelaksanaan Pekerjaan, Metode Pelaksanaan Pekerjaan Jalan,


Metode pelaksanan pekerjaan timbunan pilihan dari galian.

Jenis Pekerjaan : Timbunan Pilihan Dari Galian


Sat Pembayaran : M3

1. Lingkup Pekerjaan
Pekejaan ini meliputi persiapan lokasi pekerjaan, penghamparan, pemadatan, pengujian dan perapihan
hasil pekerjaan.

2. Persiapan Pekerjaan
1) Mengirim program kerja (workplan) termasuk metoda kerja, schedule, perlatan, personil kerja
dan gambar kerja yang akan digunakan, untuk memperoleh persetujuan dari Konsultan sebelum
pekerjaan dimulai.
2) Mengajukan permohonan penggunaan material kepada Direksi.
3) Memberitahu Konsultan secara tertulis paling sedikit 24 jam sebelum tanggal
dilakukannya pelaksanaan pekerjaan

Metode Pelaksanaan Pekerjaan Timbunan Pilihan Dari Galian


Kumpulan Metode Pelaksanaan Pekerjaan Jalan

Read more

3. Uraian Pengerjaan
a) Melakukan persiapan lokasi pekerjaan berupa : pengukuran dan pemasangan marking pada area
pekerjaan, pembersihan lokasi pekerjaan, dimana harus bebas dari material organik dan anorganik.
b) Melakukan request material dan pekerjaan kepada direksi, konsultan dan pengawas.
c) Memuat material timbunan pilihan dari hasil galian pada lokasi pekerjaan dengan dum truk, dan
ditumpuk dengan jarak tertentu pada lokasi pekerjaan.

d) Timbunan pilihan dihampar dengan menggunakan Motor Greader.

e) Hasil hamparan timbunan pilihan disiram air dengan menggunakan Water Tanker lalu dipadatkan
dengan Vibratory Roller sampai mencapai ketabalan dan kepadatan sesuai dengan spesifikasi teknik.
f) Melakukan pengujian timbunan, pengujian testpit dan cbr untuk menentukan ketebalan dan
kepadatan dari timbunan.
g) Perapihan hasil pekerjaan, setiap material sisa diangkut utuk dibuang pada area yang telah
ditentukan.

Silahkan DOWNLOAD File WORD nya disini

4. Tahapan Pekerjaan
Tahapan Pekerjaan Timbunan Pilihan Dari Hasil Galian Setempat

5. Kebutuhan Tenaga, Bahan dan Peralatan


Tenaga Kerja :
- Pekerja
- Mandor

Bahan/Material :
- Bahan Timbunan Pilihan Dari Hasil Galian Setempat

Peralatan :
- Whell Loader
- Dump Truck
- Motor Grader
- Vibratory Roller
- Water Tanker
- Alat Bantu

6. Analisa K3
1. Personil
• Pelaksana
• Petugas K3L
• Tenaga Kerja

2. Aspek K3
Memasang Rambu Peringatan
• Rambu Perinagatan :“HATI-HATI ALAT BERAT SEDANG BEROPERASI”
Menggunakan Alat Pelindungan diri ( APD )
• Sarung Tangan
• Helm
• Sepatu Safety

https://civiltekno.blogspot.com/2018/02/metode-pelaksanaan-timbunan-pilihan-dari-galian.html

Metode Pelaksanaan Pekerjaan Timbunan Biasa

Harsa Tete February 15, 2018

Pekerjaan ini mencakup pengadaan, pengangkutan, penghamparan dan pemadatan tanah dari hasil
galian.

Timbunan biasa merupakan material timbunan yang telah disetujui Direksi Pekerjaan untuk pembuatan
timbunan, untuk penimbunan kembali galian pipa atau struktur dan untuk timbunan umum yang
diperlukan untuk membentuk dimensi timbunan sesuai dengan garis kelandaian dan elevasi penampang
melintang yang disyaratkan atau disetujui oleh Direksi Pekerjaan.

Ilustrasi penggunaan alat pada pekerjaan timbunan

Tahapan Pelaksanaan :

1. Menyiapakan DMF dan JMF agregat


2. Mengajukan Request pekerjaan kepada direksi

3. Penyiapan Tempat Kerja

 Sebelum penghamparan timbunan pada setiap tempat, semua bahan yang tidak diperlukan
harus dibuang sebagaimana diperintahkan oleh direksi pekerjaan.

 Kecuali untuk derah tanah lunak atau tanah yang tidak dapat dipadatkan atau tanah rawa, dasar
pondasi timbunan harus dipadatkan seluruhnya (termasuk penggemburan dan penggeringan
atau pembasahan bila diperlukan) sampai 15 cm bagian permukaan atas dasar atas pondasi
memenuhi kepadatan yang disyaratkan.

 Bilamana timbunan akan dibangun atas permukaan tanah dengan kelandaian lereng lebih dari
10%, ditempatkan diatas permukaan lama atau pembagunan timbunan baru, maka lereng lama
akan dipotong sampai tanah yang keras dan bertangga dengan lebar yang cukup sehingga
memungkinkan perlaratan pemadat dapat beroperasi. tangga-tangga tersebut tidak boleh
mempunyai kelandaian lebih dari 4% dan harus dibuatkan sedemikian dengan jarak vertikal
tidak lebih dari 30 cm untuk kelandaian yang kurang dari 15% dan tidak lebih dari 60cm untuk
kelandaiannya yang sama atau lebih besar dari 15%.

 Dasar saluran yang ditimbun harus diratakan dan dilebarkan sedemikian hingga memungkinkan
pengoperasian peralatan pemadat yang efektif.

4. Penghamparan Timbunan

 Timbunan harus ditempatkan ke permukaan yang telah disiapkan dan disebar dalam lapisan
yang merata yang bila di padatkan akan memenuhi toleransi tebal yang disyaratkan. Bilamana
timbunan dihampar lebih dari satu lapis, lapisan-lapisan tersebut sedapat mungkin di bagi rata
sehingga sama tebal.

 Tanah timbunan umumnya diangkut langsung dari lokasi sumber bahan ke permukaan yang
telah disiapkan pada saat cuaca cerah dan disebarkan. Penumpukan tanah timbunan untuk
persediaan, terutama selama musim hujan. biasanya tidak diperkenankan, terutama selama
musim hujan.

 Timbunan di atas atau pada selimut pasir atau bahan drainase porous, harus diperhatikan
sedemikian rupa agar kedua bahan tersebut tidak tercampur. Dalam pembentukan drainase
sumuran vertikal diperlukan suatu pemisah yang menyolok di antara kedua bahan tersebut
dengan memakai acuan sementara dari pelat baja tipis yaag sedikit demi sedikit ditarik saat
pengisian timbunan dan drainase porous dilaksanakan.

 Penimbunan kembali di atas pipa dan di belakang stsuktur harus dilaksanakan dengan sistematis
dan secepat mungkin segera setelah pemasangan pipa struktur. Akan tetapi, sebelum
penimbunan kembali, diperlukan waktu perawatan tidak kurang dari 3 jam setelah pemberian
adukan pada sambungan pipa atau pengecoran struktur beton gravity, pemasangan pasangan
batu gravity atau pasangan batu dengan mortar gravity. Sebelum penimbunan kembali di skitar
struktur penahan tanah dari beton, pasangan batu dengan mortar, juga diperlukan waktu
perawatan tidak kurang dari 14 hari

 Bilamana timbunan badan jalan akan diperlebar, Iereng timbunan lama harus disiapkan dengan
membuang seluruh tetumbuhan yang terdapat pada permukaan lereng dan harus dibuat
bertangga (atau dibuat bergerigi) sehingga timbunan baru akan terkunci pada timbuan lama
sedmikian sampai diterima oleh Direksi Pekerjaan. Selanjutnya timbunan yang diperlebar harus
dihampar horizontal lapis demi lapis sampai dengan elevasi tanah dasar, yang kemudian harus
ditutup secepat mungkin dengan lapis pondasi bawah dan atas sampai elevasi permukaan jalan
lama sehingga bagian yang diperlebar dapat dimanfaatkan oleh lalu lintas secepat mungkin,
dengan demikian pembangunan dapat dilanjutkan ke sisi jalan lainnya bilamana diperlukan

 Lapisan penopang di atas tanah lunak termasuk tanah rawa harus dihampar sesegera mungkin
dan tidak lebih dari tiga hari setelah persetujuan penggalian atau pembersihan dan pengupasan
oleh Direksi Pekerjaan. Lapisan penopang dapat dihampir satu lapis atau beberapa lapis dengan
tebal antara 0,5 sampai 1,0 meter sesuai dengan kondisi lapangan dan sebagaimana
diperintahkan atau disetujui oleh Direksi Pekerjaan.

5. Pemadatan Timbunan

 Segera setelah penempatan dan penghamparan timbunan, setiap lapis harus dipadatkan dengan
peralatan pemadat yang memandai dan disetujui Direksi Pekerjaan sampai mencapai kepadatan
yang disyaratkan

 Pemadatan timbunan tanah harus dilaksanakan hanya bilamana kadar air bahan berada dalam
rentang 3 % di bawah kadar air optimum sampai 1 % di atas kadar air optimum. Kadar air
optimum harus didefinisikan sebagai kadar air pada kepadatan kering maksimum yang diperoleh
bilamana tanah dipadatkan sesuai dengan SNI 03-1742-1989.

 Seluruh timbunan batu harus ditutup dengan satu lapisan atau lebih setebal 20 cm dari bahan
bergradasi menerus dan tidak mengandung batu yang lebih besar dari 5 cm serta mampu
mengisi rongga-rongga batu pada bagian atas timbunan batu tersebut lapis penutup ini harus
dilalsanakan sampai mencapai kepadatan timbunan tanah yang disyaratkan.

 Setiap lapisan timbunan yang dihampar harus dipadatkan seperti yang disyaratkan, diuji
kepadatannya dan harus diterima oleh Direksi Pekerjaan sebelum lapisan berikutnya dihampar.

 Timbunan harus dipadatkan mulai dari tepi luar dan bergerak menuju ke arah sumbu jalan
sedemikian rupa sehingga setiap ruas akan menerima jumlah usaha pemadatan yang sama.
Bilamana memungkinkan, lalu lintas alat-alat konstruksi dapat dilewatkan di atas pekerjan
timbunan dan lajur yang dilewati harus terus menerus divariasi agar dapat menyebarkan
pengaruh usaha pemadatan dari lalu lintas tersebut.
 Dalam menempatkan timbunan di atas gorong-gorong dan bilamana disyaratkan, dalam Kontrak
atau pada jembatan, harus membuat timbunan tersebut sama tinggi pada kedua sisinya. Jika
kondisi-kondisi memerlukan penempatan timbunan kembali atau timbunan pada satu sisi lebih
tinggi dari sisi lannya, penambahan bahan pada sisi yang lebih tinggi tidak boleh dilakukan
sampai persetujuan diberikan oleh Direksi Pekerjaan dan tidak melakukan penimbunan sampai
struktur tersebut telah berada di tempat dalam waktu 14 hari, dan pengujian-pengujian yang
dilakukan di laboratorium di bawah pengawasan Direksi Pekerjaan menetapkan bahwa struktur
tersebut telah mencapai kekuatan yang cukup untuk menahan tekanan apapun yang
ditimbulkan oleh metoda yang digunakan dan bahan yang dihampar tanpa adanya kerusakan
atau regangan yang di luar faktor keamanan.

 Bahan untuk timbunan pada tempat-tempat yang sulit dimasuki oleh alat pemadat normal harus
dihampar dalam lapisan mendatar dengan tebal gembur tidak lebih dari 10 cm dan seluruhnya
dipadatkan dengan menggunakan pemadat mekanis.

 Timbunan pada lokasi yang tidak dapat dicapai dengan peralatan pemadat mesin gilas harus
dihampar dalam lapisan horizontal dengan tebal gembur tidak lebih dari 10 cm dan dipadatkan
dengan penumbuk loncat mekanis atau timbris (tamper) manual dengan berat statis minimum
10 kg. pemadatan di bawah maupun di tepi pipa harus mendapat perhatian khusus untuk
mencegah timbulnya rongga-rongga dan untuk menjamin bahwa pipa terdukung sepenuhnya.

https://www.kerkuse.id/2018/02/metode-pelaksanaan-pekerjaan-timbunan-biasa.html

PROSEDUR PEKERJAAN TIMBUNAN DARI TANAH GALIAN

1. TUJUAN

Untuk mendapatkan hasil Pekerjaan Timbunan dari tanah galian yang baik yang memenuhi
syarat standar mutu sebagai berikut :

a. Permukaan bidang timbunan dipadatkan terlebih dahulu dengan nilai kepadatan yang
sudah ditentukan (sesuai spesifikasi)

b. Bahan Timbunan (hasil galian) memenuhi syarat (misalnya bebas dari material organis
kotoran, akar, rumput top soil)

c. Bahan Timbunan yang dipergunakan telah disetujui (Approval) oleh Klien ataupun project
manager

d. Dilakukan test kepadatan dari bahan timbunan di laboratorium mekanika tanah untuk
diadakan acuan test kepadatan di lapangan.

e. Dilakukan trial embankment, sehingga didapatkan hasil dengan peralatan yang


dipergunakan nilai kepadatan dari timbunan tersebut (misalnya jumlah lintasan untuk
pemadatan dengan compactor yang dipergunakan).
2. RUANG LINGKUP

Prosedur ini berlaku di area kerja Proyek.

3. PENANGGUNG JAWAB

- Project Manager

- Site Manager

- QA/QC

- Supervisor

4. PERALATAN

a. Bulldozer

b. Compactor

c. Excavator

d. Dump Truck

e. Water Tank

f. Theodolith

g. Waterpass

h. Alat Bantu (cangkul, linggis dan lain-lain)

5. URAIAN PROSEDUR

5.1. Persiapan

5.1.1. Siapkan peralatan berat (Excavator, Bulldozer, Compactor, Dump Truck) yang cukup, dan
dalam kondisi baik.

5.1.2. Siapkan peralatan pembantu (Linggis, Cangkul, dll) yang cukup

5.1.3. Siapkan lokasi pekerjaan yang akan ditimbun dengan urutan sebagai berikut :
· Kupas/stripping permukaan tanah yang akan ditimbun dengan ketebalan sesuai
spesifikasi (± 20 cm)

· Padatkan tanah sesudah dikupas/stripping sehingga diperoleh permukaan dengan


kepadatan sesuai spesifikasi.

5.2. Pelaksanaan Pekerjaan

5.2.1. Pekerjaan Pengukuran

· Ukur elevasi permukaan tanah sebelum dilakukan pekerjaan kupasan (kondisi 0%)

· Ukur elevasi permukaan tanah setelah dilakukan kupasan.

· Ukur elevasi top permukaan tanah setelah pekerjaan timbunan selesai kondisi 100%

· Dilakukan monitoring pekerjaan timbunan layer demi layer (Max 30 cm)

5.2.2. Pelaksanaan Pekerjaan Timbunan

5.2.3. Bahan timbunan dihampar dengan Bulldozer sesuai dengan patok pembatas / koridor
rencana kontruksi bangunan (misalnya tanggul badan jalan dan lain-lain) sesuai
dengan Design Drawing(Gambar Desain).

5.2.4. Maximum tebalnya hamparan sesuai dengan ketentuan (misalnya tebal timbunan per
layer = 30 cm / kondisi loose)

5.2.5. Padatkan hamparan timbunan yang sudah rata dengan compactor (apabila diperlukan
permukaan tanah disiram dengan air)

5.2.6. Apabila diperlukan selama hamparan, dilakukan pembersihan kotoran (misalnya akar
dan lain-lain), dari bahan timbunan dengan tenaga kerja khusus.

5.2.7. Diadakan test kepadatan timbunan di lapangan dengan acuan data dari test kepadatan
laboratorium

5.2.8. Dilakukan penimbunan kembali (setelah tes kepadatan memenuhi syarat) layer demi
layer, sampai didapat top elevasi permukaan tanah yang ditentukan.

5.2.9. Hasil Trial Embankment merupakan ketentuan untuk patokan pelaksanaan pekerjaan
timbunan tersebut

5.2.10. Kombinasi dan spesifikasi peralatan yang dipakai (Bulldozer, Excavator, Dump Truck,
Compactor) berpengaruh pada kecepatan penyelesaian pekerjaan
tersebut. Pengecekan/Pengukuran selama pelaksanaan pekerjaan mutlak diperlukan.

5.3. Akhir Pekerjaan


5.3.1. Parkirkan semua alat berat di tempat yang datar dan aman.

5.3.2. Pastikan semua komponen dalam posisi aman dan terkunci.

5.3.3. Parkirkan dump truck di tempat yang telah ditentukan dan pasanglah pengganjal roda
terutama bila diparkir di tempat miring.

5.3.4. Jangan meninggalkan kunci didalam kendaraan/alat berat.

5.3.5. Taruh kembali peralatan pembantu ditempat yang aman yang telah ditentukan.

http://constructioninfrastructure.blogspot.com/2013/02/prosedur-pekerjaan-timbunan-dari-
tanah.html

METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN TANAH

April 18, 2012

Pekerjaan Tanah

1. 1. RUANG LINGKUP

Pedoman ini mencakup kegiatan penggalian, penanganan, pembuangan atau penumpukan


tanah atau batu atau bahan lain dari sumber bahan yang diperlukan untuk penyelesaian dari
pekerjaan dalam Kontrak ini untuk pekerjaan galian.

Pedoman ini mencakup kegiatan pengadaan, pengangkutan, penghamparan dan pemadatan


tanah atau bahan berbutir yang disetujui untuk pembuatan timbunan, untuk penimbunan
kembali galian pipa atau struktur dan untuk timbunan umum yang diperlukan untuk membentuk
dimensi timbunan sesuai dengan garis, kelandaian, dan elevasi penampang melintang yang
disyaratkan atau disetujui untuk penyelesaian dari pekerjaan dalam Kontrak ini untuk pekerjaan
timbunan.

1. 2. ACUAN NORMATIF

– SNI 03-1742-1989 : Metode Pengujian Kepadatan Ringan untuk Tanah

– SNI 03-1743-1989 : Metode Pengujian Kepadatan Berat Untuk Tanah

– SNI 03-1966-1989 : Metode Pengujian Batas Plastis.

– SNI 03-1965-1990 : Metode Pengujian Kadar Air Tanah.

– SNI 03-1967-1990 : Metode Pengujian Batas Cair dengan Alat Casagrande.

– SNI 03-1976-1990 : Metode Koreksi untuk Pengujian Pemadatan Tanah yang mengandung
Butir Kasar.

– SNI 03-2636-1992 : Tata Cara Perhitungan Harga Satuan Pekerjaan Tanah Untuk Bangunan
Sederhana.

– SNI 03-2828-1992 : Metode Pengujian Kepadatan Lapangan dengan Alat Konus Pasir.
– SNI 03-2832-1992 : Metode Pengujian untuk Mendapatkan Kepadatan Tanah Maksimum.

– SNI 03-3422-1994 : Metode Pengujian Batas Susut Tanah.

– SNI 03-3423-1994 : Metode Pengujian Analisis Ukuran Butir Tanah dengan Alat Hidrometer.

– SNI 03-3637-1994 : Metode Pengujian Berat Isi Tanah Berbutir Halus dengan Cetakan

1. 3. KETENTUAN DAN PERSYARATAN

3.1 Umum

Lingkup dari pekerjaan tanah akan meliputi semua pekerjaan yang berkaitan sebagai berikut:

 Pembersihan

 Galian termasuk pembentukan dan saluran

 Timbunan kembali, bedding dan pekerjaan pelapisan

 Pembuangan, stok dan penggunaan kembali material dari galianPenimbunan

 Pekerjaan lain yang mungkin diarahkan oleh Direksi

Penyedia Jasa akan menyimpan setiap material pekerjaan galian dari beberapa tempat dan akan
membuang material galian seperti yang telah ditentukan dalam gambar atau seperti yang
diarahkan oleh Direksi.

3.2 ketelitian dalam pekerjaan tanah

Ketelitian mengenai tinggi dan ukuran dapat diizinkan sebagai diterangkan dibawah ini, apabila
luas rata-rata penampang basah saluran untuk panjang 500 m, seperti yang tertera pada gambar
atau yang diperintahkan oleh Direksi.

 Dasar Saluran : + 0.05 m atau – 0.10 m vertikal

 Level Puncak Timbunan : + 0.10 m atau – 0.10 m vertikal

 Dasar Kemiringan : + 0.05 m horisontal

 Puncak Kemiringan Timbunan : + 0.10 m horizontal

Garis sumbu dari saluran, tanggul dan jalan harus diletakkan dengan teliti dan tidak boleh
dipengaruhi oleh toleransi tersebut diatas. Semua permukaan harus diselesaikan dengan rapi
dan halus.

3.3 Pekerjaan Galian

Semua pekerjaan tanah dari beberapa bagian harus dilaksanakan menurut ukuran ketinggian
yang ditunjukkan dalam gambar, atau menurut ukuran dan ketinggian lain, yang mungkin akan
diperintahkan oleh Direksi.

Ukuran yang berdasarkan atau berhubungan dengan ketinggian tanah, atau jarak terusan harus
ditunjukkan kepada Direksi lebih dahulu, sebelum memulai pekerjaan tanah pada setiap tempat.
Yang dimaksud dengan “ketinggian tanah” dalam spesifikasi adalah tinggi “permukaan tanah”
sesudah pembersihan lapangan dan sebelum pekerjaan tanah dimulai.

Hal yang membedakan jenis galian tersebut di atas hanyalah material yang akan digali yang
berimplikasi terhadap jenis peralatan dan produktifitas hasil galian. Pekerjaan galian dibedakan
atas 4 (empat) kelompok pembayaran sebagai berikut :

3.3.1 Galian tanah biasa.

Galian tanah biasa adalah pekerjaan galian dengan material hasil galian berupa tanah pada
umumnya, yang dengan mudah dapat dilakukan dengan Excavator. Seluruh galian dikerjakan
sesuai dengan garis-garis dan bidang-bidang yang ditunjukkan dalam gambar atau sesuai dengan
yang ditunjukkan dalam gambar kerja atau sesuai dengan yang diarahkan / ditunjukkan oleh
Direksi. Galian tanah biasa dimaksudkan untuk daerah yang bahan hasil galiannya terdiri dari
tanah, pasir dan kerikil. Bila ada galian yang perlu disempurnakan seharusnya diinformasikan ke
Direksi untuk ditinjau. Tidak ada galian yang langsung / ditutupi dengan tanah / beton tanpa
diperiksa terlebih dahulu oleh Direksi. seluruh proses pekerjaan menjadi tanggung-jawab
Penyedia Jasa.

Kemiringan yang rusak atau berubah, karena kesalahan pelaksanaan harus diperbaiki oleh dan
atas biaya Penyedia Jasa. Apabila pada saat pelaksanaan penggalian terdapat batu-batu besar
dengan diameter lebih besar dari 1.00 m yang tidak dapat disingkirkan dengan alat Excavator,
maka pembayaran volume ini akan termasuk kedalam pembayaran item Galian Batu atas
sepengetahuan Direksi pekerjaan.

Selama proses penggalian tanah agar secara langsung dipisahkan dan ditumpuk pada suatu
tempat yang disetujui Direksi, material yang layak/bisa dipakai untuk timbunan dan material
yang tidak layak. Material yang layak selanjutnya akan dipakai untuk timbunan tanah biasa dan
timbunan kembali, sedangkan material yang tidak layak selanjutnya akan dibuang keluar daerah
irigasi atau kesuatu tempat yang tidak akan mengganggu areal pertanian dan fungsi jaringan.

Penyedia Jasa harus menguasai medan kerja sehingga penumpukan material yang bisa dipakai
untuk timbunan ditempatkan pada lokasi yang sedekatdekatnya dengan lokasi yang
memerlukan timbunan dan bisa langsung ditebar pada bagian yang akan ditimbun.

Khusus untuk jaringan tersier yang dimensinya relatif kecil dan berada didaerah persawahan,
agar diperhitungkan terhadap tingkat kesukaran peggalian atau alternatif lain berupa galian
secara manual.

3.3.2 Galian Deposit Sungai

Galian deposit sungai adalah pekerjaan galian dengan material berupa deposit sungai yang
terdiri dari pasir, kerikil dan kerakal/boulder, yang dapat dilakukan dengan excavator tetapi
dengan tingkat produktifitasnya lebih rendah dibandingkan dengan galian tanah biasa, karena
kondisi lapisan endapan relative lebih padat.

Yang dimaksud dengan galian deposit sungai adalah suatu kegiatan penggalian pada badan
sungai atau daerah tertentu yang material galiannya merupakan endapan sungai yang terdiri
tanah berbatu kerikil dan kerakal yang padat, sehingga alat excavator tidak dapat bekerja secara
maksimal.

Harga satuan yang diperhitungkan untuk pekerjaan ini termasuk tenaga kerja dan
alat/excavator, sedangkan untuk keperluan pengangkutan dan pembuangan ke lokasi diluar
daerah kerja yang disetujui oleh direksi sejauh ± 1 km. Untuk jarak pembuangan yang lebih jauh
maka akan diperhitungkan dalam pekerjaan pembuangan sisa galian. Kecuali untuk material
bahan galian yang selanjutnya akan dipergunakan oleh Penyedia Jasa untuk pekerjaan lain,
maka pekerjaan pembuangan tidak diperhitungkan.

3.3.3 Galian Batu Lapuk

Galian batu lapuk adalah pekerjaan galian dengan material galian berupa batu yang sudah lapuk.
Pekerjaan ini hanya bisa dilakukan dengan kombinasi alat excavator dan pick hammer.

3.3.4 Galian Batu

Galian batu termasuk semua batu-batuan padat dan keras di tempat yang tidak dapat
disingkirkan dengan mudah baik dengan mempergunakan pacul, excavator biasa maupun Pick
Hammer, kecuali dengan Excavator yang diperlengkapi dengan Breaker atau dengan Peledakan.
Apabila menggunakan peledakan, maka Penyedia Jasa harus sudah memperhitungkan segala
peralatan dan material yang diperlukan berikut perizinan dan penanganan peledakannya.

3.3.5 Galian untuk pekerjaan pasangan beton

Dasar dan sisi miring dari galian untuk pondasi di atas atau terhadap dimana beton akan
ditempatkan akan digali sesuai yang diperlukan seperti ketinggian, garis dan ukuran seperti
ditunjukkan dalam gambar atau seperti diarahkan oleh Direksi. Tidak ada material akan dijinkan
untuk ditambahkan dalam garis baku dari struktur beton.

Jika di beberapa titik dalam galian, material galian berdasarkan permintaan tertulis dari Direksi
diantara batas yang diperlukan untuk menerima struktur penambahan galian akan segera diisi
penuh dengan beton tipe K-100 atau diisi dengan tanah yang sesuai dan dipadatkan atas biaya
Penyedia Jasa.

3.4 Pekerjaan Galian Tanah Yang Tidak Akan Ditimbun Kembali

Galian deposit sungai adalah pekerjaan galian dengan material berupa deposit sungai yang
terdiri dari pasir, kerikil dan kerakal/boulder, yang dapat dilakukan dengan excavator tetapi
dengan tingkat produktifitasnya lebih rendah dibandingkan dengan galian tanah biasa, karena
kondisi lapisan endapan relative lebih padat.

Yang dimaksud dengan galian deposit sungai adalah suatu kegiatan penggalian pada badan
sungai atau daerah tertentu yang material galiannya merupakan endapan sungai yang terdiri
tanah berbatu kerikil dan kerakal yang padat, sehingga alat excavator tidak dapat bekerja secara
maksimal.

Harga satuan yang diperhitungkan untuk pekerjaan ini termasuk tenaga kerja dan
alat/excavator, sedangkan untuk keperluan pengangkutan dan pembuangan ke lokasi diluar
daerah kerja yang disetujui oleh direksi sejauh ± 1 km. Untuk jarak pembuangan yang lebih jauh
maka akan diperhitungkan dalam pekerjaan pembuangan sisa galian. Kecuali untuk material
bahan galian yang selanjutnya akan dipergunakan oleh Penyedia Jasa untuk pekerjaan lain,
maka pekerjaan pembuangan tidak diperhitungkan.

3.5 Galian Batu Lapuk

Galian batu lapuk adalah pekerjaan galian dengan material galian berupa batu yang sudah lapuk.
Pekerjaan ini hanya bisa dilakukan dengan kombinasi alat excavator dan pick hammer.

3.6 Galian Batu.

Galian batu termasuk semua batu-batuan padat dan keras di tempat yang tidak dapat
disingkirkan dengan mudah baik dengan mempergunakan pacul, excavator biasa maupun Pick
Hammer, kecuali dengan Excavator yang diperlengkapi dengan Breaker atau dengan Peledakan.
Apabila menggunakan peledakan, maka Penyedia Jasa harus sudah memperhitungkan segala
peralatan dan material yang diperlukan berikut perizinan dan penanganan peledakannya.

3.7 Galian untuk pekerjaan pasangan beton.

Dasar dan sisi miring dari galian untuk pondasi di atas atau terhadap dimana beton akan
ditempatkan akan digali sesuai yang diperlukan seperti ketinggian, garis dan ukuran seperti
ditunjukkan dalam gambar atau seperti diarahkan oleh Direksi. Tidak ada material akan diijinkan
untuk ditambahkan dalam garis baku dari struktur beton.

Jika di beberapa titik dalam galian, material galian berdasarkan permintaan tertulis dari Direksi
diantara batas yang diperlukan untuk menerima struktur penambahan galian akan segera diisi
penuh dengan beton tipe K-100 atau diisi dengan tanah yang sesuai dan dipadatkan atas biaya
Penyedia Jasa

3.8 Pekerjaan Galian Tanah Yang Tidak Akan Ditimbun Kembali

Semua pekerjaan galian tanah yang tidak akan ditimbun kembali akan dilaksanakan sesuai
pasal ini, harus dilaksanakan hingga mencapai elevasi dengan tingkatan dan dimensi yang
ditunjukan dalam gambar-gambar atau ditentukan oleh Direksi. Selama dalam pekerjaan ini
mungkin akan dijumpai dan diperlukan untuk merubah kemiringan (slope) atau dimensi dari
penggalian dari yang ditentukan. Setiap penambahan atau pengurangan dari volume pekerjaan
galian tanah sebagai akibat dari perubahanperubahan tersebut akan diperhitungkan sesuai
petunjuk dan persetujuan Direksi.

Semua tindakan pencegahan yang perlu dilakukan guna melindungi material yang ada dibawah
galian dalam keadaan yang memungkinkan, kerusakan pada pekerjaan yang disebabkan oleh
Penyedia Jasa dalam melaksanakan pekerjaan, termasuk hancurnya material dibawah batas
penggalian yang diperlukan, harus diperbaiki atas biaya Penyedia Jasa.

Galian yang melebihi dari ketentuan baik yang dilakukan sengaja maupun akibat kelalaian
Penyedia Jasa tidak akan diperhitungkan dalam pembayaran. Penyedia Jasa harus mengisi
kembali dengan material yang sesuai dan dilaksanakan atas biaya Penyedia Jasa.

3.9 Luasnya Penggalian


Muka tanah dengan harus mengambil lebar yang cukup sesuai gambar atau ditentukan lain oleh
Direksi. Tidak ada galian yang langsung/ditutupi dengan tanah/ beton tanpa diperiksa terlebih
dahulu oleh Direksi. Seluruh proses pekerjaan menjadi tanggung-jawab Penyedia Jasa.
Kemiringan yang rusak atau berubah, karena kesalahan pelaksanaan harus diperbaiki oleh dan
atas biaya Penyedia Jasa.

Selama proses penggalian tanah agar secara langsung dipisahkan dan ditumpuk pada
suatu empat yang disetujui Direksi, material yang layak/bisa dipakai untuk timbunan dan
material ang tidak layak. Material yang layak selanjutnya akan dipakai untuk timbunan tanah
biasa dan timbunan kembali, sedangkan material yang tidak layak selanjutnya akan dibuang
keluar atau kesuatu tempat yang tidak akan mengganggu areal pekerjaan dan dirapihkan.

Penyedia Jasa harus menguasai medan kerja sehingga penumpukan material yang bisa dipakai
untuk timbunan ditempatkan pada lokasi yang sedekat-dekatnya dengan lokasi yang
memerlukan timbunan dan bisa langsung ditebar pada bagian yang akan ditimbun.

Semua galian untuk pondasi bangunan / struktur akan dilaksanakan dalam kondisi kering
(dimana dalam kondisi kering akan dibangun seperti dalam Sub-bag 1.6.1 Pekerjaan
Pengeringan). Tidak ada tambahan biaya terhadap harga satuan tender dalam BoQ untuk galian
yang disebabkan material menjadi basah. Galian akan dibuat sepenuhnya sesuai dengan ukuran
yang diperlukan dan akan diselesaikan terhadap garis dan ketinggian yang ditentukan kecuali
terdapat batu menonjol sendiri akan diijinkan untuk melebar dalam garis yang telah ditentukan
tidak lebih dari 20 (dua puluh) sentimeter dimana permukaan tidak dilindungi dengan beton.
Jika permukaan dilindungi dengan beton secara umum harus rata seperti ditentukan oleh
Direksi.

Kecuali seperti secara rinci ditunjukkan dalam gambar atau sebaliknya yang diarahkan oleh
Direksi, keperluan pengukuran untuk pembayaran galian terbuka terhadap kemiringan seperti
disebutkan dibawah ini:

KEMIRINGAN GALIAN

MATERIAL KEMIRINGAN (V : H) DISKRIPSI

Untuk kemiringan
permanen
Batu
Untuk kemiringan
Batu Lapuk
permanen
1: 0.5
Tanah
Untuk kemiringan
1: 0.8
Galian permanen
Deposit 1: 1.0
Untuk kemiringan
Sungai 1: 1.0 permanen
saluran terbuka / parit untuk mengalihkan air mengalir keluar dari galian terbuka. Biaya
keseluruhan dari pekerjaan ini akan ditanggung oleh Penyedia Jasa kecuali dimana saluran
tersebut adalah merupakan bagian dari pekerjaan permanen yang mana pembayaran untuk
galian akan dihitung dari harga satuan tender dalam BOQ.

Penggalian tanah untuk bangunan termasuk pekerjaan galian dari semua tanah kerikil, dan
batuan kasar. Penggalian untuk bangunan harus dilaksanakan dengan cara yang paling aman
hingga mencapai elevasi yang disetujui Direksi. Kecuali ditunjukkan dengan jelas pada gambar
atau telah ditetapkan oleh Direksi.

Apabila terdapat material alam pada lokasi galian pondasi yang mengganggu selama
pelaksanaan penggalian, maka hal tersebut harus dipadatkan ditempat atau disingkirkan atau
diganti dengan tanah timbunan yang sesuai atau beton K100 atas biaya Penyedia Jasa.

Pekerjaan galian tanah untuk bangunan akan diukur sebagai dasar pembayaran hingga
mencapai elevasi yang diperlihatkan dalam gambar atau bila tidak diperlihatkan dalam gambar
sampai mencapai garis elevasi sesuai dengan syaratsyarat yang ditentukan..

3.10 Pekerjaan Timbunan

Penyedia Jasa akan mengerjakan beberapa macam material timbunan dan penutupan kembali
di lokasi yang ditunjukkan oleh gambar atau ditempat lain seperti arahan Direksi. Kualitas dari
material harus mendapatkan ijin dari Direksi dan tidak termasuk bahan organik atau bahan lain
yang tidak diijinkan.

Penyedia Jasa harus semaksimal mungkin menggunakan material hasil galian sebagai bahan
untuk timbunan sejauh secara kualitas memenuhi syarat. Tidak diizinkan adanya semak, akar,
rumput atau material tidak memenuhi syarat lain yang akan dipakai sebagai bahan timbunan.
Kelayakan dari setiap bagian pondasi untuk penempatan material timbunan dan semua material
yang digunakan dalam konstruksi timbunan adalah sesuai dengan spesifikasi teknik.

Penyedia Jasa harus melaksanakan test uji timbunan (trial embankment) untuk menentukan
efektifitas dari beberapa metode pemadatan dari material yang tersedia untuk pekerjaan
timbunan. Sasaran hasil dari uji test timbunan adalah untuk mengkonfirmasi efektifitas dari
metode pemadatan yang berkaitan dengan jenis dan ukuran dari alat pemadat, jumlah lintasan
untuk ketebalan lapisan yang disyaratkan, efek getaran terhadap kadar air dan aspek lain dari
pemadatan. Pekerjaan ini termasuk penempatan/penghamparan dari material dari borrow area,
galian dan stockpile dengan perbedaan kadar air dan dalam lajur terpisah untuk pemadatan
dengan peralatan pemadat, kecepatan, frekuensi dan jumlah lintasan yang berbeda.

Hasil percobaan ini tidak membebaskan Penyedia Jasa dalam segala hal kewajibannya untuk
mendapatkan batas pemadatan sebagai yang ditentukan dalam kontrak. Apabila
ditemukan/dijumpai tanah yang berbeda pada waktu pelaksanaan dikemudian hari, maka
percobaan-percobaan lebih lanjut harus dilaksanakan terlebih dahulu. Bila hasil percobaan pem
datan tanah dilaksanakan untuk tanggul pada bangunan yang permanen, percobaan tersebut
akan dianggap sebagai suatu bagian pekerjaan dalam penyelesaian pekerjaan tersebut, dan
apabila pekerjaan tersebut gagal dan tidak memenuhi persyaratan-persyaratan yang ditentukan
Direksi, maka Penyedia Jasa harus membongkar kembali pekerjaan permanen yang didasarkan
pada percobaan yang gagal tersebut atas biaya Penyedia Jasa tidak ada pembayaran terpisah
atas percobaan tanah yang dilaksanakan di tempat lain. Penyedia Jasa akan memberikan
informasi kepada Direksi paling tidak 30 (tigapuluh) hari sebelum pelaksanaan test uji timbunan
(trial embankment).

Jenis test yang harus dilaksanakan untuk uji timbunan (trial embankment) adalah sebagai
berikut:

 Kepadatan Lapangan (field density)

 Permeability lapangan (field permeability)

 Berat Jenis (specific gravity)

 Kadar Air (water content)

 Konsistensi (consistency/Atterberg Limit)

 Gradasi (gradation) Lapangan dan Laboratorium

 Kepadatan Laboratorium (proctor compaction)

Tidak ada pembayaran terpisah yang akan dibuat untuk test uji timbunan (trial embankment).
Semua biaya untuk pelaksanaan test uji timbunan sudah termasuk uji pemadatan,
penghamparan, dan berikut pembongkaran material serta berkaitan dengan pengujian,
pengambilan contoh uji (sample) adalah sudah termasuk dalam harga satuan yang dapat
diterapkan untuk pekerjaan timbunan dalam BoQ.

https://samsyr.wordpress.com/2012/04/18/metode-pelaksanaan-pekerjaan-tanah/

METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN

- Pekerjaan Persiapan

- Pembersihan Lokasi Pekerjaan

- Pengukuran dan pemasangan bowplank

- Galian Tanah Biasa

- Pasangan Batu Kosong

- Pasangan Batu Kali/Belah 1 : 4

- Pekerjaan Beton K. 225

- Pekerjaan Urugan Tanah Kembali


Pekerjaan Urugan Kembali adalah :

Mengurug dan menimbun kembali bekas galian atau lainnya pada lokasi yang ditentukan sesuai
dengan yang tercantum dalam Gambar. Pekerjaan ini sepenuhnya akan kami laksanakan dengan
menggunakan Tenaga Kerja yaitu : Pekerjan dan Mandor dengan menggunakan alat bantu yang
diperlukan. Dalam pelaksanaan pekerjaan ini, bentuk dan mutu pekerjaan harus betul-betul
tepat dan baik. Agar pekerjaan ini dapat kami selesaikan dengan baik dan tepat waktu, kami
akan melaksanakannya dengan urutan-urutan kerja sebagai berikut :

1. Pertama-tama yang akan kami lakukan adalah menyiapkan tenaga kerja, bahan dan peralatan
yang akan digunakan selama pelaksanaan pekerjaan ini berlangsung. Jumlah, jenis dan mutu
yang akan kami siapkan kami akan selalu mengacu kepada Spesifikasi Teknik yang
dipersyaratkan.

2. Melaksanakan pekerjaan penimbunan kembali pada lokasi yang telah ditentukan dan dengan
melakukan pemadatan dengan menggunakan alat yang telah ditentukan.

3. Urugan tanah dihampar dan diratakan dengan tenaga manual hinggan membentuk ukuran
yang sudah ditentukan, sesuai mal yang dibikin disiram dan dipadatkan dengan alat perata
manual, Sistem pemadatan dilakukan perlapis min per 10-20cm urugan.Timbunan dari bekas
galian diambil dari stockpile (timbunan tanah acak/random fil), dilaksanakan untuk timbunan
mengisi ruang antara bidang ’timbunan filter’ dan tanggul penutup, kantung lumpur dan, lain-
lain.

Baca : Metode Pelaksanaan Galian Tanah Alat

Tahapan pekerjaan timbunan adalah sebagai berikut :

Pekerjaan timbunan dilaksanakan juga bagian bangunan yang sudah dikerjakan (pasangan batu
atau beton) sudah cukup usia dan cukup kuat terhadap gangguan akibat pekerjaan penimbunan
dan pemadatan, atas persetujuan Direksi. Pekerjaan timbunan dilaksanakan layer per layer dan
dipadatkan. Ketebalan tiap layer maksimal adalah 0.20 m. Alat pemadat yang dipergunakan
adalah hand stamper. Hand stamper dipergunakan pada bagian perbatasan antara bidang
timbunan dan bidang struktur.
Pekerjaan timbunan tanah random juga dilakukan layer per layer dan dipadatkan sesuai dengan
spesifikasi teknis.Semua material timbunan, baik dari hasil galian atau dari stock pile ataupun
dari borrow area harus memenuhi syarat kualitas dan bebas dari bahan-bahan organik seperti
tonggak-tonggak kayu, semak belukar, rerumputan, akar-akaran dan sejenisnya, disamping itu
juga harus bebas dari bongkahan batu cadas dengan diameter lebih dari 15 cm atau bahan-
bahan lain yang oleh direksi dianggap akan membahayakan konstruksi. Material untuk timbunan
yang diijinkan adalah material yang mempunyai sifat dan gradasi baik.

Bila kadar air material ditempat pengambilan lebih rendah dari kadar air optimum, maka harus
dilakukan pembasahan material timbunan dilokasi pengambilan atau tempat dimana material
timbunan dihampar sebelum dipadatkan. Pemadatan harus menggunakan hand stamping atau
peralatan lain yang disetujui Direksi sehingga menghasilkan kepadatan 90 % . Hasil akhir
pekerjaan timbunan untuk urugan diatas tanah asli harus rapat air,dan tidak boleh ada
rembesan sesudah diisi dengan debit maksimum.

Baca Juga : Aanwijzing Lapangan Perlu Atau Wajib

Apabila pekerjaan pemadatan timbunan sudah selesai maka harus diikuti dengan pembentukan
dan perapihan timbunan sesuai garis rencana atau sesuai dengan perintah Direksi.

Proses Pelaksanaan :

Material diangkut/ditimbun kelokasi timbunan menggunakan tenaga manual. Material hasil


galian yang oleh Direksi dinyatakan tidak layak, tidak akan digunakan dan disingkirkan dari lokasi
timbunan Penghamparan/Penimbunan digunakan perlapis/perlayer dengan ketentuan min 20
cm tebal lapisan timbunan.

Dilanjutkan dengan menyiramkan air dengan mesin pompa air disemburkan secara sporadis ke
area timbunan sampai tingkat kekedapan sesuai permintaan direksi. Setelah dinyatakan cukup
kering/air sudah benar-benar meresap diadakan pemadatan menggunakan hand stamper.

Proses pemadatan dilakukan secara roll back baik dengan arah vertikal atau horizontal bidang
timbunan min sistem roll back (bolak-balik) Dilanjutkan ke lapisan berikutnya dengan sistem
yang sama, apa bila hasil timbunan setiap layernya terdapat penurunan timbunan yang menurut
direksi kurang/cacat, maka akan ditimbun dan dipadatkn kembali.
Jumlah material timbunan kembali ternyata kurang untuk menimbun maka kontraktor
pelaksana akan mengadakan bahan timbunan yang sesuai spesifikasi teknis yang biayanya akan
ditanggung oleh kontraktor pelaksana.

Baca Juga : Metode Pelaksanaan Plesteran & Aci

Demikianlah metode pelaksanaan pekerjaan ini dibuat dan pada pelaksanaanya tetap perlu
mendapatkan petunjuk dan arahan dari pengawas dan pemilik pekerjaan nantinya dilapangan.

https://caranecom.blogspot.com/2018/08/metode-pelaksanaan-timbunan-tanah-atau.html

Anda mungkin juga menyukai