Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN SELA

(INTERIM REPORT)

1.1. Umum

Sebagai dasar perencanaan adalah terciptanya bangunan yang berfungsi secara baik
dan selama masa pelaksanaan pembangunan dan pengoperasian hingga akhir usia
gunanya harus aman dan sesuai dengan apa yang direncanakan. Hal-hal yang perlu
diperhatikan dalam perencanaan ini adalah sebagai berikut :

1. Dihindarkan terjadinya limpasan permukaan pada puncak embung yang dapat


menyebabkan bobolnya tubuh embung.

2. Lereng hulu dan hilir embung harus tahan terhadap bahaya-bahaya kelongsoran.

3. Penimbunan material sebaiknya dilaksanakan pada kondisi dan situasi yang sesuai
serta dilakukan secara bertahap sesuai dengan prosedur yang berlaku.

4. Aliran filtrasi yang melalui tubuh embung masih dapat diperkenankan pada batas-
batas tertentu sesuai dengan syarat yang diijinkan.

5. Keadaan tanah untuk pondasi embung harus memenuhi syarat yang diijinkan.

6. Tubuh embung tahan terhadap semua gaya-gaya yang bekerja dengan adanya
pengisian pada waduk.

7. Keamanan lereng bagian hulu harus dipertahankan dari kikisan gelombang air
serta di bagian hilir juga perlu perlindungan dari bahaya kikisan oleh hujan dan
angin.

Dari pengamatan terhadap keadaan lokasi embung-embung tersebut serta kajian


terhadap kondisi topografi dan berdasar atas :

1. Kualitas dan kuantitas bahan-bahan yang tersedia di sekitar lokasi rencana


embung yang akan dibangun.

“Detail Desain Embung pada Wilayah Sungai Parigi-Poso ” IV - 1


LAPORAN SELA
(INTERIM REPORT)

2. Keadaan dari alur sungai serta keadaan tebing sungai yang berhubungan dengan
rencana pembangunan embung.

Maka embung-embung tersebut direncanakan dengan tipe urugan tanah homogen


dengan inti tegak yang dilengkapi dengan sistim drainasi alas pada bagian hilir.
Fungsi drainasi adalah untuk menurunkan garis depresi, karena dengan semakin
rendahnya garis depresi di bagian hilir embung, stabilitas tubuh embung dan
ketahanannya terhadap gejala longsoran akan semakin meningkat.

1.2. Analisa Sumber Air yang Ada


Sumber air-sumber air yang ada di masing-masing lokasi embung secara umum
dapat diuraikan sebagai berikut :

1. Sumber mata air, sumber air yang ada berada pada lokasi embung pada
umumnya berasal dari sungai-sungai kec[il yang mengalir secara kontinyu,
walaupun sangat kecil. Sumber air berasal dari air tanah yang mengalir melalui
kapiler-kapiler yang berada di lereng bukit. Pada umum pada saat kering sungai-
sungai kecil tersebut dapat mengalirkan air. Berdasarkan pengamatan, survei
dan wawancara menunjukkan bahwa kapasitas sumber yang ada saat ini
cenderung sangat kurang untuk memenuhi kebutuhan air di desa-desa layanan
embung. Kapasitas sumber tergantung pada musim. Untuk memenuhi kebutuhan
air baku dan irigasi, pada saat musim tanam dilakukan memakai sistem giliran,
bahkan dilakukan juga dengan mengurangi intensitas tanamnya. Sistem
pengambilan yang ada saat ini adalah langsung dengan fasilitas bangunan
pengambilan sederhana.

2. Sungai sungai yang ada di masing-masing lokasi embung merupakan sungai-


sungai kecil, tetapi berdasarkan wawancara dengan penduduk sekitar lokasi
sungai-sungai tersebut seperti telah diuraikan di atas ditambah anak-anak
sungainya menjadi sungai yang tidak pernah kering walau pada musim kemarau.

Dari hasil simulasi menunjukkan bahwa dengan debit rata-rata dari sumber air dapat
melayani penduduk untuk daerah masing-masing lokasi. Penambahan kapasitas
untuk irigasi tidak memungkinkan karena sumber air yang ada tergantung pada

“Detail Desain Embung pada Wilayah Sungai Parigi-Poso ” IV - 2


LAPORAN SELA
(INTERIM REPORT)

musim yang ada, dengan semakin berkembangnya daerah sekitar lokasi sumber
menunjukkan kecenderungan penurunan kapasitas sumber air yang ada. Sedang
pengambilan secara langsung pada sungai tidak memungkinkan dikarenakan sungai
mempunyai fluktuasi debit yang cukup besar yaitu pada saat musim penghujan
mempunyai debit yang besar sedang pada saat musim kemarau debit yang ada kecil
sehingga untuk menentukan debit konstan untuk pelayanan sangat sulit. Untuk itu
memang diperlukan sekali suatu bentuk tampungan yang dapat menyeimbangkan
ketersediaan air di lokasi-lokasi embung tersebut, sehingga kebutuhan air dapat
dipenuhi sepanjang tahun.

1.3. Tipe Embung


Penetapan tipe embung didasarkan pada ketersedian material dan kondisi geologi
pondasi dari site embung. Dengan pertimbangan material tanah yang banyak
tersedia di lokasi dan daya dukung tanah masuk dalam kategori “sedang” maka
untuk kedua rencana embung (Parigimpuu dan Petapa) direncanakan sebagai
urugan tanah homogen dengan inti kedap.

1.4. Tinggi Embung


Dalam perencanaan tinggi embung pada dasarnya ada dua komponen yang akan
dikaji yaitu elevasi crest spillway yang yang menunjukan besarnya tampungan
embung dan tinggi jagaan (freeboard) .

Penetapan suatu tipe embung yang paling cocok untuk suatu kedudukan, didasarkan
pada beberapa faktor, yaitu :

a. Kualitas dan kuantitas bahan yang tersedia di sekitar tempat calon embung.
b. Kondisi dan metode pekerjaan bahan tersebut
c. Kondisi lapisan tanah pondasi pada tempat kedudukan calon embung
d. Kondisi alur sungai, serta lereng, tebing kiri dan kanan yang nantinya
menentukan joint construction dengan calon tubuh embung.

Dalam perencanaan ke 2 (dua) embung ini dipilih tipe urugan tanah homogen
dengan inti kedap.
Alasan teknis pemilihan embung tipe ini adalah :

“Detail Desain Embung pada Wilayah Sungai Parigi-Poso ” IV - 3


LAPORAN SELA
(INTERIM REPORT)

a. Inti kedap air berposisi vertikal dengan kemiringan yang hampir tegak, maka
perpotongan garis lingkaran suatu bidang luncur dengan inti tersebut
merupakan zona terlemah, maka kondisi tersebut akan menguntungkan stabilitas
embung.
b. Dapat menyesuaikan dengan gejala konsolidasi dan getaran-getaran, sehingga
dapat dihindarkan timbulnya rekahan-rekahan pada tubuh bendungan.
c. Kebutuhan bahan inti kedap air relatif lebih sedikit, disamping itu penggalian
pondasi pada tempat kedudukan inti tersebut akan berkurang, sehingga volume
pengerjaan sementasi akan dapat direduksi.

Kombinasi optimum antara kapasitas tampungan dengan luas genangan merupakan


pertimbangan yang harus diperhatikan, semakin besar volume tampungan embung
dengan luas genangan yang kecil merupakan kondisi ideal dalam penetapan tinggi
embung. Mengacu pada Pedoman kriteria perencanaan embung kecil yang
dikeluarkan oleh Departemen Pekerjaan Umum direkomendasi-kan bahwa tinggi
embung hendaknya tidak lebih 15 meter.
Dengan pemahaman tersebut maka untuk perencanaan embung Parigimpuu dan
Petapa adalah sebagai berikut :

Embung Parigimpuu
Elevasi Spillway : + 147,0 m
Elevasi Tampungan mati : + 139,7 m

“Detail Desain Embung pada Wilayah Sungai Parigi-Poso ” IV - 4


LAPORAN SELA
(INTERIM REPORT)

Gambar 4.1. Lengkung Kapasitas Embung Parigimpuu


Sumber : Hasil Perhitungan PT. Vitraha Consindotama 2011

Embung Petapa
Elevasi Spillway : + 20,0 m
Elevasi Tampungan mati : + 15,22 m

“Detail Desain Embung pada Wilayah Sungai Parigi-Poso ” IV - 5


LAPORAN SELA
(INTERIM REPORT)

Gambar 4.2. Lengkung Kapasitas Embung Petapa


Sumber : Hasil Perhitungan PT. Vitraha Consindotama 2011

1.5. Pemilihan Tipe Tanggul Utama


Dasar pemilihan tubuh tanggul utama embung adalah :
 Ketersediaan bahan bangunan pembentuk tanggul karena akan sangat
mempengaruhi kemudahan konstruksi dan biayanya.
 Kondisi geologis lokasi
 Kondisi topografis lokasi

Dalam hal ini, setelah konsultan melakukan pengamatan terhadap kondisi di


lapangan maka tipe yang dipilih adalah tipe urugan homogen dengan inti
tegak,dimana material pembentuk tubuh tanggul berasal dari hasil galian pada
daerah genangan. Tanah yang sesuai adalah tanah lempung atau tanah berlempung.
Sedang bahan inti dan filter akan dicari di lokasi yang tidak terlalu jauh dari site
embung.
Hal yang perlu diperhatikan dalam perencanaan embung tipe urugan homogen
adalah kemiringan lereng dan garis phreatik (rembesan).

“Detail Desain Embung pada Wilayah Sungai Parigi-Poso ” IV - 6


LAPORAN SELA
(INTERIM REPORT)

1.6. Lebar Mercu Tanggul


Lebar mercu perlu ditambah seiring dengan bertambahnya tinggi embung. Apabila
bagian puncak tanggul akan dipakai untuk jalan raya,maka bagian atas tersebut
harus menyisakan bagian bahu/tepi kiri kanan jalan. Lebar bagian atas untuk kasus
semacam ini hendaknya tidak boleh kurang dari 4 meter. Bila puncak tanggul tidak
akan dipergunakan untuk jalan, lebar minimumnya hendaknya dibuat sekitar 2,5 m.
Penentuan mercu tanggul utama embung dapat mengikuti persamaan berikut :
1,5
Q  C  B  H1

1.7. Kemiringan Lereng Urugan


Kemiringan lereng urugan harus ditentukan sedemikian rupa agar stabil terhadap
longsoran, hal ini sangat bergantung pada jenis materialnya. Untuk itu ditetapkan
kemiringan tubuh embung 1 : 2 untuk lereng hulu dan 1 : 1,5 untuk lereng hilir.
Tetapi hal ini masih sangat tergantung dengan kondisi tanah timbunan masing-
masing embung.

1.8. Tinggi Jagaan


Tinggi jagaan adalah jarak vertikal antara muka air banjir (Q 50) dengan crest
embung, mengacu pada Pedoman Kritera Perencanaan Embung Kecil, maka
ditetapkan tinggi jagaan adalah 0,5 – 1,0 m.

1.9. Stabilitas Tanggul


Stabilitas tanggul sangat tergantung pada dimensi tanggul, bahan tanah
timbunan/urugan, daya dukung pondasi dan penurunan. Data-data perencanaan dan
parameter desain lain yang perlu diperhatikan dalam menghitung stabilitas tanggul
utama embung adalah :
 Data Dimensi Tanggul yang meliputi : elevasi mercu, elevasi pelimpah, elevasi
muka air banjir, tinggi jagaan, elevasi dasar tanggul hulu, elevasi dasar tanggul
hilir, lebar tanggul, lebar berm, kemiringan lereng hulu dan kemiringan lereng
hilir.

“Detail Desain Embung pada Wilayah Sungai Parigi-Poso ” IV - 7


LAPORAN SELA
(INTERIM REPORT)

 Data Tanah Pondasi dan bahan timbunan/urugan, yang diperoleh berdasarkan


hasil penyelidikan geologi dan mekanika tanah.
 Koefisien gempa di daerah yang bersangkutan.

4.9.1. Rembesan
Perhitungan rembesan diasumsikan pada bagian hilir tanggul tidak ada air dan diberi
drainase, persamaan untuk menghitung garis rembesan adalah sebagai berikut :
Y2 = 2 h1 . X
h1 =  (L2 + H2) – L
L1 =.m.H
L = h1 / 2
Q1 = K . h1

Dimana :
Y = Absis garis rembesan (m)
X = Ordinat garis dari garis rembesan
h1 = Ordinat dari garis rembesan pada permulaan drain (m)
L1 = Jarak air pada genangan untuk perhitungan rembesan
L = Jarak yang diukur dari gambar (m)
 = Koefisien, biasanya diambil 0,3 – 0,4
m = Kemiringan tanggul pada bagian hulu
H = Tinggi genangan (m)
I = Jarak permulaan dari ujung drainase (m)
q = Debit rembesan (m3/hari)
K = Koefisien permeabilitas (m/hari)

Perkiraan kondisi rembesan sebelum dan sesudah adanya drainase disajikan dalam
bentuk gambar, dan dipergunakan untuk perhitungan stabilitas embung.

4.9.2. Perhitungan Stabilitas Lereng Tanggul


Perhitungan stabilitas lereng pada rencana tanggul embung dipakai cara Modified
Bishop/Fellinius dengan anggapan bahwa garis longsor adalah non linier. Persamaan
yang diturunkan di sini disebut juga sebagai cara Bishop I. Keseimbangan gaya-gaya

“Detail Desain Embung pada Wilayah Sungai Parigi-Poso ” IV - 8


LAPORAN SELA
(INTERIM REPORT)

yang diambil terhadap horizontal dan vertikal, yang kesemuanya akan disajikan
dalam bentuk gambar-gambar untuk menghitung stabilitas lereng.
Pada gambar tersebut diperlihatkan suatu bentuk lereng dengan bidang longsoran
kritisnya. Untuk menghitung faktor keamanannya maka perlu diturunkan persamaan
umumnya. Untuk keperluan ini,maka bidang longsoran kritisnya dibagi dalam
beberapa potongan kecil (pias-pias) dengan lebar b. Salah satu potongan nantinya
diperbesar, untuk memperlihatkan semua sistem gaya yang bekerja pada masing-
masing pias tersebut. Kekuatan geser tanah seperti telah dibuktikan oleh Terzaghi,
dapat dinyatakan dengan persamaan sebagai berikut :
S = C’ +  tan 
 = ’ – U

C’ . l + P’ tan ‘
S =
FK
Dimana,
S = Kekuatan geser (kg/cm2)
C’ = Kohesi efektif (kg/cm2)
 = Tegangan Total (kg/cm2)
’ = Tegangan efektif (kg/cm2)
U = Tekanan Pori (kg/cm2)
FK = Faktor Keamanan
P = Tegangan normal efektif (kg/cm2)
‘ = Sudut geser efektif ( o )
l = lebar segmen (m)

Supaya dalam keadaan seimbang gaya-gaya yang bekerja harus memenuhi


persyaratan sebagai berikut :
1. Jumlah momen yang bekerja terhadap titik pusat lingkaran O = 0
2. Jumlah gaya-gaya yang bekerja sejajar dan tegak lurus garis BC = 0

Perhitungan stabilitas lereng hulu dan lereng hilir tubuh embung dilakukan dalam
beberapa kondisi tinjauan,dengan uraian sebagai berikut :
1. Kondisi akhir konstruksi (waduk kosong) tanpa gempa

“Detail Desain Embung pada Wilayah Sungai Parigi-Poso ” IV - 9


LAPORAN SELA
(INTERIM REPORT)

2. Kondisi akhir konstruksi (waduk kosong) dengan gempa


3. Kondisi air penuh tanpa gempa
4. Kondisi air penuh dengan gempa
5. Kondisi air surut cepat tanpa gempa
6. Kondisi air surut cepat dengan gempa

4.9.3. Daya Dukung Tanah Dasar


Besarnya daya dukung tanah dasar (ultimate bearing capacity) dihitung dengan
persamaan Terzaghi, sebagai berikut :
q ult =  . C . Nc +  . z . Nq +  .  . B . N’
q a = q ult / F +  . z

Dimana,
q ult = Daya dukung ultimate (ton/m2)
qa = Daya dukung ijin (ton/m2)
C = Kohesi (kg/cm2)
 = Berat per satuan volume tanah
,  = faktor yang tak berdimensi
z = Kedalaman pondasi (m)
B = Lebar pondasi (m)
Nc,Nq,N’ = Faktor-faktor daya dukung tak berdimensi
F = Angka keamanan (diambil 3)

4.9.4. Penurunan Tubuh Tanggul (Settlement)


Penurunan terjadi akibat adanya beban dari tubuh tanggul itu sendiri,adanya
tambahan beban tambahan ini menyebabkan tanah pada tubuh tanggul mengalami
konsolidasi. Akibat konsolidasi ini tanah akan mengalami penurunan.
Besar kecilnya penurunan ini tergantung pada lapisan tanah di bawahnya,apabila
tanah bersifat lempung, maka penurunan agak besar (high compressibility) dan
sebaiknya apabila tanah bersifat pasir maka penurunan kecil (low compressibility).
Penurunan dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut :
Cc . H Po + P
S = log
1 – eo Po

“Detail Desain Embung pada Wilayah Sungai Parigi-Poso ” IV - 10


LAPORAN SELA
(INTERIM REPORT)

Untuk tanah dalam keadaan jenuh air :


Po = (  sat -  w ) H

Untuk tanah dalam keadaan tidak jenuh air :


Po =  . H

Dimana :
eo = Angka pori awal
Cc = Indeks pemampatan (compression indeks)
Po = Tegangan efektif awal (ton/m2)
P = Tambahan tegangan akibat adanya beban (ton/m2)
H = Tebal pembagian lapisan tanah (m)
 = Berat volume tanah (ton/m2)
 sat = Berat volume tanah (ton/m2)
 w = Berat volume air (ton/m3)
S = Angka penurunan (m)

4.9.5. Perkuatan Lereng Tanggul


Perkuatan lereng tanggul berguna untuk menambah stabilitas lereng tanggul. Usaha
yang dilakukan adalah sebagai berikut :

1. Lereng Bagian Hulu


Lereng bagian hulu dipasang rip-rap (lapisan batu teratur) yang berfungsi untuk
menahan kerusakan akibat naik-turunnya air (drawdown water) di tampungan.
Rencana pemasangan rip-rap adalah sebagai berikut :
 Mercu sampai elevasi dead storage
 Tebal 50 cm

2. Lereng Bagian Hilir


Lereng bagian hilir direncanakan dipasang gebalan rumput dengan pertimbangan
lebih murah dibandingkan dengan rip-rap.

3. Mercu Tanggul

“Detail Desain Embung pada Wilayah Sungai Parigi-Poso ” IV - 11


LAPORAN SELA
(INTERIM REPORT)

Bagian mercu tanggul tidak digunakan untuk sarana transportasi, tetapi akan
digunakan sebagai sarana jalan untuk kegiatan operasi dan pemeliharaan.

1.10. Pelimpah / Spillway


4.10.1. Tinggi Air di Atas Pelimpah
Untuk perencanaan pelimpah ditetapkan tipe pelimpah adalah bulat dengan
ketentuan tinggi mercu maksimum pelimpah adalah 6 m, di hilir mercu tubuh
pelimpah dibuat dengan kemiringan 1H : 1V sebelum aliran masuk peredam energi
USBR dengan tipe menyesuaikan persyaratan hidrolis.
Dimensi hidraulik tubuh pelimpah adalah :
Q = C *B*H3/2
Dimana,
Q = Aliran yang melalui mercu (m3/s }
Puncak banjir 50 tahunan
B = Lebar/panjang mercu pelimpah (m)
H = Tinggi air di kolam = tinggi tekanan di atas mercu (m)
H maks. = 0,75 m untuk tubuh embung tipe komposit
= 1,00 m untuk tubuh embung tipe pasangan/beton
C = koefisien aliran untuk ambang lebar (1,80)

Dengan rumus di atas dapat ditentukan lebar pelimpah B :


Q 50
B
1,80H1,5
Hubungan antara tinggi air di atas mercu pelimpah (H), debit aliran (Q), dan lebar
mercu pelimpah (B) dapat dilihat pada tabel berikut :

“Detail Desain Embung pada Wilayah Sungai Parigi-Poso ” IV - 12


LAPORAN SELA
(INTERIM REPORT)

Tabel 4.1.
Hubungan Tinggi Air di Atas Mercu Pelimpah “Ogee”, Debit dan Lebar
Pelimpah
Tinggi Air di Atas Mercu Pelimpah = H (m)
Lebar Debit Aliran (m3/dt)
Mercu (B)
m 10 15 20 25 30 35 40 50
2.00
3.00
5.00 1.07
6.00 0.95
7.00 0.86
8.00 0.78 1.03
9.00 0.72 0.95
10.00 0.68 0.89 1.07
12.00 0.78 0.95
14.00 0.71 0.86 0.99
16.00 0.78 0.91 1.03
18.00 0.72 0.84 0.95 1.05
20.00 0.68 0.78 0.89 0.98 1.07 1.24
22.00 0.74 0.83 0.92 1.01 1.17
24.00 0.69 0.73 0.87 0.95 1.10
26.00 0.74 0.82 0.90 1.05
28.00 0.71 0.78 0.86 0.99
30.00 0.75 0.82 0.95
32.00 0.72 0.78 0.91
34.00 0.69 0.75 0.87
36.00 0.72 0.84
38.00 0.70 0.81
40.00 0.78
42.00 0.76
44.00 0.74

Metode yang dapat dipergunakan juga adalah dengan terlebih dahulu melakukan
perhitungan terhadap nilai “C” Perhitungan analisa koefisien limpahan adalah
sebagai berikut :

 h 
1  2a .  
 H d 
C  1.6
 h 
1  a .  
 Hd 

“Detail Desain Embung pada Wilayah Sungai Parigi-Poso ” IV - 13


LAPORAN SELA
(INTERIM REPORT)

0.99
H 
C d  2.20  0.0416. d 
W
C = Koefisien limpahan.
Cd = Koefisien limpahan pada saat h = Hd
h = Tinggi air di atas mercu
Hd = Tinggi tekanan rencana di atas mercu
W = Tinggi embung
a = konstanta (diperoleh pada saat h = Hd dan C = Cd)

2/3
 Q 
H d   
 C d .L eff 

Leff = L’ – 2 (n.Kp + Ka) . Hd


Leff = 5,25 – 2 (0.Kp + 0.12) . Hd

Leff = 5,25 – 0.24 Hd

2/3
 16.529 
H d   
 C d .(5,25  0.24.H d 

Cd awal dicoba dengan nilai Cd = 2, sehingga :

2/3
 16.529 
H d   
 2.(5,25  0.24.H d 

Hasil perhitungan selengkapnya lihat tabel terlampir :

dengan :
Q = Debit yang melewati pelimpah (m3/det).
L = Lebar efektif mercu pelimpah (m).
L’ = Lebar pelimpah sesungguhnya (m).
n = Jumlah pilar.
Kp = Koefisien konstraksi pilar.

“Detail Desain Embung pada Wilayah Sungai Parigi-Poso ” IV - 14


LAPORAN SELA
(INTERIM REPORT)

Ka = Koefisien kontraksi dinding samping.


H = Tinggi tekanan total di atas mercu (m).

Perhitungan hidraulik peredam energi :


Perhitungan hidraulik pada kolam peredam energi USBR Tipe I dapat menggunakan
langkah sebagai berikut :

1. Kecepatan aliran di udik lantai peredam energi (sebelum loncatan dihitung


menggunakan rumus berikut :
 D
V2  2g  Z  D   
 2

V1  2g  Z  1/ 2D 

q
d1 
1

2. Nilai Froude
V1
F1 
gd1

3. Tinggi air sesudah loncatan


D2
 1/ 2 1  8F 2  1 
d2  

4. Panjang kolam peredam energi dapat diperoleh dengan menggunakan grafik


yang menggambarkan hubungan antara nilai Froude dan ratio L dan d1.

4.10.2. Penelusuran Banjir Melalui Pelimpah


Perhitungan penelusuran banjir digunakan untuk mendapatkan hubungan antara
debit keluar dari pelimpah dengan elevasi muak air waduk. Sedang tinggi muka air
rencana dihitung dengan cara penelusuran banjir rancangan (Q50 tahun). Penelusuran
banjir rancangan dihitung dengan periode penelusuran t selama 1 jam dengan
metode persamaan kontinuitas :

ds
IO
dt
dengan :

“Detail Desain Embung pada Wilayah Sungai Parigi-Poso ” IV - 15


LAPORAN SELA
(INTERIM REPORT)

I = Debit yang masuk ke waduk (m3/det).


O = Debit yang keluar dari waduk (m3/det).
S = Volume tampungan (m3)
t = Waktu
ds
= Perubahan tampungan tiap periode waktu penelusuran (m3/det).
dt

Penjabaran rumus di atas menjadi :


I1  I2 O1  O 2 S 2 - S1
 
2 2 t

I1  I2  S1 O1   S 2 O 2 
 -  
2  t 2   t 2 

Jika :

 S 1 O1  S2 O2 
 t - 2    dan  t  2   
   
Maka :

I1  I2
 
2

Dengan :
I1 = Debit masukan pada awal t.
I2 = Debit masukan pada akhir t.
O1 = Debit keluaran pada awal t.
O2 = Debit keluaran pada akhir t.
S1 = Tampungan pada awal t.
S2 = Tampungan pada akhir t.
t = Periode penelusuran banjir.

Dari hasil perhitungan menunjukkan bahwa lebar pelimpah, tinggi muka air dan
elevasi muka di atas masing-masing pelimpah adalah :

“Detail Desain Embung pada Wilayah Sungai Parigi-Poso ” IV - 16


LAPORAN SELA
(INTERIM REPORT)

Embung Parigimpuu
Type pelimpah : Ogee
Lebar pelimpah : 3 m,
Elevasi Crest pelimpah : + 147,00 m
H di atas pelimpah : 1,00 m
Elevasi : + 146,00 m

Embung Petapa
Type Pelimpah : Ogee
Lebar pelimpah : 4m
Elevasi Crest pelimpah : + 19,00 m
H di atas pelimpah : 1,00 m
Elevasi : + 18,00 m

4.10.3. Perencanaan Hidrolis Saluran Peluncur


Saluran Peluncur di dalam perencanaan Embung ini adalah bangunan beton, dasar
perhitungan hidrolis adalah besar energi yang terjadi pada setiap perubahan bentuk
penampang saluran, persamaan yang dipakai adalah bernoulli dengan persamaan
sebagai berikut :
E1 = E 2
V12 V2
Z 1  Y1   Z 2  Y2  2
2.g 2.g

Kecepatan air pada kaki pelimpah

V 2.g (Z - 0,5H)

di mana :
Z = Tinggi pelimpah
H = Tinggi tekan total di atas pelimpah
g = 9,81
Tinggi muka air pada kaki pelimpah

“Detail Desain Embung pada Wilayah Sungai Parigi-Poso ” IV - 17


LAPORAN SELA
(INTERIM REPORT)

Q =V.A
A = Q/A
A = b.h Penampang saluran berbentuk persegi

V
Fr 
g.h

Fr < 1 Tidak terjadi loncatan hidrolis

Perhitungan hidrolis aliran karena adanya perubahan bentuk saluran


Perubahan 1

E1 = E 2
V12 V2
Z 1  Y1   Z 2  Y2  2
2.g 2.g

dE
Pada keadaan kritis, aliran energi spesifik adalah minimum 0
dY
V2 Yc

2.g 2

(Q )2 Yc
b.Yc 
2.g 2
Dari coba-coba didapat :
Yc = Y2
Kecepatan arus pada penampang hilir :
V22
E1  Y2 
2.g

Perubahan 2
E1 = E 2

V12 V2
Z 1  Y1   Z 2  Y2  2
2.g 2.g

“Detail Desain Embung pada Wilayah Sungai Parigi-Poso ” IV - 18


LAPORAN SELA
(INTERIM REPORT)

V22
E 2  Y2 
2.g

(Q )2
b.Y2
2,7413  Y2 
2.g

Dari coba-coba didapat Y hilir:


Y2, b, dan Q
V = Q/A
Perubahan 3

E1 = E 2
V12 V2
Z 1  Y1   Z 2  Y2  2
2.g 2.g

Tinggi muka air dihilir


V22
E 2  Y2 
2.g

(Q )2
b.Y2
E 2  Y2 
2.g

4.10.4. Perencanaan hidrolis saluran peredam energi


Perencanaan peredam energi didasarkan bilangan froude yang di dapat di ujung
akhir saluran peluncur, Perencanaan hidrolis adalah perhitungan untuk menentukan
panjang kolam olakan dan kondisi aliran di dalam kolam olak

Diketahui data-data pada bagian hulu kolam olakan


V
Fr 
g.h

Panjang peredam energi

L  2.Yu. 1  8Fru2  1

“Detail Desain Embung pada Wilayah Sungai Parigi-Poso ” IV - 19


LAPORAN SELA
(INTERIM REPORT)

1.11. Perencanaan Pengelak dan Cofferdam


Pada saat embung utama yang melintang di cekungan/alur atau pun sungai
dibangun, maka aliran sungai perlu dialihkan. Untuk mengalihkan air digunakan
berbagai metode tertentu yang sesuai dengan kondisi daerah calon lokasi embung
maupun pertimbangan-pertimbangan teknis lainnya, seperti kemudahan pelaksanaan
dan ketersediaan bahan di lapangan ataupun masalah-masalah sosial yang terkait
dengan daerah yang akan dilewati alur saluran pengelak.

Metode-metode tersebut antara lain adalah :


 Pembuatan saluran pengelak
Biasanya saluran pengelak ditempatkan melintang di atas pondasi calon embung.
 Dengan penutupan aliran sungai
Cara ini digunakan pada sungai-sungai yang lebar, sehingga walaupun ditutup
sebagian sungai masih mampu mengalihkan debit banjir rencana.
 Dengan pembuatan terowongan pengelak
Dengan metode ini embung dapat dikerjakan secara serentak dan metode ini
biasanya merupakan metode yang paling efektif dan efisien.
Selain itu saluran pengelak harus dilengkapi dengan pula dengan bendungan
pengelak, atau sering disebut cofferdam. Cofferdam ini berfungsi untuk menahan air
agar tidak lewat ke daerah calon embung dan kemudian airnya dialirkan melalui
saluran pengelak.
Setelah melihat kondisi calon lokasi rencana embung maka 2 lokasi embung
tersebut dicoba metode terowongan pengelak dan pompa.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan terowongan adalah :

 Penempatan ujung udik terowongan


Faktor-faktor yang menetukan adalah :
 Jarak jangkauan penimbunan tubuh bendungan
 Karakteristik bahan konstruksi
 Kondisi geologi di daerah tempat kedudukan calon embung
 Penempatan dan formasi bangunan penyadap
 Metode penutupan terowongan pengelak

 Penentuan lokasi ujung hilir saluran

“Detail Desain Embung pada Wilayah Sungai Parigi-Poso ” IV - 20


LAPORAN SELA
(INTERIM REPORT)

Pada prinsipnya penempatan ujung hilir terowongan, supaya ditempatkan


sedemikian rupa sehingga aliran air tidak menimbulkan penggerusan yang
membahayakan tumit bendungan pengelak.

 Penentuan jumlah terowongan


Hal ini didasarkan pada faktor-faktor sebagai berikut :
 Keterbatasan kondisi geologi pada daerah tempat calon bendungan
pengelak.
 Jadwal pengaliran aliran sungai dan jadwal penutupan terowongan pada saat
embung mulai diisi.
 Problema yang timbul pada saat pelaksanaan pembuatan terowongan,
pelaksanaan penutupan serta pekerjaan tambahan dan penyempurnaan
lainnya.

1.11.1. Perencanaan Terowongan Pengelak


Dengan pertimbangan keadaan kontur dan topografi dari daerah calon embung dan
alur sungai, maka terowongan pengelak direncanakan dengan membuat terowongan
dengan karakter dan kondisi untuk masing-masing embung sebagai berikut :

 Embung Parigimpuu
Membuat terowongan dengan menggunakan pipa besi berdiameter 0.6 m, 1
buah yang ditanam di sisi kiri tebing sungai sepanjang 53 m yang ditempatkan
pada elevasi + 137.80 di bagian hulu dan + 133.13 di bagian hilir.

 Embung Petapa
Membuat terowongan dengan menggunakan pipa besi berdiameter 0.6 m, 1
buah yang ditanam di sisi kanan tebing sungai sepanjang 20,76 m yang
ditempatkan pada elevasi + 14,12 di bagian hulu dan + 14,42 di bagian hilir.

1.11.2. Perencanaan Cofferdam

Bangunan pengelak berfungsi sebagai bangunan yang direncanakan untuk dapat


mengalirkan air dengan debit tertentu sesuai dengan perhitungan Hidrologi,

“Detail Desain Embung pada Wilayah Sungai Parigi-Poso ” IV - 21


LAPORAN SELA
(INTERIM REPORT)

sehingga selama konstruksi, terutama pekerjaan di bawah cofferdam dapat


dikerjakan dalam keadaan kering dan sesuai dengan spesifikasi teknik.
Oleh karena keadaan geologi tanah pondasi pengelak merupakan endapan lempung
dan dalam pelaksanaan juga akan digali maka pengelak dibuat di tebing sebelah kiri
atau kanan sungai dengan dimensi bulat R = 0,6 m sebanyak 1 buah untuk Embung
Parigimpuu dan R = 0,6 sebanyak 1 buah untuk Embung Petapa.

 Debit Banjir Rencana


Debit banjir rancangan yang direkomendasikan adalah debit banjir hasil
perhitungan hidrograf Nakayasu dengan kala ulang 5 Tahun :
 Q5 Das Baliara = 327.0801 m3/dt

Rumus Dasar perhitungan Hidrolika


Kapasitas pengaliran melalui pengelak (conduit) adalah aliran Bebas (freeflow)
Apabila H > h dan aliran tidak menyentuh ambang atas aliran tersebut, disebut
aliran bebas.

Rumus yang digunakan :


V = 1/n . R 2/3 . S ½
Q = A. V

Dimana :
V = kecepatan aliran
Q1 = debit lewat pengelak
n = koefisien kekasaran Manning (untuk beton n = 0,012)
R = jari-jari hidrolis
A = luas penampang basah
S = kemiringan alur pengelak

Dari berbagai referensi diperoleh batasan H = 1,2 h


Untuk memeriksa pada kedalaman berapa terjadi pengaliran kritis digunakan
rumus :

“Detail Desain Embung pada Wilayah Sungai Parigi-Poso ” IV - 22


LAPORAN SELA
(INTERIM REPORT)

Qc2 = (g . A 3) / B
F2 = V / (q . H 1/2 )

Dimana ,
Qc = debit lewat pengelak dalam kondisi kritis
G = percepatan gravitasi
B = lebar muka air/lebar pengelak
A = luas penampang basah
F = bilangan Froude
H = kedalaman aliran

Bila :
Q > Qc atau
F > 1 Rumus Manning tidak berlaku lagi

Aliran Transisi
Aliran Transisi yaitu aliran bebas menjadi aliran bertekanan dimana tinggi air di
hulu terowongan sebagai berikut :
1,2 > H < 1,5
Pada keadaan demikian digunakan rumus :
Vc = g . Hc
Hc = 2/3 . H
Vc = 2/3 . g . H
Qc = A . 2/3 . g . H

Dimana,
Hc = kedalaman aliran kritis
Aliran Tekan (pressure flow) :
Q = A. V
V = (2.g (H + L . sin  - D/2)) / (1 + C)

Dimana,
H = kedalaman air waduk dihitung dari dasar inlet pengelak

“Detail Desain Embung pada Wilayah Sungai Parigi-Poso ” IV - 23


LAPORAN SELA
(INTERIM REPORT)

D = tinggi pengelak
L = panjang pengelak
 = sudut yang dibentuk alur pengelak
C = jumlah koefisien kehilangan energi
C = Ci + Cf + Co

Dari hasil perhitungan dan analisa cofferdam dan terowongan pengelak, maka
diperoleh dimensi dengan rincian sebagai berikut :

Embung Parigimpuu
Diameter : 0.6 m, 1 buah, bahan besi
Panjang : 53 m
Elevasi MAB : + 146.5 m
Elevasi Crest : + 147 m

Embung Petapa
Diameter : 0.6 m, 1 buah, bahan besi
Panjang : 20,76 m
Elevasi MAB : + 19,50 m
Elevasi Crest : + 20,00 m

“Detail Desain Embung pada Wilayah Sungai Parigi-Poso ” IV - 24


LAPORAN SELA
(INTERIM REPORT)

“Detail Desain Embung pada Wilayah Sungai Parigi-Poso ” IV - 25


KONSEP LAPORAN SELA (INTERIM REPORT)

PT VITRAHA CONSINDOTAMA IV - 26

Anda mungkin juga menyukai