(INTERIM REPORT)
1.1. Umum
Sebagai dasar perencanaan adalah terciptanya bangunan yang berfungsi secara baik
dan selama masa pelaksanaan pembangunan dan pengoperasian hingga akhir usia
gunanya harus aman dan sesuai dengan apa yang direncanakan. Hal-hal yang perlu
diperhatikan dalam perencanaan ini adalah sebagai berikut :
2. Lereng hulu dan hilir embung harus tahan terhadap bahaya-bahaya kelongsoran.
3. Penimbunan material sebaiknya dilaksanakan pada kondisi dan situasi yang sesuai
serta dilakukan secara bertahap sesuai dengan prosedur yang berlaku.
4. Aliran filtrasi yang melalui tubuh embung masih dapat diperkenankan pada batas-
batas tertentu sesuai dengan syarat yang diijinkan.
5. Keadaan tanah untuk pondasi embung harus memenuhi syarat yang diijinkan.
6. Tubuh embung tahan terhadap semua gaya-gaya yang bekerja dengan adanya
pengisian pada waduk.
7. Keamanan lereng bagian hulu harus dipertahankan dari kikisan gelombang air
serta di bagian hilir juga perlu perlindungan dari bahaya kikisan oleh hujan dan
angin.
2. Keadaan dari alur sungai serta keadaan tebing sungai yang berhubungan dengan
rencana pembangunan embung.
1. Sumber mata air, sumber air yang ada berada pada lokasi embung pada
umumnya berasal dari sungai-sungai kec[il yang mengalir secara kontinyu,
walaupun sangat kecil. Sumber air berasal dari air tanah yang mengalir melalui
kapiler-kapiler yang berada di lereng bukit. Pada umum pada saat kering sungai-
sungai kecil tersebut dapat mengalirkan air. Berdasarkan pengamatan, survei
dan wawancara menunjukkan bahwa kapasitas sumber yang ada saat ini
cenderung sangat kurang untuk memenuhi kebutuhan air di desa-desa layanan
embung. Kapasitas sumber tergantung pada musim. Untuk memenuhi kebutuhan
air baku dan irigasi, pada saat musim tanam dilakukan memakai sistem giliran,
bahkan dilakukan juga dengan mengurangi intensitas tanamnya. Sistem
pengambilan yang ada saat ini adalah langsung dengan fasilitas bangunan
pengambilan sederhana.
Dari hasil simulasi menunjukkan bahwa dengan debit rata-rata dari sumber air dapat
melayani penduduk untuk daerah masing-masing lokasi. Penambahan kapasitas
untuk irigasi tidak memungkinkan karena sumber air yang ada tergantung pada
musim yang ada, dengan semakin berkembangnya daerah sekitar lokasi sumber
menunjukkan kecenderungan penurunan kapasitas sumber air yang ada. Sedang
pengambilan secara langsung pada sungai tidak memungkinkan dikarenakan sungai
mempunyai fluktuasi debit yang cukup besar yaitu pada saat musim penghujan
mempunyai debit yang besar sedang pada saat musim kemarau debit yang ada kecil
sehingga untuk menentukan debit konstan untuk pelayanan sangat sulit. Untuk itu
memang diperlukan sekali suatu bentuk tampungan yang dapat menyeimbangkan
ketersediaan air di lokasi-lokasi embung tersebut, sehingga kebutuhan air dapat
dipenuhi sepanjang tahun.
Penetapan suatu tipe embung yang paling cocok untuk suatu kedudukan, didasarkan
pada beberapa faktor, yaitu :
a. Kualitas dan kuantitas bahan yang tersedia di sekitar tempat calon embung.
b. Kondisi dan metode pekerjaan bahan tersebut
c. Kondisi lapisan tanah pondasi pada tempat kedudukan calon embung
d. Kondisi alur sungai, serta lereng, tebing kiri dan kanan yang nantinya
menentukan joint construction dengan calon tubuh embung.
Dalam perencanaan ke 2 (dua) embung ini dipilih tipe urugan tanah homogen
dengan inti kedap.
Alasan teknis pemilihan embung tipe ini adalah :
a. Inti kedap air berposisi vertikal dengan kemiringan yang hampir tegak, maka
perpotongan garis lingkaran suatu bidang luncur dengan inti tersebut
merupakan zona terlemah, maka kondisi tersebut akan menguntungkan stabilitas
embung.
b. Dapat menyesuaikan dengan gejala konsolidasi dan getaran-getaran, sehingga
dapat dihindarkan timbulnya rekahan-rekahan pada tubuh bendungan.
c. Kebutuhan bahan inti kedap air relatif lebih sedikit, disamping itu penggalian
pondasi pada tempat kedudukan inti tersebut akan berkurang, sehingga volume
pengerjaan sementasi akan dapat direduksi.
Embung Parigimpuu
Elevasi Spillway : + 147,0 m
Elevasi Tampungan mati : + 139,7 m
Embung Petapa
Elevasi Spillway : + 20,0 m
Elevasi Tampungan mati : + 15,22 m
4.9.1. Rembesan
Perhitungan rembesan diasumsikan pada bagian hilir tanggul tidak ada air dan diberi
drainase, persamaan untuk menghitung garis rembesan adalah sebagai berikut :
Y2 = 2 h1 . X
h1 = (L2 + H2) – L
L1 =.m.H
L = h1 / 2
Q1 = K . h1
Dimana :
Y = Absis garis rembesan (m)
X = Ordinat garis dari garis rembesan
h1 = Ordinat dari garis rembesan pada permulaan drain (m)
L1 = Jarak air pada genangan untuk perhitungan rembesan
L = Jarak yang diukur dari gambar (m)
= Koefisien, biasanya diambil 0,3 – 0,4
m = Kemiringan tanggul pada bagian hulu
H = Tinggi genangan (m)
I = Jarak permulaan dari ujung drainase (m)
q = Debit rembesan (m3/hari)
K = Koefisien permeabilitas (m/hari)
Perkiraan kondisi rembesan sebelum dan sesudah adanya drainase disajikan dalam
bentuk gambar, dan dipergunakan untuk perhitungan stabilitas embung.
yang diambil terhadap horizontal dan vertikal, yang kesemuanya akan disajikan
dalam bentuk gambar-gambar untuk menghitung stabilitas lereng.
Pada gambar tersebut diperlihatkan suatu bentuk lereng dengan bidang longsoran
kritisnya. Untuk menghitung faktor keamanannya maka perlu diturunkan persamaan
umumnya. Untuk keperluan ini,maka bidang longsoran kritisnya dibagi dalam
beberapa potongan kecil (pias-pias) dengan lebar b. Salah satu potongan nantinya
diperbesar, untuk memperlihatkan semua sistem gaya yang bekerja pada masing-
masing pias tersebut. Kekuatan geser tanah seperti telah dibuktikan oleh Terzaghi,
dapat dinyatakan dengan persamaan sebagai berikut :
S = C’ + tan
= ’ – U
C’ . l + P’ tan ‘
S =
FK
Dimana,
S = Kekuatan geser (kg/cm2)
C’ = Kohesi efektif (kg/cm2)
= Tegangan Total (kg/cm2)
’ = Tegangan efektif (kg/cm2)
U = Tekanan Pori (kg/cm2)
FK = Faktor Keamanan
P = Tegangan normal efektif (kg/cm2)
‘ = Sudut geser efektif ( o )
l = lebar segmen (m)
Perhitungan stabilitas lereng hulu dan lereng hilir tubuh embung dilakukan dalam
beberapa kondisi tinjauan,dengan uraian sebagai berikut :
1. Kondisi akhir konstruksi (waduk kosong) tanpa gempa
Dimana,
q ult = Daya dukung ultimate (ton/m2)
qa = Daya dukung ijin (ton/m2)
C = Kohesi (kg/cm2)
= Berat per satuan volume tanah
, = faktor yang tak berdimensi
z = Kedalaman pondasi (m)
B = Lebar pondasi (m)
Nc,Nq,N’ = Faktor-faktor daya dukung tak berdimensi
F = Angka keamanan (diambil 3)
Dimana :
eo = Angka pori awal
Cc = Indeks pemampatan (compression indeks)
Po = Tegangan efektif awal (ton/m2)
P = Tambahan tegangan akibat adanya beban (ton/m2)
H = Tebal pembagian lapisan tanah (m)
= Berat volume tanah (ton/m2)
sat = Berat volume tanah (ton/m2)
w = Berat volume air (ton/m3)
S = Angka penurunan (m)
3. Mercu Tanggul
Bagian mercu tanggul tidak digunakan untuk sarana transportasi, tetapi akan
digunakan sebagai sarana jalan untuk kegiatan operasi dan pemeliharaan.
Tabel 4.1.
Hubungan Tinggi Air di Atas Mercu Pelimpah “Ogee”, Debit dan Lebar
Pelimpah
Tinggi Air di Atas Mercu Pelimpah = H (m)
Lebar Debit Aliran (m3/dt)
Mercu (B)
m 10 15 20 25 30 35 40 50
2.00
3.00
5.00 1.07
6.00 0.95
7.00 0.86
8.00 0.78 1.03
9.00 0.72 0.95
10.00 0.68 0.89 1.07
12.00 0.78 0.95
14.00 0.71 0.86 0.99
16.00 0.78 0.91 1.03
18.00 0.72 0.84 0.95 1.05
20.00 0.68 0.78 0.89 0.98 1.07 1.24
22.00 0.74 0.83 0.92 1.01 1.17
24.00 0.69 0.73 0.87 0.95 1.10
26.00 0.74 0.82 0.90 1.05
28.00 0.71 0.78 0.86 0.99
30.00 0.75 0.82 0.95
32.00 0.72 0.78 0.91
34.00 0.69 0.75 0.87
36.00 0.72 0.84
38.00 0.70 0.81
40.00 0.78
42.00 0.76
44.00 0.74
Metode yang dapat dipergunakan juga adalah dengan terlebih dahulu melakukan
perhitungan terhadap nilai “C” Perhitungan analisa koefisien limpahan adalah
sebagai berikut :
h
1 2a .
H d
C 1.6
h
1 a .
Hd
0.99
H
C d 2.20 0.0416. d
W
C = Koefisien limpahan.
Cd = Koefisien limpahan pada saat h = Hd
h = Tinggi air di atas mercu
Hd = Tinggi tekanan rencana di atas mercu
W = Tinggi embung
a = konstanta (diperoleh pada saat h = Hd dan C = Cd)
2/3
Q
H d
C d .L eff
2/3
16.529
H d
C d .(5,25 0.24.H d
2/3
16.529
H d
2.(5,25 0.24.H d
dengan :
Q = Debit yang melewati pelimpah (m3/det).
L = Lebar efektif mercu pelimpah (m).
L’ = Lebar pelimpah sesungguhnya (m).
n = Jumlah pilar.
Kp = Koefisien konstraksi pilar.
V1 2g Z 1/ 2D
q
d1
1
2. Nilai Froude
V1
F1
gd1
ds
IO
dt
dengan :
I1 I2 S1 O1 S 2 O 2
-
2 t 2 t 2
Jika :
S 1 O1 S2 O2
t - 2 dan t 2
Maka :
I1 I2
2
Dengan :
I1 = Debit masukan pada awal t.
I2 = Debit masukan pada akhir t.
O1 = Debit keluaran pada awal t.
O2 = Debit keluaran pada akhir t.
S1 = Tampungan pada awal t.
S2 = Tampungan pada akhir t.
t = Periode penelusuran banjir.
Dari hasil perhitungan menunjukkan bahwa lebar pelimpah, tinggi muka air dan
elevasi muka di atas masing-masing pelimpah adalah :
Embung Parigimpuu
Type pelimpah : Ogee
Lebar pelimpah : 3 m,
Elevasi Crest pelimpah : + 147,00 m
H di atas pelimpah : 1,00 m
Elevasi : + 146,00 m
Embung Petapa
Type Pelimpah : Ogee
Lebar pelimpah : 4m
Elevasi Crest pelimpah : + 19,00 m
H di atas pelimpah : 1,00 m
Elevasi : + 18,00 m
V 2.g (Z - 0,5H)
di mana :
Z = Tinggi pelimpah
H = Tinggi tekan total di atas pelimpah
g = 9,81
Tinggi muka air pada kaki pelimpah
Q =V.A
A = Q/A
A = b.h Penampang saluran berbentuk persegi
V
Fr
g.h
E1 = E 2
V12 V2
Z 1 Y1 Z 2 Y2 2
2.g 2.g
dE
Pada keadaan kritis, aliran energi spesifik adalah minimum 0
dY
V2 Yc
2.g 2
(Q )2 Yc
b.Yc
2.g 2
Dari coba-coba didapat :
Yc = Y2
Kecepatan arus pada penampang hilir :
V22
E1 Y2
2.g
Perubahan 2
E1 = E 2
V12 V2
Z 1 Y1 Z 2 Y2 2
2.g 2.g
V22
E 2 Y2
2.g
(Q )2
b.Y2
2,7413 Y2
2.g
E1 = E 2
V12 V2
Z 1 Y1 Z 2 Y2 2
2.g 2.g
(Q )2
b.Y2
E 2 Y2
2.g
L 2.Yu. 1 8Fru2 1
Embung Parigimpuu
Membuat terowongan dengan menggunakan pipa besi berdiameter 0.6 m, 1
buah yang ditanam di sisi kiri tebing sungai sepanjang 53 m yang ditempatkan
pada elevasi + 137.80 di bagian hulu dan + 133.13 di bagian hilir.
Embung Petapa
Membuat terowongan dengan menggunakan pipa besi berdiameter 0.6 m, 1
buah yang ditanam di sisi kanan tebing sungai sepanjang 20,76 m yang
ditempatkan pada elevasi + 14,12 di bagian hulu dan + 14,42 di bagian hilir.
Dimana :
V = kecepatan aliran
Q1 = debit lewat pengelak
n = koefisien kekasaran Manning (untuk beton n = 0,012)
R = jari-jari hidrolis
A = luas penampang basah
S = kemiringan alur pengelak
Qc2 = (g . A 3) / B
F2 = V / (q . H 1/2 )
Dimana ,
Qc = debit lewat pengelak dalam kondisi kritis
G = percepatan gravitasi
B = lebar muka air/lebar pengelak
A = luas penampang basah
F = bilangan Froude
H = kedalaman aliran
Bila :
Q > Qc atau
F > 1 Rumus Manning tidak berlaku lagi
Aliran Transisi
Aliran Transisi yaitu aliran bebas menjadi aliran bertekanan dimana tinggi air di
hulu terowongan sebagai berikut :
1,2 > H < 1,5
Pada keadaan demikian digunakan rumus :
Vc = g . Hc
Hc = 2/3 . H
Vc = 2/3 . g . H
Qc = A . 2/3 . g . H
Dimana,
Hc = kedalaman aliran kritis
Aliran Tekan (pressure flow) :
Q = A. V
V = (2.g (H + L . sin - D/2)) / (1 + C)
Dimana,
H = kedalaman air waduk dihitung dari dasar inlet pengelak
D = tinggi pengelak
L = panjang pengelak
= sudut yang dibentuk alur pengelak
C = jumlah koefisien kehilangan energi
C = Ci + Cf + Co
Dari hasil perhitungan dan analisa cofferdam dan terowongan pengelak, maka
diperoleh dimensi dengan rincian sebagai berikut :
Embung Parigimpuu
Diameter : 0.6 m, 1 buah, bahan besi
Panjang : 53 m
Elevasi MAB : + 146.5 m
Elevasi Crest : + 147 m
Embung Petapa
Diameter : 0.6 m, 1 buah, bahan besi
Panjang : 20,76 m
Elevasi MAB : + 19,50 m
Elevasi Crest : + 20,00 m
PT VITRAHA CONSINDOTAMA IV - 26