Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH STUDI KEISLAMAN

SEJARAH PERADABAN ISLAM DARI MASA KE MASA


Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Studi Keislaman yang di ampu oleh :
Dosen : Ahmad Rofiq S.Ag., M.Pd.

Oleh Kelompok 7 :
1. Nabila Sabrina (23051440032)
2. TB Adjudant MS (23061440034)

PROGRAM STUDI KIMIA


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN FATAH PALEMBANG
2023
KATA PENGANTAR

Islam, sebagai salah satu agama besar di dunia, telah memiliki peran yang sangat
penting dalam sejarah peradaban manusia. Seiring berjalannya waktu, Islam mengalami
perkembangan yang signifikan, memengaruhi tidak hanya aspek agama, tetapi juga politik,
sosial, dan budaya di berbagai belahan dunia. Makalah ini bertujuan untuk menjelajahi
perjalanan perkembangan Islam dari masa ke masa, menggali akar-akarnya yang dalam, dan
melihat bagaimana ajaran ini terus berkembang sejalan dengan dinamika sejarah.
Dalam makalah ini, kita akan menjelajahi perkembangan awal Islam sejak zaman Nabi
Muhammad hingga masa Kekhalifahan Rasyidin, kemudian melanjutkan ke periode-periode
berikutnya, seperti masa Kekhalifahan Umayyah, Abbasiyah, hingga zaman kemunculan
berbagai kerajaan Islam dan peradaban cemerlang seperti Kekaisaran Ottoman. Selain itu,
kita akan memahami peran penting Islam dalam pengembangan ilmu pengetahuan, seni, dan
perdagangan di dunia kuno dan masa pertengahan.
Melalui analisis makalah ini, diharapkan pembaca dapat mendapatkan wawasan yang
lebih mendalam tentang perjalanan panjang Islam, serta bagaimana pengaruhnya masih dapat
dirasakan hingga saat ini. Selain itu, makalah ini juga dapat menjadi pijakan untuk lebih
memahami peran Islam dalam membentuk dunia modern dan masa depan. Terima kasih
kepada semua yang telah memberikan kontribusi dalam penelitian ini, semoga makalah ini
bermanfaat dalam upaya pemahaman lebih lanjut tentang perkembangan Islam yang kaya dan
kompleks.

Palembang, Oktober 2023

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Menurut Amin (2015: 1), kata sejarah berasal dari bahasa Arab “Syajaratun”, artinya
pohon. Apabila digambarkan secara sistematik, sejarah hampir sama dengan pohon,
memiliki cabang dan ranting, bermula dari sebuah bibit, kemudian tumbuh dan
berkembang, lalu layu dan tumbang. Demikian pula peristiwa-peristiwa yang terjadi
dalam sejarah peradaban Islam yang mengalami masa pertumbuhan, perkembangan, lalu
kemunduran dan kehancuran. Sejarah mencakup perjalanan hidup manusia dalam mengisi
perkembangan dunia dari masa ke masa. Setiap sejarah mempunyai arti dan bernilai,
sehingga manusia dapat membuat sejarah sendiri dan sejarahpun membentuk manusia.
Menggunakan sejarah sebagai bahan hidup akan menimbulkan berbagai macam analisis
dalam suasana budaya sejarah tersebut.
Oleh karena itu, sejarah tersebut hendaknya diinterpretasikan ke dalam zaman
sekarang apakah sesuai atau tidak sebagai bahan pertimbangan untuk berpegang pada
sejarah. Sejarah Islam sangat erat dengan Islam sebagai agama penuntun maupun
petunjuk bagi umat Islam sehingga Islam dalam sejarah memberikan arti lebih penting
bahkan menentukan kehidupan umat manusia. Peranan agama dalam kehidupan manusia
mempunyai arti sebagai peraturan dalam kehidupan, baik kehidupan dunia maupun
akhirat. Oleh karena itu, sejarah Islam yang sebenarnya berpangkal dan bersumber dari
al-Qur’an dan hadits. Dengan demikian, pengertian Sejarah Peradaban Islam adalah
keterangan mengenai pertumbuhan dan perkembangan peradaban Islam dari satu waktu
ke waktu lain, sejak zaman lahirnya Islam sampai sekarang. Sejarah yang membahas
berbagai peristiwa masa lalu, jangan diremehkan dan dibiarkan seiring dengan berlalunya
waktu, sebab begitu besar makna sejarah bagi kehidupan manusia. “Belajarlah dari
sejarah”, demikian kata-kata mutiara yang dapat mengingatkan akan makna sejarah.
Bahkan Presiden Pertama RI, Sukarno telah menitipkan sesuatu yang sangat berharga,
berupa “Jasmerah” sebagai akronim dari “Jangan Sekali-kali Melupakan Sejarah”.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana Sejarah Peradaban Islam selama periode Klasik?
2. Bagaimana Sejarah Peradaban Islam selama periode Pertengahan?
3. Bagaimana Sejarah Peradaban Islam selama periode Modern?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Untuk mengetahui Sejarah Peradaban Islam selama periode Klasik
2. Untuk mengetahui Sejarah Peradaban Islam selama periode Pertengahan
3. Untuk mengetahui Sejarah Peradaban Islam selama periode Modern
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Periodisasi Perkembangan Peradaban Islam


Peradaban Islam dimulai dari periodisasi Nabi Muhammad saw. Hingga
perkembangan Islam sampai saat ini. Periodesasi peradaban Islam merupakan ciri bagi
sejarah yang mengkaji peristiwa dalam konteks waktu dan tempat dengan tolak ukur yang
bermacam-macam. Periodesasi sejarah peradaban Islam menurut Ahmad Al-Usairy terbagi
menjadi beberapa periode yaitu periode klasik, periode, sejarah rasulullah, periode sejarah
khulafaurrasyidin, periode pemerintahan Bani Umayyah, Periode pemerintahan Bani
Abbasiyah, periode pemerintahan Mamluk, periode pemerintahan Usmani, periode Dunia
Islam Kontemporer. Sedangkan menurut Prof. Dr. Harun Nasution dan Nourouzzaman
ash-Shiddiqi fase itu di bagi ke dalam tiga periode yaitu periode klasik, periode
Pertengahan dan periode modern.
2.1.1 Islam Periode Klasik
Sejarah Islam bermula dengan peristiwa turunnya wahyu Al-Quran dari
Allah swt. Kepada Nabi Muhammad saw. Pada 611 Masehi. Ayat-ayat Alquran turun
secara berangsur dalam waktu lebih dari dua dekade: sebagiannya di Makkah yang
lainnya di Madinah. Nabi Muhammad saw. Tidak pernah berhenti menerima wahyu
dari Allah swt. Selama karirnya: mulai dari berusia 40 tahun hingga wafatnya di usia
63 tahun. Nabi Muhammad saw. Berusaha sangat keras memperkenalkan Islam
kepada penduduk kota Makkah dan mengajak mereka mengimani agama baru
tersebut. Satu dekade permulaan dakwahnya merupakan tahun-tahun yang sangat
sulit; sedemikian sulit sehingga memaksanya untuk hijrah ke utara menuju kota
Madinah. Hijrah ke Madinah ini (622 M) menjadi titik balik bagi usaha dakwah
Nabi Muhammad saw. Madinah ternyata lebih terbuka menyambut dakwahnya; dan
sejak itu keberhasilan agama Islam dimulai. Beberapa tahun setelah di Madinah,
mayoritas masyarakat sekitarnya telah menerima Islam dan meninggalkan agama
keberhalaan mereka yang lama. Pada tahun 629 M Makkah, kota yang tadinya
memusuhi dan mengusirnya berhasil dia taklukkan dan penduduknya menyatakan
keislaman mereka. Maka ketika Nabi Muhammad saw. Wafat pada 632 M dapat
dikatakan bahwa hampir seluruh jazirah Arabia telah memeluk agama Islam.
Wafatnya Muhammad membuat kondisi masyarakat Islam saat itu seperti anak ayam
yang kehilangan induknya. Mereka tidak tahu harus mengikuti perintah siapa setelah
Muhammad wafat. Nabi Muhammad tidak memberikan wasiat kepada siapa tongkat
estafet kepemimpinan umat Islam akan diteruskan. Dengan proses pemilihan yang
berdasarkan pada musyawarah akhirnya ditentukan Abu Bakar yang menjadi
pengganti Nabi Muhammad sebagai kepala pemerintahan.
Abu Bakar menjadi khalifah pada tahun 632 M. Masanya yang singkat
banyak digunakan untuk menyelesaikan Perang Riddah, yang ditimbulkan oleh
suku-suku bangsa Arab yang tidak mau tunduk lagi kepada Madinah karena
sepeninggalnya Nabi Muhammad Saw, mereka menganggap janji yang mereka buat
dengan beliau tidak berlaku lagi. Dalam menyelesaikan perang tersebut, Khalid bin
al-Walid sangat berjasa, ia merupakan salah satu dari jenderal Abu Bakar. Kemudian
setelah perang berakhir, Abu Bakar mengirim kekuatan keluar Arabia, ia mengirim
Khalid bin al-Walid ke Irak yang kemudian pada tahun 634 M, al-Hirah berhasil
ditaklukkan. Di sisi lain, Abu Bakar mengirim tentara dan 3 jenderal lain untuk
menaklukkan Syiria, dan untuk memperkuat kekuatan tersebut ia memerintahkan
Khalid bin al-Walid untuk meninggalkan Irak dan bergabung ke Syiria.
Usaha yang telah dilakukan Abu Bakar selanjutnya di lanjutkan oleh Khalifah
kedua, yaitu Umar bin al-Khaththab (634-644 M). Pada zaman itulah gelombang
ekspansi (perluasan wilayah) terjadi. Yang dimulai dengan jatuhnya kota Damaskus
pada 635 M, yang setahun kemudian disusul oleh daerah Suriah (636 M) karena
kalah pada perang Yarmuk. Ekspansi dilanjutkan ke Mesir yang akhirnya
ditaklukkan pada tahun 641 M. Irak jatuh pada tahun 637 M, kemudian kota Persia
yang jatuh pada tahun yang sama. Dengan ekspansi gelombang pertama, kekuasaan
Islam telah meliputi juga Palestina, Syiria, Irak, Persia dan Mesir.
Pada zaman Usman bin Affan (644-656 M), Tripoli, Ciprus dan beberapa
daerah lain dikuasai, tetapi gelombang ekspansi pertama berhenti sampai di sini.
Terjadi perpecahan karena soal pemerintahan dan dalam kekacauan tersebut Usman
terbunuh.
Sebagai pengganti Usman, Ali bin Abu Thalib menjadi khalifah keempat (656-
661 M), tetapi dalam masa kekhalifahannya, masyarakat terbagi menjadi 2
kelompok. Hal tersebut terjadi karena pihak pendukung Usman yang menuntut
qishash atas terbunuhnya Usman, lalu konflik tersebut dapat terselesaikan dengan
takhkim, yang kemudian muncullah 2 kelompok yakni Syi’ah atau mereka yang
secara terpaksa menghadapi hasil tahkim dan tetap setia kepada Ali bin Abu Thalib,
dan khawarij atau kelompok menolak hasil tahkim dan kecewa terhadap
kepemimpinan Ali bin Abu Thalib. Kemudian Ali bin Abu Thalib dibunuh oleh
kaum Khawarij.
Setelah Ali terbunuh, kepemimpinan dilanjutkan oleh Bani Umayyah. Dinasti
Bani Umayyah yang didirikan oleh Muawiyah berumur kurang lebih 90 tahun dan
pada zaman ini, ekspansi yang terhenti pada zaman kedua khalifah terakhir
dilanjutkan kembali. Khalifah-khalifah besar dari Dinasti Bani Umayyah adalah
Muawiyah bin Abu Sufyan (661-680 M), Abdul Malik bin Marwan (685-705 M), al-
Walid bin Abdul Malik (705-715 M), Umar bin Abdul Aziz (717-720 M), dan
Hisyam bin Abdul Malik (724-743 M). Ekspansi pada zaman Muawiyah dapat
menguasai daerah Khurasan sampai ke Afghanistan dan Kabul. Ekspansi ke Timur
dilanjutkan oleh Khalifah Abdul al-Malik yang berhasil menaklukkan Balkh sampai
Samarkand dan Punjab sampai ke Maltan. Ekspansi ke Barat secara besar-besaran
dilanjutkan di zaman al-Walid bin Abdul Malik. Masa pemerintahan Walid adalah
masa ketenteraman, kemakmuran dan ketertiban. Umat Islam merasa hidup bahagia.
Pasukan Islam memperoleh kemenangan dengan mudah karena mendapat dukungan
dari rakyat setempat yang sejak lama menderita akibat kekejaman penguasa. Di
zaman Umar bin Abdul Aziz, serangan dilakukan ke Perancis melalui pegunungan
Piranee. Ekspansi yang dilakukan Dinasti Bani Umayyah inilah yang membuat
Islam menjadi negara besar di zaman itu. Dari persatuan berbagai bangsa di bawah
naungan Islam, timbullah benih-benih kebudayaan dan peradaban Islam yang baru,
walaupun Bani Umayyah lebih banyak memusatkan perhatian kepada kebudayaan
Arab. Perubahan bahasa administrasi dari bahasa Yunani dan bahasa Pahlawi ke
Bahasa Arab dimulai oleh Abdul Malik. Inilah yang mendorong Imam Sibawaih
untuk menyusun al-Kitab, yang selanjutnya menjadi pegangan dalam masalah tata
bahasa Arab. Perhatian dalam bidang tafsir, hadits, fiqih, dan ilmu kalam pada
zaman ini mulai muncul. Menurut Amin, selain mengubah bahasa administrasi,
Abdul Malik juga mengubah mata uang yang dipakai di daerah-daerah yang dikuasai
Islam. Sebelumnya yang dipakai adalah mata uang Bizantium dan Persia seperti
dinar (denarius) dan dirham (Persia: diram dan Yunani: drachme). Sebagai ganti dari
mata uang asing ini, Abdul Malik mencetak uang sendiri di tahun 659 M dengan
memakai kata-kata dan tulisan Arab. Dinar dibuat dari emas dan dirham dari perak.
Masjid-masjid pertama di luar Semenanjung Arabia juga dibangun pada zaman
Dinasti Bani Umayyah.
Demikianlah, fase sejarah peradaban Islam yang dibuat oleh dinasti Bani
Umayyah hingga akhirnya pada tahun 750 M Dinasti Umayyah berhasil digulingkan
Bani Abbas yang bersekutu dengan Abu Muslim al-Khurasani. Meskipun Abu al-
Abbaslah (750-754 M) yang mendirikan Dinasti Bani Abbas, tetapi pembangun
sebenarnya adalah al-Mansur (754-775 M). Al-Mansur merasa kurang aman di
tengah-tengah Arab, maka ia mendirikan ibu kota baru sebagai ganti Damaskus,
yaitu Baghdad di dekat bekas ibu kota Persia, Ctesiphon, pada tahun 762 M.
Sehingga Bani Abbas berada di tengah-tengah bangsa Persia. Al-Mahdi (775-785 M)
menggantikan al-Mansur sebagai khalifah dan di masanya perekonomian mulai
meningkat. Kemudian Pada zaman Harun al-Rasyid (785-809 M), hidup mewah
sudah memasuki masyarakat. Kekayaan yang banyak, dipergunakan al-Rasyid juga
untuk keperluan sosial. Rumah sakit didirikan, pendidikan dokter dipentingkan, dan
farmasi dibangun. Harun al-Rasyid adalah raja besar pada zaman itu dan hanya
Charlemagne di Eropa yang dapat menjadi saingannya. Anaknya, al-Ma’mun (813-
833 M) yang kemudian menjadi khalifah, meningkatkan perhatian pada ilmu
pengetahuan. Khalifah al-Mu’tashim (833-842 M) sebagai anak dari ibu yang
berasal dari Turki, mendatangkan orang-orang Turki untuk menjadi tentara
pengawalnya. Dengan demikian, pengaruh Turki mulai masuk ke pusat
pemerintahan Bani Abbasiyah. Al-Watsiq (842-847 M) sebagai Khalifah selanjutnya
berusaha untuk melepaskan diri dari pengaruh Turki, dengan mendirikan ibu kota
Samara dan pindah dari Baghdad. Akan tetapi, di sana khalifah-khalifah justru
bertambah mudah dikuasai oleh tentara pengawal Turki tersebut. Al-Mutawakkil
(847-861 M) merupakan khalifah besar terakhir dari Dinasti Abbasiyah. Ibu kota
dipindahkan kembali ke Baghdad oleh Mu’tadid (870-892 M). Khalifah yang paling
terakhir sekali dari Dinasti Abbasiyah adalah al-Musta’shim (1242-1258 M). Pada
zamannyalah, Baghdad dihancurkan oleh Hulagu dari Mongol pada tahun 1258 M.
Pada masa Dinasti Abbasiyah inilah, perhatian pada ilmu pengetahuan dan filsafat
Yunani memuncak, terutama pada zaman Harun al-Rasyid dan al-Ma’mun. Buku-
buku ilmu pengetahuan dan filsafat didatangkan dari Bizantium, kemudian
diterjemahkan ke dalam bahasa Arab. Kegiatan penerjemahan buku-buku ini
berjalan kira-kira satu abad. Bait al-Hikmah, yang didirikan al-Ma’mun, bukan
hanya merupakan pusat terjemahan, tetapi juga akademi yang mempunyai
perpustakaan. Di antara cabang-cabang ilmu pengetahuan Yang diutamakan dalam
Bait al-Hikmah ialah ilmu kedokteran, matematika, optika, geografi, fisika,
astronomi, dan sejarah di Samping filsafat.
2.1.2 Islam Periode Pertengahan
Masa perkembangan Islam abad pertengahan dimulai dari tahun 1250-1800 M. Di
zaman ini islam mengalami dua fase yang bertentangan yaitu sebagai fase kemajuan
dan sekaligus fase kemunduran. Dinasti Abbasiyah di abad pertengahan, dianggap
sebagai puncak peradaban islam yang menghantarkan islam meraih golden age dan
menghasilkan berbagai karya yang mengubah pandangan dunia. Akan tetapi, pasca
kehancuran dinasti Abbasiyah, islam pun mengalami kemunduran dalam banyak hal,
terutama disebabkan masalah sosial politik. Setelah mundurnya Dinasti Abbasiyah,
muncul dinasti-dinasti lainnya seperti Dinasti Usmaniyah di Turki, Safawiah di Persia,
dan Mughal di India. Di mulai tahun 1500 M hingga 1800 M kerajaan-kerajaan tersebut
menemukan kejayaannya masing-masing. Namun, tidak lama setelah masa kejayaannya
mereka mengalami kemunduran dan akhirnya mengalami kehancuran. Adanya
kemajuan pada tiga kerajaan tersebut banyak dipengaruhi atau diwariskan oleh
kemajuan di masa periode Dinasti Abbasiyah yang konsen pada ilmu pengetahuan dan
teknologi.
Kerajaan Islam Turki Ustmani
Kerajaan yang sangat berpengaruh terhadap perkembangan Islam di abad ini adalah
terdapat di Kerajaan Islam Turki Ustmani. Kerajaan ustmani adalah salah satu kerajaan
islam yang didirikan oleh bangsa Turki dari Kabilah Oghuz yang berada dalam wilayah
Mongol dan daerah utara negeri China yang bernama Usmani atau Usmani Idan.
Mereka memploklamirkan diri sebagai Raja besar keluarga Usman pada tahun 1300 M
(699 H). Kerajaan ini selanjutnya memperluas wilayah kekuasaannya ke benua Eropa
dan menyerang daerah Byzantium (Kota Boressa, 1317 M) setelah tahun 1326
dijadikan sebagai Ibukota Negara. Di masa kerajaan Orkhan, kerajaan usmani
menaklukkan amir pada tahun 1327 M, Tahawasyanly, tahun 1330 M, uskandar tahun
1338 M, Ankara 1354 M, dan Galipoli tahun 1356 M. Wilayah tersebut adalah bagian
benua Eropa yang ditaklukkan Kerajaan Usmani. Dalam beberapa abad, kerajaan
Usmani dipandang sebagai negara yang kuat terutama dalam sektor militer. Kemajuan
kerajaan usmani adalah banyak dalam bidang pemerintahan dan kemiliteran, ilmu
pengetahuan dan budaya, pembangunan masjid-masjid, sekolah, rumah sakit, gedung,
jembatan, saluran air, pemandian umum, dan agama yang didominasi oleh fatwa atau
pemikiran ulama dan menjadi hukum yang berlaku. Di masa pemerintahan Sultan Al
Qanuni, kerajaan usmani mengalami masa kemunduran yang dipengaruhi oleh
beberapa problem. Diantaranya adalah sebagai berikut :
o Keheterogenan Penduduk Turki
o Tidak dapat menguasai wilayah yang luas
o Lemahnya kepemimpinan
o Lemahnya moral pada masyarakat Islam
o Krisis ekonomi
o Ilmu pengetahuan dan teknologi yang kurang berkembang sebagaimana
sebelumnya

Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Kebudayaan Pada Abad Pertengahan


Di beberapa wilayah kekuasaan Islam di abad pertengahan dalam ilmu pengetahuan dan
kebudayaan mengalami perkembangan. Salah satunya di masa Kerajaan Mongol yang
banyak dibangun sekolah-sekolah yang banyak mengajarkan ilmu pengetahuan,
kebudayaan, filsafat, logika, geometri, sejarah, geografi, matematika, dan politik. Di
wilayah Mesir, banyak terjadi perkembangan ilmu pengetahuan seperti sejarah,
astronomi, matematik, dan ilmu-ilmu agama yang luas. Dalam sejarah tercatat, terdapat
nama-nama besar seperti Ibnu Khalikan, Ibnu Khaldun, dan Ibnu Taghribardi. Di dalam
bidang astronomi dikenal nama Nasir Al dan Al Tusi. Di bidang matematika Abu Faraj
Al’Ibry. Bidang kedokteran : Abu Al Hasan, Ali Al Nafis yaitu penemu susunan dan
peredaran darah dalam paru-paru manusia. Dalam bidang oftalmologi dikenal nama
salah Salahuddin bin Yusuf yang terkenal juga Ibnu Taimiyah yang terkenal dalam
bidang keagamaan. Pada masa pemerintahan Mamud Ghazan yang merupakan raja
ketujuh Dinasti Ilkhania membangun perguruan tinggi untuk mahdzab ulama Syafii dan
Hanafi, perpustakaan besar, observatorium, dan gedung-gedung lainnya yang memiliki
fungsi besar untuk umat saat itu. Di masa Kerajaan Syafawi, Ilmu pengetahuan dan
teknologi juga berkembanga besar, diantaranya adalah ilmuwan-ilmuwan sebagai
berikut : Baha Al Din Al Syaerazi adalah Generalis ilmu pengetahuan, Sadar Al Din Al
Syaerazi seorang Filosof, Muhammad Baqir Ibnu Muhammad Damad seorang Filosof,
sejarah, teolog, dan observer lebah. Pada abad pertengahan juga terdapat cendekiawan
muslim seperti An Nuwairy, Ibnu Fadlullah, dan Jalaluddin As Suuyuti yang berhasil
membuat buku yang berjudul Mausu’at yang berisi tentang sekumpulan berbagai ilmu
pengetahuan.
Perkembangan Kebudayaan Islam
Perkembangan kebudayaan Islam di abad pertengahan muncul beberapa diantaranya
adalah terlihat dari beberapa bangunan dan arsitektur yang dibangun disana seperti,
Masjid Al Muhamadi, Masjid Agung Sulaiman, Masjid Abi Ayyub Al Ansari disertai
dengan kaligrafi dan ukiran yang indah. 235 bangunan oun dibangun dan diatur oleh
Sinan yang merupakan seorang arsitek dari Anatolia di Masa Kerajaan Usmani. Adapun
di abad pertengahan muncul nama-nama sastrawan yang hidup dan berkarya di
masanya; Fuzuli dengan karya yang berjudul Shikeyetname atau pengasuan, tinggal di
Irak. Jalaluddin Ar Rumiyang, yang membuat puisi 33.000 bair dan dibuat dalam waktu
10 tahun. Sa’adi Syuraj dari Persia, dengan karya Bustan dan Kebun. Fariduddin Al
Attar, dengan karyanya Mantiq At Tair atau Musyawarah Bunga. Hamzah Fansuri,
Nuruddin Ara Raininir, dan Syamsudin Pasari, Sunan Kalijaga, Sunan Bonang
Hikmah dari Perkembangan Islam Abad Pertengahan
Ada beberapa hikmah yang bisa diambil dari perkembangan Islam di abad pertengahan.
Hal ini untuk menjadikan kita belajar dari sejarah di masa lalu dan memperbaiki
kesalahan atau kekurangannya di masa yang akan datang.
1. Pengunaan Akal dan Ilmu Pengetahuan
Penggunaan akal dan ilmu pengetahuan sangat dibuka dan didukung. Untuk itu
pengetahuan dan teknologi sangat berkembang. Tidak dibatasi oleh ilmu apapun,
namun ilmu yang bermanfaat dan menunjang hingga hari ini bisa kita dapatkan dari
banyak sumbangsih dari ulama di Abad Pertengahan. Islam dan ilmu
pengetahuan adalah satu kesatuan. Contohnya saja bagaimana tentang proses
penciptaan manusia dalam Al-Quran tidak bertentangan dengan Ilmu Biologi.
Padahal, ilmu biologi baru lahir jauh setelah Al-Quran turun. Tentu membuktikan
bahwa Islam bukan agama yang jauh dari kebenaran ilmu. Kemajuan suatu umat
atau bangsa tidak akan terjadi tanpa adanya keluasan akal dan ilmu pengetahuan
yang digunakan dan dikembangkan. Tujuan hidup menurut Islam manusia adalah
sebagai khalifah fil’ard. Konsep manusia dalam Islam dan hakikat manusia menurut
Islam adalah untuk mengabdi dan membangun bumi-nya dengan sebai-baik kondisi.
Tanpa penggunaan akal dan ilmu pengetahuan maka hal ini sulit untuk dilakukan.
2. Dukungan Pemimpin di Masa Tersebut
Adanya dukungan pemimpin di masa tersebut membuat Islam dan perkembangan
pengetahuan bisa berkembang sebagaimana yang telah dijelaskan di atas. Untuk itu,
sangat penting adanya elaborasi antara pemimpin dan hubungan yang baik dengan
masyarakat untuk menghasilkan karya-karya spektakuler yang luar biasa besar.
3. Masalah Sosial dan Politik
Masalah sosial dan politik tentunya adalah hal yang menghancurkan atau
memudarkan kejayaan Islam di masa tersebut lembat waktu demi waktu. Adanya
berbagai kepentingan golongan, kerajaan, dan friksi-friksi yang terjadi di
masyarakat membuat akhirnya kemunduran Islam terjadi. Hikmah besar adalah
kepentingan Islam adalah kepentingan bersama dan universal. Adanya kerajaan dan
kepentingan perseorangan atau kelompok bukanlah di atas segalanya melainkan hal
yang harus di nomor dua kan.

2.1.3 Islam Periode Modern


Periode ini merupakan zaman kebangkitan Islam. Ekspedisi Napoleon di
Mesir yang berakhir pada tahun 1801 M, membuka mata dunia Islam terutama Turki
dan Mesir akan kemunduran dan kelemahan umat Islam di samping kemajuan dan
kekuatan Barat. Raja dan pemuka-pemuka Islam mulai berpikir dan mencari jalan
untuk mengembalikan balance of power, yang telah pincang dan membahayakan
Islam. Kontak Islam dengan Barat sekarang berlainan sekali dengan kontak Islam
dengan Barat periode klasik. Pada waktu itu, Islam sedang naik dan Barat sedang
dalam kegelapan. Sekarang sebaliknya, Islam tampak dalam kegelapan dan Barat
tampak gemilang. Dengan demikian, timbullah apa yang disebut pemikiran dan
aliran pembaharuan atau modernisasi dalam Islam. Pemuka-pemuka Islam
mengeluarkan pemikiran-pemikiran bagaimana caranya membuat umat Islam maju
kembali sebagaimana yang terjadi pada periode klasik. Usaha-usaha ke arah itu pun
mulai dijalankan dalam kalangan umat Islam. Akan tetapi, dalam hal itu, Barat juga
bertambah maju. Beberapa tokoh pembaharu atau modernisasi di kalangan dunia
Islam di antaranya: Muhammad bin Abdul Wahab di Arabia. Muhammad Abduh,
Jamaluddin al-Afghani, Muhammad Rasyid Ridha di Mesir. Sayyid Ahmad Khan,
Syah Waliyullah dan Muhammad Iqbal di India. H. Abdul Karim Amrullah, KH.
Ahmad Dahlan, dan KH. Hasyim Asy’ari di Indonesia, dan masih banyak yang
lainnya.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Perkembangan Islam dari masa ke masa dapat disimpulkan bahwa Islam dimulai
pada abad ke-7 M di Arab, dipimpin oleh Nabi Muhammad. Ini adalah awal dari
perkembangan signifikan agama Islam. Kemudian Ekspansi dan Penaklukan
yang dilakukan Setelah wafatnya Nabi Muhammad, pasukan Muslim melakukan
penaklukan yang luas, memperluas wilayah Islam ke Timur Tengah, Afrika
Utara, Spanyol, dan India. Islam melihat berbagai kekhalifahan, seperti Khilafah
Rasyidin, Umayyah, Abbasiyah, dan Ottoman, yang memiliki dampak signifikan
pada sejarah dan budaya dunia. Pada abad Pertengahan Islam menyaksikan
perkembangan ilmiah, filosofis, dan budaya yang signifikan. Ini mencakup
sumbangan besar dalam bidang ilmu pengetahuan, kedokteran, matematika, dan
filsafat. Islam menyebar ke seluruh dunia, dan saat ini memiliki jutaan pengikut
di berbagai negara dengan berbagai budaya dan tradisi. Tetapi kemudian Islam
menghadapi tantangan dalam era modern, seperti globalisasi, modernisasi, serta
perdebatan dan konflik seputar interpretasi agama dan identitas Muslim.
Kesimpulan ini memberikan gambaran singkat tentang perjalanan panjang Islam
dari awalnya di Arab hingga menjadi agama global yang mempengaruhi berbagai
aspek kehidupan manusia.
DAFTAR PUSTAKA

Ali Sodikin, dkk. (2009). Sejarah Peradaban Islam Dari Masa Klasik Hingga Modern.
Yogyakarta: Lesfi.

Zakariya, Muhammad. (2018). Sejarah Peradaban Islam.Malang: Intrans Publishing.

https://dalamislam.com/sejarah-islam/perkembangan-islam-abad-pertengahan

Anda mungkin juga menyukai