Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

SEJARAH ISLAM
Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Kajian Islam Komperhensif

Disusun oleh:
Adit Kheruloh, S.Pd.
NIM. 1276.31.1.22

Dosen pengampu:
Dr. Lutfan Muntaqo, M.S.I.

MAGISTER PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS SAINS AL-QUR’AN JAWA TENGAH
DI WONOSOBO
2023
MAKALAH
DASAR-DASAR PENGEMBANGAN KURIKULUM
Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Filsafat Pendidikan dan
Pembelajaran

Disusun oleh:
Adit Kheruloh, S.Pd.
NIM. 1276.31.1.22

Dosen pengampu:
Dr. Lutfan Muntaqo, M.S.I.

MAGISTER PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS SAINS AL-QUR’AN JAWA TENGAH
DI WONOSOBO
2023

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Mahakuasa karena telah memberikan


kesempatan pada penulis untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan
hidayah-Nya lah penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “sejarah
islam” tepat waktu.
Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kajian islam
komperhemsif. Selain itu, penulis juga berharap agar makalah ini dapat
menambah wawasan bagi pembaca tentang kajian islam secara komperhensif.
Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Dr. Lutfan
Muntaqo, M.S.I., selaku dosen pengampu mata kuliah kajian islam komperhensif.
Tugas yang telah diberikan ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan terkait
bidang yang ditekuni penulis. Penulis juga mengucapkan terima kasih pada semua
pihak yang telah membantu proses penyusunan makalah ini.

Wonosobo, 25 Mei 2023

Penulis,

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.............................................................................................i

KATA PENGANTAR...........................................................................................ii

DAFTAR ISI.........................................................................................................iii

BAB I: PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ..........................................................................................1

B. Rumusan Masalah......................................................................................1

C. Tujuan .......................................................................................................2

BAB II: PEMBAHASAN

A. Pengertian Sejarah Islam...........................................................................3

B. Periodisasi Sejarah Islam...........................................................................4

BAB III: PENUTUP

A. Kesimpulan................................................................................................16

B. Saran..........................................................................................................16

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................17

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berbicara tentang periodisasi sejarah peradaban islam, sebaiknya
dimulai dari pertanyaan tentang kapan awal mula untuk menghitung
peradaban islam terjadi. Dari pertanyaan ini, penulis menemukan dua
pendapat sejarawan tentang awal peradaban islam itu bermula. Pendapat
pertama, awal peradaban islam dimulai semenjak Nabi Muhammad SAW
berhijrah dari Mekkah ke Madinah. Kemudian kota Madinah menjadi pusat
penyebaran islam hingga berkembang ke Mekkah, dan berkembang di seluruh
dunia seperti sekarang ini. Pendapat pertama ini diperkuat dengan gagasan
bahwa Nabi Muhammad SAW bukan hanya sebagai nabi, tetapi juga sebagai
pimpinan politik di Madinah yang menyebabkan munculnya peradaban islam
di Madinah
Pendapat kedua, mengatakan bahwa peradaban islam dimulai sejak
nabi Muhammad SAW diangkat menjadi Rasul. Gagasannya dari pendapat
ini adalah bahwa islam merupakan sebagai dakwah nabi Muhammad SAW,
dan ia menyebarkan sistem kehidupan yang dapat merubah jazirah arab pada
masa itu. Oleh karena itu, peradaban islam dimulai sejak awal nabi
Muhammad diangkat sebagai nabi dan rasul
Kajian sejarah masih terlalu luas lingkupnya sehingga menuntut suatu
pembatasan. Oleh karena itu, sejarah haruslah diartikan sebagai tindakan
manusia dalam jangka waktu tertentu pada masa lampau yang dilakukan di
tempat tertentu. Dengan demikian, muncullah kajian sejarah suku bangsa
tertentu, di tempat tertentu, atau pada zaman tertentu. Seperti sejarah bangsa
Eropa, sejarah Yunani, sejarah Islam, sejarah Islam abad pertengahan, sejarah
Islam di Spanyol, dan sebagainya.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengertian sejarah Islam?
2. Bagaimana periodisasi sejarah Islam?

1
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian sejarah Islam.
2. Untuk mengetahui periodisasi sejarah Islam.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Sejarah Islam


Pengertian sejarah secara etimologi berasal dari kata Arab syajarah
artinya “pohon”. Dalam bahasa Inggeris peristilahan sejarah disebut history
yang berarti pengetahuan tentang gejala-gejala alam, khususnya manusia yang
bersifat kronologis. Sementara itu, pengetahuan serupa yang tidak kronologis
diistilahkan dengan science. Oleh karena itu dapat dipahami bahwa sejarah itu
adalah aktivitas manusia yang berhubungan dengan kejadian-kejadian tertentu
yang tersusun secara kronologis.1
Sejarah Islam sangat erat dengan Islam sebagai agama penuntun
maupun petunjuk bagi umat Islam sehingga Islam dalam sejarah memberikan
arti lebih penting bahkan menentukan kehidupan umat manusia. Peranan
agama dalam kehidupan manusia mempunyai arti sebagai peraturan dalam
kehidupan, baik kehidupan dunia maupun akhirat. Oleh karena itu, sejarah
Islam yang sebenarnya berpangkal dan bersumber dari al-Qur'an dan hadits.
Karena din mempunyai arti mendalam yang lebih daripada hanya yang dapat
dicakup dalam agama, igama atau ugama.
Pengertian Sejarah Islam adalah keterangan tentang pertumbuhan dan
perkembangan Islam dari satu masa ke masa lain, sejak zaman lahirnya Islam
sampai saat ini.2
Sejarah mencatat kondisi kebesaran Islam berkat kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi, dimana pada waktu dunia Islam menjadi kiblat
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dunia. Sejarah memiliki nilai
dan arti penting yang bermanfaat bagi kehidupan umat manusia. Hal tersebut
dikarenakan sejarah menyimpan atau mengandung kekuatan yang dapat

1
Syamruddin Nasution, Sejarah Peradaban Islam, (Pekanbaru: Pusaka Riau, 2013), hal.
1.
2
Din Muhammad Zakariya, Sejarah Perdaban Islam (Prakenabian hingga islam di
Indonesia), (Malang: Intrans Publishing, 2018), hal. 11.

3
menimbulkan dinamisme dan melahirkan nilai-nilai baru bagi perkembangan
kehidupan manusia.3
Dengan mengkaji sejarah, dapat diperoleh informasi tentang aktifitas
peradaban Islam dari zaman Rasulullah sampai sekarang, mulai dari
pertumbuhan, perkembangan, kemajuan, kemunduran, dan kebangkitan
kembali agama Islam. Selain itu dengan mempelajari sejarah peradaban Islam
diharapkan seseorang dapat memiliki kemauan untuk melakukan
pembangunan dan pengembangan peradaban Islam dan dapat pula
menyelesaikan problematika peradaban Islam pada masa kini, serta dapat
memunculkan sikap positif terhadap berbagai perubahan system peradaban
Islam.

B. Periodisasi Sejarah Islam


Perbedaan pendapat tentang kapan dimulainya periodisasi sejarah
islam. Secara umum, perbedaan pendapat tersebut dapat dibedakan menjadi
dua. Pertama, sebagian sejarawan berpendapat bahwa sejarah Islam dimulai
sejak Nabi Muhammad SAW diangkat menjadi rasul. Oleh karena itu,
menurut pendapat ini, selama 13 tahun Nabi Muhammad SAW tinggal di
Mekah telah lahir masyarakat muslim meskipun belum berdaulat.
Kedua, sebagian sejarawan berpendapat bahwa sejarah umat Islam
dimulai sejak Nabi Muhammad saw hijrah ke Madinah karena masyarakat
muslim baru berdaulat ketika Nabi Muhammad saw tinggal di Madinah.
Muhammad saw tinggal di Madinah tidak hanya sebagai rasul, tetapi juga
merangkap sebagai pemimpin atau kepala negara berdasarkan konstitusi yang
disebut Piagam Madinah.
Menurut Prof. Dr. Harun Nasution, periodisasi sejarah Islam terbagi
pada 3 periode:
1. Periode Klasik (650-1250 M)

3
Anwar Sewang, Sejarah Peradaban Islam, (Parepare: STAI Parepare, 2017), hal. 11.

4
Meliputi dua masa kemajuan yaitu masa Rasulullah SAW,
Khulafaurrasyidin, Bani Umayyah, dan masa-masa permulaan Dawlah
Bani Abbasiyah.4
a. Masa Rasulullah SAW.
1) Fase Makkah
Fanatisme bangsa quraisy terhadap agama nenek moyang
telah membuat Islam sulit berkembang di Mekkah walaupun Nabi
Muhammad sendiri berasal dari suku yang sama. Secara umum
pada periode Mekkah, kebijakan dakwa yang dilakukan Nabi
Muhammad adalah dengan menonjolkan kepemimpinannya bukan
kenabiannya. Implikasinya, dakwa dengan stategi politik yang
memunculkan aspek-aspek keteladanannya dalam menyelesaikan
berbagai persoalan social (egalitarisme) lebih tepat di bandingkan
oleh aspek kenabiannya dengan melaksanakan tabligh.5 Nabi
Muhammad SAW melakukan dakwah di Makah selama 13 tahun.
Dua metode dakwah yang dilakukan Rasulullah ketika Fase
Makkah:
a) Dakwah secara diam-diam
Dengan turunnya perintah itu mulailah Rasulullah
berdakwah. Pertama-tama, beliau melakukannya secara diam-
diam di lingkungan sendiri dan di kalangan rekan-rekannya.
Karena itulah, orang pertama kali yang menerima dakwanya
adalah keluarga dan sahabat. Seorang demi seorang diajak agar
mau meninggalkan agama berhala dan hanya mau menyembah
Allah yang Maha Esa.
b) Dakwah secara terbuka
Setelah beberapa lama berdakwa secara individual
turunlah perintah agar Nabi menjalankan dakwa secara terbuka
dan langkah berikutnya ialah berdakwa secara umum. Nabi
4
Siti Zubaedah, Sejarah Peradaban islam, (Medan: Perdana Publishing, 2016), hal. 8.
5
Muhammad Yamin, Peradaban Islam Pada Masa Rasulullah SAW, Ihya al-Arabiyyah,
No. 1, (2017), hal. 112.

5
mulai menyeru segenap lapisan masyarakat kepada islam
secara terang-terangan. Setelah dakwa terang-teranggan itu,
pemimpin quraisy mulai berusaha menghalangi dakwa Rasul.
Semakin bertambahnya jumlah pengingkut Nabi semakin keras
tantangan yang di lancarkan kaum quraisy.6
2) Fase Madinah
Setelah melakukan dakwah di Makkah, dimana terdapat
banyak penolakan dari kaum Quraisy, Nabi Muhammad dengan
sabar menyeru kepada kaum Quraisy Makkah untuk mentauhidkan
Allah, meskipun hasilnya tidak sesuai dengan yang diharapkan.
Kaun Quraisy semakin membabibuta dalam menyiksa dan
memusuhi kaum Muslim hingga akhirnya Nabi memutuskan untuk
berhijrah ke Yatsrib (Madinah).7
Hijrahnya Rasulullah SAW ke Madinah membawa
pengaruh yang sangat signifikan. Islam mulai berkembang dengan
fondasi peradaban yang ditata oleh Rasulullah SAW. Suasana
Yastrib yang begitu kondusif merupakan berita gembira bagi Nabi
Muhammad SAW sebelum melakukan hijrah. Hal ini karena suku
Aus dan Khazraj di Yatsrib telah masuk Islam dan bersedia
menerima Nabi dan ajarannya.8 Nabi Muhammad SAW berdakwah
di Madinah selama 10 tahun, dengan masyarakat Madinah yang
lebih mudah menerima dakwah nabi dari pada masyarakat Makkah.
b. Masa Khulafaurosyidin
1) Masa Abu Bakar Ash Shidiq
Nama lengkapnya adalah Abdullah bin Utsman bin ‘Amir
bin ‘Amr bin Ka’ab bin Sa’id bin Taim bin Murrah alTamimi, yang
lebih dikenal dengan Abd al-Ka’bah di masa Jahiliyah. Dia
dilahirkan di Makkah dua tahun beberapa bulan setelah tahun
6
Ibid., hal. 113.
7
Faisal Ismail, Sejarah dan Kebudayaan Islam Periode Klasik (Abad VII-XIII M),
(Yogyakarta: IRCiSoD, 2017), 155.
8
Ummu Salamah Ali, Peradaban Islam Madinah (Refleksi terhadap Primordialisme
Suku Auz dan Khazraj), Kalimah Vol. 15, No. 2, (2017), hal. 193.

6
gajah, berarti beliau lebih muda dua tahun dari Rasulullah s.a.w.
Dia terkenal sebagai seorang yang berprilaku terpuji, tidak pernah
minum khamar dan selalu menjaga kehormatan diri.9
Masalah yang pertama timbul dalam Islam sesudah Nabi
wafat adalah politik, yaitu mengenai pengganti Nabi sebagai kepala
negara dalam kapasitasnya sebagai kepala negara di Madinah,
sedang kedudukannya sebagai Rasul tidak dapat digantikan oleh
siapapun. Sementara Nabi tidak meninggalkan wasiat tentang
penunjukan seseorang yang akan menggantikannya sebagai kepala
negara sepeninggalnya.
Abu Bakar mengusulkan agar pemimpin baru itu dijabat
oleh orang Muhajirin dan wakilnya dari kaum Anshar, tetapi orang
Anshar menolak usul itu. mereka mengusulkan agar diangkat dua
orang pemimpin dari dua kelompok itu. Abu Bakar tidak menerima
usul itu dengan alasan bisa membawa perpecahan. Kemudian Abu
Bakar mengingatkan kaum Anshar terhadap hadits Nabi yang
mengatakan “Pemimpin itu dari orang Quraisy”.
Oleh sebab itu beliau mengusulkan agar Umar bin
Khaththab diangkat menjadi khalifah, usul itu tidak diterima Umar
dan mengatakan jika Abu Bakar masih ada beliaulah yang paling
pantas menjadi khalifah. Akhirnya Abu Bakar terpilih sebagai
pemimpin atas usul Umar bin Khaththab, ketika itu usia Abu Bakar
61 tahun.
Rupanya, semangat keagamaan Abu Bakar mendapat
penghargaan yang tinggi dari umat Islam. sehingga masingmasing
pihak menerima dan membai’atnya sebagai pemimpin umat Islam
pengganti Rasulullah yang dalam perkembangan selanjutnya
disebut “Khalifah” saja.

9
Hasan Ibrahim Hasan, Sejarah dan Kebudayaan Islam J. 1, c. 2 (Jakarta: Kalam Mulia,
2006), hal. 393-394.

7
Tetapi bagaimana pun juga Abu Bakar adalah orang yang
paling tepat menggantikan Nabi. Mengingat prestasinya dalam tiga
hal yang tidak dimiliki oleh sahabat lainnya. Pertama, sebagai
orang yang pertama masuk Islam dari kalangan dewasa. Kedua,
menemani Nabi sewaktu hijrah ke Yatsrib. Ketiga, satu-satunya
orang yang ditunjuk oleh Nabi menjadi imam shalat ketika beliau
sakit.
2) Masa Umar bin Khatab
Nama lengkapnya adalah Umar bin Khaththab bin Nafil bin
Abd al-Uzza bin Rabah bin Ka’ab bin Luay alQuraisy. Silsilah
Umar bertemu dengan Rasulullah pada kakek ketujuh, sedangkan
dari pihak ibunya pada kakek keenam.
Ketika Abu Bakar sakit, dia memperhatikan sahabatnya,
siapa di antara mereka yang sesuai diangkat menjadi khalifah,
“yang tegas tidak kejam dan yang lembut tidak lemah”. Dia
mendapatkan kriteria pilihannya itu, di antara dua sahabat, yaitu
antara Umar bin Khaththab dan Ali bin Abi Thalib. Tetapi
kemudian pilihannya jatuh kepada Umar.
Penetapan Umar sebagai khalifah ditulis pada suatu piagam
pengangkatan. Pengangkatan Umar ini bermaksud untuk mencegah
kemungkinan terjadinya perselisihan dan perpecahan di kalangan
umat Islam di kemudian hari. Kebijakan Abu Bakar tersebut
ternyata diterima masyarakat dan mereka secara beramairamai
membai’at Umar sebagai khalifah kedua dalam usia 53 tahun.
Kemudian Umar memperkenalkan istilah “Amirul Mukminin”
(komandan orang-orang yang beriman) bukan khalifah.
Tetapi sungguh suatu ironi, pribadi yang mengagumkan dan
mempesona itu akhirnya terbunuh di tangan budak Persia, bernama
Abu Lu’lu’ (Abd Mughiroh). Karena orang-orang Persia sangat
merasa dendam kepada Umar yang menaklukkan dan telah
menghancurkan negeri mereka, dan sebab itu mereka

8
mempergunakan budak tersebut untuk membunuhnya. Umar
meninggal dunia dalam usia 63 tahun, setelah memerintah selama
sepuluh tahun.
3) Masa Utsman bin Affan
Nama lengkapnya adalah Usman bin Affan bin Abi al-Ash
bin Umayyah bin Abdul al-Manaf dari Suku Quraisy. Lahir pada
tahun 576 M atau 6 tahun setelah kelahiran Rasulullah SAW. Pada
masa pemerintahan Utsman lah Al-Qur,an mulai dibubukan secara
utuh, dikarenakan ke khawatiranya terhadap jumlah sahabat
penghafal Al-qur’an pada kala itu.10
Pemerintahan Usman berlangsung selama 12 tahun. Sistem
pemerintahan Usman pada dasarnya tidak berbeda dari
pendahulunya. Dalam pidato pembaiatannya, Usman menegaskan
akan meneruskan kebiasaan yang dibuat pendahulunya. Pada paruh
terakhir masa kekhalifahannya, muncul perasaan tidak puas dan
kecewa di kalangan umat Islam terhadapnya. Akhirnya, pada tahun
35 H / 655 M, Usman dibunuh oleh kaum pemberontak yang terdiri
dari orang-orang kecewa itu. Salah satu faktor yang menyebabkan
banyak rakyat yang kecewa terhadap kepemimpinan Usman adalah
kebijaksanaannya mengangkat keluarga dalam kedudukan tinggi.11
4) Masa Ali bin Abi Thalib
Ali adalah putra dari paman Rasulullah SAW. sekaligus
suami dari putri Rasulullah yaitu Fatimah. Sedari kecil Ali sudah
dididik dengan adab dan budi pekerti Islam. Lidahnya amat fasih
berbicara, pengetahuan Islamnya sangat luas.
Selama 6 tahun. Selama pemerintahannya, Ali menghadapi
berbagai pergolakan. Tidak ada masa sedikit pun dalam
pemerintahannya yang dikatakan stabil. Setelah menduduki jabatan
sebagai khalifah, Ali memecat para gubernur yang diangkat
10
Mohammad Adnan, Wajah Islam Priode Makkah-Madinah dan Khulafaurrasyidin,
Cendekia, Vol. 5, No. 1, (2019), hal. 95.
11
Ibid., hal. 99.

9
Usman. Dia yakin bahwa pemberontakan-pemberontakan terjadi
karena keteledoran mereka. Dia juga menarik kembali tanah-tanah
yang dihadiahkan Usman kepada penduduk dengan menyerahkan
hasil pendapatan pada Negara dan memakai kembali sistem
distribusi pajak tahunan diantara orang-orang Islam sebagaimana
diterapkan oleh khalifah Umar.
c. Masa Bani Umayyah
Daulah Bani Umayyah berdiri pada tahun 41 H/661 M.
Didirikan oleh Mu’awiyyah bin Abi Sufyan. Ia adalah gubernur Syam
pada masa pemerintahan Umar bin Khattab dan Utsman bin Affan.
Selama ia menjabat gubernur, ia telah membentuk kekuatan militer
yang dapat memperkuat posisinya di masa-masa mendatang. Ia tidak
segan-segan menghamburkan harta kekayaan untuk merekrut tentara
bayaran yang mayoritas adalah keluarganya sendiri. Bahkan pada masa
Umar bin Khattab, ia mengusulkan untuk mendirikan angkatan laut,
tetapi Umar menolaknya. Dan angkatan lautnya berhasil didirikan
ketika masa pemerintahan Utsman bin Affan.12
Bani Umayah adalah sebuah nama yang diadopsi dari nama
salah seorang tokoh kabilah Quraisy pada masa jahiliyyah, yaitu
Umayyah ibn Abd Al-Syam ibn Abd Manaf ibn Qusay Al-Quraisyi Al-
Amawiy.13 Dinasti Umayyah dinisbatkan kepadaMu’awiyah ibn Abi
Sofyan ibn Harb ibn Umayyah ibn Abd Al-Syams yang merupakan
pembangun dinasti Umayyah dan juga khalifah pertama yang
memindahkan ibu kota kekuasaan Islam dari Kufah ke Damaskus.
Dinasti Umayyah merupakan sebuah rezim pemerintahan Islam
yang berada di bawah kekuasaan keluargaUmayyah yang berlangsung
dari tahun 661 M-750 M. Sepeninggal Ali ibn Abi Thalib, sebagian
umat Islam membai’at Hasan salah seorang anak Ali untuk menjadi
Khalifah, namun jabatan tersebut tidak berlangsung lama, karena
12
Fuji Rahmadi, Dinasti Umayyah (Kajian Sejarah dan Kemajuanya), Al-Hadi, Vol. 3,
No. 2, (2018), hal. 669.
13
Ahmad Al-Usairy, Sejarah Islam, (Jakarta: Akbar Media Eka Sarana, 2004), hal. 181.

10
Hasan tidak mau melanjutkan konflik dengan Bani Umayyah
(Mu’awiyah). Ia melakukan perdamaian dengan Mu’awiyah dan
menyerahkan kepemimpinan kepadanya.14 Dengan demikian,
Mu’awiyah menjadi penguasa tunggal masyarakat muslim ketika itu.
Sedangkan keluarga Hasan hidup mengasingkan diri sebagai orang
biasa. Namun Umayyah terus memburunya hingga akhirnya Hasan
meninggal karena diracun.
d. Masa Bani Abbasiyah
Nama dinasti Abbasiah, diambil dari nama salah seorang
paman Nabi Muhammad saw. bernama Al-Abbas bin Abdul
Muththalib ibn Hasyim. Secara nasab, para pencetus dinasti ini
memang termasuk keturunan keluarga Nabi dari jalur Al-Abbas. Istilah
Abbasiyyun belum dikenal pada masa-masa sebelum tahun 132 H,
yang terkenal adalah golongan yang mengatasnamakan istilah
Hasyimiyyin atau Bani Hasyim. Namun pada dasarnya keduanya
adalah golongan yang satu.15
Kekuasaan dinasti Abbasiyah berlangsung dalam rentang
waktu yang cukup panjang, masa pemerintahannya mencakup lima
abad, dari tahun 132 H (750 M) sampai dengan 656 H (1258 M).
Selama dinasti ini berkuasa, pola pemerintahan yang diterapkan
berbeda-beda sesuai dengan perubahan politik, sosial dan budaya. 16
Kekuatan Bani Umayyah Untuk memperoleh hasil maksimal,
bani Abbas menyiapkan strategi yang cukup matang, mereka
menebarkan propagandis untuk mendukung khilafah dari kerabat Nabi.
Revolusi ini juga membutuhkan pengorganisasian yang baik, sehingga
mereka mengaktifkan tiga tempat untuk membantu pelaksanaan
starategi tersebut, yaitu Humaimah, Kufah dan Khurasan. Masing-

14
Muhammad Iqbal, Fiqh Siyasah: Kontekstualisasi Doktrin Politik Islam, (Jakarta: Gaya
Media Pratama, 2007), cet. II, hal. 79.
15
Edianto, Bani Abbasiyah ( Pembentukan, Perkembangan Dan Kemajuan ), Al-Hikmah,
Vol. 19, No. 2, (2017), hal. 39.
16
Ibid., hal. 43.

11
masing tempat tersebut memiliki peran dan fungsi sesuai dengan letak
dan karakternya masing-masing. Humaimah digunakan untuk
menyusun strategi, Kufah sebagai tempat menyebarkan propaganda
dan penghubung antara Humaimah dan Khurasan, sedangkan
Khurasan sebagai tempat pelaksanaan pergolakan demi menjatuhkan
kekuasaan Bani Umayyah.
2. Periode Pertengahan (1250-1800)
a. Masa Kemunduran (1250 -1500 M)
Jatuhnya kota Baghdad pada tahun 1258 M ke tangan
bangsa Mongol bukan saja mengakhiri khilafah Abbasiyah, tetapi
juga merupakan awal dari masa kemunduran politik dan
peradaban Islam, karena Baghdad sebagai pusat kebudayaan dan
peradaban Islam yang sangat kaya dengan khazanah ilmu
pengetahuan itu ikut pula lenyap dibumihanguskan oleh pasukan
Mongol yang dipimpin Hulagu Khan.17
Di zaman ini, desentralisasi dan disintegrasi bertambah
meningkat yang berakibat pada hilangnya khilafah secara formil. Islam
tidak lagi mempunyai khalifah yang diakui oleh semua umat sebagai
lambang persatuan, ini berlaku sampai muncul tiga kerajaan besar.
Adapun sebab terjadinya disintegrasi secara langsung dapat dipahami
dari ciri pemerintahan Abbasiyah periode selanjutnya, yaitu:

1) Lemahnya para khalifah dan adanya dominasi militer terhadap


pusat kekuasaan.

2) Munculnya negeri-negeri kecil akibat banyaknya pemimpin yang


memisahkan diri dan adanya pengakuan khalifah terhadap
kekuasaan mereka;

3) Munculnya masalah dalam bentuk ilmu pengetahuan,


pembangunan kemewahan dan foya-foya;

17
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: Rajawali Pers, 2013), hal. 111.

12
4) Memudarnya semangat ijtihadi umat Islam.18
b. Masa Kemajuan (1500-1800 M)
Masa kemajuan ini merupakan Kemajuan Islam II. Fase ini
ditandai dengan munculnya tiga kerajaan besar. Tiga kerajaan besar itu
adalah kerajaan Utsmani di Turki, kerajaan Syafawi di Persia dan
kerajaan Mughol di India.
Periode dinasti-dinasti mesin serbuk (Turki, Syafawi,
dan
Mughol) merupakan periode perkembangan kebudayaan
bercorak
Persia di bawah kekaisaran regional. Periode ini merupakan
sebuah periode kejayaan material dalam sejarah peradaban
Islam
setelah dua abad stagnan semenjak jatuhnya dinasti
Abbasiyah.
Kemajuan yang diperoleh melalui ekspansi (futuhat) telah
menghantarkan pada kejayaan material yang tak tertandingi
oleh
kekuatan Eropa waktu itu. Secara ekonomi, politik, dan
militer,
kekuatan tiga kerajaan besar telah menghantarkan
masyarakat
Islam memetik keberhasilan peradaban yang miskin akan
sentuhan filsafat dan estetika. Hal inilah yang menyebabkan
kekuatan-kekuatan dinasti-dinasti mesin serbuk tidak lagi
mampu menandingi kekuatan Eropa modern yang ditopang
sains
dan teknologi.19
c. Fase Kemunduran II (1700-1800 M)

18
Syamsul Bakri, Sejarah Peradaban Islam, (Surakarta: IAIN Surakarta Press, 2015),
hal. 83.
19
Ibid., hal. 91-92.

13
Sesudah Sulaiman Al Qanuni, Kerajaan Utsmani tidak lagi
mempunyai sultan-sultan kenamaan. Kerajaan ini mulai memasuki fase
kemundurannya pada abad ke-17 M. Di dalam negeri timbul
pemberontakan-pemberontakan, seperti di Suria di bawah pimpinan
Kurdi Jumbulat, di Lebanon di bawah pimpinan Druze Amir
Fakhruddin. Dengan negara-negara tetangga pun terjadi peperangan,
seperti Venitia, Persia, dan Jenissary. Pada saat yang sama, di Eropa
mulai pula timbul negara-negara kuat.
Di Persia, Kerajaan Syafawi mendapat serangan dari Raja
Afghan yang berlainan dengan syah-syah Syafawi, penganut
paham Sunni. Pada tahun 1750 M, Karim Khan dari Dinasti Zand
dapat merampas kekuasaan di seluruh Persia, kecuali daerah
Khurasan. Pada tahun 1794 M Dinasti Qajar dapat mengalahkan
Dinasti Zand dan menguasai Persia sampai tahun 1925 M. Di
India, dibawah pemerintahan Aurangzeb yang mendapat gelar
Alamghir, terjadi pemberontakan-pemberontakan dari pihak
golongan Hindu yang merupakan mayoritas penduduk India.
Sesudah Aurangzeb meninggal, serangan-serangan pemberontak
bertambah kuat dan akhirnya daerah yang jauh dari Delhi
melepaskan diri satu demi satu. Dalam hal itu, Inggris telah pula
turut memainkan peranan dalam politik India dan menguasai
India pada tahun 1857 M sampai tahun 1947 M. India menjadi
jajahan Inggris.
3. Periode Modern (1800-dan seterusnya)
Periode Modern merupakan periode kebangkitan umat Islam yang
ditandai dengan munculnya para pembaharu Islam. Periode modern (1800
M–sekarang) merupakan zaman kebangkitan umat Islam yang mulai sadar
bahwa di Barat telah timbul peradaban baru yang lebih tinggi. Ekspedisi
Napoleon di Mesir yang berakhir pada tahun 1801 M membuka mata
dunia Islam, terutama Turki dan Mesir, akan kemunduran dan kelemahan

14
umat Islam. Raja-raja dan para pemuka Islam mulai memikirkan cara
meningkatkan mutu dan kekuatan umat Islam kembali.20
Kontak Islam dengan Barat sejak masa ini berlainan sekali dengan
kontak Islam dengan Barat periode klasik. Pada waktu itu, Islam sedang
naik dan Barat sedang dalam kegelapan. Sekarang sebaliknya, Islam
tampak dalam kegelapan dan Barat tampak gemilang. Dengan demikian,
timbullah sesuatu yang disebut pemikiran dan aliran pembaharuan atau
modernisasi dalam Islam. Pemuka-pemuka Islam mengeluarkan
pemikiran-pemikiran cara membuat umat Islam maju kembali,
sebagaimana yang terjadi pada periode klasik. Usaha-usaha ke arah itu
mulai dijalankan di kalangan umat Islam. Namun, Barat di sisi lain juga
bertambah maju dalam hal itu. Kebangkitan umat Islam ini dibagi lagi
menjadi dua periode, yakni kebangkitan awal (1800–1967) dan
kebangkitan kedua (1967–sekarang).21
Pada periode kebangkitan awal, muncul kesadaran pentingnya
pembaharuan dalam Islam, baik secara politik, militer, sosial, dan budaya.
Sementara itu, pada kebangkitan kedua, kekalahan Arab oleh Israel tahun
1967 menjadi titik yang menggugah umat. Inilah yang kemudian
menyebabkan berkembangnya pemikiran-pemikiran filosofis dan
metodologis dalam rangka pembaharuan Islam pada era kontemporer.
Beberapa tokoh pembaharu atau modernisasi di kalangan dunia Islam,
yaitu Muhammad bin Abdul Wahab di Arabia; Muhammad Abduh,
Jamaluddin al-Afghani, Muhammad Rasyid Ridha di Mesir; Sayyid
Ahmad Khan, Syah Waliyullah dan Muhammad Iqbal di India; H. Abdul
Karim Amrullah, K.H. Ahmad Dahlan, dan KH. Hasyim Asy’ari di
Indonesia; dan masih banyak yang lainnya.

20
Fadilatul Husna, dkk., Periodisasi dan Perkembangan Peradaban Islam dan Ciri-
Cirinya, Journal on Education, Vol. 5, No. 2, (2023), hal. 2906.
21
Ibid., hal. 2906.

15
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari pembahasan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa Sejarah
peradaban Islam adalah kemajuan dan tingkat intelektual serta spiritual yang
menjadikan suatu masyarakat madani. Peradaban Islam dimulai dari periodesasi
Nabi Muhammad saw. hingga perkembangan Islam sampai saat ini. Periodesasi
peradaban Islam merupakan ciri bagi sejarah yang mengkaji peristiwa dalam
konteks waktu dan tempat dengan tolak ukur yang bermacam- macam
periodesasi sejarah peradaban Islam menurut Ahmad Al-Usairy terbagi menjadi
beberapa periode yaitu periode klasik, periode, sejarah rasulullah, periode
sejarah khulafaurrasyidin, periode pemerintahan Bani Umayyah, periode
pemerintahan Bani Abbasiyah, periode pemerintahan Mamluk, periode
pemerintahan Usmani, periode Dunia Islam Kontemporer. Sedangkan menurut
Prof. Dr. Harun Nasution di bagi ke dalam tiga periode yaitu periode klasik,
periode pertengahan dan periode modern.
B. Saran
Demikianlah makalah yang penulis buat ini, semoga bermanfaat dan
menambah pengetahuan para pembaca. Penulis mohon maaf apabila ada
kesalahan ejaan dalam penulisan kata dan kalimat yang kurang jelas,
dimengerti, dan lugas. Karena penulis hanyalah manusia biasa yang tak luput
dari kesalahan dan penulis juga sangat mengharapkan saran dan kritik dari para
pembaca demi kesempurnaan makalah ini. Sekian penutup dari penulis semoga
dapat diterima di hati dan kami ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya.

16
DAFTAR PUSTAKA
Adnan, Mohammad. 2019. Wajah Islam Priode Makkah-Madinah dan
Khulafaurrasyidin, Cendekia, Vol. 5, No. 1.
Ali, Ummu Salamah. 2017. Peradaban Islam Madinah (Refleksi terhadap
Primordialisme Suku Auz dan Khazraj), Kalimah Vol. 15, No. 2.
Al-Usairy, Ahmad. 2004. Sejarah Islam. Jakarta: Akbar Media Eka Sarana.

Bakri, Syamsul. 2015. Sejarah Peradaban Islam. Surakarta: IAIN Surakarta


Press.

Edianto. 2017. Bani Abbasiyah ( Pembentukan, Perkembangan Dan Kemajuan ).


Al-Hikmah, Vol. 19, No. 2.

Hasan, Ibrahim. 2006. Sejarah dan Kebudayaan Islam J. 1, c. 2. Jakarta: Kalam


Mulia.

17
Husna, Fadilatul. dkk. 2023. Periodisasi dan Perkembangan Peradaban Islam
dan Ciri-Cirinya, Journal on Education, Vol. 5, No. 2.
Iqbal, Muhammad. 2007. Fiqh Siyasah: Kontekstualisasi Doktrin Politik Islam,
Cet. II. Jakarta: Gaya Media Pratama.

Ismail, Faisal. 2017. Sejarah dan Kebudayaan Islam Periode Klasik (Abad VII-
XIII M). Yogyakarta: IRCiSoD.
Nasution, Syamruddin. 2013. Sejarah Peradaban Islam. Pekanbaru: Pusaka Riau.
Rahmadi, Fuji. 2018. Dinasti Umayyah (Kajian Sejarah dan Kemajuanya). Al-
Hadi, Vol. 3. No. 2.
Sewang, Anwar. 2017. Sejarah Peradaban Islam. Parepare: STAI Parepare.

Siti Zubaedah, Sejarah Peradaban islam, (Medan: Perdana Publishing, 2016), hal.
8.

Yamin, Muhammad. 2017. Peradaban Islam Pada Masa Rasulullah SAW, Ihya
al-Arabiyyah, No. 1.

Yatim, Badri. 2013. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: Rajawali Pers.

Zakariya, Din Muhammad. 2018. Sejarah Perdaban Islam (Prakenabian hingga


islam di Indonesia). Malang: Intrans Publishing.

18

Anda mungkin juga menyukai