Anda di halaman 1dari 34

Nama : Qothrunnada Az Zahro

NIM : 22101010009
Mata Kuliah : Peradaban Islam
Kelas : BSA (A)

Resume Materi 01

Peradaban Pra Islam dan Peradaban Islam Masa Kenabian

Pengertian Peradaban Islam

Peradaban berasal dari kata hadhara yang berarti daerah perkotaan dan merupakan
segala sesuatu yang berkaitan dengan kehidupan tetap manusia, termasuk sistem politik,
ekonomi, sosial, pemikiran, dan kesenian. Ada juga pendapat bahwa kata hadharah sama
dengan kata civilization yang berasal dari bahasa latin civitas yang berarti kota atau civis yang
berarti penduduk kota.

Terbagi menjadi tiga pengertian:

a. Kemajuan dan tingkat kecerdasan akal yang dihasilkan dalam suatu periode
kekuasaan islam dari periode Nabi Muhammad ‫ ﷺ‬sampai dengan sekarang.
b. Hasil-hasil yang dicapai oleh umat islam dalam berbagai bidang, seperti
sastra, ilmu pengetahuan, dan seni.
c. Kekuasaan islam yang berperan melindungi pandangan hidup islam berbagai
kehidupan bermasyarakat.

Dapat disimpulkan bahwa sejarah peradaban islam adalah keterangan mengenai


pertumbuhan dan perkembangan peradaban islam dari satu waktu ke waktu lain, sejak
zaman lahirnya islam sampai sekarang.

Peradaban Pra Islam

1. Geografis
Sebelum kedatangan isalm, kondisi geografis Jazirah Arab terdiri dari hamparan gurun
pasir yang disebut Badiyat Asy-Sya’in, perbukitan batu yang dinamakan Arabia Petraea, dan
tanah hijau yang disebut Arabia Felix. Kondisi tersebut menyebabkan Jazirah Arab dikenal
sebagai tanah gundul, padang pasir, dan gersang. Kata “Arab” sendiri berasal dari bahasa
yang berarti tanah gundul, padang pasir, gersang, dan tidak memiliki air maupun tanaman.

2. Sosial Budaya

Pada era Arab Jahiliyah, kehidupan sosial diwarnai oleh perbudakan yang menjadi hal
yang normal, pelacuran, serta anak dapat menikahi ibu tirinya. Pertempuran antarsuku juga
sering terjadi, pelacuran, serta anak dapat menikahi ibu tirinya. Pertempuran antarsuku juga
sering terjadi, kecuali pada bulan yang diharamkan untuk berperang. Selain itu, mereka
melakukan kebiasaan buruk seperti minum arak sampai mabuk, berzina, berjudi, dan
merampok. Perempuan dianggap sebagai Binatang piaraan, tidak memiliki kehormatan, dan
tidak memiliki kekuatan untuk membela diri.

3. Ekonomi

Bangsa Arab memiliki matapencaharian di bidang perdagangan dan peternakan.


Peternakan menjadi sumber kehidupan bagi Arab Badui yang berpindah-pindah menggiring
ternaknya ke daerah yang sedang musim hujan atau ke tempat dengan banyak rumput.
Mereka mengonsumsi daging dan susu dari ternaknya sebagai sumber pangan.

4. Politik

Sebelum datangnya islam, terdapat tiga kekuatan politik besar yang mempengaruhi
politik arab, yaitu kekaisaran Nasrani Byzantium, kekaisaran Persia yang memeluk agama
Zoroaster, serta Dinasti Himyar yang berkuasa di Arab bagian selatan.

Masa Kenabian

Sejarah islam terbagi dalam dua periode utama, yaitu Makkah dan Madinah. Periode
Makkah dimulai pada tahun 601-622 M, saat Nabi Muhammad menerima wahyu Al-Qur’an
dan pengikutnya, kebanyakan dari kalanagan menengah ke bawah, menjadi sasaran kaum
Quraisy. Pada periode Madinah (622-632 M), Nabi Muhammad dan para pengikutnya hijrah
ke Madinah untuk membangun negeri islam berdasarkan prinsip keadilan, demokrasi dan
kesetaraan.
Nabi Muhammad ‫ ﷺ‬memulai program-program seperti membangun pasar,
mendirikan masjid, membentuk piagam Madinah, merukunkan kaum Muhajirin dan Anshar,
serta menyebarkan dakwah ke seluruh penjuru Arab. Periode Madinah juga ditandai dengan
diturunkannya ayat-ayat Madaniyah yang banyak mengandung unsur fikih dan memuat
kewajiban seperti berpuasa, zakat, dan haji. Pada 628 M, dibuatlah Perjanjian Hudaibiyah
dan pada 630 M terjadi Fathul Makkah, tanpa korban jiwa. Masa kenabian Nabi Muhammad
‫ ﷺ‬berakhir pada tahun 632 M saat beliau wafat.

A. Sosial Budaya

Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad ‫ ﷺ‬telah membawa bangsa Arab yang
semula terbelakang dan tidak dikenal menjadi maju dan terkenal di dunia. Peristiwa penting
yang memperlihatkan kebijaksanaan Muhammad ‫ ﷺ‬terjadi ketika perbaikan Ka’bah
yang dilakukan secara gotong royong dan mnjadi perselisihan tentang siapa yang berhak
melakukan tugas terakhir dan terhormat. Nabi Muhammad ‫ ﷺ‬dipilih menjadi hakim dan
berhasil menyelesaikan perselisihan dengan bijaksana. Selain sebagai pemimpin agama, Nabi
Muhammad ‫ ﷺ‬juga seorang negarawan, pemimpin politik, dan administrasi yang cakap.
Hanya dalam waktu sebelas tahun menjadi pemimpin politik, beliau berhasil menundukkan
Jazirah Arab ke dalam kekuasaannya. Nabi Muhammad ‫ ﷺ‬wafat pada hari Senin, 12
Robiul Awal 11 H/8 Juni 632 M.

B. Ekonomi
1. Zakat
2. Jizyah
3. Kharaj
Resume Materi 02

Peradaban Islam Pada Masa Khulafaur Rasyidin

A. Kondisi Masyarakat Sepeninggalan Nabi Muhammad ‫ﷺ‬

Setelah wafatnya Nabi Muhammad ‫ﷺ‬, umat islam menghadapi krisis


konstitusional karena beliau tidak menunjuk penggantnya. Banyak masalah terjadi di
antara umat islam, termasuk klaim nabi palsu dan golongan yang menolak membayar
zakat. Hanya penduduk Mekkah, Madinah, dan Thaif yang masih memegang teguh
agama islam pada saat itu.

B. Sistem Pemilihan Khalifah

Setelah wafatnya Nabi Muhammad ‫ﷺ‬, masalah politik pertama yang muncul
adalah siapa penggantinya sebagai kepala pemerintahan dan bagaimana sistem
pemerintahaannya. Nabi telah menganjurkan prinsip musyawarah dan dengan
musyawarah Abu Bakar terpilih sebagai khalifah pertama berdasarkan hasil keputusan
umat islam di Tsaqifah Bani Sa’idah.

C. Islam Pada Masa Kekhalifahan

Masa Abu Bakar Ash Shiddiq

Biografi

Abu Bakar Ash-Shiddiq adalah salah satu sahabat Nabi Muhammad ‫ﷺ‬, lahir pada
tahun 573 M dan wafat pada tanggal 23 di akhir tahun 13 H, pada usia 63 tahun, dan
lebih muda dari Nabi Muhammad 3 ‫ ﷺ‬tahun. Ia diberi julukan Abu Bakar karena
masuk islam pertama kali dan gelar Ash-Shiddiq karena selalu membenarkan semua hal
yang dibawa Nabi terutama pada saat isra mi’raj.

Peristiwa Tsaqifah Bani Sa’idah

Setelah kematian Rosulullah ‫ﷺ‬, tidak ada wasiat mengenai penggantinya. Para
sahabat kemudan bermusyawarah di Tsaqifah Bani Sa’idah untuk memilih pengganti.
Keputusan ini diprakarsai oleh kaum Anshar dan menunjukkan kesadaran politik mereka.
Sistem Politik Islam Masa Khalifah Abu Bakar

Kebijakan politik Abu Bakar mencakup pengiriman pasukan ke Romawi sesuai rencana
Rosululloh ‫ﷺ‬ dan menangani kemunafikan serta kemurtadan. Kebijakan
pemerintahan mencaup musyawarah sebagai dasar pemerintahan, pengelolaan Baitul
Mal, konsep pemerintahan, dan kekuasaan undang-undang.

Penyelesaian Kaum Riddat

Kekhalifahan Abu Bakar singkatnya banyak diwarnai oleh peperangan melawan


musuh-musuh islam baik dari luar maupun dari dalam, dimana terdapat gerakan riddah
atau pemberontakan yang meninggalkan islam dan menyebar ke berbagai wilayah
termasuk Madinah dan Mekah. Abu bakar harus menghadapi situasi berikut.

Masa Umar Bin Khatthob

Biografi

Berlatar belakang dari asal usul Adiy di bangsa Quraisy, dengan ibunyabernama
Hantamah binti Hisyam. Dia dilahirkan 14 tahun setelah kelahiran Nabi Muhammad
‫ ﷺ‬atau sekitar 4 tahun sebelum perang Fijjar.

Ahlul Hall Wal ‘Aqdi

Secara etimologi Ahlul hall Wal aqdi adalah lembaga penengah dan pemberi fatwa.
sedangkan menurut terminologi adalah wakil-wakil rakyat yang duduk sebagai anggota
Majelis Syuro yang terdiri dari Alim ulama dan kaum cerdik (cendekiawan) yang menjadi
pemimpin-pemimpin rakyat yang dipilih atas mereka. dinamakan Ahlul hall wal aqdi
untuk menekankan wewenang mereka guna menghapuskan dan membatalkan.
penjelasan tentangnya merupakan deskripsi umum saja karena dalam pemerintahan
Islam badan ini belum dapat dilaksanakan.

Perluasan Wilayah
Umar setelah mengalahkan para pembangkang dan melanjutkan ekspedisi militer
yang dimulai oleh pendahulunya, berhasil menaklukkan Damaskus, Ibukota Suriah pada
tahun 635 M, kurang dari 1 tahun setelah ia menjadi khalifah. Tindakannya ini menandai
kesuksesan dalam perluasan wilayah kekuasaan islam.

Pengembangan Islam Sebagai Kekuatan Politik

Kekhalifahan Umar merupakan periode abad emas islam yang dipimpin oleh Khalifah
Umar Bin Khotthob. Ia mengikuti Langkah-langkah Rosululloh dan memperluas
pengembangan islam dengan profesionalisme. Umar adalah pendiri sistem politik islam
yang menerapkan hukum-hukum ilahiyah sebagai code (kitab undang-undang) dalam
masyarakat islam. Karena jasanya, ia dianggap sebagai pendiri Daulah Islamiyah tanpa
mengabaikan jasa khalifah sebelumnya.

Munculnya Pemerintahan Arab

Khalifah Abu Bakar memimpin penaklukan awal di jazirah dan memperluas wilayah
islam hingga mencapai Syria, meskipun kegagalan terjadi di wilayah Byzantium. Kemudia,
Khalifah Umar memimpin penaklukkan ke wilayah Persia, Byzantium, dan Mesir dalam
waktu singkat, yang menandai kemenangan bangsa Arab atas bangsa Persia yang
memang terlibat dalam permusuhan sejak lama. Oleh karena itu, pemerintahan Khalifah
Umar dikenal sebagai pemerintahan Arab.

Pengembangan Kota Baru

Khalifah Umar terkenal sebagai khalifah yang berani dan dermawan. Beliau lebih suka
membangun daerah baru yang jauh dari kota yang ditaklukkan, sebagai pusat kerajaaan
baru. Berdasarkan konsep tersebut, Khalifah Umar mendirikan Kota Bashroh pada tahun
16 H, Kufah pada tahun 17 H, dan Fustat pada tahun 19 H yang sekarang menjadi Kairo
kuno.

Lembaga Perpajakan

Setelah wilayah kekuasaan islam meliputi Persia, Irak, Syria, dan Mesir, masalah
utama yang dihadapi adalah pembiayaan. Untuk mengatasi ini, institusi perpajakan
dibentuk sebagai kebutuhan bagi pemerintah dalam mengatur pemasukan dan
pengeluaran. Ibnu Khadim menyatakan pentingnya perpajakn sebagai sumber
pendanaan bagi pemerintah yang terus berjuang menyebarkan islam ke wilayah
tetangga.

Masa Khalifah Utsman bin Affan

Biografi

Utsman bin Affan lahir di Makkah pada tahun 573 M dan dikenal dengan kecerdasan,
kejujuran dan keshalehannya sejak kecil. Dia masuk islam pada usia 34 tahun dan
Bersama Abu Bakar, dia menjadi salah satu sahabat yang paling dekat dengan Nabi
Muhammad ‫ﷺ‬. Meskipun mendapat tantangan dari pamannya, dia tetap pada
pendiriannya dan sempat disiksa dengan sangat kejam. Pada saat seruan hijrah ke
Habsyi, Utsman bin Affan menjadi salah satu dari sahabat Nabi yang berhijrah ke sana.

Proses Kekhalifahan

Pada masa kekhalifahan Umar bin Khotthob, sebuah dewan musyawarah dibentuk
saat ia sakit yang terdiri dari Ali bin Abi Thalib, Utsman bin Affan, Sa’ad bin Abi Waqqas,
Thalhah bin Ubaidillah, Zubair bin Awwam, dan Abdur Rahman bin Auf. Puta Umar,
Abdullah, ditambahkan ke dalam komisi tersebut tetapi hanya punya hak pilih. Dewan
tersebut dikenal sebagai ahlul Halli wal Aqdi dengan tugas menentukan siapa yang layak
menjadi penerus Khalifah Umar bin Khatthab dalam memerintah umat islam. Tujuan
suksesi pemilihan khalifah ini adalah untuk menyatukan Kembali kesatuan umat islam
yang pada saat itu menunjukkan adanya indikasi disintegrasi.

Perluasan Wilayah

Setelah khalifah Umar bin Khoththob meninggal, beberapa daerah membelot dari
pemerintah islam karena dipimpin oleh mantan pemimpin sebelum daerah itu masuk ke
dalam kekuasaan islam. Mereka ingin mengembalikan kekuasaannya. Kaisar Yazdigard
mencoba menghasut masyarakat Persia untuk memberontak terhadap penguasa islam.
Namun, pemerintahan islam berhasil menghentikan pemberontakan dan memperluas
wilayahnya ke beberapa kota besar seperti Hisrof, Kabul, Gasna, Balkh, dan Turkistan.

Pembangunan Angkatan Laut


Pembangunan Angkatan laut di dunia islam dimulai Ketika khalifah Utsman
merencanakan untuk mengirim pasukan ke Afrika, Mesir, Cyprus, dan Konstantinopel
melalui laut. Untuk itu, ia menyetujui pembentukan armada laut yang dilengkapi dengan
personal dan sarana yang memadai atas dasar usul dari gubernur di daerah. Gubernur di
Syria, Muawiyah, juga membangun armada laut untuk melawan serangan Angkatan laut
Romawi di pesisir provinsinya, dengan dibantu oleh bangsa Kopti dan penduduk pantai
Levant yang berdarah Punikia. Hal ini memungkinkan Muawiyah untuk menyerbu
Romawi. Pembangunan armda laut ini menjadi yang pertama dalam sejarah dunia islam.

Pendewanan Mushaf Utsmani

Hudzaifah bin Aliaman ikut serta dalam perang di Armenia dan Azarbeijan melawan
penduduk Irak, dan ia melihat banyak perbedaan dalam cara membaca al-Qur’an. Ada
bacaan yang tercampur dengan kesalahan dan saling mengkafirkan. Hudzaifah
melaporkan hal ini kepada Khalifah Utsman dan para sahabt khawatir perbedaan bacaan
tersebut akan membawa perpecahan dan penyimpangan pada kaum muslimin. Mereka
sepakat untuk menyalin lembaran pertama al-Qur’an yang disimpan oleh Hafshah, istri
Rasululloh ‫ ﷺ‬dan menyatukan umat islam dengan satu bacaan yang tetap pada satu
huruf. Ini menjadi awal dari standarisasi al-Qur’an dan penghapusan perbedaan bacaan.

Konflik dan Kemelut Politik Islam

Pemerintahan Khalifah Utsman berlangsung selama 12 tahun. Pada awal


pemerintahannya, Utsman berhasil memerintah islamdengan baik dan mengalami
kemajuan dan kemakmuran yang pesat. Namun, pada paruh terakhir pemerintahannya,
muncul perasaan kecewa dan tidak puas dari umat islam terhadapnya. Utsman dituduh
melakukan nepotisme dengan menguntungkan sanak saudaranya, Bani Umayyah,
dengan jabatan tinggi dan kekayaannya. Pejabat-pejabat Umayyah juga dituduh
menindas dan menyalahgunakan harta Baitul Maal. Utsman sendiri dituduh boros
mengeluarkan belanja, dan kebanyakan diberi kepada kaum kerabatnya sehingga
hamper semuanya menjadi orang kaya.

Masa Khalifah Ali bin Abi Thalib

Biografi
Khalifah Ali bin Abi Thalib adalah Amirul mukminin keempat yang merupakan saudara
sepupu Nabi Muhammad ‫ ﷺ‬dan menantu Nabi Muhammad ‫ ﷺ‬melalui
perkawinannya dengan putri Rosululloh Bernama Fathimah. Beliau dikenal sebagai orang
yang alim, cerdas, dan taat beragama. Khalifah Ali bin Abi Thalib juga merupakan orang
pertama yang masuk islam dari kalangan anak-anak.

Pembaiatan Khalifah Ali bin Abi Thalib

Pemilihan khalifah diwarnai perbedaan pendapat. Meskipun ada yang menentang,


pada pemilihan khalifah sebelumnya, semua orang menerima calon terpilih dan berbaiat
kepadanya. Namun, pada pemilihan Ali bin Abi Thalib, suasana sedang kacau karena
terbunuhnya Utsman bin Affan dan hanya beberapa tokoh senior yang ada di Madinah.
Ali dipilih melalui pertemuan terbuka, tetapi pengangkatannya ditolak oleh sebagian
masyarakat termasuk Mu’awiyah bin Abi Sufyan. Meskipun begitu, Ali masih mnjadi
khalifah dalam pemerintahan islam.

Permasalah di Masa Ali bin Abi Thalib

Uda faktor penyebab pertentang dalam pemerintahan islam. Pertama, pembunuhan


khalifah Utsman yang masih misterius dan diduga dilakukan oleh kelompok Ali, sehingga
mempertajam pertentangan antara Bani Hasyim (Ali) dengan Bani Umayyah (Utsmani).
Kedua, elite pemerintahan terutama dari kalangan Gubernur Syria tidak ingin Ali menjadi
Khalifah karena Ali yang alim dan zuhud cenderung tidak suka dengan kemewahan dunia
yang menjadi orientasi para gubernur.

Kebijaksanaan Politik Ali bin Abi Thalib

Menut Thabrani, setelah Ali terpilih sebagai khalifah, ia mengeluarkan dua kebijakan
politik yang radikal, yaitu memecat kepala daerah angkatn Utsman dan menggantikannya
dengan gubernur baru, serta mengambil Kembali tanah yang sebelumnya dibagikan oleh
Utsman kepada keluarga dan kerabatnya tanpa alasan yang sah.

Perang Jamal

Masa pemerintahan Ali bin Abi Thalib yang tidak stabil karena banyak pergolakan
yang terjadi. Setelah menjadi khalifah, Ali memecat gubernur yang diangkat oleh Khalifah
Utsman karena keteledoran mereka yang menjadi penyebab pemberontakan. Ali juga
menarik kembali tanah yang dihadiahkan oleh Utsman karena penduduk dan memakai
kembali sistem distribusi pajak tahunan antara orang-orang islam seperti yang pernah
diterapkan oleh Khalifah Umar bin Khaththab.

Perang Shiffin

Kebijaksanaan-kebijaksanaan yang dilakukan Ali mengakibatkan perlawanan dari


Gubernur di Damaskus, Mu’awiyah bin Abi Sufyan, yang didukung oleh sejumlah bekas
pejabat tinggi yang merasa kehilangan kedudukan dan kejayaan. Selain itu, Mu’awiyah,
Gubernur Damaskus dan keluarga dekat Ustman, seperti halnya Aisyah, mereka
menuntut agar Ali mengadili pembunuh Ustman. Bahkan mereka menuduh Ali turut
campur dalam pembunuhan Ustman, selain itu mereka tidak mengakui kekhalifahan Ali.

Perang Nahrawan

Sebelum perang diumumkan, Khalifah Ali masih punya harapan untuk menyadarkan
kaum Khawarij. Dan dia memberikan amnesti bersyarat yang berbunyi: barang siapa
pulang kembali ke Kufah, akan memperoleh jaminan keamanan. Sejarah mencatat
setelah itu 500 orang di antara mereka ber-iktijal sebagian pulang ke Kufah dan sebagian
lagi pindah ke pihak Ali sehingga kelompok Khawarij tinggal 1.800 orang. Dengan begitu
pecahlah perang Nahrawan, korban berjatuhan dari pihak Ali karena keberanian
kelompok Khawarij sangatlah terkenal, walaupun demikian kemenangan berada di pihak
Ali dan tokoh/pemuka Khawarij, Mus’ar al-Tamimi, Abdullah Ibn Wahab tewas dalam
peperangan ini.

Pengangkatan Hasan Ibn Ali dan ‘Am al-Jama’ah

Hasan Ibnu Ali, putra sulung Ali bin Abi Thalib RA. Diangkat secara spontan oleh
orang-orang Kufah sebagai khalifah setelah kematian ayahnya. Tidak ada bukti adanya
pertentangan terhadap penobatannya. Penunjukan Hasan sebagai Khalifah dilakukan
karena hampir semua sahabat istimewa Rosulullah dan anggota elit terkemuka dalam
masyarakat islam telah wafat. Selain itu, rakyat Makkah dan Madina tidak akan
menerima Mu’awiyah sebagai pemimpin mereka karena bapaknya, Abu Sufyan, dianggap
telah menentang Rosululloh semasa hidupnya.
Resume Materi 03

Sejarah Berdirinya Dinasti Umayyah dan Abbasiyah:

Masa Kemajuan dan Kehancuran Dinasti Umayyah

dan Abbasiyah

A. Dinasti Umayyah
I. Daulah Umayyah I

Sejarah Berdirinya Daulah Umayyah I

Rangkaian peristiwa hingga berdirinya Daulah Umayyah I :


1. Ali bin Abi Thalib dibaiat menjadi khalifah
2. Desakan Bani Umayyah untuk menghukum pembunuh Utsman
3. Perang Jamal
4. Mu’awiyyah secara terbuka menentang Khalifah Ali bin Abi Thalib
5. Perang Siffin
6. Peristiwa Tahkim

Masa Kejayaan Daulah Umayyah I


1. Abdull Malik bin Marwan (685-705)

 Ia lahir di Madinah pada tahun 26 H pada masa pemerintahan Utsman Bin Affan.
Beliau berhasil memadamkan banyak pemberontakan dan menata administrasi
pemerintahan. Setelah menumpas pemberontakan, suasana politik menjadi tenang
sehingga memberikan kesempatan kepada Abdul Malik membenahi pemerintahannya.
 3 Pembenahan yang Dilakukan

1. Menjadikan bahasa Arab sebagai bahasa resmi di seluruh wilayah negara


daulah Umayyah.
2. Menciptakan mata uang yang seragam di seluruh wilayah negara. Dari mata
uang dinar dan dirham disatukan menjadi mata uang riyal, sampai sekarang.
3. Pelayanan pos yang lebih disempurnakan dari yang selama ini ada untuk
menghubungkan sebuah ibu kota dengan ibu kota lainnya di seluruh provinsi dan
antara provinsi dengan negara.
2. Walid bin Abd. Malik (705 – 715)
 Beliau memperluas masjid Makkah kemudian juga membangun Masjid
Madinah. Di Syam sebagai ibu kota negara, beliau membangun sejumlah sekolah dan
rumah ibadah serta membantu lembaga-lembaga sosial, seperti lembaga yang
menangani penderita penyakit kusta, lumpuh dan buta. Walid bin Abdul Malik juga
melakukan perluasan wilayah di Front timur mencapai titik terjauh dengan
kecemerlangan di bawah dua panglima perangnya yaitu Qutaibah bin Muslim dan
Muhammad bin al-Qasim.

Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Peradaban

1. Ilmu Tafsir
2. Ilmu Hadits
3. Ilmu Fiqh
4. Ilmu Kalam
5. Ilmu Tasawuf

Adapun peradaban yang berkembang adalah seni arsitektur

Damaskus, ibu kota Kerajaan Romawi di Syam sebelum islam, direnovasi oleh
Muawiyah dengan Gedung-gedung indah, jalan, dan taman rekreasi. Muawiyah juga
membangun istana hijau di Miyata yang diperbaharui oleh Walid bin Abd al-Malik pada
tahun 704. Uqbah bin Nafi membangun Kota Kairawan di Afrika Utara dengan arsitektur
islam dan fasilitas seperti masjid, taman rekreasi, dan pangkalan militer.

Kota ini menjadi kota internasional dengan berbagai etnis yang tinggal di dalamnya.
Selama masa pemerintahan al-Walid, masjid Damaskus dibangunoleh Abu Ubaidah bin
Jarrah, sedangkan Khalifah Abd al-Malik memperluas masjid al-Haram dan al-Walid
memperindah Masjid Nabawi dengan arsitektur Syria di bawah pengawasan Umar bin
Abd Aziz.
Masa Kehancuran Daulah Umayyah I

A. Faktor Internal
1. Adanya system monarki pada masa Yazid bin Abdul Malik
2. Perang saudara antara Bani Umayyah
B. Faktor Eksternal
1. Diskriminasi pada kaum Mawal
2. Konflik Qais dan Yaman
3. Diskriminasi kaum Syi’ah
4. Pemberontakan Bani Abbasiyah

II. Daulah Umayyah II

Sejarah Berdiri Daulah Umayyah II

Daulah Umayyah di Spanyol di dirikan oleh seorang yang berasal dari keluarga Bani
Umayyah yang selamat dari bantaian Dinasti Abbasyiah, Abdurrahman I. Ia berangkat ke
Spanyol pada tahun 755M. Pribadinya yang baik dan nama keluargnya yang terkenal
membuat ia disambut hangat dan memperoleh dukungan rakyat setempat. Kemudian ia
menyatakan dirinya sebagai penguasa Spanyol pada tahun 756M. Sebagai seorang amir
yang merdeka dari kekuasaan Daulah Abbasyiah di Baghdad. Maka setelah 6 tahun
jatuhnya Dinasti Umayyah I di Syiria, berdirilah Dinasti Umayyah II di Spanyol. Dengan
Cordova sebagai pusat pemerintahannya.

Masa Kejayaan Daulah Umayyah II

Pada periode ketiga, Abdurrahman III naik tahta menggantikan ayahnya.


Abdurrahman bertekad untuk memadamkan semua pemberontakan dan menegakkan
daulah umayyah spanyol. Abdurrahman membentuk pasukan polisi sehingga masyarakat
menjadi aman, orang asing dan para pedagang bebas bepergian ke daerah-daerah yang
paling sukar tanpa takut diganggu atau dianiaya. Hal ini mengakibatkan ekonomi berjalan
dengan lancar.
Uang negara dalam jumlah besar dipakai untuk membangun jalan-jalan, bangunan
umum, jembatan-jembatan, puri-puri, sekolah-sekolah, rumah sakit, perguruan tinggi
dan lainnya. Abdurrahman melebur ras atau suku negeri itu benar-benar satu bangsa.
Orang-orang Kristen bebas bekerja di dalam dinas pemerintahan. Selain itu
Abdurrahman juga membangun istana indah di dekat Cordova yang Bernama ‘al-Zahra’.

Tidak ada pemberontakan yang terjadi saat itu, karena Abdurrahman III sangat
menjaga sistem keamanan dengan ketat. Abdurrahman juga membelanjakan sepertiga
pendapatan negara setiap tahun untuk kemajuan ilmu pengetahuan, kesenian dan
kebudayaan. Universitas-universitas juga mengalami perkembangan yang pesat. Bahkan
Cordova saat itu memiliki 75 perpustakaan.

Pada Oktober 961 M, tepatnya setelah memerintah 49 tahun, Abdurrahman III


meninggal dunia dan digantikan oleh anaknya Hakam II. Dibawah kepemimpinan Hakam
II, banyak universitas-universitas yang dibangun. Terdapat 27 sekolah gratis di ibukota
negara. Bahkan di kota kecil pun didirikan sekolah dan perguruan tinggi.

Hakam II meninggal pada 1 Oktober 967 M bersamaan dengan berakhirnya


keagungan dan kekuasaan bani umayyah di spanyol. Pimpinan digantikan oleh anaknya
hisyam II yang saat itu masih berumur 11 tahun. Karena usianya yang sangat muda, alih
pemerintahan digantikan oleh ibunya Sultanah Subhi dan sekretaris Negara yang
bernama Muhammad bin Abi Amir.

Perkembangan Ilmu Pengetahuan

1. Ilmu filsafat
Tokoh utama: Abu Bakar Muhammad bin al-Sayyigh (Ibn Bajjah). Abu Bakar ibn
Thufail (Ibnu Thufail).
2. Sains
Tokoh
- Kedokteran: Ahmad bin Ibas, Ummi al-Hasan binti Abi Ja’far
- Ilmu kimia dan astronomi: Abbas bin Farnas, Ibrahim bin Yahya al-Naqqash
3. Sejarah dan Geografi
Tokoh: Ibnu Jubeir (dari Valencia), Ibnu Batutah (dari Tangier), Ibn al-Khatib, Ibnu
Khaldun (dari Tunis).
4. Ilmu Fiqh
5. Musik dan kesenian
Tokoh: al-Hasan bin Nafi’
6. Arsitektur

Masa Kehancuran Daulah Umayyah II

Faktor internal

1. Perpecahan umat islam.


2. Para penguasa bergaya hidup mewah berfoya-foya.
3. Para penguasa islam cukup puas dengan menerima upeti dan tidak melakukan
islamisasi secara sempurna.
4. Naiknya Hisyam al-Muayyad Billah sebagai Khalifah Cordoba

Factor Eksternal

1. Timbulnya semangat orang-orang Eropa untuk menguasai kembali Andalusia


2. Kesulitan ekonomi

B. Dinasti Abbasiyah

Sejarah Berdiri Daulah Abbasiyah

Pemerintahan bani Umayyah dianggap korup dan sekuler sehingga muncul tiga
kelompok yang memberontak, yaitu muslim syiah, Khawarij. Pada pertengahan abad 8,
Gerakan oposisi yang dipimpin oleh Ali bin Abdullah muncul dengan tujuan
menumbangkan pemerintahan Bani Umayyah. Gerakan ini menyebar para
propogandist dengan tema al-musawah(persamaan kedudukan) dan al-ishlah
(perbaikan) ke daerah mayoritas muslim non arab dan kelompok sunni. Gerakan
awalnya rahasia, namun berubah menjadi terang-terangan setelah dipimpin oleh
Ibrahim bin Muhammad. Setelah dihadang oleh pasukan bani Umayyah di Karbala,
pasukan Gerakan ini berhasil merebut kota Kufah dan memproklamirkan Abdul Abbas
sebagai khalifah pertama dinasti abbasiyah. Dalam perang antara pasukan dinatsi bani
umayyah dan dinasti abbasiyah, pasukan dinasti bani umayyah mengalami kekalahan
dan khalifah Marwan terbunuh. Setelah itu, dinasti abbasiyah resmi berdiri di bawah
pimpinan abdul abbas.

Masa Kejayaan Daulah Abbasiyah

Indikator Kemajuan Peradaban Daulah Abbasiyah


a. Perkembangan ilmu keagamaan
Tafsir: Yahya bin Ziyad al-Dailamy (AlFarra) yang menulis kitab tafsir terlengkap
terlama
Hadits: Malik bin Anas
Fikih: Abu Hanifah, Malik bin Anas, Imam asy-Syafi’I, Ahmad bin Hanbal
Sejarah: Muhammad bin ‘Umar al-Waqidi

b. Perkembangan ilmu pengetahuan


- Ilmu kimia: Abu Musa Jabir bin Hayyan Al-Kuffi As-Sufi
- Ilmu Matematika: Abu Ja'far Muhammad bin Musa al-Khawarizmi yang menulis
buku al-Jabr wa al-Mukabala
- Ilmu geografi: Ahmad bin Abi Ya'qub Ishaq yang terkenal dengan karyanya al-
Buldan
- Ilmu Astronomi: Muhammad bin Ibrahim (Al Fazari) dikenal sebagai pembuat
astrolob atau alat yang pergunakan untuk mempelajari ilmu perbintangan pertama
di kalangan muslim

c. Perkembangan Peradaban

- Bidang sosial budaya

Tokoh: Abu Ali al-Hasan bin Hani al-Hakami (Abu Nawas)

- Bidang politik dan militer


- Bidang pembangunan pusat pendidikan

● Madrasah (An-Nizamiyah); didirikan oleh Nizam al-Mulk beliau seorang


perdana menteri pada tahun 456-486 H. Madrasah banyak terdapat
dikota-kota antara lain di Bagdad, Isfahan, Nisabur, Basra, Tabristan,
Hara dan Mosul,
● Kuttab; merupakan lembaga pendidikan tingkat dasar sampai menengah,
● Masjid; Masjid pada umumnya dijadikan sebagai tempat belajar tingkat
tinggi dan takhasus,
● Majelis Munazarah; Merupakan tempat pertemuan para pujangga, ahli
fikir dan pada sarjana untuk membahas masalah-masalah ilmiah, majelis
ini dapat dijumpai di kota-kota besar lainya,
● Baitul Hikmah; Tempat ini merupakan perpustakan pusat, yang di
bangun oleh khalifah Harun al-Rasyid dan di lanjutkan oleh khalifah Al
Makmun.

Masa Kehancuran Daulah Abbasiyah


a. Faktor Internal
- Kelemahan khalifah
- Umat islam meninggalkan ajaram-ajaran islam
- Munculnya dinasti-dinasti baru
b. Faktor Eksternal
- Perang salib
- serangan mongol
Resume Materi 04

Dinasti: Al-Murabitun, Al-Muwahhhidun, Idrisiyah, Aghlabiyah,

Samaniyah, Safariyah, Tulun, Hmadaniyah, Buwaihi, Saljuk,

Ayyubiyah, Delhi, Mamluk Mesir

1. Dinasti Al-Murabitun
Dinasti Al-Murabitun atau Almoravid adalah dinasti islam abad 11 yang didirikan
oleh Abdullah ibn Yahya di Maroko dan al-Andalus sebagai reaksi terhadap pemikiran
liberal dan kecenderungan beragama yang lebih longgar pada masa itu. Mereka
memimpin wilayah Maroko dan Al-Andalus pada masa kemakmuran dan kemajuan
ekonomi, seni, dan arsitektur. Namun, pada abad 12, dinasti al-Murabitun mengalami
kemunduran akibat perpecahan dan serangan dari bangsa Almohad. Pada tahun
1147, dinasti al-Murabitunruntuh dan digantikan oleh dinasti Almohad, namun
pengaruh mereka tetap ada dalam masyarakat Muslim di Maroko dan Al-Andalus.
2. Dinasti al-Muwahhidun
Dinasti Al-Muwahhidun atau Almohad adalah sebuah dinasti Islam yang didirikan
pada abad ke-12 di Maroko dan Al-Andalus (Spanyol dan Portugal saat ini). Dinasti ini
didirikan oleh seorang pemimpin agama bernama Ibn Tumart pada tahun 1120-an.
Dinasti Al-Muwahhidun menjadi kuat pada masa pemerintahan Abu Yusuf Yaqub al-
Mansur pada pertengahan abad ke-12. Di bawah kepemimpinannya, dinasti ini
berhasil memperluas wilayah kekuasaannya hingga mencakup sebagian besar Al-
Andalus dan Aljazair saat ini.
Pada masa pemerintahan Al-Mansur, dinasti Al-Muwahhidun membangun
beberapa karya arsitektur yang terkenal, seperti Menara Koutoubia di Marrakesh,
Maroko. Namun, pada akhir abad ke-12, dinasti Al-Muwahhidun mengalami
kemunduran akibat pemberontakan lokal dan serangan dari bangsa Kristen. Pada
akhirnya, dinasti ini runtuh pada tahun 1269 dan digantikan oleh dinasti Marinid.
Meskipun begitu, warisan dan pengaruh dinasti Al-Muwahhidun tetap terlihat pada
masyarakat Muslim di Maroko dan Al-Andalus.
3. Dinas Idrisiyah
Dinasti Idrisiyah adalah sebuah dinasti Islam yang didirikan pada abad ke-8 di
Maroko dan menjadi pionir dalam pembentukan kerajaan independen pertama di
Afrika Utara. Dinasti ini didirikan oleh Idris bin Abdullah, seorang keturunan Nabi
Muhammad yang berasal dari keluarga Hasan bin Ali. Dinasti Idrisiyah
mengembangkan Maroko sebagai pusat kebudayaan dan keagamaan. Mereka
membangun kota-kota baru, seperti Fes dan Marrakesh, yang menjadi pusat kegiatan
keagamaan dan perdagangan. Selain itu, dinasti ini juga memperkenalkan sistem
pendidikan Islam dan menyediakan dukungan finansial bagi para ulama dan
cendekiawan.
Di bawah pemerintahan dinasti Idrisiyah, Maroko mencapai masa kejayaannya
sebagai pusat perdagangan dan kebudayaan di Afrika Utara. Mereka mengadopsi
berbagai inovasi di bidang pertanian, perdagangan, industri, dan memperluas
pengaruh kekuasaannya hingga ke wilayah Andalusia. Namun, pada akhir abad ke-11,
dinasti Idrisiyah mengalami kemunduran akibat perselisihan internal dan serangan
dari bangsa Almoravid yang lebih kuat. Pada akhirnya, dinasti ini runtuh pada tahun
1160 dan digantikan oleh dinasti Almohad. Meskipun begitu, warisan dan pengaruh
dinasti Idrisiyah terus berlanjut pada masyarakat Maroko hingga saat ini.
4. Dinasti Aghlabiyah
Dinasti Aghlabiyah adalah dinasti yang berkuasa di wilayah Ifriqiya (sekarang
bagian dari Tunisia, Aljazair, dan Libya) dari tahun 800-909 M. Dinasti ini didirikan
oleh Ibrahim ibn al-Aghlab, seorang gubernur yang diangkat oleh Khalifah Abbasiyah
pada masa itu. Pada awalnya, Dinasti Aghlabiyah bertanggung jawab untuk
melindungi wilayah Ifriqiya dari serangan Viking dan Bizantium. Namun, mereka
kemudian memperluas kekuasaannya ke Sisilia dan bahkan menaklukkan wilayah-
wilayah di Spanyol selatan.
Selama masa pemerintahan Dinasti Aghlabiyah, wilayah Ifriqiya menjadi pusat
kebudayaan dan perdagangan yang penting di dunia Islam. Mereka juga membangun
banyak struktur dan monumen, termasuk masjid-masjid, istana, dan benteng-
benteng. Namun, pada akhirnya Dinasti Aghlabiyah melemah karena tekanan dari
berbagai kelompok seperti Fatimiyah dan suku-suku Berber. Pada tahun 909 M,
Dinasti Aghlabiyah akhirnya digulingkan oleh suku Berber dan digantikan oleh dinasti
yang baru. Meskipun demikian, pengaruh Dinasti Aghlabiyah tetap terlihat hingga
saat ini, terutama dalam arsitektur dan seni Islam di Tunisia.
5. Dinasti Samaniyah
Dinasti Samaniyah (875-999 M) adalah sebuah dinasti yang memerintah di wilayah
Khorasan (sekarang termasuk Iran, Turkmenistan, Uzbekistan, dan Afghanistan).
Dinasti ini didirikan oleh seorang pemimpin militer bernama Saman Khuda pada awal
abad ke-9 M. Dinasti Samaniyah merupakan dinasti Persia yang memerintah di
bawah kekuasaan Khurasan selama hampir dua abad. Dinasti ini juga dikenal sebagai
pendukung agama Islam dan memiliki kebijakan toleransi terhadap agama-agama
lain yang dianut oleh rakyatnya.
Selama masa pemerintahan Dinasti Samaniyah, Khorasan menjadi pusat
kebudayaan, perdagangan, dan seni. Mereka membangun banyak infrastruktur,
termasuk jalan-jalan, jembatan, bendungan, dan masjid-masjid yang megah. Namun
pada akhir abad ke-10 M, Dinasti Samaniyah mulai mengalami kemerosotan karena
serangan dari bangsa Turk. Pada tahun 999 M, dinasti ini akhirnya runtuh dan wilayah
kekuasaannya dikuasai oleh Kekaisaran Ghaznavi yang didirikan oleh Sultan Mahmud.
Meskipun demikian, Dinasti Samaniyah tetap dianggap sebagai periode yang penting
dalam sejarah Khorasan dan peradaban Islam di Asia Tengah.
6. Dinasti Safariyah
Dinasti Safariyah atau Safawiyah (1501-1722) adalah sebuah dinasti yang
memerintah di Iran selama hampir dua abad. Dinasti ini didirikan oleh seorang
pemimpin sufi yang bernama Shah Ismail I pada tahun 1501 M. Dinasti Safariyah
dikenal sebagai masa keemasan Iran karena mereka berhasil mempersatukan
sebagian besar wilayah Iran yang sebelumnya terpecah-pecah menjadi beberapa
negara kecil. Selama masa kekuasaan mereka, Iran menjadi pusat seni, budaya, dan
ilmu pengetahuan di dunia Islam.
Dinasti Safariyah juga terkenal karena seni dan budayanya. Mereka mendukung
seni sastra, seni lukis, seni musik, dan seni arsitektur. Arsitektur masa Dinasti
Safariyah sangat mencolok dengan gaya bangunan yang megah dan kaya akan hiasan-
hiasan yang indah. Namun, pada akhir abad ke-17, Dinasti Safariyah mengalami
kemerosotan dan sering terlibat konflik dengan negara-negara tetangga. Pada tahun
1722 M, dinasti ini akhirnya runtuh dan dijatuhkan oleh pasukan Utsmaniyah.
Meskipun demikian, Dinasti Safariyah tetap dianggap sebagai periode yang penting
dalam sejarah Iran dan peradaban Islam di dunia.
7. Dinasti Tulun
Dinasti Tulun adalah sebuah dinasti yang memerintah di Mesir dan Suriah pada
abad ke-9 Masehi. Dinasti ini didirikan oleh Ahmad ibn Tulun pada tahun 868 M dan
berkuasa hingga tahun 905 M. Selama masa pemerintahannya, Ahmad ibn Tulun
berhasil memperluas wilayah kekuasaannya hingga mencakup Palestina dan sebagian
kecil wilayah Hijaz. Ia juga membangun kota baru bernama al-Qata'i dan
memperindah kota-kota lain di Mesir dan Suriah. Dinasti Tulun dikenal karena
kebijakan-kebijakan ekonomi dan sosialnya yang pro-rakyat.
Di bidang seni dan budaya, Dinasti Tulun dikenal karena mendukung seni kaligrafi
dan seni arsitektur. Mereka membangun masjid-masjid megah dan istana-istana yang
indah. Namun, setelah Ahmad ibn Tulun meninggal pada tahun 884 M, Dinasti Tulun
mengalami kemerosotan dan melemah secara bertahap. Pada akhirnya, pada tahun
905 M, dinasti ini digulingkan oleh Dinasti Abbasiyah dan Mesir kembali berada di
bawah kekuasaan pusat di Baghdad. Meskipun demikian, Dinasti Tulun tetap
dianggap sebagai periode penting dalam sejarah Mesir dan peradaban Islam di Timur
Tengah.
8. Dinasti Hamadaniyah
Dinasti Hamdaniyah (890-1004) adalah sebuah dinasti yang memerintah di
wilayah utara dan timur laut Yaman selama hampir dua abad. Dinasti ini didirikan
oleh seorang pangeran dari suku Hamdan bernama Ali ibn Abdullah pada tahun 893
M. Pada awalnya, Dinasti Hamdaniyah hanya memerintah di wilayah sekitar kota
San'a di Yaman utara. Namun, mereka berhasil memperluas wilayah kekuasaannya
hingga mencakup wilayah Oman dan Hijaz di Arab Saudi. Selama masa kekuasaannya,
Dinasti Hamdaniyah menjadi kekuatan besar di wilayah Arab.
Dinasti Hamdaniyah dikenal sebagai dinasti yang sangat mencintai seni dan
budaya. Meskipun Dinasti Hamdaniyah berhasil mencapai masa kejayaannya, mereka
mengalami kemerosotan pada abad ke-10 M. Serangan dari kerajaan-kerajaan
tetangga seperti Kerajaan Abbasiyah dan Kerajaan Himyar, serta persaingan antar
suku-suku Arab menjadi penyebab dari kehancuran Dinasti Hamdaniyah pada tahun
1004 M. Meskipun begitu, warisan mereka tetap dikenang hingga kini, terutama
dalam bidang seni, ilmu pengetahuan, dan arsitektur.
9. Dinasti Buwaihi
Dinasti Buwaihi (945-1055) adalah sebuah dinasti yang memerintah di Iran, Irak,
dan sebagian wilayah Arab pada abad ke-10 dan ke-11 M. Dinasti ini didirikan oleh
dua bersaudara, yakni Ali ibn Buya dan Hasan ibn Buya, yang merupakan pemimpin
suku Daylam. Pada awalnya, Dinasti Buwaihi adalah pasukan bayaran dari
Kekhalifahan Abbasiyah di Baghdad. Namun, kemudian mereka memberontak dan
berhasil merebut kekuasaan di wilayah-wilayah yang sebelumnya dikuasai oleh
Abbasiyah.
Selama masa pemerintahannya, Dinasti Buwaihi berhasil memperluas wilayah
kekuasaannya hingga mencakup seluruh Irak, Khuzestan, dan sebagian wilayah Arab
Saudi dan Kuwait. Namun, pada abad ke-11 M, Dinasti Buwaihi mengalami
kemerosotan. Mereka terlibat dalam persaingan kekuasaan dengan Dinasti Seljuk,
dan akhirnya kekuasaan mereka berakhir pada tahun 1055 M ketika Dinasti Seljuk
berhasil merebut kekuasaan di wilayah yang sebelumnya dikuasai oleh Dinasti
Buwaihi.
10. Dinasti Saljuk
Dinasti Saljuk (1040-1194) adalah sebuah dinasti Muslim yang didirikan oleh
Tughril Beg pada tahun 1040 M. Dinasti ini berpusat di Persia dan menguasai wilayah
yang luas yang meliputi sebagian besar Asia Barat, Asia Tengah, dan Timur Tengah
pada masa pemerintahannya. Dinasti Saljuk didirikan oleh Tughril Beg, seorang
komandan militer dari suku Oghuz Turk, yang memimpin pasukan untuk membantu
mengatasi krisis politik di Kekhalifahan Abbasiyah. Setelah berhasil memulihkan
kekuasaan Kekhalifahan Abbasiyah, Tughril Beg mendirikan dinasti Saljuk dan
menetapkan ibu kotanya di Isfahan, Iran.
Selama masa kekuasaannya, Dinasti Saljuk mencapai kejayaannya dan dikenal
sebagai periode yang makmur dan maju dalam sejarah Islam. Namun, pada akhirnya
Dinasti Saljuk juga mengalami kemerosotan. Persaingan kekuasaan antara anggota
keluarga Dinasti Saljuk melemahkan kekuatan mereka, dan invasi Mongol pada abad
ke-13 M menyebabkan Dinasti Saljuk runtuh dan digantikan oleh berbagai negara dan
kekuatan baru. Meskipun begitu, Dinasti Saljuk tetap dikenang sebagai periode yang
penting dalam sejarah Islam dan sejarah dunia, karena kontribusi mereka, terutama
dalam memperluas wilayah kekuasaan Muslim di wilayah Asia Barat dan Timur
Tengah.
11. Dinasti Ayyubiyah
Dinasti Ayyubiyah (1171-1260) adalah sebuah dinasti Muslim yang didirikan oleh
Salahuddin al-Ayyubi atau dikenal juga sebagai Saladin. Dinasti ini berpusat di Mesir
dan menguasai wilayah-wilayah di Timur Tengah dan Afrika Utara pada masa
kekuasaannya. Selama masa kekuasaannya, Dinasti Ayyubiyah mencapai kejayaannya
dan dikenal sebagai periode yang makmur dan maju dalam sejarah Islam. Salahuddin
dan Dinasti Ayyubiyah berhasil menegakkan kembali kekuasaan Muslim di wilayah
Timur Tengah dan Afrika Utara, serta menjalin hubungan diplomatik dengan
kekuatan-kekuatan Eropa.
Namun, pada akhirnya Dinasti Ayyubiyah juga mengalami kemerosotan.
Persaingan kekuasaan antara anggota keluarga Dinasti Ayyubiyah melemahkan
kekuatan mereka, dan invasi Mongol pada abad ke-13 M menyebabkan Dinasti
Ayyubiyah runtuh dan digantikan oleh berbagai negara dan kekuatan baru. Meskipun
begitu, Dinasti Ayyubiyah tetap dikenang sebagai periode penting dalam sejarah
Islam dan sejarah dunia, karena kontribusi mereka dalam memperkuat kekuasaan
Muslim di wilayah Timur Tengah dan Afrika Utara, serta memajukan berbagai bidang
seperti ekonomi, ilmu pengetahuan, dan seni dan budaya.
12. Dinasti Delhi
Dinasti Delhi adalah sebuah dinasti Muslim yang memerintah di wilayah India
Utara dari abad ke-13 hingga abad ke-16 M. Dinasti ini didirikan oleh Qutbuddin
Aibak, seorang jenderal dari Kesultanan Ghurid yang merebut wilayah Delhi pada
tahun 1206 M. Selama masa kekuasaannya, Dinasti Delhi mengalami masa keemasan
dan kemerosotan. Beberapa sultan Dinasti Delhi dikenal sebagai penguasa yang
mampu memperluas wilayah kekuasaan, membangun infrastruktur dan memajukan
kebudayaan dan ilmu pengetahuan. Di bawah kepemimpinan Sultan Muhammad bin
Tughlaq (1325-1351 M), Dinasti Delhi mengalami perluasan wilayah kekuasaan yang
paling besar dan pemerintahan mereka mencapai puncaknya.
Dinasti Delhi kemudian mengalami kemerosotan akibat invasi oleh Mongol dan
kemerosotan ekonomi. Wilayah kekuasaan Dinasti Delhi kemudian diambil alih oleh
Kekaisaran Mughal pada abad ke-16 M. Selama masa kekuasaannya, Dinasti Delhi
juga memberikan dampak signifikan terhadap sejarah dan kebudayaan India. Dinasti
Delhi menghadirkan pengaruh kebudayaan Islam di India dan memperkenalkan
arsitektur Islam, seperti Taj Mahal, yang menjadi ikon kebudayaan India hingga kini.
Selain itu, Dinasti Delhi juga memberikan kontribusi pada bidang ilmu pengetahuan,
seperti matematika, astronomi, dan kedokteran.
13. Mamluk Mesir
Dinasti Mamluk Mesir (1250-1382) adalah dinasti muslim yang didirikan oleh para
jenderal Mamluk. Mereka berhasil merebut kekuasaan dari Dinasti Ayyubiyah dan
mempertahankan wilayah Mesir dari serangan bangsa Mongol serta memperluas
wilayah kekuasaan hinggake wilayah Palestina, Suriah, dan Irak. Selama masa
kekuasaannya, terjadi kemajuan dalam bidang seni, arsitektur, sastra, dan ilmu
pengetahuan. Namun, mereka juga mengalami konflik internal dan sering berseteru
antara satu sama lain. Dinasti mamluk Mesir diakhiri oleh invasi dari kekaisaran
Utsmaniyah pada tahun 1517 M.
Resume Materi 05

PERADABAN DINASTI SAFAWIYAH, DINASTI FATHIMIYAH,

DAN DINASTI ANDALUSIA

1. Peradaban Dinasti Safawiyah

Sejarah berdirinya

Dinasti safawiyah berdiri pada tahun 1503-1722 Masehi sebagai hasil dari gerakan tarekat
Safawiyah yang berasal dari Ardabil, Azerbaijan. Gerakan ini awalnya merupakan sebuah
gerakan tasawuf, namun kemudian berkembang menjadi gerakan politik yang berhasil
mendirikan sebuah kerajaan. Pendiri gerakan ini bernama Safi Al-Din, seorang sufi yang
berasal dari keturunan Imam Syiah keenam bernama Musa al-Kazim. Safi al-Din menjadi
menantu dari guru sufinya, Syekh Taj al-Din Ibrahim Zahidi (Zahid al-Ghilani), karena prestasi
dan ketekunannya dalam kehidupan tasawuf.

Khalifah-khalifah yang berkuasa:

1. Syah Ismail (1501-1524 M)

2. Syah Tahmasp (1524-1576 M)


3. Muhammad II (1576-1577 M)
4. Muhammad Khudabanda (1577-1587 M)
5. Syah Abbas I (1588-1628 M)
6. Shafi Mirza (1628-1642 M)
7. Syah Abbas II (1642-1667 M)
8. Sulaiman (1667-1694 M)
9. Shah Husein (1694-1722 M)
10. Tahmasp II (1722-1732 M)
11. Abbas III (1732-1736 M)

Kemajuan Dinasti Safawiyah


Mengalami kemajuan signifikan berbagai bidang selama masa kekuasaannya.
a. Bidang ekonomi, stabilisasi politik memungkinkan perkembangan perdagangan dan
pertanian, terutama melalui jalur laut melalui Bandar Abbas.
b. Bidang ilmu pengetahuan, dinasti ini menghasilkan banyak tokoh terkenal dalam
sastra, filososofi, sejarah dan teologi. Al-Din Syaerazi dan Muhammad Baqir Ibnu
Muhammad Damai adalah contoh dari tokoh-tokoh ini.
c. Bidang keagamaan, khalifah Abbas I menunjukkan sikap toleransi terhadap berbagai
aliran keagamaan dalam islam. Sikap ini berbeda dengan khalifah-khalifah
sebelumnya yang memaksakan paham syi’ah sebagai agama resmi kekhalifahan.
d. Bidang fisik dan kesenian, dinasti ini mencapai kemajuan yang signifikan. Salah satu
contohnya adalah pembangunan kota Isfahan yang menjadi kota yang sangat indah,
dengan gaya arsitektur bangunan yang khas, seperti masjid syaikh Luft dan Masjid
Syaikh Husein.
Dinasti ini juga melahirkan para pujangga seperti Muhammad Baqir Ibnu Muhammad
Damai (ahli filsafat dan ilmu Pasti), Baharuddin al-Amili (ahli Fiqih), dan Shadaruddin
Asyaerozi (ahli fisika). Keberadaan para pujangga ini sangat berpengaruh dalam
pengembangan ilmu pengetahuan dan kesenian di masa itu.

Kehancuran dan Kemunduran Dinasti Safawiyah


Sepeninggal khalifah Abbas I memimpin Dinasti Safawiyah, khususnya para khalifah
berikutnya seperti khallifah Safi Mirza, Khalifah Abbas II, Khalifah Sulaiman, Khalifah Husein,
Khalifah Tahmasp II dan Khalifah Abbas III, kondisi Dinasti Safawiyah tidak menunjukkan
perkembangan lagi, tetapi justru memperlihatkan kemunduran yang akhirnya membawa
kehancuran pada Dinasti Safawiyah. Adapun diantara sebab-sebab kemunduran dan
kehancuran Dinasti ini antara lain :
1. Konflik yang berkepanjangan antara Dinasti Safawiyah dengan Kerajaan Utsmani
2. Dekadensi moral yang melanda sebagian besar pemimpin Dinasti Safawiyah.
3. Pasukan Gulam (budak-budak) yang dibentuk Khalifah Abbas I tidak memiliki
semangat perang yang tinggi seperti Qizilbasy.
2. Peradaban Dinasti Fathimiyah

Dinasti Fathimiyah adalah sebuah Dinasti Muslim Syi’ah yang didirikan pada tahun 909
Masehi di Afrika Utara oleh Abdullah al-Mahdi Billah. Dinasti ini berpusat di Kairo, Mesir dan
menjadi kekuatan penting dalam dunia Muslim pada abad ke-10 dan 11 masehi.

Abdullah al-Mahdi Billah awalnya adalah seorang Dai dari Afrika Utara yang dipilih oleh
imam Syi’ah Fathimah az-Zahro untuk memimpin gerakan keagamaan disana. Setelah
mendapatkan dukungan dari banyak pengikut, beliau kemudian mengumumkan pendirian
dinasti ini.

Selama masa kekuasaannya, dinasti ini melakukan ekspansi wilayah dan berhasil merebut
kekuasaan sebagia besar wilayah Mesir, Libya, Tunisia, dan Sisilia. Dinasti ini juga mencapai
kemajuan dalam bidang ilmu pengetahuan, seni, arsitektur, serta menjadi pusat intelektual
islam pada masa itu.

Namun dinasti ini mengalami krisis politik dan keuangan pada akhir abad 11 Masehi dan
akhirnya diakhiri oleh penaklukan oleh Dinasti Ayyubiyah pada tahun 1171 Masehi.
Meskipun begitu, dinasti ini tetap menjadi salah satu dinasti paling berpengaruh dalam
sejarah islam.

Khalifah-Khalifah Yang Berkuasa

1. Abu Muhammad Abdullah (Ubaydillah) al-Mahdi billah (909M - 934 M).


2. Abul-Qasim Muhammad al-Qa’im bi-Amr Allah bin al-Mahdi Ubaidillah
(934 M - 946 M).
3. Abu Zahir Isma’il al-Mansur billah (946 M – 953 M).
4. Abu Tamim Ma’ad al-Mu’izz li-Dinil_x0002_lah (953 M – 975 M).
5. Abu Mansur Nizar al-’Aziz billah (975 M – 996 M).
6. Abu ‘Ali al-Mansur al-Hakim bi-Amrullah (996 M- 1021 M).
7. Abu’l-Hasan ‘Ali al-Zahir li-I’zaz Dinillah (1021 M - 1036M).
8. Abu Tamim Ma’add al-Mustansir billah (1036 M – 1094 M)
9. Al-Musta’li bi-llah (1094 M – 1101 M).
10. Al-Amir bi-Ahkamullah (1101 M -1130 M).
11. ‘Abd al-Majid al-Hafiz (1130 M -1149 M).
12. al-Zafir (1149 M – 1154 M).
13. al-Fa’iz (1154 M - 1160 M).
14. al-’Adid (1160 M – 1171 M).

Masa Kemajuan dan Kontribusi Dinasti Fathimiyah

a. Bidang Politik dan Pemerintahan


Dinasti ini dipimpin oleh seorang imam khalifah yang bersifat turun teurun kepada
anak laki-laki pertama. Para imam di Dinasti Fathimiyah, dianggap sebagai penjelmaan
Allah di bumi. Hal ini tentu dianggap baru bagi sejarah Mesir.

b. Pemikiran dan Filsafat


Kelompok ahli filsafat yang paling terkenal pada Dinasti Fathimiyah adalah ikhwanu shofa.
Dalam filsafatnya kelompok ini lebih cenderung membela kelompok Syi’ah Islaiyah, dan kelompok
inilah yang menyempurnakan pemikiran-pemikiran yang telah dikembangkan oleh golongan
Mu’tazilah. Toko: Abu Hatim ar-Rozi, AbuYa’qub as-Sajazi.

c. Pendidikan dan IPTEK


Kemajuan keilmuan yang paling fundamental pada masa fatamiyah adalah
keberhasilannya membangun sebuah Lembaga keilmuan yang disebut Darul Hikam atau
Ilmi yang dibangun oleh al-Hakim pada tahun 1005 Masehi.
Tokoh: Muhammad Ibnu Yusuf al-Kindi (ahli sejarah), al-Aziz (ahli sastra). Dan ilmuwan
yang paling terkenal adalah Ibn Killis.

d. Ekonomi dan Perdagangan


Mesir mengalami kemakmuran ekonomi dan fitalitas kultural yang mengungguli Irak
dan daerah-daerah lainnya. Hubungan dagang dengan dunia non islam dibina dengan
baik termasuk dengan India dan negeri-negeri mediterania yang beragama Kristen.
Di bidang perdagangan mereka melakukan perdagangan dengan mengunjungi
beberapa daerah seperti Asia, Eropa, dan daerah-daerah sekitar laut tengah. Pada masa
Dinasti Fathimiyah menjadikan Kota Fustat sebagai kota perdagangan.
e. Sosial Kemasyarakatan
Pada waktu orang-orang Fathimiyah memasuki Mesir, penduduk setempat ada yang
beragama Kristen Qibty dan Ahlu Sunnah. Mereka hidup dalam kedamaian, saling
menghormati antara satu dengan yang lain. Boleh dikatakan tidak terjadi pertengkaran
antara suku, maupun agama. Masyarakatnya mempunyai sosialitas yang tinggi sesame
mereka.

f. Pemahaman Agama
Secara tidak langsung dinasti ini sebenarnya ingin mengembangkan doktrin-doktrin
syi’ah di tengah-tengah masyarakat, namun dengan berbagai pertimbangan mereka tidak
terlalu memaksa pemahaman ini harus diikuti oleh para penduduk, mereka bebas
beragama sesuai denga napa yang mereka yakini.

Masa Runtuhnya Dinasti Fathimiyah


Setelah kematian khalifah al-Aziz, Dinasti Fathimiyah mngalami kemunduran drastis dengan
digantikan oleh putranya yang masih kecil, Abu Ali Manshur al-Hakim. Abu Ali Manshur al-Hakim
dikenal sangat kejam dan menerapkan kebijakan yang menyengsarakan umat, termasuk merusak
kuburan suci umat Kristen, menghancurkan gereja, dan memberlakukan kebijakan kontroversial.
Selain itu, kemunduran Dinasti Fathimiyah juga disebabkan oleh serangan bangsa Normandia,
kekuasaan Bani Saljuk, Bani Hilal dan Bani Sulaim, serta seragan Salahuddin al-Ayyubi dan
digantikan oleh Dinasti Ayyubiyah.
3. Peradaban Dinasti Andalusia

Al-Andalus (Spanyol dan Portugal sekarang) ditaklukkan oleh umat islam pada zaman
khalifah Bani Umayyah, al-Walid bin Abdul Malik. Pasukan islam yang sebelumnya telah
menguasai Afrika Utara berhasil menaklukkan sejumlah kota penting di Spanyol, dimulai
dengan kemenangan oleh Thariq bin Ziyad dan diikuti oleh pasukan di bawah pimpinan
Musa bin Nushair. Akhirnya, seluruh kota penting di Spanyol, termasuk bagian utaranya,
berhasil dikuasai oleh pasukan islam.

Pada masa pemerintahan Khalifah Umar bin Abdul Aziz, umat Islam melakukan
perluasan wilayah dengan sasaran daerah sekitar pegunungan Pirenia dan Prancis
Selatan. Al-Sam’ah yang dipercayakan sebagai pimpinan pasukan gagal dalam usahanya
dan terbunuh pada tahun 102 H. Selanjutnya, pimpinan pasukan diserahkan kepada
Abdurrahman bin Abdullah al-Ghafiqi yang menyerang kota Bordeaux dan Poitiers dan
mencoba menyerang kota Tours. Namun, ia ditahan oleh Charles Martel dalam
Pertempuran Tours, dan al-Ghafiqi terbunuh. Penyerangan ke Perancis gagal dan tentara
muslim mundur Kembali ke Spanyol.

Tokoh Pemimpin

Dinasti Umayyah di Andalusia berkuasa dari 711-1031 M dan dapat dibagi menjadi tiga
masa, yaitu penaklukan hingga tahun 755 M, masa Imarah, dan masa khilafah pada tahun
929-1021 M. Pada masa Khilafah, Hajib al-Mansur berkuasa selama 23 tahun dengan
kekuasaan penuh, sedangkan khalifahnya hanya sebagai perlambang. Nama asli Hajib al-
Mansur adalah Abu Amir Muhammad dan ia memakai gelar al-Mansur Billah. Hajib al-
Mansur adalah satu-satunya hajib yang memegang kekuasaan penuh dalam menjalankan
pemerintahan di masa Dinasti Umayyah di Baghdad dan Andalusia.

Kebudayaan Dinasti Andalusia

Peradaban Saracen yang maju di Spanyol Islam membuat orang-orang Moor sebagai
orang-orang paling beradab di Barat, meskipun dalam masa terpuruknya negara-negara
Taifa. Banyak suku, agama, dan ras yang hidup bersama-sama di Al-Andalus, dan masing-
masing menyumbang pada kemajuan intelektualnya. Al-Andalus memiliki perpustakaan
dan lembaga pendidikan yang banyak di kota-kota seperti Kordoba, yang membantu
dalam pertukaran ide dan inovasi. Sejarah intelektual al-Andalus terlihat dari banyaknya
ilmuwan islam dan Yahudi yang lahir dari sana. Pada saat itu, terjadi perseteruan antara
Bani Umayyah dan Bani Abbasiyah yang mendorong perpustakaan dan lembaga
pendidikan untuk berkembang di kota-kota al-Andalus untuk mengalahkan ibu kota
Abbasiyah Baghdad. Meskipun saling bersaing, kedua kekhalifahan ini mengizinkan
perjalanan antara mereka yang membantu penyebaran da pertukaran ide serta inovasi.

Kota Kordoba di abad ke-10 memiliki 700 masjid, 60.000 istana, dan 70 perpustakaan,
termasuk perpustakaan terbesar yang memiliki hingga 500.000 naskah. Di seluruh al-
Andalus, terdapat perpustakaan, penyalin, penjual buku, pembuat kertas, dan sekolah-
sekolah yang menerbitkan sekitar 60.000 buku setiap tahunnya. Sebagai perbandingan,
perpustakaan terbesar di Eropa kristen pada waktu itu hanya memiliki tak lebih dari 400
naskah, sementara Spanyol modern menerbitkan rata-rata 46.300 buku tiap tahunnya
menurut UNESCO.

Faktor Kemajuan Dinasti Andalusia

Kemajuan al-Andalusia disebabkan oleh penguasa-penguasa yang kuat dan


berwibawa, seperti Abdurrahman I, Abdurrahman II, dan Abdurrahman III. Keberhasilan
politik mereka didukung oleh kegiatan ilmiah dari Muhammad I dan al-Hakam II.
Penguasa-penguasa ini juga menegakkan toleransi beragama terhadap umat kristen dan
Yahudi yang ikut berpartisipasi dalam membangun peradaban Arab Islam di Iberia.
Masyarakat al-Andalus adalah masyarakat majemuk yang terdiri dari berbagai komunitas
agama dan bangsa, tetapi toleransi beragama memungkinkan komunitas-komunitas itu
bekerja sama dan menyumbangkan kelebihannya masing-masing. Meskipun ada
persaingan antara Bani Abbasiyah dan Umayyah di Al-Andalus, hubungan budaya dari
Timur dan Barat tidak selalu berupa peperangan. Masa perpecahan politik pada masa
Mulukul Thawa’if dan sesudahnya bahkan merupakan puncak kemajuan ilmu
pengetahuan, kesenian, dan kebudayaan al-Andalus. Setiap penguasa di Malaha, Toledo,
Sevilia, Granada, dan lain-lain berusaha menyaingi Kordoba.
Faktor Kemunduran Dinasti Andalusia

a. Penguasa muslim tidak melakukan islamisasi secara sempurna dan membiarkan


orang Kristen mempertahankan hukum dan adat mereka selama tidak ada
perlawanan bersenjata. Kehadiran Muslim Arab memperkuat rasa kebangsaan
orang Kristen Iberia dan menyebabkan konflik terus berlanjut antara negara Islam
di Iberia dan kerajaan-kerajaan Kristen.
b. Ketidakmampuan untuk memiliki ideologi pemersatu karena ketidakmenerimaan
orang Arab terhadap orang pribumi dan memberikan istilah merendahkan seperti
‘Ibad dan Muwallad kepada para muallaf. Hal ini menyebabkan kelompok etnis
non-Arab sering merusak perdamaian di Iberia dan memiliki dampak besar
terhadap sejarah sosio-ekonomi negeri tersebut.
c. Para penguasa islam di Iberia pada paruh kedua masa pemerintahan fokus
membangun kota dan mengembangkan ilmu pengetahuan, sehingga mengabaikan
pembangunan perekonomian yang berdampak pada kesulitan ekonomi yang
sangat membebani dan mempengaruhi kondisi politik dan militer.
d. Ketidakjelasan sistem peralihan kekuasaan menyebabkan perebutan kekuasaan di
antara ahli waris, yang berkontribusi pada keruntuhan kekuasaan Bani Umayyah
dan munculnya Muluk ath-Thawaif. Hal ini juga menjadi faktor penting dalam
jatuhnya Granada ke tangan penguasa Katolik.
e. Al-Andalus terisolasi dari dnia islam dan selalu berjuang sendirian tanpa bantuan
kecuali dari Afrika Utara, sehingga tidak ada kekuatan alternatif untuk melawan
kebangkitan Kristen di sana.

Penyebab Runtuhnya Dinasti Andalusia

Terdapat tiga catatan besar mengenai sebab keruntuhan peradaban Islam di Andalusia:

1. Perpecahan umat islam pada saat itu.


2. Cinta dunia dan takut mati kaum muslimin khususnya anggota keluarga
kerajaan islam Andalusia.
3. Memudar atau hilangnya peran ulama pada saat itu.

Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa tugas UTS


ini dikerjakan oleh saya sendiri.

Anda mungkin juga menyukai