NIM : 22101010009
Mata Kuliah : Peradaban Islam
Kelas : BSA (A)
Resume Materi 01
Peradaban berasal dari kata hadhara yang berarti daerah perkotaan dan merupakan
segala sesuatu yang berkaitan dengan kehidupan tetap manusia, termasuk sistem politik,
ekonomi, sosial, pemikiran, dan kesenian. Ada juga pendapat bahwa kata hadharah sama
dengan kata civilization yang berasal dari bahasa latin civitas yang berarti kota atau civis yang
berarti penduduk kota.
a. Kemajuan dan tingkat kecerdasan akal yang dihasilkan dalam suatu periode
kekuasaan islam dari periode Nabi Muhammad ﷺsampai dengan sekarang.
b. Hasil-hasil yang dicapai oleh umat islam dalam berbagai bidang, seperti
sastra, ilmu pengetahuan, dan seni.
c. Kekuasaan islam yang berperan melindungi pandangan hidup islam berbagai
kehidupan bermasyarakat.
1. Geografis
Sebelum kedatangan isalm, kondisi geografis Jazirah Arab terdiri dari hamparan gurun
pasir yang disebut Badiyat Asy-Sya’in, perbukitan batu yang dinamakan Arabia Petraea, dan
tanah hijau yang disebut Arabia Felix. Kondisi tersebut menyebabkan Jazirah Arab dikenal
sebagai tanah gundul, padang pasir, dan gersang. Kata “Arab” sendiri berasal dari bahasa
yang berarti tanah gundul, padang pasir, gersang, dan tidak memiliki air maupun tanaman.
2. Sosial Budaya
Pada era Arab Jahiliyah, kehidupan sosial diwarnai oleh perbudakan yang menjadi hal
yang normal, pelacuran, serta anak dapat menikahi ibu tirinya. Pertempuran antarsuku juga
sering terjadi, pelacuran, serta anak dapat menikahi ibu tirinya. Pertempuran antarsuku juga
sering terjadi, kecuali pada bulan yang diharamkan untuk berperang. Selain itu, mereka
melakukan kebiasaan buruk seperti minum arak sampai mabuk, berzina, berjudi, dan
merampok. Perempuan dianggap sebagai Binatang piaraan, tidak memiliki kehormatan, dan
tidak memiliki kekuatan untuk membela diri.
3. Ekonomi
4. Politik
Sebelum datangnya islam, terdapat tiga kekuatan politik besar yang mempengaruhi
politik arab, yaitu kekaisaran Nasrani Byzantium, kekaisaran Persia yang memeluk agama
Zoroaster, serta Dinasti Himyar yang berkuasa di Arab bagian selatan.
Masa Kenabian
Sejarah islam terbagi dalam dua periode utama, yaitu Makkah dan Madinah. Periode
Makkah dimulai pada tahun 601-622 M, saat Nabi Muhammad menerima wahyu Al-Qur’an
dan pengikutnya, kebanyakan dari kalanagan menengah ke bawah, menjadi sasaran kaum
Quraisy. Pada periode Madinah (622-632 M), Nabi Muhammad dan para pengikutnya hijrah
ke Madinah untuk membangun negeri islam berdasarkan prinsip keadilan, demokrasi dan
kesetaraan.
Nabi Muhammad ﷺmemulai program-program seperti membangun pasar,
mendirikan masjid, membentuk piagam Madinah, merukunkan kaum Muhajirin dan Anshar,
serta menyebarkan dakwah ke seluruh penjuru Arab. Periode Madinah juga ditandai dengan
diturunkannya ayat-ayat Madaniyah yang banyak mengandung unsur fikih dan memuat
kewajiban seperti berpuasa, zakat, dan haji. Pada 628 M, dibuatlah Perjanjian Hudaibiyah
dan pada 630 M terjadi Fathul Makkah, tanpa korban jiwa. Masa kenabian Nabi Muhammad
ﷺberakhir pada tahun 632 M saat beliau wafat.
A. Sosial Budaya
Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad ﷺtelah membawa bangsa Arab yang
semula terbelakang dan tidak dikenal menjadi maju dan terkenal di dunia. Peristiwa penting
yang memperlihatkan kebijaksanaan Muhammad ﷺterjadi ketika perbaikan Ka’bah
yang dilakukan secara gotong royong dan mnjadi perselisihan tentang siapa yang berhak
melakukan tugas terakhir dan terhormat. Nabi Muhammad ﷺdipilih menjadi hakim dan
berhasil menyelesaikan perselisihan dengan bijaksana. Selain sebagai pemimpin agama, Nabi
Muhammad ﷺjuga seorang negarawan, pemimpin politik, dan administrasi yang cakap.
Hanya dalam waktu sebelas tahun menjadi pemimpin politik, beliau berhasil menundukkan
Jazirah Arab ke dalam kekuasaannya. Nabi Muhammad ﷺwafat pada hari Senin, 12
Robiul Awal 11 H/8 Juni 632 M.
B. Ekonomi
1. Zakat
2. Jizyah
3. Kharaj
Resume Materi 02
Setelah wafatnya Nabi Muhammad ﷺ, masalah politik pertama yang muncul
adalah siapa penggantinya sebagai kepala pemerintahan dan bagaimana sistem
pemerintahaannya. Nabi telah menganjurkan prinsip musyawarah dan dengan
musyawarah Abu Bakar terpilih sebagai khalifah pertama berdasarkan hasil keputusan
umat islam di Tsaqifah Bani Sa’idah.
Biografi
Abu Bakar Ash-Shiddiq adalah salah satu sahabat Nabi Muhammad ﷺ, lahir pada
tahun 573 M dan wafat pada tanggal 23 di akhir tahun 13 H, pada usia 63 tahun, dan
lebih muda dari Nabi Muhammad 3 ﷺtahun. Ia diberi julukan Abu Bakar karena
masuk islam pertama kali dan gelar Ash-Shiddiq karena selalu membenarkan semua hal
yang dibawa Nabi terutama pada saat isra mi’raj.
Setelah kematian Rosulullah ﷺ, tidak ada wasiat mengenai penggantinya. Para
sahabat kemudan bermusyawarah di Tsaqifah Bani Sa’idah untuk memilih pengganti.
Keputusan ini diprakarsai oleh kaum Anshar dan menunjukkan kesadaran politik mereka.
Sistem Politik Islam Masa Khalifah Abu Bakar
Kebijakan politik Abu Bakar mencakup pengiriman pasukan ke Romawi sesuai rencana
Rosululloh ﷺ dan menangani kemunafikan serta kemurtadan. Kebijakan
pemerintahan mencaup musyawarah sebagai dasar pemerintahan, pengelolaan Baitul
Mal, konsep pemerintahan, dan kekuasaan undang-undang.
Biografi
Berlatar belakang dari asal usul Adiy di bangsa Quraisy, dengan ibunyabernama
Hantamah binti Hisyam. Dia dilahirkan 14 tahun setelah kelahiran Nabi Muhammad
ﷺatau sekitar 4 tahun sebelum perang Fijjar.
Secara etimologi Ahlul hall Wal aqdi adalah lembaga penengah dan pemberi fatwa.
sedangkan menurut terminologi adalah wakil-wakil rakyat yang duduk sebagai anggota
Majelis Syuro yang terdiri dari Alim ulama dan kaum cerdik (cendekiawan) yang menjadi
pemimpin-pemimpin rakyat yang dipilih atas mereka. dinamakan Ahlul hall wal aqdi
untuk menekankan wewenang mereka guna menghapuskan dan membatalkan.
penjelasan tentangnya merupakan deskripsi umum saja karena dalam pemerintahan
Islam badan ini belum dapat dilaksanakan.
Perluasan Wilayah
Umar setelah mengalahkan para pembangkang dan melanjutkan ekspedisi militer
yang dimulai oleh pendahulunya, berhasil menaklukkan Damaskus, Ibukota Suriah pada
tahun 635 M, kurang dari 1 tahun setelah ia menjadi khalifah. Tindakannya ini menandai
kesuksesan dalam perluasan wilayah kekuasaan islam.
Kekhalifahan Umar merupakan periode abad emas islam yang dipimpin oleh Khalifah
Umar Bin Khotthob. Ia mengikuti Langkah-langkah Rosululloh dan memperluas
pengembangan islam dengan profesionalisme. Umar adalah pendiri sistem politik islam
yang menerapkan hukum-hukum ilahiyah sebagai code (kitab undang-undang) dalam
masyarakat islam. Karena jasanya, ia dianggap sebagai pendiri Daulah Islamiyah tanpa
mengabaikan jasa khalifah sebelumnya.
Khalifah Abu Bakar memimpin penaklukan awal di jazirah dan memperluas wilayah
islam hingga mencapai Syria, meskipun kegagalan terjadi di wilayah Byzantium. Kemudia,
Khalifah Umar memimpin penaklukkan ke wilayah Persia, Byzantium, dan Mesir dalam
waktu singkat, yang menandai kemenangan bangsa Arab atas bangsa Persia yang
memang terlibat dalam permusuhan sejak lama. Oleh karena itu, pemerintahan Khalifah
Umar dikenal sebagai pemerintahan Arab.
Khalifah Umar terkenal sebagai khalifah yang berani dan dermawan. Beliau lebih suka
membangun daerah baru yang jauh dari kota yang ditaklukkan, sebagai pusat kerajaaan
baru. Berdasarkan konsep tersebut, Khalifah Umar mendirikan Kota Bashroh pada tahun
16 H, Kufah pada tahun 17 H, dan Fustat pada tahun 19 H yang sekarang menjadi Kairo
kuno.
Lembaga Perpajakan
Setelah wilayah kekuasaan islam meliputi Persia, Irak, Syria, dan Mesir, masalah
utama yang dihadapi adalah pembiayaan. Untuk mengatasi ini, institusi perpajakan
dibentuk sebagai kebutuhan bagi pemerintah dalam mengatur pemasukan dan
pengeluaran. Ibnu Khadim menyatakan pentingnya perpajakn sebagai sumber
pendanaan bagi pemerintah yang terus berjuang menyebarkan islam ke wilayah
tetangga.
Biografi
Utsman bin Affan lahir di Makkah pada tahun 573 M dan dikenal dengan kecerdasan,
kejujuran dan keshalehannya sejak kecil. Dia masuk islam pada usia 34 tahun dan
Bersama Abu Bakar, dia menjadi salah satu sahabat yang paling dekat dengan Nabi
Muhammad ﷺ. Meskipun mendapat tantangan dari pamannya, dia tetap pada
pendiriannya dan sempat disiksa dengan sangat kejam. Pada saat seruan hijrah ke
Habsyi, Utsman bin Affan menjadi salah satu dari sahabat Nabi yang berhijrah ke sana.
Proses Kekhalifahan
Pada masa kekhalifahan Umar bin Khotthob, sebuah dewan musyawarah dibentuk
saat ia sakit yang terdiri dari Ali bin Abi Thalib, Utsman bin Affan, Sa’ad bin Abi Waqqas,
Thalhah bin Ubaidillah, Zubair bin Awwam, dan Abdur Rahman bin Auf. Puta Umar,
Abdullah, ditambahkan ke dalam komisi tersebut tetapi hanya punya hak pilih. Dewan
tersebut dikenal sebagai ahlul Halli wal Aqdi dengan tugas menentukan siapa yang layak
menjadi penerus Khalifah Umar bin Khatthab dalam memerintah umat islam. Tujuan
suksesi pemilihan khalifah ini adalah untuk menyatukan Kembali kesatuan umat islam
yang pada saat itu menunjukkan adanya indikasi disintegrasi.
Perluasan Wilayah
Setelah khalifah Umar bin Khoththob meninggal, beberapa daerah membelot dari
pemerintah islam karena dipimpin oleh mantan pemimpin sebelum daerah itu masuk ke
dalam kekuasaan islam. Mereka ingin mengembalikan kekuasaannya. Kaisar Yazdigard
mencoba menghasut masyarakat Persia untuk memberontak terhadap penguasa islam.
Namun, pemerintahan islam berhasil menghentikan pemberontakan dan memperluas
wilayahnya ke beberapa kota besar seperti Hisrof, Kabul, Gasna, Balkh, dan Turkistan.
Hudzaifah bin Aliaman ikut serta dalam perang di Armenia dan Azarbeijan melawan
penduduk Irak, dan ia melihat banyak perbedaan dalam cara membaca al-Qur’an. Ada
bacaan yang tercampur dengan kesalahan dan saling mengkafirkan. Hudzaifah
melaporkan hal ini kepada Khalifah Utsman dan para sahabt khawatir perbedaan bacaan
tersebut akan membawa perpecahan dan penyimpangan pada kaum muslimin. Mereka
sepakat untuk menyalin lembaran pertama al-Qur’an yang disimpan oleh Hafshah, istri
Rasululloh ﷺdan menyatukan umat islam dengan satu bacaan yang tetap pada satu
huruf. Ini menjadi awal dari standarisasi al-Qur’an dan penghapusan perbedaan bacaan.
Biografi
Khalifah Ali bin Abi Thalib adalah Amirul mukminin keempat yang merupakan saudara
sepupu Nabi Muhammad ﷺdan menantu Nabi Muhammad ﷺmelalui
perkawinannya dengan putri Rosululloh Bernama Fathimah. Beliau dikenal sebagai orang
yang alim, cerdas, dan taat beragama. Khalifah Ali bin Abi Thalib juga merupakan orang
pertama yang masuk islam dari kalangan anak-anak.
Menut Thabrani, setelah Ali terpilih sebagai khalifah, ia mengeluarkan dua kebijakan
politik yang radikal, yaitu memecat kepala daerah angkatn Utsman dan menggantikannya
dengan gubernur baru, serta mengambil Kembali tanah yang sebelumnya dibagikan oleh
Utsman kepada keluarga dan kerabatnya tanpa alasan yang sah.
Perang Jamal
Masa pemerintahan Ali bin Abi Thalib yang tidak stabil karena banyak pergolakan
yang terjadi. Setelah menjadi khalifah, Ali memecat gubernur yang diangkat oleh Khalifah
Utsman karena keteledoran mereka yang menjadi penyebab pemberontakan. Ali juga
menarik kembali tanah yang dihadiahkan oleh Utsman karena penduduk dan memakai
kembali sistem distribusi pajak tahunan antara orang-orang islam seperti yang pernah
diterapkan oleh Khalifah Umar bin Khaththab.
Perang Shiffin
Perang Nahrawan
Sebelum perang diumumkan, Khalifah Ali masih punya harapan untuk menyadarkan
kaum Khawarij. Dan dia memberikan amnesti bersyarat yang berbunyi: barang siapa
pulang kembali ke Kufah, akan memperoleh jaminan keamanan. Sejarah mencatat
setelah itu 500 orang di antara mereka ber-iktijal sebagian pulang ke Kufah dan sebagian
lagi pindah ke pihak Ali sehingga kelompok Khawarij tinggal 1.800 orang. Dengan begitu
pecahlah perang Nahrawan, korban berjatuhan dari pihak Ali karena keberanian
kelompok Khawarij sangatlah terkenal, walaupun demikian kemenangan berada di pihak
Ali dan tokoh/pemuka Khawarij, Mus’ar al-Tamimi, Abdullah Ibn Wahab tewas dalam
peperangan ini.
Hasan Ibnu Ali, putra sulung Ali bin Abi Thalib RA. Diangkat secara spontan oleh
orang-orang Kufah sebagai khalifah setelah kematian ayahnya. Tidak ada bukti adanya
pertentangan terhadap penobatannya. Penunjukan Hasan sebagai Khalifah dilakukan
karena hampir semua sahabat istimewa Rosulullah dan anggota elit terkemuka dalam
masyarakat islam telah wafat. Selain itu, rakyat Makkah dan Madina tidak akan
menerima Mu’awiyah sebagai pemimpin mereka karena bapaknya, Abu Sufyan, dianggap
telah menentang Rosululloh semasa hidupnya.
Resume Materi 03
dan Abbasiyah
A. Dinasti Umayyah
I. Daulah Umayyah I
Ia lahir di Madinah pada tahun 26 H pada masa pemerintahan Utsman Bin Affan.
Beliau berhasil memadamkan banyak pemberontakan dan menata administrasi
pemerintahan. Setelah menumpas pemberontakan, suasana politik menjadi tenang
sehingga memberikan kesempatan kepada Abdul Malik membenahi pemerintahannya.
3 Pembenahan yang Dilakukan
1. Ilmu Tafsir
2. Ilmu Hadits
3. Ilmu Fiqh
4. Ilmu Kalam
5. Ilmu Tasawuf
Damaskus, ibu kota Kerajaan Romawi di Syam sebelum islam, direnovasi oleh
Muawiyah dengan Gedung-gedung indah, jalan, dan taman rekreasi. Muawiyah juga
membangun istana hijau di Miyata yang diperbaharui oleh Walid bin Abd al-Malik pada
tahun 704. Uqbah bin Nafi membangun Kota Kairawan di Afrika Utara dengan arsitektur
islam dan fasilitas seperti masjid, taman rekreasi, dan pangkalan militer.
Kota ini menjadi kota internasional dengan berbagai etnis yang tinggal di dalamnya.
Selama masa pemerintahan al-Walid, masjid Damaskus dibangunoleh Abu Ubaidah bin
Jarrah, sedangkan Khalifah Abd al-Malik memperluas masjid al-Haram dan al-Walid
memperindah Masjid Nabawi dengan arsitektur Syria di bawah pengawasan Umar bin
Abd Aziz.
Masa Kehancuran Daulah Umayyah I
A. Faktor Internal
1. Adanya system monarki pada masa Yazid bin Abdul Malik
2. Perang saudara antara Bani Umayyah
B. Faktor Eksternal
1. Diskriminasi pada kaum Mawal
2. Konflik Qais dan Yaman
3. Diskriminasi kaum Syi’ah
4. Pemberontakan Bani Abbasiyah
Daulah Umayyah di Spanyol di dirikan oleh seorang yang berasal dari keluarga Bani
Umayyah yang selamat dari bantaian Dinasti Abbasyiah, Abdurrahman I. Ia berangkat ke
Spanyol pada tahun 755M. Pribadinya yang baik dan nama keluargnya yang terkenal
membuat ia disambut hangat dan memperoleh dukungan rakyat setempat. Kemudian ia
menyatakan dirinya sebagai penguasa Spanyol pada tahun 756M. Sebagai seorang amir
yang merdeka dari kekuasaan Daulah Abbasyiah di Baghdad. Maka setelah 6 tahun
jatuhnya Dinasti Umayyah I di Syiria, berdirilah Dinasti Umayyah II di Spanyol. Dengan
Cordova sebagai pusat pemerintahannya.
Tidak ada pemberontakan yang terjadi saat itu, karena Abdurrahman III sangat
menjaga sistem keamanan dengan ketat. Abdurrahman juga membelanjakan sepertiga
pendapatan negara setiap tahun untuk kemajuan ilmu pengetahuan, kesenian dan
kebudayaan. Universitas-universitas juga mengalami perkembangan yang pesat. Bahkan
Cordova saat itu memiliki 75 perpustakaan.
1. Ilmu filsafat
Tokoh utama: Abu Bakar Muhammad bin al-Sayyigh (Ibn Bajjah). Abu Bakar ibn
Thufail (Ibnu Thufail).
2. Sains
Tokoh
- Kedokteran: Ahmad bin Ibas, Ummi al-Hasan binti Abi Ja’far
- Ilmu kimia dan astronomi: Abbas bin Farnas, Ibrahim bin Yahya al-Naqqash
3. Sejarah dan Geografi
Tokoh: Ibnu Jubeir (dari Valencia), Ibnu Batutah (dari Tangier), Ibn al-Khatib, Ibnu
Khaldun (dari Tunis).
4. Ilmu Fiqh
5. Musik dan kesenian
Tokoh: al-Hasan bin Nafi’
6. Arsitektur
Faktor internal
Factor Eksternal
B. Dinasti Abbasiyah
Pemerintahan bani Umayyah dianggap korup dan sekuler sehingga muncul tiga
kelompok yang memberontak, yaitu muslim syiah, Khawarij. Pada pertengahan abad 8,
Gerakan oposisi yang dipimpin oleh Ali bin Abdullah muncul dengan tujuan
menumbangkan pemerintahan Bani Umayyah. Gerakan ini menyebar para
propogandist dengan tema al-musawah(persamaan kedudukan) dan al-ishlah
(perbaikan) ke daerah mayoritas muslim non arab dan kelompok sunni. Gerakan
awalnya rahasia, namun berubah menjadi terang-terangan setelah dipimpin oleh
Ibrahim bin Muhammad. Setelah dihadang oleh pasukan bani Umayyah di Karbala,
pasukan Gerakan ini berhasil merebut kota Kufah dan memproklamirkan Abdul Abbas
sebagai khalifah pertama dinasti abbasiyah. Dalam perang antara pasukan dinatsi bani
umayyah dan dinasti abbasiyah, pasukan dinasti bani umayyah mengalami kekalahan
dan khalifah Marwan terbunuh. Setelah itu, dinasti abbasiyah resmi berdiri di bawah
pimpinan abdul abbas.
c. Perkembangan Peradaban
1. Dinasti Al-Murabitun
Dinasti Al-Murabitun atau Almoravid adalah dinasti islam abad 11 yang didirikan
oleh Abdullah ibn Yahya di Maroko dan al-Andalus sebagai reaksi terhadap pemikiran
liberal dan kecenderungan beragama yang lebih longgar pada masa itu. Mereka
memimpin wilayah Maroko dan Al-Andalus pada masa kemakmuran dan kemajuan
ekonomi, seni, dan arsitektur. Namun, pada abad 12, dinasti al-Murabitun mengalami
kemunduran akibat perpecahan dan serangan dari bangsa Almohad. Pada tahun
1147, dinasti al-Murabitunruntuh dan digantikan oleh dinasti Almohad, namun
pengaruh mereka tetap ada dalam masyarakat Muslim di Maroko dan Al-Andalus.
2. Dinasti al-Muwahhidun
Dinasti Al-Muwahhidun atau Almohad adalah sebuah dinasti Islam yang didirikan
pada abad ke-12 di Maroko dan Al-Andalus (Spanyol dan Portugal saat ini). Dinasti ini
didirikan oleh seorang pemimpin agama bernama Ibn Tumart pada tahun 1120-an.
Dinasti Al-Muwahhidun menjadi kuat pada masa pemerintahan Abu Yusuf Yaqub al-
Mansur pada pertengahan abad ke-12. Di bawah kepemimpinannya, dinasti ini
berhasil memperluas wilayah kekuasaannya hingga mencakup sebagian besar Al-
Andalus dan Aljazair saat ini.
Pada masa pemerintahan Al-Mansur, dinasti Al-Muwahhidun membangun
beberapa karya arsitektur yang terkenal, seperti Menara Koutoubia di Marrakesh,
Maroko. Namun, pada akhir abad ke-12, dinasti Al-Muwahhidun mengalami
kemunduran akibat pemberontakan lokal dan serangan dari bangsa Kristen. Pada
akhirnya, dinasti ini runtuh pada tahun 1269 dan digantikan oleh dinasti Marinid.
Meskipun begitu, warisan dan pengaruh dinasti Al-Muwahhidun tetap terlihat pada
masyarakat Muslim di Maroko dan Al-Andalus.
3. Dinas Idrisiyah
Dinasti Idrisiyah adalah sebuah dinasti Islam yang didirikan pada abad ke-8 di
Maroko dan menjadi pionir dalam pembentukan kerajaan independen pertama di
Afrika Utara. Dinasti ini didirikan oleh Idris bin Abdullah, seorang keturunan Nabi
Muhammad yang berasal dari keluarga Hasan bin Ali. Dinasti Idrisiyah
mengembangkan Maroko sebagai pusat kebudayaan dan keagamaan. Mereka
membangun kota-kota baru, seperti Fes dan Marrakesh, yang menjadi pusat kegiatan
keagamaan dan perdagangan. Selain itu, dinasti ini juga memperkenalkan sistem
pendidikan Islam dan menyediakan dukungan finansial bagi para ulama dan
cendekiawan.
Di bawah pemerintahan dinasti Idrisiyah, Maroko mencapai masa kejayaannya
sebagai pusat perdagangan dan kebudayaan di Afrika Utara. Mereka mengadopsi
berbagai inovasi di bidang pertanian, perdagangan, industri, dan memperluas
pengaruh kekuasaannya hingga ke wilayah Andalusia. Namun, pada akhir abad ke-11,
dinasti Idrisiyah mengalami kemunduran akibat perselisihan internal dan serangan
dari bangsa Almoravid yang lebih kuat. Pada akhirnya, dinasti ini runtuh pada tahun
1160 dan digantikan oleh dinasti Almohad. Meskipun begitu, warisan dan pengaruh
dinasti Idrisiyah terus berlanjut pada masyarakat Maroko hingga saat ini.
4. Dinasti Aghlabiyah
Dinasti Aghlabiyah adalah dinasti yang berkuasa di wilayah Ifriqiya (sekarang
bagian dari Tunisia, Aljazair, dan Libya) dari tahun 800-909 M. Dinasti ini didirikan
oleh Ibrahim ibn al-Aghlab, seorang gubernur yang diangkat oleh Khalifah Abbasiyah
pada masa itu. Pada awalnya, Dinasti Aghlabiyah bertanggung jawab untuk
melindungi wilayah Ifriqiya dari serangan Viking dan Bizantium. Namun, mereka
kemudian memperluas kekuasaannya ke Sisilia dan bahkan menaklukkan wilayah-
wilayah di Spanyol selatan.
Selama masa pemerintahan Dinasti Aghlabiyah, wilayah Ifriqiya menjadi pusat
kebudayaan dan perdagangan yang penting di dunia Islam. Mereka juga membangun
banyak struktur dan monumen, termasuk masjid-masjid, istana, dan benteng-
benteng. Namun, pada akhirnya Dinasti Aghlabiyah melemah karena tekanan dari
berbagai kelompok seperti Fatimiyah dan suku-suku Berber. Pada tahun 909 M,
Dinasti Aghlabiyah akhirnya digulingkan oleh suku Berber dan digantikan oleh dinasti
yang baru. Meskipun demikian, pengaruh Dinasti Aghlabiyah tetap terlihat hingga
saat ini, terutama dalam arsitektur dan seni Islam di Tunisia.
5. Dinasti Samaniyah
Dinasti Samaniyah (875-999 M) adalah sebuah dinasti yang memerintah di wilayah
Khorasan (sekarang termasuk Iran, Turkmenistan, Uzbekistan, dan Afghanistan).
Dinasti ini didirikan oleh seorang pemimpin militer bernama Saman Khuda pada awal
abad ke-9 M. Dinasti Samaniyah merupakan dinasti Persia yang memerintah di
bawah kekuasaan Khurasan selama hampir dua abad. Dinasti ini juga dikenal sebagai
pendukung agama Islam dan memiliki kebijakan toleransi terhadap agama-agama
lain yang dianut oleh rakyatnya.
Selama masa pemerintahan Dinasti Samaniyah, Khorasan menjadi pusat
kebudayaan, perdagangan, dan seni. Mereka membangun banyak infrastruktur,
termasuk jalan-jalan, jembatan, bendungan, dan masjid-masjid yang megah. Namun
pada akhir abad ke-10 M, Dinasti Samaniyah mulai mengalami kemerosotan karena
serangan dari bangsa Turk. Pada tahun 999 M, dinasti ini akhirnya runtuh dan wilayah
kekuasaannya dikuasai oleh Kekaisaran Ghaznavi yang didirikan oleh Sultan Mahmud.
Meskipun demikian, Dinasti Samaniyah tetap dianggap sebagai periode yang penting
dalam sejarah Khorasan dan peradaban Islam di Asia Tengah.
6. Dinasti Safariyah
Dinasti Safariyah atau Safawiyah (1501-1722) adalah sebuah dinasti yang
memerintah di Iran selama hampir dua abad. Dinasti ini didirikan oleh seorang
pemimpin sufi yang bernama Shah Ismail I pada tahun 1501 M. Dinasti Safariyah
dikenal sebagai masa keemasan Iran karena mereka berhasil mempersatukan
sebagian besar wilayah Iran yang sebelumnya terpecah-pecah menjadi beberapa
negara kecil. Selama masa kekuasaan mereka, Iran menjadi pusat seni, budaya, dan
ilmu pengetahuan di dunia Islam.
Dinasti Safariyah juga terkenal karena seni dan budayanya. Mereka mendukung
seni sastra, seni lukis, seni musik, dan seni arsitektur. Arsitektur masa Dinasti
Safariyah sangat mencolok dengan gaya bangunan yang megah dan kaya akan hiasan-
hiasan yang indah. Namun, pada akhir abad ke-17, Dinasti Safariyah mengalami
kemerosotan dan sering terlibat konflik dengan negara-negara tetangga. Pada tahun
1722 M, dinasti ini akhirnya runtuh dan dijatuhkan oleh pasukan Utsmaniyah.
Meskipun demikian, Dinasti Safariyah tetap dianggap sebagai periode yang penting
dalam sejarah Iran dan peradaban Islam di dunia.
7. Dinasti Tulun
Dinasti Tulun adalah sebuah dinasti yang memerintah di Mesir dan Suriah pada
abad ke-9 Masehi. Dinasti ini didirikan oleh Ahmad ibn Tulun pada tahun 868 M dan
berkuasa hingga tahun 905 M. Selama masa pemerintahannya, Ahmad ibn Tulun
berhasil memperluas wilayah kekuasaannya hingga mencakup Palestina dan sebagian
kecil wilayah Hijaz. Ia juga membangun kota baru bernama al-Qata'i dan
memperindah kota-kota lain di Mesir dan Suriah. Dinasti Tulun dikenal karena
kebijakan-kebijakan ekonomi dan sosialnya yang pro-rakyat.
Di bidang seni dan budaya, Dinasti Tulun dikenal karena mendukung seni kaligrafi
dan seni arsitektur. Mereka membangun masjid-masjid megah dan istana-istana yang
indah. Namun, setelah Ahmad ibn Tulun meninggal pada tahun 884 M, Dinasti Tulun
mengalami kemerosotan dan melemah secara bertahap. Pada akhirnya, pada tahun
905 M, dinasti ini digulingkan oleh Dinasti Abbasiyah dan Mesir kembali berada di
bawah kekuasaan pusat di Baghdad. Meskipun demikian, Dinasti Tulun tetap
dianggap sebagai periode penting dalam sejarah Mesir dan peradaban Islam di Timur
Tengah.
8. Dinasti Hamadaniyah
Dinasti Hamdaniyah (890-1004) adalah sebuah dinasti yang memerintah di
wilayah utara dan timur laut Yaman selama hampir dua abad. Dinasti ini didirikan
oleh seorang pangeran dari suku Hamdan bernama Ali ibn Abdullah pada tahun 893
M. Pada awalnya, Dinasti Hamdaniyah hanya memerintah di wilayah sekitar kota
San'a di Yaman utara. Namun, mereka berhasil memperluas wilayah kekuasaannya
hingga mencakup wilayah Oman dan Hijaz di Arab Saudi. Selama masa kekuasaannya,
Dinasti Hamdaniyah menjadi kekuatan besar di wilayah Arab.
Dinasti Hamdaniyah dikenal sebagai dinasti yang sangat mencintai seni dan
budaya. Meskipun Dinasti Hamdaniyah berhasil mencapai masa kejayaannya, mereka
mengalami kemerosotan pada abad ke-10 M. Serangan dari kerajaan-kerajaan
tetangga seperti Kerajaan Abbasiyah dan Kerajaan Himyar, serta persaingan antar
suku-suku Arab menjadi penyebab dari kehancuran Dinasti Hamdaniyah pada tahun
1004 M. Meskipun begitu, warisan mereka tetap dikenang hingga kini, terutama
dalam bidang seni, ilmu pengetahuan, dan arsitektur.
9. Dinasti Buwaihi
Dinasti Buwaihi (945-1055) adalah sebuah dinasti yang memerintah di Iran, Irak,
dan sebagian wilayah Arab pada abad ke-10 dan ke-11 M. Dinasti ini didirikan oleh
dua bersaudara, yakni Ali ibn Buya dan Hasan ibn Buya, yang merupakan pemimpin
suku Daylam. Pada awalnya, Dinasti Buwaihi adalah pasukan bayaran dari
Kekhalifahan Abbasiyah di Baghdad. Namun, kemudian mereka memberontak dan
berhasil merebut kekuasaan di wilayah-wilayah yang sebelumnya dikuasai oleh
Abbasiyah.
Selama masa pemerintahannya, Dinasti Buwaihi berhasil memperluas wilayah
kekuasaannya hingga mencakup seluruh Irak, Khuzestan, dan sebagian wilayah Arab
Saudi dan Kuwait. Namun, pada abad ke-11 M, Dinasti Buwaihi mengalami
kemerosotan. Mereka terlibat dalam persaingan kekuasaan dengan Dinasti Seljuk,
dan akhirnya kekuasaan mereka berakhir pada tahun 1055 M ketika Dinasti Seljuk
berhasil merebut kekuasaan di wilayah yang sebelumnya dikuasai oleh Dinasti
Buwaihi.
10. Dinasti Saljuk
Dinasti Saljuk (1040-1194) adalah sebuah dinasti Muslim yang didirikan oleh
Tughril Beg pada tahun 1040 M. Dinasti ini berpusat di Persia dan menguasai wilayah
yang luas yang meliputi sebagian besar Asia Barat, Asia Tengah, dan Timur Tengah
pada masa pemerintahannya. Dinasti Saljuk didirikan oleh Tughril Beg, seorang
komandan militer dari suku Oghuz Turk, yang memimpin pasukan untuk membantu
mengatasi krisis politik di Kekhalifahan Abbasiyah. Setelah berhasil memulihkan
kekuasaan Kekhalifahan Abbasiyah, Tughril Beg mendirikan dinasti Saljuk dan
menetapkan ibu kotanya di Isfahan, Iran.
Selama masa kekuasaannya, Dinasti Saljuk mencapai kejayaannya dan dikenal
sebagai periode yang makmur dan maju dalam sejarah Islam. Namun, pada akhirnya
Dinasti Saljuk juga mengalami kemerosotan. Persaingan kekuasaan antara anggota
keluarga Dinasti Saljuk melemahkan kekuatan mereka, dan invasi Mongol pada abad
ke-13 M menyebabkan Dinasti Saljuk runtuh dan digantikan oleh berbagai negara dan
kekuatan baru. Meskipun begitu, Dinasti Saljuk tetap dikenang sebagai periode yang
penting dalam sejarah Islam dan sejarah dunia, karena kontribusi mereka, terutama
dalam memperluas wilayah kekuasaan Muslim di wilayah Asia Barat dan Timur
Tengah.
11. Dinasti Ayyubiyah
Dinasti Ayyubiyah (1171-1260) adalah sebuah dinasti Muslim yang didirikan oleh
Salahuddin al-Ayyubi atau dikenal juga sebagai Saladin. Dinasti ini berpusat di Mesir
dan menguasai wilayah-wilayah di Timur Tengah dan Afrika Utara pada masa
kekuasaannya. Selama masa kekuasaannya, Dinasti Ayyubiyah mencapai kejayaannya
dan dikenal sebagai periode yang makmur dan maju dalam sejarah Islam. Salahuddin
dan Dinasti Ayyubiyah berhasil menegakkan kembali kekuasaan Muslim di wilayah
Timur Tengah dan Afrika Utara, serta menjalin hubungan diplomatik dengan
kekuatan-kekuatan Eropa.
Namun, pada akhirnya Dinasti Ayyubiyah juga mengalami kemerosotan.
Persaingan kekuasaan antara anggota keluarga Dinasti Ayyubiyah melemahkan
kekuatan mereka, dan invasi Mongol pada abad ke-13 M menyebabkan Dinasti
Ayyubiyah runtuh dan digantikan oleh berbagai negara dan kekuatan baru. Meskipun
begitu, Dinasti Ayyubiyah tetap dikenang sebagai periode penting dalam sejarah
Islam dan sejarah dunia, karena kontribusi mereka dalam memperkuat kekuasaan
Muslim di wilayah Timur Tengah dan Afrika Utara, serta memajukan berbagai bidang
seperti ekonomi, ilmu pengetahuan, dan seni dan budaya.
12. Dinasti Delhi
Dinasti Delhi adalah sebuah dinasti Muslim yang memerintah di wilayah India
Utara dari abad ke-13 hingga abad ke-16 M. Dinasti ini didirikan oleh Qutbuddin
Aibak, seorang jenderal dari Kesultanan Ghurid yang merebut wilayah Delhi pada
tahun 1206 M. Selama masa kekuasaannya, Dinasti Delhi mengalami masa keemasan
dan kemerosotan. Beberapa sultan Dinasti Delhi dikenal sebagai penguasa yang
mampu memperluas wilayah kekuasaan, membangun infrastruktur dan memajukan
kebudayaan dan ilmu pengetahuan. Di bawah kepemimpinan Sultan Muhammad bin
Tughlaq (1325-1351 M), Dinasti Delhi mengalami perluasan wilayah kekuasaan yang
paling besar dan pemerintahan mereka mencapai puncaknya.
Dinasti Delhi kemudian mengalami kemerosotan akibat invasi oleh Mongol dan
kemerosotan ekonomi. Wilayah kekuasaan Dinasti Delhi kemudian diambil alih oleh
Kekaisaran Mughal pada abad ke-16 M. Selama masa kekuasaannya, Dinasti Delhi
juga memberikan dampak signifikan terhadap sejarah dan kebudayaan India. Dinasti
Delhi menghadirkan pengaruh kebudayaan Islam di India dan memperkenalkan
arsitektur Islam, seperti Taj Mahal, yang menjadi ikon kebudayaan India hingga kini.
Selain itu, Dinasti Delhi juga memberikan kontribusi pada bidang ilmu pengetahuan,
seperti matematika, astronomi, dan kedokteran.
13. Mamluk Mesir
Dinasti Mamluk Mesir (1250-1382) adalah dinasti muslim yang didirikan oleh para
jenderal Mamluk. Mereka berhasil merebut kekuasaan dari Dinasti Ayyubiyah dan
mempertahankan wilayah Mesir dari serangan bangsa Mongol serta memperluas
wilayah kekuasaan hinggake wilayah Palestina, Suriah, dan Irak. Selama masa
kekuasaannya, terjadi kemajuan dalam bidang seni, arsitektur, sastra, dan ilmu
pengetahuan. Namun, mereka juga mengalami konflik internal dan sering berseteru
antara satu sama lain. Dinasti mamluk Mesir diakhiri oleh invasi dari kekaisaran
Utsmaniyah pada tahun 1517 M.
Resume Materi 05
Sejarah berdirinya
Dinasti safawiyah berdiri pada tahun 1503-1722 Masehi sebagai hasil dari gerakan tarekat
Safawiyah yang berasal dari Ardabil, Azerbaijan. Gerakan ini awalnya merupakan sebuah
gerakan tasawuf, namun kemudian berkembang menjadi gerakan politik yang berhasil
mendirikan sebuah kerajaan. Pendiri gerakan ini bernama Safi Al-Din, seorang sufi yang
berasal dari keturunan Imam Syiah keenam bernama Musa al-Kazim. Safi al-Din menjadi
menantu dari guru sufinya, Syekh Taj al-Din Ibrahim Zahidi (Zahid al-Ghilani), karena prestasi
dan ketekunannya dalam kehidupan tasawuf.
Dinasti Fathimiyah adalah sebuah Dinasti Muslim Syi’ah yang didirikan pada tahun 909
Masehi di Afrika Utara oleh Abdullah al-Mahdi Billah. Dinasti ini berpusat di Kairo, Mesir dan
menjadi kekuatan penting dalam dunia Muslim pada abad ke-10 dan 11 masehi.
Abdullah al-Mahdi Billah awalnya adalah seorang Dai dari Afrika Utara yang dipilih oleh
imam Syi’ah Fathimah az-Zahro untuk memimpin gerakan keagamaan disana. Setelah
mendapatkan dukungan dari banyak pengikut, beliau kemudian mengumumkan pendirian
dinasti ini.
Selama masa kekuasaannya, dinasti ini melakukan ekspansi wilayah dan berhasil merebut
kekuasaan sebagia besar wilayah Mesir, Libya, Tunisia, dan Sisilia. Dinasti ini juga mencapai
kemajuan dalam bidang ilmu pengetahuan, seni, arsitektur, serta menjadi pusat intelektual
islam pada masa itu.
Namun dinasti ini mengalami krisis politik dan keuangan pada akhir abad 11 Masehi dan
akhirnya diakhiri oleh penaklukan oleh Dinasti Ayyubiyah pada tahun 1171 Masehi.
Meskipun begitu, dinasti ini tetap menjadi salah satu dinasti paling berpengaruh dalam
sejarah islam.
f. Pemahaman Agama
Secara tidak langsung dinasti ini sebenarnya ingin mengembangkan doktrin-doktrin
syi’ah di tengah-tengah masyarakat, namun dengan berbagai pertimbangan mereka tidak
terlalu memaksa pemahaman ini harus diikuti oleh para penduduk, mereka bebas
beragama sesuai denga napa yang mereka yakini.
Al-Andalus (Spanyol dan Portugal sekarang) ditaklukkan oleh umat islam pada zaman
khalifah Bani Umayyah, al-Walid bin Abdul Malik. Pasukan islam yang sebelumnya telah
menguasai Afrika Utara berhasil menaklukkan sejumlah kota penting di Spanyol, dimulai
dengan kemenangan oleh Thariq bin Ziyad dan diikuti oleh pasukan di bawah pimpinan
Musa bin Nushair. Akhirnya, seluruh kota penting di Spanyol, termasuk bagian utaranya,
berhasil dikuasai oleh pasukan islam.
Pada masa pemerintahan Khalifah Umar bin Abdul Aziz, umat Islam melakukan
perluasan wilayah dengan sasaran daerah sekitar pegunungan Pirenia dan Prancis
Selatan. Al-Sam’ah yang dipercayakan sebagai pimpinan pasukan gagal dalam usahanya
dan terbunuh pada tahun 102 H. Selanjutnya, pimpinan pasukan diserahkan kepada
Abdurrahman bin Abdullah al-Ghafiqi yang menyerang kota Bordeaux dan Poitiers dan
mencoba menyerang kota Tours. Namun, ia ditahan oleh Charles Martel dalam
Pertempuran Tours, dan al-Ghafiqi terbunuh. Penyerangan ke Perancis gagal dan tentara
muslim mundur Kembali ke Spanyol.
Tokoh Pemimpin
Dinasti Umayyah di Andalusia berkuasa dari 711-1031 M dan dapat dibagi menjadi tiga
masa, yaitu penaklukan hingga tahun 755 M, masa Imarah, dan masa khilafah pada tahun
929-1021 M. Pada masa Khilafah, Hajib al-Mansur berkuasa selama 23 tahun dengan
kekuasaan penuh, sedangkan khalifahnya hanya sebagai perlambang. Nama asli Hajib al-
Mansur adalah Abu Amir Muhammad dan ia memakai gelar al-Mansur Billah. Hajib al-
Mansur adalah satu-satunya hajib yang memegang kekuasaan penuh dalam menjalankan
pemerintahan di masa Dinasti Umayyah di Baghdad dan Andalusia.
Peradaban Saracen yang maju di Spanyol Islam membuat orang-orang Moor sebagai
orang-orang paling beradab di Barat, meskipun dalam masa terpuruknya negara-negara
Taifa. Banyak suku, agama, dan ras yang hidup bersama-sama di Al-Andalus, dan masing-
masing menyumbang pada kemajuan intelektualnya. Al-Andalus memiliki perpustakaan
dan lembaga pendidikan yang banyak di kota-kota seperti Kordoba, yang membantu
dalam pertukaran ide dan inovasi. Sejarah intelektual al-Andalus terlihat dari banyaknya
ilmuwan islam dan Yahudi yang lahir dari sana. Pada saat itu, terjadi perseteruan antara
Bani Umayyah dan Bani Abbasiyah yang mendorong perpustakaan dan lembaga
pendidikan untuk berkembang di kota-kota al-Andalus untuk mengalahkan ibu kota
Abbasiyah Baghdad. Meskipun saling bersaing, kedua kekhalifahan ini mengizinkan
perjalanan antara mereka yang membantu penyebaran da pertukaran ide serta inovasi.
Kota Kordoba di abad ke-10 memiliki 700 masjid, 60.000 istana, dan 70 perpustakaan,
termasuk perpustakaan terbesar yang memiliki hingga 500.000 naskah. Di seluruh al-
Andalus, terdapat perpustakaan, penyalin, penjual buku, pembuat kertas, dan sekolah-
sekolah yang menerbitkan sekitar 60.000 buku setiap tahunnya. Sebagai perbandingan,
perpustakaan terbesar di Eropa kristen pada waktu itu hanya memiliki tak lebih dari 400
naskah, sementara Spanyol modern menerbitkan rata-rata 46.300 buku tiap tahunnya
menurut UNESCO.
Terdapat tiga catatan besar mengenai sebab keruntuhan peradaban Islam di Andalusia: