Anda di halaman 1dari 25

Khulafaur Rasyidin, Masa

Kepimimpinan Pasca-Rasulullah SAW


  

Pada era Abu Bakar Ash-Shiddiq, khalifah dipilih lewat musyawarah.


Foto: Islambook.net/ca

REPUBLIKA.CO.ID, Rasullulah SAW wafat pada 2 Rabiul Awal 11 H tanpa


meninggalkan surat wasiat kepada seseorang untuk eneruskan kepemimpinannya
(keKhalifahan). Sekelompok orang berpendapat bahwa Abu bakar lebih berhak atas
kekhalifahan karena Rasulullah meridhainya dalam soal-soal agama, salah satunya
dengan mengimami shalat berjamaah selama beliau sakit.

Oleh karena itu, mereka menghendaki agar Abu bakar memimpin urusan keduaniaan,
yakni kekhalifahan. Kelompok yang lain berpendapat bahwa orang yang paling berhak
atas kekhalifahan adalah Ahlul bait Rasulullah SAW, yaitu Abdullah bin Abbas atau Ali
bin Abu Thalib.

Selain itu, masih ada sekelompok lain yang berpendapat bahwa yang paling berhak
atas kekhalifahan adalah salah seorang kaum Quraisy yang termasuk dalam kaum
Muhajirin gelombang pertama. Kelompok lainnya berpendapat, bahwa yang paling
berhak atas kekhalifahan yaitu kaum Anshar. Ada tiga golongan yang bersaing keras
terhadap perebutan kepemimpinan ini, yaitu Anshar, Muhajirin dan keluarga Hasyim.
Dalam pertemuan dibalai pertemuan Bani Saidah di Madinah, kaum Anshar
mencalonkan Saad bin Ubadah, pemuka Kazraj, sebagai pemimpin umat. Sedangkan,
Muhajirin mendesak Abu Bakar sebagai calon mereka karena dipandang paling layak
untuk menggantikan nabi. Di pihak lain, terdapat sekelompok orang yang menghendaki
Ali bin Abi Thalib, karena nabi telah merujuk secara terang-terangan sebagai
penggantinya, di samping Ali merupakan menantu dan kerabat nabi.

Masing-masing golongan merasa paling berhak menjadi penerus nabi. Namun, berkat
tindakan tegas dari tiga orang, yaitu Abu Bakar, Umar bin Khattab, dan Abu Ubaidah
bin Jarrah yang dengan melakukan semacam kudeta (coup detat) terhadap kelompok,
memaksa Abu Bakar sendiri sebagai deputi nabi. Besar kemungkinan tanpa intervensi
mereka persatuan umat yang menjadi modal utama bagi hari depan komunitas muslim
yang masih muda itu berada dalam tanda tanya besar.

Dengan semangat ukhuwah Islamiyah, terpilihlah Abu Bakar, Ia adalah orang Quraisy
yang merupakan pilihan ideal karena sejak pertama menjadi pendamping nabi, ia
sahabat yang paling memahami risalah Muhammad, bahkan ia merupakan kelompok
as-sabiqun al-awwalun yang memperoleh gelar Abu Bakar Ash-Shiddiq.

Khalifah Abu Bakar Ash-Shiddiq (13/632-634 M)

Abu Bakar, nama lengkapnya ialah Abdullah bin Abi Quhafa AtTamimi. Dia memangku
jabatan khalifah selama dua tahun lebih sedikit, yang dihabiskannya terutama untuk
mengatasi berbagai masalah dalam negeri yang muncul akibat wafatnya nabi.
Terpilihnya Abu Bakar telah membangun kembali kesadaran dan tekad umat untuk
bersatu melanjutkan tugas tugas mulia nabi.

Ia menyadari bahwa kekuatan kepemimpinannya bertumpu pada komunitas yang


besatu ini, yang pertama kali menjadi perhatian khalifah adalah merealisasikan
keinginan nabi yang hampir tidak terlaksana, yaitu mengirimkan ekspedisi ke
perbatasan Suriah di bawah pimpinan Usamah. Hal tersebut dilakukan untuk
membalas pembunuhan ayahnya, Zaid, dan kerugian yang diderita oleh umat Islam
dalam perang Mutah.

Sebagian sahabat menetang kersa rencana ini, tetapi khalifah tidak peduli. Nyatanya
ekpedisi itu sukses dan membawa pengaruh positif bagi umat Islam, khususnya di
dalam membangkitkan kepercayaan diri mereka yang nyaris pudar.

Hal menarik dari Abu Bakar, bahwa pidato inaugurasi yang diucapkan sehari setelah
pengangkatannya, menegaskan totalitas kepribadian dan komitmen Abu Bakar
terhadap nilai-nilai Islam dan Strategi meraih keberhasilan tertinggi bagi umat
sepeninggal Rasulullah.

Wahai manusia! Aku telah diangkat untuk mengendalikan urusanmu,padahal aku


bukanlah orang yang terbaik diantaramu. Maka jikalau aku dapat menunaikan tugasku
dengan baik, bantulah (ikutlah) aku, tetapi jika aku nerlaku salah, maka luruskanlah!
Orang yang kamu anggap kuat, aku pandang lemah sampai aku dapat mengambil hak
dari padanya. Sedangkan orang yang kamu lihat lemah, aku pandang kuat sampai aku
dapat mengembalikan haknya kepadanya. Maka hendakklah kamu taat kepadaku
selama aku taat kepada Allah dan Rasul-Nya, namun bila mana aku tiada mematuhi
Allah dan Rasul-Nya, kamu tidak perlu mematuhiku," kata Abu bakar dalam pidato
inauguarsinya.

Kebijakan Abu Bakar selama memimpin, yaitu engiriman pasukan dibawah Pimpinan
Usamah ke Romawi, Memberantas Pembangkang zakat. Kemudian Perang Riddah
dan pengumpulan Al-Quran, Perluasan wilayah ke Irak, Syiria, Hirab, Memerangi Nabi
palsu, Kekuasaan bersifat sentralistik, legislatif, eksekutif dan yudikatif juga hukum
dipegang langsung oleh khalifah, beliau wafat pada hari Senin, 23 Agustus 624 M,
setelah lebih kurang selama 15 hari terbaring di tempat tidur. Ia berusia 63 selama
kekhalifahannya berlangsung 2 tahun 5 bulan 11 hari. karena sakit dan mewasiatkan
agar Umar menggantikan sepeninggalnya.

Umar Bin Khatthab (13-23 H/634-644 M)

Umat bin Khatthab nama lengkapnya adalah Umar Bin Khatthab bin Nufail keturunan
Abdul Uzza Al-Quraisy dari suku Adi; salah satu suku yang terpandang mulia. Umar
dilahirkan di Mekah empat tahun sebelum kelahiran Nabi SAW. Umar masuk Islam
pada tahun kelima setelah kenabian, dan menjadi salah satu sahabat terdekat Nabi
SAW. Kemudian oleh Rasulullah dijadikan sebagai tempat rujukan oleh nabi mengenai
hal-hal yang penting. Ia dapat memecahkan masalah yang rumit tentang siapa yang
berhak menggantikan Rasulullah dalam memimpin umat setelah wafatnya Rasulullah
SAW.

Dengan memilih dan menbaiat Abu Bakar sebagai khalifah Rasulullah sehingga ia
mendapat penghormatan yang tinggi dan dimintai nasihatnya serta menjadi tangan
kanan khalifah yang baru itu. Sebelum meninggal dunia, Abu Bakar telah menunjuk
Umar bin Khatthab menjadi penerusnya. Rupanya masa dua tahun bagi khalifah Abu
Bakar belumlah cukup menjamin stabilitas keamanan terkendali, maka penunjukkan ini
dimaksudkan untuk mencegah kemungkinan terjadinya perselisihan di kalangan
umatnya.
Umar bin Khatthab menyebut dirinya Khalifah Khalifati Rasulillah atau pengganti dari
pengganti Rasulullahh. Ia juga mendapat gelar Amir Al Mukminin (komandan orang-
orang beriman) sehubungan dengan penaklukan-penaklukan yang berlangsung pada
masa pemerintahannya. Khalifah Umar juga meletakkan prinsip-prinsip demokratis
dalam pemerintahannya dengan membangun jaringan pemerintahan sipil yang
sempurna.

Kekuasaan Umar tidak memberikan hak istimewa tertentu. Tiada istana atau pakaian
kebesaran, baik untuk Umar sendiri maupun bawahannya sehingga tidak ada
perbedaan antara penguasa dan rakyat, dan mereka setiap waktu dapat dihubungi oleh
rakyat. Kehidupan khalifah memang merupakan penjelmaan yang hidup dari prinsip-
prinsip egaliter dan demokratis yang harus dimiliki seorang kepala Negara.

Khalifah Umar memerintah selama 10 tahun lebih 6 bulan 4 hari. Kematiaanya sangat
tragis, seorang budak bangsa Persia bernama Fairus atau Abu Luluah secara tibatiba
menyerang dengan tikaman pisau tajam kea rah khalifah yang akan mendirikan shalat
subuh yang telah ditunggu oleh jamaahnya di masjid Nabawi di pagi buta itu. Khalifah
terluka parah, dari para pembaringannya ia mengangkat Syura (komisi pemilih) yang
akan memilih penerus tongkat kekhalifahannya. Khalifah Umar wafat 3 hari setelah
penikaman atas dirinya, yakni 1 Muharam 23 H/644 M.

Usman Bin Affan (23-36 H/644-656 M)

Khalifah ketiga adalah Utsman bin Affan, Nama lengkapnya ialah Utsman bin Affan bin
Abil Ash bin Umayyah dari suku Quraisy. Ia memeluk Islam karena ajakan Abu Bakar,
dan menjadi salah seorang sahabat dekat Nabi SAW. Meski memiliki kekayaan
melimpah tapi Usman berlaku sederhana, dan sebagian besar kekayaannya digunakan
untuk kepentingan Islam. Ia mendapat julukan zun nurain, artinya yang memiliki dua
cahaya, karena menikahi dua putrid Nabi SAW secara berurutan setelah salah satu
meninggal.

Selain itu. Usman juga merasakan penderitaan yang disebabkan oleh tekanan kaum
Quraisy terhadap kaum muslimin Mekah, dan ikut hijrah ke Abenesia beserta
istrinya.Utsman menyumbang 950 ekor unta dan 50 bagal serta 1000 dirham dalam
ekspedisi untuk melawan Bizantium di perbatasan Palestina. Ia juga membeli mata air
orang-orang Romawi yang terkenal dengan harga 20.000 dirham untuk selanjutnya
diwakafkan bagi kepentingan umat Islam, dan pernah meriwayatkan hadis kurang lebih
150 hadis.
Seperti halnya Umar, Utsman diangkat menjadi khalifah melalui proses pemilihan.
Bedanya, Umar dipilih atas penunjukan langsung sedangkan Utsman diangkat atas
penunjukan tidak langsung, yaitu melewati badan Syura yang dibentuk oleh Umar
menjelang wafatnya.

Karya monumental Utsman lain yang dipersembahkan kepada umat Islam ialah
penyusunan kitab suci Alquran.

Penyusunan Alquran dimaksudkan untuk mengakhiri perbedaan-perbedaan serius


dalam bacaan Alquran. Disebutkan bahwa selama pengiriman ekspedisi militer ke
Armenia dan Azerbaijan, perselisihan tentang baccan Alquran muncul dikalangan
tentara muslim, sebagiannya direkrut dari Suriah dan sebagian lagi dari Irak.

Adapun ketua dewan penyusunan Alquran, yaitu Zaid bin Tsabit, sedangkan yang
mengumpulkan tulisan-tulisan Alquran antara lain adalah dari Hafsah, salah seorang
istri Nabi SAW. Kemudian dewan itu membuat beberapa salinan naskah Alquran untuk
dikirimkan ke berbagai wilayah kegubernuran sebagai pedoman yang benar untuk
masa selanjutnya.

Sekelompok orang mengepung rumah khalifah, dan membunuhnya ketika Khalifah


Utsman sedang membaca Alquran, pada tahun 35 H/17 juni 656 M.

Ali Bin Abi Thalib (36-41 H/656-661 H)

Khalifah keempat adalah Ali bin Abi Thalib. Ali adalah keponakan dari menantu nabi.
Ali putra Abi Thalib bin Abdul Muthalib. Ia sepupu nabi SAW yang telah ikut
bersamanya sejak bahaya kelaparan mengancam kota Mekah, demi untuk membantu
keluarga pamannya yang mempunyai banyak putra. Abbas, paman nabi yang lain
membantu Abu Thalib dengan memelihara Jafar, anak Abu Thalib yang lain. Ia telah
masuk Islam pada usia sangat muda.

Ketika nabi menerima wahyu yang pertama, menurut Hasan Ibrahim Hasan Ali
berumur 13 tahun, atau 9 tahun menurut Mahmudunnasir. Ia menemani nabi dalam
perjuangan menegakkan Islam, baik di mekah maupun di Madinah, dan ia diambil
menantu oleh Nabi SAW dengan menikahkannya dengan Fathimah, salah seorang
putri Rasulullah, dan dari sisi keturunan Nabi SAW berkelanjutan. Karena
kesibukannya merawat dan memakamkan jenazah Rasulullah SAW, ia tidak
berkesempatan membaiat Abu Bakar sebagai khalifah, tetapi ia baru membaiatnya
setelah Fathimah wafat.
Ali adalah seorang yang memiliki banyak kelebihan, selain itu ia adalah pemegang
kekuasaan. Pribadinya penuh vitalitas dan energik, perumus kebijakan dengan
wawasan yang jauh ke depan. Ia adalah pahlawan yang gagah berani, penasihat yang
bijaksana, penasihat hukum yang ulung, dan pemegang teguh tradisi, seorang sahabat
sejati, dan seorang lawan yang dermawan. Ia telah bekerja keras sampai akhir
hayatnya dan merupakan orang kedua yang berpengaruh setelah Muhammad.

Tugas pertama yang dilakukan oleh Khalifah Ali ialah menghidupkan cita-cita Abu
Bakar dan Umar, menarik kembali semua tanah hibah yang telah di bagikan oleh
Utsman kepada kaum kerabatnya ke dalam kepemilikan negara. Ali juga segera
menurunkan semua gubernur yang tidak disenangi rakyat. Utsman bin Hanif diangkat
menjadi penguasa Basrah menggantikan Ibnu Amir, dan Qais bin Saad dikirim ke Mesir
untuk menggantikan gubernur negeri itu yang dijabat oleh Abdullah. Gubernur Suriah,
Muawwiyah, juga diminta meletakkan jabatan, tetapi ia menolak perintah Ali, bahkan ia
tidak mengakui kekhalifahannya.

Tepat pada 17 Ramadhan 40 H (661), khalifah Ali terbunuh pembunuhnya adalah Ibnu
Muljam, seorang anggota Khawarij yang sangat fanatik. Pada tanggal 10 Ramadhan 40
H (660 M) masa pemerintahan Ali berakhir.
Penjelasan Khulafaur Rasyidin Lengkap
(Pengertian, Biografi, Sejarah)
September 28, 2017 by Miqdad Nashr
Khulafaur Rasyidin – Halo, selamat datang di portal dunia suka-suka. Pada kesempatan kali ini
admin akan membahas tentang Khulafaur Rasyidin. Bagi yang ingin belajar mengenai sejarah islam
atau mungkin sebagian dari kita masih ada yang belum paham tentang Khulafaur Rasyidin bisa
menyimak pembahasan berikut.
Daftar Isi [hide]
 1 Pengertian Khulafaur Rasyidin
 2 Keempat Khulafaur Rasyidin
o 2.1 1. Abu Bakar Ash-shidiq
 2.1.1 Masa kekhalifahan
o 2.2 2. Umar Bin Khattab
 2.2.1 Masa Kekhalifahan
o 2.3 3. Utsman Bin Affan
 2.3.1 Masa Kekhalifahan
o 2.4 Ali Bin Abi Thalib
 2.4.1 Masa Kekhalifan
o 2.5 Share this:
o 2.6 Like this:

Pengertian Khulafaur Rasyidin


Khulafaur Rasyidin berasal dari kata Khulafa yang artinya adalah pengganti, sedangkan Ar-rasyidin
mempunyai arti mendapat petunjuk. Jadi menurut bahasa arti dari Khulafaur Rasyidin adalah orang
yang ditunjuk sebagai pengganti yang selalu mendapat petunjuk dari Allah.

Sedangkan secara istilah adalah pemimpin umat islam dan kepala negara yang selalu mendapat
petunjuk dari Allah untuk meneruskan perjuangan dakwah Rasulullah.

Khulaur Rasyidin merupakan khalifah (pemimpin) yang dijabat oleh keempat sahabat Rasulullah yang
tercatat paling dekat dengan nabi dan paling semangat dalam membela ajaran yang dibawanya di
saat masa kerasulan Muhammad.

Keempat khalifah tersebut dipilih bukan berdasarkan keturunannya, melainkan hasil dari musyawarah
dan kesepakatan bersama seluruh muslimin pada saat itu.

Keempat Khulafaur Rasyidin


1. Abu Bakar Ash-shidiq
 

Abu Bakar adalah khalifah yang pertama kali setelah wafat nya Rasulullah saw. Sebelum nya Abu
Bakar merupakan salah satu petinggi di Makkah dari Suku Quraisy. Lahir dengan nama Abdus Syams.
Baru setelah masuk islam nama Abdu Syams diganti oleh Rasulullah dengan nama “Abu Bakar” dan
diberi gelar “Ash-Shidiq” yang artinya terpercaya.

Abu Bakar merupakan salah satu sahabat nabi yang paling dekat dengan Rasulullah. Ia pernah
ditunjuk Rasulullah untuk menemani nya pergi ke Yatsrib (Madinah). Ketika Nabi Muhammad sakit
keras ia juga yang ditunjuk untuk menggantikannya menjadi imam sholat.

Menurut sebagian ulama hal tersebut merupakan isyarat dari Rasulullah mengenai siapa
penggantinya kelak jika sudah meninggal.

Masa kekhalifahan
Abu Bakar menjadi khalifah selama kurang lebih 2 tahun (632-634 M). Walaupun hanya memimpin
selama 2 tahun, banyak kemajuan pesat yang dilakukan oleh Khalifah Abu Bakar, yaitu memperluas
kekuasaan islam ke Persia, sebagian Jazirah Arab hingga menaklukkan sebagian daerah
kekaisaran Bizantium.

Pada masa awal pemerintahan banyak tantangan yang harus dihadapi, salah satunya ketika suku-
suku bangsa Arab tidak mau lagi patuh dengan kebijakan pemerintahan Madinah sepeninggal
Rasulullah saw. Karena mereka beranggapan, perjanjian yang dibuat bersama Rasulullah dengan
sendirinya batal setelah wafatnya rasul.

Karena sikap keras kepala dan penentangan mereka yang dianggap bisa membahayakan
pemerintahan dan agama islam, maka Khalifah Abu Bakar menyerukan perang melawan kemutadan.
Terjadilah perang Riddah dengan Khalid bin Walid sebagai panglimanya. Dalam perang ini Khalid bin
Walid merupakan panglima yang banyak berjasa.

Baru setelah urusan dalam negri selesai Khalid ditugas kan menuju ke Iraq dan dapat menguasai
wilayah al-hijrah pada tahun 634 M.
Khalifah Abu Bakar wafat pada tahun 634 M di usianya yang memasuki 61 tahun karena sakit yang
dialaminya.

2. Umar Bin Khattab

Umar lahir di Makkah dari bani Ady, keluarga Umar termasuk keluarga kelas menengah. Ia bisa
membaca dan menulis yang pada saat itu hanya beberapa orang saja yang bisa membaca dan
menulis. Umar mempunyai watak yang keras dan pemberani. Karena sifat nya itulah ia dijuluki dengan
nama “Singa Padang Pasir”.

Ia juga amat keras dalam membela agama tradisional yang dianut kebanyakan orang di sukunya.
Pada zaman jahiliyah, ia pernah mengubur putri nya demi menjaga kehormatannya. Ia juga sangat
membenci ajaran yang dibawa Rasulullah pada saat itu

Pada suatu saat ia berniat untuk membunuh Nabi Muhammad saw, namun di tengah jalan ia bertemu
dengan Nua’im bin Abdullah yang memberitahukan bahwa adik nya telah masuk agama yang dibawa
oleh Rasulullah. Mendengar pernyataan tersebut Umar mengurungkan niatnya untuk membunuh
Rasulullah dan memutuskan untuk kembali ke rumah.

Sesampainya di rumah ia mendapati adik nya sedang membaca alquran, melihat itu kemarahan Umar
sudah tidak dapat dibendung lagi dan memukul adik perempuannya. Melihat kucuran darah menetes
dari wajah nya Umar merasa iba dengan adiknya.

Ia kemudian menjadi tertarik untuk mempelajari alquran dan kemudian langsung memeluk agama
islam pada hari itu juga dengan dibantu oleh adiknya.

Setelah Abu Bakar wafat, posisi kekhalifahan digantikan oleh sayyidina Umar bin Khattab.
Pengangkatan Umar bin Khattab sebagai khalifah berdasarkan pesan terakhir Abu Bakar sebelum
wafat.

Ketika Abu Bakar sakit dan merasa ajal nya sudah dekat, Abu Bakar mengajak para sahabatnya untuk
mendiskusikan perihal siapa penggantinya kelak jika sudah meninggal.
Disepakatilah bahwa Umar bin Khattab yang akan menggantikan posisi kekhalifahan dengan maksud
agar tidak terjadi perselisihan dan perpecahan di kalangan kaum muslimin. Kebijakan Abu Bakar
tersebut ternyata diterima yang secara beramai-ramai membaiat Umar.

Masa Kekhalifahan
Di zaman Umar gelombang ekspansi (perluasan daerah kekuasaan) pertama terjadi : ibu kota Syria,
Damaskus, jatuh tahun 635 M dan setahun kemudian, setelah tentara Bizantium kalah di pertempuran
Yarmuk, dengan demikian seluruh daerah Syria jatuh ke bawah kekuasaan Islam.

Dengan memakai Syria sebagai pusat pemerintahan, perluasan diteruskan ke Mesir di bawah
pimpinan ‘Amr bin ‘Ash dan ke Irak di bawah pimpinan Sa’ad bin Abi Waqqash. Iskandariah
(Alexandria), ibu kota Mesir, ditaklukkan tahun 641 M. Dengan demikian, Mesir jatuh ke bawah
kekuasaan Islam.

Al-Qadisiyah, sebuah kota dekat Hirah di Iraq, jatuh pada tahun 637 M. Dari sana serangan
dilanjutkan ke ibu kota Persia, al-Madain yang jatuh pada tahun itu juga. Pada tahun 641 M, Moshul
dapat dikuasai. Dengan demikian, pada masa kepemimpinan Umar Radhiallahu ‘anhu, wilayah
kekuasaan Islam sudah meliputi Jazirah Arabia, Palestina, Syria, sebagian besar wilayah Persia, dan
Mesir.

Karena perluasan daerah yang begitu cepat, Umar segera mengatur administrasi negara dengan
mencontoh administrasi yang sudah berkembang terutama di Persia. Administrasi pemerintahan diatur
menjadi delapan wilayah provinsi: Makkah, Madinah, Syria, Jazirah Basrah, Kufah, Palestina, dan
Mesir.

Beberapa departemen mulai dibentuk yang sekiranya penting untuk didirikan. Pada masanya mulai
diatur dan ditertibkan sistem pembayaran gaji dan pajak tanah. Pengadilan didirikan dalam rangka
memisahkan lembaga yudikatif dengan lembaga eksekutif. Untuk menjaga keamanan dan ketertiban,
mulai dibentuk lembaga kepolisian. Demikian pula jabatan pekerjaan umum. Umar juga mendirikan
Baitul Mal, membuat mata uang, dan membuat tahun hijiah.

Selama menjabat sebagai khalifah, Umar dikenal dari gaya hidup nya yang jauh dari bergelimpangan
harta layaknya pejabat-pejabat saat ini. Kehidupannya yang sederhana membuat Umar semakin
dicintai oleh rakyatnya.

Umar menjadi Khalifah selama kurun waktu 10 tahun (634-644 M), masa jabatannya diakhiri dengan
kematiannya. Ia meninggal karena dibunuh oleh seorang budak majusi dari Persia yang bernama Abu
Lu’lu’ah. Umar ditusuk dengan sebuah belati ketika sedang melaksanakan shalat shubuh.

3. Utsman Bin Affan


Untuk menentukan penggantinya kelak Umar tidak menempuh dengan cara yang sama seperti yang
dilakukan oleh Abu Bakar dulu. Ia menunjuk 6 orang sahabat, yaitu Ali, Thalhah, Zubair, Utsman,
Abdurrahman bin Auf, dan Sa’ad bin Abi Waqqash untuk kemudian di musyawarahkan siapa yang
akan menggantikannya nanti. Dari hasil musyawarah yang panjang terpilihlah sayyidina Utsman bin
Affan untuk maju menjadi khalifah.

Nama panggilannya adalah Abu Abdullah, tampan wajahnya, lembut kulitnya, dan lebat jenggotnya.
Sosok sahabat mulia ini sangat pemalu hingga malaikat pun malu kepadanya. Demikian Rasulullah
menyanjung:

“Tidakkah sepatutnya aku malu kepada seorang (yakni Utsman) yang para malaikat malu
kepadanya?”

Mudah menangis kala mengingat akhirat. Jiwanya khusyu’ dan penuh tawadhu’ di hadapan Allah
Rabbul ‘alamin.

Beliau adalah menantu Rasulullah yang sangat dikasihi. Memperoleh kemuliaan dengan menikahi dua
putri Nabi, Ruqayyah kemudian Ummu Kultsum hingga mendapat julukan Dzunurain (pemilik dua
cahaya). Bahkan Rasulullah bersabda: “Seandainya aku masih memiliki putri yang lain sungguh akan
kunikahkan dia dengan Utsman.”

Utsman juga terkenal dengan pintar berdagang dan memiliki harta yang melimpah. Namun, dengan
kekayaannya itu tidak membuat Utsman menjadi pribadi yang sombong. Ia sering mensedekahkan
hartanya kepada yang membutuhkan. terutama saat terjadi peperangan, Utsman termasuk salah satu
sahabat yang paling depan dalam menyumbangkan hartanya.

Salah satu peninggalan Utsman yang masih ada sampai saat ini adalah sumur Ar-rumah. Sumber air
Madinah yang beliau beli dengan harga sangat mahal sebagai wakaf untuk muslimin di saat mereka
kehausan dan membutuhkan tetes-tetes air. Rasulullah menawarkan jannah bagi siapa yang
membelinya. Utsman pun bersegera meraih janji itu. Demi Allah! Beliau telah meraih jannah yang
dijanjikan.

sumur ar-
rumah
Masa Kekhalifahan
Pada masa kekhalifahan Utsman wilayah Armenia, Rhodes, Tunisia, Cyprus, Tabaaristan, dan wilayah
yang tersisa dari Persia berhasil diambil alih. Dengan adanya perluasan wilayah maka banyak dari
sahabat yang mendatangi wilayah tersebut guna mengajarkan ilmu agama islam.

Dengan adanya pertukaran pemikiran antara penduduk asli dengan para sahabat membuat ilmu
pengetahuan berkembang dengan baik. Dari segi sosial budaya, Utsman juga mahkamah peradilan.
Ini merupakan sebuah terobosan yang baru karena sebelum nya peradilan dilakukan di dalam masjid.

Selain itu Utsman juga menerapkan penyeragaman bacaan alquran dan merenovasi Masjidil Haram
serta Masjid Nabawi agar bisa memuat lebih banyak orang.

Penyeragaman bacaan alquran dilakukan karena pada masa Rasulullah saw, beliau memberikan
kelonggaran kepada kabila-kabilah Arab untuk membaca quran sesuai dengan dialek masing-masing
daerah. Seiring bertambahnya wilayah kekuasaan islam, dan makin banyak orang yang memeluk
agama islam, pembacaan pun menjadi semakin beragam.

Maka dibentuklah sebuah pantia kecil yang diketuai oleh Zaid bin Tsabit untuk menyalin mushaf yang
kemudian disimpan oleh Hafshah dan menyeragamkan bacaan.

Pemerintahan Utsman berlangsung selama kurun waktu 12 tahun, di akhir masa jabatannya muncul
perasaan ketidakpuasan dari sebagian kaum muslimin. Hal ini disebabkan oleh hasutan fitnah yang
disampaikan oleh Abdullah bin Saba, salah seorang Yahudi yang berpura-pura masuk islam

Salah satu faktor yang membuat kebanyakan rakyat berburuk sangka adalah kebijaksanaannya
mengangkat anggota keluarganya kedalam jabatan yang tinggi.
Abdullah bin Saba gemar berpindah-pindah tempat untuk menyebarkan fitnah kepada kaum muslimin
yang baru saja memeluk agama islam.

Akhirnya pada tahun 35 H, tepatnya di hari Jumat dimana waktu itu sedang berlangsung ibadah haji
rumah Utsman dikepung oleh segerombolan pemberontak.

Dalam suasana pengepungan dan kekacauan, masuklah seseorang hendak membunuh khalifah.
Orang ini datang dan menarik jenggot Utsman. Utsman dengan tenang berkata

“Jangan sentuh jenggotku karena sesungguhnya ayahmu dulu menghormati jenggot ini.”

Kemudian pemberontak itu melepaskannya karena dia ingat bahwa bukan hanya ayahnya yang
menghormati, tapi juga Rasulullah saw dan setiap orang menghormati Utsman. Utsman pun berkata
mengingatkan: “Wahai fulan, di antara aku dan dirimu ada Kitabullah!” Diapun pergi meninggalkan
Utsman, hingga datang orang lain dari bani Sadus. Dan ketika Utsman R.A. melihat nya datang, dia
segera mengencangkan tali pengikat celananya, karena dia tidak ingin auratnya terlihat di saat-saat
terakhirnya.

Dengan penuh keberingasan, dia cekik leher khalifah yang telah rapuh hingga sesak dada beliau dan
terengah-engah nafas beliau, lalu dia tebaskan pedang ke arah Utsman bin ‘Affan. Amirul Mukminin
menlindungi diri dari pedang dengan tangannya yang mulia, hingga terputus bercucuran darah. Saat
itu Utsman berkata:

“Demi Allah, tangan (yang kau potong ini) adalah tangan pertama yang mencatat surat-surat
mufashshal.”

Beliau adalah pencatat wahyu Allah dari lisan Rasulullah. Namun ucapan Utsman yang sesungguhnya
nasihat bagi orang yang memiliki hati tidak lagi dihiraukan. Darah mengalir di atas mushaf.

Kemudian istrinya, Na’ilah berlari untuk melindungi Utsman. Bukan hanya itu, jari jemari Na’ilah bintu
Furafishah terpotong saat melindungi suaminya dari tebasan pedang kaum bughat. Subhanallah,
cermin kesetiaan istri shalihah menghiasi tragedi berdarah di negeri Rasulullah.

Kemudian mereka menghujam dalam perut Ustman dengan pedang, lalu salah satu pemberontak
menerjang dada Ustman dan menusuknya 6 kali. Dengan demikian wafatlah Ustman R.A. pada umur
83 tahun.
 

Ali Bin Abi Thalib


Ali dilahirkan di kota Makkah, di daerah Hejaz jazirah Arab sekitar 10 tahun sebelum kenabian
Muhammad saw. Sebelum datang nya islam keluarga Ali termasuk keluarga yang mulia, penuh kasih
sayang, dan pemegang kepemimpinan masyarakat.

Ali RA mengikuti Rasulullah sejak umur 6 tahun, ia juga termasuk salah satu golongan yang pertama
kali mengakui kenabian Muhammad saw. Ia dikenal dengan sosok yang gagah berani dan sederhana.
Hal ini dibuktikan dengan keberanian Ali menggantikan posisi Rasulullah ketika hijrah.

Ali bin Abi Thalib selalu mengikuti peperangan Rasulullah, kecuali satu, yaitu perang Tabuk.
Rasulullah menyuruh Ali untuk menetap di Makkah karena tau ada upaya busuk dari kaum munafik
untuk berbuat onar selama Rasululah keluar memimpin perang Tabuk.

Setelah Rasul wafat, Ali lebih suka menyendiri, memperdalam ilmunya, mengajarkan kepada murid-
muridnya. Pada masa inilah Ali mengasah diri untuk menjadi seorang pemikir. Keperkasaan dan
keberaniannya berubah menjadi sosok yang identik dengan ilmu. Ali terinspirasi oleh kata-kata
Rasulullah “Jika aku ini adalah kota ilmu, maka Ali adalah pintu gerbangnya”

Setelah Utsman wafat, masyarakat beramai-ramai membaiat Ali bin Abi Thalib untuk menjadi khalifah
yang baru menggantikan Utsman.

Masa Kekhalifan
Selama masa pemerintahannya, ia menghadapai berbagai macam gejolak. Bisa dikatakan pada saat
itu suasana yang ada tidak pernah stabil.

Setelah ia menjabat sebagai khalifah, hal yang pertama ia lakukan adalah mencopot semua gubernur
yang dulu diangkat oleh Utsman. Karena ia yakin bahwa pemberontakan-pemberontakan terjadi
karena keteledoran mereka.

Dia juga menarik kembali tanah yang dihadiahkan Utsman kepada penduduk dengan menyerahkan
hasil pendapatannya kepada negara, dan memakai kembali sistem distribusi pajak tahunan di antara
orang-orang Islam sebagaimana dulu pernah diterapkan pada masa kekhalifahan Umar.

Tidak lama setelah itu Ali menghadapi pemberontakan dari Thalhah, Zubair, dan Aisyah. Alasan
mereka adalah karena Ali tidak mau menghukum pelaku pembunuhan Utsman. Ali mengirim surat
kepada Thalhah dan Zubair untuk menyelesaikannya secara damai, namun keduan nya menolak
melewati jalur damai. Ali sebenarnya tidak mau terjadi peperangan antar saudara.

Namun karen suasana yang semakin bergejolak maka terjadilah perang Jamal, perang antara Ali
melawan Thalhah, Zubair, dan Aisyah. Kemenangan berada dipihak Ali dengan Zubair dan Thalhah
terbunuh, dan Aisyah ditawan dan dipulangkan kembali ke Madinah.

Bersamaan dengan itu, kebijaksanaan-kebijaksanaan Ali juga mengakibatkan timbulnya perlawanan


dari para gubernur di Damaskus, Mu’awiyah, yang didukung oleh sejumlah bekas pejabat tinggi yang
merasa kehilangan kedudukan dan kejayaan.

Setelah berhasil memadamkan pemberontakan Zubair, Thalhah dan Aisyah, serta Ali bergerak dari
Kufah menuju Damaskus dengan sejumlah besar tentara. Pasukannya bertemu dengan pasukan
Mu’awiyah di Shiffin. Pertempuran terjadi di sini yang dikenal dengan nama Perang Shiffin.

Perang ini diakhiri dengan mengambil jalan diskusi, ternyata malah tidak menyelesaikan masalah,
bahkan menyebabkan timbulnya golongan ketiga, kaum Khawarij, orang-orang yang keluar dari
barisan Ali.

Akibatnya, di ujung masa pemerintahan Ali bin Abi Thalib umat islam terpecah menjadi tiga kekuatan
politik, yaitu Mu’awiyah, Syi’ah (pengikut Abdullah bin Saba’ al-yahudu) yang menyusup pada barisan
tentara Ali, dan Al-Khawarij (orang-orang yang keluar dari barisan Ali).

Keadaan ini tidak menguntungkan Ali. Munculnya kelompok Khawarij menyebabkan tentaranya
semakin lemah, sementara posisi Mu’awiyah semakin kuat. Pada tanggal 20 ramadhan 40 H (660 M),
Ali terbunuh oleh salah seorang anggota Khawarij yaitu Abdullah bin Muljam.
Pengertian Khulafaur Rasyidin Dan Biografi
Singkatnya (Lengkap)
Pengertian Khulafaur Rasyidin Dan Biografi Singkatnya (Lengkap) – Sebagai seorang Muslim,
tentu kita harus mengetahui tentang sejarah atau perjuangan para khalifah Nabi. Nah, berikut
ini seputarpengetahuan.co.id akan membahas tentang apa sih Khulafaur Rasyidin itu? dan siapa saja
yang termasuk kedalam kelompok Khulafaur Rasyidin? Siapa mereka? Yuk kita baca selengkapnya
berikut ini.

Daftar Isi [sembunyikan]
 1 Pengertian Khulafaur Rasyidin Dan Biografi Singkatnya (Lengkap)
o 1.1 Pengertian Khulafaur Rasyidin
o 1.2 Biografi Singkat Khulafaur Rasyidin
 1.2.1 1. Abu Bakar as-Siddiq ra. (11-13 H / 632-634 M)
 1.2.2 2. Umar bin Khattab ra. (13-23 H / 634-644 M)
 1.2.3 3. Usman bin Affan ra.
 1.2.4 4. Ali bin Abi Thalib ra. (36-41 H / 656-661 M)
o 1.3 Share this:
o 1.4 Related posts:

Pengertian Khulafaur Rasyidin Dan Biografi Singkatnya


(Lengkap)
Mari kita bahas pengertian khulafaur rasyidin terlebih dahulu dengan seksama.

Pengertian Khulafaur Rasyidin


Khulafaur Rasyidin berasal dari dua kata yakni Khulafa’ dan Ar-Rasyidin. Khulafa’ berarti jama’ dari
khalifah yang memiliki arti “pengganti“. Sedangkan kata Ar-Rasyidin yaitu “mendapat petunjuk.” Jadi
Khulafaur Rasyidin adalah para pengganti yang mendapatkan petunjuk.

Khulafaur Rasyidin ialah para pemimpin yang menggantikan tugas-tugas Rasulullah SAW. sebagai
kepala negara, kepala pemerintahan dan pemimpin umat. Adapun tugas kenabiannya tidak bisa
digantikan.

Allah SWT. berfirman dalam Qur’an Surat Al-Ahzab ayat 40:

Artinya: “Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu, tetapi dia
adalah Rasulullah dan penutup para nabi. Dan adalah Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

PROMOTED CONTENT
Turunkan 17 kg dengan konsumsi sebelum tidur selama seminggu

Obat rumahan yang untuk mengalahkan radang sendi tanpa operasi

Dokter asal Beijing ungkap cara memulihkan persendian

Dia memenangkan Rp 848.655.000 dalam 1 hari!


Khulafaur Rasyidin adalah para khalifah yang sangat arif bijaksana. Mereka adalah keempat sahabat
Nabi yang terpilih menjadi pemimpin kaum muslimin setelah Nabi Muhammad SAW wafat.

Biografi Singkat Khulafaur Rasyidin


Adapun keempat khalifah tersebut yaitu:

1. Abu Bakar as-Siddiq ra. (11-13 H / 632-634 M)


Nama aslinya adalah Abdul Ka’bah. Kemudian rasul menggantinya dengan nama Abdullah.
Lengkapnya Abdullah bin Abi Quhafah at-Tamimi. Terlahir dari pasangan Usman (Abu Quhafah) bin
Amir dan Ummu Khair Salma binti Sakhr yang berasal dari suku Taim, suku yang melahirkan tokoh-
tokoh terhormat.

Baca Juga:  √ Pengertian Sabar Dalam Islam dan Dalilnya (Bahas Lengkap)

Sejak kecil, beliau terkenal dengan sifat yang lemah lembut, jujur dan sabar. Sehingga, disaat usianya
menginjak remaja, beliau telah bersahabat dengan Rasulullah SAW. Ia terkenal dengan julukan Abu
Bakar, dan “As-Siddiq” merupakan gelar yang diberikan oleh para sahabat, karena ia sangat
mempercayai dan membenarkan Rasulullah SAW. dalam segala hal.

Abu Bakar diangkat menjadi khalifah dengan jalan musyawarah antara kaum Anshar dankaum
Muhajirin di Saqifah Bani Sa’idah (balai pertemuan di kota madinah). Dalam masa kepemimpinannya,
khalifah Abu Bakar telah mencapai usaha dan prestasi yang sangat luar biasa.

2. Umar bin Khattab ra. (13-23 H / 634-644 M)


Usia Umar lebih muda 13 tahun dari Nabi muhamad. SEjak usianya masih kecil, ia sudah terkenal
dengan sifat pemberani dan cerdas. Tidak pernah takut menyatakan kebenaran dihadapan siapa pun.
Jadi, tidak heran saat Umar bin Khattab memeluk Islam, barisan kaum muslimin ditakuti oleh orang
kafir Quraisy. Sebelum memeluk Islam, ia paling berani menentang Islam. Namun setelah masuk
Islam, ia sangat berani menghadapi musuh-musuh Islam. Sehingga terkenalah ia sebagai “Singa
Padang Pasir” yang amat disegani.

Karena kepribadiannya yang tegas dan sangat kuat dalam memperjuangkan kebenaran, masyarakat
memberinya gelar “al-Faruq” yakni dengan tegas membedakan mana yang benar dan salah.

Pada masa pemerintahannya, wilayah Islam semakin luas sampai ke Mesir, Irak, Syam, dan negeri-
negeri Persia lainnya. Umar lah yang pertama kali membentuk badan kehakiman dan
menyempurnakan pemerintahan. Juga meneruskan usaha Abu Bakar dalam membukukan Al-Qur’an.

Beliau wafat pada usia 63 tahun. Memerintah selama 10 tahun 6 bulan. Ia wafat oleh tikaman pedang
Abu Lu’lu’ah, seorang budak milik al-Mughirah bin Syu’bah saat shalat Shubuh.

Baca Juga:  √ 13 Sifat Dan Ciri Laki-Laki Sholeh

PROMOTED CONTENT
Realistic Game For Men

Your Wife Will Surely Appreciate This Trick - Try It Tonight

Turunkan 17 kg dengan konsumsi sebelum tidur selama seminggu

Obat rumahan yang untuk mengalahkan radang sendi tanpa operasi


3. Usman bin Affan ra.
Usman bin Affan adalah seorang saudagar kaya raya dan seorang penulis wahyu yang terkenal.
Usianya lima tahun lebih muda dari nabi Muhamad. Usman dikenal sebagai orang yang pendiam dan
berbudi pekerti yang terpuji. Ia banyak melakukan amal kebaikan, sehingga ia mendapat gelar
“Ghaniyyun Syakir” yakni orang kaya yang banyak bersyukur kepada Allah SWT.

Sekalipun ia sebagai orang yang kaya raya, namun  ia tak segan-segan untuk ikut berperang dan tidak
pernah menjaga jarak dengan masyarakat kelas bawah. Karena banyaknya kebaikan yang telah
dilakukannya, maka ia dinikahkan dengan putri Nabi Muhamad yakni Ruqayyah. Setelah Ruqayyah
wafat, ia dinikahkan lagi dengan putri Nabi yang bernama Ummu Kullsum. Oleh karena itu, ia diberi
julukan “Dzun Nurain” (Yang memiliki dua cahaya).

Jasa-jasa Usman bin Affan diantaranya: menyalin dan membukukan Al-Qur’an menjadi beberapa
naskah. Dan beliau menetapkan pelafalan bacaan Al-Qur’an menjadi seragam dan serentak, tidak ada
perbedaan. Karena karya besarnya sangat bermanfaat bagi umat Islam, maka mushaf tersebut
dinamakan “Mushaf Usmani” sebagai penghargaan atas jasa beliau. Selain itu, beliau juga
membentuk angkatan laut, memperluas wilayah Islam, merenovasi masjid Nabawi, dan masih banyak
lainnya.

4. Ali bin Abi Thalib ra. (36-41 H / 656-661 M)


Beliau dilahirkan di kota Mekah pada tanggal 12 Rajab tahun ke 30 setelah kelahiran Nabi Muhamad.
Ibunya bernama Fatimah binti Asad. Ibunya memberinya nama al-Haidarah yang berarti Asad (singa),
kemudian ayahnya menggantinya dengan sebutan Ali.

Beliau dibesarkan dan dididik oleh Nabi Muhamad SAW. Ia masuk Islam setelah Siti Khadijah. Karena
keberaniannya yang luar biasa, beliau mendapat gelar “Singa Allah” dan “Karamallahu Wajhahu”
(semoga Allah memuliakan wajahnya).

Baca Juga:  √ Mengenal Tiga Malaikat Yang Jarang Diketahui (Bahas Lengkap)
Beliau merupakan putra dari paman Nabi sekaligus sebagai menantu Nabi Muhamad SAW. Ali bin Abi
Thalib masuk Islam diusia yang sangat muda dan banyak membantu perjuangan Nabi. Setelah enam
hari dari wafatnya Usman bin Affan, beliau diangkat menjadi khalifah pengganti perjuangan Usman bin
Affan.

Beliau berjasa dalam mengganti pejabat-pejabat yang kurang cakap, membenahi keuangan negara
(Baitul Maal), memajukan bidang Ilmu bahasa, memajukan pembangunan, memadamkan
pemberontakan di kalangan Umat Islam dan lainnya.

Keempat khalifah tersebut selain berhasil melanjutkan perjuangan Nabi Muhammad SAW dalam
menegakkan ajaran tauhid, juga sukses dalam mempeluas penyebaran dan mengharumkan nama
Islam. Didalam menjalankan tugasnya, para Khulafaur Rasyidin senantiasa meneladani kepemimpinan
Rasulullah. Sifat dan akhlaknya sebagai pemimpin masyarakat, kepala negara dan kepala
pemerintahan tercermin dari sifat-sifat utama yang dimilikinya. Sifat-sifat Khulafaur Rasyidin
diantaranya:

 Arif dan bijaksana


 Berwibawa dan disiplin
 Berilmu agama yang luas dan mendalam
 Berani bertindak dan berkemauan yang keras.

Itulah sekilas ringkasan, uraian dan penjelasan singkat mengenai Pengertian Khulafaur Rasyidin


Dan Biografi Singkatnya (Lengkap), semoga dapat membantu teman-teman dalam menambah
pengetahuan untuk yang belum mengetahuinya dan mengingatkan kembali jika lupa. Terimakasih.
Kisah Kisah Khulafaur Rasyidin
June 3 2016

Kisah Kisah Khulafaur Rasyidin


Kisah Kisah Khulafaur Rasyidin
Khulafaur Rasyidin (bahasa Arab: ‫ )الخلفاء الراشدون‬atau Khalifah Ar-Rasyidin adalah empat orang khalifah
(pemimpin) pertama agama Islam, yang dipercaya oleh umat Islam sebagai penerus kepemimpinan setelah
Nabi Muhammad wafat. Empat orang tersebut adalah para sahabat dekat Muhammad yang tercatat paling
dekat dan paling dikenal dalam membela ajaran yang dibawanya di saat masa kerasulan Muhammad. Keempat
khalifah tersebut dipilih bukan berdasarkan keturunannya, melainkan berdasarkan konsensus bersama umat
Islam

dan di bawah ini adalah Kisah Kisah Khulafaur Rasyidin

Kisah Umar Bin Khattab

Umar bin Khattab adalah orang dari suku Quraisy,ia terkenal sebagai orang yang berwatak keras dan bertubuh
tegap. Sering kali pada awalnya (sebelum masuk Islam) kaum muslimin mendapatkan perlakukan kasar darinya.
Sebenarnya di dalam hati Umar sering berkecamuk perasaan-perasaan yang berlawanan, antara
pengagungannya terhadap ajaran nenek moyang, kesenangan terhadap hiburan dan mabuk-mabukan dengan
kekagumannya terhadap ketabahan kaum muslimin serta bisikan hatinya bahwa boleh jadi apa yang dibawa
oleh Islam itu lebih mulia dan lebih baik.
Pada suatu hari, orang-orang kafir Quraisy bermusyawarah untuk menentukan siapakah di antara mereka yang
bersedia membunuh Rasulullah saw.. Umar r.a. segera menyahut, “Saya siap melakukannya!” Semua orang
Quraisy yang hadir di pertemuan itu berkata, “Ya, memang engkaulah yang pantas melakukannya!”
Sampailah kemudian, beliau berjalan dengan pedang terhunus untuk segera menghabisi Rasulullah Sholallohu
Alaihi Wassalam. Namun di tengah jalan, beliau bertemu dengan Abdullah an-Nahham al-‘Adawi seraya
bertanya:
“Hendak kemana engkau ya Umar ?”,“Aku hendak membunuh Muhammad”, jawabnya.
“Apakah engkau akan aman dari Bani Hasyim dan Bani Zuhroh jika engkau membunuh Muhammad ?”,
“Jangan-jangan engkau sudah murtad dan meninggalkan agama asal-mu?”. Tanya Umar.
“Maukah engkau ku tunjukkan yang lebih mengagetkan dari itu wahai Umar, sesungguhnya saudara
perempuanmu dan iparmu telah murtad dan telah meninggalkan agamamu”, kata Abdullah.
Setelah mendengar hal tersebut, Umar langsung menuju ke rumah adiknya. Saat itu di dalam rumah tersebut
terdapat Khabbab bin Arats (seorang tukang besi dari kaum muhajjirin) yang yang sedang mengajarkan Al-
Quran kepada Fathimah binti Khatthab dan suaminya Sa'id bin Zaid, Namun ketika Khabbab merasakan
kedatangan Umar, dia segera bersembunyi di balik rumah. Sementara Fatimah, segera menutupi lembaran al-
Quran.
Sebelum masuk rumah, rupanya Umar telah mendengar bacaan Khabbab, lalu dia bertanya :
“Suara apakah yang tadi saya dengar dari kalian?”,
“Tidak ada suara apa-apa kecuali obrolan kami berdua saja”, jawab mereka
“Pasti kalian telah murtad”, kata Umar dengan geram
“Wahai Umar, bagaimana pendapatmu jika kebenaran bukan berada pada agamamu ?”, jawab ipar Umar.
Mendengar jawaban tersebut, Umar langsung menendangnya dengan keras hingga jatuh dan berdarah.
Fatimah segera memba-ngunkan suaminya yang berlumuran darah, namun Fatimah pun ditampar dengan
keras hingga wajahnya berdarah, maka berkata-lah Fatimah kepada Umar dengan penuh amarah.

Kisah Kisah Khulafaur Rasyidin

Kisah Abu Bakar

Abu Bakar As Siddiq ayah dari Aisyah istri Nabi Muhammad SAW. Namanya yang sebenarnya adalah Abdul
Ka'bah (artinya 'hamba Ka'bah'), yang kemudian diubah oleh Rasulullah Saw menjadi Abdullah (artinya 'hamba
Allah'). Abu Bakar As Siddiq atau Abdullah bin Abi Quhafah (Usman) bin Amir bin Amru bin Ka’ab bin Sa’ad bin
Taim bin Murrah bin Ka’ab bin Lu’ai bin Ghalib bin Fihr al-Quraisy at-Taimi. Bertemu nasabnya dengan Nabi saw
kakeknya Murrah bin Ka’ab bin Lu’ai, kakek yang keenam. Dan ibunya, Ummul-Khair, sebenarnya bernama
Salma binti Sakhr bin Amir bin Ka’ab bin Sa’ad bin Taim. Nabi Muhammad Saw juga memberinya gelar As
Siddiq (artinya 'yang berkata benar'), sehingga ia lebih dikenal dengan nama Abu Bakar as-Siddiq.
An-Nawawi berkata: Abu Bakar As Siddiq termasuk tokoh Quraisy dimasa Jahiliyah, orang yang selalu dimintai
nasehat dan pertimbangannya, sangat dicintai dikalangan mereka, sangat mengetahui kode etik dikalangan
mereka. Tatkala, Islam datang Abu Bakar As Siddiq mengedepankan Islam atas yang lain, dan beliau masuk
Islam dengan sempurna.
Zubair bin Bakkar bin Ibnu Asakir meriwayatkan dari Ma’ruf bin Kharbudz dia berkata: Sesungguhnya Abu Bakar
As Siddiq adalah salah satu dari 10 orang Quraisy yang kejayaannya dimasa Jahiliyah bersambung hingga
zaman Islam. Abu Bakar As Siddiq mendapat tugas untuk melaksanakan diyat (tebusan atas darah kematian)
dan penarikan hutang. Ini terjadi karena orang-orang Quraisy tidak memiliki raja dimana mereka bisa
mengembalikan semua perkara itu kepada raja. Pada setiap kabilah dikalangan Quraisy saat itu, ada satu
kekuasaan umum yang memiliki kepala suku dan kabilah sendiri.
Ibnu Asakir meriwayatkan dari Abu Al-Aliyyah Ar-rayahi, dia berkata: Dikatakan kepada Abu Bakar As Siddiq
ditengah sekumpulan sahabat Rasulullah: Apakah kamu pernah meminum minuman keras di zaman Jahiliyah?
Beliau berkata, ”Saya berlindung kepada Allah dari perbuatan itu!”
Ibnu Asakir meriwayatkan dari Aisyah, bahwa Abu Bakar As Siddiq mewarnai rambutnya dengan 'daun pacar'
dan katam (nama jenis tumbuhan). Dia juga meriwayatkan dari Anas, dia berkata, Rasulullah datang ke
Madinah, dan tidak ada salah seorang dari para sahabatnya yang beruban kecuali Abu Bakar As Siddiq, maka
dia menyemirnya dengan daun pacar dan katam.

Kisah Utsman Bin Affan

Alkisah, pada masa jahiliyyah Utsman r.a bahwa Rasulullah saw menikahkan putri beliau Ruqayyah dengan
anak pamannya, Abu Lahab.
Sehingga Utsman sangat menyesal sekali karena ia tidak sempat mendahului anak Abu Lahab dan tidak bisa
merasakan akhlak Ruqayyah yang terpuji dan kemuliaan nenek moyangnya.
Ia kemudian kembali pulang menemui keluarganya dalam keadaan sedih,  dan ternyata ia mendapati bibinya
Su’da Binti Kariz r.a sedang bersama keluargannya, sedangkan Su’da adalah seorang wanita yang bijaksana,
cerdas lagi msaih muda.
Kemudian Su’da menyingkap mendung yang menyelimuti wajah Utsman dan menyampaikan kabar gembira
kepadanya, tentang munculnya seorang nabi yang akan menghancurkan peribadatan kepada berhala,  dan
menyeru untuk beribadah hanya kepada Dzat  Yang Maha Esa lagi Ynag Maha Menghisab serta memberi
pembalasan.
Ia juga memotivasi Utsman untuk masuk dalam agama Nabi tersebut serta menyampaikan kabar gembira
kepadanya, bahwa ia akan mendapatkan apa yang ia harapkan dari Nabi tersebut.
Utsman r.a bercerita, “Kemudian aku pergi sedangkan aku masih memikirkan tentang perkataan bibiku. Akupun
memutuskan untuk bertemu dengan Abu Bakar r.a, dan bercerita kepadanya  apa yang telah disampaikan
bibiku  kepadaku.
Maka Abu Bakar r.a berkata, “Demi Allah, bibimu sungguh jujur dalam kebaikan yang ia samapaikan kepadamu
wahai Utsman. Sedangkan adalah seorang laki – laki yang cerdas dan bijaksana. Bagi anda kebenaran tidak
akan tersembunyi dan bercampur dengan kebatilan.”
Kemudian Abu Bakar r.a berkata kepadaku, “Apa hebatnya berhala – berhala yang diibadahi oleh kaum kita?
Bukankah ia hanya sekedar batu yang tuli, tidak dapat mendengar dan melihat?Maka aku menjawab,
“Benar.’’Abu Bakar r.a melanjutkan, “ Sesungguhnya apa yang telah disampaikan oleh bibimu wahai Utsman,
benar – benar terjadi. Karena Allah Subhanahu wata’ala telah mengutus orang yang ditunggu – tunggu dan
membangkitkannya kepada manusia seluruhnya dengan membawa agama  untuk petunjuk dan
kebenaran.”Maka aku bertanya, “Siapakah dia?”Abu Bakar r.a menjawab, “ Sesungguhnya ia adalah
Muhammad Bin Abdillah bin Abdil Muthalib.”
Aku bertanya lagi, “ Apakah dia  Ash-Shadiq Al-Amin (orang yang jujur lagi terpercaya) itu?”
Abu Bakar menjawab, “ Benar dialah orangnya.”
Lalu aku berkata, “ Maukah kamu mengantarkan aku kepadanya?”
Abu Bakar r.a menjawab, “ Ya.” Lalu kitapun pergi menjumpai Nabi Salallahu ‘Alaihi Wasallam.Tatkala beliau
Salallahu ‘Alaihi Wasallam melihatku, beliau Salallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda, “ Wahai Utsman,  penuhilah
penyeru Allah ini, sesungguhnya aku adalah utusan Allah Subhanahu Wata’ala kepada kalian secara khusus
dan kepada mahluk Allah secara umum.”Utsman melanjutkan, “  Maka demi Allah, setelah mataku melihat
beliau Salallahu ‘Alaihi Wasallam  dan aku mendengar perkataannya,  maka akupun menjadi tentram dan
membenarkan kerasulannya. Setelah itu akupun mengucapkan syahadat  Laillaha ilallah Wa anna
Muhammadan ‘Abduhu Wa Rasuluhu.”

Kisah Ali bin Abi Thalib

Suatu hari setelah pulang dari rumah Rasulullah, Ali melihat Fatimah sedang berdiri di teras rumah.“Hai isteriku,
apakah ada makanan hari ini untuk suamimu?” tanya Ali.“Demi Allah, aku tak memiliki apa-apa kecuali uang
enam dirham, hasil upah memintal bulu-ulu domba milik Salman al-Farisi. Dan aku berencana ingin membelikan
makanan untuk Hasan dan Husain.”
“Biar aku saja yang membelikannya. Berikan uangnya kepadaku!”
Fatimah pun memberikan uang tersebut.
Ali pun bergegas pergi membeli makanan untuk kedua anaknya. Di tengah jalan, ia ketemu dengan seorang
laki-laki yang berkata, “Siapa yang mau meminjami Tuhan Yang Maha Pengasih dan Yang Selalu Menepati
Janji.”
Ali pun memberikan uang enam dirham tersebut kepadanya. Kemudian pulang ke rumahnya dengan tangan
kosong. Fatimah yang melihat Ali pulang dengan tangan hampa langsung menangis.
“Mengapa kamu menangis?”
“Kenapa kamu pulang tanpa membawa sesuatu? Ke mana uang yang enam dirham tadi?”
“Isteriku yang mulia, aku telah meminjamkannya kepada Allah.”
Mendengar jawaban Ali, Fatimah berhenti menangis dan gembira. “Sungguh! Aku mendukung tindakannmu!”
Lalu Ali pun keluar rumah karena ingin bertemu Rasulullah SAW. Di tengah jalan, ia disapa seorang laki-laki,
“Hai Abu Hasan, maukah kau beli untaku?”
“Aku tak punya uang,” kata Ali
“Bayarnya belakangan saja.”
“Berapa?”
“Seratus dirham.”
“Baik. Kalau begitu aku beli.”
Setelah diberikan untanya kepada Ali, dan Ali pun ingin kembali pulang meletakkan untanya di sekitar
ruamhnya. Di tengah perjalanan, ia disapa seorang laki-laki.
“Hai Abu Hasan, apakah unta tersebut akan kau jual?”
“Ya.”
“Berapa?”
“Tiga ratus dirham.”
“Ya, aku beli.”
Lalu orang tersebut membayarnya dengan kontan 300 dirham dan mengambil unta tersebut.
Ali pun bergegas pulang ke rumahnya. Fatima tersenyum melihat wajah Ali yang sumringah.
“Kelihatan begitu gembira, apa yang terjadi, suamiku?”
“Isteriku yang mulia, kubeli unta dengan bayar tempo seharga 100 dirham. Lalu kujual lagi 300 dirham dengan
kontan.”
“Aku setuju.”
Setelah berdialog di rumahnya, Ali pamit kepada Fatimah mau menemui Rasulullah SAW di mesjid. Ketika
masuk masjid, Nabi SAW tersenyum melihatnya.
“Hai Abu Hasan! Akan kau yang lebih dahulu cerita ataukah aku terlebih dahulu?”
“Anda saja yang cerita, ya Rasul,” jawab Ali.
“Tahukah kamu siapa yang menjual unta kepadamu dan siapa yang membelinya kembali?”
“Tidak. Allah dan Rasul-Nya yang lebih tahu.”
“Berbahagialah Ali. Kamu telah meminjamkan enam dirham kepada Allah. Dan Allah memberimu 300 dirham.
Tiap satu dirham mendapat ganti 50 dirham. Yang pertama datang kepadamu adalah Jibril dan yang terakhir
datang adalah Mikail.”
(Kitab al-Mawaaidz al-Ushfuuriyyah. Diriwayatkan dari Ja’far bin Muhammad yang mendapat cerita dari ayahnya
yang mendengar dari kakeknya mengenai perilakunya.

Anda mungkin juga menyukai