Anda di halaman 1dari 15

ISLAM DARI MASA KE MASA

1. Islam Masa Silam

Islam adalah sebagai pelopor peradaban manusia modern yang pertama kali. Kejayaan
Islam meliputi berbagai aspek ilmu pengetahuan dan kebudayaan. Mengimplementasikan
berbagai hal kehidupan pada beberapa naskah kuno berupa lukisan, maupun tulisan serta karya
karya sastra lainnya. Semua itu membuktikan bahwa peradaban Islam telah lebih dulu mewarnai
kehidupan hingga ke masa-masa sekarang. Bukti-bukti otentik ini akan membuka mata kita,
bahwa peradaban Islam telah memberikan kontribusi yang besar dalam berbaga aspek
kehidupan manusia sejak dulu.

Agama Islam telah diturunkan oleh Allah sejak zaman dahulu. Agama Islam kemudian
dibawa oleh para rasul. Agama Islam adalah agama para nabi dan rasul, karena Allah takkan
menerima agama selain Islam. Islam adalah ajaran agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad
SAW untuk menyempurnakan agama-agama yang telah ada sebelumnya. Islam dikenal
dengan rahmatal lil alamin nya, dimana Allah Tuhan pencipta alam semesta hanya mengakui
Islam sebagai satu-satu nya agama yang mendapat rahmat dan karunia dari Allah SWT.

"Maka apakah mereka mencari agama yang lain selain dari agama Allah, padahal kepadaNya-
lah Islam (berserah dir) segala apa yang di langit dan di bumi, baik dengan suka maupun
terpaksa dan hanya kepada Allah-lah mereka dikembalikan." (QS 3:83)

"Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidak akan diterima (agama
itu), da dia di akhirat termasuk orang-orang yang merugi." (QS 3:85)

Inti ajaran Islam adalah kedamaian, keselamatan, dan kesejahteraan dengan menjalin
hubungan vertikal dengan Allah, dan hubungan horizontal terhadap sesama manusia juga mahluk
yang lainnya. Memelihara hubungan dengan Allah adalah kita harus melaksanakan perintah dan
menjauhi larangan Allah. Inti dari perintah Allah adalah mengesakan-Nya (QS 21:25), beribadah
hanya kepada-Nya (QS 1:5), dan menjalankan syari'ah-Nya (QS 42:13). Sedangkan memelihara
hubungan dengan sesama adalah dengan melakukan perbuatan baik, amal saleh, dan berbagai hal
yang bermanfaat bagi kehidupan manusia.

2. Islam di Dunia
Perkembangan Islam terbagi dalam tiga periode, yaitu Periode Klasik (650-1250),
Periode Pertengahan (1250-1800), dan Periode Modern (1800-sekarang).
PERIODE KLASIK (650 1250 M)

Masa klasik dalam periodisasi islam yaitu masa dimana ketika nabi Muhammad
SAW diutus menjadi Rasul. Ada juga yang mengatakan bahwa masa klasik yaitu masa
dimana hijrahnya Rasul Allah ke Madinah.

Nabi Muhammad diutus dengan Al-Quran sebagai penyangga utamanya. Oleh


karena masyarakat jahiliyah sangat menyukai dengan kesusastraan. Maka, Al-Quran
diturunkan dengan bahasa sastra yang lazim dipakai masyarakatnya. Itu semua
didasarkan yaitu untuk:

1. Menyesuaikan diri dengan tradisi masyarakatnya (agar komunikatif)


2. Menantang dan mengungguli syair-syair jahiliyah.

Dalam menyampaikan risalah Tuhan, nabi Muhammad SAW menemui gangguan


dan rintangan yang keras. Rintangan itu dapat berupa ancaman pembunuhan dari
masyarakat kafir Quraisy. Oleh karena beratnya penderitaan yang ditanggung kaum
muslimin, Nabi Muhammad SAW memerintahkan sahabatnya mencari suaka ke Ethiopia.
Pemimpin negeri Ethiopia Raja Negus menolak ekstradisi para imigran islam yang
dituntut oleh kaum Quraisy.

Demikian keadaan Nabi Muhammad SAW selama berdakwah di Mekkah, sampai


kemudian ia melakukan perjanjian dengan beberapa orang utusan dari masyarkat kota
Yastrib, yang tidak berapa lama kemudian mengantarkannya berhijrah ke Madinah. Di
tempat baru ini, beliau membangun masyarakat dan meneruskan dakwahnya. Ia
menyebut pernduduk asli dengan Anshor, sedangkan penduduk yang bermigrasi disebut
Muhajirin.

Selama 10 tahun Rasul Allah SAW tinggal di Madinah hingga akhirnya ia dan
kaum muslimin berhasil mendapatkan kesempatan menaklukan kota Mekkah dan
membebaskan Kabah dari berbagai berhala.

Setelah wafatnya Rasul, kepemimpinan diambil alih oleh para khalifah. Mulai
dari khalifah Abu Bakar hingga Ali, yang disebut sebagai masa al-Khualafa al-Rashidun.
Berikut ini adalah urutan khalifah yang memimpin setelah Rasul wafat, yaitu:

a. Abu Bakar al-Shidiq (w. 634M/11 H)

Kebijakan pertama yang ia lakukan adalah memerangi orang-orang yang murtad


dan golongan orang yang menolak membayar zakat. Ia juga melanjutkan kebijakan Rasul
SAW dengan mengirim pasukan pemimpin Usamah bin Zayd ke Syria, yang sebelumnya
sampai tertunda karena sakit keras yang menderanya, menjelang kewafatannya. Ia juga
berhasil mengumpulkan Al-Quran dalam satu mushaf yang berserakan pada pelepah
kurma, batu tipis, tulang dan lembaran kain atau kulit binatang.

b. Umar bin Khattab (w. 644 M/23 H)

Pada masa pemerintahannya ia melakukan ekspansi ke negeri Persia, Iraq,


Palestina, Syria hingga Mesir. Hal ini ia lakukan demi membebaskan wilayah jajahan-
jajahan tersebut dari jajahan Romawi. Ia meninggal di usia 63 tahun akibat dibunuh oleh
Abu Luluah al-Majusi yang berasal dari Persia.

c. Usman bin Affan (w. 656 M/35 H)

Pada masa pemerintahannya ia berhasil menyusun al-Quran dalam satu bentuk


bacaan yang sebelumnya memilki banyak versi. Ia juga berhasil memperluas wilayah
islam ke Turki, Siprus, Afrika Utara, Asia Tengah, Khurasan dan Balkh di Afganistan.
Pasukan tangguh dan kuat pertahanannya. Usman meninggal dunia dalam usia 82 tahun
ketika membaca al-Quran, akibat ketidakpuasan rakyatnya atas kebijakan politiknya
yang cenderung nepotisme.

d. Ali bin Abi Thalib (w. 661 M/40 H)

Pada waktu pemerintahan Ali bin Abi Thalib, terjadi berbagai kerusuhan dan
kekacauan setelah terbunuhnya Usman. Rakyat menuntutnya untuk segera menghukum
pembunuh Usman. Itu sulit diwujudkan,karena kondisi negara yang tidak stabil. Ia hanya
menetapkan yaitu memerangi kelompok pembangkang tersebut yang berujung pada
terjadinya perang Jamal pimpinan Aisyah yang didukung Zubair dan Talhah dan perang
Siffin pimpinan Muawiyah. Dalam perang Siffin, Ali menerima arbitrasi yang
menyebabkan pasukannya terbelah menkadi dua. Satu menolak, sedang yang lain
menerimanya. Kelompok yang menolak inilah disebut Khawarij yang bertanggung jawab
atas terbunuhnya sang Khalifah.

Setelah pemerintahan yang dipimpin oleh para khalifah, pemerintahan islam itu
berganti menjadi Monarchy heredits (kerajaan turun-temurun). Dinasti-dinastinya terdiri
dari:

1. Dinasti Amawi (Bani Ummayah)


Dinasti Umayyah merupakan kerajaan Islam pertama yang didirikan oleh
Muawiyah Ibn Abi Sufyan. Perintisan dinasti ini dilakukannya dengan cara menolak
pembaiatan terhadap khalifah Ali bin Abi Thalib, kemudian ia memilih berperang dan
melakukan perdamaian dengan pihak Ali dengan strategi politik yang sangat
menguntungkan baginya. Penyerahan kekuasaan pemerintahan Islam dari Hasan ke
Muawiyah ini menjadi tonggak formal berdirinya kelahiran Dinasti Umayyah di bawah
pimpinan khalifah pertama, Muawiyah ibn Abu Sufyan.
Dengan demikian berdirilah dinasti baru yaitu Dinasti Bani Umayyah (661-750
M) yang mengubah gaya kepemimpinannya dengan cara meniru gaya kepemimpinan
raja-raja Persia dan Romawi berupa peralihan kekuasaan kepada anak-anaknya secara
turun temurun. Keadaan ini yang menandai berakhirnya sistem pemerintahan khalifah
yang didasari asas demokrasi untuk menentukan pemimpin umat Islam yang menjadi
pilihan mereka. Pada masa kekuasaan Bani umayyah ibukota Negara dipindahkan
muawiyah dari Madinah ke Damaskus, tempat Ia berkuasa Sebagai gubernur
Sebelumnya.
Berikut nama-nama ke 14 khalifah Dinasti Bani Umayyah yang berkuasa:
1. Muawiyah bin Abi Sufyan (41-60 H/661-680 M)
2. Yazid bin Muawiyah (60-64 M/680-683 M)
3. Muawiyah bin Yazid (64-64 H/683-683 M)
4. Marwan bin Hakam (64-65 H/683-685 M)
5. Abdul Malik bin Marwan (65-86 H/685-705 M)
6. Walid bin Abdul Malik (86-96 H/705-715 M)
7. Sulaiman bin Abdul Malik (96-99 H/715-717 M)
8. Umar bin Abdul Aziz (99-101 H/717-720 M)
9. Yazid bin Abdul Malik (101-105 H/720-724)
10. Hisyam bin Abdul Malik (105-125 H/724-743 M)
11. Walid bin Yazid (125-126 H/743-744 M)
12. Yazid bin Walid (126-127 H/744-745 M)
13. Ibrahim bin Walid (127-127 H/745-745 M)
14. Marwan bin Muhammad (127-132 H/745-750 M)

Dinasti Umayyah telah mampu membentuk perdaban yang kontemporer


dimasanya, baik dalam tatanan sosial, politik, ekonomi dan teknologi. Berikut Prestasi
bagi peradaban Islam dimasa kekuasaan Bani Umayah didalam pembangunan berbagai
bidang antara lain:
Menertibkan angkatan bersenjata.
Pencetakan mata uang oleh Abdul Malik, mengubah mata uang Byzantium dengan
Persia yang dipakai di daerah-daerah yang dikuasai Islam. Mencetak mata uang
sendiri tahun 659 M dengan memakai kata dan tulisan Arab.
Keberhasilan kholifah Abdul Malik melakukan pembenahan-pembenahan
administrasi pemerintahan Islam dan memberlakukan bahasa Arab sebagai bahasa
resmi administrasi pemerintahan Islam.
Membangun panti-panti untuk orang cacat. Dan semua personil yang terlibat dalam
kegiatan humanis di gaji tetap oleh Negara.
Membangun pabrik-pabrik, gedung-gedung pemerintahan, dan masjid-masjid yang
megah.
Pengembangan di ilmu-ilmu agama, karena dirasa penting bagi penduduk luar jazirah
Arab yang sangat memerlukan berbagai penjelasan secara sistematis ataupun secara
kronologis tentang Islam. Diantara ilmu-ilmu yang berkembang yakni tafsir, hadis,
fiqih, Ushul fiqih, Ilmu Kalam dan Sirah/Tarikh.

2. Dinasti Abbasiyah (Bani Abbasiyah)


Bani Abbas telah mulai melakukan upaya perebutan kekuasaan sejak masa
Khalifah Umar bin Abdul Aziz (717-720 M) berkuasa. Khalifah itu dikenal memberikan
toleransi kepada berbagai kegiatan keluarga Syiah. Keturunan Bani Hasyim dan Bani
Abbas yang ditindas oleh Daulah Umayah bergerak mencari jalan bebas, dimana mereka
mendirikan gerakan rahasia untuk menumbangkan Daulah Umayah dan membangun
Daulah Abbasiyah. Maka bertepatan pada bulan Zulhijjah 132 H (750 M) dengan
terbunuhnya Khalifah Marwan II di Fusthath, Mesir dan maka resmilah berdiri Daulah
Abbasiyah. Kekuasaan Dinasti Bani Abbasiyah adalah melanjutkan kekuasaan Dinasti
Bani Umayyah. Dinamakan Daulah Abbasiyah karena para pendiri dan penguasa Dinasti
ini adalah keturunan Abbas, paman nabi Muhammad SAW. Dinasti Abbasiyah didirikan
oleh Abdullah al-Saffah ibn Muhammad ibn Ali ibn Abdullah ibn al-Abbass.

Periode Pertama (750-847 M)


Pada periode ini, seluruh kerajaan Islam berada di dibawah kekuasaan para
Khalifah kecuali di Andalusia. Adapun para Khalifah yang memimpin sebagai berikut:
a. Abul Abbas as-saffah (750-754 M)
b. Abu Jafar al mansyur (754 775 M)
c. Abu Abdullah M. Al-Mahdi bin Al Mansyur (775-785 M)
d. Abu Musa Al-Hadi (785786 M)
e. Abu Jafar Harun Ar-Rasyid (786-809 M)
f. Abu Musa Muh. Al Amin (809-813 M)
g. Abu Jafar Abdullah Al Mamun (813-833 M)
h. Abu Ishak M. Al Mutashim (833-842 M)
i. Abu Jafar Harun Al Watsiq (842-847 M)
j. Abul Fadhl Jafar Al Mutawakkil (847-861)
Periode kedua (232 H/847 M 590 H/1194 M)
Pada periode ini, kekuasaan bergeser dari sistem sentralistik pada sistem
desentralisasi, yaitu ke dalam tiga negara otonom:
a. Kaum Turki (232-590 H)
b. Golongan Kaum Bani Buwaih (334-447 H)
c. Golongan Bani Saljuq (447-590 H)

Dinasti-Dinasti di atas pada akhirnya melepaskan diri dari kekuasaan Baghdad


pada masa Khalifah Abbassiyah.

Periode ketiga (590 H/1194 M 656 H/1258 M)


Pada periode ini, kekuasaan berada kembali ditangan Khalifah, tetapi hanya di
baghdad dan kawasan-kawasan sekitarnya.

DINASTI BANI UMAIYAH DI CORDOVA


Pada masa pemerintahannya Cordova dijadikan sebagai pusat pemerintahan:
1. Al-Harun bin Abdurrahman al-Tsafiqi (716-719 M)
2. Saman bin Malik Al-Chaulany (719-721 M)
3. Anbasah (723-726 M)
Pendiri Dinasti Umayyah di Cordova
Masa Pemerintahan Amir-Amir Bani Umayyah:
1. Abdurrahman Al-Dakhil (757-788 M)
Setelah mendirikan kerajaan besar di Andalusia, langkah pertama yang dilakukannya
adalah memperbaiki keadaan dalam negeri. Hampir seluruh usianya dipergunakan untuk
memerangi lawan-lawannya seperti ancaman dari Abu Jafar Al-Manshur (khalifahAbbasiyah
kedua), perlawanan dari Raja Frank, Prancis, dan sebagainya. Setelah merasa aman barulah
Abdurrahman melaksanakan pembangunan demi kesejahteraan rakyatnya. Diantaranya adalah
mendirikan Masjid Agung di Cordova, yaitu masjid Al-Hambra dan setelah beliau wafat
pembangunan kemudian dilanjutkan putranya Hisyam I. Abdurrahman wafat di usianya yang ke-
61 dan ia telah memerintah selama kurang lebih 31 tahun lamanya.
2. Hisyam bin Abdurrahman (796-822 M)
Beliau seorang yang salih dan adil. Dalam bidang pendidikan ia sangat mengutamakan
sehingga lahirlah jabatan hakim (Qadli). Dan di bidang pembangunan ia menyelesaikan Mesjia
Raya Cordova.
3. Hakam I bin Hisyam (796-822 M)
Tabiatnya sangat berbeda dengan ayahnya, ia suka sekali berbuat maksiat terhadap
rakyatnya, sehingga banyak terjadi pemberontakan pada saat itu.
4. Abdurrahman II/Al-Ausath (822-852 M)
Beliau dikenal sebagai penguasa yang cinta ilmu, usaha-usaha yang dilakukannya pun
begitu banyak baik di bidang politik, ekonomi, maupun pembangunan.

Kemajuan Peradaban Islam di Spanyol


Abdurrahman II, pada tahun 929 M menyempurnkan fungsi Mesjid Cordova.
Pada zaman Umayyah di Cordova tercatat sejumlah ulama-ulama ,yang melahirkan
karya-karya besar, diantaranya:
Al-Zabadi (guru Ibn Quthiyah); dianhtara karyanya Mukhtsahar al-Ayn, dan Akhbar al-
Nahwiyn.
Ali al-qali (tinggal di Cordova atas undangan Nashir pada tahumn 330 H/941 M),
diantara karyana adalah al-Amali dan al-Nawadin.
Ibn al-Quthiyah Abu Bakar Muhammad Ibn Umar (367 H/977 M). diantara karyanya
adalah al-Afal dan Faalla wa Af alat.

Mazhab fikih yang berkembang di cordova adalah mazhab Maliki. Mazhab ini
diperkenelkan oleh Ziyad Ibn Abd Rahman Ibn Abd Ziyad al-Lahmi pada Zaman Hisyam I Ibn
Abd Rahman al-Dakhil.
Ulama besar di bidang fikih yang hidup pada zaman Umayyah adalah Abu Muhammad
Ali Ibn Hazm(455H/1063). Pda awalnya, beliau adalah pengikut Imam Syafii, kemudian kia
pindah ke mazahab al-Zahiri. Disamping itu ia juga, yang memperkenalkan ajaran asyariah di
Eropa. Dalam bidang fikih, Ibn Hazm menulis kitab al-ihkam fi Ushul al Hakam dan dalam
bidang ilmu kalam, beliau menulis kitab al-Fash fi al-Milal wa Ahwafi al- Nihal. Menurut catatn
sejarah, beliau menulis sekitar 400 buku tentang teolog, fikih, hadist dan puisi.

DINASTI TULUN
Dinasti ini didirikan oleh Ahmad bin Thulun tahun 868 M. Ayahnya adalah seorang
budak belian dari Turki, panglima Tahir Ibn Husain mengirimkannya kepada khalifah al-
Makmun sebagai hadiah. Karena ketangkasan dan keprofesionalannya dalam militer akhirnya al-
Makmun mengangkatnya menjadi Rais al-Hars (kepala pengawal istana), setelah bapaknya
wafat, ibunya dikawini oleh Emir Baibek.
Dengan bantuan Emir Baibek, Ahmad bin Thulun diangkat menjadi wali daerah Mesir
dan Libya. Setelah beberapa lama menduduki jabatan itu, dimulailah memperteguh
kedudukannya itu. Dibelinya beberapa orang budak bangsa Dailam dan bangsa Zanji (Negro),
mulailah ia menyatakan maksudnya dengan terang-terangan, yaitu memutuskan hubungan
dengan khalifah di Baghdad. Di atas mimbar pada hari Jumat ia menggantikan ucapan pujian
kepada khalifah dengan ucapan pujian kepada Ahmad bin Thulun sendiri, sebagai Raja Mesir.
Hasil pajak pun tidak dikirimkan lagi ke Baghdad.
Akhirnya dikirimlah pasukan untuk menaklukkannya, tetapi tidak berhasil karena
kedudukan Ahmad bin Thulun telah kuat, ditambah dengan simpati rakyat Mesir kepadanya.
Sebab selama ini mereka membayar pajak yang amat tinggi kepada Baghdad, padahal tidak ada
yang tinggal buat Mesir sendiri. Setelah kedudukannya kuat di Mesir, tahun 868
memproklamirkan berdirinya Dinasti Thuluniyah.

Kemajuan
Dinasti ini walaupun hanya sebentar berkuasa (37 tahun), tapi memiliki prestasi yang
patut dicatat dalam sejarah, yaitu:
1. Berhasil membawa Mesir kepada kemajuan, sehingga Mesir menjadi pusat kebudayaan Islam
yang dikunjungi para ilmuan dari pelosok dunia Islam.
2. Dalam bidang arsitektur, telah meninggalkan bangunan Masjid Ahmad Ibnu Thulun yang
bercorak Iraq, menaranya merupakan menara tertua di Mesir. Bangunan lain adalah Istana
Khumarwaihi dengan memakai balairung dan dinding emas. Istana ini berada di tengah-
tengah kebun yang penuh dengan tumbuh-tumbuhan yang harum dan dilengkapi dengan
kebun binatang.
3. Dalam bidang kesehatan, pada masa dinasti ini telah dibangun rumah sakit yang menelan
biaya 80.000 dinar.
4. Dalam bidang pertanian, perbaikan air di pulau Raudah (dekat Kairo) yang pertama kali
dibangun pada tahun 716 M. dengan berfungsinya kembali alat ini, irigasi Mesir menjadi
lancar dan pada gilirannya sangat membantu dalam meningkatkan hasil pertanian.
5. Kemajuan di bidang militer terutama pasukan perang dan angkatan laut. Dengan pasukan
yang berkekuatan 100.000 orang dan 100 kapal perang.

DINASTI FATIMIYAH DI MESIR (909-1172 M)


Pada tahun 909 M, Said berhasil mengusir Ziadatullah seorang penguasa Aghlabid
terakhir untuk keluar dari negrinya. Kemudian, Said diproklamasikan menjadi imam pertama
dengan gelar Ubaidillah al-Mahdi. Dengan demikian berdirilah pemerintahan Fatimiyah pertama
di Afrika dan al Mahdi menjadi khalifah pertama dari dinasti Fatimiyah yang bertempat di
Raqpodah daerah al-Qayrawan. Pada tahun 973 M kota Kairo menjadi kediaman imam atau
khalifah Fatimiyah dan pusat pemerintahan.

Khalifah Daulah Fatimiyah


Khalifah-khalifah daulah Fatimiyah secara keseluruhan ada empat belas orang:
Abu Muhammad Abdullah (Ubaydillah) al-Mahdi billah (909 M - 934 M).
Abul-Qasim Muhammad al-Qa'im bi-Amr Allah bin al-Mahdi Ubaidillah (934 M - 946 M).
Abu Zahir Isma'il al-Mansur billah (946 M 953 M).
Abu Tamim Ma'ad al-Mu'izz li-Dinillah (953 M 975 M).
Abu Mansur Nizar al-'Aziz billah (975 M 996 M).
Abu 'Ali al-Mansur al-Hakim bi-Amrullah (996 M- 1021 M).
Abu'l-Hasan 'Ali al-Zahir li-I'zaz Dinillah (1021 M - 1036M).
Abu Tamim Ma'add al-Mustansir bi-llah (1036 M 1094 M)
Al-Musta'li bi-llah (1094 M 1101 M).
Al-Amir bi-Ahkamullah (1101 M -1130 M).
'Abd al-Majid al-Hafiz (1130 M -1149 M).
al-Zafir (1149 M 1154 M).
al-Fa'iz (1154 M - 1160 M).
al-'Adid (1160 M 1171 M).

Masa Kemajuan dan Kontribusi Dinasti Fatimiyah Terhadap Peradaban Islam


Seorang ilmuan yang paling terkenal pada masa Fatimiyah adalah Yakub Ibnu Killis. Ia
berhasil membangun akademi-akademi keilmuan yang mengahabiskan ribuan Dinar
perbulannya. Pada masanya, ia berhasil membesarkan seorang ahli fisika yang bernama
Muhammad Attamimi. Disamping Attamimi ada juga seorang ahli sejarah yang bernama
Muhammad Ibnu Yusuf Al Kindi dan Ibnu Salamah Al Qudai. seorang ahli sastra yang muncul
pada masa Fatimiyah adalah Al Aziz yang berhasil membangun masjid Al Azhar.
Kemajuan keilmuan yang peling fundamental pada masa Fatamiyah adalah
keberhasilannya membangun sebuah lembaga keilmuan yang disebut Darul Hikam atau Darul
Ilmi yang dibangun oleh Al Hakim pada tahun 1005 Masehi.
Ilmu astronomi banyak dikembangkan oleh seorang astronomis yaitu Ali Ibnu Yunus kemudian
Ali Al Hasan dan Ibnu Haitam. Dalam masa ini kurang lebih seratus karyanya tentang
matematika, astronomi, filsafat dan kedokteran telah dihasilkan.
Pada masa pemerintahan Al Hakim didirikan Bait Al Hikmah, terinspirasi dari lembaga
yang sama yang didirikan oleh Al Makmun di Bahgdad. Pada masa Al Muntasir terdapat
perpustakaan yang di dalamnya berisi 200.000 buku dan 2.400 Illuminated Al-Quran ini
merupakan bukti kontribusi Dinasti Fatimiyah bagi perkembangan budaya Islam.

DINASTI SALJUK
Berikut daftar khalifah-khalifah Abbasiyah zaman Seljuq dan memerintah di Baghdad:
1. Al-Qaim (422-467 H/1031-1074 M)
2. Al-Mustanzir (467-487 H/1075-1094 M)
3. Al-Muqtadi (487-512 H/1094-1118 H)
4. Al-Mustarshid (512-529 H/1118-1134 H)
5. Al-Rashid (529-530 H/1134-1135 M)
6. Al-Muqtafi (530-555 H/1135-1160 M)
7. Al-Mustanjid (555-566 H/1160-1170 M)
8. Al-Mustadi (566-575 H/1170 H-1180 M)
9. Al-Nasir (575-622 H/1180-1225 M)
10. Al-Zahir (622-623 H/1225-1226 M)
11. AL-Mustansir (623-640 H/1226-1242 M)
12. Al-Mustasim (640-656 H/1242-1258 M)

Berikut Daftar para pemimpin Dinasti Saljuq:


1. Rukn al-Dunya wa al-Din Thugril Bek I (429 H/1038 M)
2. Adud al-Daulah Alp Arslan (455H/1063 M)
3. Jalal al-Daulah Malik Syah I (465H/1072 M)
4. Nasir al-Din Mahmud I (485 H/1092 M)
5. Rukn al-Din Barkiyaruq (487 H/1094 M)
6. Muizz al-Din Malik Syah II (498 H/ 1103 M)
7. Ghiyath al-Din Muhammad I (498 H/1103 M)
8. Muizz al-Din Sanjar (511-522H/1118-1157 M)

Kemajuan Peradaban di Era Kekuasaan Dinasti Saljuk


Perhatian pemerintah terhadap perkembangan ilmu pengetahuan melahirkan banyak
ilmuwan muslim pada masanya. Diantara mereka adalah Az-Zamakhsyari dalam bidang tafsir,
bahasa, dan teologi; Al-Qusyairy dalam bidang tafsir; Abu Hamid al-Ghazali Rahimahullah
dalam bidang teologi; Farid al-Din al-Aththar; Umar Khayam dalam bidang sastra.

DINASTI AL-AYYUBIYAH
Pendiri Dinasti Al-Ayyubiyah
Dinasti Al-Ayyubiyah (569 H/650 H s.d 1174 M/1252 M) merupakan dinasti-dinasti yang
pernah berkuasa di Mesir, dinasti ini di,mulai dengan berkuasanya Sultan Salahuddin Yusuf Al-
Salah Ad-Din Al-Ayyubi. Di Eropa lebih dikenal dengan sebutan Saladin.
Dinasti Al-Ayyubiah berdiri di atas puing-puing Dinasti Fatimiyah di Mesir.Setelah
meninggal, Syirkuh di ganti oleh Salahuddin Al-Ayyubi.Kematian Khalifah Al-Adid dari
Fatimiyah pada tahun 567 H/ 1171 M Al-Ayyubi. Ayyubi di akui oleh khalifah Mesir oleh al-
Muhtadi, Dinasti Bani Abbas pada tahun 1175 M. untuk mengantisifasi pemberontakan dari
pengikut Fatimiyah dan serangan dari tentara Salib. Al-Ayyubi membangun benteng bukit di
Mukattam.Tempat ini menjadi pusat pemerintahan dalam kemiliteran.

Para penguasa Dinansti Al- Ayyubiyah terdiri atas:


1. Salahuddin Al-Ayyubi (564 H/1169 M 589 H/1193 M)
2. Malik Al-Aziz Imaduddin (589 H/1193 M 595 H/1198 M)
3. Malik Al-Mansur Nasiruddin (595 H/1198 M 595 H/1200 M)
4. Malik Al-Adil Sifuddin, pemerintahan I (596 H/ 1200 M 1200 H/1218 M)
5. Malik Al-Kamil Muhammad (615 H/1218 M 635 H/1238 M)
6. Malik Al-Adil Saifuddin, pemerintahan II (635 H/1238 M 637 H/1240 M)
7. Malik As-Saleh Najmudin (637 H/1240 M 647 H/1229)
8. Malik Al-Muazzam Turansyah (647 H/1249 M)
9. Malik Al-Asyraf Muzaffaruddin (647 H/1249 M 650 H/1252 M)
Setelah Salahuddin al-ayyubi meninggal dunia, daerah kekuasaanya yang terbentang dari
sungai Tigris hingga sungai Nil itu dibagikan kepada keturunannya, antara lain:
Al-Malik Al-Afdal Ali untuk wilayah Damaskus
Al-Aziz untuk wilayah Kairo
Al-Malik Al-Jahir untuk wilayah Aleppo
Al-Adil adik Salahuddin untuk wilayah Al-Karak dan Asy-Syaubak.

Perkembangan Peradaban Islam pada masa Dinasti Al-Ayyubiyah


Salahuddin Al-Ayyubi bukan hanya dikenal sebagai panglima perang yang ditakuti,
melainkan lebih dari itu ia adalah seorang yang sangat memperhatikan kemajuan pendidikan,
mendorong studi keagamaan, membangun bendungan, menggali terusan, serta mendirikan
sekolah dan masjid. Salah satu karya yang sangat monumental ialah Qalah Al-Jabal, sebuah
benteng yang di bangun di Kairo pada 1183 M. Dalam bidang Arsitektur dapat diperhatikan
dengan berdirinya masjid agung di sulaiman yang dimulai pembangunannya sejak Dinasti
Umayyah pada tahun 717 M, yakni masjid agung Aleppo.
Berkembangnya peradaban turut melahirkan sejumlah penulis, sastrawan dan Ilmuwan
terkemuka seperti Abu Firais Al Hamadani dan abu Tayyeb Al mutanabbi. Kota Aleppo pun
bertambah luas meliputi : Kelikia, Malatya, Diarbekir, Antioch, Tarsus, mardin, dan Roum Qala.
dan pada tahun 353 H Aleppo di serang imperium Romawi.
Kekhidmatan kepada Nabi Muhammad saw bagi Salahuddin Al-Ayyubi, merupakan salah
satu wujud kecintaannya pada ajaran Islam, dan di adakakanlah peringatan Maulid Nabi
Muhammad saw. Pertama kali di selenggarakan oleh Muzaffar ibn Baktati, Raja Mesir yang
terkenal arif dan bijaksana. Sementara itu pencetus peringatan ialah panglima perangnya,
Salahuddin Al-Ayyubi.

DINASTI UTSMANIYAH DI ISTAMBUL


Bangsa Turki tercatat dalam sejarah atas keberhasilannya mendirikan dua Dinasti, yaitu
Dinasti Turki Saljuk dan Turki Usmani. Kehancuran Dinasti Turki Saljuk oleh serangan bangsa
Mongol merupakan awal dari terbentuknya Dinasti Turki Usmani.
Orang-orang Utsmaniyah bernasab pada kabilah qobi yang berasal dari kabilah Ghizz
Turkmaniyah yang beragama islam dari negeri Turkistan.Tatkala terjadi penyerbuan mongolia
atas negeri itu, kakek mereka (sulaiman) berhijrah ke negeri romawi, lalu ke syam dab ke irak.
Dan mereka tenggelam di sungai Eufrat.
Nama Kerajaan Usmani diambil dari nama putra Erthogrul. Ia mempunyai seorang putra
yang bernama Usman yang lahir pada tahun 1258. Nama Usman inilah yang kemudian lahir
istilah Kerajaan Turki Usmani atau Kerajaan Usmani. Pendiri Kerajaan ini adalah bangsa Turki
dari Kabila Oghus. Yang mendiami daerah Mongol dan daerah Utara Negeri Cina, kemudian
pindah ke Turkistan, lalu ke Persia dan Iraq sekitar abad ke-9 dan 10.
Dalam masa kurang lebih 6 abad (1294-1924), berkuasa, kerajaan turki usmani
mempunyai raja sebanyak 40 orang yang silih berganti, namun demikian, dalam makalah ini
akan kami bahas beberapa raja yang berpengaruh saja, diantaranya:
Sultan Ustman bin Urtoghal (699-726 H/ 1294-1326 M)
Sultan Urkhan bin Utsman (726-761 H/ 1326-1359 M)
Sultan Murad I bin Urkhan (761-791 H/ 1359-1389 M)
Sultan Bayazid I bin Murad ( 791-805 H/ 1389-1403 M)
Sultan Muhammad I bin Bayazid (816-824 H/ 1403-1421 M)

Kemajuan Turki Usmani


Secara umum pada masa dinasti usmaniyah tidak terlalu memfokuskan perhatian
terhadap ilmu pengetahuan, sehingga mengakibatkan Bidang ilmu pengetahuan kurang begitu
menonjol, tidak seperti Dinasti islam sebelumnya, akan tetapi ada beberapa titik kemajuan yang
terlihat yaitu pada masa sultan Muhammad al-fatih.
Pada masa sultan al-fatih telah dilakukan penerjemahan khazanah-khazanah lama dari
bahasa yunani, latin, Persia dan arab kedalam bahasa turki, salah satu buku yang diterjemahkan
adalah masyahir al-rijal (orang-orang terkenal) karya poltark, buku-buku lainnya yang
diterjemahkan ke bahasa turki adalah buku karangan abu al-qasim al-zaharowi al-andalusi,
seorang ahli kedokteran yang berjudul al-tashrif fi al-thibbi. Buku ini kemudian diberi tambahan
pembahasan alat-alat untuk bedah dan posisi pasien tatkala terjadi operasi bedah.

KERAJAAN-KERAJAAN KECIL
Kerajaan Safawi di Persia/Iran (907-1135H/1501-1722M).
Kerajaan Mogul di India (1526-1858), dan Dinasti kecvil lainnya di Timur dan di Barat.

Pada periode klasik (650-1250 M), Islam mengalami dua fase penting yaitu fase ekspansi,
integrasi dan puncak kemajuan (650-1000 M). Di fase inilah Islam di bawah kepemimpinan para
khalifah mengalami perluasan pengaruh yang sangat signifikan, kearah Barat melalui Afrika
Utara Islam mencapai Spanyol dan kearah Timur melalui Persia Islam sampai ke India. Masa ini
juga ditandai dengan perkembangan ilmu pengetahuan (di bidang agama maupun non agama)
dan kebudayaan. Dalam bidang hukum dikenal para imam mazhab seperti Malik, Abu Hanifah,
Syafii, dan Ibn Hanbal. Di bidang teologi dikenal tokoh-tokoh seperti Abu Hasan al-Asyari, al-
Maturidi, Wasil ibn Atha al-Mutazili, Abu al-Huzail, al-Nazzam dan al-Jubai. Di bidang
ketasawwufan dikenal Dzunnun al-Misri, Abu Yazid al-Bustami, al-Hallaj dan lainnya lagi.
Sementara dalam bidang filsafat dan ilmu pengetahuan kita mengenal al-Kindi, al-Farabi, Ibn
Sina, Ibn Miskawaih, Ibn al-Haytsam, Ibn Hayyan, al-Khawarizmi, al-Masudi dan al-Razi.
Sedangkan fase kemunduran (1000-1250 M) yang ditandai dengan perpecahan dan
kemunduran politik umat Islam hingga berpuncak pada jatuhnya Baghdad oleh bala tentara
Hulagu di tahun 1258 M.

PERIODE PERTENGAHAN (1250-1800)


Sejarah perkembangan peradaban Islam dibagi menjadi tiga bagian, yaitu: priode klasik
(650 -1250 M), priode pertengahan (1250 1800 M) dan priode modern (1800 sekarang).Yang
dimaksud abad pertengahan ialah tahapan sejarah umat Islam yang diawali sejak tahun-tahun
terakhir keruntuhan Daulah Abbasiyah (1250 M ) sampai timbulnya benih-benih kebangkitan
atau pembaharuan Islam yang diperkirakan terjadi sekitar tahun 1800 M. Periode pertengahan ini
juga terbagi menjadi dua bagian, yaitu masa kemunduran I (1250 1500 M) yaitu fase
ini ditandai dengan kekuasaan islam terpecah pecah dan menjadi kerajaan yang terpisah-pisah.
Sedangkan masa tiga kerajaan besar (1500 1800 M).

PERIODE MODERN (1800-sekarang)


Pasca kehancuran abbasiyah muncul beberapa dinasti seperti Usmaniyah di Turki,
Safawiyah di Persia, dan Mughal di India, dalam kurun waktu 1500-1800 M. Tiga kerajaan besar
ini memiliki kejayaan masing-masing, terutama dalam bentuk literatur dan arsitek. Pada awal
kemunculannya, ketiga dinasti ini memainkan peranan yang cukup signifikan dalam meraih
kembali kejayaan islam.Tetapi seiring dengan perkembanagan waktu ketiganya mengalami
kemunduran dan akhirnya mengalami kehancuran.
Kemajuan umat Islam di masa ini lebih banyak merupakan warisan kemajuan di masa
periode klasik. Perhatian pada ilmu pengetahuan masih kurang.Tentu saja bila dibanding
kemajuan yang dicapai pada masa Dinasti Abbasiyah, khususnya di bidang ilmu pengetahuan.
Namun kemajuan pada masa ini terwujud setelah dunia Islam mengalami kemunduran beberapa
abad lamanya.
Dengan adanya penyimpangan-penyimpangan tersebut mendorong munculnya para
penggagas dan pembaharu Muslim yang berusaha menyadarkan terhadap penyimpangan
penyimpangan yang telah di lakukan agar kembali jalan yang di ridhoi allah SWT. Tokoh-
tokoh tersebut antara lain :
Muhammad bin Abdul Wahap
Rifaah Badawi Rafi At Tahtawi atau At Tahw
Jamaludin Al Afghani

MODEL PEMERINTAHAN KHALIFAH


Sistem pemerintahan Islam yang diwajibkan oleh Tuhan alam semesta adalah sistem
Khilafah. Di dalam sistem Khilafah ini Khalifah diangkat melalui baiat berdasarkan Kitabullah
dan Sunnah Rasul-Nya untuk memerintah sesuai dengan wahyu yang Allah turunkan. Dalil-dalil
yang menunjukkan kenyataan ini sangat banyak, diambil dari al-Kitab, as-Sunnah, dan Ijmak
Sahabat.

Dalil dari al-Kitab di antaranya bahwa Allah SWT telah berfirman menyeru Rasul saw:
Karena itu, putuskanlah perkara mereka menurut apa yang telah Allah turunkan dan janganlah
kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah datang
kepadamu.
(QS al-Maidah [5]: 48).

Hendaklah kamu memutuskan perkara di antara mereka menurut apa yang telah Allah turunkan,
janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka, dan berhati-hatilah terhadap mereka supaya
mereka tidak memalingkan kamu dari sebagian wahyu yang telah Allah turunkan kepadamu.
(QS al-Maidah [5]: 49).

Dengan demikian, perintah untuk menaati Imam/Khalifah merupakan perintah untuk


mengangkatnya, dan perintah untuk memerangi siapa saja yang hendak merebut kekuasaan
Khalifah menjadi qarnah (indikasi) yang tegas di seputar keharusan untuk mewujudkan hanya
seorang khalifah saja.

Anda mungkin juga menyukai