MENGAMALKANYA
Sesungguhnya Islam adalah syarat keselamatan di sisi Allah. Islam tidak tegak dan
tidak akan ada kecuali dengan ilmu. Tidak ada cara dan jalan untuk mengenal Allah dan
sampai kepada-Nya kecuali dengan ilmu. Allah lah yang telah menunjukan jalan yang paling
dekat dan mudah untuk sampai kepada-Nya. Barangsiapa yang menempuh jalan tersebut,
Jumhur ulama sepakat, tidak ada dalil yang lebih tepat selain wahyu pertama yang
disampaikan Allah SWT kepada Rasul-Nya, Nabi Muhammad saw sebagai landasan utama
perintah untuk menuntut ilmu. Dijelaskannya pula sarana untuk mendapatkannya, disertai
bagaimana nikmatnya memiliki ilmu, kemuliaannya, dan urgensinya dalam mengenal ke-
Maha Agung-an Sang Khalik dan mengetahui rahasia penciptaan serta menunjukkan tentang
hakikat ilmiah yang tetap. Sebagaimana firman-Nya : “Bacalah dengan (menyebut) nama
Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah,
dan Tuhanmulah Yang Paling Pemurah. Yang mengajar (manusia) dengan perantara kalam
(baca tulis). Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya”.
Para mufasir menyimpulkan firman Allah di atas, bahwa : 1). Tidaklah sama antara
hamba Allah yang memahami ilmu agama Allah, yaitu yang menyadari dirinya, memahami
tanda-tanda kekuasaan Allah, dan mentaati segala perintah dan larangan-Nya, dengan orang-
orang yang mendustakan nikmat-nikmat Allah, yang tidak mau mempelajari ilmu agama
Allah; 2). Hanya orang-orang yang berakal sehatlah yang dapat mengambil hikmah atau
mendalami ilmu agama Islam itu, merupakan kewajiban utama setiap muslim. Sebagaimana
hadis yang diriwayatkan Abi Sufyan r.a., ia mendengar Rasulullah Saw telah bersabda :
“siapa yang dikehendaki menjadi orang baik oleh Allah, Allah akan memberikan kepahaman
kepadanya dalam agama Islam”. (H.R. Bukhari, Muslim). Memahami ilmu agama akan
membuat seorang muslim, baik dan benar dalam beribadah kepada Allah SWT, jauh dari
Bid’ah atau hal-hal lain yang membatalkan ibadah kita. Serta mampu membentengi diri dan
Menuntut ilmu dalam Islam hukumnya wajib (fardhu). Para ahli fiqih
mengelompokannya dua bagian, yaitu 1). Fardhu ‘ain; dan 2). Fardhu kifayah.
1) Fardhu ‘ain, adalah setiap ilmu yang harus dipelajari oleh setiap muslim tentang Ilmu
Agama Islam, agar akidahnya selamat, ibadahnya benar, mu’amalahnya lurus dan
sesuai dengan yang disyariatkan Allah Azza wa Jalla, yang tertuang dalam Al Qur’an
dan Sunah Nabi-Nya yang sahih. Inilah yang diperintahkan Allah dalam firman-Nya,
“Maka ketahuilah, bahwa sesungguhnya tidak ada Tuhan (yang hak) Melainkan
Allah”. (Q.S. Muhammad [47]: 19). Juga yang dimaksudkan oleh Rasulullah Saw
dalam haditsnya, “ Mencari ilmu itu wajib bagi setiap muslim”. (H.R. Ibnu Majah).
Pengertian mencari ilmu di sini, adalah mencari ilmu agama Islam, hukumnya wajib
perekonomian, dan lain-lain. Tapi jika sebagian dari mereka ada yang
mengerjakannya, maka gugurlah kewajiban dari yang lainnya. Sedangkan jika tidak
istiqomah mengkaji Al Qur’an dan As Sunnah sahih di berbagai tempat dan media. Ilmu
agama ada di Qur’an , Tafsir Qur’an, juga hadis-hadis sahih, yang sudah diterjemahkan. Jika
kita tidak memahami ilmu agama Islam, bagaimana kita bisa tahu mana perintah dan larangan
Allah ? Bagaimana kita bisa tahu ibadah yang kita lakukan itu sah dan diterima Allah ? Tapi
umat Islam juga jangan sembarangan menimba ilmu. Salah-salah memilih sumber ilmu, maka
Mencari ilmu merupakan kewajiban setiap manusia. Tanpa ilmu kita tidak bisa
menjalani hidup ini dengan baik. Orang yang tidak memiliki ilmu biasanya akan di
manfaatkan oleh orang lain. Bahkan, orang yang tak berilmu itu akan dibodohi oleh orang
lain. Oleh karena itu, kita sebagai manusia yang diberi akal dan pikiran carilah ilmu demi
Ilmu menurut Imam Al Ghozali, dibagi menjadi 2 yaitu :
1. Ilmu yang bersifat Syariat
2. Ilmu yangbersifat Akal
Dari keduanya ada yang berupa Ilmiah Teoritis, dan ada yang Ilmiah Praktis
1. Ilmu Syari’at
Ilmu Syariat ini terbagi menjadi 2 :
b) Ilmu Furu' atau Cabang ( Merupakan Ilmiah Praktis ), hal ini ada yang menyangkut
Hak Alloh Ta'ala seperti segala yang terkait Ibadah, Hak Hamba Alloh terkait
dengan tata pergaulan manusia yang terdiri 2 aspek, yaitu Aspek Mu'amalah dan
Aspek Mu'aqodah, serta Hak Jiwa (Akhlak/Budi pekerti) sifat / akhlak baik harus
dibina, dimiliki, dikembangkan dan sifat / akhlak jelek harus dihindari, dibuang.
2. Ilmu Akal
Ilmu Akal itu bersifat berdiri sendiri, yang melahirkan komposisi keseimbangan.
Ilmu Akal ini menurut beliau dibagi menjadi 3 tingkatan, yaitu :
1. Tingkat Kesatu ialah Matematika dan Logika
3. Tingkat ketiga, adalah Ilmu Teori tentang Realitas, berujung pada ilmu Kenabian,
1. Ilmu adalah amalan yang tidak terputus pahalanya sebagaimana dalam hadits: ”jika
jariahnya, ilmu yang bermanfaat dan anak yang sholeh yang mendoakan kedua orang
2. Menjadi saksi terhadap kebenaran sebagaimana dalam firman Allah SWT: (Allah
menyatakan bahwasanya tidak ada ilah yang berhak disembah kecuali dia. Yang
menegakkan keadilan. para malaikat dan orang berilmu (juga menyatakan yang
mengangkat orang beriman dan memiliki ilmu diantara kalian beberapa derajat dan
5. Orang berilmu adalah orang yang takut Allah SWT, sebagaimana dalam firmannya:
(…. sesungguhnya yang takut kepada Allah diantara hambanya hanyalah orang-
6. Ilmu adalah anugerah Allah yang sangat besar, sebagaimana firman-Nya: (Allah
hikmah, ia benar-benar telah dianugerahi karunia yang banyak. Dan hanya orang-
orang yang berakallah yang dapat mengambil pelajaran (dari firman Allah)). ( QS. Al-
Baqarah 269)
7. Ilmu merupakan tanda kebaikan Allah kepada seseorang ”Barang siapa yang Allah
menghendaki kebaikan padanya, maka Allah akan membuat dia paham dalam
8. Menuntut ilmu merupakan jalan menuju surga, ”Barang siapa yang menempuh suatu
jalan dalam rangka menuntut ilmu maka Allah akan memudahkan baginya jalan
9. Diperbolehkannya ”hasad” kepada ahli ilmu,”Tidak hasad kecuali dalam dua hal,
yaitu terhadap orang yang Allah beri harta dan ia menggunakannya dalam kebenaran
dan orang yang Allah beri hikmah lalu ia mengamalkannya dan mengajarkannya,”
(HR Bukhari )
Tidak samar bagi setiap muslim akan kedudukan ulama dan tokoh agama, serta
tingginya kedudukan, martabat dan kehormatan mereka dalam hal kebaikan mereka sebagai
teladan dan pemimpin yang diikuti jalannya serta dicontoh perbuatan dan pemikiran mereka.
Para ulama bagaikan lentera penerang dalam kegelapan dan menara kebaikan, juga pemimpin
yang membawa petunjuk dengan ilmunya, mereka mencapai kedudukan al-Akhyar (orang-
orang yang penuh dengan kebaikan) serta derajat orang-orang yang bertaqwa.
Dengan ilmunya para ulama menjadi tinggi kedudukan dan martabatnya, menjadi
orang-orang yang tidak mengetahui?” (QS. az-Zumar: 9) Dan firman-Nya Azza wa Jalla:
tunduk akan ucapan mereka, dan seluruh makhluk hingga ikan yang berada di airpun ikut
memohonkan ampun baginya. Para ulama itu adalah pewaris Nabi, dan sesungguhnya para
Nabi tidak mewariskan dinar tidak juga dirham, yang mereka wariskan hanyala ilmu, dan
pewaris sama kedudukannya dengan yang mewariskannya, maka bagi pewaris mendapatkan
kedudukan yang sama dengan yang mewariskannya itu. Di dalam hadits Abi Darda
“Barangsiapa yang meniti suatu jalan untuk menuntut ilmu, maka Allah akan
memudahkan baginya jalan menuju surga. Sesungguhya para malaikat akan membuka
sayapnya untuk orang yang menuntut ilmu karena ridha dengan apa yang mereka lakukan.
Dan sesungguhnya seorang yang alim akan dimohonkan ampun oleh makhluk yang ada di
langit maupun di bumi hingga ikan yang berada di air. Sesungguhnya keutamaan orang alim
atas ahli ibadah seperti keutamaan bulan purnama atas seluruh bintang.
Sesungguhnya para ulama itu pewaris para Nabi. Dan sesungguhnya para Nabi tidak
mewariskan dinar tidak juga dirham, yang mereka wariskan hanyalah ilmu. Dan barangsiapa
yang mengambil ilmu itu, maka sesungguhnya ia telah mendapatkan bagian yang paling
banyak.” (Shahih, HR Ahmad (V/196), Abu Dawud (3641), at-Tirmidzi (2682), Ibnu Majah
Para ulama telah mewarisi ilmu yang telah dibawa oleh para Nabi, dan melanjutkan
peranan dakwah di tengah-tengah umatnya untuk menyeru kepada Allah dan ketaatan
kepada-Nya. Juga melarang dari perbuatan maksiat serta membela agama Allah. Mereka
nasehat, penjelasan dan petunjuk, serta untuk menegakkan hujjah, menepis alasan yang tak
berdalih dan menerangi jalan. Muhammad bin al-Munkadir berkata, “Sesungguhnya orang
alim itu perantara antara Allah dan hamba-hamba-Nya, maka perhatikanlah bagaimana dia
Satu hal yang sudah maklum bagi setiap orang, bahwa mempercayakan setiap cabang-
cabang ilmu tidak dilakukan kecuali kepada para ahli dalam bidangnya. Jangan meminta
pendapat tentang kedokteran kepada makanik, dan jangan pula meminta pendapat tentang
senibena kepada para dokter, maka janganlah meminta pendapat dalam suatu ilmu kecuali
kepada para ahlinya. Maka bagaimana dengan ilmu syariah, pengetahuan tentang hukum-
hukum dan fiqh kontemporer? Bagaimana kita meminta pendapat kepada orang yang tidak
terkenal alim mengenainya dan tidak pula punya kemampuan memahaminya jauh sekali
sebagai ulama yang mujtahid dan para imam yang kukuh ilmunya serta ahli fiqh yang
memiliki keupayaan sebagai ahli istimbath? Allah Ta’ala berfirman: "Dan apabila sampai
kepada mereka suatu berita tentang keamanan ataupun ketakutan, mereka (langsung)
menyiarkannya, (padahal) apabila mereka menyerahkannya kepada Rasul dan ulil amri di
antara mereka, tentulah orang-orang yang ingin mengetahui kebenarannya (akan dapat)
mengetahuinya (secara resmi) dari mereka (Rasul dan ulil amri). Sekiranya bukan karena
karunia dan rahmat Allah kepadamu, tentulah kamu mengikuti setan, kecuali sebagian kecil
Dengan penjelasan ini diketahui wahai teman-teman semua, bahwa perkara yang sulit
dan hukum-hukum yang kontemporer serta penjelasan hukum-hukum syariatnya tidak semua
orang boleh campur tangan dalam masalah itu, kecuali para ulama yang memiliki bashirah
dalam agama. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullahu berkata, “Jabatan dan kedudukan
tidaklah menjadikan orang yang bukan alim menjadi orang yang alim, kalau seandainya
ucapan dalam ilmu dan agama itu berdasarkan kedudukan dan jabatan niscaya khalifah dan
sulthan (pemimpin negara) lebih berhak untuk berpendapat dalam ilmu dan agama. Juga
dimintai fatwa oleh manusia, dan mereka kembali kepadanya pada permasalahan yang sulit
Apabila pemimpin negara saja tidak mengaku akan kemampuan itu pada dirinya, dan
tidak memerintahkan rakyatnya untuk mengikuti suatu hukum dalam satu pendapat tanpa
mengambil pendapat yang lain, kecuali dengan al-Qur`an dan as-Sunnah, maka orang yang
tidak memiliki jabatan dan kedudukan lebih tidak dianggap pendapatnya.” Selesai ucapan
Ibnu Taimiyah. Dan kita memohon kepada Allah Ta’ala agar memberkati kita, dengan
adanya para ulama, juga memberikan kita manfaat dengan ilmu mereka, serta membalas
mereka dengan sebaik-baik balasan. Sesungguhnya Allah Maha mendengar dan mengabulkan
permintaan.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sesungguhnya Islam adalah syarat keselamatan di sisi Allah. Islam tidak tegak dan
tidak akan ada kecuali dengan ilmu. . Tidak ada cara dan jalan untuk mengenal Allah dan
sampai kepada-Nya kecuali dengan ilmu. Allah lah yang telah menunjukan jalan yang paling
dekat dan mudah untuk sampai kepada-Nya. Barangsiapa yang menempuh jalan tersebut,
tidak akan menyimpang dari tujuan yang dicita-citakannya. Menuntut ilmu dalam Islam
hukumnya wajib (fardhu). Para ahli fiqih mengelompokannya dua bagian, yaitu 1). Fardhu
ilmu.
Tidak samar bagi setiap muslim akan kedudukan ulama dan tokoh agama, serta
tingginya kedudukan, martabat dan kehormatan mereka dalam hal kebaikan mereka sebagai
teladan dan pemimpin yang diikuti jalannya serta dicontoh perbuatan dan pemikiran mereka.
Para ulama bagaikan lentera penerang dalam kegelapan dan menara kebaikan, juga pemimpin
yang membawa petunjuk dengan ilmunya, mereka mencapai kedudukan al-Akhyar (orang-
orang yang penuh dengan kebaikan) serta derajat orang-orang yang bertaqwa. Dengan
ilmunya para ulama menjadi tinggi kedudukan dan martabatnya, menjadi agung dan mulia
kehormatannya.
B. Saran
ilmu, karena dalam islam orang yang berilmu itu sangat di muliakan dan akan diangkat
derajatnya oleh Allah SWT. Selain dari itu, ilmu juga memiliki banyak keutamaan. Maka dari
itu, setelah kta memahami tentang perintah menuntut ilmu dalam islam, keutamaan ilmu dan
kedudukan orang yang berilmu, kita sebagai ummat muslim diharapkan dapat