NIM : 70600116009
2017
1. Urgensi memahami ilmu Fiqh
a. Merupakan Perintah Allah
Artinya:
Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang). Mengapa tidak pergi
dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan
mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah
kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya.
Dengan menguasai ilmu Fiqh, maka Qur'an dan Sunnah bisa dipahami dengan benar
sebagaimana Rasulullah SAW mengajarkannya. Sebaliknya, tanpa penguasaan ilmu syariah,
Al-Quran dan Sunnah bisa diselewengkan dan dimanfaatkan dengan cara yang tidak benar.
Munculnya beragam aliran yang aneh dan lucu itu lantaran tidak dipahaminya nash-nash Al-
Quran dan sunnah dengan benar.
Dibandingkan dengan masalah aqidah, akhlaq atau pun bidang lainnya, masalah syariah dan
fiqih adalah porsi terbesar dalam khazanah ilmu-ilmu ke-Islaman. Istilah ulama identik
dengan ahli syariah ketimbang ahli di bidang lainnya.
d. Menghilangkan Perpecahan
Salah satu penyebab banyak sekali terjadi perpecahan antara umat Islam itu sendiri adalah
tidak adanya pemahaman yang mendalam tentang masalah Agama. Padahal perbedaan-
perbedaan dalam Fiqh atau madzhab-madzhab Fiqh tersendiri merupakan masalah Furu'iyah
(cabang) yang tidak semestinya untuk diperdebatkan.
e. Melenyapkan Ekstrimisme
Banyak sekali umat Islam yang salah mengartikan arti jihad dalam Islam, sehingga yang
mereka ketahui jihad itu hanyalah sebatas aksi menyerang, menghancurkan,
membumihanguskan orang-orang kafir. Inilah bahaya dari orang yang berfikiran dangkal
yang tidak menguasai ilmu tentang agama menafsirkan ayat-ayat dengan keliru.
Jelaslah di akhir zaman ini sudah jarang sekali ditemukan ulama-ulama seperti Imam Syafi'i,
Imam Hanafi, Imam Hambali, Imam Maliki, dan Ulama-Ulama terdahulu yang dikenal
sebagai Ulama Fiqh dengan keluasan Ilmu-Ilmu yang lainnya seperti Ilmu Hadits, Ilmu
Tafsir, Ilmu Tauhid, dan lain sebagainya.
2. Karakteristik ilmu Fiqh
Fiqh islam adalah satu-satunya syariat yang sesuai dengan perkembangan zaman, cocok
untuk segala generasi, dan selaras dengan realitas kehidupan
Problem-problem seperti ini akan nampak jelas dan akan mudah dipecahkan bila sudah
diketahui bahwa hukum-hukum dalam syariat islam itu, baik masalah yang halal atau pun
yang haram, dikembalikan pada empat prinsip berikut:
Pertama: Berupa dalil-dalil yang pasti (qothi) yang sampai kepada kita melalui jalur yang
pasti pula. dalil seperti ini masuk kedalam kategori yang ditetapkan secara tegas ( qothiyah
al-tsubut ) yang termasuk kedalam kategori ini adalah dalil-dalil tekstual (al-nushush) yang
sampai kepada kita melalui jalur mutawatir, dan pengertiannya hanya satu seperti dalil
perintah sholat dan haramnya berzina.
Kedua: Dalil-dalil bersifat spekulatif (zhanniyyah) yang kurang cukup memenuhi kriteria
kepastian ketika sampai kepada kita. Hal yang penting ini perlu di perhatikan secara cermat
karena satu dalil tekstual kadangkadang mempunyai kemungkinan makna lebih dari satu
dan tidak ada indikasi yang memastikan kebenaran suatu makna tertentu tanpa makna-makna
lainnya. Cara yang tepat dan kuat untuk mengambil satu makna dan mendahulukannya atas
makna yang lain dalam sebuah dalil tekstual adalah ijtihad (al-ijtihad), penalaran mendalam
(al-nazhar), dan pengkajian (al-bahts).
Ketiga: adalah kaidah tentang ibadah. Dalam kaidah tentang ibadah, ditetapkan bahwa Allah
disembah hanya melalui apa yang disyariatkan-Nya. Oleh karena itu, seluruh tata cara ibadah
ritual tidak perlu dipertanyakan (tauqifiyyah) dan hanya Allah Swt sajalah yang mengetahui
hakikatnya. Allah Swt berfirman:
Katakanlah: Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah
mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang .
(QS: Ali Imron: 31)
Keempat: Adalah Kaidah dalam Muamalah. Menurut hukum asalnya, muamalah boleh
dilakukan sampai diketahui ada larangan atasnya. Oleh karena itu, muamalah pun berjalan
dan berlaku seperti itu selama tidak ada larangan. Allah Swt berfirman: Dan sesungguhnya
Allah telah menjelaskan kepadamu apa yang diharamkan-Nya atasmu,(QS Al-Anam :
119)
Berdasarkan ayat ini, segala bentuk transaksi dan muamalah dinilai halal dan sah, kecuali apa
yang telah dijelaskan keharamannya dalam Alquran dan Sunnah Nabi saw.
Diantara berbagai karakteristiknya adalah bahwa syariat islam tidak tertandingi dikalangan
umat manapun. Sebab, kandungan syariat islam bersifat umum dan berlaku untuk semua
masyarakat islam dan bahkan umat manusia di seluruh dunia. Dengan syariat islam ini,
sempurnalah sudah tatanan dunia. Syariat islam meliputi segala kemaslahatan sosial dan
bahkan dimensi etika atau akhlak.
Ringkasnya, Fiqh islam telah menganalisis keadaan dan sifat-sifat masyarakat dan
menjelaskanya serta bahkan menerangkan cara seorang laki-laki memasuki rumahnya dan
sebagaimana ia bergaul dengan istrinya. Fiqh islam menjelaskan apa yang menjadi hak suami
atau kewajiban istri dan demikian pula sebaliknya. Lalu dijelaskanya pula apa yang mesti
dilakukan bila terjadi konflik tajam diantara mereka. Ia juga menjelaskan ihwal hubungan
seseorang dengan putra-putrinya dan bahkan dengan dirinya sendiri. Misalnya saja, setelah
meninggal dunia, ia harus diapakan, bagaimana cara membagi harta warisannya, bagaimana
memandikannya, mengkafaninya, dan menguburkannya. Fiqh islam mewasiatkan agar anak-
anak yatim yang ditinggalkan ayahnya harus diurusi sedemikian rupa sehingga mereka tidak
terlantar dan hartanya dapat diselamatkan dan dimanfaatkan oleh pemiliknya. Dijelaskan pula
bagaimana seseorang berwasiat pada puta-putrinya dan seberapa besar ukuran wasiat itu.
Demikian pula, fiqh islam menerapkan sikap terbaik menghadapi anak yang lemah akalnya
dan belum dewasa serta bagaimana cara menjaga hartanya. Semua itu dijelaskan agar
kehidupan menjadi semakin teratur sehingga setia muslim hidup dalam kesejerahteraan
sembari mempersiapkan diri untuk menghadapi kehidupan yang lebih abadi lagi, yakni alam
akhirat nanti.
Demikian pula, fiqh islam merupakan suatu tata aturan umum yang dapat diberlakukan untuk
seluruh masyarakat dan tidak terbatas pada kaum muslimin saja, karena hukum-hukumnya
lengkap dan bahkan tidak ada yang ditinggalkan, sejak urusan yang paling kecil, bahkan yang
unik, hingga masalah yang paling besar. Fiqh Islam (baca: Syariat islam) merupakan undang-
undang dasar bagi negaranegara islam dan berlaku untuk seluruh kaum muslim.