Anda di halaman 1dari 4

Tugas Kelompok

REGULASI DIGESTIF

DISUSUN OLEH ‘KELOMPOK 6’

- Rizka Amalia 70600116009


- Triska Rezkyanti P. 70600116035

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR

2018
A. Regulasi sistem digestif

Regulasi sistem diperankan oleh sistem neurohormonal yang dipengaruhi oleh faktor
local dalam Tractus digestif . Faktor tersebut saling memengaruhi satu sama lain sebagai
respon terhadap stimulus yang berasal dari makanan yang masuk ke dalam lumen saluran
cerna.

1. Local factor
Dinding saluran cerna mengandung 3 jenis reseptor sensorik yang berespons
terhadap perubahan local di saluran cerna yaitu, kemoreseptor, mekanoreseptor, dan
osmoreseptor. Perangsangan terhadap reseptor-reseptor ini, memicu refleks saraf atau
sekresi hormone, dimana keduanya mengubah tingkat aktivitas sel efektor sistem
pencernaan.
Serat saraf sensorik aferen menyarafi usus. Saraf-saraf sensorik dapat
dirangsang oleh iritasi mukosa usus, peregangan usus yang berlebihan, ataupun
adanya zat kimia yang spesifik dalam usus. Sinyal-sinyal yang dikirimkan melalui
serat-serat tersebut kemudian dapat menimbulkan eksitasi atau inhibisi gerakan
intestinal atau sekresi intestinal.
2. Mekanisme control saraf
a. Sistem saraf enteric
Sistem saraf enterik terdiri atas dua pleksus, yakni pleksus mienterikus
(pleksus Auerbach) dan pleksus submukosa (pleksus Meissner). Pleksus
mienterikus mengatur pergerakan gastrointestinal sedangkan pleksus submukosa
mengatur sekresi gastrointestinal dan aliran darah lokal. Serat- serat simpatis dan
parasimpatis ekstrinsik berhubungan dengan kedua pleksus mienterikus dan
submukosa. Sistem saraf enterik dapat berfungsi dengan cara tidak bergantung
kepada saraf-saraf ekstrinsik, perangsangan oleh sistem parasimpatis dan simpatis
dapat meningkatkan atau menghambat fungsi gastrointestinal.
Hubungan antara sistem saraf enteric dan otonom dimulai melalui proses yang
dibawah oleh ujung-ujung saraf simpatis yang berasal dari epitel gastrointestinal
atau dinding usus dan mengirimkan serat-serat aferen ke kedua pleksus sistem
enterik, ke ganglia prevertebra dari sistem saraf simpatis, lalu ke medula spinalis,
dan ke dalam saraf vagus menuju ke batang otak. Saraf-saraf sensorik ini
Menimbulkan refleks-refleks lokal di dalam dinding usus dan refleks-refleks lain
yang dihantarkan ke usus dari ganglia prevertebra ataupun dari daerah basal otak.
b. Sistem saraf otonom
- Perangsangan Parasimpatis dapat meningkatkan aktivitas sistem saraf
entericNeuron-neuron postganglionik dan sistem parasimpatis
gastrointestinal yang terletak di pleksus mienterikus dan pleksus submukosa
dapat meningkatan aktivitas seluruh sistem saraf enterik.
- Perangsangan Simpatis dapat menghambat aktivitas traktus gastrointestinal
 Sistem simpatis memengaruh langsung sekresi norepinefrin untuk
menghambat otot polos traktus intestinal (kecuali otot mukosa yang
tereksitasi oleh norepinefrin), dan memengaruhi inhibisi norepinefrin pada
neuron-neuron seluruh sistem saraf enterik.
3. Control hormonal
Hormon-hormon gastrointestinal dilepaskan ke dalam sirkulasi portal dan
mempengaruhi aktivitas fisiologis pada sel-sel gastrointestinal. Hormone tersebut
diantaranya:

B. Gangguan fisiologis
1. Paralisis Mekanisme Menelan  adanya kerusakan saraf otak, kelima, kesembilan,
atau kesepuluh yang dapat menyebabkan paralisis pada bagian yang berhubungan
dengan mekanisme menelan.
2. Muntah  Distensi atau iritasi yang berlebihan pada duodenum menimbulkan suatu
rangsangan khusus yang kuat untuk muntah. Sinyal sensoris yang mencetuskan
muntah berasal dari faring, esofagus, lambung, dan bagian atas usus halus. Impuls
saraf yang ditransmisikan oleh serabut saraf aferen vagus dan saraf simpatis ke
nukleus yang tersebar di batang otak yang disebut "pusat muntah." impuls-impuls
motorik yang ditransmisikan dari pusat muntah melalui jalur saraf kranial kelima,
ketujuh, kesembilan kesepuluh dan kedua belas ke traktus gastrointestinal bagian
atas, melalui saraf vagus dan simpatis ke traktus bagian bawah, dan melalui saraf
spinal ke diafragma dan otot-otot abdomen.
3. Mual  disebabkan oleh impuls iritatif yang datang dari traktus gastrointestinal,
impuls yang berasal dari otak bawah yang berhubungan dengan motion sickness, atau
impuls dari korteks serebri untuk mencetuskan muntah.

C. Manfaat belajar fisiologi


Menurut kami, terdapat manfaat dalam mempelajari fisiologi sistem GEH untuk profesi
kami yang akan datang. Karena untuk mengetahui gangguan yang ada pada pasien, kita
harus mengetahui proses fisiologis struktur tersebut. Dengan adanya bekal pengetahuan
fisiologis maka setiap proses patologis yang terjadi akan mudah terdiagnosis dan
membantu dalam proses terapi yang akan diberikan.

Sumber :
1. Guyton, Arthur, Hall, Jhon E. buku ajar Fisiologi Kedokteran. 11th ed. Jakarta: EGC.
2006.
2. Sherwood, Laurale. Fisilogi Manusia dari Sel ke Sistem. 6th ed. Jakarta: EGC. 2016.

Anda mungkin juga menyukai