Anda di halaman 1dari 2

Pengendalian Gerakan GIT

1. Sistem saraf enterik


Traktus gastrointestinal memiliki sistem persarafan yang disebut sistem saraf
enterik. Sistem saraf enterik bersifat penting, terutama dalam mengatur fungsi pergerakan
dan sekresi gastrointestinal. Sistem saraf enterik, terbagi menjadi :
a. Pleksus mienterikus/ pleksus Auerbach
Membentang sepanjang traktus gastrointestinal yang terdiri dari rantai linier dari
banyak neuron yang saling berhubungan. Berperan pada pengaturan aktivitas otot
disekitar usus. Apabila pleksus dirangsang akan berpengaruh pada (1) peningkatan
kontraksi tonus pada dinding usus (2) intensitas kontraksi ritmia meningkat (3) kontraksi
irama mengalami sedikit peningkatan (4) gelombang peristaltik usus yang lebih cepat,
karena adanya kecepatan konduksi gelombang eksitatoris pada dinding usus.
Namun, tidak semua dianggap bersifat eksitatoris, karena ada neuronnya ada
yang bersifat menghambat, menghambat otot sfingter intestinal intestinal yang
menghambat pergerakan makanan sepanjang traktus gastrointestinal. Sfingter pilorik,
yang mengatur pengosongan lambung menuju duodenum, sfingter katup ileocecal yang
mengatur pengosongan dari usus halus ke caecum.
b. Pleksus submukosa/ pleksus Meissner
Berperan sebagai pengatur fungsi di dalam dinding sebelah dalam dari tiap bagian
kecil segmen usus. Sinyal sensoris dari epitel gastrointestinal dan bersatu dalam pleksus
submukosa untuk membantu mengatur sekresi intestinal lokal, absorpsi lokal, dan
kontraksi otot submukosa lokal yang dapat menyebabkan pelipatan mukosa
gastrointestinal.
2. Sistem saraf ekstrinsik
Tujuan utama pengaktifan spesifik persarafan ekstrinsik adalah untuk memadukan
aktivitas pada saluran cerna. Berasal dari luar saluran cerna dan mensyarafi berbagai
organ pencernaan. Motilitas dan saluran cerna dipengaruhi pemodifikasian aktivitas yang
berlangsung pada pleksus intrinsik.
Sistem saraf simpatis cenderung menghambat kontraksi sekresi saluran cerna,
sedangkan sistem parasimpatis mendominasi situasi tenang (istirahat). Sistem saraf
parasimpatik mensarafi saluran cerna melalui saraf vagus, yang meningkatkan motilitas
saraf otot polos, mendorong sekresi enzim, dan hormon pencernaan.

Selain sistem saraf, pengendalian gerakan gastrointestinal juga dipengaruhi oleh hormon yang
mempengaruhi motilitas beberapa bagian traktus gastrointestinal. Hormon ini dibebaskan dari
neuron di otak yang berperan sebagai neurotransmitter dan neuromodulator.
Fungsi Aliran Darah GIT

Fungsi Aliran Darah GIT

Sirkulasi splanknik merupakan pembuluh darah system gastrointestinal yang melalui usus
sendiri, limpa, pancreas, dan hati. Mengalir ke hati melalui vena porta. Zat nutrisi non lemak dan
terlarut dalam air akan diabsorpsi dalam usus. Sel retikuloendotelial dan sel parenkim utama hati,
yaitu sel-sel hati, menyerap dari darah dan menyimpan sementara setengah sampai tiga
seperempat seluruh zat nutrisi yang diabsorpsi. Zat nutrisi yang tidak larut air dan lemak hampir
semua diabsorpsi ke dalam saluran limfatik usus dan dialirkan dalam darah melalui duktus
torasikus.

Sumber :

Hall, JE dan Arthur C. Guyton. 2012. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 11. Alih Bahasa
:Irawati,dkk. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai