Anda di halaman 1dari 3

Fikih

1. Ilmu fiqih adalah ilmu yang menjelaskan tentang hukum syar'i


yang berhubungan dengan perbuatan mukallaf yang merupakan hasil
ijtihad ulama atas nash. Ilmu fiqih adalah studi tentang ajaran islam atau
syari’ah yang bersifat ‘amali(praktis) yang diambil dari dalil-dalil yang
ditafsirkan (terperinci) atau sistematis. Sebagai salah satu disiplin ilmu yang
memiliki kebenaran ilmiah,
ilmu fiqih memiliki bidang atau obyek bahasan atau target. Yang pertama,
hukum amaliah syariah dan kedua, argumen tafhiliyah (yang jelas) tentang
hukum.
Tujuan ilmu fikih :

- Membimbing anusia dalam setiap kehidupan untuk dapat menjaga nilai-nilai ajaran
sesuai dengan maqasid al-syariah, baik yang menyangkut persoalan agama (ad-din), jiwa
(an-nafs), harta (al-mal), keturunan (nasl), maupun akal (al-‘aql)

- Mengontrol kehidupan masyarakat dengan aturan-aturan dalil secara terperinci yang


telah digariskan oleh al-quran dan hadis, atau hasil ijtihad para ulama’ dan cendekiawan
mslim

- Membimbing kepada manusia untuk dapat bersikap i’tidal (adil), tawazub (seimbang),
tasamuh (toleransi)

Kegunaan mempelajari ilmu fikih :

- Berguna untuk memahami berbagai macam aturan yang ditetapkan oleh syari; dalam
kehidupan di dunia ini secara mendalam.

- Berguna untuk mengetahui secara rinci bagaimana aturan yang ditetapkan oleh allah
mengenai huubungan manusia dengan tuhannya, hubungan manusia dengan manusia
lainnya, hak dan kewajiban manusia, baik yang bersifat individu, keluarga, maupun
kemasyarakatan dan kenegaraan, serta dapat mengetahui tatacara ibadah, muamalah,
jinayah, dan lain sebagainya. Seperti shalat, zakat, puasa, haji, jual beli, pembagian
warisan, hibah, wakaf, sampai pada ketentuan peraturan di pengadilan dan hubungan
antar negara

- Berguna untuk menentukan sikap kita dalam menjalani kehidupan di dunia ini. Apa yang
esti dilaksanakan dan yang ditinggalkan, mana yang wajib di laksanakan, mana yang
haram, sunnah, mubah, makruh, dsb.

3. hukum Islam adalah syariat yang berarti aturan yang diadakan oleh Allah untuk umat-Nya
yang dibawa oleh seorang Nabi SAW, baik hukum yang berhubungan dengan kepercayaan
(aqidah) maupun hukum-hukum yang berhubungan dengan amaliyah (perbuatan)
yang dilakukan oleh umat Muslim semuanya. Hukum Islam bukan hanya sebuah teori saja
namun adalah sebuah
aturan-aturan untuk diterapkan di dalam sendi kehidupan manusia. Karena
banyak ditemui permasalahan-permasalahan, umumnya dalam bidang
agama yang sering kali membuat pemikiran umat Muslim yang cenderung
kepada perbedaan. Untuk itulah diperlukan sumber hukum Islam sebagai
solusinya.

Pemberlakuan hukum islam bersifat periodik artinya hukum yang ditetapkan disesuaikan
dengan perkembangan situasi yang dihadapi pada saat tertentu.

5. Madzhab adalah pokok pikiran atau dasar yang digunakan oleh Imam Mujtahid
dalam memecahkan masalah, atau mengistinbathkan hukum
Islam. Ada dua pandangan dalam melihat realitas sosial timbulnya madzhab hukum
dalam islam, yaitu perspektif politik dan perspektif teologi. Perspektif politik, pengaruh
peristiwa politik dengan
perkembangan fikih terjadi pada abad II H sejak akhir
pemerintahan Bani Umayyah hingga masa munculnya
khalifah Bani Abasiyyah. Kemudian pada masa Bani
Abbasiyah ulama dibagi menjadi dua kelompok, yaitu
kelompok ulama Kuffah dan Madinah, di mana pemerintahan
Bani Abasiyah lebih mendukung pada kelompok ulama Kuffah. Setelah itu pada abad III
H kelompok ulama
tersebut lebih mengarah pada penokohan pribadi sebagai
contoh: Mazhab Hanafi, Maliki, Syafi’i, dan Hanbali
(terkenal dengan fikih personal).

Perspektif teologi, Alloh SWT berfirman dalam al-Qur’an


Surat al-Taubah ayat 122 sebagai berikut:
ِ
َ ‫ِمن َ فكا َ ن َ اْلُمْؤ ِم ُنون‬
َّ َ ‫ف ْ ُم ْ َط اِئَفة ٌ ِلَي َتَفقنهِفْر َقة ٍ ِم ِّ ُ كل ْ ة ً ۚ َفَلْو ل َ َنَفر‬
َّ ‫ُهوا‬
‫ِلَي ْن ِفُر واكا َو َم ا‬
َ
‫ُهم ْ َي َْذ ُر ونَّْ ِم ْ َلَع ليهين ِ َو ِلُيْن ِذُر وا َقْو َم ُهم ْ ِإَذ ا َر َج ُعوا ِإَل ِّالد‬
Artinya: “Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya
(ke medan perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di
antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan
mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada
kaumnya apabila mereka Telah kembali kepadanya, supaya
mereka itu dapat menjaga dirinya.
Ayat tersebut menjelaskan dua kelompok dalam
setiap golongan untuk memahami ajaran agama dan
pengalamannya. Pertama, bagian kecil dari golongan umat
yang mendalami agama, setelah selesai dari usahanya,
mereka memiliki tugas kewajiban mengajarkan ilmu
pengetahuan kepada umatnya. Kedua, bagian besar dari
golongan umat yang tidak mendalami agama, dengan
demikian dalam hal agama mereka mendapatkan
pengajaran dari golongan pertama. Golongan pertama
ini disebut sebagai mujtahid, sementara golongan yang kedua disebut sebagai golongan awam.
Golongan awam
ini sudah semestinya mengamalkan agamanya melalui
bertanya pada golongan mujtahid yang lebih mengetahui
soal agama.

Anda mungkin juga menyukai