Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN

ELIMINASI ALVI

A.Defenisi
Eliminasi merupakan proses pembuangan sisa-sisa metabolism tubuh. Pebuangan
dapat melalui urin ataupun bowel. (Tarwoto, Wartonah, 2006, Kebutuhan Dasar Manusia dan
Proses Keperawatan Edisi 3, halaman 58).
Defekasi adalah proses pembuangan atau pengeluaran sisa metabolism berupa feses
dan flatus yang berasal dari saluran pencernaan melalui anus. Tarwoto, Wartonah, 2006,
Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan Edisi 3, halaman 67). Defekasi adalah
proses pengosongan usus yang sering disebut dengan buang air besar. (A. Aziz Alimul
Hidayat, Musrifatul Uliyah, 2015, Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia Edisi 2 - Buku 2,
halaman 107).

B.Etiologi
1. Pola diet tidak adekuat/tidak sempurna:
Makanan adalah faktor utama yang mempengaruhi eliminasi feses. Cukupnya
selulosa, serat pada makanan, penting untuk memperbesar volume feses. Makanantertentu
pada beberapa orang sulit atau tidak bisa dicerna. Ketidakmampuan ini berdampak pada
gangguan pencernaan, di beberapa bagian jalur dari pengairan feses. Makan yang teratur
mempengaruhi defekasi.
Makan yang tidak teratur dapat mengganggu keteraturan pola defekasi. Individu yang
makan pada waktu yang sama setiap hari mempunyai suatu keteraturan waktu, respon
fisiologi pada pemasukan makanan dan keteraturan pola aktivitas peristaltik di colon.
2. Cairan
Pemasukan cairan juga mempengaruhi eliminasi feses. Ketika pemasukan cairan yang
adekuat ataupun pengeluaran (cth: urine, muntah) yang berlebihan untuk beberapa alasan,
tubuh melanjutkan untuk mereabsorbsi air dari chyme ketika ia lewat di sepanjang colon.
Dampaknya chyme menjadi lebih kering dari normal, menghasilkan feses yang keras.
Ditambah lagi berkurangnya pemasukan cairan memperlambat perjalanan chyme di
sepanjang intestinal, sehingga meningkatkan reabsorbsi cairan dari chyme
3. Meningkatnya stress psikologi
Dapat dilihat bahwa stres dapat mempengaruhi defekasi. Penyakit-penyakit tertentu
termasuk diare kronik, seperti ulcus pada collitis, bisa jadi mempunyai komponen psikologi.
Diketahui juga bahwa beberapa orang yagn cemas atau marah dapat meningkatkan aktivitas
peristaltik dan frekuensi diare. Ditambah lagi orang yagn depresi bisa memperlambat
motilitas intestinal, yang berdampak pada konstipasi
4. Kurang aktifitas, kurang berolahraga, berbaring lama.
Pada pasien immobilisasi atau bedrest akan terjadi penurunan gerak peristaltic dan
dapat menyebabkan melambatnya feses menuju rectum dalam waktu lama dan terjadi
reabsorpsi cairan feses sehingga feses mengeras
5. Obat-obatan
Beberapa obat memiliki efek samping yang dapat berpengeruh terhadap eliminasi
yang normal. Beberapa menyebabkan diare; yang lain seperti dosis yang besar dari
tranquilizer tertentu dan diikuti dengan prosedur pemberian morphin dan codein,
menyebabkan konstipasi. Beberapa obat secara langsung mempengaruhi eliminasi.
Laxative adalah obat yang merangsang aktivitas usus dan memudahkan eliminasi
feses. Obat-obatan ini melunakkan feses, mempermudah defekasi. Obat-obatan tertentu
seperti dicyclomine hydrochloride (Bentyl), menekan aktivitas peristaltik dan kadang-kadang
digunakan untuk mengobati diare
6. Usia;
Umur tidak hanya mempengaruhi karakteristik feses, tapi juga pengontrolannya.
Anak-anak tidak mampu mengontrol eliminasinya sampai sistem neuromuskular
berkembang, biasanya antara umur 2 – 3 tahun. Orang dewasajuga mengalami perubahan
pengalaman yang dapat mempengaruhi proses pengosongan lambung. Di antaranya adalah
atony (berkurangnya tonus otot yang normal) dari otot-otot polos colon yang dapat berakibat
pada melambatnya peristaltik dan mengerasnya (mengering) feses, dan menurunnya tonus
dari otot-otot perut yagn juga menurunkan tekanan selama proses pengosongan lambung.
Beberapa orang dewasa juga mengalami penurunan kontrol terhadap muskulus spinkter ani
yang dapat berdampak pada proses defekasi.
7. Penyakit-penyakit seperti
obstruksi usus, paralitik ileus, kecelakaan pada spinal cord dan tumor. Cedera pada
sumsum tulang belakan dan kepala dapat menurunkan stimulus sensori untuk defekasi.
Gangguan mobilitas bisa membatasi kemampuan klien untuk merespon terhadap keinginan
defekasi ketika dia tidak dapat menemukan toilet atau mendapat bantuan. Akibatnya, klien
bisa mengalami konstipasi. Atau seorang klien bisa mengalami fecal inkontinentia karena
sangat berkurangnya fungsi dari spinkter ani

C.Macam macam gangguan kebutuhan

Gangguan eleminasi fekal adalah penurunan pada frekuensi normal defekasi yang
disertai oleh kesulitan atau pengeluaran tidak lengkap feses dan/ atau pengelaran feses yang
keras, kering dan banyak ( Nanda International, Diagnosis Keperawatan 2012-2014, hal 281,
2011)
 Konstipasi

Konstipasi adalah gejala dan bukan penyakit. Konstipasi adalah penurunan frekuensi
defekasi, yang diikuti oleh pengeluaran feses yang lama atau keras dan kering. Adanya upaya
mengedan dan kadang-kadang dapat menimbulkan nyeri pada rectum saat defekasi.

Konstipasi terjadi akibat pengeluaran feses melalui usus besar lambat atau lama di usus besar
dan lama kontak dengan mukosa usus akibat motilitas usus halus melambat sehingga terjadi
absorpsi air yang berlebihan dari feses.
Setiap individu mempunyai pola defekasi individual, tetapi belum tentu pola
defekasinya setiap hari. Defekasi hanya setiap 4 hari atau lebih dianggap tidak normal. Tetapi
pada lansia setiap 2-3 hari sekali tanpa ada kesulitan, nyeri atau perdarahan dianggap normal.
Klien yang menderita riwayat penyakit kardiovaskuler, penyakit yang menyebabkan
peningkatan intraocular (glukoma) dan peningkatan intracranial harus mencegah konstipasi
dan hindari penggunaan maneuver valsava. Menghembuskan napas melalui mulut selama
mengedan menghindari maneuver valsava.
 Impaksi Feses
Impaksi feses adalah akumulasi atau pengumpulan feses keras dan mengendap di dalam
rectum merupakan akibat dari konstipasi yang tidak diatasi dapat menimbulkan perasaan
yang tidak menyenangkan atau konstipasi yang terus-menerus.
Tanda impaksi feses yang jelas adalah ketidakmampuan untuk mengeluarkan feses
beberapa hari, walaupun terdapat keinginan berulang untuk defekasi. Impaksi ditandai oleh
perasaan nyata pada rectal, abdomen penuh atau kembung, malaise, kurang nafsu makan,
anoreksia, nausea, vomiting, keluar feses diare secara mendadak atau kontinu.
 Diare
Diare adalah peningkatan frekuensi defekasi dan peningkatan jumlah feses dengan
konsistensi cair dan tidak berlemak. Diare adalah gejala gangguan yang memengaruhi proses
pencernaan, absorpsi dan sekresi di dalam saluran GI. Meningkatnya pergerakan GI sehingga
aliran feses terlalu cepat keluar melalui GI bawah (usus halus dan kolon) sehingga absorpsi
air sedikit. Iritasi di dalam kolon dapat menyebabkan peningkatan sekresi lendir. Akibatnya
feses tinggi air dan mengandung elektrolit sehingga klien tidap dapat mengontrol keinginan
defekasi.
 Inkontinensia Feses
Inkontinensia feses adalah ketidakmampuan mengontrol keluarnya feses dan gas dari anus
atau defekasi yang tidak didasadari. Kondisi ini seringkali berhubungan dengan neurologis,
mental atau perubahan emosional. Kondisi fisik seperti injuri korteks serebral, injuri tulang
belakang, kerusakan saraf rectum dan sfingter anus, orang dengan fecal impaksi.
 Flatulen
Saat gas terakumulasi di dalam lumen usus, dinding usus meregang dan berdistensi (flatulen).
Flatulen adalah penyebab umum abdomen menjadi penuh, terasa nyeri dank ram. Flatus
adalah akumulasi gas di dalam traktus GI. Dalam kondisi normal, gas dalam usus keluar
melalui mulut (bersendawa) atau melalui anus (flatus). Namun jika ada penurunan motilitas
usus akibat penggunaan opiate, agens anestesi umum, bedah abdomen atau imobilisasi,
flatulen dapat menyebabkan distensi abdomen dan menimbulkan nyeri yang sangat menusuk.
 Distention
Distention adalah akumulasi dari flatus yang berlebihan atau isi usus yang padat, yang
menyebabkan distensi abdomen. Keluhan klien adalah perut penuh, tidak nyaman
mengeluarkan flatus dan feses serta gelisah.
Penyebab distensi abdomen adalah abstruksi pencernaan (seperti ileus paralitik, infeksi
abdomen dan tumor abdomen), bedrest atau aktivitas terbatas, operasi dengan GA,
manipulasi usus saat pembedahan (24-72 jam post operasi), konstipasi dan impaksi fekal.
 Hemoroid
Hemoroid adalah vena-vena yang berdilatasi, membengkak di lapisan rectum. Ada 2 jenis
hemoroid yaitu hemoroid internal dan hemoroid eksternal. Hemoroid internal memiliki
membrane mukosa di lapisan luarnya. Sedangkan hemoroid eksternal terlihat jelas sebagai
penonjolan kulit, apabila lapisan vena mengeras, dan akan terjadi perubahan warna menjadi
keunguan. Penyebabnya adalah peningkatan tekanan vena akibat mengedan saat defekasi,
selama masa kehamilan, pada gagal jantung kongestif dan penyakit hati kronik.

D.Manifestasi Klinis
1. Konstipasi
1. Feses keras dan berbentuk
2. Defekasi kurang dari tiga kali seminggu
3. Defekasi sulit dan lama
4. Penurunan bising usus
5. Mengeluh rektum terasa penuh
6. Mengejan dan nyeri saat defekasi
7. Impaksi yang dapat diraba
8. Defekasi yang kurang lampias
2. Diare
1. Fesef lunak dan/atau cair
2. Peningkatan frekuensi defekasi (lebih dari rtiga kali sehari)
3. Urgensi
4. Kram atau nyeri abdomen
5. Frekuensi bising usus mningkat
6. Keenceran atau volume feses meningkat

E.Patofisiologis
Defekasi adalah pengeluaran feses dari anus dan rektum. Hal ini juga disebut
bowel movement. Frekwensi defekasi pada setiap orang sangat bervariasi dari beberapa
kali perhari sampai 2 atau 3 kali perminggu. Banyaknya feses juga bervariasi setiap
orang. Ketika gelombang peristaltik mendorong feses kedalam kolon sigmoid dan rektum,
saraf sensoris dalam rektum dirangsang dan individu menjadi sadar terhadap kebutuhan
untuk defekasi.
Defekasi biasanya dimulai oleh dua refleks defekasi yaitu refleks defekasi
instrinsik. Ketika feses masuk kedalam rektum, pengembangan dinding rektum memberi
suatu signal yang menyebar melalui pleksus mesentrikus untuk memulai gelombang
peristaltik pada kolon desenden, kolon sigmoid, dan didalam rektum. Gelombang ini
menekan feses kearah anus. Begitu gelombang peristaltik mendekati anus, spingter anal
interna tidak menutup dan bila spingter eksternal tenang maka feses keluar.
Refleks defekasi kedua yaitu parasimpatis. Ketika serat saraf dalam rektum
dirangsang, signal diteruskan ke spinal cord (sakral 2 – 4) dan kemudian kembali ke
kolon desenden, kolon sigmoid dan rektum. Sinyal – sinyal parasimpatis ini
meningkatkan gelombang peristaltik, melemaskan spingter anus internal dan
meningkatkan refleks defekasi instrinsik. Spingter anus individu duduk ditoilet atau
bedpan, spingter anus eksternal tenang dengan sendirinya.
Pengeluaran feses dibantu oleh kontraksi otot-otot perut dan diaphragma yang akan
meningkatkan tekanan abdominal dan oleh kontraksi muskulus levator ani pada dasar
panggul yang menggerakkan feses melalui saluran anus. Defekasi normal dipermudah
dengan refleksi paha yang meningkatkan tekanan di dalam perut dan posisi duduk yang
meningkatkan tekanan kebawah kearah rektum.
Jika refleks defekasi diabaikan atau jika defekasi dihambat secara sengaja dengan
mengkontraksikan muskulus spingter eksternal, maka rasa terdesak untuk defekasi secara
berulang dapat menghasilkan rektum meluas untuk menampung kumpulan feses. Cairan
feses di absorpsi sehingga feses menjadi keras dan terjadi konstipasi.
Pathway

Bakteri, virus,
parasit

Masuk dalam
saluran cerna

Berkembang biak
di usus

Reaksi pertahanan
dari bakteri E.coli

Pertahanan tubuh
menurun

Kurangnya asupan Pola makan Pengaruh Penyakit


cairan dan terganggu medikasi obat
makanan

Gangguan
eliminasi fekal

Konstipasi Diare Inkontinensia


defekasi

F.Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang pada masalah eliminasi alvi adalah:
a. Anuskopi
b. Proktosigmoidoskopi
c. Rontgen dengan kontras
d. Pemeriksaan laboratorium feses
G.Penatalaksanaan Medis
1. Pemberian cairan
2. Menolong BAB dengan menggunakan pispot
3. Memberikan huknah rendah
4. Memberikan huknah rendah dengan cara memasukan cairan hangat ke dalam kolon
desendens dengan menggunakan kanula recti melalui anus.
5. Memberikan huknah tinggi
Memberikan huknah tinggi dengan cara memasukan cairan hangat ke dalam kolon
desendens dengan menggunakan kanula usus melalui anus.
6. Memberikan gliserin
Memberikan gliserin dengan cara memasukan cairan gliserin ke dalam poros usus
menggunakan spuit gliserin
7. Mengeluarkan feses dengan jari
Mengeluarkan feses dengan jari dengan cara memasukan jari ke dalam rectum pasien,
deigunakan untuk mengambil atau menghancurkan massa feses sekaligus
mengeluarkannya.

H.Pengkajian Keperawatan
1. Riwayat keperawatan
a. Pola defekasi : frekuensi, pernah berubah
b. Perilaku defekasi : penggunaan laksatif, cara mempertahankan pola.
c. Deskripsi feses : warna, bau, dan tekstur.
d. Diet : makanamempengaruhi defekasi, makanan yang biasa dimakan, makanan yang
dihindari, dan pola makan yang teratur atau tidak.
e. Cairan : jumlah dan jenis minuman/hari
f. Aktivitas : kegiatan sehari-hari
g. Kegiatan yang spesifik.
h. Sters : stres berkepanjangan atau pendek, koping untuk menghadapi atau bagaimana
menerima.
i. Pembedahan/penyakit menetap.
2. Pengkajian fisik
Perawat melakukan pengkajian fisik sistem dan fungsi tubuh yang kemungkinan
dipengaruhi oleh adanya masalah eleminasi. Ada beberapa pemeriksaan fisik pada
seorang klien yaitu :
a. Mulut: inspeksi gigi, lidah, dan gusi klien.
b. Abdomen: perawat menginspeksi keempat kuadaran abdomen untuk melihat warna,
bentuk, kesimetrisan, dan warna kulit..
c. Rektum: perawat menginspeksi daerah sekitar anus untuk melihat adanya lesi,
perubahan warna, inflamasi dan hemoroid.
3. Karakteristik feses
a. Warna yang normal: kuning (bayi), cokelat (dewasa)
b. Bau yang normal: menyengat yang dipengaruhi oleh tipe makanan
c. Konsistensi yang normal: lunak, berbentuk
d. Frekuensi yang normal:
 Bayi 4-6 kali sehari ( jika mengonsumsi ASI) atau 1-3 kali sehari ( jika
mengonsumsi susu botol )
 Orang dewasa setiap hari atau 2-3 kali seminggu
e. Jumlah yang normal: 150 gr per hari ( orang dewasa)
f. Bentuk yang normal: menyerupai diameter rektum
g. Unsur-unsur yang normal: makanan tidak dicerna, bakteri mati, lemak, pigmen
empedu, sel-sel yang melapisi mukosa usus, air.
I. Diagnosa Keperawatan
1. Konstipasi
2. Inkontinensia defekasi
3. Diare

J.Intervensi Keperawatan
a.Konstipasi:
1. Catat dan kaji kembali warna, konsistensi, jumlah, dan waktu BAB
2. Berikan cairan adekuat
3. Berikan makanan tinggi serat dan hindari makanan yang banyak mengandung gas
dengan konsultasi bagian gizi
4. Bantu klien dalam melakukan aktivitas pasif dan aktif
5. Kolaborasikan pemberian laksatif
b. Inkontinensia defekasi:
1. Tentukan penyebab inkontinensia
2. Kaji jumlah dan karakteristik inkontinensia
3. Atur pola makan dan sampai berapa lama terjadi BAB
4. Lakukan bowel trening dengan kolaborasi fisioterapi
5. Lakukan latiahan otot panggul

c.Diare:
1. Monitor dan kaji kembali warna, konsistensi, bau feses, pergerakan usus, cek BB
setiap hari
2. Evaluasi intake makanan yang masuk
3. Ajarkan tehnik menurunkan stres
4. Monitor dan cek elektrolit, intake dan output cairan
5. Instruksikan pasien untuk makan, makanan rendah serat
6. Kolaborasi dalam pemberianan cairan IV dan oral
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito-Moyet, Lynda Juall. 2012. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Edisi 13. Jakarta:
EGC.
Herdman, T. Heather. 2012. Diagnosis Keperawatan : Definisi dan Klasifikasi 2012-2014.
Jakarta: EGC.
Hidayat, A. Aziz Alimul dan Uliyah, Musrifatul. 2015. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia
Edisi 2-Buku 2. Jakarta: Salemba Medika.
Kozier, Barbara. 2011. Fundamental Keperawatan volume 1 edisi 7. Jakarta: EGC.
Mubarak & Chayatin. 2008. Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: EGC.
Nanda.2012-2014.Panduan Diagnosa Keperawatan Definisi dan Klasifikasi. Jakarta: EGC.
Potter & Perry. 2010. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Volume 2. Jakarta: Buku
Kedokteran EGC.
Potter, Patricia A., Perry, Anne Griffin. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan:
Konsep, Proses Dan Praktik. Edisi 4. Jakarta : EGC.
Tarwoto dan Wartonah. 2006. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan Edisi 3.
Jakarta: Salemba Medika.
Vaughans Bennita W. 2013. Keperawatan Dasar. Yogyakarta: Rpha Publishing.
Wilkinson, Judith M., Ahern, Nancy R. 2012. Buku Saku Diagnosis Keperawatan: Diagnosis
NANDA, Intervensi NIC, Kriteria Hasil NOC. Edisi 9. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai