Anda di halaman 1dari 12

ARTIKEL TENTANG OBAT ANTI INFLAMASI NON

STEROID

Disusun oleh : Nur Ramlah Rezi

Nim : G1A116027

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU


KESEHATAN

UNIVERSITAS JAMBI

2019
OBAT ANTI INFLAMASI NON STEROID

Salisilat dan obat serupa yang digunakan untuk mengobati penyakit


rematik memiliki kemampuan untuk menekan gejala dan tanda peradangan. Obat-
obatan ini juga memiliki efek antipiretik dan analgesik, tetapi sifat anti inflamasi
yang menyebabkan mereka paling bermanfaat dalam penanganan penyakit yang
nyeri berkaitan dengan intensitas proses peradangan.

Karena aspirin, OAINS orisinal, memiliki sejumlah efek samping,


dikembangkanlah banyak OAINS lain dalam upaya untuk memperbaiki efikasi
dan mengurangi toksisitas aspirin.

 Kimia dan farmakokinetika


OAINS dikelompokkan dalam beberapa kelas kimia , seperti
gambar berikut :
Keberagaman kimiawi ini menghasilkan beragam
karakteristik farmakokinetik

Obat Waktu Ekskresi urin Dosis anti


paruh(jam) obat yang tak inflamasi yang
berubah dianjurkan
Aspirin 0,25 <2% 1200-1500 mg
3x1 hari
Salisilat 2-19 2-30% Salisilat
biasanya
diberikan
dalam bentuk
aspirin
Selekoksib 11 27% 100-200mg
2x1 hari
Diklofenak 1,1 <1% 50-75 mg 4x1
hari
Diflunisal 13 3-9% 500 mg 2x1
hari
Fenoprofen 2,5 30% 600 mg 4x1
hari
Flurbiprofen 3,8 <1% 300 mg 3x1
hari
Ibuprofen 2 <1% 600 mg 4x1
hari
Indometasin 4-5 16% 50-70 mg 3x1
hari
Ketolorak 4-10 58% 10 mg 4x1
hari
Ketoprofen 1,8 <1% 70 mg 3x1
hari
Meloksikam 20 Data tak 7,5-15 mg 1x1
ditemukan hari
Nabumeton 26 1% 1000-2000 mg
1x1 hari
Oksaprozin 58 1-4% 1200-1800 mg
1x1 hari
Piroksikam 57 4-10% 20 mg 1x1
hari
Sulindak 8 7% 200 mg 2x1
hari
Tolmetin 1 7% 400 mg 4x1
hari
Naproksen 14 <1% 375 mg 2x1
hari
Etodolak 6,5 <1% 200-300 mg
4x1 hari

Meskipun terdapat banyak perbedaan dalam kinetika


OAINS, obat-obatan ini memiliki beberapa kesamaan sifat umum,
semua OAINS kecuali satu adalah asam organik lemah,
pengecualiannya, nabutemon adalah suatu prodrug keton yang
dimetabolisasi menjadi obat aktif yang juga bersifat asam.
Sebagian besar dari obat ini diserap baik dan makanan tidak
secara substansial mengubah ketersediaan hayati mereka,
kebanyakan OAINS dimetabolisasi secara ekstensif, sebagian oleh
mekanisme fase 1 diikuti oleh fase 2 dan yang lain oleh
glukuronidasi langsung/fase 2 saja. Metabolisme OAINS berlanjut,
umumnya melalui famili enzim P450 CYP3A atau CYP2C di hati,
sementara ekskresi di ginjal adalah rute terpenting eliminasi akhir,
hampir semua obat mngalami ekskresi di empedu dan reabsorbsi
dengan derajat bervariasi.
Pada kenyataannya, derajat iritasi saluran cerna bawah
berkorelasi dengan jumlah sirkulasi enterohepatik, sebgaian besar
OAINS sangat terikat ke protein sekitar 98%, biasanya ke albumin,
kebanyakan OAINS misalnya ibuprofen dan ketoprofen adalah
campuran rasemik, sementara satu, naproksen di sediakan sebagai
enantiomer tunggal dan beberapa tidak memiliki pusat kiral seperti
diklofenak.
Semua OAINS dapat ditemukan di cairan sinovium setelah
pemberian obat berulang, obat dengan waktu paruh singkat berada
di sendi paling lama daripada yang diperkirakan dari waktu paruh
mereka, sementara obat dengan waktu paruh lebih lama
menghilang dari cairan sinovium dengan laju setara dengan waktu
paruh mereka.

 Farmakodinamika
Aktivitas anti inflamasi OAINS terutama diperantarai oleh
inhibisi biosintesis prostaglandin, berbagai OAINS mungkin
memiliki mekanisme kerja tambahan termasuk inhibisi kemotaksis,
penekanan produksi interleukin 1, penekanan produksi radikal
bebas dan superoksida dan mengganggu proses-proses intrasel yng
diperantarai oleh kalsium, aspirin secara ireversibel mengasetilasi
dan menghambat siklo oksigenase trombosit sementara OAINS
non selektif COX adalah inhibitor reversibel.
Untuk OAINS yang lebih lama, selektivitas untuk COX-1
versus COX-2 bervariasi dan inkomplit, tetapi telah disintesis
inhibitor selektif COX-2, pada dosis yang lazim inhibitor COX-2
selektif tidak memengaruhi fungsi trombosit, dalam menguji darah
lengkap manusia, aspirin, ibuprofen, indometasin, piroksisam, dan
sulindak agak lebih efektif dalam menghambat COX-1, efikasi
obat-obat selektif COX-2 setara dengan OAINS lama, sementara
keamanan saluran cerna meningkat, di pihak lain inhibitor COX-2
selektif mungkin meningkatkan insidens edema dan hipertensi,
sejak bulan Agustus 2011, selekoksib dan meloksikam yang
kurang selektif adalah satu-satunya inhibitor COX-2 yang
dipasarkan di AS.
OAINS mengurangi sensitivitas pembuluh terhadap
bradikinin dan histamin, memengaruhi produksi limfokin oleh
limfosit T, dan memulihkan vasodilatasi pada peradangan, dengan
derajat yang bervariasi, meskipun obat-obatan ini secara efektif
menghambat peradangan, tidak terdapat bukti bahwa berbeda
dengan obat metotereksat dan DMARD lainnya.
OAINS memiliki sejumlah kesamaan meskipun tidak
semua OAINS disetujui oleh FDA untuk seluruh ragam penyakit
rematik, sebgaian besar mungkin efektif terhadap artritis
reumatoid, osteoartritis, dan lain-lain. Efek samping umumnya
serupa untuk semua OAINS :
1. Susunan saraf pusat : nyeri kepala, tinitus, dan pusing
bergoyang
2. Kardiovaskuler : retensi cairan, hipertensi, edema dan
meskipun jarang infark miokard dan gagal jantung
kongestif
3. Saluran cerna : nyeri abdomen, displasia, mual, muntah,
meskipun jarang tukak atau perdarahan
4. Hematologk : meskipun jarang, trombositopenia,
neutropenia, atau bahkan anemia aplastik
5. Hati : kelainanan tes fungsi hati dan jarang gagal hati
6. Paru : asma
7. Kulit : ruam, semua jenis, gatal
8. Ginjal : insufisiensi ginjal, gagal ginjal, hiperkalemia,
dan proteinuria.

ASPIRIN

Pemakainnya yang telah lama dan ketersediaannya tanpa resep


menyebabkan aspirin mulai kehilangan kepopulerannnya dibandingkan
dengan OAINS yang lebih baru, aspirin kini jarang digunakan sebagai
obat anti inflamasi.

 Farmakokinetik
Asam salisilat adalah suatu asam organik sederhana,
salisilat cepat diserap lambung dan usus halus bagian atas
menghasilkan kadar salisilat plasma puncak dalam 1-2 jam, aspirin
diserap secara utuh dan cepat dihidrolisis menjadi asam asetat dan
salisilat oleh esterase di jaringan darah, salisilat terikat secara non
linier ke albumin, alkalinisasi urin meningkatkan laju ekskresi
salisilat bebas dan konjugat-konjugatnya yang larut air.
 Farmakodinamik
Aspirin secara ireversibel menghambat COX sedemikian sehingga
efek anti trombosit aspirin menetap 8-10 hari, di jaringan lain
sintesis COX baru menggantikan enzim yang inaktif sehingga
dosis biasa menghasilkan lama kerja 6-12 jam. Aspirin
menurunkan insidens serangan iskemik transien, angina tak stabil,
trombosis arteri koroner, dan infark miokardium.

SALISILAT NON ASETILASI

Obat-obatan ini mencakup magnesium kolin salisilat, natrium salisilat dan


salisil salisilat, semua salisilat non asetilasi efektif sebagai obat anti inflamasi,
meskipun sebagai analgesik mungkin kurang efektif dibandingkan dengan aspirin
karena jauh kurang efektif dibandingkan dengan aspirin sebgai inhibitor COX dan
tidak menghambat agregasi trombosit, obat golongan ini mungkin lebih disukai
jika inhibisi COX tidak diinginkan misalnya pada pasien dengan asma, mereka
yang mengidap kecenderungan perdarahan dan bahkan mereka yang mengidap
disfungsi ginjal.

Salisilat non asetilasi diberikan dalam dosis hingga 3-4 g salisilat perhari
serta dapat dipantau dengan menggunakan pengukuran salisilat serum.

SELEKOKSIB
Selekoksib adalah suatu inhibitor COX-2 selektif, selekoksib lebih sedikit
menyebabkan tukak endoskopik daripada sebagian besar OAINS lainnya,
mungkin karena berupa sulfonamid, selekoksib dapat menyebabkan ruam, obat ini
tidak memengaruhi agregasi trombosit pada dosis lazim, selekoksib kadang
berinteraksi dengan warfarin seperti yang dapat diperkirakan dari suatu obat yang
dimetabolisasi melalui CYP2C9.

MELOKSIKAM

Meloksikam adalah suatu enolkarboksamid yang berkaitan dengan


piroksikam, tetapi lebih cenderung menghambat COX-2 daripada COX-1
terutama pada dosis terapeutik terendahnya 7,5 mg/hari. Obat ini lebih jarang
menyebabkan gejala dan penyulit saluran cerna dibandingkan dengan piroksikam,
diklofenak, dan naproksen, demikian juga sementara meloksikam diketahui
menghambat sintesis tromboksan A2 bahkan pada dosis supraterapi, blokadenya
terhadap penurunan fungsi in vivo trombosit.

DIKLOFENAK

Diklofenak adalah suatu turunan asam fenilasetat yang merupakan


inhibitor COX relatif non selektif, tukak saluran cerna mungkin lebih jarang
terjadi dibandingkan dengan OAINS lain, suatu preparat yang mengkombinasikan
dikofenak dan misoprostol dapat mengurangi ulserasi saluran cerna atas tetapi
dapat menyebabkan diare, kombinasi lain diklofenak dan omeprazol juga efektif
dalam kaitannya dengan pencegahan perdarahan kambuhan tetapi efek samping
ginjal sering terjadi pada pasien beresiko tinggi. Di Eropa diklofenak juga tersedia
sebagai obat kumur dan untuk penyuntikan intramuskular.

DIFLUSINAL

Meskipun diflusinal berasal dari asam salisilat, obat ini tidak


dimetabolisasi menjadi asam salisilat aau salisilat, diflusinal mengalami siklus
enterohepatik disertai reabsorbsi metabolit glukuronidanya diikuti oleh pemutusan
glukuronida untuk kembali membebaskan gugus aktif, diflusinal mengalami
metabolisme yang dibatasi oleh kapasitas, dengan paruh waktu serum pada
berbagai dosis mendekati yang dijumpai pada salisilat.

Obat ini di klaim sangat efektif untuk nyeri kanker dengan metastasis
tulang serta kontrol untuk nyeri pada bedah gigi, karena klirensnya tergantung
pada fungsi ginjal serta metabolisme hati, dosis diflusinal perlu dibatasi pada
pasien dengan gangguan ginjal signifikan.

ETODOLAK

Etodolak adalah suatu turunan asam asetat rasemik dengan waktu paruh
intermediat, di dalam tubuh, etodolak tidak mengalami inversi kiral.

FLURBIPROFEN

Flurbiprofen adalah suatu turunan asam propionat dengan mekanisme


kerja yang mungkin lebih rumit daripada OAINS lainnya. Flurbiprofen juga
tersedia dalam bentuk salep mata untuk menghambat miosis intraoperasi,
meskipun profil efek sampingnya serupa dengan OAINS lain di sebagian aspek
flurbiprofen juga dikaitkan meskipun jarang dengan kekakuan kuda pedati,
ataksia, tremor dan mioklonus.

IBUPROFEN

Ibuprofen adalah turunan sederhana asam fenilpropionat, ibuprofen efektif


dalam menutup duktus arteriosus paten pada bayi baru prematur, dengan efikasi
dan keamanan setara dengan indometasin, rute oral dan intravena sama efektifnya
untuk indikasi ini.

Ibuprofen lebih sedikit mengurangi pengeluaran urin dan juga lebih jarang
menyebabkan retensi cairan dibandingkan dengan indometasin. Obat ini relatif di
kontraindikasikan bagi orang dengan polip hidung, angioedema dan reaktivitas
bronkospastik terhadap aspirin. Pemberian bersamaan ibuprofen dan aspirin
mengantagonisasi inhibisi ireversibel aspirin pada trombosit, karena itu pemberian
ibuprofen pada pasien dengan resiko kardiovaskuler dapat mengurangi efek
kardioprotektif aspirin, selain itu pemberian bersama ibuprofen dan aspirin dapat
mengurangi efek antiinflamasi total.

INDOMETASIN

Obat ini adalah inhibitor COX non selektif dan juga menghambat
fosfolipase A dan C, mengurangi migrasi neutrofil dan menurunkan proliferasi sel
T dan sel B. Obat ini agak berbeda dengan OAINS lain dalam indikasi
toksisitasnya.

Indometasin telah digunakan untuk mempercepat penutupan duktus


arteriosus paten, indometasin pernah dicoba dalam berbagai uji klinis dan tak
terkontrol untuk banyak penyakit lain termasuk sindrom nefrotik, diabetes
insipidus, pleuritis, artritis reumatoid juvenil, vasku;litis urtikariadan profilaksis
untuk osifikasi heteropik pada artroplasti.

KETOPROFEN

Ketoprofen adalah suatu turunan asam propionat yang menghambat kedua


COX non selektif dan lipoksigenase, pemberian bersamaan dengan probenesid
dapat meningkatkan kadar ketoprofen dan memperlama waktu paruh plasmanya.
Meskipun memiliki efek ganda pada prostaglandin dan leukotrien, ketoprofen
tidak lebih baik daripada OAINS lain dalam efikasi klinis.

KETOLORAK

Ketolorak adalah OAINS yang dipromosikan secara sistemik terutama


sebagai analgesik bukan sebagai anti inflamasi, obat ini paling sering diberikan
melalui rute intramuskular dan intravena, tetapi juga tersedia preparat oral, jika
digunakan dengan opioid, kebutuhan opioid dapat dikurangi sebesar 25-50%,
tersedia preparat oftalmogik untuk penyakit-penyakit radang mata, toksisitasnya
sama dengan OAINS lain.

NABUMETON
Nabumeton adalah satu-satunya OAINS yang saat ini digunakan, obat ini
diubah menjadi turunan asam asetat yang aktif di tubuh, nabumeton diberikan
sebagai prodrug keton yang strukturnya mirip naproksen, seperti naproksen,
nabumeton juga pernah dilaporkan berkaitan dengan pseudoporfiria dan
fotosensitivitas pada sebagian pasien.

NAPROKSEN

Naproksen adalah suatu turunan asam naftilpropionat, obat ini adalah satu-
satunya OAINS yang saat ini dipasarkan sebagai suatu enantiomer tunggal,
naproksen efektif untuk penyakit rematologik biasa dan tersedia dalam bentuk
lepas lambat sebagai suspensi oral dan sebagai obat bebas , juga tersedia preparat
topikal dan larutan oftalmik.

OKSAPROZIN

Oksaprozin adalah OAINS turunan asam propionat lainnya, perbedaan


utama dari anggota lain adalah waktu paruhnya, meskipun oksaprozin tidak
mengalami sirkulasi enterohepatik, obat ini sedikit urikosurik sehingga berpotensi
lebih berguna pada gout daripada beberapa OAINS lainnya. Di luar itu obat ini
memiliki manfaat dan resiko yang serupa dengan OAINS lainnya.

PIROKSIKAM

Piroksikam suatu oksikam adalah inhibitor COX non selektif yang pada
konsentrasi tinggi juga menghambat migrasi leukosit polimorfonukleus,
mengurangi produksi radikal oksigen, dan menghambat fungsi limfosit,
prioksikam juga dapat digunakan untuk indikasi reumatik biasa.

SULINDAK

Sulindak adalah suato prodrug sulfoksida, obat ini di metabolisasi secara


reversibel menjadi metabolit sulfid aktif yang di ekskresikan di empedu dan
kemudian di reabsorbsi dari usus, siklus enterohepatik memperlama masa kerja
menjadi 12-16 jam.
Selain indikasinya untuk penyakit rematik, sulindak juga menekan
poliposis usus famililal dan obat ini mungkin menghambat terbentuknya kanker
kolon, payudara, dan prostat pada manusia.

TOLMETIN

Tolmetin adalah suatu inhibitor COX non selektif dengan waktu parah
singkat dan tidak sering digunakan, efikasi dan profil toksisitasnya serupa dengan
OAINS lain dengan pengecualian berikut : obat ini tidak efektif dalam pengobatan
gout dan obat ini menyebabkan purpura trombositopenia meskipun jarang.

Sumber : Buku Farmakologi Katzung Edisi 12

Dari ketiga buku farmakologi yaitu buku farmakologi UI, farmakologi


goodman and gillman, dan buku farmakologi katzung pembahasan tentang
OAINS sama.

Anda mungkin juga menyukai