Anda di halaman 1dari 18

Kelompok

FIRA ANDILA (2030122023)


Komplikasi penyakit

1. Penyakit jantung
Kondisi ini dapat terjadi bila sistem kekebalan tubuh menimbulkan peradangan di pembuluh
darah jantung.
2. Sindrom sjogren
Jika sistem kekebalan tubuh menyerang kelenjar air mata dan ludah sehingga mengakibatkan
mata dan mulut kering
3. Cervical myelopathy
Kondisi ini terjadi ketika rheumatoid arthritis menyerang sendi tulang leher dan mengganggu
saraf tulang belakang
4. Carpal tunnel syndrome
Kondisi ini terjadi ketika rheumatoid arthritis menyerang sendi pergelangan tangan, sehingga
menekan saraf di sekitarnya.
Lanjutan

5. Osteoporosis
Pengeroposan pada tulang sehingga tulang mudah patah
6. Ruptur sendi
Permukaan sendi dapat mengalami ruptur, sehingga isi synovial dapat bocor ke jaringan
lunak
7. Kanker
Akibat dari sekunder terapi yang diberikan, kejadian limfoma dan leukimia 2-3 x lebih
sering terjadi pada penderita rheumatoid artritis, peningkatan resiko terjadinya berbagai tumor
solid diperkirakan karena pengguana OAINS
Penatalaksaana

Terapi non farmakologi

1. Membatasi aktivitas dan beristirahat.


2. Mengompres area yang nyeri dengan es yang dibalut
kain, selama 20 menit.
3. Diet dan terapi komplementer, disarankan untuk diet
banyak makan sayuran, buah, ikan serta mengurangi
konsumsi lemak atau daging merah.
4. Latihan fisik, pada saat terdiagnosa rheumatoid
arthritis direkomendasikan untuk melakukan latihan
fisik aerobik
Lanjutan

5. Mengonsumsi makanan yang mengandung omega 3, seperti ikan


salmon, ikan tuna, atau biji-bijian, serta makanan kaya antioksidan,
seperti keledai atau brokoli.
6. Penggunaan herbal sebagai obat rematik alami, seperti kunyit, bawang
putih, kayu manis, dan jahe, dalam makanan sehari-hari.
7. Pasien dengan rheumatoid arthritis yang parah dapat memperoleh
prosedur pembedahan seperti tenosinovektomi, perbaikan tendon, dan
penggantian sendi.
 
Terapi farmakologi

1. DMARDs (disease modifying antirheumatic drug)


Mengurangi kerusakan sendi, mempertahankan integritas dan
fungsi sendi serta meningkatkan produktivitas pasien RA.
Semua DMARDs bersifar reaktifslow acting yang memberikan
efek setelah 1-6 bulan pengobatan kecuali agen biologik yang
efeknya lebih awal. DMARDs harus dimulai dalam 3 bulan
pertama setelah timbulnya gejala.
Obat DMARDS

DMARDS Mekanisme Dosis Waktu Timbul


Respon
Metotreksat (MTX) Menurunkan kemotaksis PMN dan 7,5 – 25 mg /minggu 1-2 bulan
mempengaruhi sintesis DNA

Sulfasalazin Menghambat angiogenesis dan migrasi PMN 2x500 mg/hari 1-3 bulan
ditingkatkan sampai
3x1000mg
Klorokuin basa Menghambat lisosom dan pelepasan IL-1 6,5 mg/kg bb/ hari(150 mg) 2-6 bulan

Leflunamid Menghambat pembentukan DNA yang berperan 20 mg/ hari 4-12 minggu
dalam mereplikasi sel, termasuk yang ada pada
sistem imun

Siklosporin Memblok sintesis IL-1 dan IL-2 2,5-5mg /kgbb 2-4 bulan

Azatioprin Menghambat sintesis DNA 50-150mg/ hari 2-3 bulan


DMARD biologik akan diberikan ketika pasien tidak
2. Agen biologik menunjukkan respon dari pengobatan DMARD
konvensional.

Obat Mekanisme Dosis Waktu Timbul Respon

Etanercept Anti TNF α 25 mg sc 2x/minggu atau 50 mg sc/minggu Beberapa hari - 12 minggu

Infliximab Anti bodi TNF 3 03


mg/kg iv pada minggu 0,2, & 4, 2-12 minggu
kemudian tiap 8 minggu
02
Golimumab Anti TNF α 01 50 mg im tiap 4 minggu 2-12 minggu

Rituximab Antibody antisel B (CD 20) 1000 mg IV pada hari 0, 15 12 minggu

Tocilizumab Anti IL-6 reseptor MAb 8 mg/kg iv tiap 4 2 minggu


3. Obat anti inflamasi non steroid (OAINS)

OAINS digunakan sebagai terapi awal untuk mengurangi


nyeri dan pembengkakan. Oains dapat menghambat
pembentukan prostaglandin, prostasiklin dan tromboksan.
Sehingga bersifat analgesik, antipiretik, dan antiinflamasi.

Kombinasi 2 atau lebih OAINS harus dihindari karena


tidak menambah efektivitas tetapi meningkatkan efek
samping.
Contohnya : ibuprofen, aspirin, Naproxen, indometasin,
ketorolac, diclofenak, pirixicam dan meloxicam.
4. Kortikosteroid

Kortikosteroid digunakan dalam RA untuk antiinflamasi dan sifat


imunosupresif. Kortikosteroid mengganggu antigen untuk limfosit T,
menghambat prostaglandin dan leukotrien sintesis, dan menghambat
radikal superoksida neutrofil dan monosit. Kortikosteroid dosis
rendah atau sedang bisa mejadi bagian dari pengobatan RA, tapi
sebaiknya dihindari pemberian bersama dengan OAINS.

Berikan Kortikosteroid dalam jangka waktu yang


sesingkat mungkin dan dosis serendah mungkin yang dapat
mencapai efek klinis. Contoh : prednison, dexametason,
betametason, prednisolon, methylprednisolon, triamcinoone.
Obat Populer
Meloxicam

Meloxicam adalah obat antiinflamasi dan antirematik


nonsteroid (AINS) dari golongan asam enolate.
Meloxicam bekerja dengan cara menghambat
biosynthesize prostaglandin yang merupakan mediator
peradangan melalui penghambatan cyclooxygenase-2
(COX-2), sehingga terjadinya proses peradangan dapat
dihambat..

Indikasi : untuk menghilangkan tanda-tanda dan gejala


osteoarthritis dan rhematoid arthritis .

Farmakodinamik: Menghambat secara selektif enzim COX-2 ,


oleh karena itu efek gastrointestinal yang terkait inhibisi
COX-1 jauh lebih kecil dibandingkan dengan inhibisi COX-2.
Farmakokinetik: Bioavaibilitas meloxicam per oral sebesar 89%. Konsentrasi maksimal dalam
plasma terjadi dalam 4-5 jam. Meloxicam mepunyai waktu paruh 20- 24 jam . Dalam plasma
meloxicam terikat pada protein plasma. Metabolisme terjadi di hepar dan disekresi melalui ginjal
dan hepar.

Dosis : Untuk rhematoid arthritis dosis 15 mg/hari dapat diturunkan menjadi 7,5mg/hari

Kontraindikasi : hipersensitif meloxicam, pasien yang mengalami asma, urticaria dan


kontraindikasi untuk penanganan peri-operasi bypass arteri koroner

Efek samping : stomatis, sindrom steven johnson,eritema multiform, peningkatan nilai


kreatinin dan asam urat dalam darah serta gangguan fungsi hati.

Penyimpanan : Simpan meloxicam pada suhu ruangan. Jangan menyimpan obat ini di
tempat yang lembap atau terkena sinar matahari secara langsung, serta jauhkan dari
jangkauan anak-anak
PEMERIKSAAN FISIK (di RS)

Tanda Tanda Vital:


Kondisi Umum : Sakit sedang
Kesadaran : Compos mentis
GCS : E4V5M6
Tekanan darah : 140/90 mmHg
Nadi : 84 kali/menit, reguler, isi cukup
Respirasi : 22 kali/menit, reguler, tipe thorakoabdominal
Suhu aksila : 37 ºC
VAS : 4/10
Tinggi badan : 165 cm
Berat badan : 52 kg
BMI : 19,1 kg/m2
Pemeriksaan Umum
Mata : anemis +/+, ikterus -/-, reflek pupil +/+ isokor, edema palpebra -/-
THT
Telinga : sekret -/-, hiperemis -/-, topus (-)
Hidung : mukosa merah muda, dekongesti +/+, sekret (-)
Tenggorokan : Tonsil T1/T1, faring hiperemi (-)
Lidah : papil atrofi (-)
Leher : JVP ± 0 cmH2O, kelenjar tiroid normal, pembesaran kelenjar getah bening (-)
Thorax : Simetris (+), retraksi otot napas (-)
Cor : Inspeksi : Tidak tampak pulsasi iktus cordis
Palpasi : Iktus kordis teraba pada ICS V MCL S, kuat angkat (-)
Perkusi : Batas atas jantung ICS II kiri
Batas kanan jantung PSL kanan
Batas kiri jantung MCL kiri ICS V
Auskultasi : S1S2 tunggal, regular, murmur (-)
Pulmo: Inspeksi : simetris saat statis dan dinamis
Palpasi : vocal fremitus N/N Perkusi : sonor/sonor
Auskultasi : Vesikuler +/+, Ronchi -/-, Wheezing -/-
Abdomen
Inspeksi : distensi (-)
Auskultasi : bising usus (+) normal Perkusi : timpani (+)
Palpasi : hepar/lien tidak teraba, nyeri tekan suprapubik (-), balotement tes (-/-), nyeri ketok CVA (-/+)
Status Lokalis
THANK YOU
Insert the Subtitle of Your Presentation

Anda mungkin juga menyukai