Anda di halaman 1dari 5

Non Steroid Anti Inflamasi drugs

LATAR BELAKANG
Rasa nyeri merupakan gejala yang dirasakan untuk melindungi dan memberikan tanda
bahaya ketika tubuh merasa adanya gangguan. Tanda bahaya tersebut dapat berupa
peradangan atau infeksi kuman.

Ketika terjadi kerusakan jaringan, beberapa


stimulus akan dikeluarkan dan menyampaikan
sinyal ke ganglion hingga impuls sampai ke sistem
saraf pusat → merasakan nyeri.

Berikut, mediator inflamasi/rasa nyeri dan efeknya :

Penanggulangan rasa nyeri :


1. Menghambat mediator nyeri
2. Menghambat penyaluran rangsang nyeri
3. Blokade pusat nyeri di CNS
4. Tindakan yang belum diketahui mekanisme secara pasti
Mekanisme terjadinya inflamasi :
Kerusakan mikrofaskuler kapiler → permeabilitas kapiler meningkat → migrasi leukosit
jaringan radang →membran lisosom pecah → timbul gejala inflamasi, ex bengkak
Mekanisme Obat Anti Inflamasi Non Steroid → mengganggu siklooksigenase sehingga
pembentukan endoperokside terhambat

Kalau perubahan as. Arakidonat menjadi endoperoksid terhambat, As.arakidonat yang ada
akan sepenuhnya berubah menjadi Hidorperokside → bronkokonstriksi (sesak)
Enzim siklooksigenase terdiri dari:
- COX-1 (memperbaiki/housekeeping) : memproduksi prostanoid yang memediasi
fungsi homeostatis, seperti melindungi mukosa gastroduodenal, ginjal, platelet, dan
vascular endothelium.
- COX-2 : memproduksi prostanoid yang memediasi terjadinya inflamasi, sakit, dan
panas sehingga timbul rasa nyeri pada otak dan ginjal
Jenis obat NSAIDs terbagi menjadi :
a. Nonselective COX-1/COX-2 inhibitor
Akan menghambat kedua siklooksigenase (COX-1 dan COX-2) sehingga dapat
menimbulkan sesak dan gangguan pada lambung
b. Selective COX-2 inhibitor
Hanya menghambat COX-2 sehingga tidak menyebabkan gangguan pada lambung
karena perlindungan pada mukosa gastroduodenal tidak terganggu
c. COX-3 inhibitor → antipyretic-analgesic
Tidak menyebabkan iritasi pada lambung karena langsung bekerja pada otak. Ex. Pct
ANTIPIRETIK-ANALGESIK
Contohnya adalah golongan para-aminofenol, yaitu acetaminofen (paracetamol)
Mekanisme : menghambat prostaglandin pada jaringan perifer dan metebolit aktifnya
berupa fenacetin.
Obat ini memiliki efek seperti NSAIDs lainnya tetapi tidak memiliki efek anti-inflamasi
Farmakokinetik :
▪ Obat diberikan secara peroral ▪ Obat terikat pada protein plasma
▪ Proses absorpsi bergantung pada ▪ Obat sebagian dimetaboliseme di
pengosongan lambung hati

Efek samping :
Eritmia, urtikaria, demam lesi mucosa(jarang), necrosis hati (jika penggunaan 10-15 mg),
dan necrosis tubulus renalis.

NSAIDS/OAINS
Efek terapi tergantung pada penghambatan biosintesa prostaglandin → berperan pada
patogenesa berupa inflamasi, algesia, dan demam.
Digunakan sebagai antiinflamasi, analgesik, antipiretik, treatment pada usus, profilaksis
jantung, profilaksis kanker kolorektal.
Side effect :
1. Luka dan intoleransi pada gastrointestinal
2. Mencegah agregasi platelet
3. Menghambat prostaglandin
4. Menghambat motilitas uterus
5. Reaksi hypersensitivitas

Jenis obat NSAIDs non spesific


a. Aspirin (golongan salisilat)
Efek :
- analgesik, antipiretik, antiinflamasi, antitrombus
- merangsang pernafasan
- bleeding time panjang
- Hepatotoksik jika digunakan dalam dosis berlebihan
- Efek urikosuric
Dosis :

Usual dose Effect


80 – 160 mg Antiplatelet
325 – 1000 mg Analgesic, antipyretic
325 mg – 6 grams Antiinflammatory, tinnitus

6 – 10 grams Respiratory alkalosis


10 – 20 grams Fever, dehydration, acidosis
> 20 grams Shock, coma

Farmakokinetik :
Cepat diabsorbsi di lambung dan usus halus bagian atas; kadar puncak terjadi 12 jam
setelah pemberian; dapat menembus sawar otak dan biotransformasi terutama di
mikrosom hati.
b. Fenilbutazon
Farmakodinamik :
Memiliki efek antiinflamasi seperti golongan salisilat
Efek urikosurik (untuk terapi gout kronik) → dengan dosis kecil dapat meningkatkan
sekresi asam urat
Efek antirematik → karena menyebabkan retensi Na dan garam
Obat ini dapat menyebabkan retensi Na dan Cl serta menurunkan diurisis → terjadi
udema dan volume plasma mencapai 50% → terjadi payah jantung
Farmakokinetik :
Waktu paruh (t1/20 ) = 50-65 jam → obat diberi 2 hari sekali, penggunaan jangka
panjang dapat menyebabkan gagal ginjal.
Biotransformasi oleh sistem mikrosom hati menghasilkan oksifenbutazon B dan
oksifenbutazon J serta OH Fenis butazon.

c. Diklofenak Diflusinal
Farmakokinetik : dari as.salisilat tapi tidak termetabolisme menjadi
Absorbsi dilakukan di saluran cerna as.salisilat.
mengalami enterohepatic cycle dengan dosis 500-100
Efek first pass sebesar 40-50% mg.
Terjadi akumulasi di cairan sinovia terbatas utk penderita ginjal.
Efek samping : efek samping deng NSAID lain
Terjadi eritemia kulit dan gaster karena enzim transaminase meningkat di gaster.
Tidak dianjurkan untuk ibu hamil
Dosis : 100-150 mg/hari
Indikasi : untuk osteoatritis, rematoid atritis

d. Ketoprofen
Merupakan derivat asam propionat sehingga menghambat COX dan lipoksigenase
Dosis : 100-300 mg/hari → untuk pengobatan Rematoid atritis dan osteoartritis, gout,
dan dysmenorrhae
Hanya digunakan secara sistemik sebagai analgesik
Dapat digunakan sbg pengganti morfin untuk pasca operasi → injeksi IM, IV, dan oral
Jenis Obat selective COX-2 inhibitor
a. Celecoxib (Celebrex)
Celecoxib 10-20 kali lebih selektif menghambat COX-2 daripada COX-1
Waktu paruh (t1/2) = 12 jam
Proses metabolisme terjadi di liver
Mengandung sulfur sehingga harus diwaspadai bagi penderita alergi sulfonamides
Tidak berefek pada agregasi platelet

Anda mungkin juga menyukai