Anda di halaman 1dari 40

Rosida

Obat-obat SSP dapat dibagi dalam beberapa


golongan besar, yaitu:
1.psikofarmaka (psikotropika): Psikoleptika
(menekan/menghambat fungsi tertentu dari SSP:
hipnotika, sedativa, tranquilizer, dan antipsikotika) dan
Psiko-analeptika: menstimulasi seluruh SSP:
antidepresiva dan psikostimulansia (wekamin)
2.obat gangguan neurologis: antiepileptika
(antikonvulsi), obat Multiple Sclerosis (MS), anti
Parkinson, dan obat demensia;
3.obat menghalau/memblok rasa sakit: analgetika,
antiradang/rematik, narkotika, anestetika umum dan
lokal;
4.obat vertigo dan obat migrain.
 Analgesik adalah obat yang mengurangi atau
menghilangkan rasa nyeri tanpa
menghilangkan kesadaran.
 Antipiretik adalah obat yang menurunkan

suhu tubuh yang tinggi. Jadi analgetik-


antipiretik adalah obat yang mengurangi rasa
nyeri dan serentak menurunkan suhu tubuh
yang tinggi.
 Antiinflamasi adalah obat yang dapat

mengurangi atau menghilangkan peradangan


 Nyeri adalah suatu pengalaman sensorik dan
emosional yang tidak menyenangkan yang
berkaitan dengan kerusakan jaringan yang
nyata atau yang berpotensial untuk
menimbulkan kerusakan jaringan.

 Rangsangan nyeri terdeteksi oleh reseptor


fisiologi pada ujung saraf yang berbeda
secara morfologi.
 Inflamasi merupakan suatu respon protektif

normal terhadap luka jaringan yang


disebabkan oleh trauma fisik, zat kimia yang
merusak, atau zat-zat mikrobiologik.
Mekanisme nyeri

 Impuls reseptor nyeri mengkonduksi melalui


akson unmyelin (kec konduksi 0,2-2 m/dt)
dan myelin (kec konduksi 10-30 m/dt).

 Respon akhir myelin : trauma fisik, tekanan,


panas.

 Respon akhir unmyelin : rangsangan kimia


(H+, K+, histamin, bradikinin, dll)
menyebabkan jaringan rusak/trauma
mekanisme pain
Berdasarkan lamanya nyeri :
1. Nyeri akut  nyeri dengan durasi sampai 7
hari dan biasanya terjadi tiba-tiba.
2. Nyeri kronis  nyri dengan durasi yang lebih
lama, bahkan berbulan-bulan, bahkan
bertahun-tahun.
Berdasarkan patofisiologi :
1. Nyeri nosiseptik
2. Nyri neuropatik
 Non farmakologi  istirahat, fisioterapi,
olahraga tertentu,relaksasi, mengurangi
stress.

 Farmakologi
- Golongan non opioid
- Golongan opioid
 Obat-obatan dalam kelompok ini memiliki target
aksi pada enzim, yaitu enzim siklooksigenase (COX).
 COX berperan dalam sintesis mediator nyeri, salah
satunya adalah prostaglandin.
 Mekanisme umum dari analgetik jenis ini adalah
mengeblok pembentukan prostaglandin dengan
jalan menginhibisi enzim COX  pada daerah yang
terluka dengan demikian mengurangi pembentukan
mediator nyeri.
 Mekanismenya tidak berbeda dengan NSAID dan
COX-2 inhibitors.
 Efek samping yang paling umum dari
golongan obat ini adalah gangguan lambung
usus, kerusakan darah, kerusakan hati dan
ginjal serta reaksi alergi di kulit.

 Efek samping biasanya disebabkan oleh


penggunaan dalam jangka waktu lama dan
dosis besar.
 Salisilat : Aspirin
 Derivat p-Aminophenol : parasetamol
 Indol : indometachin
 Fenamat : asam mefenamat
 Derifat Arilpropionat Acid : ibuprofen
 Derivat Pyrazolon : fenilbutazon
 Derivat Oxicam : piroksikam
 Derivat Asam Asetat : diklofenak
 Miscellaneous Agent : oxaprozin
Phospholipase

----- Steroids

Arachidonic acid

Cyclooxygenase Lipoxygenases

NSAIDs ----- Lipoxygenase inhititors


-----

Prostaglandins
Leukotrien

PGF2α PGE2 PGI2

algesic pyrexia vasodilation

The events of the inflammtory response and mechanisms of anti-


flammatory
Macam NSAID Resiko Gangguan GI
Indometasin 2.25
Naproksen 1.83
Diklofenak 1.73
Piroksikam 1.66
Meloksikam 1.43
Tenoksikam 1.24
Ibuprofen 1.19
 Golongan ini dirancang untuk lebih aman
terhadap lambung
 Khasiat analgetik dan anti inflamasi
 Hati-hati pada pasien dengan riwayat

penyakit kardiovaskuler (darah kental)


 Obat : celecoxib dan rofecoxib
 adalah nama sekelompok gangguan pada
metabolism purin dan asam urat, dimana kadar
berlebihan dalam plasma menimbulkan
pengendapan Kristal natrium-urat disendi dan
cairan sinovialnya.
 Yang sering terdapat adalah encok sendi
(Arthritis urica).
 Encok berlangsung bergelombang dan bila
tidak segera diobati akhirnya terjadi artrose,
karena tulang rawan berangsur-angsur dirusak.
Ada 2 kelompok obat penyakit encok, yaitu
obat yang menghentikan proses inflamasi

akut, misalnya kolkisin, fenilbutason dan


indometasin,
obat yang memengaruhi kadar asam urat,

misalnya probenesid, allopurinol, dan


sulfinpirazon.
Untuk keadaan akut digunakan obat NSAID.
 Kolkisin berkhasiat anti-inflamasi spesifik terhadap
penyakit encok serta tidak berefek analgesic.
 Mekanisme kerja : mencegah pelepasan glikoprotein dari
leukosit yang pada penderita gout menyebabkan nyeri
 Indikasi: untuk pirai dan artritis lain serta sebagai
profilaksis serangan pirai (bersama alopurinol)
 Efek Samping: rambut rontok, neuritis, depresi sum-sum
tulang, kerusakan ginjal.
 Wanita hamil danibu menyusui tidak dianjurkan.
 Dosis: pada serangan akut, oral 1 mg lalu 0,5 mg tiap 2
jam sampai maksimal 8 mg atau timbul diare. Kur tidak
boleh diulang dalam jangka waktu 3 hari. Profilaksis
(terapi kombinasi) 0,5-1,5 mg malam hari setiap dua
hari.
 Derivat pirimidin ini efektif sekali untuk menormalkan
kadar urat dalam darah dan kemih yang meningkat.
Berdaya mengurangi sintesis asam urat berdasar
persaingan substrat enzim xantin-oksidase (XO).
 Efek Samping : Gangguan lambung-usus dandarah,
rambut rontok, sakit kepala, pusing, kerusakan hati.
 Dosis : pada hiperurisemia 1 dd 100 mg p.c., bila
perlu dinaikkan setiap minggu dengan 100 mg sampai
maksimum 10 mg/kg/hari. Profilaksis dengan
sitostatika: 600 mg sehari dimulai dengan 3 hari
sebelum terapi.
 Derivat asam benzoate ini berdaya urikosurik
(merintangi penyerapan kembali asam urat di
tubuli proksimal.
 Obat ini juga merintangi ekskresi dari banyak obat
lain,diantaranya sefalosporin, eritromisin,
sulfonamide, diuretic tiazid, dan furosemide,
indometasin,naproxen, dan PAS, dosisnya
seringkali harus diturunkan.
 Efek sampingnya tidak begitu sering terjadi dan
berupa gangguan lambung usus, sakit kepala,
reaksi alergi kulit, sering berkemih dan kolik ginjal.
Kerusakan tulang rawan pada sendi
disembuhkan oleh APP, yaitu:
Chondroitin sulfat (CS)

 Bersifat menarik air.


 Menstimulasi produksi proteoglikan,
Aglutamin, dan kolagen.
 Mendorong proteoglikan untuk mengikat air
yang perlu untuk kelenturan sendi.
 Inaktivasi enzim yang merombak tulang
rawan.
Glukosamin (GA)
 stimulasi pembentukan proteoglikan baru

(cegah penyusutan tulang rawan),


 menghalau nyeri,
 memperbaiki fs sendi yang artritis,
 mereparasi tulang rawan yang cacat.

Kombinasi GA dan CS: prevensi artrose pada


orang berisiko (gemuk, genetik, profesi beban
sendi, cedera hebat pada sendi).
 Analgetik opioid merupakan golongan obat
yang memiliki sifat seperti opium/morfin.
 Sifat dari analgesik opioid yaitu menimbulkan

adiksi: habituasi dan ketergantungan fisik. 

 Senyawa-senyawa yang dikeluarkan oleh


sistem endogen ini disebut opioid endogen.
 Beberapa senyawa yang termasuk dalam

penghambat nyeri endogen antara lain:


enkefalin, endorfin, dan dinorfin.
 Diberikan pada nyeri sedang sampai berat
 Mulai kerja analgerik oral 45 menit dan efek

puncak 1-2 jam dan bekerja sentral


 Efek :

- Sedasi hebat
- Depresi pernapasan
- Pruritis
- Mual-muntah
- Retensi urin dan hipotensi
 Ada beberapa jenis Reseptor opioid  yang telah
diketahui dan diteliti, yaitu reseptor opioid μ, κ, σ,
δ, ε.  (dan yang terbaru ditemukan adalah N/OFQ
receptor.

 Reseptor μ : efek analgesik dan euforia dan


ketergantungan fisik dari opioid. Sedangkan
reseptor μ 2 memediasi efek depresan pernafasan.
Reseptor δ : efek analgesik. reseptor κ : efek
analgesik, miosis, sedatif, dan diuresis. Reseptor δ
dan reseptor  κ : selektifitas untuk enkefalin dan
dinorfin.
Penggunaan klinik analgesic opioid (Khasiat):
Analgesia : nyeri hebat, misalnya kanker, luka

bakar, fraktur, nyeri pasca-bedah (Morfin,


Petidin)
Batuk : sudah berkurang pemakaiannya oleh

antitussiv non-narkotik (Kodein)


Medikasi pre-anestetik : sifat sedasi,

anksiolitik dan analgetik


Alfentanil, Benzonatate, Buprenorphine,
Butorphanol, Codeine, Dextromethorphan
Dezocine, Difenoxin, Dihydrocodeine,
Diphenoxylate, Fentanyl, Heroin Hydrocodone,
Hydromorphone, LAAM, Levopropoxyphene,
Levorphanol Loperamide, Meperidine (petidin),
Methadone, Morphine, Nalbuphine, Nalmefene,
Naloxone, Naltrexone, Noscapine Oxycodone,
Oxymorphone, Pentazocine, Propoxyphene,
Sufentanil, tramadol.
 Salah satu dari narkotik sistetis, UU RI No 22
1997 tentang narkotika memasukkan
morfin dan petidin dalam narkotika golongan II.
 Petidin mempunyai masa kerja yang lebih

singkat daripada morfin.


 Petidin (per oral, intramuscular dan intravena)

merupakan narkotik yang paling banyak dipakai


untuk meredakan nyeri pasca pembedahan.
 Obat ini dapat diberikan selama kehamilan
Efek samping dan reaksi yang merugikan .
depresi pernapasan (pernapasan <10 kali/menit),
hipotensi orthostatic (turunnya tekanan

darah ketika bangun dari posisi berbaring),


takikardia (frekwensi denyut jantung di atas 100

denyutan per menit),


mengantuk,

konstipasi dan retensi urin.


kontriksi pupil (sebagai tanda intoksikasi),
toleransi dan ketergantungan
 Nalokson digunakan sebagai antidotum pada
overdosis narkotik pasca-operasif.
 Naltrekson adalah derivate nalokson yang bersifat

antagonis murni narkotik digunakan sebagai obat


anti-ketagihan narkotik.
 Nalorfin berefek disforia maka digunakan pada

overdosis narkotik bila nalokson


tidak tersedia.
 Pentazosin, analgesic narkotik campuran, diberikan

dalam bentuk injeksi (IM dan IV).


Obat-obat ini memulihkan depresi pernapasan dan
SSP akibat narkotik.
 Metadon adalah narkotik, tetapi lebih sedikit
mengakibatkan ketergantungan daripada
narkotik yang digantikannya.
 Waktu paruh metadon lebih panjang daripada

kebanyakan narkotik sehingga hanya perlu


diberikan sekali sehari
Ada dua jenis program metadon:
program pelepasan

Dalam program pelepasan, orang yang


bersangkutan menerima satu dosis metadon
untuk dua hari pertama yang kira-kira sama
dengan dosis “obat” yang diadiksi. Setelah dua
hari, dosis metadon dikurangi 5-10 mg sampai
orang tersebut sepenuhnya lepas dari metadon.
program pemeliharaan.
Dalam program pemeliharaan, orang tersebut
diberikan metadon dalam dosis yang sama
setiap hari.
Dosis tersebut dapat sama atau kurang dari
“obat” yang biasa dipakai, tetapi
dosisnya tetap sama dari hari ke hari.
Sebutkan contoh obat analgetik, antipiretik,
dari golongan opioid dan non opioid.
Masing-masing obat disertai dengan:
mekanisme kerja
Indikasi
Kontraindikasi
Efek samping

Anda mungkin juga menyukai