FARMAKOLOGI II
“TERAPI GOUT”
OLEH
NAMA : NI'MATUZUHRA
NIM : O1A1 19 104
KELAS : B
DOSEN : Apt. FADHLIYAH MALIK, S.Farm.,M.Farm.
1. Jelaskan mekanisme kerja dari obat –obat yang digunakan pada terapi gout!
2. Tuliskan minimal 3 nama dagang dari obat-obat tersebut!
3. Jelaskan terkait interaksi obat digunakan pada terapi gout!
Jawaban:
1. Obat-obat yang di gunakan pada terapi gout terbagi menjadi dua yaitu terapi serangan
akut dan terapi prevensi (serangan gout kronik).terapi serangan akut meliputi
:OAINS,COX-2 Inhibitor,cholkichine,indomethacin,glukorkortikoid,steroid sedangkan
terapi prevensi (serangan gout kronik )meliputi xantin oksidasi inhibitor (allopurinol )dan
urikosurik (probenesid). Mekanisme kerja dari obat-obat tersebut adalah sbb.
~ terapi serangan akut:
A. Kolkisin. Mekanisme kerjanya adalah kolkisin berikatan dengan protein intraseluler
tubulin , lalu mencegah polimerisasinya menjadi miktrotubulu . proses tersebut
mengakibatkan terganggunya fungsi seluler granulosit. Terjadi penurunan
kemampuan mobilisaso dan fogositosis granulosit . kolkisin mampu menghambat
pembelahan sel dengan berikatan dengan spindle mitotic dan juga mampu
menghambat sintesis dan pelepasan leukotriene b 4 dengan demikian memutuskan
rangkaian reaksi yang menimbulkan serangan pirai akut.
B. OAINS (Obat Anti Inflamasi Non Steroid ) mekanisme kerjanya yaitu menghambat
sintesis prostaglandin yang merupakan mediator yang perperan pada inflamasi
,nyeri, demam dan sebagai penghilang rasa nyeri.
C. Indomethacine: mekanisme kerja dari indomethacine adalah menghambat ensim
yang memproduksi prostaglandin ,yaitu zat yang menyebabkan peradangan
.senyawa yang di lepas oleh tubuh tersebut akan menyebabkan rasa sakit dan
inflamasi. Dengan menghalangi produksi prostaglandin ,indomethacine akan
mengurangi rasa sakit serta inflamasi.
D. Glukorkortikoid: secara langsung bekerja pada sel epithelia, sel otot, dan eosinofil
pada sistem imun. Sel target untuk glukokortikoid yaitu suatu membran yang bersifat
lipid atau lemak. Sehingga glukokortikoid dapat menembus membran sel tersebut dan
dapat masuk ke dalam sitoplasma
E. Steroid : mekanisme kerja obat dari golongan steroid adalah menghambat enzim
fospolifase sehingga menghambat pembentukan prostaglandin maupun leukotriene •
Berdasarkan masa kerjanya golongan kortikosteroid dibagi menjadi :
1. Kortikosteroid kerja singkat dengan masa paruh < 12 jam, yang termasuk golongan
ini adalah kortisol
~ Terapi prevensi :
Harus dilakukan monitoring yang ketat jika obat hipoglikemik oral, antiepilepsi dan lithium
dipakai bersama-sama dengan NSAID.
Semua NSAID mempengaruhi klirens metotreksat. Interaksi ini penting jika metotreksat dosis
tinggi diperlukan pada kemoterapi kanker; tetapi mungkin tidak begitu penting pada dosis
rendah, misalnya pada pengobatan artritis reumatoid.
Terdapat interaksi yang penting antara obat antihipertensi, diuretik dan semua NSAID
(kecuali sulindac). Interaksi ini mengurangi efek hipotesi dan diuretik dan tampaknya timbul
atas dasar perbedaan individu. Harus dilakukan monitoring kardiovaskuler yang ketatjika
obat-obat ini digunakan bersama-sama.
2. COX-Inhibitor
Berikut ini sejumlah interaksi yang dapat terjadi jika menggunakan celecoxib bersama dengan obat
lain:
3. Cholchicine
Interaksi Obat yaitu meningkatkan kadar obat colchicine, jika digunakan dengan cimetidine. Dapat
menekan sumsum tulang sehingga mengakibatkan turunnya jumlah sel darah putih dan trombosit, jika
digunakan dengan phenylbutazone. Meningkatkan risiko perdarahan saluran pencernaan, jika
digunakan dengan OAINS.
4. Indometacin
dapat menimbulkan interaksi obat jika digunakan oleh obat-obatan lain, di antaranya:
Peningkatan kadar methotrexate atau probenecid dalam darah
Peningkatan risiko terjadinya perdarahan saluran cerna jika digunakan dengan
obat antikoagulan, seperti warfarin.
Peningkatan risiko terjadinya kerusakan ginjal akibat efek kerja yang berlawanan jika
digunakan bersama obat ACE inhibitor, seperti captopril, enapril, atau lisinopril.
Peningkatan risiko terjadinya hiperkalemia jika digunakan bersama suplemen vitamin K
atau diuretik hemat kalium
Penurunan efektivitas dari furosemide, hydralazine, diuretik jenis thiazide, serta penghambat
beta, seperti atenolol, propranolol, dan oxyprenolol
Peningkatan risiko terjadinya efek samping haloperidol.
5. Glukokortikoid
Dalam pemberian glukokortikoid hal lain yang harus dipertimbangkan adalah kemungkinan
interaksi
dengan obat-obatan lain yang diberikan secara bersamaan yang bisa menurunkan efektivitas
obat,
menghambat efek obat atau bahkan potensiasi efek samping obat yang bisa membahayakan
penderita.
6. Steroid
2. Urikosurik (Probenesid)
Berikut ini adalah beberapa risiko yang dapat terjadi apabila probenecid
digunakan dengan obat lain:
Meningkatkan risiko terjadinya efek samping, bila dikonsumsi dengan
methotrexate.
Menurunkan efektivitas obat probenecid, jika digunakan dengan paracetamol,
naproxen, indometacin, ketoprofen, lorazepam, rifampicin, aciclovir,
ganciclovir, zidovudine, pyrazinamide, dan aspirin.
Menimbulkan gangguan fungsi ginjal, jika digunakan dengan antibiotik
sulfonamida.
DAFTAR PUSTAKA
Katzung, B. 1989. Farmakologi Dasar dan Klinik. EGC: Jakarta.