Anda di halaman 1dari 15

INTERAKSI OBAT SALURAN CERNA

KELOMPOK I
Farmasi C
Farmasi A Farmasi B
1. Arni Adelia Sura
1. Anastasia E.P. Gilly 1. Andreina Debora 2. Evy Krisnawati Selly
2. Delmi Huan Saudale 2. Marselina Maneno 3. Kristoforus E. Wonkay
3. Karolina N.P Nenat 3. Febiana Nesi 4. Matelda K. Ngguna
4. Maria Consita Bita 4. Hendrika Sabu 5. Melani A. Fafo
5. Maria Magdalena Boro 5. Yohana D. Lamapaha 6. Kristianto Tpoh
6. Maria Mersiana Bano 6. Jesika Pobas 7. Miescha T.J Atarabu
7. Magpias Bayfeto 7. Krisna Talung 8. Herti Riswinda Siki
8. Henderina B. Lona 8. Maria S. Tefa 9. Nurjana
9. Jailin Lopes 9. Vena Ludji 10. Yovita M. Manek
Kerangka Konsep
1. Pendahuluan
2. Obat yang digunakan untuk gangguan
gastrointestinal
3. Interaksi obat saluran pencernaan
PENDAHULUAN
(Katzung, Bertram G. (Editor) Edisi: 14th)

Saluran gantrointestinal (gastointestinal tractus) /saluran digestik (digestive


tract ) adalah sebuah saluran berotot yang memanjang mulai dari mulut
sampai ke anus.

Pada prinsipnya fungsi utama sistem gastrointestinal (GI) adalah mensuplai


nutrisi ke sel-sel tubuh yang diperoleh melalui proses Ingestion yang terjadi
pada saat mulai intake makanan masuk kedalam mulut, Digestion dimana
peristiwa mencerna makanan dimulai dalam lambung dan usus halus dan
Absorption  yang terjadi terutama dalam usus halus dan juga dalam usus
besar dan proses eliminasi adalah pengeluaran sisa-sisa hasil pencernaan.

Sistem GI (Digestive System) terdiri dari saluran GI dan organ beserta


kelenjar yang terkati dengan pencernaan yaitu mulut, esofagus, lambung,
usus halus, usus besar, rektum dan anus. Sedangkan organ-organ yang
berhubungan adalah hati, pankreas, dan kandung empedu.
Interaksi gastrointestinal adalah interaksi dua/lebih obat yang diberikan
secara bersamaan yang terjadi di dalam saluran pencernaan.

InteraksiFarmakokinetik yaitu interaksi yang terjadi apabila satu obat


mengubah absorpsi, distribusi, metabolisme, atau ekskresi obat lain.
(PIO Nas, 2015)
Interaksi Farmakodinamik adalah interaksi antara obat-obat yang
mempunyai efek farmakologi atau efek samping yang serupa atau yang
berlawanan. (PIO Nas, 2015)

Interaksi gastrointestinal umumnya mempengaruhi proses absorpsi obat,


sehingga dapat digolongkan dalam interaksi absorpsi yang merupakan
bagian dari interaksi farmakokenetik.
Obat yang digunakan untuk gangguan gastrointestinal

Obat untuk Obat penyakit


Obat penyakit Promotor
asam lambung motolitas
sindrom iritasi radang usus Agen lain antiemetik
usus besar besar

5-ASA drugs,
Pancreatic lipase,
Anticholinergics, corticosteroids
Metoclopramide, laxatives,
serotonin immunosuppresa
cholinomimetics antidiarrheals
antagonists nts, anti-TNF
ursodiol
drugs

Proton pump Mucosal protective agents


Antacids H2 blockers Antibiotics
inhibitors (sucralfate, misoprostol,
(cimetidine) (omeprazole) bismuth compounds)

D2 blockers H1 blockers Neurokinin


5-HT3 Corticosteroids
Antimuscarinics Cannabinoids receptor
blockers (prochlorper (diphenhydr (scopolamine)
(dexamethasone
antagonists
(ondansetron) ) (dronabinol)
azine) amine) (aprepitant)
Interaksi Obat Saluran Pencernaan
 ANTASIDA
Aluminium Hidroksida + Vitamin C

Hasil Interaksi : Moderat konsekuensi klinik sedang


sehingga perlu adanya perubahan terapi

Mekanisme :
Farmakokinetik : Asam askorbat (vitamin C) dapat
meningkatkan ekskresi aluminium tiga kali lipat melalui urin.
Asam askorbat secara signifikan meningkatkan konsentrasi
aluminium di hati, otak dan tulang tikus yang diberi
aluminium hidroksida.
Sukralfat + Vitamin D3 (Cholecalciferol)

Hasil Interaksi : Mayor dapat terjadi toksisitas sehingga


harus dilakukan perubahan dosis dan jadwal pemberian

Mekanisme :
Farmakokinetik : Risiko keracunan aluminium dapat lebih
meningkat selama pengobatan dengan vitamin D atau analog
vitamin D seperti cholecalciferol, yang meningkatkan
penyerapan aluminium dari usus.
 H2 Blocker

Cimetidin + Alprazolam

Hasil Interaksi : Moderat konsekuensi klinik sehingga perlu


adanya perubahan terapi

Mekanisme :
Farmakokinetik : pemberian simetidin dengan benzodiazepin dapat
meningkatkan paparan sistemik terhadap benzodiazepin.
Mekanismenya mungkin terkait dengan penghambatan
metabolisme hati CYP450 3A4 oleh simetidin, penghambat
moderat isoenzim. Interaksi ini telah dilaporkan untuk alprazolam,
diazepam, triazolam, midazolam dan chlordiazepoxide, tetapi juga
dapat terjadi dengan benzodiazepin lainnya.
 PPI
Omeprazole + Escitalopram

Hasil Interaksi : Moderat konsekuensi klinik sedang


sehingga perlu adanya perubahan terapi

Mekanisme :
Farmakokinetik : Omeprazol dapat meningkatkan kadar
darah dan efek escitalopram karena omeprazol
menghambat enzim CYP3A4 dan obat escitalopram
di metabolisme oleh enzim CYP3A4.
 Antibiotik

Klaritromisin + alprazolam

Hasil Interaksi : Mayor dapat terjadi toksisitas sehingga harus dilakukan


perubahan dosis dan jadwal pemberian

Mekanisme :
Farmakokinetik : Pemberian bersama dengan inhibitor kuat CYP450 3A4
seperti antibiotik makrolida klaritromisin, telithromycin dan
troleandomycin dapat meningkatkan dan memperpanjang efek depresan
SSP dari alprazolam. Mekanismenya adalah penghambatan oksidasi hati
CYP450 3A4 dari benzodiazepin. Midazolam, triazolam, dan alprazolam
telah dipelajari secara khusus dalam hal ini. Lorazepam, oxazepam, dan
temazepam terkonjugasi secara hati dan diharapkan tidak
berinteraksi. Azitromisin dan diritromisin tidak menghambat isoenzim
CYP450
 Antidiarrheal Agents

Loperamide + Ritonavir

Hasil Interaksi : Mayor dapat terjadi toksisitas sehingga


harus dilakukan perubahan dosis dan jadwal pemberian

Mekanisme :
Farmakodinamik : Ritonavir dapat secara signifikan meningkatkan
kadar loperamide dalam darah . Hal ini dapat menyebabkan
komplikasi serius dan berpotensi fatal seperti irama jantung
yang tidak teratur dan serangan jantung , terutama jika Anda
menggunakan loperamide dalam dosis lebih dari yang
direkomendasikan.
 5-HT3 BLOCER

Fluvoxamine + alosetron

Hasil Interaksi : Mayor dapat terjadi toksisitas sehingga


harus dilakukan perubahan dosis dan jadwal pemberian

Mekanisme :
Farmakokinetik : Pemberian bersama dengan fluvoxamine dapat
secara signifikan meningkatkan konsentrasi plasma
alosetron. Mekanisme yang diusulkan adalah penghambatan
fluvoxamine metabolisme alosetron melalui CYP450 1A2.
Daftar Pustaka

• Drugs.com
• Stockley edisi 9
• Katzung, Bertram G. (Editor) Edisi: 14th
• Katzung dan Trevor’s Edisi : 11th

Anda mungkin juga menyukai