MUAL
MUNTAH
apt. Ardiyatul Iffah Kelana, M.Clin.Pharm.
05 Monitoring
DEFINISI
Perasaan dalam kerongkongan atau
NAUSEA daerah epigastric yang memberikan tanda
(MUAL) akan muntah
Nausea
Bulb
us d
uod
eni
PATOMEKANISME
Kontraksi lambung, sfingter esophagus bawah membuka; sfingter esophagus atas masih
menutup dan inspirasi dalam dengan kontraksi diafragma diikuti relaksasi otot dinding perut
dan lambung sehingga kimus yang awalnya masuk ke esofagus kembali ke lambung
MENUTUP
RETCHING
MEMBUKA
PATOMEKANISME
Pengeluaran isi lambung karena retroperistalsis GI (kontraksi diafragma dan otot
abdomen, pilorus menutup, sfingter membuka)
MEMBUKA
Vomiting
MEMBUKA
MENUTUP
PATO
FISIO
LOGI
3 2
1
PATO 4
FISIO
LOGI
TANDA & GEJALA KLINIK
• Gejala (Symptoms)
• Simple: self limiting, resolves spontaneous and requires only symptomatic therapy
• Complex: Not relieved after administration of antiemetics; progressive deterioration of
patient secondary to fluid-electrolyte imbalance; usually associated with noxious agent or
psychogenic events
• Tanda (Sign)
• Simple: patient complaint of queasiness or discomfort
• Complex: Weight loss; fever; abdominal pain
○ Laboratorium
• Simple: None
• Complex: Serum electrolyte concentration; upper/lower GI Evaluation
PENATALAKSANAAN TERAPI
TUJUAN TERAPI
PENDEKATAN TERAPI
Pilihan terapi dapat berupa obat maupun tanpa obat bergantung
dg kondisi pasien
PENATALAKSANAAN TERAPI
H2RA
ANTIHISTAMIN
ANTIKOLINERGIK
DOPAMINE ANTAGONIST
BENZODIAZEPINES
STEROID
NEUROKININ-1 RA
ASCO, 2020
ASCO, 2020
NCCN, 2017
2
Post operative Nausea and Vomiting (PONV)
ASCO, 2020
ASCO, 2020
ASCO, 2020
4
MUAL/MUNTAH PADA KEHAMILAN
• Mual/muntah pada kehamilan self-limited, meskipun 1-3% berkembang menjadi
hyperemesis gravidarum
• Terapi nonfarmakologi jahe, menghindari stress
• Terapi farmakologi :
Penatalaksanaan
03 Terapi 04 Monitoring
PENDAHULUAN
• Suatu gangguan di mana isi lambung mengalami
refluks secara berulang ke dalam esofagus, yang
menyebabkan terjadinya gejala dan/atau
komplikasi yang mengganggu
• GERD menimbulkan gejala khas seperti
heartburn (rasa terbakar di dada yang kadang
disertai rasa nyeri dan pedih) serta gejala-gejala
lain seperti regurgitasi (rasa asam dan pahit di
lidah), nyeri epigastrium, disfagia, dan
odinofagia
• Heartburn tidak mempunyai padanan kata dalam
bahasa Indonesia, sehingga anamnesis perlu
dilakukan dengan cermat à “rasa panas dari ulu
hati dan naik ke arah dada”
Kerusakan mukosa
esofagus pada
ESOFAGITIS EROSIF Erosive Esophagitis/ERD
pemeriksaaan endoskopi
(Erosive Esophagitis)
GERD
gejala reflux yang
GEJALA REFLUX mengganggu tanpa
TANPA KERUSAKAN Non-Erosive Reflux
adanya kerusakan Disease (NERD)
ESOFAGUS mukosa esofagus pada
pemeriksaan endoskopi
KOMPLIKASI GERD
Esophageal strictures, Barrett’s esophagus, and adenocarcinoma esophagus
PATOFISIOLOGI
GERD à multifactorial
Adanya gangguan pada tekanan LES, gangguan barier anatomic (hiatal hernia), terjadi kontak dalam waktu yang cukup lama antara bahan
refluks dengan mukosa esofagus (penurunan bersihan esofageal), penurunan saliva yang mengandung bikarbonat sebagai buffer pada
permukaan esofagus, obesitas (meningkatkan tekanan abdominal) à refluks isi lambung
GANGGUAN TEKANAN LES
• Sfingter esofagus bagian bawah / LES pada umumnya
dalam keadaan tonik (kaku), keadaan berkontraksi untuk
mencegah refluks isi lambung
• Saat menelan à relaksasi à memungkinkan makanan
untuk masuk ke dalam lambung
• Mekanisme tekanan LES yang abnormal mengakibatkan
refluks:
1. Adanya relaksasi spontan sementara dari LES (bukan
karena menelan) yang dapat disebabkan adanya kondisi
distensi esofageal, muntah, sendawa.
2. Stress refluks à adanya peningkatan sementara
tekanan intraabdominal seperti saat mengejan,
membungkuk, manuver valsava
3. LES dalam keadaan atonik (tidak kaku) sehingga terjadi
reflux (scleroderma)
GANGGUAN TEKANAN LES
• Sfingter esofagus bagian bawah / LES pada umumnya dalam keadaan tonik
(kaku), keadaan berkontraksi untuk mencegah refluks isi lambung
• Saat menelan à relaksasi à memungkinkan makanan untuk masuk ke dalam
lambung
• Mekanisme tekanan LES yang abnormal mengakibatkan refluks:
1. Adanya relaksasi spontan sementara dari LES (bukan karena menelan) yang
dapat disebabkan adanya kondisi distensi esofageal, muntah, sendawa.
2. Stress refluks à adanya peningkatan sementara tekanan intraabdominal
seperti saat mengejan, membungkuk, manuver valsava
3. LES dalam keadaan atonik (tidak kaku) sehingga terjadi reflux
(scleroderma)
BERSIHAN ESOFAGEAL
● Durasi kontak antara isi lambung dan mukosa esofagus à tingkat keparahan
kerusakan yang dihasilkan oleh refluks gastroesofagus
● Durasi kontak tergantung pada kemampuan esofagus membersihkan bahan
berbahaya serta frekuensi refluks à peristaltik primer sebagai respons
terhadap menelan atau peristaltik sekunder sebagai respons terhadap distensi
esofagus dan efek gravitasi.
● Menelan berkontribusi pada pembersihan esofagus dengan meningkatkan aliran
saliva. Air liur mengandung bikarbonat yang menyangga sisa bahan lambung di
permukaan esofagus
● Produksi air liur menurun dengan bertambahnya usia sehingga lebih sulit untuk
mempertahankan pH intraesophageal yang netral à kerusakan esofagus yang
disebabkan oleh refluks lebih sering terjadi pada orang tua
RESISTENSI MUKOSA
● Di dalam mukosa esofagus dan submukosa terdapat kelenjar penghasil mucus à
perlindungan esofagus
● Bikarbonat yang bergerak dari darah ke lumen dapat menetralkan refluks asam di
esofagus à Ketika mukosa berulang kali terpapar refluks pada kondisi GERD,
atau jika ada kerusakan pada pertahanan mukosa normal, ion hidrogen (H+)
berdifusi ke dalam mukosa à menyebabkan pengasaman seluler dan nekrosis
yang pada akhirnya menyebabkan esofagitis
● Resistensi mukosa tidak hanya berhubungan dengan mukus esofagus, tetapi juga
dengan tight epithelial junction, pergantian sel epitel, keseimbangan nitrogen,
aliran darah mukosa, prostaglandin, dan kesetimbangan asam-basa jaringan
PENGOSONGAN LAMBUNG
● Peningkatan volume lambung dapat meningkatkan frekuensi refluks dan jumlah
cairan lambung yang tersedia saat refluks
● Volume lambung berhubungan dengan volume bahan yang tertelan, laju sekresi
lambung, laju pengosongan lambung, dan jumlah serta frekuensi refluks
duodenum ke dalam lambung.
● Faktor-faktor yang meningkatkan volume lambung dan/atau menurunkan
pengosongan lambung à merokok dan makanan tinggi lemak
● Makanan berlemak dapat meningkatkan refluks gastroesofageal postprandial
dengan meningkatkan volume lambung, menunda laju pengosongan lambung,
dan menurunkan tekanan LES
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPERBURUK
KONDISI GERD
Gejala Atipikal
• Asma non alergik
• Batuk kronis
• Faringitis
• Nyeri dada
• Erosi gigi
Gejala alarm
• Nyeri berkelanjutan
• Disfagia
• BB turun tidak diketahu penyebab pasti
• Cegukan
PEMERIKSAAN PADA GERD
• Standar baku (gold • Untuk menentukan • Untuk pasien GERD • Untuk diagnosis pasien
standard) diagnosis adanya metaplasia, sebelum operasi dg gejala tipikil tanpa
GERD dg esophagitis dysplasia, keganasan antireflux dan evaluasi tanda bahaya atau BE
erosive à adanya gejala NERD berulang • Memberikan PPI dosis
mucosal break pada setelah operasi ganda 1-2 minggu
esofagus • Evaluasi pasien yang tanpa endoskopi à
• Untuk pasien dg gejala tidak merespon dg PPI Jika saat PPI
alarm dan tidak dihentikan diagnosis
merespon penggunaan GERD dpt ditegakkan
PPI 2xsehari • Ekonomis dibanding
pemeriksaan lain
TATALAKSANA TERAPI
○ Menghindari rokok
○ Menghindari alcohol
○ Komplikasi GERD
PROTON PUMP
AGEN
INHIBITOR
(PPI) PROKINETIK
PELINDUNG
MUKOSA
PROKINETIK AGEN
Peran prokinetik dalam tatalaksana GERD masih terbatas karena alasan keamanan dan
mamfaat, seperti metoklopramid, cisapride, balcofen.
● Baclofen à antagonis reseptor gamma-amino- butyric acid B (GABA-B) yang
menghambat relaksasi transien dari sfingter bawah esophagus. Beberapa penelitian
menunjukkan baclofen akan mengurangi gejala refluks, mengurangi frekuensi relaksasi
sfingter esophagus dan paparan asam lambung terhadap esophagus, serta mempercepat
pengosongan lambung. Efek samping baclofen seperti dyspepsia, mengantuk, dan
mengurangi ambang kejang sehingga penggunaan baclofen jarang pada anak kecuali
dengan adanya penyakit dasar neurologis
● Cisapride àserotonin 5-HT4 reseptor agonis dan parasimpatomimetik. Cisapride
bekerja dengan cara menstimulasi reseptor serotonin untuk meningkatkan pelepasan
asetilkolin pada pleksus myenteric di usus otot polos. Hal ini meningkatkan tekanan
sfingter esofagus bagian bawah, memperpendek waktu transit lambung, mengurangi
refluks esofagus dan membantu penyembuhan ulkus esofagus. cisapride tidak lagi
tersedia untuk penggunaan rutin karena aritmia jantung yang mengancam jiwa bila
dikombinasikan dengan obat-obatan tertentu dan kondisi penyakit lainnya
PEPTIC ULCER
DISEASE
(PUD)
apt. Ardiyatul Iffah Kelana, M.Clin.Pharm.
Penatalaksanaan
03 Patofosiologi 04 Terapi
05 Monitoring
PENDAHULUAN
SEL G (Pilorus) à
Pembuluh darah
Saraf Parasimpatik
PROSES YANG BERKAITAN DENGAN GANGGUAN
PADA GI
SEKRESI ASAM SEKRESI PEPSINOGEN &
PERLINDUNGAN MUKOSA
PEPSIN
• Sel parietal mensekresi asam ke dalam • Sel mukosa gastrik mensekresi 2 tipe Mekanisme perlindungan mukosa sal.
lumen lambung melibatkan proses pro-enzim proteolitik : Cerna :
transport aktif dan difusi pasif. Aktivasi 1. Pepsinogen 1 → diproduksi sel leher • Sekresi mukus (melindungi sel-sel
H+/K+ ATPase (proton pump) → mukosa leher utama dan sebagai pelicin bagi
katalisasi pertukaran H+ intraseluler 2. Pepsinogen 2 → diproduksi sel mukosa, serta merintangi difusi balik
dengan K+ ekstraseluler mukosa duodenal dan gastrik ion hidrogen)
• Sekresi HCl distimulasi oleh : • Pepsin diaktifkan oleh pH asam, dan • Sekresi bikarbonat (menetralisir
1. Acetylcholine (muscarinic type diinaktifkan secara timbal balik oleh keasaman)
receptor) yg dilepaskan dari vagal pH > 4, dan dirusak secara irreversibel • Aliran darah mukosa
postganglion pada pH 7. • Penggantian epitel, pertumbuhan sel,
2. Gastrin yg dilepaskan dari G sel di • Pepsin adalah enzim zymogen dan pertumbuhan luka
mucosa jika terdapat asam amino dan (pepsinogen) dilepaskan oleh sel-sel • Prostaglandin (PGE2)
peptida (dr makanan) di lambung utama (sel chief) di lambung yang
3. Histamine (H2 type receptor) yang mendegradasi protein makanan
dilepaskan dari sel paracrine di dekat menjadi peptide.
sel parietal
ETIOLOGI
Helicobacter
pylori
Hypersecretion
of HCl
Gastric pain
Genetic (HLA
B5)
NSAIDs
KLASIFIKASI
HELYCOBACTER
STRESS ULCER
PYLORI NSAID INDUCED
INDUCED (SMRD)
PATOFISIOLOGI
H.Pylori
NSAID
• NSAID à Penghambat COX 1 (aspirin, asam mefenamat, ibuprofen, ketorolac, dsb) dan COX-2 (celecoxib,
enterocoxib)
• NSAID: (1) Nonselective (tradisional) NSAID: indomethacin, piroxicam, ibuprofen, naproxen, ketoprofen,
ketorolac; aspirin (2) partially selective NSAID: meloxicam, diclofenac, celecoxib (3) Selective COX-2
inhibitor: celecoxib
Stres
Noninvasive
(endoscopy not required)
• Urea breath test
• Serology (IgG)
• Urine antibody
• Fecal antigen
NSAID INDUCED
TANDA & GEJALA
GEJALA TANDA
Weight loss may be associated with
Mild epigastric pain
nausea and vomiting
Prostaglandin Sintetik
(Misoprostol)
PBMT 7 85
PCM 7 84
PCA 7 82
PMA 7 76
BMT 14 80
PC 14 65
BMA 14 62
PA 14 58
Meta-analysis of H. pylori eradication regimens (119 studies, 6416 patients). Modi®ed from Taylor et al. (1997)
Tatalaksana terapi tukak akibat
nsaid
Stop NSAID
6 – 8 minggu
• PPI dapat menyembuhkan ulcer 4
minggu
• Antacid tidak digunakan sebagai
single agent untuk ulcer perlu
dosis/frekwensi yg tinggi
• Terapi pemeliharaan diperlukan
untuk mencegah kekambuhan,
terutama Pasien dengan riwayat
komplikasi ulcer, Penyakit ulcer
yang membandel, Kegagalan terapi
eradikasi HP, Penggunan NSAIDs
• Terapi pemeliharaan jangka
panjang dengan H2RA, PPI atau
sukralfat cukup aman, namun
sukralfat dihindari penggunaannya
pada pasien gangguan ginjal
H2RAs Therapeutic Considerations
Drug Common Side Effects Contraindications Considerations
Cimetidine • Headache Hypersensitivity to Cimetidine reduces
• Dizziness cimetidine metabolism of certain
• Arthralgia drugs (theophylline,
• Myalgia warfarin, phenytoin,
• Constipation lidocaine, & quinidine)
• Diarrhea
• Gynecomastia
• Galactorrhea
• Loss of libido
Ranitidine • Headache Hypersensitivity to Ranitidine can be given
Famotidine • Dizziness ranitidine or famotidine IV to treat patients who
• Arthralgia are not able to tolerate
• Myalgia the oral formulation
• Constipation
• Diarrhea
PPIs Therapeutic Considerations
Drug Common Side Effects Contraindications Considerations
Eradication therapy with a PPI-based 3-drug regimen should be considered for all
patients who test positive for HP (decrease recurrent)
selective COX-2 inhibitors have not been shown to be any more effective than the
combination of PPI and a non-selective NSAID in reducing the incidence of ulcers,
and questions remain regarding their long-term cardiovascular safety
Monitoring terapi
Perbaikan gejala klinik
Kepatuhan pasien
Efek samping
TERIMA KASIH
DIARE apt. Ardiyatul Iffah Kelana,
M.Clin.Pharm.
TUJUAN
• Memahami definisi dan etiologi diare
• Memahami patofisiologi diare
• Memahami penatalaksanaan diare
• Memahami monitoring terapi
PENDAHULUAN
• Peningkatan frekuensi dan penurunan konsistensi tinja dibandingkan dengan kondisi normal
• BAB (defekasi) dengan jumlah tinja lebih banyak dari normalnya (100-200 ml per jam
tinja), berbentuk cairan atau setengah cair (setengah padat), dan/atau disertai frekuensi
defekasi yang meningkat
• Diare terbagi berdasarkan onset dan durasi, yaitu diare akut dan diare kronik
MACAM-MACAM DIARE
Diare osmosis
Disebabkan senyawa yang sukar diabsorbsi
Terjadi pada intoleransi laktosa (defisiensi enzim lactase, enzim dalam intestine untuk mencerna disakarida
menjadi monosakarida), pemberian ion divalent (antasida mengandung Mg), karbohidrat sukar larut
(laktulosa)
Diare Secretory
Terjadi peningkatan sekresi dalam usus melebihi kapasitasnya untuk menyerap kembali cairan sehingga
volume tinja meningkat → infeksi virus, kuman pathogen, hiperperistaltik usus karena bahan kimia,alergi
Faktor penstimulasi → stimulasi cAMP intraseluler → inhiubit Na+/K+ ATP ase → meningkatkan sekresi
elektrolit → diare
Malabsorbsi
Terjadi karena penurunan kemampuan small intestine untuk menyerap nutrisi karena pemicu lain (perubahan
motilitas, insufisiensi pancreas, perubahan absorbsi → diare banyak mengandung lemak
DIARE INFEKSI
• Sebagian besar kasus diare akut disebabkan oleh infeksi virus, bakteri, atau protozoa dan
umumnya sembuh sendiri.
• Evaluasi penyebab noninfeksi dipertimbangkan jika diare berlanjut dan tidak ada organisme
menular yang dapat diidentifikasi, atau jika pasien termasuk dalam kategori risiko tinggi untuk
komplikasi metabolik dengan diare persisten.
• Viral gastroenteritis → rotavirus (40%)
• The bacterium Campylobacter is a common cause of bacterial diarrhea, but infections by
Salmonellae, Shigellae and some strains of Escherichia coli (E.coli) are frequent.
• Parasites do not often cause diarrhea except for the protozoan Giardia, which can cause chronic
infections if these are not diagnosed and treated with drugs such as metronidazole, and Entamoeba
histolytica
• Other infectious agents such as parasites and bacterial toxins also occur
PATOFISIOLOGI
Octreotide
analog oktapeptida sintetik dari somatostatin endogen
menghambat pelepasan hormone
mengeblok pelepasan serotonin, dan beberapa peptida aktif → kontrol diare - long-acting
ANTIBIOTIK
• Tidak digunakan pada kasus diare ringan dan dapat sembuh sendiri.
• Penggunaan pada diare berat terbukti dapat menurunkan durasi penyakit &
menurunkan morbiditas
• Mencegah proses invasi infeksi, dan penularan patogen person-to-person
• Pemilihan obat berdasarkan mikroorganisme penyebabnya
• Kolera → doksisiklin
• Shigella dysentri → Ciprofloxacin
• Amoebiasis/Giardiasis (parasite) → Metronidazole
• Campylobacter → Makrolida (azitromisin)
Traveler’s Diarrhea (TD)
adalah diare yang
diamalami oleh wisatawan
akibat terpapar pathogen di
daerah tujuannya. Tempat
tujuan merupakan faktor
risiko paling menonjol dalam
berkembangnya kasus TD.
Daerah yang beresiko
diantaranya negara
berkembang di Amerika
Latin, Afrika, Asia dan
Sebagian Timur Tengah
TRAVELER’S DIARRHEA
Most common pathogen:
Enterogenic Toxin E. coli/ETEC (20-72%)
Shigella (3-25%)
Campylobacter (3-17%)
Salmonella (3-7%)
Profilaksis:
Bismuth subsalycilate 524 mg (2 tab) PO 4x sehari (3 minggu) → eso: black discoloration of tongue
and stools
Profilaksis antibiotic → risiko tinggi → militer
Penanganan
Antibiotik
Loperamid → dipilih karena quicker onset dan longer duration → 4 mg awal, 2 mg/BAB max 16 mg
→ BAB TANPA DARAH
LACTOBACILLUS
• Agen probiotik → mengandung bakteri
atau ragi, seperti bakteri asam laktat
adalah suplemen makanan yang telah
digunakan selama bertahun-tahun dengan
harapan dapat menggantikan mikroflora
usus (mengembalikan fungsi normal usus dan
menekan pertumbuhan mikroorganisme
pathogen)
• Contoh: L-Bio; LactoB
MONITORING
1. Frekuensi buang air besar, dan konsistensi feses (keberhasilan terapi)
2. Kondisi keseimbangan cairan dan elektrolit
3. Efek samping obat
4. Komplikasi diare
5. Test laboratorium (keberadaan infeksi mikroorganisme, darah, dsb)
TERIMA KASIH
KONSTIPASI apt. Ardiyatul Iffah Kelana,
M.Clin.Pharm.
TUJUAN
• Memahami definisi dan etiologi konstipasi
• Memahami patofisiologi konstipasi
• Memahami penatalaksanaan konstipasi
• Memahami monitoring terapi
PENDAHULUAN
• Konstipasi → sindrom yang ditandai dengan
1. BAB yang jarang (kurang dari 3x/minggu)
atau
2. BAB sulit dengan tinja yang keras
• Konstipasi sesekali biasanya tidak memerlukan
terapi farmakologi → terapi nonfarmakologi
ETIOLOGI
Primer Sekunder
Perubahan fisiologis
GI (penurunan
Faktor penyebab motilitas; penurunan Konstipasi
kekuatan otot
dinding perut)
• Obat yang bekerja menghambat fungsi neurologic dan muskuler dari GI (kolon) → ESO konstipasi
• Obat tsb: opiate, antikolinergik, antasida yang mengandung alumunium atau calcium
• Opiat → memperpanjang waktu transit usus → mengakibatkan spastik / kejang dan kontraksi
nonpropulsif dan meningkatkan absrobsi elektrolit
• Antikolinergik → menghambat fungsi usus besar oleh aksi parasimpatolitik
TERAPI NON FARMAKOLOGI
Pengaturan makanan dengan makanan berserat (kacang, sereal, buah dan sayur,
worter)
Mencukupi asupan cairan
Pembedahan (slow transit constipation → abdominal colectomy atau ileorectal
anastomosis)
Biofeedback pelvic floor → pelatihan dasar panggul
TERAPI FARMAKOLOGI
Bulk Producers
• Mengembang dalam cairan usus → membentuk gel yang membantu eliminasi feses dan
meningkatkan peristaltic
• Contoh: natural (psyllium), semisyntetic (polycarbophil) atau sintetik (methylcellulose)
• Harus dengan asupan cairan yang cukup (240 ml/dosis) untuk mencegah tersangkut pada
kerongkongan dan obstruksi
Hiperosmotik
• Stimulasi air masuk ke dalam usus besar
• Contoh: laktulosa, sorbitol, glyserin
• Laktulosa (disakarida) dimetabolisme oleh bakteri kolon menjadi senyawa asam berbobot
molekul kecil → menghasilkan efek osmotik → menahan air di kolon
TERAPI FARMAKOLOGI
Lubrikan
• Melapisi tinja → lapisan berminyak yang menutupi tinja mencegah tinja
dari kehilangan ait untuk proses reabsorbsi usus → mudah dikeluarkan
• Contoh: Mineral oil
Stimulant Laxative
• Bisacodyl → merangsang pleksus syaraf mukosal kolon →smeningkatkan
peristaltik → efek defekasi
• Pemberian rektal >> oral
TERAPI FARMAKOLOGI
Emolien
• Pelunak tinja → mengurangi gesekan sehingga tinja lebih mudah dikeluarkan
• Contoh: docusate
Saline Agent
• Contoh: garam sodium, magnesium, phosphate
Intestinal Secretagogues
• Lubiprostane dan Linaclotide
•
Carina trakea merupakan punggungan atau penonjolan tulang
rawan di dasar trakea yang terjadi di antara pembagian dua
bronkus utama (bronkus utama kiri dan bronkus kanan).
Terbentuk oleh 16-20 hyalin cartilage yang berfungsi sebagai
alat penahan agar saluran pernafasan tetap terbuka dan
dilindungi oleh jaringan kolagen berbentuk spiral dan diperkuat
oleh otot polos.
Terdapat pusat produksi cairan mukosa untuk saluran
pernafasan yaitu sel goblet dan sel silia (sel epitel silindris
bersilia).
SELANJUTNYA ….
SALURAN NAFAS BAWAH
• Saluran nafas yang merupakan cabang dari trakea
pada ketinggian kira-kira vertebrata torakalis kelima,
mempunyai struktur serupa dengan trakea dan dilapisi
oleh jenis sel yang sama
• Bercabang dua ke paru-paru kanan dan paru-paru kiri.
Bronkus kanan lebih pendek dan lebih besar
diameternya. Bronkus kiri lebih horizontal, lebih
panjang, dan lebih sempit.
• Bronkus primer kanan bercabang menjadi 3 bronkus
sekunder (bronkus lobaris) dan bronkus kiri bercabang
menjadi 2 bronkus sekunder. Selanjutnya bronkus
sekunder bercabang-cabang menjadi bronkus tersier,
bronkiolus, bronkiolus terminal, bronkiolus respiratori
sampai pada alveolus.
• Sampai dengan percabangan bronkus terakhir sebelum
bronkiolus, bronkus dilapisi oleh cincin tulang rawan
untuk menjaga agar saluran nafas tidak kolaps atau
kempis sehingga aliran udara lancar.
• Bronchus dengan diameter lebih kecil dari 1 mm
• Terbentuk oleh jaringan epitelium
• Dinding bronchiolus terdiri dari otot polos yang
berfungsi untuk keperluan pengaturan jalannya udara
dan kestabilan temperatur udara
• Berakhir pada terminal bronchiolus. Akhir
percabangannya banyak terdapat gelembung-
gelembung alveolus yang merupakan tempat
pertukaran gas CO2 dengan O2
• Paru-paru adalah sepasang organ pernafasan yang
terletak pada rongga dada.
• Paru berada di atas diafragma, paru kanan dan kiri
dipisahkan oleh mediastinum.
• Dibandingkan dengan paru-paru kiri, maka paru-paru
kanan lebih besar dan lebih berat, tetapi lebih pendek
karena kubah diafragma kanan letaknya lebih tinggi. Juga
lebih lebar karena adanya jantung yang letaknya lebih ke
kiri dalam rongga dada.
• Paru kanan dibagi atas tiga lobus yaitu lobus superior,
medius dan inferior sedangkan paru kiri dibagi dua
lobus yaitu lobus superior dan inferior.
• Tiap lobus dibungkus oleh jaringan elastik yang
mengandung pembuluh limfe, arteriola, venula,
bronchial venula, ductus alveolar, sakkus alveolar dan
alveoli. Diperkirakan bahwa setiap paru-paru
mengandung 150 juta alveoli, sehingga mempunyai
permukaan yang cukup luas untuk tempat pertukaran
gas.
• Organ Paru berisi susunan jaringan bronchial untuk
memungkinkan terjadinya proses pernafasan.
• Sebuah lobulus paru terdiri atas bronkiolus, bronkiolus
terminal, bronkiolus respiratori dan alveoli
• Pada setiap akhir dari percabangan bronchiolus
terminalis terdapat gelembung2 alveolus yaitu tempat
dimana pertukaran gas CO2 dan O2 akan terjadi
• Organ Paru dibungkus oleh lapisan Membrana serosa
(serous membrane) yang dinamakan Pleura
• Paru-paru dibungkus oleh lapisan PLEURA:
1. Pleura Visceralis : Membungkus seluruh lapisan permukaan
paru (langsung melekat pd pulmo)
2. Pleura Parietalis : Membatasi mediastinum - diafragma -
dinding thorax (berbatasan dgn dinding thorax)
3. Diantara pleura visceral dan pleura parietal terdapat rongga
pleura yg berisi cairan pleura yang berfungsi sebagai pelumas
sehingga memungkinkan pergerakan dan pengembangan paru
secara bebas tanpa ada gesekan dengan dinding dada
• Mediastinum adalah kompartemen sentral dari
rongga dada yang dikelilingi oleh jaringan ikat
longgar, sebagai daerah yang tidak berbatas yang
berisi sekelompok struktur di dalam toraks.
• Mediastinum berisi jantung dan pembuluh darahnya,
esofagus, trakea, saraf frenikus dan saraf jantung,
kelenjar timus, dan kelenjar getah bening pada
bagian dada tengah.
• Alveoli merupakan organ saluran pernafasan terkecil dengan
diameter ±0,2 mm.
• Di bungkus oleh pembuluh darah kapiler, dimana darah yang
mengandung CO2 akan dipertukarkan dengan gas O2 dari udara
yang diserap.
• Ada banyak saluran alveolar (ductus alveolar) dalam sistem
pernapasan yang menghubungkan kantung alveolar ke bronkiolus.
Kantung alveolar (Sakkus alveolar) adalah kantung dari banyak
alveoli, yaitu sel yang berfungsi dalam pertukaran oksigen dan
karbon dioksida di paru-paru.
• Karena ada banyak kantung alveolar, hal tersebut berarti ada
banyak saluran alveolar. Bahkan, diperkirakan ada sekitar 2 juta
saluran alveolar yang terletak di paru-paru.
• Duktus alveolar membantu alveoli dalam fungsinya. Alveoli sangat kecil
dan karena itu hanya dapat menangani pertukaran gas ketika udara tiba
di sana pada tekanan tertentu, dan dalam jumlah tertentu. Duktus
alveolar mengumpulkan udara yang telah dihirup dan diangkut melalui
saluran nafas dan menyebarkannya ke alveoli, yaitu di bagian kantung
alveolar.
• Setelah gas dipertukarkan oleh alveoli, kemudian duktus alveolar
mengumpulkan karbondioksida yang perlu dihembuskan. Kumpulan
karbondioksida dari banyak alveoli ke dalam duktus alveolar
memungkinkan tekanan udara di paru-paru berubah dan membantu lebih
banyak udara untuk dihembuskan pada satu waktu.
ALVEOLUS
• Rongga dada diperkuat oleh tulang-tulang yang
membentuk rangka dada. Rangka dada ini terdiri dari
costae (iga-iga), sternum (tulang dada) tempat sebagian
iga-iga menempel di depan, dan vertebra torakal (tulang
belakang) tempat menempelnya iga-iga di bagian
belakang.
TERDAPAT OTOT-OTOT YANG MENEMPEL PADA RANGKA
DADA YANG BERFUNGSI PENTING SEBAGAI OTOT
PERNAFASAN.
• Interkostalis eksterrnus (antar iga luar) yang mengangkat
masing-masing iga
• Sternokleidomastoid yang mengangkat sternum (tulang dada)
• Skalenus yang mengangkat 2 iga teratas
• Interkostalis internus (antar iga dalam) yang menurunkan iga-
iga
• Otot perut yang menarik iga ke bawah sekaligus membuat isi
perut mendorong diafragma ke atas
• Otot dalam diafragma yang dapat menurunkan diafragma
SELANJUTNYA ….
FISIOLOGI PERNAFASAN
• Bernafas adalah kerja otonom yang dikendalikan SSP
(medulla oblongata dan Pons)
• Bernafas: perpindahan oksigen (O2) dari udara menuju ke
sel-sel tubuh dan keluarnya karbondioksida (CO2) dari sel-
sel menuju udara bebas
• Pernafasan eksternal : Difusi O2 dan CO2 melalui
membran kapiler alveolus
• Pernafasan internal : proses transfer O2 dan CO2 antara
kapiler-kapiler dan sel tubuh
PROSES PERNAFASAN
Proses Pernafasan meliputi:
• Inspirasi: muskulus interkostalis kontraksitulang
rusuk terangkatrongga dada membesar, paru-paru
mengembangtekanan intra pulmonal ↓ atmosfer
↑udara dari luar masuk ke paru-paru
• Ekspirasi: muskulus interkostalis relaksasitulang
rusuk turunrongga dada menyempit, paru-paru
mengeciltekanan intra pulmonal ↑
atmosfer↓udara keluar dari paru-paru
PROSES PERNAFASAN
PROSES PERNAFASAN
DUA TEMPAT PERTUKARAN GAS
• Udara bergerak masuk dan keluar dari paru-paru karena
selisih tekanan yang terdapat antara atmosfer dan
alveolus oleh kerja mekanik otot-otot
• Dipengaruhi oleh:
- Kadar oksigen atmosfer
- Kebersihan jalan nafas
- Daya recoil dan complience paru
- Pusat pernafasan
• Stadium ke dua proses respirasi mencakup proses
difusi gas-gas melintasi membran antara alveolus –
kapiler paru yang tipis (tebalnya kurang dari 0.5 µm).
Kekuatan pendorong untuk perpindahan ini adalah
selisih tekanan parsial, gas berdifusi dari tekanan tinggi
ke tekanan rendah.
PERTUKARAN GAS
• Oksigen dapat ditranspor dari paru-paru ke jaringan
melalui dua jalan :
1. Secara fisik larut dalam plasma (2%)
2. Secara kimia berikatan dengan hemoglobin sebagai
oksihemoglobin HbO2 (98%) ikatan kimia oksigen dan
hemoglobin ini bersifat reversibel.
PERTUKARAN GAS
• Transport CO2 dari jaringan keparu-paru melalui tiga cara
sebagai berikut:
1. Secara fisik larut dalam plasma (10 %)
2. Berikatan dengan gugus amino pada Hb dalam sel darah
merah (20%)
3. Di transport sebagai bikarbonat plasma (70%)
Karbondioksida berikatan dengan air dengan reaksi
seperti dibawah ini:
CO2 + H2O = H2CO3 = H+ + HCO3-
VOLUME DAN KAPASITAS PARU
VOLUME PARU
1. Volume Tidal (VT); Volume udara yang diinspirasi atau
diekspirasi setiap kali bernafas normal (±500 ml)
2. Volume Cadangan Inspirasi (VCI); Volume udara ekstra
yang dapat diinspirasi setelah inspirasi biasa dan di atas
volume tidal normal bila dilakukan inspirasi kuat (±3000 ml)
3. Volume Cadangan Ekspirasi (VCE); Volume udara ekstra
maksimal yang dapat diekspirasi melalui ekspirasi kuat
pada akhir ekspirasi tidal normal (±1100 ml)
4. Volume Residu (VR); Volume udara yang masih tetap
berada dalam paru setelah ekspirasi paling kuat (±1200 ml)
KAPASITAS PARU
1. Kapasitas Inspirasi = VT + VCI (Jumlah udara yg dapat dihirup
seseorang, dimulai pada tingkat ekspirasi normal dan
pengembangan paru sampai jumlah maksimum (±3500 ml))
2. Kapasitas Residu Fungsional = VCE + VR (Jumlah udara yang
tersisa dalam paru pada akhir ekspirasi normal (±2300 ml))
3. Kapasitas Vital = VCI + VT + VCE (Jumlah udara maksimum yg
dapat dikeluarkan seseorang dari paru setelah terlebih dahulu
mengisi paru secara maksimum dan kemudian mengeluarkan
sebanyak-banyaknya (±4600 ml))
4. Kapasitas Paru Total = Kapasitas Vital + VR (Volume maksimum
yang dapat mengembangkan paru sebesar mungkin dengan
inspirasi sekuat mungkin (±5800 ml))
FARMAKOTERAPI
ISPA
(INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT)
IRITASI BRONCHIOLE
OBSTRUKSI
(Gold,
TUJUAN TERAPI
(GOLD, 2017)
DERAJAT
KEPARAHAN PPOK
FORCED VITAL CAPACITY (FVC) ADALAH JUMLAH UDARA YANG DAPAT DIKELUARKAN SECARA PAKSA SETELAH INSPIRASI SECARA MAKSIMAL, DIUKUR DALAM LITER.
FORCED EXPIRATORY VOLUME IN ONE SECOND (FEV1) ADALAH JUMLAH UDARA YANG DAPAT DIKELUARKAN DALAM WAKTU 1 DETIK, DIUKUR DALAM LITER. BERSAMA
DENGAN FVC MERUPAKAN INDIKATOR UTAMA FUNGSI PARU-PARU.
TUJUAN TERAPI
TERAPI PADA EKSASERBASI AKUT :
1. MEMELIHARA FUNGSI PERNAFASAN
2. MEMPERPANJANG SURVIVAL
TERAPI PADA PPOK STABIL :
1. MENGURANGI TANDA DAN GEJALA
2. MENCEGAH EKSASERBASI AKUT
3. MENCEGAH PROGNOSIS DAN KOMPLIKASI
4. MENINGKATKAN KONDISI KESEHATAN FISIK & PSIKOLOGI PASIEN
TERAPI
NON FARMAKOLOGI
1. MENGHENTIKAN KEBIASAAN MEROKOK.
2. REHABILITASI PARU-PARU SECARA KOMPREHENSIF DENGAN OLAH
RAGA DAN LATIHAN PERNAFASAN.
3. PERBAIKAN NUTRISI
Terapi
Farmakologi
PENGGUNAAN INHALASI
KORTIKOSTEROID
Pada terapi PPOK penggunaan kortikosteroid inhalasi sebagai monoterapi tidak
disarankan dan biasanya dikombinasikan dengan agonis β adrenergik kerja panjang
(LABA).
Kortikosteroid inhalasi digunakan pada terapi asma sebagai regimen
terapi multimodal dan ditambahkan ketika adanya peningkatan keparahan dan
frekuensi dari serangan asma.
Penggunaannya sebagai terapi PPOK dibatasi untuk PPOK berat sampai sangat
berat, dan dikombinasi dengan LABA
Kombinasi dari kedua obat tersebut akan bekerja secara sinergis dan sangat
bermanfaat untuk mengurangi inflamasi adanya peningkatan dalam status
kesehatan dan fungsi paru seiring dengan terjadinya penurunan serangan
TES KLASIFIKASI COPD
RHINITIS
RHINITIS
• ALLERGIC RHINITIS INVOLVES INFLAMMATION OF THE NASAL MUCOUS
MEMBRANE OCCURS WHEN INHALED ALLERGENIC MATERIALS CONTACT
MUCOUS MEMBRANES AND ELICIT A SPECIFIC RESPONSE MEDIATED BY
IMMUNOGLOBULIN E (IGE).
• THIS ACUTE RESPONSE INVOLVES THE RELEASE OF INFLAMMATORY
MEDIATORS AND IS HARACTERIZED BY SNEEZING, NASAL ITCHING, AND
WATERY RHINORRHEA,
OFTEN ASSOCIATED WITH NASAL CONGESTION.
• ITCHING OF THE THROAT, EYES, AND EARS FREQUENTLY ACCOMPANIES
ALLERGIC RHINITIS
DOSIS ORAL
BATUK
OBAT TAMBAHAN UNTUK MENGATASI BATUK
GOLONGAN OBAT BATUK
Pharyngeal Demulcents Lozenges, Cough Drops, Linctuses Containing Syrup, Glycerine, Liquorice
Expectorants (Mucokinetics)
Bronchial Secretion Enhancers: Sodium Or Potassium Citrate, Potassium Iodide, Guaiphenesin
(Glyceryl Guaiacolate), Balsum Of Tolu, Vasaka, Ammonium Chloride.
Mucolytics: Bromhexine, Ambroxol, Acetyl Cysteine, Carbocisteine
TUBERKULOSIS (TBC)
PENGERTIAN TUBERKULOSIS
• Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang
disebabkan oleh kuman TB (Mycobacterium tuberculosis).
Sebagian besar kuman TB menyerang paru, tetapi dapat juga
mengenai organ tubuh lainnya.
• M. tuberculosis Disebut dengan basil tahan asam karena dinding
selnya yang tebal yang terdiri dari lapisan lilindan lemak yang
terdiri dari asam lemak mikolat.
Tipe TB
• TB laten, tidak sakit dan tidak dapat menularkan bakteri
M. tuberculosis kepada orang lain
• TB aktif, sakit serta dapat menularkan penyakit TB
tersebut kepada orang lain
• Sumberpenularan
penularan adalah penderita TB BTA positif pada waktu
batuk atau bersin, penderita menyebarkan kuman ke udara dalam
bentuk droplet (percikan dahak).
• Droplet yang mengandung kuman dapat bertahan di udara pada
suhu kamar selama beberapa jam.
• Orang dapat terinfeksi kalau droplet tersebut terhirup kedalam
saluran pernafasan.
Tidak Bakteri
berspora aerob
Kasus Baru
Kambuh (Relaps)
Pindahan
gagal
Tujuan Terapi
Tahap Lanjutan
Pada tahap lanjutan pasien mendapat jenis obat lebih sedikit, namun dalam jangka
waktu yang lebih lama
Tahap lanjutan penting untuk membunuh kuman persister sehingga mencegah
terjadinya kekambuhan.
2 obat (INH dan Rifampisin)
Pengobatan TB pada
keadaan khusus
• Pasien HIV
• Anak – anak
• Ibu hamil dan menyusui
• Pasien dengan kelainan hati
• Pasien dengan gang. Fungsi ginjal
• TBC dengan tambahan kortikosteroid
• TB dengan DM
Resistensi OAT
Resistensi primer
Terinfeksi M. tuberculosis dan telah resisten terhadap OAT tertentu
Resistensi Sekunder
Selama pengobatan muncul organisme yang tahan OAT
Penyebab utama : ketidak patuhan minum obat
• Aktifitas obat TB didasarkan atas tiga mekanisme, yaitu aktifitas
membunuh bakteri, aktifitas sterilisasi, dan mencegah resistensi.
• Obat yang umum dipakai adalah Isoniazid, Etambutol, Rifampisin,
Pirazinamid, dan Streptomisin.
• Kelompok obat ini disebut sebagai obat primer.
Kode huruf :
H = Isoniazid
R = Rifampisin
Z = Pirazinamid
E = Etambutol
S = Streptomisin
KDT / FDC
- Rekomendasi WHO dengan pemberian Kombinasi dosis tetap / fixed dose
combination
Tujuan :
- Mengurangi resiko tb persisten obat monoterapi
- Tidak dapat memilih obat
- Jumlah butir lebih sedikit kepatuhan
- Kesalahan peresepan diperkecil berdasar berat badan
OAT First Line Isoniazid (H)
Rifampicin (R)
Pirazinamid (Z)
Streptomisin (S)
Etambutol (E)
Second Line A Fluoroquinolon Levofloksasin (Lfx)
Moksifloksasin (Mfx)
Gatifloksasin (Gfx)*
B OAT injeksi Kanamisin (km)
Amikasin (Am)*
Kapreomisin (Cm)
Streptomisin (S)
C OAT oral lini 2 Etionamid (Eto)
Sikloserin (Cs)
Clofazimin (Cfz)
Linezolid (Lzd)
D2 OAT BAru Bedaquilin (Bdq)
Delamanid (Dlm)*
Pretonamid (PA-824)*
D3 OAT Tambahan Asam paraaminosalisilat (PAS)
Imipenem-silastatin (Ipm)*
Meropenem (Mpm)*
Amosisilin-Clavulanat (Amx-Clv)*
Pengobatan TB
Regimen standar
Standar Kategori I 2 (HRZE) / 4 (HR)3
obat Penderita baru, TB paru BTA +
OAT Penderita baru, TB paru BTA – dengan rontgen
positif sakit berat
TB ekstra paru berat
Kategori II 2 (HRZE)S / HRZE / 5 (HR)3 E3 atau 2 (HRZE) S/
(HRZE) / 5 (HR) E
Penderita kambuh / relaps
Penderita gagal
Penderita dengan kelalaian
Kategori III 2 HRZ / 4 H3R3
Penderita BTA – dengan rontgen + sakit ringan
TB Extra paru ringan
Kategori IV Kasus Kronik MDR TB
ANAK 2 (HRZ) / 4 (HR)
Dosis FDC/KDT Kategori 1 : 2 (HRZE) / 4(HR) 3
Dosis FDC/KDT Kategori 2 :
2 (HRZE) S / (HRZE) / 5 (HRE)
Dosis FDC/KDT Kategori 2 :
2 (HRZE) S / (HRZE) / 5 (HR)3 E 3
Pemeriksaan dahak
ulang untuk
pemantauan
Scoring TB Anak
Pada sebagian besar kasus TB anak pengobatan selama 6 bulan cukup
adekuat. Setelah pemberian obat 6 bulan, lakukan evaluasi baik klinis
maupun pemeriksaan penunjang. Evaluasi klinis pada TB anak merupakan
parameter terbaik untuk menilai keberhasilan pengobatan (↑nafsu makan, ↑
berat badan, demam menghilang, batuk berkurang, lebih bersemangat, dls).
PANDUAN OBAT TB ANAK
Prinsip dasar pengobatan TB adalah minimal 3 macam obat pada fase awal/intensif (2
bulan pertama) dan dilanjutkan dengan 2 macam obat pada fase lanjutan (4 bulan,
kecuali pada TB berat). OAT pada anak diberikan setiap hari, baik pada tahap
intensif maupun tahap lanjutan.
Paket OAT anak berisi obat untuk tahap :
- intensif yaitu Rifampisin (R), Isoniazid (H), Pirazinamid (Z).
- Lanjutan yaitu Rifampisin (R) dan Isoniasid (H).
Dosis KDT atau FDC (R75/H50/Z150 dan
R75/H50) pada anak
9
Pharmacokinetic Drugs of TB
PARAMETER ISONIAZID RIFAMPICIN PYRAZINAMIDE ETHAMBUTOL Streptomycin
Absorption Rapid & complete; Well absorbed; food may Well absorbed Well absorbed Oral : Poorly absorbed
Rate can be slowed delay or slighly reduce (80%) IV : Well absorbed
with food peak
Distribution All body tissues and Highly lipophilic; crosses Widely into body tissues Widely throughout body; To extracellular fluid
fluids including CSF; BBB well and fluids including liver, concentrated in kidneys, including serum,
crosses placenta; lung, and CSF lungs, saliva and RBC abscesses, ascitic,
enters breast milk pericardial, pleural,
synovialm lymphatic, and
peritoneal fluids; poorly
distributed into CSF
t½ Fast : 30-100 minutes 3-4 hours 9-10 hours 2,5-3,6 hours Newborns : 4-10 hours
Slow : 2-5 hours Adults : 2-4,7 hours
t max 1-2 hours 2-4 hours Within 2 hours 2-3 hours Within 1 hours
Excretion Urine ; Feces (60-65%); urine Urine (4% as unchanged Urine (50%) and feces Urine (90% as unchanged
Feces,; Saliva (30%) ad unchanged drug drug) (20%) as unchanged drug drug); feces, saliva, sweat
and tears (<1%)
RIFAMPICIN (Pharmacokinetic)
PARAMETER RIFAMPICIN
Saktiawati et al. 2015. Impact of food on the pharmacokinetics of first-line anti-TB drugs in treatment-
naive TB patients: a randomized cross-over trial. Journal ofantimicrobial therapy. Netherlands.;
ISONIAZID(Pharmacokinetic)
PARAMETER Isoniazid
Absorption Rapid & complete;
Rate can be slowed with
food
Absolute bioavailability in the fasted state and the
fed state was 93% and 78% for isoniazid
Saktiawati et al. 2015. Impact of food on the pharmacokinetics of first-line anti-TB drugs in treatment-
naive TB patients: a randomized cross-over trial. Journal ofantimicrobial therapy. Netherlands.;
PYRAZINAMIDE (Pharmacokinetic)
Interaction Administration
PARAMETE PYRAZINAMIDE
R
Foods have very little impact on The drug can be
Absorption Well absorbed from the GI the absorption of pyrazinamide. taken at
tract mealtime
Protein 50%
Potential Side Effects of Pyrazinamide
Binding
Metabolism Hepatic Liver function disorders,
Gout arthritis
Hydrolyzed in the liver to
major active metabolite, Need to adjust the dose in patients with renal
pyrazinoic acid; pyrazinoic imparment.
acid undergoes further
hydrolysis Dose Adjustments :
Excretion Urine (70% as metabolites Renal impairment (CrCl < 30 mL/min) : 25-35
and 4% as unchanged drug) mg/kg orally 3 times a week.
Hemodialysis in adults : 25-35 mg/kg orally 3
times a week after dialysis
Lacy, C.F., Lora, L.A., Morton, P.G. & Leonard, L.L., 2009. Drug Information Handook, 17th Edition. New York: Lexi-Comp Inc & Alpha North American, American
Pharmaceutical Association.
McEvoy, G.K. et al., 2016. AHFS Drug Infomation. USA: ASHP Pharmacists Advancing Healthcare.
Arbex, M. A., Varella, M. d., & Siqueira, H. R. (2010). Antituberculosis drugs: Drug interactions, adverse effects, and use in special situations.Part 1: First-line drugs. J
Bras Pneumol. 2010;36(5):626-640; Baxter, K. (2010). Stockley’s Drug Interactions Ninth edition. United Kingdom: Pharmaceutical Press.
Kementerian Kesehatan RI. 2014. Pedoman Nasional Pengendalian Tuberkulosis ; Micromedex, 2018
ETHAMBUTOL (Pharmacokinetic)
PARAMETER ETHAMBUTOL
Antaside : Aluminium
Antacids should
hydroxide and aluminium/
not be taken until
magnesium hydroxide can 4 hours after a
cause a small reduction in the dose of
absorption of ethambutol in ethambutol
some patients
Saktiawati et al. 2015. Impact of food on the pharmacokinetics of first-line anti-TB drugs in treatment-naive
TB patients: a randomized cross-over trial. Journal ofantimicrobial therapy. Netherlands.;
Interaction of rifampicin
Increase the
Potent inducer of the CYP450 system, including metabolism of numerous drugs
the CYP3A and CYP2C subfamilies. Decrease in the plasma Monitor drug Effectivity/ Avoid
Induces uridine diphosphate- that are partially concentrations drugs combination
glucuronosyltransferase or completely metabolized by
CYP450
Pada pasien yang menggunakan kontrasepsi disarankan untuk menggunakan kontrasepsi non hormonal
Karena rifampisin mengurangi efektivitas kontrasepsi hormonal
Arbex, M. A., Varella, M. d., & Siqueira, H. R. (2010). Antituberculosis drugs: Drug interactions, adverse effects, and use in special
situations.Part 1: First-line drugs. J Bras Pneumol. 2010;36(5):626-640; Baxter, K. (2010). Stockley’s Drug Interactions Ninth edition.
United Kingdom: Pharmaceutical Press.
Efek samping
Macam Resistensi
- Monodrug resisten : resisten INH/Rifampicin
- Polidrug resisten : non INH-Rifampicin
- MDR / Multidrug resisten : INH dan Rifampicin
• resisten 2 obat tersebut,
• kegagalan pengobatan : sputum BTA setelah 5 bulan pengobatan
• Gagal / kambuh
• BTA + setelah 12 bulan
• Pengobatan 18-24 bulan
• 4 obat sekurang2nya, dengan efektivitas tinggi
• 6-8 bulan dengan injeksi (intensif) dan 8-24 bulan (peroral)
- XDR / Extensively Multidrug Resisten : XDR (resisten salah satu
fluoroquinolone dan minimal salah satu OAT lini 2 suntik)
MDR - TB
Strategi Pengendalian
Peningkatan dan kesinambungan
pendanaan TB
DOTS
DOTS
Directly Observed Treatment Short-
course
Kombinasi ini menguntungkan pada semua faskes dan peningkatan kepatuhan obat sedikit , durasi 26 minggu.
Regimen sekarang 2 tahun.
Tapi, tidakada grup control di penelitian, namun memang regimen mdr dan xdr belum standar
Kontrol kurang etis, karena terapi dapat obat inferior
FDA uda approve, bpom bellum dan belum tersedia.
Thanks
Do you have any questions?
Ria Ramadhani D. A
Materi Pembelajaran
Kapsul ginjal
(Capsule Renalis)
Korteks Ginjal –
daerah luar
Medula Ginjal –
daerah dalam
Pelvis Ginjal –
saluran
pengumpul
•Pelvis renalis:
Ujung ureter yang melebar pada
waktu memasuki hilus
Terbagi menjadi 2-3 calyx
major,masing-masing terbagi lagi
menjadi calyx minor
•Kortex: tdd glomerulus
•Medula: Terdiri dari 10-18 piramid,
(dari dasar pyramid keluar medullary
rays/processus Fereini
•Papilla: Puncak/apex piramid yang
menonjol masuk kedalam calyx minor
•Lobus ginjal: Piramid medula beserta
daerah cortex yang mengelilinginya
Kortex
•Didominasi glomerulus
•Dapat dilihat prosessus
Fereini/medullary rays yang
memancar melewati basis piramid
dan masuk ke daerah korteks
•Medullary rays → Substantia
medullaris yang memancar melewati
basis pyramid masuk kedaerah
cortex yang memiliki komposisi:
Tubulus proximal (descendence)
Tubulus distal (ascendence)
Ductus colligens
Medula
Tersusun dari:
• Tub. proksimal
• Ansa Henle
• Tub. Distalis
• Duktus kolligens
• Duktus papillaris Bellini
Struktur Mikroskopis Ginjal
Unit fungsional dasar dari ginjal
adalah nefron yang dapat berjumlah
lebih dari satu juta buah dalam satu
ginjal normal manusia dewasa.
Nefron berfungsi sebagai regulator air
dan zat terlarut (terutama elektrolit)
dalam tubuh dengan cara menyaring
darah, kemudian mereabsorpsi cairan
dan molekul yang masih diperlukan
tubuh molekul dan sisa cairan
lainnya akan dibuang.
Struktur Mikroskopis Ginjal (Nefron)
Sebuah nefron terdiri dari sebuah komponen
penyaring yang disebut korpuskula (atau badan
Malphigi) yang dilanjutkan oleh saluran-saluran
(tubulus).
Setiap korpuskula mengandung gulungan
kapiler darah yang disebut glomerulus yang
berada dalam kapsula Bowman.
Setiap glomerulus mendapat aliran darah dari
arteriola aferen.
Dinding kapiler dari glomerulus memiliki pori-
pori untuk filtrasi atau penyaringan. Darah
dapat disaring melalui dinding epitelium tipis
yang berpori dari glomerulus dan kapsula
Bowman karena adanya tekanan dari darah
yang mendorong plasma darah.
Struktur Mikroskopis Ginjal (Nefron)
Filtrat yang dihasilkan akan masuk ke
dalam tubulus ginjal. Darah yang telah
tersaring akan meninggalkan ginjal
lewat arteri eferen.
Tubulus ginjal merupakan lanjutan dari
kapsula Bowman. Bagian yang
mengalirkan filtrat glomerular dari
kapsula Bowman disebut tubulus
konvulasi (kontortus) proksimal. Bagian
selanjutnya adalah lengkung Henle yang
bermuara pada tubulus konvulasi
(kontortus) distal.
Struktur Mikroskopis Ginjal (Nefron)
Sel yang melapisi tubulus memiliki banyak
mitokondria yang menghasilkan ATP dan
memungkinkan terjadinya transpor aktif
untuk menyerap kembali glukosa, asam
amino, dan berbagai ion mineral.
Sebagian besar air (97.7%) dalam filtrat
masuk ke dalam tubulus kontortus dan
tubulus kolektivus melalui osmosis.
Tempat tubulus kontortus distal
bersinggungan dengan arteri aferen disebut
aparatus juxtaglomerular, mengandung
macula densa dan sel juxtaglomerular. Sel
juxtaglomerular adalah tempat terjadinya
sintesis dan sekresi renin.
Cairan mengalir dari tubulus
konvulasi distal ke dalam sistem
pengumpul.
Cairan menjadi makin kental di
sepanjang tubulus dan
merupakan saluran untuk
membentuk urin, yang kemudian
dibawa ke kandung kemih
melewati ureter.
Korpus Malphigi
• Glomerulus
Gulungan kapiler yg berasal dari percabangan arteriol
afferent
Dibungkus oleh kapsula Bowman
Menyatu kembali dan keluar sebagai vas efferent
• Kapsula Bowman, terdiri atas 2 lapis
Pars parietalis : epitel selapis gepeng., berlanjut menjadi
dinding tubulus proksimal
Pars visceralis terdiri dari podosit, melapisi endotel
• Urinary space (ruang Bowman) diantara kedua
lapisan
• Kutub vaskularis
• Kutub urinarius
Kutub vaskular:
Arteriol aferen
masuk, a.
eferen keluar
Kutub urinarius:
Dimulainya
tubulus
proksimal
Glomerular Filtration Barrier
Pemisah antara darah di dalam lumen kapiler
dengan ruang intercapsular (urinary space)
Unsur GFR:
1. Pedikel podosit
2. Membrana basalis: Fusi antara membrana
basalis podosit dan membr. basalis endotel
3. Sel endotel
Apparatus juksta
glomerularis
1.Makula densa
2.Sel juksta
glomerularis →
Berfungsi
mengatur sekresi
renin
3.Sel Polkissen/Sel
Lacis (sel
mesangial ekstra
glomerularis)
Makula densa
• Merupakan sel dinding
tubulus distal yang
berada dekat dengan
glomerulus berubah
menjadi lebih tinggi dan
tersusun lebih rapat
• Makula densa
merupakan bagian
dari Apparatus juksta
glomerularis
• Mampu mengatur
kecepatan filtrasi
glomerulus
Tubulus kontortus proksimal
Ansa Henle segmen
tipis
• Diameter 12µ
• Dinding berupa epitel
selapis gepeng
• Tersusun oleh 2 sampai
5 sel
• Mirip pembuluh kapiler
darah, epitelnya lebih
tebal, shg sitoplasma
lebih jelas terlihat
• Didalam lumennya tidak
tdpt sel2 darah
• Utk pemekatan urin
Ansa Henle segmen tebal pars
asendens
• Mirip tub.kontortus
distal, diameternya
lebih kecil dan
dindingnya lebih
tipis
• Reabsorpsi Na,
pemekatan urin
terakhir
Duktus papillaris Bellini
• Menerima curahan
urin dari duktus
koligens
• Dinding dilapisi
oleh epitel selapis
tinggi, ke ujung
saluran dinding
berubah menjadi
epitel transisional
• Bermuara pada
ujung apeks
piramid
pada papilla
renalis, disebut
area cribrosa
Proses Pembentukan Urine
1. Proses Filtrasi di glomerulus
Terjadi penyaringan darah, yang tersaring
adalah bagian cairan darah kecuali unsur-
unsur pembentuk seperti sel-sel darah dan
trombosit bersama dengan protein plasma.
Cairan yang tersaring ditampung oleh
kapsula bowman yang terdiri dari glukosa,
air, sodium, klorida, sulfat, bikarbonat dll,
diteruskan ke tubulus ginjal. cairan yang di
saring disebut filtrate gromerulus.
Proses Pembentukan Urine
2. Proses Reabsorbsi
Pada proses ini terjadi penyerapan kembali
sebagian besar dari glukosa, asam amino,
sodium (natrium), klorida, fosfat dan
beberapa ion bikarbonat. Sodium Klorida
diserap ke dalam sistem yang akan
meningkatkan osmolaritas darah
dibandingkan dengan filtrat glomerular.
Proses reabsorpsi ini memungkinkan air
(H2O) untuk lolos dari filtrat glomerular
kembali ke dalam sistem peredaran darah,
dan sisanya dialirkan pada papilla renalis.
Proses Pembentukan Urine
3. Proses sekresi.
Pengeluaran beberapa zat dari darah melalui
jaringan kapiler peritubular ke tubulus distal
atau duktus kolektifus. Zat-zat ini adalah ion
hidrogen, ureum, kreatinin, dan obat-obatan.
Urine adalah kumpulan zat yang belum
diserap selama filtrasi glomerulus atau
reabsorpsi tubular.
Sisa dari penyerapan kembali yang terjadi di
tubulus distal dialirkan ke papilla renalis
selanjutnya diteruskan ke luar.
Histofisiologi Ginjal
Kopruskulum Malphigi : Filtrasi
1. Proses mikrofiltrasi dalam ginjal terjadi akibat interaksi antara tekanan hidrostatik
kapiler, tekanan osmotik koloid plasma , tekanan cairan tubulus dan tekanan
interstisiil parenkim ginjal menghasilkan gaya filtrasi sebesar 25 mmHg.
2. Manusia ; Jumlah filtrat yang duhasilkan dalam 24 jam 170-200 liter, 95%
diresorbsi kembali oleh sistem tubuli , sisanya 1,5-2 liter sebagai urine.
3. Cairan filtrat seperti cairan plasma , kecuali tidak mengandung protein. Molekul
protein terbesar yang bisa menembus dinding kapiler BM 70.000 dan beberapa
fraksi albumin. Molekul feritin BM 460.000 dapat lewat pori endotel kapiler , tetapi
tertahan di membrana basalis.
T. Kontortus Proksimal
1. Resorbsi protein, a.amino, glukosa , Na dan Cl dari cairan filtrat melalui aktif
transport.
2. Air berdifusi secara pasif mengikuti gradien osmotik.
Lengkung Henle
Mempertahankan gradien hipertonik dalam medula melalui prases aktif dan pasif
transpor ion dan protein.
T. Kontortus Distal
1. Pertukaran ion dengan pengaruh Aldosteron (retensi Na dan
ekskresi K.)
2. Ekskresi ion hidrogen dan amonium ke dalam urine.
T. Koligens
Bekerja atas pengaruh ADH : permiabel terhadap air (retensi
air) . Medula yang hipertonis menyebabkan air akan masuk ke
interstisiil dan urine menjadi lebih hipertonis.
Fungsi Ginjal (Keseimbangan Cairan)
Fungsi Ginjal (Keseimbangan Garam & Cairan) dlm
kondisi hipovolemia (kekurangan cairan tubuh)
Ginjal mengatur keseimbangan garam dalam darah
dengan mengontrol ekskresi dan reabsorpsi berbagai
ion.
Ginjal memiliki mekanisme yang diatur untuk
menyerap kembali natrium pada nefron distal.
Mekanisme ini dikendalikan oleh aldosteron, (korteks
adrenal). Aldosteron mendorong ekskresi ion kalium
dan reabsorpsi ion natrium.
Pelepasan aldosteron dirangsang o/ enzim renin
ginjal.
Renin adalah enzim yang mengubah angiotensinogen
(protein plasma besar yang dihasilkan oleh hati) ke
Angiotensin I Angiotensin II merangsang korteks
adrenal untuk menghasilkan aldosteron.
Reabsorpsi ion natrium diikuti oleh reabsorpsi air. Hal
ini menyebabkan tekanan darah serta volume darah
meningkat.
Fungsi Ginjal (Keseimbangan Cairan) dlm
kondisi hipervolemia (kelebihan cairan tubuh)
•Muscularis
Lapisan otot polos
Bagian dalam:
longitudinal
Bagian luar: sirkular
•Tunika adventisia
VESIKA URINARIA
Sebuah kantung berongga dengan otot yang
mulus dan berfungsi sebagai penampung
urin yang berubah-ubah jumlahnya karena
kandung kemih dapat mengembang dan
mengempis.
Secara berkala urin dikosongkan dari
kandung kemih ke luar tubuh melalui uretra.
Organ ini mempunyai fungsi sebagai
reservoir urine (200-400 cc).
Dindingnya mempunyai lapisan otot yang
kuat (otot detrusor).
Kandung kemih dipersarafi oleh saraf
otonom.
Vesika Urinaria
• Mukosa
Dilapisi epitel
transisional,
dengan ketebalan
5-6 lapisan sel ,
pada saat teregang
menjadi 2-3 lapis
sel
Waktu vesika
teregang, sel pada
lapisan paling atas
menjadi gepeng
• Lamina propria vesika unaria terdiri dari dua
lapis yaitu bagian paling luar terdiri dari
jaringan ikat padat, kolagen, dengan susunan
tidak teratur sedangkan bagian dalam yaitu
jaringan ikat yang lebih longgar, tersusun atas
serat kolagen dan elastin
• Lamina propria tidak mempunyai kelenjar
kecuali pada bagian sekitar orifisium uretra,
terdapat kelenjar mucus
• Biasanya kelenjar ini hanya terdapat pada
lapisan luar lamina propria. Kelenjar ini
mensekresikan cairan bening yang kental
untuk melubrikasi orifisium uretra
• Dinding muskular vesika urinaria tersusun oleh
tiga lapis otot polos yang dapat dipisahkan
hanya pada bagian leher vesika urinaria
• Lapisan dalam tersusun longitudinal dan tipis,
lapisan tengah tersusun sirkular dan tebal,
lapisan paling luar longitudinal dan tipis
• Lapisan tengah sirkular membentuk otot
sfingter interna di sekitar orifisium uretra
interna
• Lapisan adventisia vesika urinaria tersusun atas
jaringan ikat padat, kolagen, dengan susunan
tidak teratur yang mengandung sejumlah serat
elastin
Proses Miksi/Berkemih
Distensi kandung kemih (± 300 cc) → reflek
kontraksi dinding kandung kemih → relaksasi
spinkter internus → relaksasi spinkter
eksternus → pengosongan kandung kemih
Kontraksi kandung kemih dan relaksasai
spinkter dihantarkan melalui serabut saraf
parasimpatis
Persarafan vesika urinaria diatur oleh sistem
saraf otonom medulla spinalis dan system
saraf pusat korteks serebri.
Pengosongan kandung kemih diatur oleh 2
mekanisme : reflek berkemih & kontrol
volunter.
URETRA
Merupakan saluran sempit yang berpangkal
pada kandung kemih
Berfungsi menyalurkan air kemih keluar
Dalam anatomi, uretra adalah saluran yang
menghubungkan kandung kemih ke lingkungan luar
tubuh.
Uretra berfungsi sebagai saluran pembuang
(ekskresi) pada sistem kemih.
Pada pria, berfungsi juga dalam sistem reproduksi
sebagai saluran pengeluaran (ekskresi) air mani.
Uretra pada wanita
Pada wanita, panjang uretra sekitar
2,5 sampai 4 cm dan terletak di
antara klitoris dan pembukaan
vagina.
Pria memiliki uretra yang lebih
panjang dari wanita.
Artinya, wanita lebih berisiko terkena
infeksi kandung kemih atau sistitis
dan infeksi saluran kemih atau
uretritis.
Urethra wanita
Pendek, 4-5 cm
Dilapisi epitel
berlapis gepeng,
dibeberapa tempat
terdapat epitel
bertingkat
Dipertengahan
urethra terdapat
sphingter eksterna
(muskular bercorak)
Uretra pada Wanita
Uretra pada pria
Pada pria, panjang uretra sekitar 20
cm dan berakhir pada akhir penis.
Uretra pada pria dibagi menjadi 4
bagian, dinamakan sesuai dengan
letaknya:
pars pra-prostatica, terletak sebelum kelenjar
prostat.
pars prostatica, terletak di prostat, Terdapat
pembukaan kecil, dimana terletak muara vas
deferens.
pars membranasea, sekitar 1,5 cm dan di
lateral terdapat kelenjar bulbouretralis.
pars spongiosa/cavernosa, sekitar 15 cm dan
melintas di corpus spongiosum penis.
1. Uretra Pria memiliki empat bagian yang diberi nama
sesuai dengan struktur yang dilaluinya, yaitu: Uretra
pars pra-prostatica & pars prostatika, dilapisi oleh epitel
transisional dan menampung banyak duktus kecil dari
prostat.
2. Uretra pars membranasea (melewati membran
perianal (diafragma urogenital), dilapisi oleh epitel
silindris berlapis dan diselingi oleh epitel silindris
bertingkat).
3. Uretra pars spongiosa (terdapat di sepanjang penis,
berakhir pada ujung glans penis sebagai orifisium
uretra eksterna, dilapisi oleh epitel kolumnar berlapis,
diselingi dengan epitel kolumnar berlapis semu dan
berlapis gepeng tidak berkeratin, sedangkan bagian
terminal uretra yang meluas pada glans penis dilapisi
oleh epitel gepeng berlapis tidak berkeratin).
Lamina propria pada tiga bagian ini tersusun atas
jaringan ikat longgar fibroelastin yang kaya akan
vaskularisasi. Terdapat banyak kelenjar Littre yang
mensekresi mukus untuk lubrikasi epitel uretra.
Uretra pada Pria