Anda di halaman 1dari 15

FAKMAKOLOGI

DASAR

DI SUSUN OLEH :

• ANISA LADIRA(61608100819006)
• ANNISA LAILI (61608100819008)
KELOMPOK :
SISTEM SARAF
PUSAT
BAGIAN :
ANTI EMETIK
(MUNTAH)
DEFINISI

 Mual (nausea) adalah sensasi atau perasaan yang tidak


menyenangkan dan sering merupakan gejala awal dari
muntah.
 Muntah adalah keluarnya isi lambung secara aktif karena
kontraksi otot saluran cerna atau gastrointestinal.
 Mual dan muntah merupakan refleks protektif yang
berfungsi untuk mengeluarkan bahan toksik dari lambung
dan usus serta mencegah proses pencernaannya lebih
lanjut.
 Anti-emetik atau obat mual adalah obat yang digunakan
untuk mengatasi rasa mual dan muntah.
Muntah terjadi bila terdapat rangsangan pada
pusat muntah (Vomiting Centre), suatu pusat
kendali di medulla berdekatan dengan pusat
pernapasan atau Chemoreceptor Trigger Zone
(CTZ) di area postrema pada lantai ventrikel
keempat Susunan Saraf.

Muntah dapat terjadi karena tekanan psikologis melalui


jaras yang kortek serebri dan system limbic menuju
pusat muntah (VC). . Muntah terjadi juga jika pusat
muntah terangsang melalui vestibular atau sistim
vestibuloserebella dari labirint di dalam telinga.
Rangsangan bahan kimia melalui darah atau cairan otak
(LCS ) akan terdeteksi oleh CTZ.
ANTI EMETIK

Antiemetik adalah obat-obatan yang digunakan dalam


penatalaksanaan mual dan muntah. Antiemetik biasanya
diberikan untuk mengobati penyakit mabuk kendaraan dan
efek samping dari analgesik opioid, anestetik umum dan
kemoterapi terhadap kanker.

Tujuan keseluruhan dari terapi antiemetik adalah untuk


mencegah atau menghilangkan mual dan muntah,
seharusnya tanpa menimbulkan efek samping. Terapi
antiemetik diindikasikan untuk pasien dengan gangguan
elektrolit akibat sekunder dari muntah, anoreksia berat,
memburuknya status gizi atau kehilangan berat badan.
PENGGUNAAN ANTI
EMETIK

Mabuk jalan (motion sickness) Disebabkan oleh pergerakan


kendaraan darat, laut maupun udara dengan akibat stimulasi
berlebihan di labirin yang kemudian merangsang pusat muntah
melalui chemo reseptor trigger one (CTZ). 

Mabuk kehamilan (morning sickness) . Pada kasus ringan


sebaiknya dihindari agar tidak berakibat buruk pada janin,
sedangkan pada kasus berat dapat dipakai golongan antihistamin
atau fenotiazin (prometazin) yang kadang dikombinasikan dengan
vitamin B6, penggunaannya sebaiknya dibawah pengawasan
dokter. 

Mual atau muntah yang disebabkan penyakit tertentu,


seperti pada pengobatan dengan radiasi atau obat-obat
sitostatika
PENGGOLONGAN OBAT
ANTI EMETIK

1.   Antagonis reseptor 5-HT3


obat ini akan menghambat reseptor serotonin pada
sistem saraf pusat dan saluran pencernaan. Obat ini juga
dapat digunakan untuk mengobati mual dan muntah akibat
pasca-operasi dan sitotoksik obat. Serotonin Antagonists
merupakan obat yang paling sering diberikan untuk
mengatasi mual muntah pasien kemoterapi, radiasi, dan
bedah. Serotonin antagonis bekerja dengan menghambat
serotonin di otak dan usus. Obat ini bisa ditolerir dengan
baik dan sangat efektif. Contoh nama obat :
a.       Dolasetron.
b.      Granisetron
c.       Ondansetron
d.      Tropisetron
PENGGOLONGAN OBAT
ANTI EMETIK

2. Antagonis dopamin bekerja pada otak dan digunakan


untuk mengatasi rasa mual dan muntah dan dihubungkan
dengan penyakit neoplasma, pusing karena radiasi,
opioid, obat sitotoksik, dan anestetik umum. Obat yang
bekerja pada area dopamine, yakni domperidone. Obat
ini merupakan dopamine antagonis yang tidak benar-
benar masuk ke sistem saraf pusat. Profil domperidone
sebagai antiemesis mirip dengan metoklorpamida,
namun domperidone memiliki efek ekstrapiramida yang
lebih ringan. Domperidone diberikan dalam bentuk oral
maupun parenteral.
PENGGOLONGAN OBAT
ANTI EMETIK

3. Antihistamin (antagonis reseptor histamin H1),


efektif pada berbagai kondisi, termasuk mabuk
kendaraan dan mabuk pagi berat pada masa
kehamilan. Antihistamin mencegah mual dan
muntah dengan cara menghambat histamin dalam
tubuh. Namun untuk pasien kemoterapi efeknya
kurang kuat. Dari kelas benzamida misalnya
metoklopramida, adalah antiemesis yang bekerja
dengan menghambat dopamin.
PENGGOLONGAN OBAT
ANTI EMETIK

4. Kanabinoid digunakan pasien dengan kakeksia,


mual sitotoksik, dan muntah atau karena tidak
responsif pada agen lainnya. Dari golongan
Cannabinoid, dronabidol merupakan antiemesis
untuk pasien yang menjalani kemoterapi. Obat ini
efektif diberikan dalam bentuk oral. Deksametason
dan metilprednisolon adalah dua obat dari
golongan kortikosteroid yang biasa digunakan
sebagai antiemesis.
PENGGOLONGAN OBAT
ANTI EMETIK

5. Benzodiazepin dari kelas obat Benzodiazepin,


lorazepam dan alprazolam adalah dua obat yang
biasa digunakan sebagai antiemesis. Obat ini
bisanya digunakan untuk gangguan kecemasan.
Sebagai monoterapi, obat ini kurang efektif untuk
mual dan muntah pasien kemoterapi dan
radioterapi. Bisanya dikombinasikan dengan
serotonin antagonis dan kortikosteroid. Cara kerja
dua obat ini juga menghambat dopamine.
MEKANISME
KERJA

 mengurangi hiperaktifitas refleks muntah


menggunakan satu dari dua cara: secara lokal,
untuk mengurangi respons lokal terhadap
stimulus yang dikirim ke medula guna memicu
terjadinya muntah, atau secara sentral, untuk
menghambat CTZ secara langsung atau
menekan pusat muntah.
MEKANISME KERJA

 Antiemetik yang bekerja secara sentral terbagi atas


beberapa kelompok: fenootiazin, nonfenotiazin,
penyekat reseptor serotonin (5-HT3),
antikolinergik/antihistamin. jenis fenotiazin yang umum
digunakan adalah proklorperazin (compazine) dan
prometazin (phenergan) keduanya memiliki awitan yang
cepat dan efek merugikan yang terbatas.

 Antiemetik yang bekerja secara lokal dapat berupa


anastid, anestesi lokal, adsorben, obat pelindung yang
melapisi mukosa GI, atau obat yang mencegah distensi
dan menstimulasi peregangan saluran GI. Agen ini
sering kali digunakan untuk mengatasi mual yang
ringan.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2012. MIMS Indonesia Edisi 12 . Jakarta :
PT Medika Indonesia.
Gilman. 2011. Dasar Farmakologi Terapi Edisi 10.
Jakarta : Kedokteran EGC.
Karch , Amy. 2013 . Farmakologi Keperawatan .
Jakarta : EGC.
Totok, Widija, dkk. 2014. Farmakologi. Jakarta :
Buku Kedokteran EGC.
Yusuf, Rizky, dkk. 2015. Buku Ajar Keperawatan.
Jakarta : Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai