rendah dan keruskana jaringan tulang yang berakibat pada kerapuhan tulang. Pada osteoporosis kecepatan pembentukan tulang baru lebih lambat dari pada pembuangan jaringan tulang lama. Kategori Osteoporosis 1. Osteoporosis post menopause Mempengaruhi tulang trabekular setelah menopause 2. Osteoporosis terkait usia Hilangnya massa tulang, mempengaruhi tulang kortikal dan trabekular 3. Osteoporosis Sekunder Karena pengobatan dan penyakit tertentu yang mempengaruhi kedua tipe tulang Patofisiologi Osteoporosis Etiologi Osteoporosis 1. Osteoporosis Primer Osteoporosis primer diakibatkan oleh penuaan atau menopause. - Osteoporosis Senilis Seiring bertambahnya usia, penyerapan kalsium menurun, asupan kalsium yang tidak adekuat maupun disuse akibat keterbatasan gerak merupakan penyebab osteoporosis - Osteoporosis akibat Menopause Defisiensi estrogen pada menopause berkaitan dengan deteriorasi trabekula tulang yang menyebabkan terjadinya osteoporosis - Osteoporosis Idiopatik Terjadi pada wanita premenopause dan pria muda tanpa gejala yang jelas Terjadi gangguan remodeling tulang, aktivitas osteoblas menurun ditandai dengan penurunan laju pembentukan tulang kanselosa, penurunan mineralisasi serta periode resorpsi memanjang - Osteoporosis Juvenil Idiopatik Terjadi pada anak dan remaja rentang usia 2-14 tahun yang ditandai dengan nyeri tulang, fraktur dan deformitas tulang akibat trauma energi rendah. Cont... 2. Osteoporosis Sekunder osteoporosis yang timbul akibat imobilisasi, adanya penyakit dasar, maupun penggunaan obat-obatan seperti obat steroid, diuretik, glukokortikoid, antiepilepsi maupun hormon tiroid. - Imobilisasi Imobilisasi dapat memicu penurunan aktivitas osteoblastik. Penurunan deposisi tulang sedangkan proses resorpsi tidak ikut menurun mengakibatkan osteoporosis - Penyakit Penyakit hematologi: myeloma multipel, mastositosis sistemik, thalassemia beta major Penyakit ginjal: penyakit ginjal kronis, renal tubular asidosis, hiperkalsiuria idiopatik Penyakit autoimun: artritis rheumatoid, lupus, spondilitis ankilosa, sklerosis multipel Penyakit infeksi: tuberkulosis tulang - Konsumsi Obat-Obatan : Obat glukokortikoid seperti prednison Analog hormon paratiroid seperti teriparatide Antikonvulsan seperti phenytoin Penggunaan jangka panjang heparin Faktor Resiko Osteoporosis 1. Usia 2. Berat Badan 3. Merokok 4. Pola diet 5. Gangguan makan 6. Aktivitas fisik kurang 7. Defisiensi Vitamin D 8. Riwayat orang tua fraktur panggul Gejala Osteoporosis 1. Kuku menjadi rapuh 2. Penyusutan gusi 3. Kepalan tangan melemah 4. Penurunan kebugaran 5. Tulang terasa nyeri 6. Penyusutan tinggi badan 7. Tulang belakang melengkung Penatalaksanaan Osteopoosis 1. Terapi Resorpsi a. Kalsium Indikasi : Suplemen kalsium biasanya hanya diperlukan bila kalsium tidak cukup, defisiensi kalsium. Kalsium oral juga digunakan dalam pengobatan osteoporosis, osteomalacia, riketsia. den tetanus laten. Kontraindikasi : Kalsium dikontraindikasikan pada pasien dengan hiperkalsemia dan fibrilasi ventrikular. Interaksi Antibakteri : menurunkan absorpsi tetrasiklin Bifosfonat : mengurangi absorpsi Glikosida jantung: dosis kalsium intravena yang tinggi dapat mencetuskan aritmia Diuretik: dengan tiazida meningkatkan risiko hiperkalsemia Efek samping : Gangguan gastrointestinal ringan, bradikardia, aritmia, dan iritasi setelah injeksi intravena . Sediaan Beredar: Sediaan oral : Kalsium Gluconate Tablet 600 mg. Kalsium Laktat Tablet, Calkomir Kaptab 500 mg , Kalsium-D-Redoxon , Kalk Cap ,Kalsium-Sandoz Sediaan parenteral: Kalsium Glukonat Injeksi, kalsium glukonat 10% (8,9 mg kalsium atau 220 mikromol Ca /ml. ampul 10 ml: 5% b. Vitamin D dan Metabolit indikasi : Vitamin D diindikasikan untuk riketsia, defisiensi vitamin D yang disebabkan malabsorpsi instestinal atau penyakit hati kronis, hipokalsemia karena hipoparatiroidism, osteoporosis pascamenopause. Kontraindikasi : Hiperkalsemia, bukti adanya toksisitas vitamin D, sindrom malabsorpsi, hipervitaminosis D. sensitivitas abnormal terhadap efek vitamin D, penurunan fungsi ginjal. Interaksi : Glukosida digitalis: Hiperkalsemia pada pasien yang mengkonsumsi digitalis dapat menyebabkan aritmia kardiak. Kolestiramin: absorpsi vitamin D intestinal menurun. Ketokonazol: ketokonazol dapat menghambat baik enzim sintesis maupun katabolisme kalsitriol. Minyak mineral: absorpsi vitamin D menurun dengan penggunaan minyak mineral secara terus menerus. Fenitoin fenobarbital: sintesis endogen kalsitriol akan dihambat. Dosis kalsitriol yang lebih tinggi dapat diperlukan jika kedua obat ini diberikan bersamaan. Diuretik tiazid: pasien hipoparatiroid dapat mengalami hiperkalsemia. Efek Samping Jangka pendek: [2 Efek samping : Rasa lelah, sakit kepala, mual-mual, muntah, mulut kering, konstipasi, nyeri otot, nyeri tulang, rasa logam. Sediaan beredar : D-vit FT, CDR, prov-z, D3-1000 c. Bifosfonat Indikasi : Alendronat, risedronat, ibandronat terbukti oleh FDA untuk pencegahan osteoporosis postmenopause. Alendronat juga dapat digunakan untuk dan pengobatan osteoporosis pada pria. Alendronat dan risedronate diindikasikan untuk osteoporosis diinduksi kortikosteroid. Kontraindikasi : Pasien dengan hipersensitivitas terhadap bifosfonat atau komponen pada produk Hipokalsemia abnormalitas esophagus yang menunda poenggolongan eshopagus seperti striktur ketidakmampuan untuk berdiri atau duduk tegak untuk setidaknya selama 30 menit Interaksi Obat Analgetik: ketersediaan hayati asam tilkadronat ditingkatkan oleh indometasin Antasid: mengurangi absorpsi Antibakteri: dengan aminoglikosida meningkatkan risiko hipokalsemia Efek Samping : mual- mual, nyeri abdomen, dan dispepsia. Iritasi, perforasi, ulserasi, atau pendarahan pada esophagus, lambung, atau duodenum dapat terjadi jika aturan pemberian tidak dipatuhi atau jika bifosfonat diberikan pada pasien yang kontra- indikasi Sediian beredar ; Ristonat, actonel,fosamex,flex amove, nichospor d. Estrogen Indikasi : Defisiensi gonad, terapi pengganti hormon (HRT), kanker payudara, osteoporosis paska menopause,menopause, gangguan siklus haid, dan kontrasepsi oral Kontraindikasi: Kehamilan, kanker yang estrogen-dependent, tromboflebitis aktif atau tromboemboli, gangguan fungsi hati, pendarahan vagina yang belum jelas sebabnya, wanita menyusui. Interaksi Penghambat ACE: estrogen dan kontrasepsi oral kombinasi melawan efek hipotensif Antibakteri: rifamisin mempercepat metabolism kontrasepsi oral kombinasi dan progestogen tunggal Antikoagulan: antagonism terhadap efek antikoagulan dari nikumalon, fenindion, dan warfarin Antidiabetika: antagonism efek hipoglikemia Antihipertensi: kontrasepsi oral kombinasi melawan efek hipotensif Diuretik: kontrasepsi oral kombinasi melawan efek diuretik Sediaan Beredar: Esthero tablet, Estrogen 0,3 mg; 0,625 mg; 1,250 mg Kliogest tablet, Estradiol 2 mg, noretusteron aşetat 1 mg, Ogen tablet, Estropipat 0,75 mg (ogen 0,625); 15 mg (ogen 1,25) 2. Terapi Pembentukan Tulang a. Teriparatide (Hormon Paratiroid) - Teriparatide mengandung 34asam amino pertama dalam PTH manusia. - Dosis sebesar 20 mcg diberikan secara subkutan pada area paha atau abdomen. Dosis awal harus diberikan dengan pasien dalam posisi berbaring atau duduk dalam kasus terjadinya hipotensi ortostatik. Setiap pena yang berisi 3 ml mengandung dosis 20 mcg setiap hari hingga 28 hari. Teriparatide dikontraindikasikan pada pasien dengan penyakit tulang Paget, - Teriparatide tidak boleh digunakan kombinasi dengan alendronate sebab bifosfonat dapat mengganggu efek teriparatide. - Teriparatide disediakan untuk pasien dengan resiko tinggi fraktur terkait-osteoporosis yang tidak dapat atau tidak akan dapat atau gagal menjalani terapi bifosfonat.