Anda di halaman 1dari 22

KEMATIAN BATANG OTAK

Pembimbing :
dr. Dessy D Harianja, Sp.F

OLEH :

NUR HABIBAH FITRI N. 1310070100170


SYAHRIAL FAUZI 1206110115
FARAH MAHDIAH 1310070100038
RACHMAT SALEH 120611041
DEFINISI MATI

MATI MATI
MARI SURI
SOMATIS SELULER

MATI MATI BATANG


SEREBRAL OTAK
ETIOLOGI
PERDARAHAN
TRAUMA INTRAKRANIAL
HIPOKSIA

OVERDOSIS TENGGELAM
TUMOR OTAK
OBAT PRIMER

MENINGITIS PEMBUNUHAN BUNUH DIRI


PATOFISIOLOGI
Peningkatan hebat tekanan intrakranial (TIK) yang disebabkan perdarahan atau
edema otak

jika TIK meningkat mendekati tekanan darah arterial

Kemudian tekanan perfusi serebral (tps) mendekati nol

Maka perfusi serebral akan terhenti dan kematian otak terjadi.


Kriteria Mati Batang Otak

a. Kriteria Harvard b. Kriteria Minnetosa


- Hilangnya respirasi spontan setelah masa 4
- Tidak bereaksi terhadap stimulus menit pemeriksaan
noksius yang intensif (unresponsive - Hilangnya refleks otak yang ditandai dengan:
coma) pupil dilatasi, hilangnya refleks batuk, refleks
kornea dan siliospinalis, hilangnya doll’s eye
- Hilangnya kemampuan bernapas movement, hilangnya respon terhadap stimulus
spontan kalori dan hilangnya refleks tonus leher
- Status penderita tidak berubah sekurang –
- Hilangnya refleks batang otak kurangnya 12 jam
dan spinal - Proses patologis yang berperan dan dianggap
tidak dapat diperbaiki
- EEG datar
Diagnosis
DIAGNOSIS DARI KEMATIAN
DIIKUTI OLEH PENYEBAB KOMA
BATANG OTAK BERDASARKAN
YANG TERDIRI DARI YAITU :
KONDISI DIBAWAH INI :
Pasien berada pada kondisi koma dalam dan Hipotermia ( temperature tubuh < 90 F atau
disebabkan oleh kerusakan struktural batang 32,2 C )
otak irreversible ( hipoksia yang lama, trauma,
keracunan ) Penekanan pada sistem saraf pusat karena
obat seperti barbiturate, benzodiazepine,
Hilangnya refleks batang otak overdosis, keracunan
Tidak ada respirasi spontan Gangguan metabolic atau endokrin
Periode interval observasi berkisar 6 jam Intoksikasi (alkohol)
Sertifikasi kematian batang otak
LANGKAH DIAGNOSIS
1. Evaluasi kasus koma
Penentuan kematian batang otak memerlukan identifikasi kasus koma
ireversibel beserta penyebab koma yang paling mungkin. Dokter perlu menilai
tingkat dan reversibilitas koma, serta potensi berbagai kerusakan organ. Dokter
juga harus menyingkirkan berbagai faktor perancu, seperti intoksikasi obat,
blokade neuromuskular, hipotermia, atau kelainan metabolik lain yang dapat
menyebabkan koma namun masih berpotensi reversible. Dokter memastikan
bahwa tidak terdapat respon motorik dan mata tidak membuka, ketika suatu
stimulus nyeri diberikan pada kuku jari atau saraf supraorbital.
2. Memberikan penjelasan kepada keluarga mengenai kondisi terkini
pasien

3. Penilaian klinis awal refleks batang otak


Penentuan kematian batang otak memerlukan penilaian fungsi otak
oleh minimal dua orang klinisi dengan interval waktu pemeriksaan
beberapa jam. Tiga temuan penting pada kematian batang otak adalah
koma dalam, hilangnya seluruh refleks batang otak, dan apnea.
Pemeriksaan apnea (tes apnea) secara khas dilakukan setelah evaluasi
refleks batang otak yang kedua
PENILAIAN REFLEKS BATANG OTAK
Pupil Reaksi pupil Posisi /
terhadap pergerakan
asimetris cahaya mata

Roving eye Doll’s eye


movements movements

Refleks
Tes kalorik kornea
Gag Reflex
4. Periode interval observasi
a. sampai dengan usia 2 bulan, periode interval observasi 48 jam
b. usia lebih dari 2 bulan sampai dengan 1 tahun, periode
interval observasi 24 jam
c. usia lebih dari 1 tahun sampai dengan kurang dari 18 tahun,
periode interval observasi 12 jam
d. usia 18 tahun ke atas, periode interval observasi berkisar 6 jam
5. Penilaian klinis ulang refleks batang otak
6. Test Apnea
7. Pemeriksaan konfirmatif apabila terdapat indikasi
Pada beberapa pasien dengan kondisi tertentu seperti cedera
servikal atau kranium, instabilitas kardiovaskular, atau faktor lain yang
menyulitkan pemeriksaan klinis untuk menegakkan diagnosis mati
batang otak, perlu dilakukan tes konfirmatif.
8. Persiapan akomodasi yang sesuai
9. Sertifikasi kematian batang otak
10. Penghentian penyokong kardiorespirasi
Aspek Hukum Mati Batang Otak

Pasal 1g PP 18/1981 menyatakan bahwa mati adalah keadaan insani yang


diyakini oleh ahli kedokteran yang berwenang bahwa fungsi otak,
pernapasan atau denyut jantung seseorang telah berhenti. Secara medis
definisi tersebut sudah lama ditinggalkan karena kematian yang dianut
saat ini adalah mati batang otak.
Mati batang otak merupakan kematian yang paling mudah dideteksi,
karena untuk mendeteksinya tidak diperlukan peralatan yang canggih.
Adanya kematian batang otak ditandai oleh adanya gangguan pada reflex
pupil terhadap cahaya , reflex kornea, dan EEG.
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 37 Tahun 2014 Bagian
Ketiga Penentuan Kematian Batang Otak :
Pasal 9
1) Penentuan seseorang mati batang otak hanya dapat dilakukan oleh tim dokter
terdiri atas tiga orang dokter yang kompeten
2) Anggota tim sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus melibatkan dokter
spesialis anastesi dan dokter spesialis saraf
3) Dalam hal penentuan mati batang otak dilakukan pada calon donor organ maka
tim dokter sebagaimana dimaksudkan pada ayat (2) bukan merupakan dokter
yang terlibat dalam tindakan transplantasi
4) Masing – masing anggota tim sebagaiman dimaksud pada ayat (2) melakukan
pemeriksaan secara mandiri dan terpisah
5) Diagnosis mati batang otak harus dibuat diruang rawat intensif (Intensive Care
Unit)
Pasal 10
1) Pemeriksaan seseorang mati batang otak dilakukan pada pasien dengan keadaan
sebagai berikut:
a. Koma unresponsive/GCS 3 atau Four Score 0
b. Tidak adanya sikap tubuh yang abnormal (sepertI dekortikasi, atau deserebrasi)
c. Tidak adanya gerakan yang tidak terkoordinasi atau sentakan epileptic
2) Syarat yang harus dipenuhi untuk dapat dilakukan pemeriksaan mati batang otak
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a. Terdapat prakondisi berupa koma dan apnea yang disebabkan oleh kerusakan
otak structural irreversible akibat gangguan yang berpotensi menyebabkan mati batang
otak dan
b. Tidak ada penyebab koma dan henti napas yang reversible antara lain karena
obat – obatan, intoksikasi, gangguan metabolic, dan hipotermia
Pasal 11
Prosedur pemeriksaan batang otak dilakukan sebagai berikut:
A. Memastikan arefleksia batang otak yang meliputi :
◦ Tidak adanya respon terhadap cahaya
◦ Tidak adanya reflex kornea
◦ Tidak adanya reflex vestibulo-okular
◦ Tidak adanya respons motoric dalam distribusi saraf kranial terhadap rangsang adekuat pada area somatic,
dan
◦ Tidak ada reflex muntah (gag reflex) atau reflex batuk terhadap rangsang oleh kateter isap yang dimasukkan
kedalam trakea

B. Memastikan keadaan henti nafas yang menetap dengan cara :


◦ Pre-oksigenasi dengan O2 100% selama 10 menit
◦ Memastikan PCO2 awal testing dalam batas 40-60 menit mmHg dengan memakai kapnograf dan atau analisis
gas darah (AGD)
◦ Melepaskan pasien dari ventilator, insuflasi trakea dengan O2 100% 6L/menit melalui kateter intra trakeal
melewati karina
◦ Observasi selama 10 menit, bila pasien tetap tidak bernapas, tes dinyatakan positif atau berarti henti napas
telah menetap
C. Bila tes arefleksia batang otak dan henti tes napas sebagaimana dimaksud
pada huruf a dan huruf b dinyatakan positif, tes harus diulang sekali lagi dengan
interval waktu 25 menit sampai 24 jam
D. Bila tes ulangan sebagaimana dimaksud pada huruf c tetap positif, pasien
dinyatakan mati batang otak, walaupun jantung masih berdenyut
E. Bila pada tes henti napas timbul aritmia jantung yang mengancam nyawa maka
ventilator harus dipasang kembali sehingga tidak dapat dibuat diagnosis mati
batang otak
Pasal 12
Penetapan waktu kematian pasien adalah pada saat dinyatakan mati batang
otak, bukan saat ventilator dilepas dari mayat atau jantung berhenti berdenyut.

Pasal 13
(1) Setelah seseorang ditetapkan mati batak otak, maka semua terapi bantuan hidup
harus segera dihentikan
(2) Dalam hal pasien merupakan donor organ, terapi bantuan hidup diteruskan
sampai organ yang dibutuhkan diambil
(3) Pembiayaan tindakan medis sebagaimana dimaksud pada ayat 2 dibebankan
kepada penerima organ
KESIMPULAN
Kematian batang otak didefinisikan sebagai hilangnya seluruh
fungsi otak, termasuk fungsi batang otak, secara irefersibel. Tiga
tanda utama manifestasi kematian batang otak adalah koma dalam,
hilangnya seluruh refleks batang otak dan apnea. Seorang pasien
yang sudah ditetapkan mati batang otak secara klinis dan legal formal
telah meningal dunia.
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
37 Tahun 2014 Bagian Ketiga Penentuan Kematian Batang Otak yang
terdapat pada pasal 9,10,11,12.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai