Anda di halaman 1dari 52

TANATOLOG

I
Pembimbing: dr. Denys P. Alim, Sp.F

Kepaniteraan Klinik Stase Ilmu


Forensik
Universitas Abdurrab
Periode 21 Februari – 26 Maret 2022
1
ASPEK LEGAL
KEMATIAN
UU No. 36 Tahun 2009 Pasal 117

Definisi kematian: Seseorang dinyatakan mati apabila fungsi


sistem jantung sirkulasi dan sistem pernafasan terbukti telah
berhenti secara permanen, atau apabila kematian batang otak
telah dapat dibuktikan.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 37 Tahun 2014
● Pasal 4:
1) Penentuan kematian seseorang dapat dilakukan di fasilitas pelayanan kesehatan
atau di luar fasilitas pelayanan kesehatan.
2) Penentuan kematian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus menjunjung tinggi
nilai dan norma agama, moral, etika, dan hukum.
● Pasal 5:
1) Penentuan kematian di fasilitas pelayanan kesehatan harus dilakukan oleh tenaga
medis.
2) Tenaga medis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diutamakan dokter.
3) Dalam hal tidak ada tenaga medis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) penentuan
kematian dapat dilakukan oleh perawat atau bidan.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 37 Tahun 2014
● Pasal 6:
●Penentuan kematian di luar fasilitas pelayanan kesehatan dapat dilakukan
oleh tenaga medis atau tenaga kesehatan lainnya yang memiliki kewenangan.
● Pasal 7:
●Penentuan kematian seseorang dapat dilakukan dengan menggunakan
kriteria diagnosis kematian klinis/konvensional atau kriteria diagnosis kematian
mati batang otak.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 37 Tahun 2014

● Pasal 8:
1) Kriteria diagnosa kematian klinis/konvensional sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 7 didasarkan pada telah berhentinya fungsi sistem jantung sirkulasi dan
sistem pernafasan terbukti secara permanen.
2) Proses penentuan kematian klinis/konvensional sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dilakukan sesuai standar profesi, standar pelayanan, dan standar
operasional prosedur.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 37 Tahun 2014

● Pasal 9:
1) Penentuan seseorang mati batang otak hanya dapat dilakukan oleh tim dokter
yang terdiri atas 3 (tiga) orang dokter yang kompeten.
2) Anggota tim sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus melibatkan dokter
spesialis anestesi dan dokter spesialis syaraf.
3) Dalam hal penentuan mati batang otak dilakukan pada calon donor organ, maka
tim dokter sebagaimana dimaksud pada ayat (2) bukan merupakan dokter yang
terlibat dalam tindakan transplantasi.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 37 Tahun 2014

● Pasal 9:
4) Masing-masing anggota tim sebagaimana dimaksud pada ayat (2) melakukan
pemeriksaan secara mandiri dan terpisah.
5) Diagnosis mati batang otak harus dibuat di ruang rawat intensif (Intensive Care
Unit).
2
TEKNIS END OF LIFE
CARE, WITHHOLDING
AND WITHDRAWING LIFE
SUPPORTS, MBO
End of Life Care

● Sebuah perencanaan perawatan lanjutan dan dukungan medis yang akan


diberikan selama waktu menjelang kematian
● Biasanya dilakukan pada pasien dengan penyakit terminal
● Tujuan untuk meringankan penderitaan fisik, psikologis, dan spiritual yang
dialami pasien dan keluarga pasien
Withholding & Withdrawing Life
Supports
Withholding Withdrawing
Penghentian sebagian atau semua terapi
Penundaan terapi bantuan hidup yang
bantuan hidup yang sudah diberikan pada
sedang diberikan kepada pasien
pasien

• Pada pasien dalam keadaan yang tidak dapat disembuhkan akibat penyakit yang diderita sudah
pada tahap terminal dan tindakan kedokteran sudah sia sia, dapat dilakukan penghentian atau
penundaan terapi bantuan hidup
• Pada pasien dengan prognosis buruk, dapat mempertimbangkan keputusan untuk tidak
memberikan terapi baru dan menghentikan life support treatment yang sedang diberikan
(withdrawing)
• Semua keputusan untuk membatasi atau menghentikan pengobatan dapat diperoleh setelah
mempertimbangkan kondisi medis pasien dan mengikuti diskusi dengan pasien atau keluarga
Mati Batang Otak
Terjadi kerusakan seluruh neuronal intrakranial yang ireversibel,
termasuk batang otak dan serebelum
Penentuan Mati Batang Otak (MBO) Permenkes no. 37 tahun 2014 pasal 9 :
1. Penentuan seseorang mati batang otak hanya dapat dilakukan oleh tim dokter yang terdiri
atas 3 (tiga) orang dokter yang kompeten
2. Anggota tim sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus melibatkan dokter spesialis
anestesi dan dokter spesialis saraf
3. Dalam hal penentuan mati batang otak dilakukan pada calon donor organ, maka tim dokter
sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) bukan merupakan dokter yang terlibat dalam
tindakan transplantasi
4. Masing - masing anggota tim sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) melakukan
pemeriksaan secara mandiri dan terpisah
5. Diagnosis mati batang otak harus dilakukan di ruang rawat intensif (Intensive Care Unit)
Prosedur pemeriksaan MBO: Permenkes
no. 37 Pasal 11
A. Memastikan arefleksia batang B. Memastikan keadaan henti nafas
otak yang meliputi : yang menetap dengan cara:
1. Preoksigenasi dengan O2 100% selama 10 menit
1. Tidak adanya respon terhadap cahaya
2. Memastikan pCO2 awal testing dalam batas 40 - 60
2. Tidak adanya refleks kornea mmHg dengan memakai kapnograf dan atau analisis
3. Tidak adanya refleks vestibulo – okular gas darah (AGD)
4. Tidak adanya respons motorik dalam distribusi
3. Melepaskan pasien dari ventilator, insuflasi trakea
saraf kranial terhadap rangsang adekuat pada area dengan O2 100%, 6L / menit melalui kateter intra
somatik; dan
trakeal melewati karina
5. Tidak ada refleks muntah (gag reflex) atau refleks
4. Observasi selama 10 menit, bila pasien tetap tidak
batuk terhadap rangsang oleh kateter isap yang bernapas, tes dinyatakan positif atau berarti henti
dimasukkan ke dalam trakea nafas telah menetap
C. Bila tes arefleksia batang otak dan henti nafas sebagaimana dimaksud pada huruf a
dan b dinyatakan positif, tes harus diulang sekali lagi dengan interval waktu 25 menit
sampai 24 jam

D. Bila tes ulangan sebagaimana dimaksud dalam huruf c dinyatakan positif, pasien
dinyatakan mati batang otak, meskipun jantung masih berdenyut

E. Bila pada tes henti nafas timbul aritmia jantung yang mengancam nyawa maka
ventilator harus dipasang kembali sehingga tidak dapat dibuat diagnosis mati batang
otak
3
ASPEK MEDIS DALAM
KEMATIAN
Definisi
● Tanatologi berasal dari kata thanatos (yang berhubungan dengan kematian) dan logos
(ilmu).
● Tanatologi mempelajari kematian dan perubahan yang terjadi setelah kematian
serta faktor yang mempengaruhi perubahan tersebut.
● Istilah tentang mati;
1. Mati somatis (mati klinis) → henti fungsi SSP, KV, pernafasan
2. Mati suri → henti 3 fungsi diatas yang ditentukan dengan alat kedokteran
sederhana
3. Mati seluler → kematian organ atau jaringan beberapa saat setelah mati somatis
4. Mati serebral → kerusakan kedua hemisfer otak yang irreversible, kecuali batang
otak dan cerebellum, sedangkan sistem pernafasan dan KV masih berfungsi dengan
bantuan alat
5. Mati otak (mati batang otak) → telah terjadi kerusakan seluruh isi neuronal
intrakranial yang irreversible
Cara Kematian
●Peristiwa yang dialami korban (Modus/Manner of Death)

●Secara u m u m dapat dikategorikan menjadi:

● Natural death (age/disease)


● Unnatural death
■ Accidental death : kecelakaan lalu lintas
■ Suicidal death :bunuh diri
■ Homicidal deathpembunuhan
:
■ Undetermined
Sebab Kematian
● Kekerasan yang dialami korban yang memulai proses kematian (Cause of
Death)
● Setiap luka, cedera, atau penyakit yang mengakibatkan rangkaian
gangguan fisiologis tubuh yang berakhir dengan kematian, misalnya:

 Luka tembak di kepala, luka tusuk di dada, Intoksikasi sianida,


Tuberkulosis paru
● Dari pemeriksaan luka dapat diambil kesimpulan benda apa yang
menyebabkan, misalnya:

 Karena persentuhan benda tumpul, karena persentuhan benda tajam, karena


tembakan, ledakan granat
Mekanisme Kematian
Suatu keadaan gangguan fisiologis dan atau biokimiawi yang
ditimbulkan oleh penyebab ke ma ti a n sedemikian rupa sehingga
seseorang tidak dapat terus hidup
● Misalnya: syok, sepsis, toxaemia, asidosis dan alkalosis metabolik parah, fibrilasi
ventrikel, paralisis respiratori, dll
● Secara umum mekanisme kematian digolongkan menjadi:
 Perdarahan
 Mati lemas
 Refleks vagal
 Emboli
 Kerusakan organ vital
4
PERUBAHAN PASCA
KEMATIAN
Immediate Changes
Perubahan yang timbul saat meninggal atau beberapa saat kemudian
• Kerja jantung dan peredaran darah berhenti
• Pernapasan berhenti
• Refleks cahaya hilang perubahan pada mata
• Refleks kornea mata hilang
• Kulit pucat
• Relaksasi otot
Early Changes Late Changes
Perubahan yang timbul setelah
beberapa waktu → tanda pasti 1. Mumifikasi
kematian
2. Adiposera
1. Lebam mayat
3. Skeletonisasi
2. Kaku mayat

3. Penurunan suhu tubuh

4. Pembusukan
Lebam Mayat (Livor Mortis)
• Setelah kematian → eritrosit menempati tempat terbawah (akibat gravitasi) →
mengisi vena, venula → bercak warna merah ungu (livide) bagian terbawah
tubuh kecuali bagian yang tertekan alas keras.
• Mulai tampak 20-30 menit pasca mati → menetap setelah 8-12 jam.
• Sebelum menetap → masih dapat hilang pada penekanan dan dapat berpindah
jika posisi diubah.
• Menetapnya lebam mayat akibat bertimbunnya sel-sel darah dalam jumlah
cukup banyak dan kekakuan otot-otot dinding pembuluh darah (terkoagulasi)
sehingga sulit berpindah.
Lebam Mayat (Livor Mortis)

Lebam mayat dapat memperkirakan sebab kematian

● Lebam berwarna merah bata atau cherry red → CO

● Lebam berwarna merah terang → CN (Sianida)

● Lebam berwarna cokelat-kebiruan → Aniline, kalium, khlorat,

kinine, asetanilid, nitrobenzen, nitrat dan sulfonal


Lebam Mayat (Livor Mortis)
Kaku Mayat (Rigor Mortis)
● Bila cadangan glikogen dalam otot habis → energi tidak terbentuk lagi →
aktin & miosin menggumpal → otot menjadi kaku.
● Mulai tampak ± 2 jam setelah mati klinis dimulai dari bagian luar tubuh
(otot-otot kecil) ke arah dalam (sentripetal) → menjalar kraniokaudal.
● Setelah 12 jam mati klinis, kaku mayat lengkap → dipertahankan selama 12
jam → kemudian menghilang.
● Kaku mayat dibuktikan dengan memeriksa kelopak mata, rahang dan
persendian.
● Dapat digunakan untuk menentukan perkiraan saat kematian.
Kaku Mayat (Rigor Mortis)

● Faktor-faktor yang mempengaruhi kaku mayat :


• Aktivitas fisik sebelum mati
• Kondisi otot
• Gizi
• Bentuk tubuh kurus dengan otot-otot kecil
• Suhu lingkungan tinggi
● Dapat digunakan untuk menentukan perkiraan saat kematian
Penurunan Suhu Tubuh (Algor Mortis)

• Suhu tubuh orang meninggal secara


bertahap akan sama dengan
lingkungan/media disekitar → berhenti
menghasilkan panas.
• Grafik penurunan suhu tubuh berbentuk
kurva sigmoid atau seperti huruf S dan pada
saat mendekati suhu keliling kurva akan
mendatar.
● Penurunan suhu dipengaruhi
○ Suhu keliling (rendah)
○ Aliran (lingkungan berangin)
○ Kelembaban udara (kelembaban rendah)
○ Bentuk tubuh (tubuh kurus)
○ Posisi tubuh (posisi terlentang)
○ Pakaian (tidak berpakaian/pakaian tipis)
● Marshall & Hoare (1962)
○ 3 jam pertama pasca mati → penurunan 0,55 oC tiap jam
○ 6 jam berikutnya → 1,1 oC tiap jam
○ Periode selanjutnya → 0,8 oC tiap jam
PEMBUSUKAN (DECOMPOSITION,
PUTREFACTION)
● Proses degradasi jaringan akibat autolisis dan kerja bakteri
● Mulai tampak ±24 jam pasca mati →

• Warna kehijauan pada perut kanan bawah → menyebar ke seluruh perut dan dada → bau
busuk mulai tercium

• Kulit ari terkelupas, membentuk gelembung berisi cairan kemerahan berbau busuk

• Pembentukan gas di dalam tubuh

• Keluarnya cairan kemerahan dari mulut dan hidung

• Rambut mudah dicabut dan kuku mudah terlepas

• Wajah menggembung dan berwarna ungu kehijauan → sulit dikenali oleh keluarga
PEMBUSUKAN (DECOMPOSITION,
PUTREFACTION)
● Beberapa jam pasca mati → kumpulan telur lalat di alis mata, sudut mata, lubang
hidung, di antara bibir → dalam 24 jam, telur menjadi larva
● Hal-hal yang mempercepat
○ Suhu keliling optimal (26,5oC - suhu normal tubuh)
○ Kelembaban dan udara cukup
○ Banyak bakteri pembusuk
○ Tubuh gemuk
○ Menderita penyakit infeksi
○ Sepsis
● Perbandingan kecepatan pembusukan mayat
Tanah : air : udara = 1 : 2 : 8
ADIPOSERA/LILIN MAYAT
● Terbentuknya bahan berwarna keputihan, lunak/berminyak, berbau tengik di dalam
jaringan lunak tubuh pasca mati
● Adiposera terapung di air, mencair bila dipanaskan, terbakar dengan nyala kuning, larut
dalam alkohol panas dan eter
● Faktor-faktor yang mempermudah
○ Kelembapan
○ Lemak tubuh
○ Suhu yang hangat
○ Invasi bakteri endogen ke dalam jaringan pasca mati
● Faktor yang menghambat →
○ air yang mengalir yang membuang elektrolit
○ Udara dingin
ADIPOSERA/LILIN MAYAT
● Dapat terbentuk di lemak tubuh mana saja, pertama kali di lemak superfisial (bercak di
pipi, payudara/bokong, bagian tubuh/ekstremitas), jarang seluruh lemak tubuh
● Terdiri dari asam lemak tak jenuh yang terbentuk dari hidrolisis lemak dan mengalami
hidrogenisasi → terbentuk asam lemak jenuh yang tercampur sisa otot, jar. ikat, jar. saraf
yang termumifikasi
● Dideteksi paling baik dengan analisis asam palmitat (stadium awal)
● Secara makroskopik → bahan berwarna putih kelabu menggantikan/infiltrasi bagian-
bagian lunak tubuh
MUMMIFIKASI
● Proses penguapan cairan/dehidrasi jaringan yang cukup cepat sehingga terjadi
pengeringan jaringan
● Dapat menghentikan pembusukan
● Jaringan menjadi keras, kering, berwarna gelap, berkeriput, dan tidak membusuk
● Terjadi bila
○ Suhu hangat
○ Kelembaban rendah
○ Aliran udara baik
○ Tubuh dehidrasi
○ Waktu yang lama (12-14 minggu)
● Jarang dijumpai pada cuaca normal
MUMMIFIKASI
5
PENENTUAN INTERVAL
WAKTU KEMATIAN
1. MATA
● Mata terbuka pada atmosfer kering → sklera
akan berwarna kecoklatan dalam beberapa
jam → segitiga dengan dasar di tepi kornea
(taches noires sclerotiques)

● Kornea mengeruh lapis demi lapis. Kekeruhan


pada lapisan terluar dapat dihilangkan dengan
meneteskan air, tapi tidak bisa bila telah
mencapai lapisan lebih dalam. Kekeruhan
menetap terjadi sejak kira-kira 6 jam pasca
mati
Perubahan pada retina dapat menunjukkan saat kematian hingga 15 jam pasca
mati
○ 30 menit → makula keruh dan diskus optikus mulai memucat
○ 1 jam → makula lebih pucat dan tepinya tidak tajam lagi
○ 2 jam → retina pucat dan daerah sekitar diskus menjadi kuning.
○ 6 jam → batas diskus kabur dan hanya pembuluh darah besar yang
mengalami segmentasi
○ 7-10 jam → batas diskus akan sangat kabur
○ 12 jam → diskus hanya dapat dikenali dengan adanya konvergensi beberapa
segmen pembuluh darah yang tersisa
○ 15 jam → hanya tampak makula yang berwarna coklat gelap
2. LAMBUNG

● Kecepatan pengosongan lambung sangat bervariasi → tidak dapat digunakan untuk


memberikan petunjuk pasti waktu antara makan terakhir dan saat mati

● Ditemukan makanan tertentu → dapat digunakan untuk menyimpulkan bahwa


korban sebelum meninggal telah makan makanan tersebut

3. RAMBUT
● Kecepatan tumbuh rambut rata-rata 0,4 mm/hari
● Panjang rambut kumis dan jenggot dapat digunakan untuk memperkirakan
saat kematian
● Hanya bisa digunakan bagi pria yang mempunyai kebiasaan mencukur kumis atau
jenggotnya dan diketahui saat terakhir ia mencukur
4. KUKU
● Pertumbuhan kuku diperkirakan 0,1 mm/hari
● Dapat digunakan untuk memperkirakan saat kematian bila diketahui saat terakhir
korban memotong kuku

5. CAIRAN SEREBROSPINAL
● Kadar nitrogen asam amino <14 mg % → kematian belum lewat 10 jam
● Kadar nitrogen non-protein <80 mg % → kematian belum 24 jam
● Kadar kreatinin
○ <5 mg % → kematian belum mencapai 10 jam
○ <10 mg % → kematian belum mencapai 30 jam
6. CAIRAN VITREOUS
● Terjadi peningkatan kadar kalium → perkiraan saat kematian antara 24 hingga 100 jam
pasca mati

7. KOMPONEN DARAH
● Semua kadar mengalami perubahan setelah kematian → analisis darah pasca mati
tidak memberikan gambaran konsentrasi zat-zat tersebut semasa hidupnya.
Perubahan tersebut akibat
● aktivitas enzim dan bakteri, serta gangguan permeabilitas dari sel yang telah mati
● Gangguan fungsi tubuh selama proses kematian dapat menimbulkan perubahan dalam
darah bahkan sebelum kematian terjadi.
● Hingga saat ini belum ditemukan perubahan dalam darah yang dapat digunakan
untuk memperkirakan saat mati dengan lebih tepat.
8. REAKSI SUPRAVITAL
● Merupakan reaksi jaringan tubuh sesaat pasca mati klinis yang masih
sama seperti reaksi jaringan tubuh pada seseorang yang hidup.
● Uji pada mayat masih segar :

○ Rangsangan listrik → Masih ada kontraksi otot hingga 90 -120


menit pasca mati
○ Sekresi kelenjar keringat → sampai 60 - 90 menit pasca mati

○ Trauma → Terdapat perdarahan bawah kulit sampai 1 jam


pasca mati
KURVA HENSGGE
● Metode yang paling berguna untuk memperkirakan waktu kematian adalah Nomogram
Henssge.

● Keakurasi 95% diklaim untuk metode ini

● Nomogram Henssge bergantung pada tiga pengukuran : suhu tubuh, suhu lingkungan, dan
berat badan.

● Selain itu, ada penerapan faktor korektif empiris untuk memungkinkan pakaian, pergerakan
udara dan/atau air dan perlu dicatat bahwa penerapan faktor empiris ini dapat secara signifikan
memperpanjang rentang waktu yang berada di dalam 95 persen batas kepercayaan.

● Banyak ahli patologi di masa lalu menggunakan berbagai 'aturan praktis' untuk menghitung
waktu kematian dari suhu tubuh tetapi ini umumnya sangat tidak dapat diandalkan sehingga
sekarang tidak boleh digunakan.
● Contoh :

Temperature rectum
26.4°C, ambient
temperature 12°C, body
weight 90kg perkirakan
waktu kematian?
TOTAL BODY SCORE

● Metode kuantitatif untuk menilai pembusukan berdasarkan pemeriksaan


numerik dari tingkat pembusukan di kepala, batang tubuh, dan
tungkai/ekstremitas
TOTAL BODY SCORE (MAYGESIETAL)
TOTAL BODY SCORE (MAYGESIETAL)
TOTAL BODY SCORE (MAYGESIETAL)
TOTAL BODY SCORE

Anda mungkin juga menyukai