Johan Arifin
Definisi
Definisi
Pernyataan IDI tentang Kematian adalah :
a.Bila pernafasan spontan dan jantung telah
Definisi
Mati secara klinis = Mati somatis , terdiri dari :
Mati suri : terhentinya fungsi ketiga sistem penunjang kehidupan, yaitu
susunan saraf pusat, sistem kardiovaskuler dan sistem pernapasan secara menetap
(ireversibel)
Mati suri : (near-death experience (NDE), suspend animation, apparent death)
adalah terhentinya ketiga sistem penunjang kehidupan yang ditentukan oleh alat
kedokteran sederhana.Dengan alat kedokteran yang canggih masih dapat
dibuktikan bahwa ketiga sistem tersebut masih berfungsi.Mati suri sering
ditemukan pada kasus keracunan obat tidur, tersengat aliran listrik dan tenggelam.
Mati seluler : kematian organ atau jaringan tubuh yang timbul beberapa saat
setelah kematian somatis.
Mati serebral : kerusakan kedua hemisfer otak yang ireversibel, kecuali batang otak
dan serebelum, sedangkan kedua sistem lainnya yaitu sistem pernapasan dan
kardiovaskuler masih berfungsi dengan bantuan alat.
Mati otak (batang otak) : terjadi kerusakan seluruh isi neuronal intrakranial yang
ireversibel, termasuk batang otak dan serebelum.Dengan diketahuinya mati otak
(mati batang otak), maka dapat dikatakan seseorang secara keseluruhan tidak
dapat dinyatakan hidup lagi, sehingga alat bantu dapat dihentikan.
mengalami
terhentinya fungsi sirkulasi dan respirasi secara
ireversibel, dan
terhentinya semua fungsi otak secara
keseluruhan, termasuk batang otak, secara
ireversibel.
(Uniform Determination of Death Act, yang dikembangkan oleh National Conference of Commissioners on
Uniform State Laws, Presidents Commission for the Study of Ethical Problems in Medicine and Biomedical
and Behavioral Research)
Penentuan Kematian
Pasal 4 Permenkes 37 tahun 2014 tentang Penentuan
Kematian dan Pemanfaatan Organ Donor
1) Penentuan kematian seseorang dapat dilakukan di fasilitas
pelayanan kesehatan atau di luar fasilitas pelayanan
kesehatan.
2) Penentuan kematian sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
harus menjunjung tinggi nilai dan norma agama, moral,
etika, dan hukum.
Pasal 5 Permenkes 37 tahun 2014 tentang Penentuan
Kematian dan Pemanfaatan Organ Donor
3) Penentuan kematian di fasilitas pelayanan kesehatan harus
dilakukan oleh tenaga medis.
4) Tenaga medis sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diutamakan dokter.
5) Dalam hal tidak ada tenaga medis sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) penentuan kematian dapat dilakukan oleh
perawat atau bidan.
oleh tim dokter yang terdiri atas 3 (tiga) orang dokter yang
kompeten
Anggota tim sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus
melibatkan dokter spesialis anestesi dan dokter spesialis syaraf
Diagnosis mati batang otak harus dibuat di ruang rawat intensif
(Intensive Care Unit)
decorticasiataukejang
Tak ada reflex cahaya pupil
Tak ada reflex kornea
Tidak ada reflek batuk dan menelan
Tak ada reflex okulosefalik dengan memutar kepala
arahkesisikontralateral tidak ada gerakan bola mata, takboleh
dilakukan pada fracturcervical.
Tak ada reflex okulo vestibular
Tidak ada peningkatan denyut jantung kalaupun ada tak lebih darilima
kalipermenit sesudah 5 menit diberikan0,04 mg/kg atropin iv.
menit.
Test ini dilakukan bila ada encefalopati, penyebab
komatidak tahuatau global iskemia sudah
berlangsung 24 jamatau paling sedikitsatu
pemeriksaan tidak dilakukan atautest apnoe tidak bisa
dilakukan takut terjadi hentijantung.
Cerebral arteriografi (4 pembuluh darah serebral)
tidakdijumpaisirkulasidarah intrakranial
Test ini dilakukankalau pasien
hipotermiaberat,mendapat CNS depressant,alkohol
atau pelemas otot.
Medical Center of Pittsburgh University
Cerebral Cortex
Cognition
Voluntary Movement
Sensation
Brain Stem
Brain Stem
Midbrain
Cranial Nerve III
pupillary function
eye movement
Brain Stem
Pons
Cranial Nerves IV, V, VI
conjugate eye
movement
corneal reflex
Brain Stem
Medulla
Cranial Nerves IX, X
Pharyngeal (Gag)
Reflex
Tracheal (Cough)
Reflex
Respiration
Normal
Cerebral Anoxia
Normal
Cerebral Hemorrhage
Normal
Trauma
Brainstem death:
Coma, tergantung ventilator, tidak
Neuronal Swelling
ICP>MAP is
incompatible with life
Decreased Intracranial
Blood Flow
Increased Intracranial
Pressure
Diagnosis MBO
Conditions
Drug Intoxication or
Poisoning(sedative)
Electrolyte or Acid-Base Imbalance
Endocrine Disturbances
Coma
No Response to Noxious Stimuli
Nail
Bed Pressure
Sternal
Rub
Supra-Orbital
Ridge Pressure
constrict to light.
Pupillary Reflex
Pupils dilated with no constriction to bright
light
2.Corneal Reflex
Use moistened cotton bud
Jaw Reflex
Grimace to Supraorbital or
Temporo-Mandibular Pressure
Eye Movements
Oculo-Vestibular Response
Cold Caloric Testing
4.Pain Stimulus
pharynx with
wooden spatula or
swab stick
6.Caloric Test
Head of bed
elevated at 30o
Hold eyelids
open
Inject 50 ml ice cold water
slowly into ear
Observe for tonic deviation of
pupil to ipsilateralside for
1min
7.Apnea Testing
Prerequisites
Core
3. Tes tambahan
(EEG, TCD, MRI, dll) dilakukan jika
pemeriksaan neurologik meragukan.
Atau tes tambahan hanya untuk
memperpendek waktu observasi
4. Dokumentasi
KESIMPULAN
Saat MBO ditegakkan, sebenarnya secara legal semua