Anda di halaman 1dari 27

KEMATIAN BATANG OTAK

Rudi azis padang


17.11.165
pengertian
• Mati Batang Otak adalah kondisi dimana seseorang
mengalami gangguan fungsi batang otak dan secara
permanen kehilangan potensi kesadaran dan kemampuan
bernafas. Saat kondisi ini terjadi, penderita harus dipasang
alat bantu yang disebut ventilator untuk membantu supaya
oksigen tetap mengalir ke sel tubuh lewat aliran darah.
• Kondisi ini dinyatakan darurat kalau fungsi batang otak mati
secara permanen. Apalagi jika disertai dengan berhentinya
nafas dan detak jantung. Kematian pasien penderita mati
batang otak juga bisa diidentifikasi apabila pasien tidak
menunjukkan respon lewat gerakan. Kematian bisa terjadi
karena kurangnya pasokan oksigen dalam darah.
Batang Otak

• Batang Otak adalah bagian bawah otak yang


terhubung ke sumsum tulang belakang (yang
merupakan tempat sistem saraf pusat). Bagian ini
berfungsi untuk mengatur sebagian besar fungsi
otomatis tubuh yang penting bagi kehidupan.
Adapun di dalamnya termasuk:
• - pernafasan
• - denyut jantung
• - tekanan darah
• - proses menelan
Anamnesis
• Trauma kepala
• Gangguan kompulsif (kejang, epilepsi)
• Diabetes melitus
• Penyakit ginjal, hati ,paru
• Perubahan mood (suasana hati), tingkah laku, pikiran ,
depresi
• Penggunaan obat / penyalahgunaan obat
• Alergi, gigitan serangga, syok anafilatktik
• Gejala kelumpuhan, demensia, gangguan fungsi luhur
• Penyakit terdahulu
Pemeriksaan Fisik
• Pemeriksaan Fisik Umum Koma
– Suhu
– Denyut nadi
– Pola pernapasan
– Tekanan darah
– Pemeriksaan funduskopi
– Pemeriksaan refleks batang otak
Pemeriksaan Fisik
• Pupil
– Gangguan hipotalamus dapat menampilkan
sindroma horner yang unilateral dan bila proses
ini melibatkan diensefalon bilateral atau lesi-lesi
pada pons biasanya menunjukan pupil yang kecil
namun masih reaktif. Dilatasi pupil dimana refleks
cahaya langsung negatif menandakan adanya
kompresi ipsilateral pada saraf otak
Pemeriksaan Fisik
• Gerakan bola mata /gerakan okular
– Refleks oculocephalic negative, (pengujian
dilakukan hanya apabila secara nyata tidak
terdapat retak atau ketidakstabilan vertebrae
cervical atau basis kranii), Tidak terdapat
penyimpangan / deviasi gerakan bola mata
terhadap irigasi 50 ml air dingin pada setiap
telinga, (membrana timpani harus tetap utuh;
pengamatan 1 menit setelah suntikan, dengan
interval tiap telinga minimal 5 menit)
Pemeriksaan Fisik
• Gerakan bola mata /gerakan okular
– Fenomena doll’s eye phenomenon merupakan
akibat dari mekanisme fiksasi visual yang volunter
seperti penderita koma yang mengalami depresi
kortikal.
Pemeriksaan Fisik
• Respon motorik facial dan sensorik facial:
– Refleks kornea negatif
– Jaw reflex negatif (optional)
– Tidak terdapat respon menyeringai terhadap rangsang
tekanan dalam pada kuku, supraorbita, atau
temporomandibular joint
• Refleks trakea dan faring:
– Tidak terdapat respon terhadap rangsangan di faring
bagian posterior
– Tidak terdapat respon terhadap pengisapan
trakeobronkial / tracheobronchial suctioning
Pemeriksaan Fisik
• Pemeriksaan saraf kranial
Pemeriksaan Fisik
• Apnea Test
Syarat-syarat test apnea :
– Suhu tubuh ≥ 36,5 °C atau 97,7 °F
– Euvolemia (balans cairan positif dalam 6 jam
sebelumnya)
– PaCO2 normal (PaCO2 arterial ≥ 40 mmHg)
– PaO2 normal (pre-oksigenasi arterial PaO2 arterial
≥ 200 mmHg)
Pasang pulse-oxymeter dan putuskan hubungan ventilator
Tes apnea

Berikan oksigen 100%, 6 L/menit ke dalam trakea

Amati dengan seksama adanya gerakan pernafasan (gerakan


dinding dada atau abdomen yang menghasilkan volume tidal
adekuat)

Ukur PaO2, PaCO2, dan pH setelah kira-kira 8 menit, kemudian


ventilator disambungkan kembali

Apabila tidak terdapat gerakan pernafasan, dan PaCO2 ≥ 60 mmHg


• hasil tes apnea dinyatakan positif (mendukung kemungkinan klinis kematian otak
• Apabila terdapat gerakan pernafasan, tes apnea dinyatakan negatif
Pemeriksaan Penunjang
• Ada beberapa jenis pemeriksaan penunjang
yang dapat dilakukan dalam membantu
menegakan diagnosis kematian otak, yakni :
– Cerebral angiography
• Angiogram dilakukan dengan cara menyntikan medium
beriodin ke dalam saluran darah cerebral anterior dan
saluran darah cerebral posterior. Dalam keadaan mati
otak, medium beriodin tersebut tidak akan mengalami
penyebaran ke seluruh otak.
Pemeriksaan Penunjang
– Magnetic Resonance Imaging (MRI)
• MRI membantu memastikan struktur asal dari otak dan
memberikan kesan pada bagian otak yang mengalami
kerusakan. Meskipun hasil dalam MRI ini masih belum
digunakan secara luas dalam pemberian kesan kematian
otak
– Elektroencephalography(EEG)
• Gelombang EEG ini merupakan pemeriksaan untuk
mengetahui aktifitas dari sel-sel otak berdasarkan arus
elektrik yang dapat dilihat sebagai gelombang otak.
Beberapa elektroda dipasang pada kulit kepala dan
gelombang yang dihasilkan dapat diperhatikan. Gelombang
EEG yang berbentuk mendatar, menunjukkan tidak ada arus
elektrik yang terjadi, atau dapat dikatakan sebagai suatu
kasus kematian otak
Working Diagnosis
• Brain Death
• Kriteria Brain Death
Kasus kematian otak memiliki beberapa kriteria
untuk mendiagnosis, kriteria tersebut yakni :
1. Identifikasi dari riwayat atau hasil pemeriksaan
fisik yang menunjukkan secara jelas etiologi dari
disfungsi otak. Penentuan dari kematian otak
membutuhkan identifikasi dari penyebab
terdekat dan irreversibel koma
Working Diagnosis
2. Pengecualian dari berbagai keadaan yang
mungkin membingungkan pemeriksaan
lanjutan dari korteks atau fungsi jaringan otak
Working Diagnosis
• Untuk mendiagnosis kematian otak, maka
diperlukan beberapa elemen penting, berupa :
– Kerusakan batang korteks yang luas, yang ditunjukan
dengan keadaan koma yang dalam (pasien tidak
responsif terhadap semua jenis rangsangan yang
diberikan)
– Kerusakan menyeluruh batang otak, yang ditunjukan
dengan pupil yang tidak bereaksi terhadap cahaya dan
hilangnya refleks okulovestibular dan kornea
– Kerusakan medulla yang disebabkan oleh apnea
komplet
Differential Diagnose
• Persistent Vegetative State (PVS)
Terdapat perbedaan antara kematian batang otak dan PVS , dimana
dapat terjadi setelah cedera luas ke otak. Orang dengan PVS akan
menunjukkan keadaan terjaga (mata mereka terbuka, sebagai
contoh) tapi tidak merespon sekitarnya. Namun, perbedaan penting
dari PVS dan kematian batang otak adalah pasien dengan PVS tetap
mempunyai fungsi otak yang normal

• Beberapa jenis ketidaksadaran dapat muncul pada pasien PVS


– Seorang pasien PVS masih dapat bernafas tanpa bantuan
– Seorang pasien PVS mempunyai sedikit kesempatan untuk pulih
karena fungai utama dari jaringan otak biasanya tidak berpengaruh,
sedangkan pasien dengan kematian batang otak tidak memiliki
kesempatan untuk pulih karena tubuh tidak dapat hidup tanpa
bantuan alat
Differential Diagnosis
• Locked-in syndrome adalah suatu keadaan
yang terjadi de-ferentasi motorik supranuklear
tertentu (pons) yang mengakibatkan paralise
ke empat anggota gerak dan saraf kranial
bawah, tanpa gangguan kesadaran. Palalisa
motorik volunter ini yang menghambat pasien
untuk berkomunikasi dengan kata-kata atau
gerakan tubuh (seperti terkunci di dalam atau
locked-in).
Etiologi
• Kematian otak merupakan suatu keadaan
yang terjadi sebagai akibat dari terhentinya
aliran darah serebral sebagai hasil dari
hilangnya fungsi otak secara global.
Sementara itu untuk mempertahankan
pernapasan digunakan alat dan dilakukan
pompa jantung terus menerus, kerusakan otak
jenis ini merupakan sama dengan kematian
Etiologi
• Kematian batang otak dapat terjadi saat suplai
darah dan oksigen ke otak dihentikan. Hal ini
dapat terjadi karena:
– Cardiac arrest – ini terjadi saarjantung berhenti
berdetak dan otak kekuarngan oksigen
– Heart attack, kegawatdaruratan medis yang serius
dapat terjadi saat suplai darah ke jantung tiba-tiba
diblock
– Stroke, kegawatdaruratan medis yang serius terjadi
saat gangguan suplai darah ke otak
– Pembekuan darah, terjadi sumbatan pada salah satu
pembuluh darah yang mengganggu dan menghambat
aliran darah ke seluruh tubuh.
Etiologi
• Kematian batang otak dapat juga terjadi
sebagai hasil dari :
– Cedera otak yang berat
– Infeksi. Seperti ensefalitis (infeksi virus dari otak)
– Tumor otak (pertumbuhan sel abnormal yang
multiple, tidak dapat dikontrol dalam otak).
Patofisiologi

Status
dekompensasi,
kerusakan otak
Dibawah 3 menit
irreversibel terjadi
kerusakan
reversibel dan
terjadi proses
Berhentinya suplai kompensasi
darah, nutrisi &
oksigen ke otak

Peningkatan
Tekanan intra
kranial, gangguan
suplai nutrisi,
trauma/cedera
kepala, syok.
Manifestasi Klinis
• Manifestasi berikut terkadang tampak dan tidak boleh
diinterpretasikan sebagai bukti fungsi batang otak:
• Gerakan spontan ekstremitas selain dari respon fleksi atau
ekstensi patologis
• Gerakan mirip bernafas (elevasi dan aduksi bahu,
lengkungan punggung, ekspansi interkosta tanpa volume
tidal yang bermakna)
• Berkeringat, kemerahan, takikardi
• Tekanan darah normal tanpa dukungan farmakologis, atau
peningkatan mendadak tekanan darah
• Tidak-adanya diabetes insipidus
• Refleks tendo dalam, refleks abdominal superfisial, respon
fleksi triple
• Refleks babinski
Penatalaksanaan
• prinsip penganan secara umum harus dengan segera
dilakukan walaupun diagnosis penyebab masih belum
ditegakan, sebagaimana terhadap kasus darurat bisa
dimulai dengan patokan ABC (airway breathing,
circulation).
• Pertama perlu pembebasan jalan napas dan
memelihara jalan napas penderita dengan mengatur
posisi kepala, pemasangan endotracheal tube dan
sebagainya, diperlukan juga pemberian oksigen yang
adekuat.
• Langkah berikutnya adalah usaha mencari penyebab
serta mencegah kemungkinan terjadinya komplikasi.
Penatalaksanaan
• Oksigenasi
• Pemeliharaan Sirkulasi
• Penurunan TIK

Anda mungkin juga menyukai