Anda di halaman 1dari 22

Makalah

Askep Ganguan Persarafan (Stroke Iskemik)


D
I
S
U
S
U
N
Oleh :
Kelompok 10
Psik 3.4
Melinda 17.11.114
Mina Uli Arta Aritonang 17.11.120
Putra Deas 17.11.149
Rizka Elfida 17.11.161
Salfiani 17.11.247
Yuli Yastri Sri Gajah 17.11.260
Dosen Pengampu:
Ns. Rostiodertina Girsang, M.Kep

FAKULTAS KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
INSTITUT KESEHATAN DELI HUSADA DELITUAT.A
2019/2020
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Stroke adalah penyebab kematian tersering ketiga pada orang dewasa di Amerika
Serikat. Angka kematian setiap tahun akibat stroke baru atau rekuren adalah lebih dari 200ribu.
Di Amerika Serikat perempuan membentuk lebih dari separuh kasus stroke yang meninggal,
lebih dari dua kali dari jumlah perempuan yang meninggal akibat kanker payudara. Empat juta
orang Amerika mengalami deficit neurologic akibat storke. Kemungkinan meninggal adalah
30-35%, dan kemungkinan kecacatan mayor pada yang selamat adalah 35-40% (Price dan
Wilson, 2006). Di dunia, stroke menempati urutan kedua setelah penyakit jantung, baru
kemudian diikuti oleh kanker sebagai urutan ketiga.
Melihat fenomena di atas, storke merupakan penyakit yang menjadi momok bagi
manusia. Selain itu, stroke menyerang dengan tiba-tiba. Orang yang menderita stroke sering
tidak menyadari bahwa dia terkena stroke. Tiba-tiba saja, penderita merasakan dan mengalami
kelainan seperti lumpuh pada sebagian sisi tubuhnya (hemiplegia), bicara pelo, pandangan
kabur, dan lain sebagainya tergantung bagian otak mana yang terkena.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Stroke adalah terjadinya kerusakan pada jaringan yang disebabkan berkurangnya aliran
darah ke otak/retaknya pembuluh darah yang menyuplai darah ke otak dengan berbagai sebab
yang ditandai dengan kelumpuhan sensorik atau motorik tubuh sampai dengan terjadinya
penurunan kesadaran.
Stroke Iskemik (penyumbatan pembuluh darah) adalah stroke yang terjadi apabila salah
satu cabang dari pembuluh darah otak mengalami penyumbatan, sehingga bagian otak yang
seharusnya mendapat suplai darah dari cabang pembuluh darah tersebut, akan mati karena tidak
mendapatkan suplai oksigen dan aliran darah sebagaimana seharusnya.

2.2 Etiologi
Stroke biasanya diakibatkan oleh :
1. Trombosis (bekuan darah didalam pembuluh darah otak atau leher)
2. Embolisme Serebral (bekuan darah atau material lain yang dibawa ke otak dari bagian
tubuh yang lain)
3. Iskemia (penurunan aliran darah ke area otak)
4. Hemoragi Serebral (pecahnya pembuluh darah serebral dengan pendarahan ke dalam
jaringan otak atau ruang sekitar otak)

2.3 Tanda dan Gejala


1. Gejala stroke sementara (sembuh dalam beberapa menit/jam)
 Sakit kepala secara tiba-tiba, pusing, bingung
 Penglihatan kabur atau kehilangnya ketajaman penglihatan pada satu atau kedua mata
 Kehilangan keseimbangan (limbung), lemah
 Rasa kebal atau kesemutan pada sisi tubuh
2. Gejala stroke ringan
 Mengalami beberapa atau semua gejala stroke sementara
 Kelemahan/kelumpuhan tangan/kaki
 Bicara tidak jelas
3. Gejala stroke berat (sembuh/mengalami perbaikan dalam beberapa bulan/tahun, atau tidak
bisa sembuh sama sekali)
 Mengalami beberapa atau semua gejala stroke sementara dan ringan
 Koma jangka pendek (kehilangan kesadaran)
 Kelemahan/kelumpuhan tangan/kaki
 Bicara tidak jelas/hilangnya kemampuan bicara
 Sukar menelan
 Kehilangan kontrol terhadap pengeluaran air seni dan fases
 Kahilangan daya ingat dan konsentrasi
 Terjadi perubahan perilaku misalnya : bicara tidak menentu, mudah marah, tingkah laku
seperti anak kecil, dan lain-lain.

2.4 Pahway
2.5 Manifestasi Klinik
1. Defisit motorik yang umum
a. Hemiparesis atau hemiplegia
b. Disartria
c. Disfagia
2. Defisit sensori yang umum
a. Defisit fisual
b. Hilang respon terhadap sensasi superfisial
c. Hilang respon terhadap propriresepsi
d. Defisit perseptual
3. Defisit bahasa
4. Defisit Intelektual
5. Defisit Emosional
6. Disfungsi kandung kemih
7. Disfungsi usus

2.6 Komplikasi
Ada 3 komplikasi utama:
1. Vasospasme
2. Hidrosefalus
3. DisritmiPenatalaksanaan
Tindakan medis terhadap pasien stroke meliputi :
1. Diuretik untuk menurunkan edema serebral yang mencapai tingkat maksimum 3-5 hari
setelah infark serebral
2. Antikoagulan dapat diresepkan untuk mencegah terjadinya/memberatnya trimbosis atau
embolisasi dari tempat lain dalam sistem kardiovaskuler
3. Medikasi anti trombosit dapat diresepkan karena trombosit memainkan peran sangat
penting dalam pembentukan trombus dan embolisasi
4. Memberikan obat tertentu yang berfungsi menghancurkan bekuan darah (misal:
striptokinase atau plasminogen jaringan) diberikan dalam waktu 3 jam setelah timbulnya
stroke, hal ini dapat mencegah dan memulihkan kelumpuhan dan gejala lainnya
5. Monitol atau kortikosteroid untuk mengurangi pembengkakan dan tekanan didalam otak
pada penderita stroke akut
6. Respirator diberikan pada penderita stroke yang sangat berat untuk mempertahankan
pernapasan yang adekuat
7. Terapi psikis atau obat-obatan diberikan setelah serangan stroke yang biasanya terjadi
perubahan suasana hati (terutama depresi)

2.7 Pencegahan
Pencegahan stroke iskemik adalah memungkinkan pendekatan yang paling baik.
Langkah-langkah yang dilakukan untuk mencegah stroke antara lain :
1. Pengendalian hipertensi
2. Mencegah kolesterol tinggi
3. Mengendalikan dan mengatur makan dan minum
4. Jangan mengkonsumsi alkohol
5. Hindari memakai obat-obatan terlarang (kokain)
6. Hidari merokok
7. Hindari kontrasepsi oral
8. Kurangi makan-makanan yang berlemak, kolentrol, dan terlalu manis
9. Hindari kontrasepsi oral (khususnya disertai hipertensi, merokok dan kadar estrogen
tinggi)

2.8 Pemeriksaan Penunjang


1. CT Scan merupakan pemeriksaan baku emas untuk membedakan infark dengan
pendarahan.
2. Sken resonasi magnetik (MRI) lebih sensitif dari CT Scan dalam mendeteksi infark
serebri dini dan infark batang otak
3. Ekokardiografi untuk mendeteksi adanya sumber emboli dari jantung. Pada
pasien, ekokardiografi transtorakal sudah memadai. Ekokardiografi transesofageal
memberikan hasil yang lebih mendetail, terutama kondisi atrium kiri dan arkus aorta,
serta lebih sensitif untuk mendeteksi trombus mural atau vegetasi katup.
4. Ultrasonografi Doppler Karotis diperlukan untuk menyingkirkan stenosis karotis yang
simtomatis serta lebih dari 70% yang merupakan indikasi untuk enarterektomi karotis.
5. Ultrasonografi Doppler Transkranial dapat dipakai untuk mendiagnosis oklusi atau
stenosis arteri intrakranial besar. Gelombang intrakanial yang abnormal dan pola aliran
kolateral dapat juga dipakai untuk menentukan apakan suatu stenosis pada leher
menimbulkan gangguan hemodinamik yang bermakna.
6. Angiografi resonansi magnetik dapat dipakai untuk mendiagnosis stenosis atau oklusi
arteri ekstrakranial atau intrakranial.
7. Pemantauan Holter dapat dipakai untuk mendeteksi fibrilasi atrium intermiten.

2.9 Prognosis
Prognosis penyakit tergantung tingkat keparahan lesi pada otak. Semakin parah dan
luas kerusakan, semakin jelek prognosisnya. Pada stroke terdapat fenomena plastisitas otak,
dimana bagian otak yang tidak terkena serangan dapat berperan menggantikan fungsi bagian
otak yang rusak. Namun begitu, fungsi tersebut tidak sesempurna fungsi pada bagian aslinya.

2.10 Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
Data dasar yang dikaji pada klien dengan gangguan system persy arafan Stroke
Haemorrhagic adalah :
 Aktivitas/ Istirahat
Gejala : Merasa kesulitan untuk melakukan aktivitas karena kelemahan, kehilangan
sensasi atau paralisis ( hemiplegia ).
Merasa mudah lelah, susah untuk beristirahat ( nyeri/kejang otot ).
Tanda : Gangguan tonus otot ( flaksid, spastis ), paralitik ( hemiplegia ) dan terjadi
kelemahan umum.
Gangguan penglihatan.
Gangguan tingkat kesadaran.
 Sirkulasi
Gejala : Adanya penyakit jantung, polisitemia, riwayat hipotensi posturnal.
Tanda : Hipertensi Arterial sehubungan dengan adanya embolisme/ malformasi vaskular.
Nadi : frekuensi dapat bervariasi.
Disritmia, perubahan EKG
Desiran pada waktu karotis, femoralis dan arteri iliaka/aorta yang abnormal.
 Integritas ego
Gejala : Perasaan tidak berdaya, perasaan putus asa.
Tanda : Emosi yang labil dan ketidaksiapan untuk marah, sedih dan gembira.
Kesulitan untuk mengekspresikan diri.
 Eliminasi
Gejala : Perubahan pola berkemih, seperti : inkontinensia urine, anuria.
Distensi abdomen, bising usus negatif.
 Makanan/ Cairan
Gejala : Nafsu makan hilang.
Mual muntah selama fase akut ( peningkatan TIK ).
Kehilangan sensasi ( rasa kecap ) pada lidah, pipi dan tengkorak.
Disfagia.
Adanya riwayat diabetes, peningkatan lemak dalam darah.
Tanda : Kesulitan menelan.
 Neurosensori
Gejala : Sinkope/ pusing.
Sakit kepala
Kelemahan/kesemutan/kebas.
Penglihatan menurun.
Sentuhan : hilangnya rangsang sensorik kontralateral pada ekstremitas dan kadang-kadang
pada ipsilateral.
Gangguan rasa pengecapan dan penciuman.
Tanda : Status mental/tingkat kesadaran : koma ( haemorrhagic ), tetap sadar ( non
haemorrhagic ) gangguan tingkah laku, gangguan fungsi kognitif (penurunan memori,
pemecahan masalah).
Ekstremitas : kelemahan/ paralisis.
Pada wajah terjadi paralisis atau parese.
Afasia.
Kehilangan kemampuan untuk mengenali/menghayati masuknya rangsang visual,
pendengaran, taktil ( agnosia ), seperti gangguan kesadaran terhadap citra tubuh,
kewaspadaan, kelalaian terhadap bagian tubuh yang terkena, gangguan persepsi.
Kehilangan kemampuan menggunakan motorik saat pasien ingin menggerakkannya.
Ukuran/ reaksi pupil tidak sama, dilatasi atau miosis pupil ipsilateral.
Kekakuan nukal.
Kejang.
 Nyeri/Kenyamanan
Gejala : Sakit kepala dengan intensitas yang berbeda-beda.
Tanda : Tingkah laku yang tidak stabil, gelisah, ketegangan pada otot/fasia.
 Pernafasan
Gejala : Merokok ( faktor resiko ).
Tanda : ketidakmampuan menelan/ batuk/ hambatan jalan nafas. Timbulnya pernafasan
sulit dan tidak teratur. Suara nafas terdengar/ ronki ( aspirasi sekresi ).
 Keamanan
Gejala : Motorik/ Sensorik : masalah dengan penglihatan
Perubahan persepsi terhadap orientasi tempat tubuh (stroke kanan),kesulitan untuk
melihat objek dari sisi kiri.
Tidak mampu mengenali objek, warna, kata dan wajah yang pernah dikenalnya dengan
baik.
Gangguan berespon terhadap panas dan dengan dingin/ gangguan regulasi suhu tubuh.
Kesulitan dalam menelan, tidak mampu memenuhi kebutuhan nutrisi sendiri.
Gangguan dalam memutuskan, perhatian sedikit terhadap keamanan, tidak sabar/ kurang
kesadaran diri ( stroke kanan ).
 Interaksi Sosial
Gejala : Masalah bicara, ketidakmampuan untuk berkomunikasi.
 Penyuluhan/ Pembelajaran
Gejala : Adanya riwayat hipertensi pada keluarga, stroke ( faktor risiko ); pemakaian
kontrasepsi oral, kecanduan alkohol ( faktor risiko ).
 Pertimbangan Rencana Pemulangan
DRG menunjukkan rerata lama dirawat : 7,3 hari.
Mungkin memerlukan obat/ penanganan terapeutik. Bantuan dalam hal transportasi,
penyiapan makanan, perawatan diri dan tugas-tugas rumah, mempertahankan kewajiban.
2. Diagnosa Keperawatan
Dx I : Perubahan perfusi jaringan serebral b/d gangguan oklusif, haemorrhagic, vasospasme
serebral, edema serebral, d/d perubahan tingkat kesadaran, kehilangan memori, perubahan
dalam respon motorik/ sensorik, gelisah defisit sensori, bahasa, intelektual, dan emosi,
perubahan tanda-tanda vital.
Tujuan : Perfusi jaringan serebral kembali normal
K. H. : - Dapat mempertahankan tingkat kesadaran, fungsi kognitif dan motorik/sensorik
membaik.
Menunjukkan tanda-tanda vital yang stabil.
Tidak ada kekambuhan defisit ( sensori, bahasa, intelektual dan emosi ).

Intervensi Rasional
- Pantau/ catat status - Mengetahui kecenderungan tingkat
neurologist sesering mungkin kesadaran dan potensial peningkatan
dan bandingkan dengan TIK dan mengetahui lokasi, luas dan
keadaan normalnya kemajuan/ resolusi kerusakan SPP.
- Pantau tanda-tanda vital - Variasi mungkin terjadi oleh karena
tekanan/ trauma serebral pada daerah
vasomotor otak.
- Evaluasi pupil, catat ukuran, - Reaksi pupil diatur oleh saraf kranial
bentuk, kesamaan, dan okulomotor (III) dan berguna dalam
reaksinya terhadap cahaya. menentukan apakah batang otak tersebut
masih baik.
- Kaji fungsi-fungsi yang lebih - Perubahan dalam isi kognitif dan bicara
tinggi, seperti fengsi bicara jika merupakan indikator dari gangguan
pasien sadar. serebral.
- Letakkan kepala dengan posisi - Menurunkan tekanan arteri dan
agak ditinggikan dan dalam peningkatan drainase dan perfusi
posisi anatomis. serebral.
- Berikan oksigen sesuai - Menurunkan hipoksia yang dapat
indikasi. menyebabkan vasodilatasi serebral.

Dx II : Kerusakan mobilitas fisik b/d kelemahan, parestesia, kerusakan perceptual/


kognitif d/d ketidakmampuan bergerak, kerusakan kordinasi, keterbatasan rentang gerak,
penurunan kekuatan/ kontrol otot.
Tujuan : Mobilitas fisik kembali normal
K. H. : - Dapat meningkatkan kekuatan dan fungsi tubuh yang terkena.
Klien dapat menunjukkan teknik/ prilaku yang memungkinkan melakukan aktivitas.
Dapat mempertahankan integritas kulit.
Intervensi Rasional
- Kaji kemampuan secara - Mengedentifikasi kekuatan/ kelemahan
fungsional melalui skala dan dapat memberikan informasi
aktivitas ( 0-4 ) mengenai pemulihan.
- Ubah posisi minimal setiap 2 - Menurunkan resiko terjadinya trauma/
jam iskemia jaringan ( dekubitus ).
- Lakukan latihan gerak aktif - Meminimalkan atrofi otot, meningkatkan
dan pasif pada semua sirkulasi, membantu mencegah kontraktur.
ekstremitas
- Tinggikan tangan dan - Perubahan dalam isi kognitif dan bicara
kepala. merupakan indikator dari gangguan
serebral.
- Meningkatkan aliran balik vena dan
- Alasi kursi duduk atau membantu mencegah edema.
tempat tidur dengan busa atau
balon air. - Mencegah/ menurunkan tekanan
- Berikan tempat tidur dengan koksigeal/ kerusakan kulit.
matras bulat.

Dx III : Kurang pengetahuan mengenai kondisi dan pengobatan b/d keterbatasan kognitif,
kesalahan interpretasi informasi, kurang mengingat, tidak mengenal sumber-sumber
informasi d/d meminta informasi, pernyataan kesalahan informasi.
Tujuan : Klien memiliki pengetahuan kondisi dan pengobatan.
K. H. : - Klien tidak tampak meminta informasi lagi mengenai kondisi penyakit
dan pengobatan.
Tampak dari pernyataan klien bahwa ia memiliki informasi yang benar.

Intervensi Rasional
- Diskusi keadaan patologis - Membantu dalam membangun harapan
yang khusus dan kekuatan pad yang realistis dan mengingatkan
individu. pemahaman terhadap keadaan dan
kebutuhan saat ini.
- Tinjau ulang keterbatasan saat - Meningkatkan pemahaman, meberikan
ini dan diskusikan rencana harapan pada masa datang dan
melakukan aktivitas kembali. menimbulkan harapan dari keterbatasan
hidup secara normal.
- Tinjau ulang pengobatan yang - Merupakan suatu hal yang penting
diberikan. pada kemajuan pemulihan komplikasi.
- Diskusikan rencana untuk - Berbagai tingkat bantuan mungkin
memenuhi kebutuhan diperlukan berdasarkan pada kebutuhan
perawatan diri. secara individual.
- Berikan instruksi dan jadwal - Memberikan pengetahuan visual dan
mengenai aktivitas, pengobatan sumber rujukan setelah sembuh.
dan faktor-faktor penting
lainnya.
BAB III
KASUS ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian
1. Identitas Pasien
Nama : Tn. R S Tanggal Masuk RS : 17 Juni 2014
Umur : 59 thn Tanggal pengkajian : 24 Juni 2014
Alamat : Caleu Sumber informasi : Ny. R
Keluarga terdekat yang dihubungi : Istri klien
Status perkawinan : Kawin
Agama : Islam Pendidikan : SMP
Suku : Aceh Pekerjaan : IRT
Pendidikan : SMA Alamat : Caleue
Pekerjaan : Wiraswasta
Lama bekerja : 30 tahun
2. Status kesehatan saat ini
a. Alasan kunjungan/keluhan utama : penurunan kesadaran, kelemahan
b. Faktor pencetus : adanya riwayat hipertensi.
c. Lamanya keluhan : 1 hari sebelum masuk RS
d. Timbulnya keluhan : [ ] Bertahap
1. [√ ] Mendadak
e. Faktor yang memperberat : jika klien mengalami peningkatan TD
f. Upaya yang dilakukan untuk mengatasinya : Oleh orang lain : di bawa ke RS
g. Diagnosa Medik : Stroke iskemik : tanggal 17 Juni 2014
3. Riwayat Kesehatan Yang Lalu
a. Penyakit yang pernah dialami.
1. Kanak–kanak : batuk, demam.
2. Kecelakaan : Klien tidak pernah mengalami kecelakaan
3. Pernah dirawat penyakit : Sebelumnya klien pernah dirawat di RS Materna, dengan keluhan
hipertensi.
Waktu : 3 bulan sebelum keluhan muncul
b. Pola nutrisi :
Frekwensi makan : 3 x / hari
BB : 60 kg
Tinggi badan : 163 cm
Jenis makanan : Nasi putih, ikan, sayur.
Makanan yang disukai : Nasi goreng
Makanan pantangan : Tidak ada makanan pantangan
Nafsu makan : ( ) Baik
( ) Sedang – alasan :mual/muntah/sariawan
( √ ) Kurang – alasan : tidak nafsu makan
c. Pola Eliminasi :
1) Buang air besar
Frekwensi : 1x/hari penggunaan pencahar : -
Waktu : pagi hari
Warna : coklat
Konsistensi : Padat
2) Buang air kecil
Frekwensi : 3 – 4 x/hari
Warna : Kuning pekat
Bau : spesifik urine
d. Pola tidur dan istirahat :
Waktu tidur ( jam ) : klien tidur pada malam hari mulai jam 22.00 wib – 05.00 wib
Lama tidur/hari : 6 - 7 jam/hari
Kebiasaan pengantar tidur : -
Kesulitan dalam hal tidur : ( ) menjelang tidur
( ) Sering/mudah terbangun
( ) merasa tidak puas setelah bangun tidur
e. Pola aktivitas dan latihan :
1) Kegiatan dalam pekerjaan : memelihara bebek
2) Olahraga :
- Jenis :-
- Frekwensi :-
3) Kegiatan diwaktu luang : istirahat
4) Kesulitan/keluhan dalam hal :
( ) pergerakan tubuh
( ) mandi
( ) mengenakan pakaian
( ) bersolek
( ) berjabat
( √ ) sesak nafas setelah melakukan aktifitas
( √ ) Mudah merasa lelah
f. Pola bekerja :
1) Jenis pekerjaan : memelihara bebek Lamanya : 30 tahun
2) Jumlah jam kerja : tidak teratur Lamanya : 30 tahun
3) Jadwal kerja : pagi sampai sore hari
4) Lain – lain :-
4. Riwayat lingkungan :
Kebersihan : Lingkungan rumah selalu dibersihkan.
Bahaya : Tidak ada situasi yang dapat membayakan klien di Lingkungan rumah.
Polusi : Tidak ada polusi udara disekitar rumah klien
5. Aspek Psikososial : tak dikaji
6. Pengkajian Fisik : kesadaran koma GCS 3 TD : 148/ 84 mmhg, HR : 108 X/m,
RR : 27X/m, Temp : 37,4 ° C, saturasi 02 ; 78 %
Kepala : Bentuk : lonjong
Keluhan yang berhubungan : t.a.k
Pusing/sakit kepala : t.a.k
Mata : Ukuran pupil :anisokhor
Reaksi terhadap cahaya : ada reaksi terhadap cahayaKonjungtiva : tidak ada anemis
Hidung : t.a.k
Mulut dan tenggorokan : t.a.k
Pernafasan : Suara paru : ronki pada kedua paru
Pola nafas : irreguler
Sirkulasi : Nadi perifer : cepat dan lemah
Capilary repling : normal
Suara Jantung : lup dup
Suara jantung tambahan : murmur
Perubahan warna ( Kulit, kuku, bibir dll ) : pucat
Keadaan ekstremitas : kelemahan, agak dingin
Nutrisi : Jenis diet : sonde 2000 kalori
Intake cairan : IVFD R SOL 20 tts/i, Nacl 0,9 % 10 tts/m
Eliminasi : Cateter : 50 cc/ jam
Reproduksi : Tak dikaji
Neurologi : Tingkat kesadaran : Coma
Pola latihan gerak : ROM pasif
Kulit: Warna : sawo matang Intregitas : kurang baik
Turgor : baik
Data laboratorium :
Darah lengkap
Pemeriksaan Hasil Normal

Hb 12,5 gr/dl 12-16 gr/dl


Elektrolit darah :
Natrium 127 135 - 155
Kalium 4,0 3,6 - 5,5
Chorida 92 96 - 106

Hasil Pemeriksaan Diagnostik :


- Head CT Scan : infark didaerah basal ganglia kanan dan perifentrikuler kiri, juga tampak
mild cerebral atrofi
- Pengobatan :
 Bedrest total
 Diet sonde 2000 kalori
 IVFD RL 20 tts/I, Nacl 0,9 % 10 tts/m
 Cateter terpasang urin 50 cc/ jam
 Inj. Cefotaxime 1 gr/8jam ( 16,00,06 )
 Inj. Ranitidine 1 amp/12jam (16, 04 )
 Inj. Citicolin 1 amp/12jam (16, 04 )
 Captopril 3x 25mg ( 05, 13, 21 )
 Asam asetil salicilat 1x80mg ( 16 )

B. Analisa Data

No. Data Etiologi Masalah


1. DS : - Gangguan Perubahan
DO : oklusi perfusi
· kesadaran koma, GCS 3 jaringan
· Vital sign : TD : 148/ 84 mmhg, HR : cerebral
108 x/m, RR : 27x/m, Temp : 37,4 ° C
· Saturasi 02 : 78 %
· Sungkup O2 terpasang 8 ltr/m
· Hasil Ct scan : infark didaerah basal
ganglia kanan dan perifentrikuler kiri,
juga tampak mild cerebral atrofi
2. DS : - Kelemahan, Resiko tinggi
DO : penurunan terhadap
· tingkat kesadaran koma,GCS:3 kesadaran kerusakan
· bedrest total integritas kulit
3. DS : -
DO : Kurang Kurang
· keluarga sering bertanya tentang informasi pengetahuan
penyakit dan prosedur pengobatan

C. Diagnosa Keperawatan

1. Perubahan perfusi jaringan cerebral b/dermis gangguan oklusi d/d kesadaran


koma GCS 3, TD : 148/ 84 mmhg, HR : 108X/m,RR :27X/m, Temp :37,4 ° C, saturasi
02 ; 78 %, sungkup o2 terpasang 8 ltr/m, hasil Ct scan : infark didaerah basal gangli
kanan dan perifentrikuler kiri, juga tampak mild cerebral atrofi
2. Resiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit b/d kelemahan d/d tingkat
kesadaran koma, bedrest total
3. Kurang pengetahuan b/d kurang informasi d/d keluarga sering bertanya tentang
penyakit dan prosedur pengobatan

D. Rencana Keperawatan
Nama : Tn. R S
Umur : 59 thn
Diagnosa medis : Stroke iskemik
Ruangan : A4

No Tujuan/ kriteria Rencana keperawatan


Diagnosa keperawatan
hasil Intervensi Rasional
1. Perubahan perfusi jaringan cerebral Tujuan : Mandiri
b/dermis gangguan oklusi d/d Perfusi jaringan · Kaji/ pantau tingkat status· Mengetahui kecenderun
kesadaran koma GCS 3, TD : 148/ cerebral kembali neurologi. kesadaran
84 mmhg, HR : 108X/m,RR :27X/m, normal · Pantau tanda- tanda vital · Variasi mungkin terjadi
Temp :37,4 ° C, saturasi 02 ; 78 %, KH : tanda- tekanan pada daerah vasomo
sungkup o2 terpasang 8 ltr/m, hasil tamda vital · Evaluasi pupil dan catat· Reaksi pupil berguna untu
Ct scan : infark didaerah basal gangli dalam batas ukuran, bentuk dan reaksi apakah batang otak masih
terhadap cahaya tidak
kanan dan perifentrikuler kiri, juga normal, GCS· Letakkan kepala pada· Menurunkan tekanan a
tampak mild cerebral atrofi normal posisi agak ditinggikan dan meningkatkan drainase dan
dalam posisi anatomis sirkulasi/ perfusi serebral

Kolaborasi
· Berikan 02 sesuai indikasi · Menurunkan hipoksia

· Berikan obat
- anti hipertensi (Captopril),· Membantu vasodilatasi pem
- anti trombosit.(asam acetil· Mencegah pembekuan saat
salicilat)
· Berikan infuse (RL dan· Mempertahankan volume s
Nacl 0,9 %)

Mandiri
2. · Ubah posisi setiap 2 jam · Menurunkan resiko terja
Resiko tinggi terhadap kerusakan iskemia jaringan yang dapa
integritas kulit b/d kelemahan Tujuan : kerusakan pada kulit ( dekub
d/d tingkat kesadaran koma, bedrest Kerusakan · Lakukan latihan rentang· Meningkatkan sirkulasi d
total integritas kulit gerak pasif mencegah kontraktur
tidak terjadi · Tinggikan tangan dan· Meningkatkan aliran balik
KH : kulit tetap kepala
utuh, dekubitus· Bantu dalam pemenuhan· Untuk memenuhi kebutu
tidak terjadi ADL (makan minum, membantu mencegah
BAB/BAK, mandi) kelembaban kulit

Mandiri
3. · Diskusikan keadaan· Meningkatkan pemaham
patologis yang dialami klien keadaan dan kebutuhan saat
Kurang pengetahuan b/d kurang Keluarga · Diskusikan rencana untuk· Berbagai tingkat bantu
informasi d/d keluarga sering memiliki memenuhi kebutuhan klien diperlukan berdasarakan p
bertanya tentang penyakit dan pengetahuan · Berikan penjalasan secara individual
prosedur pengobatan tentang penyakit mengenai prosedur· Merupakan suatu hal yang
dan pengobatan perawatan dan pengobatan kemajuan pemulihan kompli
Kh : keluarga
mengerti tentang
penyakit dan
pengobatan
E. Catatan Perkembangan

NAMA PASIEN : Tn.RS Dx. MEDIS : STROKE ISKHEMIK


UMUR : 59 THN RUANGAN : A4

NO.Dx TGL/ JAM IMPLEMENTASI EVALUASI


KEP
24 Juni 2014

I 08.00 · Mengkaji / memantau tingkat S: -


status neurologi. O:kesadaran koma
08.15 · Memantau tanda- tanda vital ( GCS 3 ), vital sign
08.30 · Mengevaluasi pupil dan 90/ 60 mmhg,
mencatat ukuran, bentuk dan HR:92X/m,
reaksi terhadap cahaya RR:21X/m,
08.40 · Meletakkan kepala pada Temp:37,4°C,
posisi agak ditinggikan dan Saturasi 02 ; 71
dalam posisi anatomis %
A:masalah perfusi
Kolaborasi Jaringan belum
08.50 · Memberikan 02 sesuai indikasi teratasi
· Memberikan obat P: intervensi
09.00 - anti hipertensi (Captopril), dilanjutkan
09.00 - anti trombosit.(asam acetil
salicilat)
09.15 · Memberikan infuse (RL dan
Nacl 0,9 %)
S:
II 09.30 · Mengubah posisi O:tidak tampak
09.40 · Melakukan latihan rentang adanya kerusakan
gerak pasif integritas kulit
10.00 · Meninggikan tangan dan A:masalah belum
12.00 kepala terjadi
· Membantu dalam pemenuhan P:intervensi
ADL (makan minum, dilanjutkan
BAB/BAK, mandi)
S: keluarga
III 12.30 · Mendiskusikan keadaan memiliki
patologis yang dialami klien pengetahuan yang
12.50 · Mendiskusikan rencana untuk cukup mengenai
memenuhi kebutuhan klien penyakit dan
13.00 · Memberikan penjelasan pengobatan
mengenai prosedur perawatan O:mau mengikuti
dan pengobatan instruksi
A:masalah teratasi
P:observasi
selanjutnya

25 Juni 2014 S: -
I 08.00 · Mengkaji / memantau tingkat O:kesadaran koma
status neurologi. ( GCS 3 ), vital sign
08.15 · Memantau tanda- tanda vital 90/ 60 mmhg,
08.30 · Mengevaluasi pupil dan HR:92X/m,
mencatat ukuran, bentuk dan RR:21X/m,
reaksi terhadap cahaya Temp:37,4°C,
08.40 · Meletakkan kepala pada Saturasi 02 ; 71 %
posisi agak ditinggikan dan A:masalah perfusi
dalam posisi anatomis Jaringan belum
teratasi
Kolaborasi P: intervensi
08.50 · Memberikan 02 sesuai indikasi dilanjutkan
· Memberikan obat
09.00 - anti hipertensi (Captopril),
09.00 - anti trombosit.(asam acetil
salicilat)
09.15 · Memberikan infuse (RL dan
Nacl 0,9 %) S:
O:tidak tampak
II 09.30 · Mengubah posisi adanya kerusakan
09.40 · Melakukan latihan rentang integritas kulit
gerak pasif A:masalah belum
10.00 · Meninggikan tangan dan terjadi
12.00 kepala P:intervensi
· Membantu dalam pemenuhan dilanjutkan
ADL (makan minum,
BAB/BAK, mandi)
S: -
26 Juni 2014 O:kesadaran koma
· Mengkaji / memantau tingkat ( GCS 3 ), vital sign
I 08.00 status neurologi. 90/ 60 mmhg,
· Memantau tanda- tanda vital HR:92X/m,
08.15 · Mengevaluasi pupil dan RR:21X/m,
08.30 mencatat ukuran, bentuk dan Temp:37,4°C,
reaksi terhadap cahaya Saturasi 02 ; 71 %
A:masalah perfusi
08.40 Jaringan belum
· Meletakkan kepala pada teratasi
posisi agak ditinggikan dan P: intervensi
dalam posisi anatomis dilanjutkan

08.50 Kolaborasi
· Memberikan 02 sesuai indikasi
09.00 · Memberikan obat S:
09.00 - anti hipertensi (Captopril), O:tidak tampak
- anti trombosit.(asam acetil adanya kerusakan
09.15 salicilat) integritas kulit
· Memberikan infuse (RL dan A:masalah belum
Nacl 0,9 %) terjadi
II 09.30 P:intervensi
09.40 · Mengubah posisi dilanjutkan
· Melakukan latihan rentang
10.00 gerak pasif
12.00 · Meninggikan tangan dan
kepala
· Membantu dalam pemenuhan
ADL (makan minum,
BAB/BAK, mandi)
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Stroke adalah penyakit serebrovaskular mangacu pada setiap gangguan
neurologic mendadak yang terjadi akibat pembatasan atau terhentinya aliran darah
melalui system suplai arteri otak.
2. Stroke iskemik bisa trombotik atau embolik. Pasien pada kasus di atas
menderita stroke iskemik dengan sebab utamanya adalah arteriosklerosis.
3. Factor risiko terjadinya stroke : hipertensi, makan makanan berlemak, merokok,
kurang olahraga, genetic, dan lain-lain.
4. Gejala stroke tergantung bagian otak mana yang terkena. Pada pasien di atas,
bagian otak yang terkena adalah area motorik kiri sehingga mengalami kelumpuhan
anggota gerak sebelah kiri. Kemungkinan sedikit area broca sehingga pasien kesulitan
berbicara.
B. Saran
Jika memiliki factor risiko terjadinya stroke, sebaiknya rajin memeriksakan dan
konsultasi dengan dokter agar dapat mencegah serangan stroke yang membahayakan.
Pencegahan yang terbaik ada pada pola hidup pasien sendiri, jika berpola hidup sehat, maka
risiko terkena stroke lebih kecil.
DAFTAR PUSTAKA

Budianto, Anang. 2005. Guidance to Anatomy III (revisi). Surakarta: Keluarga Besar Asisten Anatomi
FKUNS.
Mardjono dan Sidharta. 2008. Neurologi Klinis Dasar. Cetakan ke-12. Jakarta: Dian Rakyat.
Price dan Wilson. 2006. Patofisiologi: Konsep Klinis Prose-Proses Penyakit. Ed: 6. Jakarta: EGC.
Sidharta, Priguna. 2008. Neurologi Klinis dalam Praktik Umum. Cetakan ke-6. Jakarta: Dian Rakyat.
Sidharta, Priguna. 2008. Tata Pemeriksaan Klinis dalam Neurologi. Cetakan ke-6. Jakarta: Dian Rakyat.
Silbernagl dan Lang. 2007. Teks dan Atlas Berwarna Patofisiologi. Jakarta: EGC.
Snell, Richard S. 2007. Neuroanatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran. Ed : 5. Jakarta: EGC.
Untuk lebih lengkap makalahnya bisa kunjungi kami di : RAYYA_NET alamat : Jalan
Lingkar Keuniree Lewat Kampus Teknik Unigha Sigli Kab. Pidie Provinsi Aceh.

Anda mungkin juga menyukai