Anda di halaman 1dari 16

TEXT BOOK READING KEMATIAN BATANG OTAK

Disusun oleh: Ario Sabrang (G1A209133)

Dokter Pembimbing: Dr. Untung Gunarto, Sp.S

PENDAHULUAN
Secara tradisional mati dapat didefinisikan secara sederhana yaitu berhentinya ketiga sistem penunjang kehidupan sistem syaraf pusat, jantung dan paru secara permanent ( permanent cessation of life) ini yang disebut sebagai mati klinis atau mati somatis. Tetapi dengan ditemukannya respirator maka disusunlah kriteria diagnostik baru yang berdasarkan pada konsep brain death is death. Kemudian konsep inipun diperbaharui menjadi brain steem death is death

DEFINISI

Mati adalah keadaan henti nafas.Henti sirkulasi disertai dengan berhentinya aktifitas otak yang masih besifat sementara atau bisa dikoreksi (Reveresibel). Kematian otak atau batang otak adalah kehilangan fungsi batang otak secara menyeluruh dan Penghentian ireversibel semua fungsi otak disebut mati otak (MO). Penghentian total sirkulasi ke otak normotermik selama lebih dari 10 menit tidak kompatibel dengan kehidupan jaringan otak. Jadi penghentian fungsi jantung mengakibatkan MO dalam beberapa menit, sedangkan penghentian fungsi otak mengakibatkan kehilangan fungsi jantung dalam beberapa jam atau hari. Tiga tanda utama manifestasi kematian batang otak adalah koma dalam, hilangnya seluruh refleks batang otak, dan apnea .

ETIOLOGI

Penyebab kematian otak termasuk trauma, perdarahan intrakranial, hipoksia, overdosis obat, tenggelam, tumor otak primer, meningitis, pembunuhan dan bunuh diri. Dalam kepustakaan lain, hipoglikemia jangka panjang disebut sebagai penyebab kematian otak. Penentuan kematian otak sangat tergantung dari gejala klinis dan hasil laboratorium. Secara klinis, seseorang dinyatakan mati otak jika semua keadaan berikut ditemukan:

Tidak ada respirasi spontan (tidak dapat menghirup napas sendiri). Pupil dilatasi dan terfiksir (mata midriasis, tidak ada reaksi terhadap cahaya). Tidak ada respon terhadap stimulus noksius Semua anggota tungkai flaksid (tidak ada pergerakan, tanpa tonus otot dan hilangnya aktivitas refleks pada tangan ataupun kaki). Tidak ada tanda-tanda aktivitas batang otak:

Bola mata terfiksasi dalam orbita. Tidak ada refleks kornea. Tidak ada respon terhadap tes-tes kalori.

PATOFISIOLOGI

Peningkatan hebat tekanan intrakranial (TIK) yang disebabkan perdarahan atau edema otak. Jika TIK meningkat mendekati tekanan darah arterial, kemudian tekanan perfusi serebral (TPS) mendekati nol, maka perfusi serebral akan terhenti dan kematian otak terjadi.Darah ke otak yang terhenti untuk tiga menit dapat menimbulkan perubahan-perubahan yang bersifat irreversibel Jika jumlah darah yang mengalir ke dalam otak regional tersumbat secara parsial, maka daerah yang bersangkutan langsung menderita karena kekurangan oksigen. Daerah tersebut dinamakan daerah iskemik 1) tekanan perfusi yang rendah, 2) PO2 turun, 3) CO2 dan asam laktat tertimbun

KRITERIA MATI OTAK

Sehubungan dengan dibutuhkannya konsep kematian otak, maupun metode terstruktur suatu diagnosis, beragam kriteria telah diterbitkan. Beberapa diantaranya: Kriteria Harvard kunci diagnosis tersebut adalah: 1.Tidak bereaksi terhadap stimulus noksius yang intensif (unresponsive coma). 2.Hilangnya kemampuan bernapas spontan. 3.Hilangnya refleks batang otakdan spinal. 4.Hilangnya aktivitas postural seperti deserebrasi. 5.EEG datar.

Kriteria Minnesota
elemen kunci kriteria Minnesota adalah:

1.Hilangnya respirasi spontan setelah masa 4 menit pemeriksaan. 2.Hilangnya refleks otak yang ditandai dengan: pupil dilatasi, hilangnya refleks batuk, refleks kornea dan siliospinalis, hilangnya dolls eye movement, hilangnya respon terhadap stimulus kalori dan hilangnya refleks tonus leher. 3.Status penderita tidak berubah sekurangkurangnya dalam 12 jam, dan 4.Proses patologis yang berperan dan dianggap tidak dapat diperbaiki.

Pertimbangan utama dalam mendiagnosis kematian otak adalah sebagai berikut: 1) Hilangnya fungsi serebral, 2)Hilangnya fungsi batang otak termasuk respirasi spontan, 3) bersifat ireversibel Hilangnya fungsi serebral ditandai dengan berkurangnya pergerakan spontan dan berkurangnya respon motorik dan vokal terhadap seluruh rangsang visual, pendengaran dan kutaneus. Refleks-refleks spinalis mungkin saja ada.

Untuk menegakkan diagnosis kematian otak,ada beberapa pemeriksaan kematian batang otak A.Garis Besar Tanpa pergerakan spontan, kejang atau gerakan badan lainnya. Tanpa respon terhadap jenis rangsang nyeri apa pun (misalnya menggosok sternum, penekanan pada kuku jari, penekanan dengan jarum) pada daerah distribusi nervus kranialis. Hilangnya refleks-refleks batang otak. Pasien bernapas dengan napas bantuan. Uji apnea menunjukkan hilangnya pernapasan spontan. Menyingkirkan kemungkinan keadaan eksaserbasi. Memastikan kondisi pasien akan kerusakan struktur otak yang tidak dapat diperbaiki. Memastikan bahwa bukti-bukti klinis tidak berubah dengan peninjauan kembali 2 sampai 24 jam kemudian.

Daftar B Uji Terhadap Hilangnya Refleks-refleks Batang Otak Pupil terfiksasi dan dilatasi, tanpa respon langsung atau tidak langsung terhadap cahaya. Hilangnya refleks kornea. Hilangnya respon vestibulo-okuler terhadap rangsang air dingin (cold calories). Hilangnya refleks batuk. Hilangnya respon terhadap kateter yang ditempatkan dalam endotracheal tube ke dalam trakea. Hilangnya fenomena dolls eye.

Daftar C Uji Apnea


Sesuaikan setting ventilator untuk memelihara PaCO2 berkisar 40 mmHg. Pra-oksigenasi dengan O2 100% selama 10 menit. Diskoneksi dari ventilator. Berikan 100% O2 melalui kateter trakea dengan aliran 6 l/m. Monitoring O2 saturasi dengan pulse oxymetri. Ukur PaCO2 setelah 5 menit lalu setelah 8 menit jika PaCO2 tidak melebihi 60 mmHg, hubungkan kembali penderita dengan ventilator. Pemutusan hubungan dengan ventilator tidak boleh melebihi 10 menit pada satu kali pemeriksaan.
Tes apnea positif jika tidak ada usaha bernafas dengan PaCO2 < 60 mmHg.

Daftar D Menyingkirkan Kemungkinan Kondisi Tambahan Pengaruh obat-obatan depresan susunan saraf pusat (mis. barbiturat, benzodiazepin, narkotik). Hipotermia suhu rata-rata (mis. suhu esophagus, rektal) di bawah 32,2 derajat Celcius (900 F). Gangguan elektrolit (mis. hiponatremia, asidosis metabolik). Lanjutan blokade neuromuskuler setelah peemberian agen penghambat neuromuskuler (tinjau kembali daftar pemberian anestetik dan riwayat ICU; periksa dengan stimulator saraf; balikkan efek agen tersebut dengan neostigmin).

Jika kriteria klinis kematian telah ditemukan, seseorang tidak dapat ditetapkan mati otak hingga dokter memastikan tidak ada obat bius (mis. kodein, domerol, morfin, kokain, heroin) dan tidak ada obat-obatan barbiturat (mis. fenobarbital, sekobarbital, nembutal, amytal) yang telah diberikan 24 jam sebelumnya dan bahwa kematian otak telah ditunjukkan melalui salah satu dari studi diagnostik berikut: 1.Angiogram serebral (injeksi larutan kontras ke dalam arteri leher untuk melihat arteri di otak pada film X-ray), menunjukkan tidak ada penetrasi larutan ke dalam arteri otak. 2.Scan aliran darah serebral (scan kepala setelah injeksi substansi radioaktif yang aman secara intravena) memperlihatkan tidak ada aliran darah di otak. 3.Dua kali EEG (elektroensefalogram atau uji gelombang otak) pada interval 24 jam menunjukkan tidak ada aktivitas listrik dari otak, mis. EEG datar atau isoelektrik.

KESIMPULAN

Batang otak dilihat dari fungsi merupakan pusat fungsi otonom untuk kontrol jantung dan pernafasan, sehingga adanya kerusakan dari batang otak akan menyebabkan organ jantung dan paru, tidak akan dapat bekerja lagi secara otonom dengan normal. Kematian batang otak telah didiagnosis berdasarkan kriteria klinis antara lain melalui uji refleks batang otak seperti refleks pupil, kornea, okulovestibuler, dan refleks motorik.

Anda mungkin juga menyukai