Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kematian batang otak didefinisikan sebagai hilangnya seluruh fungsi otak,termasuk fungsi batang
otak, secara ireversibel. Tiga tanda utama manifestasi kematian batang otak adalah koma dalam,
hilangnya seluruh refleks batang otak, dan apnea.

Seorang pasien yang telah ditetapkan mengalami kematian batang otak berarti secara klinis dan
legal-formal telah meninggal dunia. Hal ini seperti dituangkan dalam pernyataan IDI tentang mati, yaitu
dalam Surat Keputusan PB IDI No.336/PB IDI/a.4 tertanggal 15 Maret 1988 yang disusulkan dengan
Surat Keputusan PB IDI No.231/PB.A.4/07/90. Dalam fatwa tersebut dinyatakan bahwa seorang
dikatakan mati,bila fungsi pernafasan dan jantung telah berhenti secara pasti atau irreversible, atau
terbukti telah terjadi kematian batang otak.

Dengan adanya kriteria kematian otak, seseorang dapat ditetapkan meninggalsecara sah atau legal,
bahkan jika jantung masih terus berdenyut oleh bantuan alat pendukung kehidupan.adapun negara
pertama di dunia yang mengadopsi istilah mati otaksebagai defenisi mati yang sah adalah finlandia pada
tahun 1971. Di amerika serikat,kansas kemudian membuat hukum yang serupa.

Permasalahan mendiagnosis kematian otak menjadi semakin penting akhir-akhir ini karena semakin
sulitnya menentukan pada pasien dengan kerusakan otak apakah kerusakan tersebut memungkinkan
untuk dapat bertahan hidup secara layak dengan bantuan alat pernapasan dan dengan peralatan
pendukung lainnya, dan yang kedua karena sulitnya menjawab pertanyaan untuk menentukan kapan
dapat disimpulkan bahwa lesi serebral tersebut ireversibel sehingga kematian dapat dipastikan segera
dan berbagai persiapan dapat dilakukan untuk memindahkan organ-organ yang masih
bermanfaat,khususnya ginjal untuk transplantasi pada pasien yang lain.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa definisi mati batang otak?

2. Bagaimana etiologi mati batang otak?

3. Bagaimana patofisiologi mati batang otak?

4. Bagaimana kriteria mati batang otak?

5. Bagaimana pemeriksaan diagnostik mati batang otak?

6. Bagaimana penatalaksanaan mati batang otak?

7. Bagaimana prognosis mati batang otak?


1.3 Tujuan Penulisan

Tujuan Khusus Mahasiswa diharapkan mampu:

a. Menjelaskan tentang definisi mati batang otak

b. Menjelaskan tentang etiologi mati batang otak

c. Menjelaskan tentang patofisiologi mati batang otak

d. Menjelaskan tentang kriteria mati batang otak

e. Menjelaskan tentang pemeriksaan diagnostik mati batang otak

f. Menjelaskan tentang penatalaksanaan mati batang otak

g. Menjelaskan tentang prognosis mati batang otak

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Kematian batang otak didefinisikan sebagai hilangnya seluruh fungsi otak, termasuk fungsi batang otak,
secara ireversibel. Tiga tanda utama manifestasi kematian batang otak adalah koma dalam, hilangnya
seluruh refleks batang otak, dan apnea.

Pada panduan Australian and New Zealand Intensive Care Society (ANZICS) yang dipublikasikan
pada tahun 1993, kematian otak didefinisikan sebagai berikut: Istilah kematian otak harus digunakan
untuk merujuk pada berhentinya semua fungsi otak secara ireversibel. Kematian otak saat terjadi
hilangnya kesadaran yang ireversibel, dan hilangnyarespon refleks batang otak dan fungsi pernapasan
pusat secara ireversibel, atau berhentinya aliran darah intrakranial secara ireversibel”. (Hing-yu, 1994).

Menurut kriteria Komite Ad Hoc Harvard tahun 1968, kematian otak didefinisikan oleh beberapa hal.
Yang pertama, adanya otak yang tidak berfungsi lagi secara permanen,yang ditentukan dengan tidak
adanya resepsi dan respon terhadap rangsang, tidak adanya pergerakan napas, dan tidak adanya refleks-
refleks, yakni respon pupil terhadap cahaya terang, pergerakan okuler pada uji penggelengan kepala dan
uji kalori, refleks berkedip,aktivitas postural (misalnya deserebrasi), refleks menelan, menguap, dan
bersuara, reflekskornea, refleks faring, refleks tendon dalam, dan respon terhadap rangsang plantar.
Yang kedua adalah data konfirmasi yakni eeg yang iselektris.kedua tes tersebut dilakukan ulang 24 jam
setelah tes pertama, tanpa adanya hipotermia (suhu kurang dari 32,2o c) atau depresan sistem saraf
pusat seperti barbiturat.penentuan tersebut harus dilakukan oleh seorang dokter. (Mernoff, 2009).
Menurut Uniform Determination of Death Act , yang dikembangkan oleh National Conference of
Commissionerson Uniform State Laws, President’s Commission For The Study of Ethical Problems In
Medicineand Biomedicaland Behavioral Research , seseorang dinyatakan mati otak apabila mengalami
(1) terhentinya fungsi sirkulasi dan respirasi secara ireversibel, dan (2), terhentinya semua fungsi otak
secara keseluruhan, termasuk batang otak, secara ireversibel. (Mernoff, 2009)

Terhentinya fungsi sirkulasi dan respirasi dinilai dari tidak adanya denyut jantung dan usaha napas, serta
pemeriksaan ekg dan uji apnea.terhentinya fungsi otak dinilai dari adanya keadaan koma serta hilangnya
fungsi batang otak berupa absennya refleks-refleks.Menurut panduan yang digunakan di amerika,
kematian otak didefinisikan sebagai hilangnya semua fungsi otak secara ireversibel, termasuk batang
otak.tiga temuan penting dalam kematian otak adalah koma, hilangnya refleks batang otak, dan apnea
( New YorkState Department of Health, 2005)

2.2 Etiologi

Kematian otak ditandai dengan koma, apneu dan hilangnya semua refleks batang otak.Penyebab
umum kematian otak termasuk trauma, perdarahan intrakranial, hipoksia, infeksi,ensefalopati
metabolic, ensefalopati metabolic, hipoksemua, iskemia, overdosis obat,tenggelam, tumor otak primer,
meningitis, pembunuhan dan bunuh diri. Dalam kepustakaan lain, hipoglikemia jangka panjang disebut
sebagai penyebab kematian otak.

Faktor yang mempengaruhi

Kondisi berikut dapat mempengaruhi diagnosis klinis kematian batang otak,sedemikian rupa sehingga
hasil diagnosis tidak dapat dibuat dengan pasti hanya berdasarkan pada alasan klinis sendiri. Pada
keadaan ini pemeriksaan konfirmatifdirekomendasikan :

1) Trauma spinal servikal berat atau trauma fasial berat

2) Kelainan pupil sebelumnya

3) Level toksis beberapa obat sedatif, aminoglikosida, anti depresan trisiklik,antikolinergik, obat
antiepilepsi, agen kemoterapi,atau agen blokade neuromuskular

4) Sleep apneu atau penyakit paru berat yang mengakibatkan retensi kronis CO2.

Penentuan kematian otak sangat tergantung dari gejala klinis dan hasil laboratorium.Secara klinis,
seseorang dinyatakan mati otak jika semua keadaan berikut ditemukan:

1. Tidak ada respirasi spontan (tidak dapat menghirup napas sendiri).

2. Pupil dilatasi dan terfiksir (mata midriasis, tidak ada reaksi terhadap cahaya)

3. Tidak ada respon terhadap stimulus noksius (rangsang nyeri tidak disertai kedipan mata, tanpa mimik
meringis, tanpa gerakan anggota tubuh manapun).
4. Semua anggota tungkai flaksid (tidak ada pergerakan, tanpa tonus otot dan hilangnya aktivitas refleks
pada tangan ataupun kaki).

5. Tidak ada tanda-tanda aktivitas batang otak:

a. Bola mata terfiksasi dalam orbita.

b. Tidak ada refleks kornea.

c. Tidak ada respon terhadap tes-tes kalori.

d. Tidak ada refleks muntah atau batuk.

2.3 Patofisiologi

Patofisiologi penting terjadinya kematian otak adalah peningkatan hebat tekanan intrakranial (TIK)
yang disebabkan perdarahan atau edema otak. Jika TIK meningkat mendekati tekanan darah arterial,
kemudian tekanan perfusi serebral (TPS) mendekati nol,maka perfusi serebral akan terhenti dan
kematian otak terjadi (Lazar, 2001).

Aliran darah normal yang melalui jaringan otak pada orang dewasa rata-rata sekitar 50 sampai 60
mililiter per 100 gram otak per menit. Untuk seluruh otak, yang kira-kira beratnya 1200 – 1400 gram
terdapat 700 sampai 840 ml/menit. Penghentian aliran darah ke otak secara total akan menyebabkan
hilangnya kesadaran dalam waktu 5 sampai 10 detik. Hal ini dapat terjadi karena tidak ada pengiriman
oksigen ke sel-sel otak yang kemudian langsung menghentikan sebagian metabolismenya. Aliran darah
ke otak yang terhenti untuk tiga menit dapat menimbulkan perubahan-perubahan yang bersifat
irreversibel (Guyton 1996).

Sedikitnya terdapat tiga faktor metabolik yang memberi pengaruh kuat terhadap pengaturan aliran
darah serebral. Ketiga faktor tersebut adalah konsentrasi karbon dioksida,konsentrasi ion hidrogen dan
konsentrasi oksigen. Peningkatan konsentrasi karbon dioksida maupun ion hidrogen akan meningkatkan
aliran darah serebral, sedangkan penurunan konsentrasi oksigen akan meningkatkan aliran (wilson,
1994).

Faktor-faktor iskemia dan nekrotik pada otak oleh karena kurangnya aliran oksigen ke otak
menyebabkan terganggunya fungsi dan struktur otak, baik itu secara reversibel dan ireversibel.
Percobaan pada binatang menunjukkan aliran darah otak dikatakan kritis apabila aliran darah otak
23/ml/100mg/menit (Normal 55 ml/100mg/menit).

Jika dalam waktu singkat aliran darah otak ditambahkan di atas 23 ml, maka kerusakan fungsi otak
dapat diperbaiki. Pengurangan aliran darah otak di bawah 8-9 ml/100 mg/menit akan menyebabkan
infark, tergantung lamanya. Dikatakan hipoperfusi jika aliran darah otak diantara 8 dan 23 ml/100
mg/menit.Jika jumlah darah yang mengalir ke dalam otak regional tersumbat secara parsial,maka
daerah yang bersangkutan langsung menderita karena kekurangan oksigen. Daerah tersebut dinamakan
daerah iskemik. Di wilayah itu didapati: 1) tekanan perfusi yang rendah,2) PO2 turun, 3) CO2 dan asam
laktat tertimbun. Autoregulasi dan kelola vasomotor dalam daerah tersebut bekerja sama untuk
menanggulangi keadaan iskemik itu dengan mengadakan vasodilatasi maksimal (Guntheret al., 2011).

Pada umumnya, hanya pada perbatasan daerah iskemik saja bisa dihasilkan vasodilatasi kolateral,
sehingga daerah perbatasan tersebut dapat diselamatkan dari kematian. Tetapi pusat dari daerah
iskemik tersebut tidak dapat teratasi oleh mekanisme autoregulasi dan kelola vasomotor. Di situ akan
berkembang proses degenerasi yang ireversibel. Semua pembuluh darah dibagian pusat daerah iskemik
itu kehilangan tonus,sehinga berada dalam keadaan vasoparalisis. Keadaan ini masih bisa diperbaiki,
oleh karena sel-sel otot polos pembuluh darah bisa bertahan dalam keadaan anoksik yang cukup
lama.Tetapi sel-sel saraf daerah iskemik itu tidak bisa tahan lama. Pembengkakan sel dengan
pembengkakan serabut saraf dan selubung mielinnya (udem serebri) merupakan reaksi degeneratif dini.
Kemudian disusul dengan diapedesis eritosit dan leukosit. Akhirnya sel-sel saraf akan musnah. Yang
pertama adalah gambaran yang sesuai dengan keadaan iskemik dan yang terakhir adalah gambaran
infark (Guyton 1996).

Adapun pada hipoglikemia, mekanisme yang terjadi sifatnya umum. Hipoglikemia jangka panjang
menyebabkan kegagalan fungsi otak. Berbagai mekanisme dikatakan terlibat dalam patogenesisnya,
termasuk pelepasan glutamat dan aktivasi reseptor glutamat neuron, produksi spesies oksigen reaktif,
pelepasan Zinc neuron, aktivasi poli (ADP-ribose) polymerase dan transisi permeabilitas mitokondria
(Cryer, 2007)

Phatway

2.4 Kriteria Mati Batang Otak

1. Prakondisia.

a. Keadaan klinis saat ini tidak disebabkan oleh obat-obat depresan sistem saraf pusat.

b. Pasien dengan ventilator atas indikasi respirasi spontan yang tidak adekuat: efekobat-obat
penghambat neuromuskular harus disingkirkan.

c. Hipotermia dan gangguan metabolik berat bukanlah merupakan penyebab utamakondisi pasien saat
ini.
2. Tesa.

a. Tidak ada respon pupil terhadap cahaya.

b. Tidak ada refleks kornea.

c. Tidak ada refleks vestibulo-okular.

d. Tidak ada reflek muntah atau respons terhadap pengisapan trakea.

e. Tidak ada respons motorik pada daerah nervus kranial terhadap rangsang nyeri,misalnya tekanan
supraorbita.

f. Tidak ada gerakan pernafasan ketika ventilator dilepaskan.

Tes harus dilaksanakan oleh dua orang dokter, yang keduanya memiliki keahlia nyang tepat dan
satu atau keduanya adalah dokter konsultan. Tes harus dilakukan dengan interval, kematian dipastikan
pada waktu tes kedua dilakukan, dengan asumsi tidak adanya bukti fungsi batak otak yang terdeteksi.

Penetapan waktu kematian pasien adalah pada saat dinyatakan mati batang otak, bukan saat
ventilator dilepas dari mayat atau jantung berhenti berdenyut.

Terapi bantuan hidup yang dapat dihentikan atau ditunda hanya tindakan yang bersifat terapeutik
dan/atau perawatan yang bersifat luar biasa (extra-ordinary),meliputi:

1) Rawat di intensive care unit

2) Resusitasi jantung paru

3) Pengendalian disritmia

4) Intubasi trakea

5) Ventilasi mekanis

6) Obat vasoaktif

7) Nutrisi parenteral

8) Organ artifisial

9) Transplantasi

10) Transfusi darah

11) Monitoring invasif

12) bAntibiotika
13) Tindakan lain yang ditetapkan dalam standar pelayanan kedokteran.

Terapi bantuan hidup yang tidak dapat dihentikan atau ditunda meliputi oksigen,nutrisi enteral dan
cairan kristaloid.

2.5 Pemeriksaan Diagnostik

Diagnosis kematian batang otak merupakan diagnosis klinis. Tidak diperlukan pemeriksaan lain apabila
pemeriksaan klinis termasuk pemeriksaan refleks batang otak dantes apnea dapat dilaksanakan secara
adekuat. Beberapa pasien dengan kondisi tertentu seperti cedera servikal atau kranium, instabilitas
kardiovaskular, atau faktor lain yang menyulitkan dilakukannya pemeriksaan klinis untuk menegakkan
diagnosis kematian batang otak, perlu dilakukan tes konfirmatif. Pemilihan tes konfirmatif yang akan
dilakukan sangat tergantung pada pertimbangan praktis, mencakup ketersediaan, kemanfaatan, dan
kerugian yang mungkin terjadi. Beberapa tes konfirmatif yang biasa dilakukan antara lain:

1. Angiography (conventional, computerized tomographic, magnetic resonance, danradionuclide) :


kematian batang otak ditegakkan apabila tidak terdapat pengisian intraserebral (intracerebral filling)
setinggi bifurkasio karotis atau sirkulus Willisi.

2. Elektroensefalografi (EEG) : kematian batang otak ditegakkan apabila tidak terdapat aktivitas elektrik
setidaknya selama 30 menit.

3. Nuclear brain scanning : kematian batang otak ditegakkan apabila tidak terdapat ambilan (uptake)
isotop pada parenkim otak dan atau vasculature, bergantung teknikisotop (hollow skull phenomenon).

4. Somatosensory evoked potentials : kematian batang otak ditegakkan apabila tidak terdapat respon
N20-P22 bilateral pada stimulasi nervus medianus.

Transcranial doppler ultrasonography : kematian batang otak ditegakkan oleh adanya puncak sistolik
kecil (small systolic peaks) pada awal sistolik tanpa aliran diastolik(diastolic flow) atau reverberating
flow, mengindikasikan adanya resistensi yang sangat tinggi (very high vascular resistance) terkait adanya
peningkatan tekanan intrakranial yang besar.

2.6 Penatalaksanaan

Tidak ada lagi yang dapat dilakukan pada pasien dengan mati otak (Jacobalis, 1997).Pasien dengan mati
otak adalah manusia yang sudah mati, Brain death is death. Mati adalah kematian batang otak,
sekalipun elektrokardiografi masih menunjukkan ritme normal (Indries, 1997).Jika semua kriteria mati
otak sudah terpenuhi, maka ventilator dan alat pendukung hidup lainnya dapat dilepas. Dengan begitu,
dokter dan rumah sakit tidak dituntut melakukan pembunuhan. Untuk negara dengan tindakan
transpalntasi yang telah berkembang pesat, diagnosis mati otak diusahakan secepat mungkin agar organ
yang ada pada pasien tersebut dapat digunakan untuk keperluan transplantasi calon resepien(Jacobalis,
1997).

2.7 Prognosis
Dengan memperhatikan penyebab koma, dan kecepatan onset nya, pengujian untuk tujuan
mendiagnosa kematian pada batang otak alasan kematian mungkin tertunda melampaui tahap di mana
refleks batang otak mungkin tidak ada hanya sementara - karena aliran darah otak tidak memadai untuk
mendukung fungsi sinaptik meskipun masih ada aliran darah yang cukup untuk menjaga sel-sel otak
hidup dan mampu pemulihan. Ada baru- baru ini diperbarui minat kemungkinan perlindungan neuronal
selama fase ini dengan menggunakan hipotermia moderat dan oleh koreksi kelainan neuro endokrin
sering terlihat ditahap awal ini.

Penelitian yang diterbitkan pasien yang memenuhi kriteria untuk kematian batang otak didiagnosis
dengan cara yang sama) catatan bahwa bahkan jika ventilasi dilanjutkan setelah diagnosis, jantung
berhenti berdenyut hanya dalam beberapa jam atau hari. Namun, ada beberapa yang selamat dalam
jangka panjang dan perlu dicatat bahwa manajemen ahli dapat menjaga fungsi tubuh otak wanita mati
hamil cukup lama untuk membawa mereka ke suatu waktu.

Pengelolaan pasien dinyatakan meninggal pada pemenuhan kriteria kematian batang otak
tergantung pada alasan untuk mendiagnosis kematian atas dasar itu. Jika tujuannya adalah untuk
mengambil organ dari tubuh untuk transplantasi, ventilator dihubungkan kembali dan langkah-langkah
pendukung kehidupan yang terus, mungkin intensif, dengan penambahan prosedur yang dirancang
untuk melindungi organ-organ yang diinginkan sampai mereka dapat dihapus. Jika tidak, ventilator yang
tersisa terputus pada konfirmasi kurangnya respon pusat pernapasan.

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Kematian batang otak didefinisikan sebagai hilangnya seluruh fungsi otak, termasuk fungsi batang
otak, secara ireversibel. Tiga tanda utama manifestasi kematian batang otak adalah koma dalam,
hilangnya seluruh refleks batang otak, dan apnea.

Menurut kriteria Komite Ad Hoc Harvard tahun 1968, kematian otak didefinisikan oleh beberapa hal.
Yang pertama, adanya otak yang tidak berfungsi lagi secara permanen, yang ditentukan dengan tidak
adanya resepsi dan respon terhadap rangsang, tidak adanya pergerakan napas, dan tidak adanya refleks-
refleks, yakni respon pupil terhadap cahaya terang, pergerakan okuler pada uji penggelengan kepala dan
uji kalori, refleks berkedip,aktivitas postural (misalnya deserebrasi), refleks menelan, menguap, dan
bersuara, reflekskornea, refleks faring, refleks tendon dalam, dan respon terhadap rangsang plantar.
Yang kedua adalah data konfirmasi yakni eeg yang iselektris.kedua tes tersebut dilakukan ulang 24 jam
setelah tes pertama, tanpa adanya hipotermia (suhu kurang dari 32,2o c) atau depresan sistem saraf
pusat seperti barbiturat.penentuan tersebut harus dilakukan oleh seorang dokter. (Mernoff, 2009)

B. Saran

Berdasarkan apa yang telah dipaparkan diatas maka kita sebagai praktisi klinis diharapkan dapat
memahami keadaan mati batang otak dan dapat menegakkan diagnosis mati batang otak secara tepat
sehingga diharapkan nantinya bila kita menemukan kasus ini kita dapat memberikan penanganan yang
tepat kepada penderita

DAFTAR PUSTAKA

Black, Joyce M.,et al.2014.Keperawatan Medikal Bedah Manajemen Klinis Untuk HasilYang Diharapkan
Edisi Bahasa Indonesia Edisi 8 Buku 2. St. Louis : Elsevier

Kathryn L. McCance, et al. 2010. Pathophysiology: Biologic Basis for Disease in Adults and Children.
Missouri: Mosby Elsevier.

Mardjono Mahar, Sidharta Priguna. Neurologi klinis dasar . Jakarta Dian Rakyat.2011. Hal.280Wilson LM.
Sistem saraf dalam Patofisiologi konsep klinis proses-proses penyakit, Edisi 2.Jakarta. EGC.2009. Hal.902

Anda mungkin juga menyukai