Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakangan Masalah
Keadaan darurat yang mengancam nyawa bisa terjadi sewaktu-waktu dan di mana pun.
Salah satu keadaan/ancaman manusia yang harus dikenali oleh penolong adalah mati, walau
pada dasarnya keadaan ini merupakan keadaan yang terakhir yang ingin dihadapi oleh
seorang penolong. Dalam makalah ini akan dibahas jenis-jenis kematian dan tanda seseorang
dapat dikatakan sudah mati.

1.2Rumusan Masalah
Tujuan umum dalam penyusunan tugas makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu
tugas mata kuliah KDM II.

1.3 Tujuan Masalah


Mengetahui tentang jenis-jenis kematian

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definis Mati
Salah satu kondisi manusia yang harus diketahui dan dikenali oleh seorang pelaku
Pertolongan Pertama adalah MATI, walaupun pada dasarnya keadaan ini meupakan keadaan
yang terakhir yang ingin dihadapi oleh seorang penolong.
1. Dalam Istilah kedokteran dikenal dua istilah untuk mati yaitu : MATI KLINIS dan MATI
BIOLOGIS.
Mati Klinis
Korban dinyatakan MATI KLINIS bila pada saat melakukan pemeriksaan korban,
penolong tidak menemukan adanya pernafasan dan denyut nadi yang berarti sistem
pernafasan dan sistem sirkulasi darah terhenti.
Pada beberapa keadaan penanganan yang baik masih memberikan kesempatan kedua bagi
sistem tersebut untuk berfungsi kembali (reversible). Korban masih memiliki kesempatan
sekitar 4 - 6 menit sebelum kerusakan otak mulai terjadi. Bila tidak segera diatasi maka
akan terjadi mati biologis.
Mati Biologis
MATI BIOLOGIS berarti kematian sel, yaitu karena terganggunya pasokan oksigen dan
zat makanan ke sel-sel yang menyusun jaringan tersebut akan mati dan jaringan tersebut
akan terganggu. Mati biologis ini bersifat menetap (irreversible), tidak akan bisa pulih
kembali.
Masing-masing sel dan jaringan memiliki daya tahan yang berbeda-beda sebelum
mengalami mati biologis. Pada manusia kematian biologis paling cepat terjadi pada selsel otak, yaitu berkisar 8 - 10 menit setelah henti jantung.
Mati biologis (kematian semua organ) selalu mengikuti mati klinis bila tidak dilakukan
resusitasi jantung paru (RJP) atau bila upaya resusitasi dihentikan. Mati biologis
merupakan proses nekrotisasi semua jaringan, dimulai dengan neuron otak yang menjadi
nekrotik setelah kira-kira 1 jam tanpa sirkulasi, diikuti oleh jantung, ginjal, paru dan hati
yang menjadi nekrotik selama beberapa jam atau hari.
Pada kematian, seperti yang biasa terjadi pada penyakit akut atau kronik yang berat,
denyut jantung dan nadi berhenti pertama kali pada suatu saat, ketika tidak hanya jantung,
tetapi organisme secara keseluruhan begitu terpengaruh oleh penyakit tersebut sehingga
tidak mungkin untuk tetap hidup lebih lama lagi. Upaya resusitasi pada kematian normal
seperti ini tidak bertujuan dan tidak berarti.
2. Henti Jantung
Henti jantung (cardiac arrest) berarti penghentian tiba-tiba kerja pompa jantung pada
organisme yang utuh atau hampir utuh. Henti jantung yang terus berlangsung sesudah
jantung pertama kali berhenti mengakibatkan kematian dalam beberapa menit. Dengan
perkataan lain, hasil akhir henti jantung yang berlangsung lebih lama adalah mati mendadak
2

(sudden death). Diagnosis mati jantung (henti jantung ireversibel) ditegakkan bila telah ada
asistol listrik membandel (intractable, garis datar pada EKG) selama paling sedikit 30 menit,
walaupun telah dilakukan RJP dan terapi obat yang optimal.
3. Mati Serbal
Mati serebral (kematian korteks) adalah kerusakan ireversibel (nekrosis) serebrum, terutama
neokorteks. Mati otak (MO, kematian otak total) adalah mati serebral ditambah dengan
nekrosis sisa otak lainnya, termasuk serebelum, otak tengah dan batang otak.
4. Mati Sosial
Mati sosial (status vegetatif yang menetap, sindroma apalika) merupakan kerusakan otak berat
ireversibel pada pasien yang tetap tidak sadar dan tidak responsif, tetapi mempunyai
elektroensefalogram (EEG) aktif dan beberapa refleks yang utuh. Ini harus dibedakan dari mati
serebral yang EEGnya tenang dan dari mati otak, dengan tambahan ketiadaan semua refleks saraf
otak dan upaya nafas spontan. Pada keadaan vegetatif mungkin terdapat daur sadar-tidur.
5. Mati somatis
Terjadi akibat terhentinya fungsi ketiga sistem penunjang kehidupan, yaitu
susunan saraf pusat, sistem kardiovaskuler dan sistem pernafasan secara
menetap (ireversibel).Secara klinis tidak ditemukan refleks-refleks, EEG
mendatar, nadi tidak teraba, denyut jantung tidak terdengar, tidak ada gerakan
pernafasan dan suara pernafasan tidak terdengar pada auskultasi.

6. Mati suri
Mati suri (near-death experience (NDE), suspend animation, apparent death)
adalah terhentinya ketiga sistem penunjang kehidupan yang ditentukan oleh
alat kedokteran sederhana.Dengan alat kedokteran yang canggih masih dapat
dibuktikan bahwa ketiga sistem tersebut masih berfungsi.Mati suri sering
ditemukan pada kasus keracunan obat tidur, tersengat aliran listrik dan
tenggelam.
7. Mati seluler (mati molekuler)
Adalah kematian organ atau jaringan tubuh yang timbul beberapa saat setelah
kematian somatis.Daya tahan hidup masing-masing organ atau jaringan
berbeda-beda, sehingga terjadinya kematian seluler pada tiap organ atau
jaringan tidak bersamaan.Pengertian ini penting dalam transplantasi organ.
Sebagai gambaran dapat dikemukakan bahwa susunan saraf pusat mengalami
mati seluler dalam empat menit, otot masih dapat dirangsang (listrik) sampai
kira-kira dua jam paska mati dan mengalami mati seluler setelah empat jam,
dilatasi pupil masih terjadi pada pemberian adrenalin 0,1 persen atau
penyuntikan sulfas atropin 1 persen kedalam kamera okuli anterior, pemberian
pilokarpin 1 persen atau fisostigmin 0,5 persen akan mengakibatkan miosis
hingga 20 jam paska mati.
Kulit masih dapat berkeringat sampai lebih dari 8 jam paska mati dengan cara
menyuntikkan subkutan pilokarpin 2 persen atau asetil kolin 20 persen,
spermatozoa masih dapat bertahan hidup beberapa hari dalam epididimis,

kornea masih dapat ditransplantasikan dan darah masih dapat dipakai untuk
transfusi sampai enam jam pasca-mati.

2.2 Tanda seseorang bisa dikatakan mati


Bila fungsi jantung dan paru berhenti, kematian sistemik atau kematian
sistem tubuh lainnya terjadi dalam beberapa menit, dan otak merupakan organ
besar pertama yang menderita kehilangan fungsi yang ireversibel, karena alasan
yang belum jelas. Organ-organ lain akan mati kemudian.
Sesudah tahun 1960 an, dengan penggunaan ventilasi buatan dan cara-cara bantuan lain pada
kasus-kasus kerusakan otak akibat trauma atau sebab lain, bila kemudian kerusakan ini terbukti
ireversibel, jantung kadang-kadang dapat terus berdenyut selama 1 pekan atau lebih, atau bahkan sampai
14 hari, dengan sebagian besar otak mengalami dekomposisi. 9 Dengan kondisi seperti ini jantung dapat
terus berdenyut sampai 32 hari (pada seorang anak umur 5 tahun). 6
Penghentian ireversibel semua fungsi otak disebut mati otak (MO). Penghentian total sirkulasi ke
otak normotermik selama lebih dari 10 menit tidak kompatibel dengan kehidupan jaringan otak. 6 Jadi
penghentian fungsi jantung mengakibatkan MO dalam beberapa menit, sedangkan penghentian fungsi
otak mengakibatkan kehilangan fungsi jantung dalam beberapa jam atau hari.
Kebanyakan kalangan yang berwenang dalam kedokteran dan hukum sekarang ini mendefinisikan
kematian dalam pengertian MO walaupun jantung mungkin masih berdenyut dan ventilasi buatan
dipertahankan. 7Akan tetapi banyak pula yang memakai konsep MBO sebagai pengganti MO dalam
penentuan mati. 1,9 Menurut pernyataan IDI 1988, 4 seseorang dinyatakan mati bila a) fungsi spontan
pernafasan dan jantung telah berhenti secara pasti atau b) telah terbukti terjadi MBO. Secara klasis dokter
menyatakan mati berdasarkan butir a tersebut dan ini dapat dilakukan di mana saja, di dalam atau di luar
rumah sakit.
Bahwa fungsi spontan nafas dan jantung telah berhenti secara pasti, dapat diketahui setelah kita
mencoba melakukan resusitasi darurat. Pada resusitasi darurat, di mana kita tidak mungkin menentukan
MBO, seseorang dapat dinyatakan mati bila 1) terdapat tanda-tanda mati jantung atau 2) terdapat tandatanda klinis mati otak yaitu bilamana setelah dimulai resusitasi, pasien tetap tidak sadar, tidak timbul pula
nafas spontan dan refleks muntah (gag reflex) serta pupil tetap dilatasi selama 15-30 menit atau lebih,
kecuali kalau pasien hipotermik, di bawah pengaruh barbiturat atau anestesia umum. 3,4,11
Menurut Peraturan Pemerintah RI no 18 tahun 1981, 1 tentang bedah mayat klinis dan bedah mayat
anatomis serta transplantasi alat atau jaringan tubuh manusia, meninggal dunia adalah keadaan insani
yang diyakini oleh ahli-ahli kedokteran yang berwenang bahwa fungsi otak, pernafasan dan denyut
jantung seseorang telah berhenti. Menurut penulis, batasan mati ini mengandung 2 kelemahan. Yang
pertama, pada henti jantung (cardiac arrest) fungsi otak, nafas dan jantung telah berhenti, namun
sebetulnya kita belum dapat menyatakan mati karena pasien masih mungkin hidup kembali bila dilakukan
resusitasi. Yang kedua, dengan adanya kata-kata denyut jantung telah berhenti, maka ini justru kurang
menguntungkan untuk transplantasi, karena perfusi ke organ-organ telah berhenti pula, yang tentunya
akan mengurangi viabilitas jaringan/organ.

Otak merupakan pusat pengatur kegiatan seluruh tubuh manusia yang bila rusak tentu
akan berakibat pada organ atau bagian tubuh lainnya. Walaupun muncul agak lama, ada beberapa
tanda yang dapat menjadi pedoman sudah terjadi kematian pada seseorang. Tanda-tanda itu
dikenal sebagai TANDA PASTI MATI yaitu;
LEBAM MAYAT

Tanda ini terjadi akibat berkumpulnya darah yang sudah tidak beredar lagi dibagian tubuh yang
paling rendah, sebagai akibat gaya tarik bumi. Keadaan ini terjadi 20 - 30 menit setelah kematian
terlihat sebagai warna ungu sampai kebiruan pada kulit.

KAKU MAYAT
Kaku pada tubuh dan anggota gerak setelah meninggal, biasanya terjadi antara 1 - 2 jam
kemudian.
PEMBUSUKAN
Proses ini biasanya mulai timbul setelah 6 - 12 jam setelah kematian. Ditandai dengan bau yang
sangat tidak enak dan jenazah biasanya sudah membengkak. Proses ini sangat dipengaruhi
keadaan setempat seperti suhu, kelembaban dan lainnya.
TANDA LAINNYA : CEDERA MEMATIKAN
Cedera yang dimaksud adalah cedera yang bentuknya sedemikian parah sehingga hampir dapat
dipastikan penderita tersebut tidak mungkin bertahan hidup.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dalam beberapa jenis-jenis kematian terdapat 2 jenis kematian yang penting yaitu :
Mati Klinis
Tidak ditemukan adanya pernafasan dan denyut nadi. Mati klinis dapat reversible. Penderita
mempunyai kesempatan waktu selama 4 6 menit untuk dilakukan resusitasi tanpa kerusakan
otak.
Mati Biologis
Kematian sel dimulai terutama sel otak dan bersifat irreversible, biasa terjadi dalam waktu 8
10 menit dari henti jantung

3.2 Saran
Adapun saran kami kepada pembaca agar pembaca dapat mengetahui tentang jenis-jenis
kematian. Selain itu kami meyakini bahwa dalam makalah ini masih ada kesalahankesalahan. Oleh sebab itu kami memohonkan maaf dan kritikan oleh para pembaca.

DAFTAR PUSTAKA

http://www.Mati Klinis dan Mati Biologis. Pertolonganpertama


http://www.blogspot.fik@r_smile Jenis Kematian.html
http://MATI.Pertolongan-Pertama

Anda mungkin juga menyukai