Disusun Oleh :
Dimas Nando Septianto
(G3A020054)
TAHUN 2020/202
A. Definisi
Cedera kepala merupakan cedera yang meliputi trauma kulit
kepala,tengkorak, dan otak (Morton, 2012)
Berdasarkan Glassgow Coma Scale (GCS) cedera kepala atau otak dapat
dibagi menjadi 3 gradasi :
B. Etiologi
Menurut Cholik Harun Rosjidi & Saiful Nurhidayat, (2009 : 49) etiologi
cedera kepala adalah:
1. Kecelakaan lalu lintas
2. Jatuh
3. Pukulan
4. Kejatuhan benda
5. Kecelakaan kerja atau industri
6. Cedera lahir
7. Luka tembak
C. Patofisiologi
Otak dapat berfungsi dengan baik bila kebutuhan oksigen dan glukosa
dapat terpenuhi. Energi yang dihasilkan didalam sel-sel saraf hampir
seluruhnya melalui proses oksidasi. Otak tidak mempunyai cadangan oksigen,
jadi kekurangan aliran darah ke otak walaupun sebentar akan menyebabkan
gangguan fungsi. Demikian pula dengan kebutuhan oksigen sebagai bahan
bakar metabolisme otak tidak boleh kurang dari 20 mg%, karena akan
menimbulkan koma. Kebutuhan glukosa sebanyak 25 % dari seluruh
kebutuhan glukosa tubuh, sehingga bila kadar glukosa plasma turun sampai 70
% akan terjadi gejala-gejala permulaan disfungsi cerebral.
E. ASUHAN KEPERAWATAN
Pengkajian
a) Pengkajian Primer
1) Airways
Sumbatan jalan napas (ada tidaknya benda asing , darah,
bronkospasme, sputum, lendir)
2) Breathing
Apakah terdapat Sesak, sesak saat aktifitas (ringan, berat atau
istirahat)
Apakah terdapat penggunaan otot tambahan.
Berapa fekuensi pernapasan, dan irama teratur atau tidak.
Ekspansi dada ( dalam atau dangkal)
Penggunaan otot bantu nafas
Batuk (produktif atau tidak)
Sputum (warna dan konsistensi)
Bunyi napas (ronchi, creacles, wheezing, snoring)
3) Circulation
Nadi kuat atau lemah
Irama teratur atau tidak
Sirkulasi darah perifer (CRT < 3 detik) atau (> 3 detik).
Takikardi atau tidak.
TD meningkat / menurun
Gelisah
Akral dingin
Kulit pucat, sianosis
Output urine
4) Disabillity
Tingkat kesadaran ( cm, apatis, somnollen, soporocoma,koma)
Pupil (isokor, unisokor, moosis, midriasis)
Reaksi pupil terhadap cahaya (kanan: positif jika bereaksi, negatif jika
tidak ada reaksi) dan (kiri : positif jika bereaksi dan negatif jika tidak
ada reaksi).
GCS (E...M....V...)
Apakah terjadi kelumpuhan ( mulut mencong, afasia, dan disatria).
Menilai kekuatan otot ( refleks; patella, babinsky, bisep/trisep, dan
brudynsky).
5) Exposure
Apakah terdapat oedema (anasarka, lokal).
Apakah terdapat fraktur
Penilaian suhu tubuh.
b) Pengkajian sekunder
1) Riwayat alergi :
o Tidak
o Ya :..........
2) Penilaian nyeri
o Tidak
o Ya :...... (P, Q, R, S, T)
3) Resiko jatuh : □ tidak □ ya :......... □ tinggi □ sedang □ rendah
4) Identitas klien dan keluarga (penanggung jawab): nama, umur, jenis
kelamin, agama, suku bangsa, status perkawinan, alamat, golongan
darah, pengahasilan, hubungan klien dengan penanggung jawab.
5) Riwayat kesehatan :
a) Tingkat kesadaran / GCS ( < 15 )
b) Convulsi
c) Muntah
d) Dispnea / takipnea
e) Sakit kepala
f) Wajah simetris / tidak
g) Lemah
h) Luka di kepala
i) Paralise
j) Akumulasi sekret pada saluran napas
k) Adanya liquor dari hidung dan telinga
l) Kejang
m)Riwayat penyakit dahulu harusdiketahui, baik yang berhubungan
dengan sistem persarafan maupun penyakit sistemik lainnya. Riwayat
penyakit keluarga terutama yang mempunyai penyakit menular.
n) Pemeriksaan Fisik
Aspek neurologis yang dikaji adalah tingkat kesadaran, biasanya GCS
< 15, disorientasi orang, tempat dan waktu. Adanya refleks babinski
yang positif, perubahan nilai tanda-tanda vital kaku kuduk,
hemiparese. Nervus cranialis dapat terganggu bila cedera kepala
meluas sampai batang otak karena udema otak atau perdarahan otak
juga mengkaji nervus I, II, III, V, VII, IX, XII.
F. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Bulechek GM, Howard KB, and Joanne MC. Nursing Interventions Classification (NIC).
USA : Mosby Elsevier. 2004.
Wong DL, Eaton MH, Wilson D, Winkelstein ML, Schwartz P. Buku ajar keperawatan
pediatrik volume 1. Jakarta: EGC, 2008.