Anda di halaman 1dari 32

PLENO PEMICU 2

MODUL ETIKA KEDOKTERAN


AHMAD ABNAN SYAKURA
M. RAMADHAN PUTERA
AZMI NAWALIYA
NADIATURROFIQOH
AFIFAH NABILAH
NURUL KARIMA
ZAINAB ALMUHDAH
PUTRI MAYA AGUSTRIA
NADYA MARIZKA
OECY MARDIANTI
JIHADATUL KHOLILAH
PEMICU 2 (PENEMUAN TERBARU)
Tn.D (60 tahun) adalah seorang pensiunan PNS yang mengalami
non hemorrhagiccerebrovascular disease (CVD) sejak 1 tahun yang lalu.
Saat ini beliau masih memiliki gejalahemiparesis dekstra, afasia, dan
hipertensi. Beliau rutin ke dokter spesialis saraf namun tidak ada
perubahan pada penyakitnya selama setahun terakhir.
Tn. Joni (55 tahun), teman Tn.D, baru mengalami non
hemorrhagic CVD 1 bulan yang lalu dan berhasil sembuh seperti sedia
kala. Tn. Jonibercerita ke Tn. D bahwa ia berobat ke dr. X karena ia
mendengar dr. X mempunyai penemuan baru yang dijanjikan dapat
menyembuhkan pasien seperti sedia kala. Di tempat praktik dr. X banyak
sekali poster-poster promosi yang dipasang mengenai pengobatan terbaru
dr. X yang disebut dengan metode “brain wash”, tetapi hingga saat ini
belum mempunyai hak paten untuk terapi terbaru ini. Brain wash ini
dilakukan dengan cara menembakkan heparin sebagai obat antikoagulan
ke dalam pembuluh darah diotak.
Karena mendengar berita dari Tn.Joni tersebut. Tn. D ingin
mencoba pengobatan terbaru yang dilakukan oleh dr. X tersebut, tetapi
pengobatan ini memakan biaya yang cukup besar dan tidak dapat
dilakukan dengan menggunakan asuransi BPJ sehingga ia ragu.
Ditambah lagi, ia juga mendengar dari tetangganya yang seorang dokter
bahwa metode terapi dr. X belum diteliti dengan benar.Disisi lain, Tn.D
ingin sekali sembuh, agar dapat berjalan kembali.
TERMINOLOGI
 Afasia = defek atau hilangnya kemampuan
untuk berekspresi dengan berbicara, menulis
dengan tanda-tanda atau untuk memahami
bahasa lisan maupun tulisan, yang disebabkan
cedera atau penyakit di pusat otak.
 CVD non Hemoragik = penyumbatan akibat
pembekuan darah pada pembuluh darah yang
menyuplai darah ke otak
 Hemiparesis = Lumpuh pada sebagian tubuh
KEYWORD

 Laki-laki 60 tahun
 Mengalami CVD non Hemoragic
 Hemiparesis dextra, afasia, dan Hipertensi
 Tidak ada perubahan selama 1 tahun
 Penemuan terbaru dr.x
 Brainwash
 Menembak heparin di pembuluh darah otak
 Budget cukup besar
 Tidak ditanggung BPJS
 Belum diteliti dengan benar
 Belum punya hak paten
IDENTIFIKASI MASALAH
dr. X melakukan pengobatan terbaru dengan
metode brainwash, dengan harga ahal, belum
mempunyai hak paten dan belum diteliti dengan
benar.
ANALISIS MASALAH
Tn. D 60 tn
CVD non-Hemoragik

Tidak ada perubahan

Mendengar penemuan
terbaru Tn.X

Brainwash

Tidak
Pungut Belum ada Belum diteliti
ditanggung
biaya besar hak paten dengan benar
BPJS

Pelanggaran kode etik


kedokteran Indonesia
HIPOTESIS
 dr.X melanggar kode etik pasal 4
 dr. X melanggar kode etik pasal 6

 dr.X melanggar sumpah dokter nomor 11

 dr.X melanggar etika penelitian terhadap


manusia karena menolak pengobatan yang
belum diteliti
 dr.X melanggar disiplin kedokteran
PERTANYAAN TERJARING
1. PELANGGARAN KODEKI YANG
DILAKUKAN DR.X
 Pertama, mengiklankan diri secara berlebihan dengan klaim tindakan untuk
pengobatan dan pencegahan
Poin pertama melanggar pasal 4 kode etik kedokteran Indonesia (KODEKI)
serta pasal cakupan dan penjelasan. Pasal ini menyebutkan seorang dokter
wajib menghindarkan diri dari perbuatan yang bersifat memuji diri. Pedoman
pelaksanaan Kode Etik pasal 4 huruf (a) poin 2 menyebutkan bahwa tak
dibenarkan seorang dokter mengadakan wawancara dengan pers atau menulis
karangan dalam majalah/harian untuk memperkenalkan dan mempromosikan
cara ia mengobati sesuatu penyakit.

 kedua, menarik bayaran dalam jumlah besar


Poin kedua melanggar kode etik kedokteran pasal 3 ayat 17. Ayat ini
menyebutkan seorang dokter seyogyanya tidak menarik honorarium yang tidak
pantas dan bertentangan dengan rasa kemanusiaan.

 ketiga, menjanjikan kesembuhan pada pasien pada tindakan yang belum


ada bukti medisnya.
Pasal 6 kode etik menyebutkan bahwa setiap dokter wajib senantiasa berhati-
hati dalam mengumumkan atau menerapkan setiap penemuan teknik atau
pengobatan baru yang belum diuji kebenarannya, dan terhadap hal-hal yang
dapat menimbulkan keresahan masyarakat.

Sumber : KODEKI 2012


2.A. MANIFESTASI CVD NONHEMORAGIK
Tanda dan gejal CVD tergantung dimana
sumbatan atau kerusakan terjadi, dan seberapa
banyak jaringan serebral yang dipengaruhi.
Tanda dan gejala umum :
 Sakit kepala berat dan tiba-tiba

 Paralisis pada satu sisi (hemiplegia)

 Kelemahan pada satu sisi (hemiparesis)

 Kebingungan

 Susah berkomunikasi misal berbicara cadel

 Kehilangan sebagian penglihatan

 Kehilangan keseimbangan

 Kehilangan kesadaran

Sumber: Kraft, Sy. 2017. “What You Need to Know About Cerebrovascular
Disease”. Medical News Today.
2.b. Tatalaksana CVD Non-Hemoragik
Terapi umum:
• Letakkan kepala pasien pada posisi 300, kepala dan dada pada satu bidang;
ubah posisi tidur setiap 2 jam; mobilisasi dimulai bertahap bila
hemodinamik sudah stabil. Selanjutnya, bebaskan jalan napas, beri oksigen
1-2 liter/menit sampai didapatkan hasil analisis gas darah
• Pemberian nutrisi dengan cairan isotonik, kristaloid atau koloid 1500-2000
mL dan elektrolit sesuai kebutuhan, hindari cairan mengandung glukosa
atau salin isotonik.
• Kadar gula darah >150 mg% harus dikoreksi sampai batas gula darah
sewaktu 150 mg% dengan insulin drip intravena kontinu selama 2-3 hari
pertama.
• Nyeri kepala atau mual dan muntah diatasi dengan pemberian obat-obatan
sesuai gejala.
• Jika kejang, diberi diazepam 5-20 mg iv pelanpelan selama 3 menit,
maksimal 100 mg per hari; dilanjutkan pemberian antikonvulsan per oral
(fenitoin, karbamazepin). Jika kejang muncul setelah 2 minggu, diberikan
antikonvulsan peroral jangka panjang.
• Jika didapatkan tekanan intrakranial meningkat, diberi manitol bolus
intravena 0,25 sampai 1 g/kgBB per 30 menit, dan jika dicurigai fenomena
rebound atau keadaan umum memburuk, dilanjutkan 0,25g/kgBB per 30
menit setiap 6 jam selama 3-5 hari. Harus dilakukan pemantauan
osmolalitas (<320 mmol)
Tatalaksana CVD Non-Hemoragik

Terapi khusus:
• Ditujukan untuk reperfusi dengan pemberian
antiplatelet seperti aspirin dan anti koagulan, atau
yang dianjurkan dengan trombolitik rt-PA
(recombinant tissue Plasminogen Activator). Dapat
juga diberi agen neuroproteksi, yaitu sitikolin atau
pirasetam (jika didapatkan afasia).

Sumber : Setyopranoto, Ismail. 2011. Stroke: Gejala dan Penatalaksanaan.


Yogyakarta: Bagian Ilmu Penyakit Saraf, Fakultas
Kedokteran Universitas Gadjah Mada
3. TAHAPAN PENERAPAN ILMU BARU
KEPADA MANUSIA

 Uji praklinik
Tujuan:
Untuk penelitian suatu bahan yang diduga
berkhasiat obat dan/atau terhadap bahan obat
yang telah lama beredar di masyarakat tapi belum
dibuktikan khasiat dan keamanannya secara
ilmiah
Uji praklinik dilakukan melalui 2 uji, yaitu:
 Uji toksisitas
 Uji toksisitas in vitro
 Uji toksisitas in vivo

 Uji aktivitas (khasiat)


Uji klinik ada 4 fase:
 Fase awal (Fase I)
Uji klinik tanpa pembanding
 Fase II
Obat dicobakan untuk pertama kali pada sekelompok kecil penderita
yang kelakakan diobati dengan calon obat
 Fase III
Memastikan bahwasuatu oat baru benar-benar berkhasiat dan
untuk mengetahui kedudukannya dibanding dengan obat standar
 Fase IV
Menentukan pola penggunaan obat di masyarakat serta pola
efektivitas dan keamanannya pada penggunaan yang sebenarnya.

Sumber:
Menteri Kesehatan RI. 1992. Pedoman Fitofarmaka.
Majalah Kedokteran Andalas. 2010. Evaluasi Khasiat dan Keamanan Obat (Uji Klinik). No. 1.
Vol. 34.
ALDN-Perpustakaan Universias Airlangga. 2010. Peran Uji Praklinik dalam Bidang
Farmakologi. Surabaya.
4. JELASKAN DISIPLIN YANG DILANGGAR OLEH
DR. X!
Berdasarkan lampiran Keputusan Konsil Kedokteran Indonesia
Nomor 17/KKI/KEP/VIII/2006, Bab III Bentuk Pelanggaran
Disiplin Kedokteran:

Sumber : Keputusan Konsil Kedokteran Indonesia No. 17/KKI/KEP/VIII/2006. Tanggal : 24 Agustus 2006
Sumber : Keputusan Konsil Kedokteran Indonesia No. 17/KKI/KEP/VIII/2006. Tanggal : 24 Agustus
Sumber : Keputusan Konsil Kedokteran Indonesia No.
17/KKI/KEP/VIII/2006. Tanggal : 24 Agustus 2006
Sumber : Keputusan Konsil Kedokteran Indonesia No.
17/KKI/KEP/VIII/2006. Tanggal : 24 Agustus 2006
5. BAGAIMANA
METODE
‘BRAINWASH’?
5. BAGAIMANA METODE BRAINWASH
 5000 IU heparin diencerkan dengan 500 mL cairan
Ns Otsu
 Anestesi luar di area arteri femoral dengan EMLA +
povidone iodine 7,5% + alkohol 70%
 Injeksi anestesi lokal lidokain
 Suntik abocath 18 G memasang kateter di arteri
femoral
 Fluoroskopi dilakukan untuk melihat citraan
anatomi
 Heparin disemprotkan ke arteri karotis kiri-kanan
dan arteri vertebralis
 Menghentikan pendarahan dengan angio seal
 Bed rest 3-5 jam
6. PRINSIP UTAMA DALAM ETIKA
PENELITIAN

1) “Respect for persons” (menghormati harkat


dan martabat manusia)

2) “Beneficence” (berbuat baik dengan


memaksimalkan manfaat dan
meminimalkan risiko)

3) “Justice” (keadilan bagi seluruh


subjek penelitian)
6 PRINSIP UTAMA DALAM ETIKA
PENELITIAN

4) “Veracity” (kejujuran)

5) “Confidentiality” (kerahasiaan)

6) “Non Maleficence” (tidak merugikan,


do no harm)
SYARAT – SYARAT PENELITIAN PADA
SUBJEK DENGAN MANUSIA
 Memenuhi prinsip ilmiah yang telah diakui,  Bila secara hukum tidak mampu
dilandasi studi kepustakaan yang memadai, baik memberikan IC, maka IC diperoleh dari
atas dasar penelitian pada subjek manusia atau wali yang sah secara hukum
hewan sebelumnya  Dilakukan atas dasar HAM dan
 Mempunyai usulan penelitan yg jelas tentang sukareladan tanpa ada tekanan,
tujuan dan alasan mengapa dilakukan pada Dilaksanakan atas dasar risk-benefit
manusia, seleksi sampel, dosis obat, efek samping, (benefit untuk MSDP > risk)
risiko, lama penelitian, metode, kriteria  Hak msdp untuk melindungi integritas
penghentian penelitian, kriteria drop out fisik, mental dan kepribadiannya harus
 Rencana dan pelaksanaan setiap prosedur dihormati
percobaan dirumuskan secara jelas dalam suatu  Dilengkapi fasilitas yang memadai
protokol penelitian yang diajukan pada KEPK untuk mengatasi resiko selama dan
 Dilakukan oleh peneliti dengan kualitas dan sesudah penelitian
pengalaman yang tinggi dl bidang profesinya, atau  Dilakukan secara bertanggung jawab
yang secara ilmiah memenuhi syarat dan dibawah
pengawasan tenaga medis yang mempunytai  Protokol riset harus selalu
kompetensi klinis mencantumkan surat pernyataan
tentang pertimbangan etik yang
 Memiliki surat persetujuan atas dasar kesadaran berhubungan dengan riset, dan
(informed concent/IC) dari MSDP dan memiliki menyatakan bahwa prinsip yang tertera
rekomendasi ethical clearance dari komite etik pada deklarasi helsinki telah dipenuhi
penelitian
 Dalam publikasi hasil riset, peneliti
harus melaporkan hasil yang akurat.
7. BAGAIMANA KEBIJAKAN IDI DALAM
MENANGANI KASUS TERSEBUT?

 Peran IDI dalam menangani kasus di mainkan


oleh MKEK yang merupakan badan otonom IDI
sebagai penegak, pengawas, dan perumusan etik
praktik kedokteran
 Mekanisme pemberian sanksi kepada pelanggar
melalui beberapa tahap.
 Merumuskan tujuan sanksi yang diberi
 Menentukan berat ringannya sanksi berdasarkan
beberapa pertimbangan
 Pelaksanaan sanksi yang konkrit dan terawasi
 Pada kasus dokter x, MKEK memberikan surat
keputusan sanksi denga putusan pelanggaran etik
sanksi berat atau serius (serious ethical misconduct).
 Sanksi yang diberikan oleh pihak IDI
 Pemecatan selama 12 bulan
 Rekomendasi izin praktik di cabut
8. APA YANG SEHARUSNYA TN. D UNTUK
MENGAMBIL KEPUTUSAN?
 Tn. D sebaiknya tidak berobat ke dr. X dikarenakan
dr. X belum mendapatkan hak paten atas
pengobatannya karena belum dilakukan etika
penelitian dengan benar dan pengobatannya tersebut
memakan biaya yang cukup besar serta tidak
ditanggung oleh asuransi. Sebaiknya Tn. D menjalani
pengobatan CVD non hemoragik yang memang telah
diatur sesuai guideline.
8. APA YANG SEHARUSNYA DILAKUKAN TN.
D UNTUK MENGAMBIL KEPUTUSAN?
1. Mencari informasi mengenai metode Brain wash dr. X
- Penggunaan DSA dan Heparin terhadap CVD non
hemoragik.
- Risiko dari metode Brain wash, kontraindikasi.
- CVD non hemoragik 1 bulan dibandingkan 1 tahun.
2. Diskusikan dengan dr. Syaraf yang menangai Tn. D
3. Informasi yang didapat: belum ada hak paten, tidak
ditanggung BPJS, pungutan biaya besar, dan belum diteliti
dengan benar.
4. Jika tetap ingin berobat dengan metode tersebut, siapkan
dana pribadi.
9. LEMBAGA MANA SAJA YANG
BERWENANG MEMBERIKAN SANKSI?

 Untuk pelanggaran etik : Majelis Kehormatan


Etika Kedokteran (MKEK) yang merupakan
badan otonomi IDI
 Untuk pelanggaran disiplin : Majelis
Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia
(MKDKI) yang merupakan lembaga otonom dari
Kki (Konsil Kedokteran Indonesia)
10 PERBEDAAN CVD NONHEMORAGIK 1 BULAN DAN 1
TAHUN?
 Prognosis pasien CVD nonhemoragik selama 1 bulan dan 1 tahun”
 80% pasien CVD nonhemoragik selama 1 bulan didapatkan tingkat
kelangsungan hidup dalam 10 tahun sekitar 35%.
 Prognosis fungsional CVD nonhemoragik terhadap ketergantungan pada
activity daily living (ADL) yaitu 19% pada 1 bulan pertama dan
meningkat menjadi 20% pada tahun pertama.
 Angka kematian CVD nonhemoragik bergantung pada volume infark dan
daerah teitorial vaskular yang terlibat:
1. Total anterior circulation syndromes: 60% meninggal dalam 1 tahun
dan 40% meninggal dalam 1 bulan.
2. Partial anterior circulation syndromes: 15% meninggal dalam 1 tahun
dan 5% meninggal dalam 1 bulan.
3. Lacunar syndromes: 10% meninggal dalam 1 tahun dan 5% meninggal
dalam 1 bulan.
4. Posterior circulation syndromes: 20% meninggal dalam 1 tahun dan
<10% meninggal dalam 1 bulan.
Sumber: Gonzales RG, Hirsch JA. 2006. Acute Ischemic StrokeImaging, Prognosis and
Intervention. Springer Berlin Heidelberg New York.
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai