Anda di halaman 1dari 6

TUGAS MATA KULIAH KEPERAWATAN PALIATIF

PENINGKATAN KUALITAS HIDUP

Dosen Pengampu:Bapak Taryatmo ,SPd.,A.Kep.,MKes

DISUSUN OLEH:

NAMA :WIJI LESTARI

TINGKAT :3A

NO :04/P1337420420007

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN BLORA

POLTEKKES KEMENKES SEMARANG

2021/2022
Konsep Teori Peningkatan Kualitas Hidup

Perawatan paliatif adalah perawatan pada seseorang pasien dengan penyakit yang tidak dapat
disembuhkan .Sehingga pendekatan yang dilakukan adalah memaksimalkan kualitas hidup
pasien serta mengurangi gejala yang mengganggu ,mengurangi nyeri dengan memperhatikan
aspek emosional,psikososial dan ekonmoni ,serta spiritual untuk memenuhi kebutuhan akan
perbaikan kualitas hidup seorang pasien sebelum datangnya ajal.

Perawatan paliatif juga menyediakan system pendukung untuk menolong keluarga pasien
menghadapi kematian dari anggota keluarga yang dicintai sampai pada proses kesembuhan
pasien.Tujuan utama dari perawatan paliatif adalah untuk meredakan rasa sakit dan nyeri serta
mengurangi penderitaan yang pasien rasakan.Fokus perawatan paliatif adalah memastikan agar
pasien dapat hidup senyaman mungkin sesuai keinginan mereka.

Perawatan paliatif berguna untuk mengurangi penderitaan pasien,meningkatkan kualitas hidunya


dan juga memberikan support kepada keluarganya .Jadi tujuan utama perawatan paliatif
bukan untuk menyembuhkan penyakitnya ,tetapi meningkatkan kualitas hidupnya.

Prinsip-prinsip perawatan paliatif adalah:

 Menghargai setiap kehidupan


 Menganggap kematian sebagai proses yang normal
 Tidak mempercepat atau menunda kematian
 Serta menghargai keinginan pasien dalam mengambil keputusan.

Persetujuan dari pasien dan atau keluarganya adalah hal yang mutlak dilakukan sebelum
perawatan dimulai.

Meski pada akhirnya pasien mengenal meninggal dunia ,yang terpenting sebelum meninggal
dunia dia sudah siap secara psikologis dan spiritual ,serta tidak stress menghadapi penyakit yang
dideritanya.

Bukan hanya itu,tenaga kesehatan yang berorientasi pada asuhan paliatif harus memiliki sikap
empati,menganggap pasien sebagai seorang individu yang unik ,mempertimbangkan budaya
pasien seperti factor etnis ,ras,agama dan factor budaya lainnya yang bisa mempengaruhi
penderitaan pasien.

Jadi pendekatan kesehatan terpadu yang bersifat aktif dan menyeluruh sangat penting dilakukan
oleh seluruh tenaga kesehatan.Pendekatan multi disiplin yang terintegrasi anatar dokter ,perawat
,fisioterapi ,petugas social ,yim medis ,psikolog dan ahli gizi ,rohaniawan ,relawan ,serta profesi
lain sangat diperlukan untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas hidup pasien.
Implementasi Keperawatan Paliatif

Perawatan paliatif adalah perawatan pada seseorang pasien dengan penyakit yang tidak dapat
disembuhkan .Sehingga pendekatan yang dilakukan adalah memaksimalkan kualitas hidup
pasien serta mengurangi gejala yang mengganggu ,mengurangi nyeri dengan memperhatikan
aspek emosional.

Perawatan paliatif dapat diimplementasikan pada penyakit seperti Dm,Jantung, tekanan darah
tinggi, kanker, stress dan penyakit tidak menular lainnya disebabkan karena pola hidup tidak
sehat. Upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kualitas hidup penderita DM dan
hipertensi salah satunya adalah:

Kegiatan Komunikasi Informasi dan Edukasi secara rutin untuk meningkatkan pengetahuan
anggota klub Prolanis, yaitu suatu sistem pelayanan kesehatan dan pendekatan proaktif yang
dilaksanakan secara integritas yang melibatkan peserta, fasilitas kesehatan tingkat pertama
seperti Puskesmas, dan BPJS Kesehatan sehingga diharapkan anggota klub dapat menerapkan
pola hidup sehat dalam kehidupan sehari-hari berikut dapat berdampak baik pada kondisi
kesehatan mereka. Sasaran pengabdian adalah misalnya anggota klub prolanis di
Puskesmas Tunjungan dan Jepon .

Kegiatan pengabdian ini dilaksanakan berupa kegiatan Komunikasi Informasi dan Edukasi
(KIE) dengan 4 (empat) tahapan yaitu:

 kegiatan Pre-test
 kegiatan Penyampaian materi tentang status gizi yang baik dan pola hidup sehat
disertai dengan pemberian leafleat
 kegiatan Post-test
 dan pengukuran tekanan darah dan gula darah.

Dhiharapkan setelah dilakukan kegiatan peningkatan kualitas hidup masyarakat menjadi


paham tentang cara mencegah penyakit tersebut,sehingga kualitas kehidupannya menjadi
meningkat dan diharapkan dapat menurunkan angka kematian .Dari hasil kegiatan menunjukkan
bahwa adanya peningkatan pengetahuan anggota klub tentang pola hidup sehat dengan
melakukan kegiatan Pre-test dan Post-test.

Tingkat pengetahuan anggota dengan kategori baik saat Pre-test adalah sebanyak 53,8%,
sedangkan pada saat Post-testmeningkat menjadi 59,6%. Kegiatan berjalan dengan lancar
dan sasaran telah memahami konsep pola hidup sehat. Untuk kedepannya diharapkan
kegiatan ini rutin dilaksanakan dan anggota prolanis yang ikut berpartisipasi jumlahnya
lebih banyak dan lebih tenang sehingga pengabdi dapat memberikan kontribusi lebih
dalam upaya untuk meningkatkan dan memperbaiki kebiasaan pola hidup pada anggota
klub prol.
Pola hidup sehat adalah suatu gaya hidup dengan memperhatikan faktor-faktor tertentu
yang mempengaruhi kesehatan, seperti makanan dan olah raga. Hal ini berkaitan
dengan pola makan dan aktivitas fisik yang dilakukan seseorang (Sutanto, 2013). Penyakit
hipertensi berhubungan dengan DM dan gangguan metabolik lainnya atau yang disebut
DM dengan komplikasi. Komplikasi terutama disebabkan oleh sistem arteri dan saraf
yang dapat menyebabkan gangren dan penyakit kadiovaskular (penyakit jantung koroner
dan stroke) (Hartono, 2014).

Puskesmas berperan penting dalam menurunkan angka kejadian PTM terutama untuk
penyakit DM dan hipertensi. Penyakit tersebut dirasa mampu ditangani di fasilitas
kesehatan primer. Selain itu juga berperan penting dalam melakukan pencegahan terhadap
komplikasi penyakit dengan melaksanakan skrining atau deteksi dini PTM. Hasil Riset
Kesehatan Dasar (Riskesdas) menunjukkan peningkatan prevalensi DM dari 1,1% pada
tahun 2007 meningkat menjadi 2,1% pada tahun 2013.

Namun dalam memberikan pelayanan paliatif tetap berpedoman pada pinsip:

Prinsip dasar perawatan paliatif :

1.Sikap peduli terhadap pasien

Termasuk sensitivitas dan empati. Perlu dipertimbangkan segala aspek dari penderitaan
pasien, bukan hanya masalah kesehatan.Pendekatan yang dilakukan tidak boleh bersifat
menghakimi. Faktor karakteristik, kepandaian, suku, agama, atau faktor individual lainnya tidak
boleh mempengaruhi perawatan.

2.Menganggap pasien sebagai seorang individu

Setiap pasien adalah unik. Meskipun memiliki penyakit ataupun gejala-gejala yang sama,
namun tidak ada satu pasienpun yang sama persis dengan pasien lainnya. Keunikan inilah yang
harus dipertimbangkan dalam merencanakan perawatan paliatif untuk tiap individu.

3.Pertimbangan kebudayaan

Faktor etnis, ras, agama, dan faktor budaya lainnya bisa jadi mempengaruhi penderitaan
pasien. Perbedaan-perbedaan ini harus ciperhatikan dalam perencanaan perawatan.

4.Persetujuan

Persetujuan dari pasien adalah mutlak diperlukan sebelum perawatan dimulai atau
diakhiri. Mayoritas pasien ingin dilibatkan dalam pengambilan keputusan, namun dokter
cenderung untuk meremehkan hal ini. Pasien yang telah diberi informasi memadai clan setuju
dengan perawatan yang akan diberikan akan lebih patuh mengikuti segala usaha perawatan.
5.Memilih tempat dilakukannya perawatan

Untuk menentukan tempat perawatan, baik pasien can keluarganya harus ikut serta dalam
diskusi ini. Pasien dengan penyakit terminal sebisa mungkin diberi perawatan di rumah.

6.Komunikasi

Komunikasi yang baik antara dokter dan pasien maupun dengan keluarga adalah hal yang
sangat penting dan mendasar dalam pelaksanaan perawatan paliatif.

7.Aspek klinis

perawatan yang sesuai Semua perawatan paliatif harus sesuai dengan stadium dan
prognosis dari penyakit yang diderita pasien. Hal ini penting karena pemberian perawatan yang
tidak sesuai, baik itu lebih maupun kurang, hanya akan menambah penderitaan pasien.
Pemberian perawatan yang berlebihan berisiko untuk memberikan harapan palsu kepada
pasien.Demikian jugs perawatan yang dibawah standard akan mengakibatkan kondisi pasien
memburuk.

Hal ini berhubungan dengan masalah etika yang akan dibahas kemudian. Perawatan yang
diberikan hanya karena dokter merasa harus melakukan sesuatu meskipun itu sia-sia adalah tidak
etis.

8.Perawatan komprehensif dan terkoordinasi dari berbagai bidang profesi

Perawatan paliatif memberikan perawatan yang bersifat holistik clan integratif, sehingga
dibutuhkan sebuah tim yang mencakup keseluruhan aspek hidup pasien serta koordinasi yang
baik dari masing-masing anggota tim tersebut untuk memberikan hasil Yang maksimal kepada
pasien dan keluarga.

9.Kualitas perawatan yang sebaik mungkin

Perawatan medis secara konsisten, terkoordinasi, dan berkelanjutan. Perawatan medis


yang konsisten akan mengurangi kemungkinan terjadinya perubahan kondisi yang tidak terduga,
dimana hal ini akan sangat mengganggu baik pasien maupun keluarga.

10.Perawatan yang berkelanjutan

Pemberian perawatan simtomatis dan suportif dari awal hingga akhir merupakan dasar
tujuan dari perawatan paliatif. Masalah yang sering terjadi adalah pasien dipindahkan dari satu
tempat ke tempat lain sehingga sulit untuk mempertahankan kontinuitas perawatan.

11.Mencegah terjadinya kegawatan

Perawatan paliatif yang baik mencakup perencanaan teliti untuk mencegah terjadinya
kegawatan fisik dan emosional yang mungkin terjadi dalam perjalanan penyakit. Pasien dan
keluarga harus diberitahukan sebelumnya mengenai masalah-masalah yang sering terjadi, dan
membentuk rencana untuk meminimalisasi stres fisik dan emosional.

12.Bantuan kepada sang perawat

Keluarga pasien dengan penyakit lanjut seringkali rentan terhadap stres fisik dan
emosional, terutama apabila pasien dirawat di rumah, sehingga perlu diberikan perhatian khusus
kepada mereka mengingat keberhasilan dari perawatan paliatif juga tergantung dari sang pemberi
perawatan itu sendiri.

13.Pemeriksaan ulang

Perlu terus dilakukan pemeriksaan mengenai kondisi pasien, mengingat pasien dengan
penyakit lanjut kondisinya akan cenderung menurun dari waktu ke waktu.

Anda mungkin juga menyukai