Anda di halaman 1dari 14

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala
rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “TERAPI MODALITAS: TERAPI KOGNITIF” dengan baik.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak
kekurangan, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat
membangun selalu diharapkan demi kesempurnaan makalah ini. Akhir kata
penulis sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta
dalam penyusunan proposal ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT
senantiasa meridhai segala usaha kita.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 Latar Belakang..........................................................................................1
1.2 Tujuan Penulisan.......................................................................................2
1.3 Manfaat Penulisan.....................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................3
2.1. KONSEP TERAPI MODALITAS............................................................3
2.1.1. Pengertian...........................................................................................3
2.1.2. Tujuan................................................................................................3
2.1.3. Manfaat..............................................................................................3
2.1.4. Sasaran...............................................................................................4
2.1.5. Jenis-jenis...........................................................................................4
2.2. TERAPI KOGNITIF.................................................................................4
2.2.1. Pengertian...........................................................................................4
2.2.2. Tujuan................................................................................................5
2.2.3. Manfaat..............................................................................................6
2.2.4. Tahap pelaksanaan.............................................................................7
2.3. IMPLIKASI...............................................................................................8
BAB III PENUTUP................................................................................................9
3.1. Kesimpulan................................................................................................9
3.2. Saran..........................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................10

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Struktur penduduk dunia saat ini menuju proses penuaan yang ditandai
dengan meningkatnya jumlah proporsi penduduk lanjut usia (lansia). Lansia
adalah seseorang yang telah berusia 60 tahun atau lebih (Fatmawati, V., &
Imron, M. A., 2017). Proyeksi dan data-data yang ditemukan tentang lansia
menjadi perhatian yang menarik bagi seluruh dunia karena terjadinya
peningkatan jumlah populasi lansia.
Pada tahun 2013 jumlah penduduk lansia diseluruh dunia diperkirakan ada
500 juta jiwa dengan usia rata-rata 60 tahun dan pada tahun 2025 diperkirakan
jumlah lansia akan mencapai 1,2 milyar jiwa (Padila, 2013). Indonesia sendiri
termasuk lima besar negara dengan jumlah penduduk lanjut usia terbanyak di
dunia, yakni mencapai 10 %, tahun 2020, tahun 2025 adalah 11,8. %,
selanjutnya tahun 2030 adalah 13,8 % dan tahun 2035 akan meningkat sampai
15,8 % (Katuuk, M.,& Wowor, M., 2018).
Seiring dengan bertambahnya jumlah lansia, terdapat banyak
permasalahan yang dialami lansia banyak lansia yang pada akhirnya harus
mengalami berbagai masalah psikis maupun fisik, seperti patologis pada
kondisi fisik seperti terserang berbagai penyakit kronis dan kondisi psikis
seperti stress, depresi, kesepian. Peningkatan jumlah lansia juga dapat
mempengaruhi aspek kehidupan mereka, antara lain perubahan fisik, biologis,
psikologis, sosial, dan munculnya penyakit degeneratif akibat proses penuaan
tersebut (Azizah, 2011). Adapun jenis keluhan kesehatan yang paling banyak
dialami lansia adalah keluhan lainnya, yaitu jenis keluhan kesehatan yang
secara khusus memang diderita lansia seperti asam urat, darah tinggi, darah
rendah, reumatik, diabetes, dan berbagai jenis penyakit kronis lainnya (BPS,
2014).
Pada lanjut usia terjadi penurunan kebugaran dan kesegaran jasmani faktor
predisposisi penurunan kesegaran jasmani adalah kurangnya melakukan

1
aktivitas fisik, seorang lansia biasanya akan mengalami keterbatasan dalam
melakukan aktivitas sehingga cenderung kurang beraktivitas juga tidak adanya
program kegiatan bagi lansia yang berada di lingkungan sekitar (Hilda
fauziah, 2012). Salah satu cara untuk mengoptimalkan fungsi kognitif lansia
adalah dengan menggunakan terapi modalitas. Terapi modalitas merupakan
suatu bentuk psikoterapi suportif berupa aktivitas-aktivitas yang
membangkitkan kemandirian secara manual, kreatif dan edukasional untuk
penyesuaian diri dengan lingkungan dan meningkatkan derajat kesehatan fisik
dan mental pasien.
Proses penuaan dapat menurunkan kemampuan kognitif dan kepikunan.
Masalah kesehatan kronis dan penurunan kognitif serta memori. Sehingga
perlu untuk ditingkatkan dengan cara terapi kognitif.

1.2 Tujuan Penulisan


Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui:
1. Konsep dasar dari terapi modalitas
2. Konsep dasar dari terapi kognitif

1.3 Manfaat Penulisan


Manfaat dari penulisan makalah ini adalah dapat memberikan gambaran
dan informasi terkait dengan terapi modalitas dan kognitif. Selain itu,
penulisan makalah ini juga bermanfaat dalam meningkatkan pengetahuan
pembaca. Penulisan makalah ini diharapkan dapat dijadikan sarana menambah
pengalaman, memperluas wawasan pengetahuan teori dan praktik
keperawatan mengenai terapi kognitif.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. KONSEP TERAPI MODALITAS


2.1.1. Pengertian
Terapi modalitas merupakan kegiatan yang dilakukan untuk
mengisi waktu luang bagi lansia (Siti Maryam, 2008). Terapi modalitas
adalah suatu kegiatan dalam memberikan asuhan keperawatan baik di
institusi pelayanan maupun di masyarakat yang bermanfaat bagi kesehatan
lansia dan berdampak terapeutik. Pencapaian tujuan terapi modalitas
tergantung pada keadaan kesehatan klien dan tingkat dukungan yang
tersedia. Terapi modalitas adalah suatu kegiatan dalam memberikan askep
baik di institusi maupun di masyarakat yang bermanfaat dan berdampak
terapeutik (Riyadi dan Purwanto, 2009).
2.1.2. Tujuan
Tujuan terapi modalitas menurut Maryam (2008) :
a. Mengisi waktu luang bagi lansia.
b. Meningkatkan kesehatan lansia.
c. Meningkatkan produktivitas lansia.
d. Meningkatkan interaksi sosial antar lansia.
Tujuan yang spesifik dari terapi modalitas menurut “Gostetamy
1973” dalam Riyadi dan Purwanto, (2009).
a. Menimbulkan kesadaran terhadap salah satu perilaku klien.
b. Memperlambat kemunduran.
c. Membantu adaptasi dengan situasi yang sekarang.
d. Membantu keluarga dan orang-orang yang berarti.
e. Mempengaruhi keterampilan merawat diri sendiri.
f. Meningkatkan aktivitas.
g. Meningkatkan kemandirian.
2.1.3. Manfaat

3
Terapi modalitas merupakan suatu bentuk psikoterapi suportif berupa
aktivitas-aktivitas yang membangkitkan kemandirian secara manual,
kreatif dan edukasional untuk penyesuaian diri dengan lingkungan dan
meningkatkan derajat kesehatan fisik dan mental pasien. Terapi modalitas
bertujuan mengembangkan, memelihara, memulihkan fungsi dan atau
mengupayakan kompensasi/adaptasi untuk aktifitas sehari-hari,
produktivitas dan luang waktu melalui pelatihan, remediasi stimulasi dan
fasilitasi. Terapi modalitas meningkatkan kemampuan individu untuk
melakukan aktivitas hidup sehari-hari

2.1.4. Sasaran
Terapi modalitas diperuntukkan bagi seseorang yang termasuk
dalam rentang adaptif sampai dengan maladaptif. Terutama bagi lansia
yang memang sejalan dengan usia mengalami berbagai penurunan fungsi
tubuh.

2.1.5. Jenis-jenis
Jenis kegiatan terapi modalitas yaitu menurut Maryam (2008) :
a. Psikodrama Bertujuan untuk mengekspresikan perasaan lansia.
Tema dapat dipilih sesuai dengan masalah lansia
b. Terapi aktivitas kelompok (TAK) Terdiri atas 7-10 orang.
Bertujuan untuk meningkatkan kebersamaan, bersosialisasi,
bertukar pengalaman, mengubah perilaku. Untuk terlaksananya
terapi ini dibutuhkan leader, co-leader, dan fasilitator. Misalnya
cerdas cermat, tebak gambar, dan lain-lain.
c. Terapi musik Bertujuan untuk menghibur para lansia sehingga
meningkatkan gairah hidup dan dapat mengenang masa lalu.
d. Terapi berkebun Bertujuan untuk melatih kesabaran, kebersamaan,
dan memanfaatkan waktu luang.
e. Terapi dengan binatang Bertujuan untuk meningkatkan rasa kasih
sayang dan mengisi hari-hari sepinya dengan bermain bersama
binatang.

2.2. TERAPI KOGNITIF

4
2.2.1. Pengertian
Terapi kognitif adalah terapi yang mempergunakan pendekatan
terstruktur, aktif, direktif dan berjangkan waktu singkat, untuk
menghadapi berbagai hambatan dalam kepribadian, misalnya ansietas atau
depresi (Gunarsa, 2007). Terapi kognitif dikembangkan oleh Aaron Beck.
Melalui terapi ini individu diajarkan/ dilatih untuk mengontrol distorsi
pikiran/gagasan/ide dengan benar – benar mempertimbangkan factor
dalam berkembangnya dan menetapnya gangguan mood. (Townsend,
2005).
Terapi kognitif menjelaskan bahwa bukan suatu peristiwa yang
menyebabkan kecemasan dan tanggapan maladaptif melainkan harapan
masyarakat, penilaian, dan interpretasi dari peristiwa. Sugesti bahwa
perilaku maladaptif dapat diubah oleh berhubungan langsung dengan
pikiran dan keyakinan orang (Stuart, 2009).
Terapi kognitif adalah strategi memodifikasi keyakinan dan sikap
yang mempengaruhi perasaan dan perilaku klien. Proses yang diterapkan
adalah membantu mempertimbangkan stressor dan kemudian dilanjutkan
dengan mengidentifikasi pola berfikir dan keyakinan yang tidak akurat
tentang stressor tersebut. Gangguan perilaku terjadi akibat klien
mengalami pola keyakinan dan berfikir yang tidak akurat. Untuk itu salah
satu memodifikasi perilaku adalah dengan mengubah pola berfikir dan
keyakinan tersebut. Fokus auhan adalah membantu klien untuk reevaluasi
ide, nilai yang diyakini, harapan-harapan, dan kemudian dilanjutkan
dengan menyusun perubahan kognitif.
2.2.2. Tujuan
Menurut Setyoadi (2011) beberapa mekanisme koping dengan
menggunakan terapi kognitif adalah sebagai berikut:
a. Membantu klien dalam mengidentifikasi, menganalisis, dan
menentang keakuratan kognisi negative klien.
b. Menjadikan atau melibatkan klien subjek terhadap uji realitas.
c. Memodifikasi proses pemikiran yang salah

5
d. Membentuk kembali pikiran individu dengan menyangkal
asumsi yang maladaptive, pikiran yang mengannggu secara
otomatis, serta proses pikir tidak logis yang dibesar-besarkan.
e. Menghilangkan sindrom depresi dan mencegah kekambuhan.
f. Membantu menargetkan proses berpikir serta perilaku yang
menyebabkan dan mempertahankan panik atau kecemasan.
g. Menempatkan individu pada situasi yang biasanya memicu
perilaku gangguan obsesif kompulsif dan selanjutnya mencegah
responsnya.
h. Membantu individu mempelajari respons rileksasi, membentuk
hirarki situasi fobia, dan kemudian secara bertahap dihadapkan
pada situasinya sambil tetap mempertahankan respons rileksasi.
i. Membantu individu memandang dirinya sebagai orang yang
berhasil bertahan hidup dan bukan sebagai korban.
j. Membantu mengurangi gejala klien dengan restrukturisasi
system keyakinan yang salah.
k. Membantu mengubah pemikiran individu dan menggunakan
latihan praktik untuk meningkatkan aktivitas sosialnnya.
l. Membentuk kembali perilaku dengan mengubah pesan-pesan
internal.
2.2.3. Manfaat
Secara umum manfaat dari terapi kognitif pada lansia adalah:
a. Menurunkan cemas
b. Tehnik relaksasi
c. Biofeedback, menggunakan alat untuk menurunkan cemas dan
memodifikasi respon perilaku.
d. Systematic desenzatization, untuk menurunkan perilaku yang
berhubungan dengan stimulus spesifik.

Pada penelitian Prasetya et al., (2010) yang berjudul “Penurunan


Tingkat Depresi Lansia dengan Terapi Kognitif dan Senam Latih Otak di
Panti Wredha”, juga didapatkan perbedaan yang yang bermakna terhadap

6
kondisi depresi sebelum dan sesudah pemberian terapi kognitif dan
pelaksanaan senam latih otak (p-value 0,000).
Widodo et al., (2013) dalam penelitiannya yang berjudul
”Pengaruh Terapi Kognitif terhadap Perubahan Kondisi Depresi Pasien
Gagal Ginjal Kronik”, mendapatkan hasil adanya perbedaan yang
bermakna kondisi depresi sebelum dan sesudah pemberian terapi kognitif
(p-value 0,000). Hasil yang sama juga didapatkan pada penelitian
Kristyaningsih, Tjahjanti., (2009) yang berjudul “Pengaruh Terapi
Kognitif terhadap Perubahan Harga Diri dan Kondisi Depresi Pasien
Gagal Ginjal Kronik di Ruang Haemodialisa RSUP Fatmawati” dengan p-
value 0,000. Sejalan dengan ini penelitian Nathalia dan Elvira (2021)
terapi kognitif memiliki pengaruh yang cukup bermakna dalamperubahan
tingkat atau kondisi depresi klien lansia dengan hasil p-value 0.001
(p>0.05).

Penelitian yang dilakukan Ningsih (2016) mengungkapkan bahwa


terapi puzzle bekerja pada otak dengan proses membaca (persepsi),
memahami petunjuk (pemahaman), menganalisis petunjuk (analisis),
merangsang otak untuk mencoba lagi jawaban yang mungkin (retreival),
dan memutuskan mana jawaban yang benar (eksekusi), terapi puzzle
kemudian mengaktifkan bagian otak yaitu di hipokampus dan korteks
entrohinal dengan menghasilkan neurontransmiter asetilkolin yang mampu
meningkatkan kognitif dan mencegah terjadinya demensia dengan nilai
signifikansi (2-tailed ) 0,000, p < 0,05

2.2.4. Tahap pelaksanaan


Bentuk intervensi dalam terapi kognitif meliputi mengajarkan
untuk mensubstitusi pikiran klien, belajar penyelesaian masalah dan
memodifikasi percakapan diri negatif. Prinsip terapi ini adalah
memodifikasi keyakinan dan sikap yang mempengaruhi perasaan dan
perilaku klien. Proses terapi dilakukan dengan membantu menemukan
stressos yang menjadi penyebab gangguan jiwa, selanjutnya
mengidentifikasi dan mengubah pola fikir dan keyakinan yang tidak akurat
menjadi akurat (Nurhalimah, 2016).

7
Terapi kognitif berkeyakinan bahwa gangguan perilaku terjadi
akibat pola keyakinan dan berfikir klien yang tidak akurat. Untuk itu salah
satu prinsip terapi ini adalah modifikasi perilaku adalah dengan mengubah
pola berfikir dan keyakinan tersebut. Fokus auhan adalah membantu klien
untuk mengevaluasi kembali ide, nila yang diyakini serta harapan dan
kemudian dilanjutkan dengan menyusun perubahan kognitif (Nurhalimah,
2016).
Tahap pelaksanaan terapi kognitif meliputi:
a. Sesi 1: Mengungkapkan pikiran otomatis
b. Sesi 2 : Mengungkapkan alasan
c. Sesi 3 : Tanggapan terhadap pikiran otomatis
d. Sesi 4 : Menuliskan pikiran otomatis
e. Sesi 5 : Penyelesaian masalah
f. Sesi 6,7,8 : Manfaat tanggapan, ungkapkan hasil dan membuat
buku harian

2.3. IMPLIKASI
Kemunduran fungsi intelektual sejalan dengan usia bukan tidak dapat
dihindarkan. Sebenarnya terdapat perbedaan penampilan individu. Walaupun
derajat tertentu dari ketidakpastian seperti pada penyebab suatu penyimpangan
pada berfungsinya kognitif, hal yang paling penting adalah bahwa situasi tidak
permanen dan dengan mudah dapat diubah dengan menggunakan tehnik
latihan yang sederhana dan tidak mahal. Oleh karena itu, terapi kognitif
memiliki banyak manfaat bagi seseorang terutama lansia.
Upaya untuk mencegah terjadinya gangguan kognitif dianjurkan pada
lansia yaitu agar tetap melatih otak yaitu dengan cara banyak membaca,
terlibat kegiatan dengan mengasah otak seperti mengisi crossword puzzle, dan
beberapa aktivitas berkaitan kerja otak lainnya. Aktivitas kehidupan yang
berkurang mengakibatkan semakin bertambahnya ketidakmampuan tubuh
dalam melakukan berbagai hal. Bagian tubuh salah satunya yang mengalami
penurunan kemampuan yaitu pada otak. Terapi Puzzle atau terapi kognitif
lainnya dapat merangsang bagian otak yaitu di oksipital temporal, lobus

8
parietal, lobus midfrontal, lobus frontal, hipokampus, dan korteks entrohinal
(Ningsih, 2016). Sehingga, petugas kesehatan salah satunya adalah perawat
dapat menerapkan terapi modalitas jenis kognitif ini. Sehingga diharapkan
dapat meningkatkan kualitas hidup lansia.

9
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Terapi kognitif adalah suatu bentuk psikoterapi yang dapat melatih klien
untuk mengubah cara klien menafsirkan dan memandang segala sesuatu pada
saat klien mengalami kekecewaan, sehingga klien merasa lebih baik dan
dapat bertindak lebih produktif. Banyak sekali manfaat yang dirasakan ketika
seseorang terutama lansia melakukan terapi kognitif. Terapi kognitif
berprinsip bahwa pikiran pasien akan mempengaruhi mood. Sehingga melalui
terapi kognitif pasien akan dilatih mengubah cara menafsirkan dan
memandang segala sesuatu pada saat pasien mengalami kekecewaan atau
gangguan mood sehingga pasien merasa lebih baik dan bertindak lebih
produktif (Prasetya

3.2. Saran
Makalah ini diharapkan dapat dijadikan bahan informasi bagi pembaca,
sehingga dapat memberikan dan meningkatkan wawasan dan pengetahuan
pembaca tentang terapi modalitas dan kognitif.

10
DAFTAR PUSTAKA

Azizah, Lilik M. 2011. Keperawatan Lanjut Usia. Edisi 1. Yogyakarta : Graha


Ilmu

Badan Pusat Statistik (BPS). 2013. Statistik Penduduk Lanjut Usia. (Survey Sosial
Ekonomi Nasional). Jakarta : Badan Pusat Statistik

Fatmawati, V.,& Imron, M. A. (2017). Perilaku Koping Pada Lansia Yang


Mengalami Penurunan Gerak Dan Fungsi. Intuisi: Jurnal Psikologi Ilmiah,
9(1), 26–38. http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/INTUISI

Gunarsa, Singgih D. 2007. Konseling dan Psikoterapi. Jakarta: BPK Gunung


Mulia.

Katuuk, M.,& Wowor, M. (2018). Hubungan Kemunduran Fisiologis Dengan


Tingkat Stres Pada Lanjut Usia Di Puskesmas Kakaskasen Kecamatan
Tomohon Utara. Jurnal Keperawatan Unsrat, 6(1).
https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/jk p/article/view/25181

Maryam, R.Siti. 2011. Mengenal Usia Lanjut Perawatannya. Jakarta : Salemba


Medika

Nathalia, V., & Elvira, M. (2021). Terapi Kognitif Menurunkan Depresi Pada
Lansia. Jurnal Kesehatan Perintis (Perintis’s Health Journal), 7(2), 87–91.
https://doi.org/10.33653/jkp.v7i2.476

Ningsih, M. A. D.(2016). Pengaruh Terapi Teka Teki Silang Terhadap Fungsi


Kognitif Pada Lansia Dengan Kecurigaan Demensia Di Banjar Muding Klod
(Doctoral Dissertation, Universitas Udayana).

Nurhalimah. 2016. Buku ajar keperawatan jiwa. Jakarta: Kemenkes RI.

Padila. (2013). Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Nuha Medika.

Prasetya, A. S., Hamid, A. Y. S., & Susanti, H. (2010). Penurunan Tingkat


Depresi Klien Lansia Dengan Terapi Kognitif dan Senam Latihan Otak di
Panti Wredha. Jurnal Keperawatan Indonesia, 13(1), 42–48.
https://doi.org/10.7454/jki.v13i1.230

Setyoadi, dkk. 2011. Terapi Modalitas Keperawatan pada Klien Psikogeriatrik.


Jakarta: Salemba Medika

Stuart, dan Laraia. 2009, Principles and Practice of Psychiatric Nursing, 7 ed.
Mosby Koswara. 1991. Teori-Teori Kepribadian. Bandung: Eresco

Townsend, M. C. 2009. Psychiatric Mental Healt Nursing : Concepts of Care in


Evidence-BasedPractice (6th ed.). Philadelphia : F.A. Davis.

11
Widodo, Siti Lestari, E. C. S. (2013). Pengaruh Terapi Kognitif Terhadap
Perubahan Kondisi Depresi Pasien Gagal Ginjal Kronik. November, 2
Nomor 2, 93–99

12

Anda mungkin juga menyukai