Anda di halaman 1dari 21

Dosen Pengampuh : Ginarti, S.Ft.

Ftr

AKTIVAS FUNGSIONAL DAN REKREASI

PADA KASUS GERIATRI

DI SUSUN OLEH

KELOMPOK 5 :

NUR CAHNI ( D2B2.021.04 )

RITA ( D2B2.021.28 )

CHANDRA WAHYUDIN ( D2B2.021.22 )

NINDY ANDREAN ( D2B2.021.32 )

ISMAIL ( D2B2.021.42 )

PROGRAM STUDY DIII FISIOTERAPI

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BUDI MULIA KENDARI

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan atas rahmat Allah SWT, dimana atas rahmat dan karuniaNya kami
telah menyelesaikan makalah ini yang berjudul Proses Sensoris Motoris. Dalam pembuatan
makalah ini, kami mengalami juga sedikit hambatan. Namun berkat arahan dan dukungan dari
berbagai pihak akhirnya makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Dengan adanya makalah ini, diharapkan dapat membantu proses pembelajaran dan dapat
menambah pengetahuan bagi para pembaca. Kami juga tidak lupa mengucapkan terimakasih
kepada semua pihak, atas bantuan, dukungan dan doanya.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membaca makalah ini dan
dapat mengetahui tentang proses fungsi sensorik Kami menyadari makalah ini masih jauh dari
kata sempurna, maka dari itu kami mengharapkan kritik dan saran objektif yang bersifat
membangun untuk penyempurnaan makalah ini.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi rekan-rekan seperjuangan
khususnya Program Studi D III Fisioterapi .
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULAUN

A. latar belakang

B. rumusan masalah

C. tujuan

BAB II PEMBAHASAN

A. Definisi sensorik dan motoric


B. CIRI – CIRI GERIATRI

C. FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESEHATAN LANSIA

D. MASALAH-MASALAH YANG DIALAMI LANSIA

E.PENYAKIT PADA LANSIA YANG UMUM DITANGANI DOKTER GERIATRI

F.CARA PENANGANAN FISIOTERAPI PADA GERIATRI

BAB III PENUTUP

A. KESIMPULAN

B. SARAN

DAFTAR PUSTAKA
BAB 1

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Pengertian

Istilah geriatri pertama kali dipakai oleh Ignatz Nascher pada tahun 1909. Geriatri merupakan
disiplin ilmu kedokteran yang menitikberatkan pada pencegahan, diagnosis, pengobatan, dan
pelayanan kepada pasien usia lanjut (Sudoyo dkk, 2006). Menurut Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 79 Tahun 2014 tentang Penyelenggaraan Pelayanan Geriatri di
Rumah Sakit, pasien geriatri adalah pasien lanjut usia dengan multi penyakit dan/atau gangguan
akibat penurunan fungsi organ, psikologi, sosial, ekonomi dan lingkungan yang membutuhkan
pelayanan kesehatan secara terpadu dengan pendekatan multidisiplin yang bekerja secara
interdisiplin. Sedangkan lanjut usia (lansia) adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 (enam
puluh) tahun ke atas. Menurut Kementerian Kesehatan RI (2012), lansia dikelompokkan menjadi
3 kelompok yaitu: pra lanjut usia (45-59 tahun), lanjut usia (60-69 tahun), dan lanjut usia risiko
tinggi ( > 70 tahun atau usia > 60 tahun dengan masalah kesehatan).

B.Rumusan Masalah

1. Apa pengertian Geriatri ?

2. Apa sajakah Ciri-ciri Geriatri ?

3. Apa sajakah faktor yang mempengaruhi kesehatan jiwa para Lansia?

4. Masalah – masalah apa sajakah yang timbul pada Lansia ?

5. Apa yang dimaksud dengan Usia lanjut Sehat dan bagaimanakah ciri-cirinya ?

6. Bagaimana upaya pelayanan kesehatan pada lansia ?

C.Tujuan

1.Untuk memenui tugas kelompok yang diberikan


BAB 2

PEMBAHASAN

B. Definisi sensorik dan motoric


a. Sensorik / Reseptor

Dalam konteks geriatri, sensorik dan motorik merujuk pada dua aspek penting dalam fungsi
fisik dan kognitif manusia yang berkaitan dengan proses penerimaan informasi dari lingkungan
sekitar dan kemampuan untuk meresponsnya. Berikut adalah definisi sensorik dan motorik dalam
geriatri:

1. Sensorik: Sensorik mengacu pada kemampuan tubuh untuk menerima, memproses, dan
menginterpretasikan informasi sensorik dari lingkungan. Pada orang tua atau mereka
yang mengalami penuaan, kemampuan sensorik seringkali dapat mengalami penurunan.
Beberapa jenis sensorik yang penting dalam geriatri meliputi:

- Penglihatan: Penurunan penglihatan, seperti penglihatan kabur, kesulitan membaca


teks kecil, atau kesulitan membedakan warna, adalah masalah umum pada orang tua. Hal
ini dapat mempengaruhi kemandirian, mobilitas, dan kualitas hidup mereka.

- Pendengaran: Hilangnya pendengaran atau penurunan pendengaran sering terjadi pada


orang tua. Hal ini dapat menyebabkan kesulitan dalam berkomunikasi dengan orang lain,
terutama dalam situasi bising.

- Perabaan dan perasa: Sensorik perabaan dan perasa, seperti kepekaan terhadap suhu,
rasa nyeri, atau sentuhan, juga dapat mengalami penurunan pada orang tua. Ini dapat
menyebabkan kerentanan terhadap luka atau cedera yang tidak terdeteksi dengan baik.
- Indra penciuman dan pengecapan: Indra penciuman dan pengecapan dapat mengalami
penurunan seiring dengan bertambahnya usia, yang dapat mempengaruhi nafsu makan,
kualitas makanan, serta keselamatan (misalnya, kemungkinan tidak mendeteksi bau yang
berbahaya).

Sensorik dan motorik adalah dua aspek penting dalam fungsi fisik dan kognitif manusia
yang berkaitan dengan proses penerimaan informasi dari lingkungan sekitar dan
kemampuan untuk meresponsnya. Dalam konteks geriatri, sensorik merujuk pada
kemampuan tubuh untuk menerima, memproses, dan menginterpretasikan informasi
sensorik, sementara motorik merujuk pada kemampuan tubuh untuk menggerakkan otot-
otot dan menjalankan fungsi fisik.

Sensorik dalam geriatri mencakup berbagai indra dan kemampuan sensorik, yang
meliputi:

1. Penglihatan: Merupakan kemampuan untuk melihat dan memproses informasi visual.


Penurunan penglihatan, seperti penglihatan kabur, kesulitan membaca teks kecil, atau
kesulitan membedakan warna, adalah masalah umum pada orang tua.

2. Pendengaran: Merupakan kemampuan untuk mendengar dan memproses suara.


Hilangnya pendengaran atau penurunan pendengaran sering terjadi pada orang tua dan
dapat menyebabkan kesulitan dalam berkomunikasi dengan orang lain.

3. Perabaan dan perasa: Merupakan kemampuan untuk merasakan sentuhan, suhu, dan
rasa nyeri. Sensorik perabaan dan perasa juga dapat mengalami penurunan pada orang
tua, yang dapat menyebabkan kerentanan terhadap luka atau cedera yang tidak terdeteksi
dengan baik.

4. Indra penciuman dan pengecapan: Merupakan kemampuan untuk mencium aroma dan
merasakan rasa makanan. Indra penciuman dan pengecapan dapat mengalami penurunan
seiring dengan bertambahnya usia, yang dapat mempengaruhi nafsu makan, kualitas
makanan, serta keselamatan.
b.Motorik (Gerak)

Motorik: Motorik mengacu pada kemampuan tubuh untuk menggerakkan otot-otot dan
menjalankan fungsi fisik. Dalam geriatri, penurunan fungsi motorik seringkali menjadi perhatian
karena dapat mempengaruhi mobilitas, kemandirian, dan risiko jatuh.

Motorik dalam geriatri melibatkan kemampuan tubuh untuk menggerakkan otot-otot


dan menjalankan fungsi fisik, termasuk:

1. Kekuatan otot: Merupakan kemampuan otot untuk menghasilkan kekuatan dan


melakukan aktivitas fisik. Kekuatan otot dapat mengalami penurunan seiring dengan
bertambahnya usia, yang dapat mempengaruhi kemampuan seseorang untuk menjalankan
aktivitas sehari-hari seperti berjalan, bangun dari duduk, atau mengangkat beban.

2. Koordinasi motorik: Merupakan kemampuan untuk mengoordinasikan gerakan tubuh


yang kompleks. Penurunan koordinasi motorik dapat mempengaruhi keterampilan
fungsional dan kemampuan seseorang untuk menjalankan tugas-tugas sehari-hari, seperti
berjalan dengan seimbang atau menggunakan tangan untuk menulis.

3. Keseimbangan: Merupakan kemampuan untuk mempertahankan keseimbangan tubuh


saat bergerak atau berdiri. Keseimbangan yang buruk merupakan faktor risiko utama
jatuh pada orang tua. Penurunan keseimbangan dapat disebabkan oleh berbagai faktor,
termasuk penurunan kekuatan otot dan penurunan kemampuan sensorik.

Dalam geriatri, pemahaman dan penanganan yang baik terhadap sensorik dan
motorik menjadi penting

B. CIRI – CIRI GERIATRI

Ada 4 ciri yang dapat dikategorikan sebagai pasien Geriatri dan psikogeriatri, yaitu :

o   Keterbatasan fungsi tubuh yang berhubungan dengan makin meningkatnya usia.

o   Adanya akumulasi dari penyakit-penyakit degeneratif (Kanker, Stroke, Jantung dan


Kolestrol)
o   Lanjut usia secara psikososial yang dinyatakan krisis bila :

-  Ketergantungan pada orang lain (sangat memerlukan pelayanan orang lain ).

-  Mengisolasi diri atau menarik diri dari kegiatan kemasyarakatan karena berbagai sebab,
diantaranya setelah menjalani masa pensiun, setelah sakit .cukup berat dan lama, setelah
kematian pasangan hidup dan lain-lain

o   Hal- hal yang dapat menimbulkan gangguan keseimbangan (homeostasi) sehingga


membawa lansia kearah kerusakan / kemerosotan (deteriorisasi) yang progresif terutama
aspek psikologis yang mendadak, misalnya bingung, panik, depresif, apatis dsb. Hal itu
biasanya bersumber dari munculnya stressor psikososial yang paling berat, misalnya
kematian pasangan hidup, kematian sanak keluarga dekat, terpaksa berurusan dengan
penegak hokum, atau trauma psikis.

C.FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESEHATAN LANSIA

Ada beberapa faktor yang sangat berpengaruh terhadap kesehatan jiwa lansia. Faktor-
faktor tersebut hendaklah disikapi secara bijak sehingga para lansia dapat menikmati hari
tua mereka dengan bahagia. Adapun beberapa faktor yang dihadapi para lansia yang
sangat mempengaruhi kesehatan jiwa mereka adalah sebagai berikut :

1. Penurunan Kondisi Fisik

Setelah seseorang memasuki masa lansia umumnya mulai dihinggapi adanya kondisi fisik
yang bersifat patologis berganda (multiple pathology), misalnya tenaga berkurang, enerji
menurun, kulit makin keriput, gigi makin rontok, tulang makin rapuh, dsb. Secara umum
kondisi fisik seseorang yang sudah memasuki masa lansia mengalami penurunan secara
berlipat ganda. Hal ini semua dapat menimbulkan gangguan atau kelainan fungsi fisik,
psikologik maupun sosial, yang selanjutnya dapat menyebabkan suatu keadaan
ketergantungan kepada orang lain. Dalam kehidupan lansia agar dapat tetap menjaga
kondisi fisik yang sehat, maka perlu menyelaraskan kebutuhan-kebutuhan fisik dengan
kondisi psikologik maupun sosial, sehingga mau tidak mau harus ada usaha untuk
mengurangi kegiatan yang bersifat memforsir fisiknya. Seorang lansia harus mampu
mengatur cara hidupnya yang baik, misalnya makan, tidur, istirahat dan bekerja secara
seimbang.

2. Penurunan Fungsi dan Potensi Seksual

Penurunan fungsi dan potensi seksual pada lanjut usia sering kali berhubungan dengan
berbagai gangguan fisik seperti :

1. Gangguan jantung.

2. Gangguan metabolisme, missal diabetes mellitus.

3. Vaginitis.

4. Baru selesai operasi : misalnya prostatektomi.

5. Kekurangan gizi, karena pencernaan kurang sempurna atau nafsu makan sangat
kurang.

6. Penggunaan obat-obat tertentu, seperti antihipertensi, golongan stereoid, tranquilier.

7. Faktor psikologis yang menyertai lansia antara lain :

o Rasa tabu atau malu bila mempertahankan kehidupan seksual pada lansia.

o Sikap keluarga dan masyarakat yang kurang menunjang serta di perkuat oleh tradisi
dan budaya.

o Kelelahan atau kebosanan karena kurang Variasi dalam kehidupannya.

o Pasangan hidup telah meninggal.

 Disfungsi seksual karena perubahan hormonal atau masalah kesehatan jiwa lainnya
cemas, depresi, pikun, dsb.
3. Perubahan Aspek Psikososial
Pada umumnya setelah orang memasuki lansia maka ia mengalami penurunan fungsi
kognitif dan psikomotor. Fungsi kognitif meliputi proses belajar, persepsi, pemahaman,
pengertian, perhatian dan lain-lain sehingga menyebabkan reaksi dan perilaku lansia
menjadi makin lambat. Sementara fungsi psikomotorik (konatif) meliputi hal-hal yang
berhubungan dengan dorongan kehendak seperti gerakan, tindakan, koordinasi, yang
berakibat bahwa lansia menjadi kurang cekatan.
Dengan adanya penurunan kedua fungsi tersebut, lansia juga mengalami perubahan aspek
psikososial yang berkaitan dengan keadaan kepabrikan lansia. Beberapa perubahan
tersebut dapat di bedakan berdasarkan 5 tipe kepribadian lansia sebagai berikut:
o Tipe kepribadian konstruktif (Construction personality), biasanya tipe ini tidak banyak
mengalami gejolak, tenang dan mantap sampai sangat tua.
o Tipe kepribadian mandiri (Independent personaliy), pada tipe ini ada kecenderungan
mengalami post power sindrome, apalagi jika pada masa lansia tidak di isi dengan
kegiatan yang dapat memberikan otonomi pada dirinya.
o Tipe kepribadian Tergantung (Dependent personality ), pada tipe ini bisanya sangat
dipengaruhi kehidupan keluarga, apabila kehidupan keluarga selalu harmonis maka pada
masa lansia tidak bergejolak, tetapi jika pasangan hidup meninggal maka pasangan yang
di tinggalkan akan menjadi merana, apalagi jika tidak segera bangkit dari kedudukannya.
o Tipe Kepribadian Bermusuhan (Hostility personality), pada tipe ini setelah memasuki
lansia tetap merasa tidak puas dengan kehidupannya, banyak keinginan yang kadang-
kadang tidak di perhitungkan secara seksama sehingga menyebabkan kondisi
ekonominya menjadi morat-marit.
 Tipe Kepribadian Kritik Diri (Self Hate Personality), pada lansia tipe ini umumnya
terlihat sengsara, karena perilakunya sendiri sulit dibantu oleh orang lain atau
cenderung susah dirinya.

D. MASALAH-MASALAH YANG DIALAMI LANSIA

Dengan semakin bertambahnya usia, semakin banyak masalah yang dialami. Usia
lanjut adalah usia yang sangat rentan terhadap berbagai masalah , bukan hanya
masalah Kesehatan tapi juga masalah Sosial-Budaya, Ekonomi dan Psikologi.
Adapun masalah-masalah tersebut yaitu :
1. Kesehatan.
Pada umumnya disepakati bahwa kebugaran dan kesehatan mulai menurun pada usia
setengah baya.Penyakit-penyakit degeneratif mulai menampakkan diri pada usia ini.
Namun demikian kenyataan menunjukkan bahwa kebugaran dan kesehatan pada usia
lanjut sangat bervariasi. Statistik menunjukkan bahwa usia lanjut yang sakit-sakitan
hanyalah sekitar 15-25%, makin tua tentu presentase ini semakin besar. Demikian
pula usia lanjut yang tidak lagi dapat melakukan "aktivitas sehari-hari" (Activities of
Daily Living) hanya 5-15%, tergantung dari umur.
Di samping faktor keturunan dan lingkungan, nampaknya perilaku (hidup sehat)
mempunyai peran yang cukup besar. Perilaku hidup sehat harus dilakukan sebelum
usia lanjut (bahkan jauh-jauh sebelumnya). Perilaku hidup sehat, terutama adalah
perilaku individu, dilandasi oleh kesadaran, keimanan dan pengetahuan. Menjadi tua
secara sehat (normal ageing, healthy ageing) bukanlah satu kemustahilan, tapi sesuatu
yang bisa diusahakan dan diperjuangkan. Seyogyanya dianut paradigma, mencegah
dan mengendalikan faktor-faktor risiko sebaik mungkin, kemudian menunda
kesakitan dan cacat selama mungkin.
2. Sosial
Secara sosial seseorang yang memasuki usia lanjut juga akan mengalami perubahan-
perubahan. Perubahan ini akan lebih terasa bagi seseorang yang menduduki jabatan
atau pekerjaan formal. la akan merasa kehilangan semua perlakuan yang selama ini
didapatkannya seperti dihormati, diperhatikan dan
diperlukan.
Bagi orang-orang yang tidak mempunyai waktu atau tidak merasa perlu untuk bergaul
di luar lingkungan pekerjaannya, perasaan kehilangan ini akan berdampak pada
semangatnya, suasana hatinya dan kesehatannya. Di dalam keluarga, peranannya-pun
mulai bergeser. Anak-anak sudah "jadi orang", mungkin sudah punya rumah sendiri,
tempat tinggalnya mungkin jauh. Rumah jadi sepi, orangtua seperti tidak punya peran
apa-apa lagi.

3. Ekonomi.
Memasuki usia lanjut mungkin sekali akan berdampak kepada penghasilan. Bagi
mereka yang menduduki jabatan formal, pegawai negeri atau ABRI, pensiun
menyebabkan penghasilan berkurang dan hilangnya fasilitas dan kemudahan-
kemudahan. Bagi para profesional, pensiun umumnya tidak terlalu menjadi masalah
karena masih tetap dapat berkarya setelah pensiun. Namun bagi "non profesional"
pensiun dapat menimbulkan goncangan ekonomi. Oleh karena itu, pensiun
seyogyanya dihadapi dengan persiapan-persiapan untuk alih profesi dengan latihan-
latihan keterampilan dan menambah ilmu, baik dengan pengembangan hobi maupun
pendidikan formal.
Bagi mereka yang mencari nafkah melalui sektor nonformal, seperti petani, pedagang
dan sebagainya, memasuki usia lanjut umumnya tidak akan banyak berdampak pada
penghasilannya, sejauh kebugarannya tidak terlalu cepat mengalami kemunduran dan
kesehatannya tidak terganggu. Terganggunya kesehatan berdampak seperti pisau
bermata dua. Pada sisi yang satu menjadi kendala:Untuk mencari nafkah, pada sisi
lain menambah beban pengeluaran. Oleh karena itu, jaminan hari tua, asuransi
kesehatan, tabungan, dan sebagainya akan sangat membantu pada kondisi ini.

4. Psikologi.
Masalah-masalah kesehatan, sosial dan ekonomi, sendiri-sendiri atau bersama-sama
secara kumulatif dapat berdampak negatif secara psikologis. Hal-hal tersebut dapat
menjadi stresor, yang kalau tidak dicerna dengan baik akan menimbulkan masalah
atau menimbulkan stres dalam berbagai manifestasinya. Sikap mental seseorang
sendiri dapat menimbulkan masalah. Usia kronologis memang tidak dapat dicegah,
namun penuaan secara biologis dapat diperlambat. Rambut yang memutih, kulit yang
mulai keriput, langkah yang tidak lincah lagi dan sebagainya, harus diterima dengan
ikhlas. Namun janganlah penuaan secara psikologis terjadi lebih cepat daripada usia
kronologis. Untuk itu diperlukan sikap mental yang positif terhadap proses penuaan.
Menua tidak harus sakit-sakitan, juga tidak harus loyo dan jompo. Kehidupan
spiritual mempunyai peran yang sangat penting. Seseorang yang mensyukuri nikmat
umurnya, tentu akan memelihara umurnya dan mengisinya dengan hal-hal yang
bermanfaat, seperti kata sebuah hadis : "sebaik-baik manusia adalah yang umurnya
panjang dan baik amal perbuatannya". Kalau mensyukuri nikmat sehat, maka akan
memelihara kesehatan kita sebaik-baiknya. Kalau silaturachmi itu memperpanjang
umur, kita sebaiknya memelihara kehidupan sosial selama mungkin.

E.Penyakit pada lansia yang umum ditangani dokter geriatri 

Berikut beberapa gangguan kesehatan atau penyakit panyakit pada lansia yang ditangani
dokter geriatri:

1. Penyakit kardiovaskular 

Penyakit kardiovaskular adalah penyakit yang menyerang sistem kardiovaskuler, yakni


jantung dan pembuluh darah. Penyakit ini dapat berupa gangguan irama jantung
(aritmia), penyakit jantung koroner, hingga stroke. 

Pada lansia, penyakit ini sering terjadi akibat adanya perubahan sistem kardiovaskuler,
seperti penebalan katup jantung, kehilangan elastisitas jantung, hingga penurunan
kemampuan memompa darah. 

Selain itu, adanya penyakit lain, seperti hipertensi, berat badan berlebih, dan gaya hidup
tidak sehat juga menjadi penyebab penyakit kardiovaskular pada lansia.

2. Penyakit paru 

Penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) adalah penyakit paru kronis yang ditandai
dengan terhalangnya saluran napas.

Kondisi ini biasanya akan memburuk seiring berjalannya waktu. Itu sebabnya, orang
yang memiliki penyakit ini cenderung mengalami kondisi yang terus memburuk seiring
bertambahnya usia. 

Perubahan sistem pernapasan, penurunan kemampuan pernapasan, komplikasi penyakit


degeneratif, dan gaya hidup tidak sehat di masa muda, seperti merokok, menjadi
penyebab tingginya penyakit paru pada lansia. 

3. Asam urat
Gout arthritis, atau orang sering menyebutnya asam urat, adalah penyakit radang sendi
yang ditandai dengan peningkatan kadar asam urat dalam darah. 

Penyakit ini dapat menyebabkan nyeri inflamasi sendi, bengkak, hingga berpotensi
mengalami kelumpuhan. 

Pada lansia, penyakit ini rentan terjadi akibat perubahan fungsi tubuh serta akumulasi
konsumsi makanan tinggi purin. Dalam tubuh, purin akan dipecah menjadi asam urat.

Konsumsi purin yang terlalu banyak dapat menyebabkan Anda mengalami gout.

4. Diabetes

Diabetes merupakan penyakit degeneratif yang umum terjadi pada lansia

Diabetes adalah penyakit kronis akibat pankreas tidak dapat menghasilkan cukup insulin
atau tubuh tidak dapat merespons insulin dengan baik. Akibatnya, kadar gula dalam darah
menjadi tinggi.

Pada lansia, diabetes terjadi karena beberapa faktor, salah satunya adalah penurunan
kemampuan tubuh dalam memproduksi insulin atau berkurangnya kemampuan tubuh
dalam memproses gula seiring usia.

Diabetes awalnya identik dengan penyakit orang tua. Akan tetapi, gaya hidup tidak sehat,
seperti malas gerak dan konsumsi makanan tinggi kalori, membuat siapa pun bisa
mengalami penyakit ini, termasuk anak muda.

5. Demensia 

Demensia adalah sindrom yang menggambarkan penurunan daya ingat, kemampuan


berpikir, dan tingkah laku sehingga mengganggu aktivitas sehari-hari. Kondisi ini
adalah penurunan fungsi kognitif lansia yang paling umum terjadi.

Alzheimer adalah penyakit yang umumnya menjadi penyebab demensia. 

Demensia menjadi salah satu penyebab utama lansia harus bergantung pada orang
lain. WHO menyatakan bahwa sekitar 50 juta orang di dunia mengalami demensia,
dengan hampir 10 juta kasus baru setiap tahunnya. 

6. Osteoporosis
Osteoporosis juga menjadi salah satu permasalahan kesehatan yang kerap dialami oleh
lansia. 

Osteoporosis membuat tulang para orang tua kehilangan kepadatannya. Akibatnya, tulang
menjadi mudah rapuh dan patah. Kondisi ini membuat para lansia berisiko besar
mengalami patah tulang, dan mengalami masalah mobilitas saat terjatuh atau bahkan
terbentur.

7.  Depresi

Tak hanya kesehatan fisik, geriatri juga turut menangani masalah kesehatan mental yang
dialami oleh lansia. Ya, seiring bertambahnya usia, lansia juga rentan mengalami masalah
mental, seperti depresi.

Seperti dilansir dari American Psychological Association, sekitar 15-20% lansia di


Amerika mengalami depresi.

Depresi dapat berpengaruh pada sistem imun lansia, yang akhirnya berdampak pada
kesehatan keseluruhan. Dokter geriatri mungkin dapat meresepkan beberapa pengobatan.

Olahraga juga dapat membantu lansia untuk mengatasi stres yang datang.

F.Cara Penangganan fisioterapi pada geriatric

Intervensi fisioterapi geriatri meliputi berbagai teknik dan pendekatan, seperti:

 Latihan Terapeutik: Fisioterapis merancang program latihan yang terarah untuk


meningkatkan kekuatan otot, daya tahan, fleksibilitas, dan keseimbangan lansia.
Latihan ini dapat melibatkan berbagai gerakan, seperti latihan kekuatan, latihan
kardiovaskular, latihan keseimbangan, dan latihan fleksibilitas.
Contoh:letihan terapeutik pada lansia

 Terapi Manual: Fisioterapis menggunakan teknik manual, seperti pijatan, manipulasi


sendi, dan mobilisasi jaringan lunak, untuk meredakan nyeri, meningkatkan
pergerakan sendi, dan memperbaiki kualitas jaringan.

 Penggunaan Alat Bantu: Fisioterapis geriatri dapat merekomendasikan penggunaan


alat bantu seperti tongkat, rollator, atau kursi roda untuk membantu lansia dalam
berjalan dan menjaga keseimbangan.
 Edukasi dan Penyesuaian Lingkungan: Fisioterapis memberikan edukasi kepada
lansia dan keluarganya tentang cara menjaga kesehatan fisik, pencegahan cedera,
dan penggunaan peralatan bantu. Mereka juga memberikan saran tentang
penyesuaian.
BAB 3

PENUTUP

A.Kesimpulan

Proses menua (aging) adalah proses alami yang disertai adanya penurunan kondisi fisik,
psikologis maupun social yang saling berinteraksi satu sama lain. Keadaan itu cenderung
berpotensi menimbulkan masalah kesehatan secara umum maupun kesehatan jiwa secara khusus
pada lanjut usia. Di Indonesia batasan usia lanjut yang tercantum dalam Undang-undang
No.12/1998 tentang Kesejahteraan Usia Lanjut adalah sebagai berikut : Usia lanjut adalah
seorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas (Depsos,1999); batasan ini sama dengan yang
dikemukakan oleh Burnside dkk. Proses penuaan pada seseorang sebenarnya sudah mulai terjadi
sejak pembuahan/konsepsi dan berlangsung sampai-pada saat kematian.

Menurut pasal 1 UU No. 13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan Usia Lajut bahwa yang dimaksud
dengan kesejahteraan adalah suatu tata kehidupan dan penghidupan sosial baik material maupun
spiritual yang diliputi oleh rasa keselamatan, kesusilaan dan ketenteraman lahir dan batin yang
memungkinkan bagi setiap warga negara untuk mengadakan pemenuhan kebutuhan jasmani,
rohani dan sosial yang sebaik-baiknya bagi diri, keluarga serta masyarakat dengan menjunjung
tinggi hak dan kewajiban asasi manusia sesuai dengan Pancasila.

Kesejahteraan ini hanya dapat tercapai jika ada jaminan sosial terutama dalam bentuk pensiun,
asuransi pensiun dan asuransi kesehatan dari pemerintah ataupun swasta, jaminan dari anak-
anaknya atau keluarganya atau yang bersangkutan sendiri. Usia Lanjut Potensial adalah usia
lanjut yang masih mampu melakukan pekerjaan dan atau kegiatan yang dapat menghasilkan
barang dan atau jasa.
B. Saran

Manusia yang telah memasuki usia lanjut tidak bisa berdiri sendir, membutuhkan bantuan dari
berbagai pihak tertutama pihak keluarga tapi tidak menutup kemungkinan membutuhkan bantuan
dari pemerintah terutama dalam pelayanan kesehatan. Bagi keluarga lebih memperhatikan
kesehatan orang tua yang telah memasuki usia lanjut karena semakin berkurangnya umur mereka
semakin banyak membutuhkan perhatian dan kasih sayang dari orang terdekat.

Bagi pemerintah lebih memperhatikan masyarakat yang telah memasuki usia lanjut dengan
memberikan jaminan kesehatan bagi Lansia terutama bagi veteran-veteran perang yang tidak
diperhatikan.
DAFTRA PUSTAKA

https://r.search.yahoo.com/
_ylt=AwrPrxDQHaRkSB4M3HjLQwx.;_ylu=Y29sbwNzZzMEcG9zAzMEdnRpZ
AMEc2VjA3Ny/RV=2/RE=1688505937/RO=10/RU=https%3a%2f%2fshary-
hygiea.blogspot.com%2f2011%2f12%2fmakalah-geriatri.html/RK=2/
RS=9UyS9JvCu8aspvbneXcskdS_ypk-

https://r.search.yahoo.com/
_ylt=Awr1QK2HKKRkuMMNMlDLQwx.;_ylu=Y29sbwNzZzMEcG9zAzYEdnR
pZAMEc2VjA3Ny/RV=2/RE=1688508679/RO=10/RU=https%3a%2f
%2fwww.kajianpustaka.com%2f2022%2f05%2fblog-post.html/RK=2/
RS=pHv1ixbZ.vENxU6P1v2RPsjMSe0-

https://r.search.yahoo.com/
_ylt=Awr1QK3oKKRkfBAOsRHLQwx.;_ylu=Y29sbwNzZzMEcG9zAzEEdnRpZ
AMEc2VjA3Ny/RV=2/RE=1688508777/RO=10/RU=https%3a%2f
%2ffisioterapi.esaunggul.ac.id%2ffisioterapi-geriatri-tatalaksana-fisioterapi-usia-
lanjut%2f/RK=2/RS=cM5pvWkjAocPJQmN8h2GlVfP4wM-

Anda mungkin juga menyukai