Anda di halaman 1dari 37

MODULE INTERVENSI

ELEKTROTERAPI PADA
KASUS PATOLOGIS
TUJUAN INSTRUKSIONAL
Mahasiswa memahami penerapan
elektroterapi dan sumberfisis dengan cara :
 Mampu menguraikan dasar-dasar pemikiran
penerapan elektroterapi dan sumberfisis pada
kasus patologis
 Mampu merinci respons jaringan tubuh terhadap
stimulus modalitas.
 Mampu menguraikan proses inflamasi fisiologik
dan reaksi inflamasi oleh stimulus fisis
 Mampu menguraikan reaksi jaringan spesifik: saraf
motorik, sensorik dan vegetatif serta
dermatogen,capsuloligamenter, muskuler, dan
vasculer.
 Mampu menjelaskan analisis program penerapan
elektroterapi dan sumberfisis pada kasus patologis
Pertanyaan studi
 Jelaskan dasar-dasar pemikiran penerapan elektroterapi dan
sumberfisis pada kasus patologis
 Jelaskan respons jaringan tubuh secara umum terhadap stimulus
fisis.
 Uraikan proses inflamasi fisiologik dan reaksi inflamasi oleh
stimulus fisis
 Uraikan reaksi jaringan saraf motorik, sensorik dan vegetatif
terhadap stimulus elektroterapi dan sumberfisis.
 Uraikan reaksi jaringan terhadap stimulus elektroterapi dan
sumberfisis.
 Uraikan reaksi jaringan capsuloligamenter terhadap stimulus
elektroterapi dan sumberfisis.
 Uraikan reaksi jaringan otot terhadap stimulus elektroterapi dan
sumberfisis.
 Uraikan reaksi jaringan pembuluh darah terhadap stimulus
elektroterapi dan sumberfisis.
 Jelaskan analisis program penerapan elektroterapi dan
sumberfisis pada kasus patologis
Pendahuluan
TISSUE RESPONS
STRESSOR FISIKA

JARINGAN TUBUH

REAKSI CELL -
JARINGAN

REAKSI
FISIOLOGIS

PENGARUH TERAPI
JENIS STRESSOR
 THERMAL
 Panas
 Dingin
 ELECTRIC
 Galvanis (CDC/IDC)
 Alternating curent frekwensi
rendah; -menengah; -tinggi
 LIGHT
 Infra red
 Ultra violet
 Laser
 CHEMIS
 Obat-obatan
 MECHANIC
 Gaya mekanik (misal air)
INFLAMASI
Iritasi/injury thd jaringan

Kerusakan jaringanhaemorrhage
(Brady)Kinine
Prostaglandine (E)
Menghasilkan zat kimiawi: Algogene
Hystamin,serotonine

Inflamasi awal Produksi ‘P Substance’ gln dorsalis


Tumor, Dolor, Rubor,
Inflamasi luas Calor, Fungsiolesa

REGENERASI

Proliferasi Produksi Remodeling


Nocisensor
 Unimodale sensor: sensitif thd satu stimulus yg
adekwat. Polymodale sensor: sensitif the
beberapa jenis stimulus
 Unimodale nocisensor: ujung bebas srbt mielin
tipis dgn thresshold tinggi sensitif thd satu
stimulus dan menimbulkan nyeri lokal.
Thresshold jadi rendah oleh zat produk
kerusakan jaringan sbg reaksi adaptasi
perlindungan.
 Polymodale nocisensor: ujung bebas srbt aff tak
bermyeline dgn thresshold tinggi sensitif thd
beberapa stimulus. Tidak beradaptasi.
Reaksi lokal saraf sensorik
Iritasi Kerusakan jar

Pg, Bk, H zat tachikinine nocisensor


vasodilatasi
stimulus gln spinale
inflamasi
lokal P substance

Trans ke p h c.Spinothal tract transport keperifer

thalamus devergensi inflamasi


lokal
Lymbics

Kesadaran nyeri
JARINGAN IKAT
 Merupakan komponen hampir seluruh jaringan
tubuh.
 T.a. Cells, Collagen, elastin dan matrix
 Dihasilkan oleh fibroblast Fibroblas menghasilkan
collagen dan matrix
Kekuatan oleh collagen,
kelenturan oleh elastin
dan viscositas matrix
STRUKTUR JARINGAN SPESIFIK
 DERMATOGEN
 Bag terluar tubuh sbg isolator, protector,
penyangga dan organ sensor.
 Tersusun sbg epidermis, dermis dan subcutan.
 Pd subcutan terdpt jar ikat penyangga, lemak
sbg isolator, saraf sensoris penerima impulse
panas dingin, raba, tekan, maupun nyeri, serta
pembuluh darah utk nutrisi
 Terdapat kelenjar keringat dan lemak.

Kelenturan oleh sub cutan collagen & air


Radic, jar segmental: Dermatomes, sclerotome
dan myotome; saraf perifer: nervinal.
STRUKTUR JARINGAN SPESIFIK
 CAPSULOLIGAMENTAIR
 T.a. tunica fibrosa bag. luar dan
membrana sinovialis bag dalam.
 Ligament mrpk penebalan tunica
fibrosa atau berdiri sendiri.
 Merupakan stabilisator sendi pasif
 Mengarahkan gerak sendi
 Memproduksi synovium
 Terdapat serabut saraf sensosis,
capilair
 T.a. serabut collagen yg sejajar
bersilangan, elastin; cell fibroblast,
dan matrix dg. komponen utama:
GAG’s, air,
STRUKTUR JARINGAN SPESIFIK
 MUSCULOTENDINOGEN
 Otot rangka melekat pada tulang/fascia
melalui tendon.
 Otot tipe I (tonic) tipe II phasic.
 Terbungkus oleh jar ikat.
 Sbg. Stabilisator aktif dan penggerak
sendi.
 Terdapat serabut saraf motoris dan
sensosis, capilair.

Komponen contractile oleh


myofrile, komponen penunjang
/static oleh jar. ikat
ANALISIS PROGRAM
Penyebab I Penyebab lain

Diagnosis & prognosis

Strutur jar 1 Strutur jar 2 Strutur jar 3 dst


dan patologinya dan patologinya dan patologinya

Gang gerak- Gang gerak- Gang gerak- Gang gerak-


fungsi fungsi fungsi fungsi Dll

Metode & teknik Metode & teknik


modalitas I modalitas II dst
ARUS LISTRIK FREK RENDAH
 Arus diadynamic; merupakan arus frekwensi rendah
galvanis monophasic dengan frekwensi 50 hz – 100 hz –
50/100 hz.
 Arus ultra reiz (2-5) merupakan IDC dengan durasi puls
dan rest 2ms dan 5ms.
 Transcutaneus Nerve Stimulation (TENS) bila dipilih arus
biphase symmetry tidak ada beban galvanis sehingga
tidak akan terjadi electric burn.
 Penetrasi superfisial, indikasi untuk mengurangi nyeri
melalui modulasi tingkat sensoric, spinal dan
supraspinal, merangsang motorik shg terjadi kontraksi
otot, dan menurunkan hiperaktivitas symphatis sehingga
diperoleh peningkatan mikro sirkulasi.
DIATHERMY
 MWD modalitas deep heating radiant dipilahkan
dgn SWD modalitas deep heating inductance 
SWD sangat berpengaruh pd sifat dielectric
jaringan.
 Timbulnya panas: jaringan isolator (electron
mengelilingi inti) dan jaringan konduktor (dipole)
serta jaringan elektrolit (anion – cathion).
 Indikasi untuk mengurangi nyeri melalui
modulasi tingkat sensoric akibat reabsorbsi iritan
nyeri, tingkat spinal oleh pengaruh sedatif mild
heating dan tingkat supraspinal oleh pengaruh
thermal, dan peningkatan mikro sirkulasi lokal
oleh dilatasi sistem vaskuler.
ULTRA SOUND
 Pengaruh Mekanis krn pengaruh gelombang
longitudinal: gaya refraction dan rarefraction < 4
bar
 Pengaruh utama oleh reaksi neurogenic
inflammation akibat ‘tissue damage’
 Pengaruh panas dalam relatif kecil diperoleh dari
pengaruh vibrasi.
 Pengaruh piezoelectric mampu meningkatkan
metabolisme membrane.
 Energi terbesar diterima jaringan interface
REAKSI TERHADAP ARUS LISTRIK frek
rendah & menengah

 Membuat diagnosis (misal SDC)


 Dilatasi pembl darah perifer atau central
 Kontraksi otot, peregangan, pumping
action.
 Modulasi nyeri dalam 4 tingkat
 Penurunan oedeme (under pressure)
 Peregangan jaringan lunak (under tension)
 Meningkatkan metabolisme jaringan
 Memacu regenerasi jaringan lunak, callus
 Dll
REAKSI TERHADAP
ENERGI (ULTRA) SOUND

 Peningkatan circulatory
 Peningkatan metabolism membrane
(Piezo electric)
 Peningkatan proses metabolism
 Mempercepat penyembuhan
collagen
Diagnosis
Jaringan Patologi Gang grk Tes khusus Prosedur
& fungsi Intervensi
Capsule- Contracture Non Joint Play US
ligament caps Movement
/capsular- (JPM) SWD
patt
Capsule- Laxity Hypermobi Passive test, ES
ligament le Active stab.
/unstable test Modality
Capsule- Inflamation Pain, Nyeri Palpation, SWD/MWD
ligament gerak Stretch test
pulse
TENS/IFC
Diagnosis
Jaringan Patologi Gang Tes khusus Prosedur
grk & Intervensi
fungsi
Tendo- Inflamasi Nyeri Palpation, US pulseTENS/IFC
muscular kontraksi, isometric test,
Lemah Stretch test
krn nyeri

Tendo- Weaknes Lemah MMT/ MF


muscular satrophy muscle Isometric
performa /isotonic
nce strength test

Tendo- Tightness Spasm/ Contract relax - ES under tension


muscular /contract Pendek stretch /length
ur test
Diagnosis
Jaringan Patologi Gang Tes khusus Prosedur
grk & Intervensi
fungsi
Bursae Inflamat Pain (in Compression US
ion move) test

Tulang Fracture Pain, Axial test, US


deformity compression
fungsiole test
sa

Vaculair Venous Edeme Pitting test ES under pressure


/lymph (Distal)
edeme
TISSUE INJURY.
 Pada kasus ini dapat diberikan diathermy,
yaitu MWD (efektif utk otot), atau SWD
(efektif utk jaringan ikat).
 Tujuan utamanya membantu proses
resorbsi sisa metabolism dan radang.
 Dosis diberikan sesuai dengan aktualitas
patologi
Ligament Injury
SWD kontraplanar; dosis utk aktualitas tinggi pulsed SWD
nonthermal waktu pendek dan frekwensi 2 kali sehari
 Aktualitas rendah dgn subthermal waktu normal setiap
hari atau selang sehari

US dosis intensitas 1 w/cm2 pada actualitas tinggi dan


waktu tergantung luasnya area dibagi ERA transducer.
 Pada aktualitas rendah dengan intensitas 1,5 – 2 w/cm2.

 Gerakan sirkuler dipilih mengingat arah serabutnya yang


silang
Joint instability
 FES (fuctional electrical stimulation): utk
otot-otot stabilisator sendi  utk
meningkatkan dan merangsang stabilisasi
sendi.
 Modalitas lain diterapkan tergantung ada
atau tidaknya patologi penyerta. Untuk
modulasi nyeri dapat digunakan TENS
atau diathermy.
Muscle cramp
 Pada kram otot dapat digunakan MWD
dosis suthermal yang praktis atau SWD
dosis subthermal.
 ES under pressure untuk sirkulasi
penyerapan sisa metabolism
Muscle strain and tendinitis
US pd otot dan tendon cidera utk memacu proses
penyembuhan luka.
 Intensitas sesuai aktualitas patologi: aktualitas

tinggi dosis intensitas 1 w/cm2 dan bila


aktualitas rendah dgn intensitas 1,5 – 2 w/cm2.
 Waktu tergantung luasnya area dibagi ERA

transducer. Pada otot diterapkan gerakan


longitudinal/parallel terhadap serabut otot
Myosinovitis
 Penggunaan US diatas otot patologis, utk
persiapan sebelum manipulasi otot dan
memacu proses penyembuhan luka.
 Intensitas diatur 1,5 – 2 w/cm2.
 Waktu tergantung luasnya area dibagi
ERA transducer.
 Gerakan longitudinal/parallel terhadap
serabut otot
Periostitis
 US utk memacu proses penyembuhan
luka.
 Intensitas dipilih 1 w/cm2 pada aktualitas
tinggi dan 1,5 – 2 w/cm2 pada aktualitas
rendah.
 Waktu tergantung luasnya area dibagi
ERA transducer
Frakture
 Pada fraktur sangat tergantung jaringan
mana yang akan diobati. Pada sendi dapat
diberikan diathermy atau US, tetapi bila
untuk modulasi nyeri dapat digunakan
TENS.
 Untuk frakturnya sendiri dapat digunakan
US untuk memacu pertumbuhan callus
 Diikuti terapi latihan stabilisasi, penguatan
otot dan latihan fungsional.
IMMUNO PATHOLOGY
 Rheumatoid arthritis
 Aktualitas tinggi:
 Menurunkan/menghambat reaksi inflamasi dengan
cryotherapy.
 Menurunkan sensasi nyeri dgn arus frekwensi menengah
dan/atau rendah.
 Aktualitas rendah:
 Mild heating (MWD/Superficial heating) untuk menurunkan
sensasi nyeri, muscle spasm dan perbaikan sirkulasi.
 Electrical muscle stimulation utk meningkatkan stabilisasi
aktif.
 Diikuti terapi latihan stabilisasi dan penguatan otot.
DEGENERATIVE PATHOLOGY
 Osteoarthrosis
 Meningkatkan kelenturan jaringan ikat sendi
dengan MWD/SWD dan US.
 Membantu pemeliharaan mikrosirkulasi
dengan stimulasi arus frekwensi rendah,
MWD/SWD dan US.
 Meningkatkan stabilitas aktif dengan electrical
muscle stimulation.
 Diikuti terapi latihan stabilisasi dan penguatan
otot.
NERVE LESION
 Peripheral nerve lesion
 Electrical muscle stimulation utk memelihara
fisiologis otot paretik dan muscle reeducation.
 Diikuti terapi latihan penguatan otot dan
lathan fungsi.
NERVE ENTRAPMENT
 Carpal tunnel syndrome
 Meningkatkan kelenturan jaringan ikat
kontraktur penyebab entrapment dengan
MWD/SWD
 Diikuti stretching.
ARTERIAL PATHOLOGY
 Buerger’s disease
 Menanggulangi capilar spasme dengan
vacuum and compression therapy.
 Diikuti buerger’s exercise
VENOUS AND LYMPHATIC
PATHOLOGY
 Oedeme
 Posisi elevasi
 Venous return dgn intermittent compression
therapy
 Penerapan electrical stimulation under
pressure
 Diiluti pumping exercise
DISKUSI DAN KESIMPULAN
 Dari kajian diatas penerapan elektroterapi
tidak bias berdiri sendiri dan selalu diikuti
interevensi utamanya.
 Untuk pembuktian empiris seberapa besar
pengaruh elektroterapi disbanding dengan
manualterapi dan massage, diperlukan
penelitian mendalam.
Daftar pustaka
 ARS Verhoeven, Diadynamic Current, Enraf Nonius, Delft, 1988
 A Thomson, A Skinner and J Piercy, Tidy’s Physiotherapy, Twelfth
Edition, Butterworth-Heinemann, London, 1991
 Gersh, Meryl Roth, Electrotherapy In Rehabilitation, FA Davis
Company, Philadelphia, 1992
 John Low and Ann Red, Electrotherapy Explained, Principles and
Practice, Third Edition, Butterworth-Heinemann, Oxford, 2000
 Marikje Hogenkamp, Els Mittelmeijer, Ineke Smits, Coen van
Stralen, Interferential Therapy, Enraf Nonius, Delft, 1990
 Prentice, William E, Therapeutic Modalities For Sports Medicine and
Athletic Training, Fifth Edition, McGraw-Hill Companies, Avenue New
York, 2003
 Wadsworth, Hillary and APP Chanmugam, Electrophysical Agents In
Physiotherapy Second Edition, Science Press, Marrickville, 1988

Anda mungkin juga menyukai