Anda di halaman 1dari 35

NEUROFISIOLOGI

SISTEM SARAF PERIFER

I Wayan Tunjung, dr. Sp.S


BAGIAN NEUROLOGI
RSUD KOTA MATARAM
NEUROANATOMI
Struktur serabut saraf
perifer
Neuron adalah suatu sel
saraf yang merupakan
unit anatomis dan
fungsional sistem
saraf.
Neuron terdiri dari
badan sel saraf dan
prosesus-prosesusnya.
Badan sel mengandung
nukleus dan
sitoplasma.
Nukleus terletak di
sentral bentuknya
bulat dan besar.
Di dalam sitoplasma terdapat
retikulum endoplasma yang
mengandung organel seperti
substansia Nissl, apparatus Golgi,
mitokondria, mikrofilamen,
mikrotubulus dan lisosom.
Prosesus sel neuron terbagi menjadi
dendrit-dendrit dan sebuah akson.
Sebagian besar akson pada sistem
saraf perifer dilapisi mielin dan
membentuk segmen-segmen
seperti di SSP.
KLASIFIKASI NEURON
Menurut bentuknya
neuron diklasifikasi
menjadi:
Neuron unipolar (satu
cabang akson dan
satu cabang dendrit)
Neuron bipolar
(mempunyai dua
serabut, satu dendrit
dan satu akson)
Neuron multipolar
(mempunyai
beberapa dendrit
dan satu akson)
Komponen sistem saraf perifer
Sistem saraf perifer
terdiri dari neuron
motorik, neuron
sensorik menuju
ke neuromuscular
junction dan otot.
Nervus spinalis
berhubungan
dengan medula
spinalis melalui
dua radiks yaitu
radiks anterior dan
radiks posterior.
Serat aferen
berasal dari satu
radiks dorsalis,
bergabung dan
melayani daerah
segmen tertentu
kulit
(dermatom).
Jumlah dermatom
sebanyak radiks
segmental.
Sistem saraf perifer motorik dari
motor neuron di kornu anterior
medula spinalis.
Neuron yang menyalurkan impuls
motorik dari medula spinalis ke sel
otot skeletal dinamakan Lower
Motor Neuron(LMN).
LMN: alfa motorneuron (berukuran
besar, aksonnya yang tebal dan
mensarafi serabut otot ekstrafusal)
dan gamma motorneuron
(berukuran kecil, aksonnya halus
dan mensarafi otot intrafusal)
Radiks ventralis
dan dorsalis
bergabung di
foramen
intervertebralis
menjadi satu
berkas saraf
spinal dan
dinamakan
sesuai foramen
intervertebralis
.
Saraf perifer radiks
C2-C4 membentuk
pleksus servikalis,
C5-T1 membentuk
pleksus brakhialis
dan terdiri dari
tiga trunkus
utama yaitu
trunkus superior
(C5, C6), medial
(C7) dan inferior
(C8, T1).
T12-L4 membentuk
pleksus lumbalis,
L5-S3 membentuk
pleksus sakralis.
Fisiologi Sel
Membran Sel
Tebalnya 7,5-10 nm.
Struktur dasar: lipid
bilayer tipis setebal
satu molekul.
Lipid bilayer tersusun
molekul-molekul
fosfolipid.
Ujung molekul
fosfolipid adalah
ujung fosfat
(hidrofilik) dan
ujung lainnya fatty
acid (hidrofobik).
Bagian hidrofobik di tengah
membran dan bagian hidrofilik
di kedua sisi membran yang
berhubungan dengan cairan
intraseluler dan ekstraseluler.
Lapisan lipid bersifat
impermeabel bagi ion, glukosa
dan urea,sedangkan oksigen,
karbondioksida dan alkohol
dapat menembusnya.
Cairan ekstraseluler berisi nutrisi, Ion-
ion sodium (Na+), klorida (Cl-) dan
bikarbonat.
Sebuah sel terdiri atas cairan
intraseluler dan organela-organela
yang dibungkus oleh suatu membran.
Cairan intraseluler terdiri atas lima
substansi dasar yaitu air, elektrolit,
protein, lemak dan karbohidrat.
Elektrolit: potasium, magnesium,
fosfat, sulfat, bikarbonat serta
sejumlah kecil sodium, khlorid dan
kalsium
Potensial Aksi
Sel dalam keadaan istirahat memiliki beda
potensial di antara kedua sisi
membrannya(polarisasi).
Saat aktif, potensial membran sel
mengalami perubahan dari negatif di sisi
dalam berubah menjadi positif di sisi
dalam (depolarisasi).
Setelah terjadi depolarisasi sempurna, sel
melakukan repolarisasi.
Saat repolarisasi, potensial membran
berubah dari positif di sisi dalam menuju
kembali ke negatif di sisi dalam.
Aktivitas sel dari polarisasi ke
depolarisasi dan kembali ke
polarisasi dengan perubahan pada
potensial membran sel.
Perubahan ini menghasilkan suatu
impuls tegangan yang disebut
potensial aksi.
Yang berperan dalam depolarisasi
dan repolarisasi selama potensial
aksi: kanal-kanal sodium dan
potasium yang terpicu-tegangan
(voltage-gate).
Potensial Membran Istirahat
Saat istirahat sel
memiliki potensial
istirahatl yang
berpolaritas negatif
di dalam dan positif
di luar membran
sel.
membran sel hanya
permeabel terhadap
ion potassium,
konsentrasi ion
potasium lebih
tinggi di sisi dalam
sel untuk difusi, ion
potasium akan
bergerak keluar
membran sel
menimbulkan arus
listrik (arus difusi).
Keluarnya ion positif
potasium dari dalam sel
meninggalkan muatan
negatif (anion) yang sama
besar di dalam sel sehingga
terjadi beda potensial antara
sisi dalam (lebih negatif)
dan sisi luar sel
menimbulkan medan listrik
dari luar ke dalam sel.
Transportasi ion
aktif juga
mempengaruhi
membran
potensial sel
(Pompa Na+-K+ ).
transport ini
secara kontinyu
memompa 3Na+
keluar sel dan
2K+ ke dalam
sel.
Impuls
Potensial aksi
dihantarkan dari
nodus ke nodus
oleh saraf bermielin
(hantaran
meloncat
loncat)yaitu arus
listrik mengalir
melalui cairan
ekstrasel
sekitarnya dan
aksoplasma dari
nodus ke nodus
Sinaps
Neurotransmiter dilepaskan dari
ujung saraf ketika datang impuls
saraf (potensial aksi) kemudian
neurotransmiter dikeluarkan ke
celah sinaps.
Di celah sinaptik, neurotransmiter
mencapai sasarannya dengan
meningkatkan atau menurunkan
potensial istirahat membran pasca
sinaptik untuk waktu yang singkat.
Protein reseptor
membran sinaptik
mengikat
neurotransmiter,
membuka kanal ion,
membangkitkan
Excitatory
Postsynaptic
Potential (EPSP)
atau Inhibitory
Postsynaptic
Potential (IPSP).
Eksitasi cepat
menggunakan
asetilkolin
(nikotinik) dan L-
glutamat, inhibisi
menggunakan
GABA.
Klasifikasi Reseptor Sensorik
Klasifikasi stimulus:
Mekanoreseptor: Sensibilitas raba,
pendengaran, keseimbangan, tekanan
arteri, sensibilitas jaringan dalam.
Termoreseptor: Dingin, hangat
Nosiseptor: Nyeri
Reseptor elektromagnetik: Penglihatan
Kemoreseptor: Pengecapan,
osmolalitas, CO2 darah, Pembauan,
glukosa, asam amino, oksigen arteri,
asam lemak darah
Klasifikasi berdasarkan lokasi:
Eksteroseptor: stimulus dari luar tubuh,
lokasi dekat permukaan tubuh,
termasuk: raba, tekanan, suhu
Interoseptors atau viseroseptors:
stimulus dari dalam tubuh, organ dalam
tubuh dan pembuluh darah, termasuk:
tidak nyaman, lapar.
Proprioseptif: stimulusdari dalam tubuh,
lokasi pada otot, tulang, tendon, sendi,
ligamen dan jaringan penyambung dari
otot, memonitor derajat regangan dari
jaringan yang mana mereka berada.
Klasifikasi berdasarkan struktur:
Reseptor sederhana: kulit,
membran mukosa, jaringan
penyambung dan otot.
Reseptor kompleks dihubungkan
dengan reseptor khusus
special sense
Klasifikasi serabut saraf
Klasifikasi dan Perbandingan Berbagai Tipe Reseptor

Modalitas Kemampuan Serabu


Tipe reseptor Lokasi Stimulus
sensorik adaptasi t saraf

Reseptor tidak berkapsul


Ujung bebas saraf Epidermis, Mekanoresptor Nyeri(cepat), cepat A delta
kornea, usus, nyeri(lambat, C
dermis, raba (kasar),
ligamentum, tekanan,
capsula, panas dan
articularis, dingin
tulang, pulpa
dentis,dll

Discus merkel Mekanoresptor Raba Lambat A beta


Kulit tidak
berambut

Reseptor folikel rambut Kulit berambut Mekanoresptor Raba Cepat A beta

Sumber : Neuroanatomi Klinik (Snell,2007)


Klasifikasi dan Perbandingan Berbagai Tipe Reseptor
Modalitas Kemampua Serabut
Tipe reseptor Lokasi Stimulus
sensorik n adaptasi saraf

Reseptor berkapsul
Corpusculum Meissner Papila dermis Mekanoresptor Raba cepat A beta
pada kulit
telapak tangan
dan kaki
Corpusculum Pacini Dermis, Mekanoresptor Getar cepat A beta
Ligamen,
capsula
articularis,
genetalia
externa,dll
Corpusculum Ruffini Mekanoresptor Regang Lambat A beta
Dermis kulit
berambut
Neuromuscular Spindles Otot rangka Mekanoresptor Regangan cepat A alfa
- panjang A beta
otot
Neurotendineus Spindles Tendon Mekanoresptor cepat A alfa
Kompresi -
tonus otot
Sumber : Neuroanatomi Klinik
(Snell,2007)
Neurotransmiter
Adaptasi reseptor
Semua reseptor sensoris beradaptasi
sebagian atau komplit terhadap
rangsangan setelah suatu periode
waktu yaitu bila suatu rangsang
sensoris kontinyu bekerja untuk
pertama kali, mula-mula reseptor
tersebut bereaksi pada suatu
kecepatan impuls yang sangat
tinggi, kemudian secara progresif
makin lambat sampai akhirnya
sama sekali tidak bereaksi lagi.
Reseptor tonik beradaptasi dengan
sangat perlahan terus mengirimkan
impuls ke otak selama bermenit-menit
atau berjam-jam misalnya reseptor
nyeri, baroreseptor, muscle spindle,
tendon golgi.
Reseptor fasik/reseptor gerakan yang
cepat beradaptasi untuk mengirim
suatu isyarat kontinyu karena reseptor
ini hanya terangsang untuk waktu
singkat setelah kekuatan rangsang
berubah.
Reseptor Otot, Tendon dan
Fascia
Tiap spindle terdiri 3-10
serabut otot intrafusal
halus yang meruncing
pada ujungnya dan
melekat ke sarung
serabut otot rangka
ekstrafusal.
Serabut intrafusal di
daerah sentralnya tidak
atau memiliki beberapa
filamen aktin dan
myosin sehingga
bagian sentral ini tidak
berkontraksi bila ujung-
ujungnya berkontraksi.
Serabut ini dirangsang
oleh motor neuron
gamma.
Penghantaran Isyarat Nyeri
ke dalam Sistem Saraf Pusat
Isyarat nyeri dihantarkan
oleh serabut saraf jenis A
delta (nyeri tertusuk) dan
serabut jenis C (nyeri
terbakar).
Serat saraf masuk medula
spinalis melalui radiks
dorsalis, naik atau turun
satu sampai dua segmen
berakhir di neuron di
dalam kornu dorsalis
substansia grisea medula
spinalis (serat tipe A di
dalam lamina I dan V
sedangkan serat tipe C di
dalam lamina II dan III,
suatu area yang
dinamakan substansia
gelatinosa).
Sistem Spinotalamikus
Anterolateralis
Nyeri
Sensasi suhu termasuk sensasi
hangat dan dingin.
Sensasi raba dan tekanan kasar
yang hanya mempunyai
kesanggupan melokalisasi secara
kasar pada permukaan tubuh dan
mempunyai kemampuan kecil
untuk diskriminasi intensitas.
Sensasi gatal dan geli.
Sensasi seksual
Serat spinotalamikus
anterolateralis
terutama dimulai di
dalam lamina I, IV,V
dan VI pada kornu
dorsalis, tempat
serat saraf sensorik
perifer kecil berakhir
setelah memasuki
medula spinalis.
Serat ini segera
menyilang di dalam
komisura anterior
medula spinalis
menuju ke kolumna
alba anterolateralis
sisi berlawanan dan
tempat mereka
membelok ke atas
menuju ke otak.
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai