1.
a) Apa makna “Nn. Cika, perempuan berusia 23 tahun, dibawa keluarganya ke IGD RSUD
Palembang BARI dengan keluhan merasakan kelemahan yang dirasakan hilang timbul pada
semua anggota tubuh terutama bila beraktivitas banyak ataupun menjelang sore hari?”
Jawab :
Maknanya Nn. Cika mengalami gangguan neurologi dimana terjadi gangguan dari
sinaptik transmission atau pada neuromuskular junction. Hal ini disebabkan karena adanya
blokade di post sinaps dari transmisi neuromuskular yang dimediasi antibodi dan
mengakibatkan kelemahan otot rangka.
Makna kelemahan hilang timbul terutama beraktivitas ataupun menjelang sore hari
yakni adanya kelemahan yang berfluktuasi pada otot rangka dan kelemahan ini akan
meningkat apabila sedang beraktivitas. Kemudian Nn. Cika akan merasakan ototnya sangat
lemah pada sore hari dan akan berkurang apabila Nn. Cika beristirahat (Salsabila, dkk.,
2023).
Setiap neuron terdiri dari satu badan sel yang di dalamnya terdapat sitoplasma
dan inti sel. Dari badan sel keluar dua macam serabut saraf, yaitu dendrit dan akson.
Dendrit berfungsi mengirimkan impuls ke badan sel saraf, sedangkan akson
berfungsi mengirimkan impuls dari badan sel ke sel saraf yang lain atau ke jaringan
lain. Akson biasanya sangat panjang. Sebaliknya, dendrit pendek. Pada ujung akhir
dari akson terdapat sinapsis yang merupakan celah antara ujung saraf di mana
neurotransmiter dilepaskan untuk menghantar impuls ke saraf selanjutnya atau organ
yang dituju (Tugasworo, 2018).
Neuromuscular junction
Timus adalah organ yang terletak di rongga dada dan terutama berasal dari epitel
endodermal kantong faring ketiga. Timus sangat penting untuk perkembangan
sebagian besar sel T. Sel T bersifat klonal dan sangat spesifik antigen. Di membrane
plasmanya, setiap sel T memiliki protein reseptor unik yang disebut reseptor sel T
(RST). Sel T diaktifkan oleh antigen asing hanya jika antigen tersebut berada
dipermukaan suatu sel yang juga membawa penanda indentitas individu yang
bersangkutan yaitu : antigen asing dan antigen-diri yang dikenal sebagai major
histocompability complex (MHC), harus Bersama-sama berada di permukaan sel
sebelum sel T dapat berikatan dengannya. Patologi timus mencakup cacat bawaan
dan keganasan serta penyakit yang berhubungan dengan seleksi sel T, seperti
penyakit autoimun (Sherwood, 2016).
2. FISIOLOGI
Transmisi Impuls saraf
g) Bagaimana mekanisme dari kelopak mata berat untuk dibuka pada kasus?
Jawab :
Autoantibodi terhadap reseptor AChR pada subunit alfa aktivasi kaskade komplemen
pembentukan kompleks serangan membrane MAC kerusakan membran postsinaps dan
penghancuran lipatan sinaptik yang mengandung AChR dan protein terkait kerusakan
transmisi impuls saraf gangguan potensial aksi sel saraf gangguan kontraksi otot
gangguan pada m. Levator palpebrae superioris (LPS) dan m. Muller (Musculus tarsalis
superior) (N. oculomotor) ptosis palpebra (Dresser, dkk, 2021).
3.
a) Bagaimana interpretasi dari pemeriksaan fisik dan keadaan spesifik?
PADA SKENARIO NORMAL INTERPRETASI
Pemeriksaan Fisik
4.
a) Bagaimana interpretasi dari status neurologikus? (macam” tonus )
jawab :
Berikut interpretasi pengukuran derajat gerakan dan kekuatan otot:
Derajat 0: tidak ada kontraksi otot sama sekali atau lumpuh total
Derajat 1: ada sedikit kontraksi otot tetapi persendian tidak bisa digerakkan
Derajat 2: pasien bisa menggerakkan ekstremitas tetapi gerakan ini tidak mampu
melawan gaya berat, misalnya pasien bisa menggeser lengan tetapi tidak dapat
mengangkatnya
Derajat 3: kekuatan otot sangat lemah tetapi anggota tubuh dapat digerakkan melawan
gaya gravitasi
Derajat 4: kekuatan otot lemah tetapi anggota tubuh dapat digerakkan melawan gaya
gravitasi dan dapat menahan sedikit tahanan yang diberikan (pada kasus )
Derajat 5: tidak ada kelumpuhan maupun kelemahan (kondisi normal)
Tonus :
Eutoni : normal / tonus dalam keadaan normal tidak ada teganggan/kekakuan (pada kasus)
Hipotoni : penurunan tonus / teganggan
Spastis / Hipertoni : otot kaku dan pergerakan menjadi kikuk
Rigid : kekakuan / ketidakflexibelan
12) SKDU
3B. Gawat darurat. Lulusan dokter mampu membuat diagnosis klinik dan memberikan terapi
pendahuluan pada keadaan gawat darurat demi menyelamatkan nyawa atau mencegah
keparahan dan/atau kecacatan pada pasien. Lulusan dokter mampu menentukan rujukan yang
paling tepat bagi penanganan pasien selanjutnya. Lulusan dokter juga mampu
menindaklanjuti sesudah kembali dari rujukan.
13) NNI
b. HR. Al hakim
Dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma, Rasulullah shallallah ‘alaihi wa sallam pernah
menasehati seseorang,
َش َباَبَك َقْبَل َهَرِم َك َو ِص َّحَتَك َقْبَل َس َقِم َك َو ِغ َناَك َقْبَل َفْقِر َك َو َفَر اَغ َك: ِاْغ َتِنْم َخ ْم ًسا َقْبَل َخ ْم ٍس
َقْبَل َش ْغ ِلَك َو َحَياَتَك َقْبَل َم ْو ِتَك
“Manfaatkanlah lima perkara sebelum lima perkara
(1) Waktu mudamu sebelum datang waktu tuamu,
(2) Waktu sehatmu sebelum datang waktu sakitmu,
(3) Masa kayamu sebelum datang masa kefakiranmu,
(4) Masa luangmu sebelum datang masa sibukmu,
(5) Hidupmu sebelum datang matimu.”
Kaitan pada kasus skenario adalah sebagai hamba-Nya harus ingat untuk terus melakukan
kebaikan dan perbanyak bersedekah selagi masih muda, selalu menjaga kesehatan serta
silahtuhrahmi antar sesama agar tetap terjalin dengan baik.
4.
DAFPUS
Hall, E. J. and Hall, E. M. 2021. Guyton and Hall Textbook of Medical Physiology. 14th
Edition. Philadelphia: Elsevier.
Ping-Hung Kuo, Pi-Chuan Fan. (2012). Respiratory care for myasthenic crisis, A look into
myasthenia gravis.
Sherwood, L. 2016. Fisiologi Manusia Dari Sel ke Sistem. Ed. 9. Jakarta : EGC.
Tugasworo, D. 2018. Myasthenia Gravis, Diagnosis dan Tata Laksana. Semarang : Undip
Press.