Anda di halaman 1dari 2

Nama : Early Rahma Sani

NIM : 19601244020
Kelas : PJKR
Mata Kuliah : Fisiologi Olahraga

NEUROMUSKULAR
Neuromuskular adalah sinaps yang berkembang antara saraf motorik dan saraf otot. Susunan,
diferensiasi dan fungsi Neuromuskular memerlukan interaksi tepat antara saraf dan sel otot.
Kegagalan dari interaksi ini akan menyebabkan gangguan yang luas terhadap aktivitas
Neuromuskular.

Neuromuskular dirancang untuk mengirimkan impuls listrik dari saraf terminal ke otot rangka
melalui transmitter kimia yaitu asetilkolin (Ach). Pengikatan asetilkolin ke reseptor dapat
mendepolarisasi serat otot, yang pada akhirnya dapat menghasilkan kontaksi otot. Oleh karena
itu system Neuromuskular bertanggungjawab terhadap semua pergerakan yang terjadi pada
tubuh kita sesuai yang kita kehendaki.

Struktur Neuromuskular memiliki 3 komponen yaitu :

a. Presinaptik yang mengandung vesikel sinaptik (berisi Ach) dan mitokondria.


b. Celah sinaptik yang mengandung lamina basalis dimana enzim asetilkolinesterase
memiliki peran untuk menghidrolisis Ach bebas.
c. Postsinaptik yang bentuknya terlipat yang disebut dengan secondary folds. Lipatan ini
akan meningkatkan luas permukaan area postsinaptik.

Transmisi Neuromuskular tergantung dari mekanisme orchestrated termasuk :

a. Sintesis, penyimpanan dan pelepasan asetikolin dari area presinaptik Neuromuskular.


b. Ikatan asetikolin di reseptor nikotinik pada membran otot (area postsinaptik) dan aksi
potensial.
c. Kecepatan hidrolisis dari asetikolin bebas oleh enzim asetikolinesterase yang ada di celah
sinaptik.
d. Adaptasi dari protein kontraksi otot pada kebutuhan fungsional.

Secara biokimiawi proses pada Neurmuskular berlangsung dalam 6 tahap yaitu :

1. Sintesis asetil kolin terjadi dalam sitosol terminal saraf dengan menggunakan enzim kolin
asetiltransferase yang mengkatalisasi reaksi : Asetil-KoA + Kolin a’ Asetilkolin + KoA
2. Asetilkolin kemudian disatukan ke dalam partikel kecil terikat membran yang disebut
vesikel sinap dan disimpan di dalam vesikel ini.
3. Pelepasan asetilkolin dari vesikel ke dalam celah sinaps. Peristiwa ini terjadi melalui
eksositosis yang melibatkan fusi vesikel dengan membran presinaptik.
4. Asetilkolin yang dilepaskan akan berdifusi dengan cepat melintasi celah sinaps ke dalam
reseptor di dalam lipatan taut, merupakan bagian yang menonjol dari motor end plate
yang mengandung reseptor asetilkolin dengan kerapatan yang tinggi dengan terminal
saraf. Kalau 2 molekul asetilkolin terikat reseptor, maka akan mengalami perubahan
bentuk dan membuka saluran dalam reseptor yang memungkinkan aliran kation melintasi
membran. Masuknya ion Na+ menimbulkan depolarisasi sehingga terbentuk potensial end
plate. Dan terjadi potensial aksi yang ditransmisikan sepanjang serabut saraf sehingga
timbul kontraksi otot.
5. Kalau saluran tersebut menutup, asetilkolin akan terurai dan dihidrolisis oleh enzim
asetilkolinesterase yang mengkatalisasi reaksi : Asetilkolin + H2O a’ Asetat + Kolin
Enzim yang penting ini terdapat dalam jumlah besar dalam lamina basalis rongga sinaps.
6. Kolin didaur ulang ke terminal saraf melalui transport aktif dimana protein dapat
digunakan kembali bagi sintesis asetilkolin.

Setiap reseptor asetilkolin merupakan kompleks protein besar dengan saluran yang akan
segera terbuka setelah melekatnya asetilkolin. Terdiri dari 5 protein submit yaitu 2
protein alfa dan masing-masing 1 protein beta, delta dan gamma. Melekatnya asetilkolin
memungkinkan natrium bergerak mudah melewati saluran tersebut sehingga terjadi
depolarisasi parsial dari membran postsinaptik. Peristiwa ini akan menyebabkan suatu
perubahan potensial setempat pada membran serat otot yang disebut excitatory
postsynaptic potential. Apabila pembukaan gerbang natriu tercukupi, maka akan terjadi
suatu potensial aksi pada membran otot yang selanjutnya menyebabkan kontraksi otot.

Sumber :

Indrayani Made dan dr. Putu Agus Surya Panji,SpAn.KIC. 2017. Neuromuscular Physiology.
Bali. Universitas Udayana.

Rizki K Nataprawira. Neuromuscular Junction. Scribd

Anda mungkin juga menyukai