Neuro muskular
junction memiliki
5 juta reseptor .
Definisi Suksinilkolin
Suksinilkolin juga disebut diacetylcholine
atau suxamethonium – memiliki 2
acethylcholine molekul yang bersatu
Suksinilkolin adalah inti dari 2 molekul
asetilkolin dalam kelompol metil asetat. Formula
kimianya adalah C14H30N204.
Suksinilkolin masih satu-satunya obat
penghambat neuromuskular yang mempunyai
karakteristik dari suatu perelaksasi otot ideal,
yaitu :
(1) Onset cepat,
(2) Kelumpuhan yang lengkap dan dapat
diperkirakan
(3) Pemulihan lengkap dan cepat, dan
(4) Tidak membutuhkan obat pembalik.
Sediaan : 20mg/ml, 50 mg/ml, 100mg/ml
Dosis : 1- 1,5 mg /kgBB
OOA : 15 – 30 detik
DOA : 3-5 menit
Farmakologi Suksunil kolin
Suksinilkolin menempati reseptor
kolinergik nikonitik ∝ dan bekerja sebagai agonis
asetil kolin. Suksinil kolin mendepolarisasi
membran post jungtion.
Efek postjungtion suksinil kolin dibagi
menjadi fase I dan fase 2 .
Fase 1 :
Terjadi hambatan neuromuskuler juntion
pada membran post sinaps sehingga tidak dapat
memberikan respon pada pelepasan asetilkolin
berikutnya. Pada fase ini menyebabkan
keluarnya kalium dari sel.
Fase 2 :
Dengan paparan suksinilkolin yang
kontinyu seperti terjadi pada dosis tunggal besar
>2mg/kg BB atau dosis ulangan atau infus
kontinyu menyebabkan membran post sinap
kehilangan respon normal pada asetilkolin.
Indikasi :
• Penggunaannya dapat mempercepat intubasi
endotrakeal yang cepat
• Memfasilitasi prosedur bedah
• Membantu ventilasi mekanik dengan relaksasi
otot rangka.
• Sebagai terapi tambahan pada pasien yang
menjalani terapi syok elektrokonvulsif (ETC).
Kontraindikasi :
• Penurunan aktivitas cholinesterase plasma
• Luka bakar
• Trauma baru-baru ini dalam 24 hingga 72 jam
• Menggunakan antibiotik aminoglikosida atau
inhibitor kolinesterase
• Glaukoma sudut tertutup
Efek Samping
1. Hiperkalemia
Karena suksinil kolin meningkatkan
kalium 0,5 mEq/L terjadi pada
postjungtional fase I.
Biasanya terjadi pada orang luka bakar
dan cedera. Bisa menyebabkan disritmia,
bahkan kematian.
2. Kardiovaskular
Sistem parasimpatis dan sebagian sistem
saraf simpatis tergantung pada asetilkolin
sebagai neurotransmitter.
Suksinilkolin bekerja menstimulasi semua
reseptor asetilkolin .
Pada reseptor dinodus sinoatrial jantung bisa
menimbulkan peningkatan dan penurunan
tekanan darah dan frekuensi denyut jantung.
Dosis ↓ : Efek kronotropik dan inotropik negatif
Dosis ↑ : Meningkatkam frekuensi denyut
jantung, meningkatkan kontraktilitas,
meningkatkan kadar katekolamin dalam
sirkulasi.
3. Bradikardia
sering terjadi pada anak-anak post pemberian
suksinil kolin .
Ini dapat dicegah dengan pemberian profilaksis
sebelum dosis pertama dan dosis kedua, yaitu :
- Atropin 0,02 mg/kgBB untuk anak-anak
- Atropin 0,4 mg/kgBB untuk dewasa
4. Peningkatan Tekanan Intraokuler
Fasikulasi otot meningkatkan reseptor otot yang
meningkatkan aktivitas serebral sehingga
meningkatkan aliran darah serebral dan
meningkatkan tekanan intrakranial. Bisa dicegah
dengan :
• Muscle relaxant non depolarisAI
• Lidocain IV (1,5-2,0 mg/kgBB) 2-3 menit
sebelum intubasi
5. Tosisitas
Terjadi apabila dosis suksinil kolin lebih
meningkatkan daripada dosis yang dianjurkan
yang dapat menyebabkan :
- Kelemahan otot
- Cadangan pernafasan menurun atau tidak ada
- Apnea
Pemantauan Hambatan Saraf Otot
Tehnik Pemantauan Hambatan Saraf-Otot :
Unit saraf otot yang paling sering dipilih adalah otot adductor pollicis
dan nervus ulnaris. Ketika pemantauan akseleromiografi kuantitatif
akan digunakan, probe dapat diletakkan pada ujung ibu jari. Untuk
mendapatkan hasil yang akurat, keempat jari lain harus difiksasi.
Pemantauan pelumpuh otot dengan acceleromiografi.
• Pola Rangsangan Saraf
Secara klinis pola stimulasi yang digunakan
adalah :
- Stimulasi kedutan tunggal (single twitch
stimulation),
- Stimulasi train of four (TOF),
- Stimulasi tetanik,
- post-tetanic count stimulation (PTC)
- Double-burst stimulation (DBS).
Train of four (TOF) diperkenalkan pada tahun
1970 oleh Ali dkk.
• Isometrik
- Tidak ada pemendekan otot, tonus meningkat.
- Saat mendorong beban
Kesimpulan
• Obat pelumpuh otot (Muscle Relaxant) adalah obat yang dapat digunakan
selama intubasi dan pembedahan untuk memudahkan pelaksanaan
anestesi dan memfasilitas intubasi.
• Obat pelumpuh otot terbagi menjadi dua yaitu depolarisasi dan non
depolarisasi.
• Salah satu muscle relaxant yang ideal adalah Suksinilin kolin. Suksinilkolin
bekerja di neuromuskular junction, meningkatkan transmisi
neuromuskular.
• Efek samping dari penggunaan Suksinil Kolin adalah hiperkalemia,
cardiovaskular, kejang otot masseter dan peningkatan tekanan intra
kranial.
• Pada pasien yang mendapatkan obat pelumpuh otot (Muscle Relaxant)
sebaiknya menggunakan pemantau pelumpuh otot saraf.
• Otot adalah spesialis kontraksi pada tubuh. Otot rangka melekat ke tulang.
Kontraksi otot rangka menyebabkan tulang tempat otot tersebut melekat
bergerak, yang memungkinkan tubuh melaksanakan berbagai aktivitas
motorik.