Anda di halaman 1dari 39

Referat

Suksinil Kolin (Succunylcholine)


dan
Fisiologi Kontraksi Otot
Muscle Relaxant
Obat pelumpuh otot (muscle relaxant) adalah
obat yang memiliki prinsip menginterupsi
transmisi impuls saraf pada neuromuscular
junction. Dengan relakasasi otot akan
memfasilitasi intubasi trakea, mengontrol
ventilasi mekanik dan mengoptimalkan kondisi
pembedahan
Berdasarkan perbedaan mekanisme kerja dan
durasi kerjanya :
• Pelumpuh otot depolarisasi :
Meniru asetil kolin
• Pelumpuh otot non depolarisasi :
Mengganggu kerja asetil kolin
Fisiologi Transmisi Saraf Otot :
Terjadi influks ion
Ca+ melalui
Mendepolarisasi
Potensial aksi saraf voltage gate
terminalnya
calcium chanel ke
dalam sitoplasma

Molekul asetil kolin


berdifusi sepanjang
Sehingga vesikel Melepaskan asetil celah sinaptik untuk
berfusi dengan kolin yang berikatan dengan
membran terminal tersimpan reseptor kolinergik
nikotinik pada motor
end plate

Neuro muskular
junction memiliki
5 juta reseptor .
Definisi Suksinilkolin
Suksinilkolin juga disebut diacetylcholine
atau suxamethonium – memiliki 2
acethylcholine molekul yang bersatu
Suksinilkolin adalah inti dari 2 molekul
asetilkolin dalam kelompol metil asetat. Formula
kimianya adalah C14H30N204.
Suksinilkolin masih satu-satunya obat
penghambat neuromuskular yang mempunyai
karakteristik dari suatu perelaksasi otot ideal,
yaitu :
(1) Onset cepat,
(2) Kelumpuhan yang lengkap dan dapat
diperkirakan
(3) Pemulihan lengkap dan cepat, dan
(4) Tidak membutuhkan obat pembalik.
Sediaan : 20mg/ml, 50 mg/ml, 100mg/ml
Dosis : 1- 1,5 mg /kgBB
OOA : 15 – 30 detik
DOA : 3-5 menit
Farmakologi Suksunil kolin
Suksinilkolin menempati reseptor
kolinergik nikonitik ∝ dan bekerja sebagai agonis
asetil kolin. Suksinil kolin mendepolarisasi
membran post jungtion.
Efek postjungtion suksinil kolin dibagi
menjadi fase I dan fase 2 .
Fase 1 :
Terjadi hambatan neuromuskuler juntion
pada membran post sinaps sehingga tidak dapat
memberikan respon pada pelepasan asetilkolin
berikutnya. Pada fase ini menyebabkan
keluarnya kalium dari sel.
Fase 2 :
Dengan paparan suksinilkolin yang
kontinyu seperti terjadi pada dosis tunggal besar
>2mg/kg BB atau dosis ulangan atau infus
kontinyu menyebabkan membran post sinap
kehilangan respon normal pada asetilkolin.
Indikasi :
• Penggunaannya dapat mempercepat intubasi
endotrakeal yang cepat
• Memfasilitasi prosedur bedah
• Membantu ventilasi mekanik dengan relaksasi
otot rangka.
• Sebagai terapi tambahan pada pasien yang
menjalani terapi syok elektrokonvulsif (ETC).
Kontraindikasi :
• Penurunan aktivitas cholinesterase plasma
• Luka bakar
• Trauma baru-baru ini dalam 24 hingga 72 jam
• Menggunakan antibiotik aminoglikosida atau
inhibitor kolinesterase
• Glaukoma sudut tertutup
Efek Samping
1. Hiperkalemia
Karena suksinil kolin meningkatkan
kalium 0,5 mEq/L terjadi pada
postjungtional fase I.
Biasanya terjadi pada orang luka bakar
dan cedera. Bisa menyebabkan disritmia,
bahkan kematian.
2. Kardiovaskular
Sistem parasimpatis dan sebagian sistem
saraf simpatis tergantung pada asetilkolin
sebagai neurotransmitter.
Suksinilkolin bekerja menstimulasi semua
reseptor asetilkolin .
Pada reseptor dinodus sinoatrial jantung bisa
menimbulkan peningkatan dan penurunan
tekanan darah dan frekuensi denyut jantung.
Dosis ↓ : Efek kronotropik dan inotropik negatif
Dosis ↑ : Meningkatkam frekuensi denyut
jantung, meningkatkan kontraktilitas,
meningkatkan kadar katekolamin dalam
sirkulasi.
3. Bradikardia
sering terjadi pada anak-anak post pemberian
suksinil kolin .
Ini dapat dicegah dengan pemberian profilaksis
sebelum dosis pertama dan dosis kedua, yaitu :
- Atropin 0,02 mg/kgBB untuk anak-anak
- Atropin 0,4 mg/kgBB untuk dewasa
4. Peningkatan Tekanan Intraokuler
Fasikulasi otot meningkatkan reseptor otot yang
 meningkatkan aktivitas serebral sehingga
meningkatkan aliran darah serebral dan
meningkatkan tekanan intrakranial. Bisa dicegah
dengan :
• Muscle relaxant non depolarisAI
• Lidocain IV (1,5-2,0 mg/kgBB) 2-3 menit
sebelum intubasi
5. Tosisitas
Terjadi apabila dosis suksinil kolin lebih
meningkatkan daripada dosis yang dianjurkan
yang dapat menyebabkan :
- Kelemahan otot
- Cadangan pernafasan menurun atau tidak ada
- Apnea
Pemantauan Hambatan Saraf Otot
Tehnik Pemantauan Hambatan Saraf-Otot :

• Persiapan dan penempatan elektroda mempunyai pengaruh dalam


pemantauan blokade saraf-otot.
• Sebelum menempatkan elektroda, kulit harus dibersihkan terlebih
dahulu dengan larutan alkohol.
• Elektroda harus ditempatkan secara tepat pada saraf motorik
perifer yang akan distimulasi.
• Ketika menggunakan elektroda EKG jarak antara dua elektroda
harus <6 cm.
• Menjaga suhu kulit ≥32o C untuk mencegah bias karena hipotermia.

Unit saraf otot yang paling sering dipilih adalah otot adductor pollicis
dan nervus ulnaris. Ketika pemantauan akseleromiografi kuantitatif
akan digunakan, probe dapat diletakkan pada ujung ibu jari. Untuk
mendapatkan hasil yang akurat, keempat jari lain harus difiksasi.
Pemantauan pelumpuh otot dengan acceleromiografi.
• Pola Rangsangan Saraf
Secara klinis pola stimulasi yang digunakan
adalah :
- Stimulasi kedutan tunggal (single twitch
stimulation),
- Stimulasi train of four (TOF),
- Stimulasi tetanik,
- post-tetanic count stimulation (PTC)
- Double-burst stimulation (DBS).
Train of four (TOF) diperkenalkan pada tahun
1970 oleh Ali dkk.

Pola stimulasi dan respon Train of Four


• TOF memberikan penilaian yang lebih nyata dari blok
saraf-otot.
• Stimulasi ini memiliki pola yang terdiri dari 4 kedutan
pada frekuensi 2 Hz, dengan interval bebas stimulasi
10 detik diantara stimulasi TOF. Menghilangnya
(fading) dari respon TOF menunjukkan adanya
penghambatan oleh pelumpuh otot di reseptor
asetilkolin. Relakasasi pembedahan didefinisikan
sebagai rasio TOF 15–25% selama pembedahan.
• Rasio Train of Four didapatkan dengan membagi
amplitude (tinggi) dari respon keempat dengan
amplitudo dari respon pertama. Hal ini untuk menilai
pemulihan saraf otot selama pemberian pelumpuh
sarafotot.
• Rasio TOF 0.7 merepresentasikan pemulihan
diafragma yang adekuat. Adapun untuk memastikan
kembalinya fungsi otot faring yang adekuat
membutuhkan rasio TOF >0.9.
• TOF-Watch merupakan suatu alat yang
memiliki timer tersendiri dimana alat ini
memberikan stimuli pada detik tertentu
dengan interval bebas stimuli selama 10 detik.
Fisiologi Kontraksi Otot
Otot adalah jaringan peka rangsang terhadap :
• Mencetuskan mekanisme kontraksi
spesialis kontraksi pada tubuh
• Mampu mengubah energi listrik menjadi
energi kimiawi
• Mengandung protein-protein kontraktil
Jenis-jenis otot :
• Otot rangka (melekat pada tulang)
kontraksinya menyebabkan tulang bergerak
⇒aktivitas motorik
• Otot polos terdapat di dinding organ-organ
berongga dan saluran di dalam tubuh;
Kontraksinya  mengatur aliran darah,
gerakan makanan di sal cerna dll
• Otot jantung  hanya ada di dinding jantung;
kontraksinya  memompa darah ke seluruh
tubuh
Otot
Serat otot rangka merupakan kumpulan fasciculus (sel
otot berbentuk silindris yang diikat oleh jaringan
ikat).Seluruh serat otot dihimpun menjadi satu oleh
jaringan ikat yang disebut epimysium (fascia).
Struktur Otot Rangka
• Serat otot
Unit struktural jaringan otot ialah serat otot. Setiap 1
serat saraf dilapisi oleh jaringan elastis tipis yg disebut
sarcolemma. Di dalam matriks serat otot terbenam unit
fungsional otot yg disebut miofibril.
Di bawah mikroskop, miofibril akan tampak spt pita
gelap & terang yang bersilangan. Pita gelap (thick
filament) dibentuk oleh miosin, dan pita terang (thin
filament) dibentuk oleh aktin, troponin & tropomiosin)
Mekanisme Kontraksi Otot
Sehingga kita dapat bergerak dimulai dari :
o Pelepasan asetil kolin dari ujung serabut saraf
o Asetil kolin ini yang kemudian akan merangsang ion
kalsium yang berada di antara sel otot
o Kemudian akan keluar dan menuju ke dalam otot
o sambil mengangkut troponin dan tropomiosin ke
aktin sehingga posisi aktin berubah dan
mempengaruhi filamen penghubungnya
o sambil mengangkut troponin dan tropomiosin
ke aktin sehingga posisi aktin berubah dan
mempengaruhi filamen penghubungnya
o Akhirnya aktin dan miosin bertempelan
membentuk aktomiosin sehingga benang sel
menjadi pendek dan berkontraksi.
o Setelah terjadi kontraksi maka ion kalsium
akan masuk kembali kedalam plasma sel
sehingga ikatan aktin dan miosin akan
terputus.
o Pada saat inilah otot dikatakan berelaksasi.
o Pada saat otot berkontraksi maka ototnya
akan menegang.
Jenis-jenis kontraksi otot
• Isotonik
₋ Proses kontraksi yang menyebabkan
pemendekan panjang otot
₋ Tonus otot tidak berubah
₋ Terjadi pemendekan sarkomer
₋ Misal pada saat menengkuk siku untuk
mengangkat beban

• Isometrik
- Tidak ada pemendekan otot, tonus meningkat.
- Saat mendorong beban
Kesimpulan
• Obat pelumpuh otot (Muscle Relaxant) adalah obat yang dapat digunakan
selama intubasi dan pembedahan untuk memudahkan pelaksanaan
anestesi dan memfasilitas intubasi.
• Obat pelumpuh otot terbagi menjadi dua yaitu depolarisasi dan non
depolarisasi.
• Salah satu muscle relaxant yang ideal adalah Suksinilin kolin. Suksinilkolin
bekerja di neuromuskular junction, meningkatkan transmisi
neuromuskular.
• Efek samping dari penggunaan Suksinil Kolin adalah hiperkalemia,
cardiovaskular, kejang otot masseter dan peningkatan tekanan intra
kranial.
• Pada pasien yang mendapatkan obat pelumpuh otot (Muscle Relaxant)
sebaiknya menggunakan pemantau pelumpuh otot saraf.
• Otot adalah spesialis kontraksi pada tubuh. Otot rangka melekat ke tulang.
Kontraksi otot rangka menyebabkan tulang tempat otot tersebut melekat
bergerak, yang memungkinkan tubuh melaksanakan berbagai aktivitas
motorik.

Anda mungkin juga menyukai