Anda di halaman 1dari 25

OBAT

PELUMPUH
OTOT
Disusun oleh :

Rais Kamal Baladraf

NPM :1102013243

Pembimbing:

dr. Agus Saptiady, Sp.An

dr. Budi Pratama, Sp.An,


M.Kes
PENDAHULUAN

Obat pelumpuh otot merupakan obat yang di gunakan


untuk melemaskan atau merileksasikan otot. Biasanya
digunakan sebelum operasi untuk mempermudah suatu
operasi atau memasukan alat kedalam tubuh.
Semua pelumpuh otot larut di air, relatif tidak larut
dilemak, diabsorbsi kurang baik di usus.
Fisiologi Transmisi Saraf Otot
• Transmisi rangsang saraf ke otot terjadi
melalui hubungan saraf otot.
• Pada bagian ujung saraf motorik terdapat
gudang persediaan kalsium, vesikel, atau
gudang asetilkolin, mitokondria, dan
reticulum endoplasmik.
• Pada bagian membran otot terdapat
receptor asetilkolin.
– Asetilkolin dibuat di dalam ujung serabut
saraf motorik melalui proses asetilasi
kolin ekstra sel dan koenzim A yang
memerlukan enzim asetiltransferase.
– Asetilkolin disimpan dalam kantung atau
gudang yang disebut vesikel.
– Influks ion kalsium memicu keluarnya asetilkolin sebagai
transmitter saraf. Asetilkolin saraf akan menyeberang dan
melekat pada reseptor nikotinik dan kolinergik di otot.
– Kalau jumlahnya cukup banyak, maka akan terjadi
depolarisasi dan lorong ion terbuka
– Ion natrium dan kalsium masuk, sedangkan ion kalium
keluar, terjadilah kontraksi otot.
– Asetilkolin cepat dihidrolisa oleh asetilkolin-esterase (kolin-
esterase khusus atau murni) menjadi asetil dan kolin,
sehingga lorong tertutup kembali maka terjadilah
repolarisasi.
Obat Pelumpuh Otot
Obat Pelumpuh Otot Ada 2 Jenis, yaitu:
– Depolarisasi → Obat pelumpuh otot
depolarisasi sangat menyerupai asetilkolin,
sehingga bisa berikatan dengan reseptor
asetilkolin dan membangkitkan potensial aksi
otot.
– Non Depolarisasi → Obat pelumpuh otot non
depolarisasi (mengganggu kerja asetilkolin).
PELUMPUH OTOT DEPOLARISASI

– Pelumpuh otot depolarisasi (nonkompetitif,


leptokurare) bekerjanya seperti asetil-kolin, tetapi
dicelah saraf otot tidak dirusak oleh kolinesterase,
sehigga cukup lama berada di celah sinaptik,
sehingga terjadilah depolarisasi ditandai oleh
fasikulasi yang disusul relaksasi otot lurik.
– golongan pelumpuh otot depolarisasi ialah
suksinilkolin dan dekametonium.
Suksinilkolin
memiliki 2 ciri penting,yaitu
1. Menyebabkan paralisis yang intens dengan cepat
2. Efeknya akan berkurang sebelum pasien yang
dipreoksigenasi menjadi hipoksia
Dosis Suksinilkolin 0,7– 1,0 mg/kgBB

Onset kerja : 30 – 60 detik

Efek puncak : 60 detik

Durasi kerja : 4 – 6 menit


Indikasi Suksinilkolin:

1. Untuk intubasi cepat

2. Pengelolaan spasme laring


Efek samping :

- Kardiovaskular : Hipotensi, bradikardia, aritmia, takikardi, hipertensi


- Pulmonal : Hopoventilasi, apnea, bronkospasme
- Gastrointestinal : saliva berlebih, peningkatan tonus sfingter
esophagus bawah dan intragastrik
- Alergi : reaksi anafilatik, ruam
- Muskuloskeletal : blockade yang lama, blockade yang tidak adekuat,
nyeri otot
- Lain-lain : Hiperkalemia, mioglobinemia, peningkatan tekanan
intraokular
PELUMPUH OTOT NON-DEPOLARISASI

– Pelumpuh otot nondepolarisasi (inhibitor kompetitif,


takikurare) berikatan dengan reseptor nikotinik-kolinergik,
tetapi tidak menyebabkan depolarisasi, hanya menghalangi
asetil-kolin menempatinya, sehingga asetilkolin tidak dapat
bekerja.
Berdasarkan susunan molekul, maka pelumpuh otot
nondepolarisasi digolongkan menjadi :

1. Bensiliso-kuinolinum : d-tubokurarin, metokurin,


atrakurium, doksakurium, mivakurium
2. Steroid : pankuronium, vekuronium, pipekuronium,
ropakuronium, rokuronium
3. Eter-fenolik :gallamin
4. Nortoksiferin :alkuronium
Atracurium
Atrakurium di metabolisme dengan pengeluaran Hoffman,
yang merupakan degradasi non-enzimatik spontan dalam
jaringan tubuh yang timbul pada temperatur dan pH tubuh
yang normal.
Obat ini juga terhidrolisis oleh ester khusus dalam
plasma. Oleh karena itu obat ini dapat digunakan pada pasien
gagal ginjal atau jantung dan juga pada pasien dengan tingkat
kolinesterasi plasma yang rendah atau atipik
 Dosis :

- Intubasi IV : 0,5-0,6 mg / kg BB
- Pemeliharaan : 0,1 -0,2 mg / kg BB (10%-50% dosis
intubasi)

 - Durasi kerja : 20-45 menit


- Onset kerja : <3 menit
 Pemulihan fungsi saraf otot dapat terjadi secara spontan
(sesudah lama kerja obat berakhir) atau dibantu dengan
pemberian anti kolinesterase
 Baik untuk pasien geriatric atau dengan kelainan jantung,
hati, dan ginjal yang berat
Efek lain yang tersering:
– Kardiovaskuler : Hipotensi, vasodilatasi, takikardi sinus,
bradikardi sinus.
– Pulmoner : Hipoventilasi, apneu, bronkospasme,
laringospasme, dispneu.
– Muskuloskelet : apabila tidak adekuat, akan menyebabkan
blok lama.
– Dermatologik : Ruam, urtikaria.
Rokuronium (roxulac)

obat penyakit neuromuscular non depolarisasi steroid


turunan aminosteroidal dengan onset cepat dan durasi
sedang.
- Di eliminasi melalui jalur hepatobilier dan 10 % di ginjal.
- Dosis 0,6 – 1,0 mg/kg dengan durasi kerja obat 30 – 60
menit.
Efek histamin release minimal
Vecuronium (nocuron)
merupakan obat penyekat neuromuscular nondepolarisasi
dengan durasi kerja sedang
– Dosis :
– Intubasi : 0,08-0,1 mg/kg/IV
– Pemeliharaan : 0,01-0,05 mg/kg
– Onset kerja : <3 menit
– Durasi kerja : 25-30 menit
Efek lain yang tersering :
– Kardiovaskular : bradikardia.
– Pulmoner : Hipoventilasi, apneu.
Tanda-tanda Kekurangan Pelumpuh Otot

1.Cegukan (hiccup)
2.Dinding perut kaku
3. Ada tahanan pada inflasi paru
Pilihan Pelumpuh Otot
1. Gangguan faal ginjal : atrakurium, vekuronium
2. Gangguan faal hati : atrakurium
3. Miastenia gravis : dosis 1/10 atrakurium
4. Bedah singkat : atrakurium, rokuronium,
mivakuronium
5. Kasus obstetric : semua dapat digunakan kecuali
galamin.
Penawar Pelumpuh Otot
– Penawar pelumpuh otot atau antikolinesterase bekerja
pada sambungan saraf otot mencegah asetilkolin-esterase
bekerja, sehingga asetilkoin dapat bekerja.
– Antikolinesterase yang paling sering digunakan ialah
neostigmin(prostigmin), piridostigmin dan edrophonium.
• Dosis neostigmine : 0,04-0,08 mg/kg
• Piridostigmin : 0,1-0,4 mg/kg
• Edrophoneium :0,5-1 mg/kg
Penawar pelumpuh otot bersifat muskarinik
menyebabkan hipersalivasi, keringatan, bradikardia, kejang
bronkus, hipermortilitas usus dan pandangan kabur.
sehingga pemberiaan harus disertai obat vagolitik seperti :
- Atropin : 0,01-0,02 mg/kg atau
- Glikopirolat 0,005-0,01 mg/kg sampai 0,2-0,3 mg pada
dewasa.

Anda mungkin juga menyukai