Anda di halaman 1dari 24

AGEN PENGHAMBAT

NEUROMUSKULAR
Transmisi Neuromuskular
• Relaksasi otot rangka dapat dihasilkan oleh anestesi inhalasi yang
dalam, blok saraf regional, atau agen penghambat
neuromuskular (umumnya disebut relaksan otot).
• Hubungan antara neuron motorik dan sel otot terjadi di junction
neuromuskular (Gambar 11-1).
Mekanisme Kerja
• Agen penghambat neuromuskular dibagi
menjadi dua kelas: depolarisasi dan
nondepolarisasi (Tabel 11-1).
Relaksan otot berdepolarisasi sangat mirip dengan ACh dan
mudah mengikat reseptor ACh, menghasilkan potensial aksi
otot.

Depolarisasi end-plate berkelanjutan menyebabkan relaksasi


otot karena pembukaan kanal natrium perijunctional terbatas
waktu.

End-plate tidak dapat berepolarisasi selama relaksan otot


berdepolarisasi terus-menerus berikatan dengan reseptor ACh
 blok fase I
Relaksan Otot Depolarisasi
• Relaksan otot depolarisasi satu-satunya pada
penggunaan klinis saat ini adalah suksinilkolin
• onset kerja cepat (30-60 detik)
• durasi kerjanya yang pendek (biasanya kurang dari 10
menit).
• Metabolisme suksinilkolin  dimetabolisme oleh
pseudokolinesterase  suksinilmonokolin
• Kontraindikasi relatif dalam tatalaksana rutin anak-anak
dan remaja karena risiko hiperkalemia, rhabdomiolisis,
dan henti jantung pada anak-anak dengan miopati yang
tidak terdiagnosis.
SUKSINILKOLIN
Inhibitor Kolinesterase

Meskipun inhibitor kolinesterase membalikkan paralisis nondepolarisasi, mereka


secara nyata memperpanjang blok fase I depolarisasi dengan dua mekanisme.

Dengan menghambat asetilkolinesterase, mereka menyebabkan konsentrasi ACh yang


lebih tinggi di terminal saraf, yang mengintensifkan depolarisasi.

Mereka juga menurunkan hidrolisis suksinilkolin dengan menghambat


pseudokolinesterase.

Pestisida organofosfat, sebagai contoh, menyebabkan inhibisi asetilkolinesterase yang


ireversibel dan dapat memperpanjang kerja suksinilkolin hingga 20 sampai 30 menit.
Relaksan Non Depolarisasi
Relaksan nondepolarisasi dalam dosis kecil mengantagonis blok
fase I depolarisasi.

Obat menempati beberapa reseptor ACh, depolarisasi oleh


suksinilkolin dicegah sebagian.

Pada saat terdapat blok fase II, agen nondepolarisasi akan


mempotensiasi paralisis suksinilkolin.

Dosis Suksinilkolin
Dosis dewasa suksinilkolin untuk intubasi adalah 1 hingga 1,5 mg/kg intravena.

Bolus kecil (5-10 mg) berulang atau drip suksinilkolin (1 g dalam 500 atau 1000 mL, dititrasi
sampai timbul efek) dapat digunakan selama prosedur bedah yang membutuhkan paralisis
singkat namun intens (misalnya, endoskopi otolaringologis)
Efek Samping
Kardiovaskular : pada dosis rendah  efek
kronotropik dan inotropik negative. Pada dosis
tinggi  meningkatkan detak jantung dan Fasikulasi Hiperkalemi Mialgia post operatif
kontraktilitas dan meningkatkan kadar
katekolamin yang beredar

Peningkatan Tekanan Peningkatan Tekanan


Rigiditas Otot Masseter Hipertermi Maligna
Intraokular Intragastrik

Peningkatan Tekanan
Mioklonus Paralisis berkepanjangan Pelepasan Histamin
Intrakranial
RELAKSAN OTOT NON
DEPOLARISASI
Karakteristik Farmakologis Umum
Suhu
• Hipotermia memperpanjang blokade dengan menurunkan metabolisme (misalnya, mivakurium, atrakurium, dan cisatrakurium) dan menunda ekskresi
(misalnya, pankuronium dan vekuronium).

Keseimbangan Asam-Basa
• Asidosis respiratorik mempotensiasi blokade dari kebanyakan relaksan nondepolarisasi dan mengantagonis pembalikannya

Kelainan Elektrolit
• Hipokalemia dan hipokalsemia mengaugmentasi blok nondepolarisasi. Respon pasien dengan hiperkalsemia tidak dapat diprediksi

Usia
• Neonatus memiliki peningkatan sensitivitas terhadap relaksan nondepolarisasi karena junction neuromuskular mereka yang imatur (Tabel 11-7)

Interaksi Obat
• Banyak obat mengaugmentasi blokade nondepolarisasi (lihat Tabel 11-3).

Komorbid
• Adanya penyakit neurologis atau otot dapat memiliki efek mendalam pada respons individu terhadap relaksan otot (Tabel 11–8).
• Penyakit sirosis hati dan gagal ginjal kronis seringkali mengakibatkan peningkatan volume distribusi dan konsentrasi plasma yang lebih rendah untuk dosis
tertentu obat yang larut dalam air, seperti relaksan otot.

Kelompok Otot
• Onset dan intensitas blokade bervariasi antara kelompok otot. Hal ini mungkin disebabkan perbedaan aliran darah, jarak dari sirkulasi pusat, atau jenis
serabut yang berbeda
ATRAKURIUM
Atrakurium
Struktur Fisik
• Seperti seluruh relaksan otot, atrakurium memiliki kelompok kuartener; namun, struktur benzilisoquinolin

Metabolisme & Ekskresi


• dimetabolisme secara luas dengan farmakokinetiknya tidak tergantung pada fungsi ginjal dan hati, dan kurang dari 10% diekskresikan tanpa
mengalami perubahan oleh rute ginjal dan bilier.

Dosis
• Dosis 0,5 mg/kg diberikan secara iv untuk intubasi
• Setelah suksinilkolin, relaksasi intraoperatif dicapai dengan 0,25 mg/kg pada awalnya, kemudian dalam dosis tambahan 0,1 mg/kg setiap 10 hingga
20 menit
• Infus 5 hingga 10 mcg/kg/menit dapat secara efektif menggantikan bolus intermiten.

Efek Samping
• Hipotensi & Takikardi
• Bronkospasme
• Toksisitas Laudanosin
• Hipotermi
• Reaksi Alergi
CISATRAKURIUM
Cisatrakurium
Struktur Fisik
• Cisatrakurium adalah stereoisomer atrakurium yang empat kali lebih poten dibandingkan atrakurium.

Metabolisme & Ekskresi


• Metabolit yang dihasilkan (monokuartener akrilat dan laudanosin) tidak memiliki efek menghambat neuromuskular.
• Metabolisme dan eliminasi tidak tergantung pada gagal ginjal atau hati.

Dosis
• dosis 0,1 hingga 0,15 mg/kg dalam 2 menit
• Laju infus pemeliharaan tipikal berkisar antara 1,0 hingga 2,0 mcg/kg/mnt

Efek Samping
• Cisatrakurium tidak mengubah denyut jantung atau tekanan darah, juga tidak menghasilkan efek otonom, bahkan
pada dosis setinggi delapan kali ED95.
MIVAKURIUM
merupakan penghambat neuromuskular nondepolarisasi, benzilisoquinolon, kerja pendek.
Mivakurium
Metabolisme & Ekskresi
• dimetabolisme oleh pseudokolinesterase

Dosis
• Dosis intubasi mivakurium yang biasa adalah 0,15 hingga 0,2 mg/kg.

Efek Samping
• Waktu onset mivakurium adalah sekitar 2 hingga 3 menit. Keuntungan utama
mivakurium dibandingkan dengan atrakurium adalah durasinya yang relatif
singkat (20-30 menit).
PANKURONIUM
Pankuronium
Struktur Fisik
• Pankuronium terdiri dari struktur steroid di mana dua molekul ACh yang dimodifikasi diposisikan (relaksan
bikuartener).

Metabolisme & Ekskresi


• dimetabolisme (dideasetilasi) oleh hati sampai tingkat tertentu
• Ekskresi utamanya melalui ginjal (40%), meskipun beberapa obat dibuang oleh empedu (10%).

Dosis
• Dosis 0,08-0,12 mg/kg untuk intubasi dengan durasi 2-3 menit

Efek Samping
• Hipertensi & Takikardi
• Anti aritmia
• Reaksi alergi
VEKURONIUM
Vekuronium
Struktur Fisik
• pankuronium dikurangi sebuah kelompok metil kuartener (sebuah relaksan monokuartener)

Metabolisme & Ekskresi


• dimetabolisme sebagian kecil oleh hati.
• Ekskresi utama di empedu dan yang kedua pada ekskresi ginjal (25%).

Dosis
• dosis intubasi adalah 0,08 hingga 0,12 mg/kg.
• Dosis 0,04 mg/kg pada awalnya diikuti dengan penambahan 0,01 mg/kg setiap 15 sampai 20 menit memberikan relaksasi
intraoperative
• Sebagai alternatif, infus 1 hingga 2 mcg/kg/menit menghasilkan pemeliharaan relaksasi yang baik

Efek Samping
• Potensi bradikardia
ROKURONIUM
Rokuronium
Struktur Fisik
• Analog steroid monokuartener dari vekuronium

Metabolisme & Ekskresi


• Rokuronium tidak mengalami metabolisme dan dieliminasi terutama oleh hati dan sedikit oleh ginjal.

Dosis
• Bolus untuk intubasi 0,45 hingga 0,9 mg/kg0,15
• Maintenance: 0.15 mg/kg mg/kg

Efek Samping
• Vagolitik ringan
DAFTAR PUSTAKA
• .Clinical Anesthesiology, 6th ed. New York: Mc Graw-Hill Companies, Inc; 2013
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai