Anda di halaman 1dari 21

D.

Basic Muscle Relaxant


Apa itu Pelumpuh otot?

• Sebuah relaxer otot, juga dikenal


sebagai relaksan otot, adalah obat
yang mempengaruhi fungsi otot
rangka dan menurunkan tonus otot.
Ini dapat digunakan untuk
meringankan gejala seperti kejang
otot, nyeri
Sejarah Muscle Relaxant

Penggunaan awal dikenal obat


relaksan otot kembali ke abad
ke-16, ketika penjelajah Eropa
ditemui penduduk asli Amazon
menggunakan panah racun-tip
yang diproduksi menyebabkan
kelumpuhan otot rangka. Pada
tahun 1943, obat memblokir
neuromuskuler menjadi relaksan
otot dalam praktek anestesi dan
pembedahan.
Sifat Relaksasi Otot Rangka
• Urutan kelumpuhan yang terjadi :
1. Otot rangka kecil dan bekerja cepat spt : otot mata, jari kaki
dan tangan
2. Otot – otot yang lebih besar spt : otot tangan, tungkai, leher
dan badan
3. Otot yang paling terakhir mengalami kelumpuhan : diafragma

• Kematian dapat dihindarkan dengan pemberian


nafas buatan sampai otot-otot pernafasan berfungsi
kembali

5
Keterkaitan pelumpuh otot rangka
dengan
Susunan Syaraf Pusat

Ganglion Otonom

Pelepasan Histamin

Sistem Kardiovaskuler

6
• Susunan syaraf pusat
 Semua pelumpuh otot adalah senyawa amonium
kuartener maka tidak menimbulkan efek sentral 
tidak menembus sawar darah otak

• Ganglion Otonom
Semua pelumpuh otot menyebabkan perangsangan
yang diikuti dengan penghambatah.
Perangsangan ganglion parasimpatis : menimbulkan
bradikardia
Perangsangan ganglion simpatis : ↑ tek darah

7
• Pelepasan Hitamin
 Obat relaksan otot menyebabkan pelepasan
histamin  menyebabkan : Hipotensi, spasme
bronkus, hipersekresi kelenjar ludah

• Kardiovaskuler
Tidak menimbulkan efek langsung pada jantung

8
Pelumpuh otot rangka/
Muscle Relaxant

• Muscle relaxers
terbagi 2 kelas
terapetik:
neuromuscular
blockers
dan spasmolytics
Two Therapeutic Muscle Relaxers

Neuromuscular Blockers Spasmolytics

Neuromuscular blockers Spasmolytics, juga dikenal


bertindak dengan mengganggu sebagai “centrally acting"
transmisi pada pelat ujung relaksan otot, digunakan untuk
neuromuscular dan tidak meringankan nyeri otot dan
memiliki aktivitas sistem saraf kejang dan mengurangi
pusat. kelenturan dalam berbagai
Mereka sering digunakan selama kondisi neurologis
prosedur pembedahan dan
dalam perawatan intensif dan
pengobatan darurat untuk
menyebabkan kelumpuhan
sementara.
FISIOLOGI SERABUT OTOT
• Membran sel neuron dan serat otot
dipisahkan oleh sebuah celah (20 nm) yang
disebut sebagai celah sinaps.
• Ketika potensial aksi mendepolarisasi
terminal saraf, ion kalsium akan masuk
melalui voltage-gated calcium channels
menuju sitoplasma saraf, yang akhirnya
vesikel penyimpanan menyatu dengan
membran terminal dan mengeluarkan
asetilkolin
• Selanjutnya asetilkolin akan berdifusi
melewati celah sinaps dan berikatan
dengan reseptor nikotinik kolinergik pada
daerah khusus di membran otot yaitu
motor end plate

11
12
Mekanisme Kerja :
Cara otot rangka bekerja
Asetilkolin  dilepaskan dari ujung syaraf  melalui celah sinaps  menuju motor
end plate  asetilkolin berikatan dengan reseptor nikotinik otot rangka  perubahan
konformasi reseptor  ↑ permeabilitas membran miosit (ion Na, Ca, K, Cl lepas) 
transmisi potensial aksi dan depolarisasi  yang menyebabkan kontraksi otot

Mekanisme kerja obat relaksasi otot rangka :


acetylcholine lepas dari reseptor. Acetylcholine kemudian akan berdifusi kembali ke
ujung saraf atau dipecah oleh acetylcholinesterase. Obat pelumpuh otot secara
struktur berkaitan dengan acetylcholine dan bekerja mempengaruhi ikatan
acetylcholine pada motor endplate
 Prinsipkerja Muscle relaxant menginterupsi transmisi
impuls saraf pada neuromuscular junction
Categories of muscle relaxants - Neuromuscular
Blockers

Muscle relaxants

Peripherally acting Centrally acting

Depolarising Non-depolarising Benzopdiazepines


•Suxamethonium / • Alcuronium • Tetrazepam
Succinylcholin • Atracurium
• Cisatracurium
• Mivacurium
• Pancuronium
• Pipecuronium
• Rocuronium
• Vecuronium
2 Type Peripherally acting

Non-
Depolarisasi depolarisasi
•Bekerja seperti asetilkolin tapi tidak
dimetabolisme oleh asetilkolinesterase
•Menghambat pelepasan asetilkolin
•Perpanjangan depolarisasi di motor •Asetilkolin dicegah untuk berikatan
end plate  relaksasi otot dengan reseptor  relaksasi otot
•Tidak dapat dilawan oleh agen •Blok non depolarisasi dapat
pembalik relaksasi otot dikembalikan dengan
(antikolinesterase) antikolinesterase
•Durasi kerja sangat cepat (2 – 3 menit) •Onset kerja cepat, durasi
•Pemberian berulang dapat
cenderung lebih lama
menyebabkan blokade fase II

15
Muscle relaxant – Depolarisasi
• Suxamethonium / Succinylcholin

- Mula kerja cepat 1-2 menit, durasi singkat 3-7 mnt –


- Dlm tubuh diurai oleh pseudokholinesterase asam
suksinat dan kholin
- Digunakan pd rapid sequence intubation-
- Dosis utk intubasi 1 mg/kg secara IV

Pada kerusakan hati perlu hati2 karena kerjanya akan lebih


panjang akibat kadar enzim esterase <<

16
Muscle relaxant – Depolarisasi
• Suxamethonium / Succinylcholin

Efek Samping
- Nyeri otot pasca pemberian  bisa menyebabkan
lumpuh otot
- Peningkatan tekanan intraokular
- Emesis  karena peningkatan tekanan intragastric
- Aritmia jantung  Cardiac arrest  dosis >>>
- Hipersalivasi
- Alergi dan anafilaksis

17
Muscle Relaxan yang IDEAL

• Non depolarisasi
• Onset cepat, Durasi Cepat
• Recovery Cepat
• Tidak terakumulasi, metabolit tidak aktif
• Efek Kardiovaskular TIDAK ADA
• Tidak Histamin release (Hipotensi)
• Dapat dinetralkan dengan antikolinesterase

18
Muscle relaxant – Non-depolarisasi

• Short Acting
Durasi kerja obat pendek
i.e : mivacurium
• Intermediate Acting
Durasi kerja obat relatif menengah (20 – 90 menit)
i.e : atracurium, cisatracurium, vecuronium,rocuronium
• Long Acting
Durasi kerja obat lama (> 120 menit)
i.e : pancuronium

19
PERBANDINGAN MUSCLE RELAXANT BERDASARKAN WAKTU KERJA

Zat Aktif Onset Durasi Eleminasi Pro (+) Kontra (-) Indikasi Dosis
Short Acting

Bradikardia
Succinylcholine 30 - 60 detik 5 - 10 menit Hati dan Ginjal Onset dan durasi kerja Aritmia jantung
Rapid sequence
paling cepat intubation (RSI)
Kelumpuhan otot pasca
operasi  
Intermediate Acting
Degradasi Histamine release :
hoffman, Pilihan utama untuk Hipotensi Intubasi trakea, relaksai 0.4 - 0.5 mg/kg BB
Atracurium 3 menit 20- 30 menit Spontan, pasien gagal hati dan
sedikit di ginjal Reaksi anafilaksi alergi otot polos pada anastesi
Empedu Penyimpanan 2-8 °C
Degradasi Minim histamine
hoffman, Pilihan utama untuk release : Hipotensi Intubasi trakea, relaksai 0.4 - 0.5 mg/kg BB
Cisatracurium 3 menit 60- 90 menit Spontan, pasien gagal hati dan
sedikit di ginjal Reaksi anafilaksi alergi otot polos pada anastesi
Empedu Penyimpanan 2-8 °C
Minim efek pada Onset lambat untuk 0.3 mg/kgBB untuk
cardiovascular Rapid Sequrnce intubasi
Vecorunium 2-3 menit 20 - 60 menit Hati dan Ginjal Intubation (RSI) Intubasi trakea, relaksai
otot polos pada anastesi
No histamin release Durasi kerja 0.1 mg/kg/BB untuk
intermediate pemeliharaan
Rapid sequence
Onset kerja cepat intubation (RSI)
Rocuronium 60 - 90 detik 20 - 45 menit Hati dan Ginjal Durasi kerja 0.6 - 1 mg/kg/BB
Minim efek pada intermediate
cardiovascular Intubasi trakea, relaksai
otot polos pada anastesi
No histamin release
Long Acting
Untuk operasi dengan
Pancuronium 3- 4 menit 180 menit Hati waktu yang lama Takikardia relaksai otot polos pada 0.1 mg/kg/BB
anastes yang panjang
No histamin release

20
TERIMA KASIH

21

Anda mungkin juga menyukai